Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, keterampilan


berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dalam
berkomunikasi kita menggunakan keterampilan berbahasa yang telah kita miliki
meskipun setiap orang memiliki tingkatan atau kualitas yang berbeda.Orang yang
memiliki keterampilan berbahasa secara optimal setiap tujuan komunikasinya
dapat dengan mudah tercapai. Sedangkan bagi orang yang memiliki tingkatan
keterampilan berbahasa yang sangat lemah sehingga bukan tujauannya yang
tercapai tetapi malah terjadi kesalahpahaman.

Kegiatan berbahasa yang pertama kali dilakukan adalah kegiatan


menyimak atau mendengar apa yang dituturkan orang lain melalui sarana lisan.
Secara alami bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara dan
pemahaman terhadap pembicaraan yang dilakukan. Hal itu akan lebih nyata
terlihat pada masyarakat bahasa yang belum mengenal system tulisan. Pada
umumnya, dalam masyarakat, proses bahasa secara lisan jauh lebih banyak
daripada bahasa tulisan. Oleh karena itu, keterampilan menyimak dan membaca
perlu mendapat perhatian yang memadai.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian keterampilan berbahasa?
2. Apa manfaat keterampilan berbahasa?
3. Apa saja aspek-aspek keterampilan berbahasa?
4. Apa hubungan 4 aspek keterampilan berbahasa?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian keterampilan berbahasa.
2. Untuk mengetahui manfaat keterampilan berbahasa.

1
3. Untuk mengetahui aspek-aspek keterampilan berbahasa.
4. Untuk mengetahui hubungan 4 aspek keterampilan berbahasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keterampilan Berbahasa
Menurut Susilawati (2017: 1) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa
keterampilan berbahasa merupakan patokan utama siswa dalam mempelajari
pembelajaran bahasa dengan menguasai seluruh aspek-aspek yang terkandung
di dalamnya.
Sedangkan menurut Mulyati (2015: 1.3) keterampilan berbahasa adalah
keterampilan seseorang untuk mengungkapkan sesuatu dan memahami
sesuatu yang diungkapkan oleh orang lain dengan media bahasa, baik secara
lisan maupun tulisan.
Jadi, keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk
dikuasai setiap orang. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin
terampil orang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.

2.2 Manfaat Keterampilan Berbahasa


Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat yang
keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa
yang dimilikinya, misalnya profesi sebagai manager, jaksa, pengacara, guru,
penyiar, dai, wartawan, dan lain-lain.

2.3 Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa


Terdapat empat aspek dalam keterampilan berbahasa yang biasa digunakan
untuk berkomunikasi, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
1. Keterampilan Menyimak
a. Pengertian Keterampilan Menyimak
Menyimak mempunyai pengertian yang lebih kompleks
dibandingkan dengan mendengar. Menurut KBBI (2001:251) dalam
Taufina (2016), mendengar mempunyai makna, “dapat menangkap bunyi
dengan telinga.”

3
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (dalam Taufina, 2016: 2),
“Keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang
bersifat reseptif.” Menurut Widianti (2016: 1) dalam jurnalnya
menyebutkan keterampilan menyimak merupakan suatu proses yang
mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung
didalamnya.
Sedangkan pandangan lain dilontarkan Tarigan (dalam Taufina,
2016: 2) bahwa, “Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi,
serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan,
serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.”
Jadi, menyimak adalah suatu bentuk keterampilan berbahasa yang
bersifat reseptif,melalui proses pendengaran dengan memahami makna
yang disampaikan pembicara yang diucapkan melalui ujaran atau bahasa
lisan.
b. Manfaat Menyimak
Menurut Setiawan (dalam Taufina, 2016: 3) manfaat menyimak antara
lain sebagai berikut.
1) Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang
berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai
informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang
menjadikan seseorang lebih berpengalaman.
2) Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan
keilmuan dan khazanah ilmu.
3) Memperkaya kosakata, menambah pembendaharaan ungkapan
yang tepat, bermutu, dan puitis.
4) Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta
membina sifat terbuka, dan objektif.
5) Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.

4
6) Meningkatkan citra artistik jika yang disimak merupakan bahan
simakan yang isi dan bahasanya halus.
7) Menggugah kreativitas dan semangat seseorang untuk menciptakan
atau menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati
diri.
c. Tujuan Keterampilan Menyimak
Ada dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan dalam proses
menyimak, yaitu:
1) Adanya pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan
pembicara.
2) Pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan itu sesuai
dengan kehendak pembicara.

Berdasarkan dua aspek tujuan diatas kalau diperinci lebih jauh


maka tujuan menyimak dapat disusun sebagai berikut: a) Mendapatkan
fakta; b) Menganalisis fakta; c) Mengevaluasi fakta; d) Mendapatkan
inspirasi; e) Mendapatkan hiburan; dan f) Memperbaiki kemampuan
berbicara. Semua bentuk di atas akan dijelaskan di bawah ini.

1) Mendapatkan Fakta
Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui berbagai cara, bisa
melalui keterampilan menyimak, bisa pula dengan membaca. Di
negara-negara berkembang khususnya di Indonesia, memperoleh
fakta melalui kegiatan menyimak masih sangat membudaya di
seluruh lapisan masyarakat, baik melalui radio, televisi, pertemuan,
maupun menyimak ceramah-ceramah. Namun, di negara maju,
budaya menyimak sudah jarang ditemukan. Mereka lebih suka
mendapatkan fakta melalui majalah, koran, dan buku-buku.
Berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta
mendapatkan fakta atau informasi melalui kegiatan dalam bentuk
karya seni, diskusi, simposium, kongres, dan sebagainya.
2) Menganalisis Fakta

5
Tujuan lain dari menyimak adala menganalisis fakta, yaitu
proses menaksir fakta-fakta atau informasi sampai pada tingkat
unsur-unsurnya dan menaksir sebab akibat yang terkandung dalam
fakta-fakta. Tujuan ini biasanya lahir karena penyimak ingin
memahami makna dari fakta yang diterimanya. Tujuan menyimak
pun menjadi lebih jauh dari hanya menerima fakta-fakta menjadi
memahami secara mendalam makna yang terkandung dalam fakta-
fakta melalui analisis.
3) Mengevaluasi Fakta
Mengevaluasi fakta merupakan tujuan menyimak yang ketiga
lebih lanjut. Penyimak yang kritis akan memberikan beberapa
pertanyaan sehubungan dengan hasil analisisnya. Jika fakta yang
diterima penyimak cukup dinilai akurat dan relevan dengan
pengetahuan dan pengalaman penyimak berarti fakta dapat
diterima. Namun, apabila fakta yang diterima kurang bermutu,
tidak akurat, apalagi kalau kurang relevan dengan pengetahuan dan
pengalaman penyimak, penyimak akan menolak fakta.
4) Mendapatkan Inspirasi
Insprasi sering dipakai alasan seseorang untuk menyimak suatu
pembicaraan. Seseorang menyimak pembicaraan bukan untuk
memperoleh fakta saja melainkan untuk memperoleh inspirasi.
Seseorang mendengarkan ceramah atau diskusi ilmiah semata-mata
untuk tujuan mendapatkan inspirasi atau ilham. Pembicaraan yang
bersifat inspiratif sebenarnya cukup banyak. Apalagi kalau
pembicara mendorong, menyentuh emosi pendengar untuk
memberi semangat membangkitkan kegairahan penyimak untuk
mendapatkan inspirasi.
5) Mendapatkan Hiburan
Hiburan dapat diperoleh melalui berbagai macam kegiatan
termasuk kegiatan menyimak yang disimak tentu saja hal-hal yang
menyegarkan hati dan menghibur diri. Seorang pemb icara mampu
menciptakan suasana gembira dan senang karena tujuan menyimak

6
disini untuk menghibur. Tujuan ini akan mudah tercapai apabila si
pembaca bisa menciptakan suasana gembira humor yang segar dan
orisinil yangg mengakibatkan penyimak menunjukan respon yang
mencerminkan kegembiraan dan bersifat reaktif.
6) Memperbaiki Kemampuan Berbicara
Tujuan menyimak yang terakhir yaitu memperbaiki
kemampuan berbicara. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar
kemampuan berbicara seseorang meningkat yaitu;
a. Cara mengorganisasikan bahan pembicaraan
b. Cara penyampaian bahan
c. Cara memikat perhatian penyimak
d. Cara mengarahkan
e. Cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon,alat peraga dan
sebagainya.
f. Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan.

2. Keterampilan Berbicara
a. Perngertian keterampilan berbicara
Menurut Haryadi dan Zamzani (dalam Taufina, 2016: 91),
berbicara secara umum diartikan suatu penyampaian maksud ide, pikiran,
isi hati) seseorang kepada orang lain.. Menurut Tarigan (dalam Taufina,
2016: 91) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.
Utari dan Nabban (dalam Taufina, 2016: 91) juga menyatakan
bahwa keterampilan berbicara adalah pengetahuan bentuk-bentuk bahasa
dan makna-makna bahasa serta kemampuan untuk menggunakan pada saat
kapan dan kepada siapa saja. Selanjutnya Ibrahim (dalam Taufina, 2016:
91) , keterampilan berbicara adalah kemampuan bertutur dan
menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi, situasi serta norma-norma
berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya.

7
Menurut Brown (dalam Taufina, 2016: 91), berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan
atau menyampaikan pikiran gagasan atau perasaan secara lisan. Sedangkan
Akhadiah, dkk (dalam Taufina, 2016: 91) mengemukakan berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
keteraampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata dan mengunakan bahasa lisan sesuai dengan
fungsi, situasi, serta norma-norma berbahasa sebagai aktivitas untuk
mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta
perasaan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
penyimak dalam masyarakat yang sebenarnya.
b. Manfaat berbicara
Menurut Samsuri dan Sadtono (dalam Taufina, 2016: 94),
keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa indonesia di SD,
diarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk:
1. Berpragmatik secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
yang berlaku secara lisan
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa indonesia
sebagai bahan persatuan dan bahasa negara
3. Memahami bahasa indonesia dan menggunakannya dengan
tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
4. Menggunakan bahasa indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan
sosial
Selain itu diharapkan dengan berbicara seseorang dapat:
1. Saling bertukar informasi.
2. Saling bertukar ide, gagasan, dan pendapat.
3. Menjalin komunikasi dngan orang lain.
4. Menjalin hubungan dengan sesama manusia.
5. Mengekspresikan diri.
6. Menjelaskan suatu kejadian, proses, atau suatu peristiwa.

8
7. Memberi dan menyebarkan pengetahuan.
8. Saling bertukar pengalaman, cerita, dan pengetahuan.
c. Tujuan keterampilan berbicara
Menurut Tarigan (dalam Taufina, 2016: 95) tujuan berbicara
dibedakan atas 5 golongan yaitu:
1. Menghibur
Berbicara bertujuan untuk menghibur para pendengar, pembicara
menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara seperti humor,
spontanitas, menggairahkan, kisah jenaka, pertualangan dan lain-
lainnya.
2. Menginformasikan
Berbicara untuk tujuan menginformasikan dan untuk melaporkan,
dilaksanakan bila seseorang ingin:
a) Menjelaskan sesuatu proses.
b) Menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu
hal.
c) Memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan.
d) Menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal atau
peristiwa.
3. Menstimulasikan
Berbicara untuk menstimulasikan pendengar jauh lebih kompleks
dari berbicara untuk menghibur atau berbicara untuk
menginformasikan, sebab pembicara harus pintar merayu,
mempengaruhi, atau menyakinkan pendengarannya. Ini dapat
tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat,
inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya.
4. Menyakinkan
Berbicara untuk menyakinkan pendengarnya akan sesuatu dapat
dilakukan dengan menyakinkan pendengarnya. Pendengar akan
tampak yakin dilihat dari sikap pendengar. Seperti sikap menolak
menjadi sikap menerima

9
5. Menggerakkan
Berbicara yang mampu mengerakkan diperlukan pembicara yang
berbiwaba, panutan, atau tokoh idola masyarakat. Dengan
kepandaiannya dalam berbicara, pembicara dapat mengerakkan
pendengarnya.

3. Keterampilan Membaca
a. Pengertian keterampilan membaca
Poerwodarminto (dalam Taufina, 2016: 155), membaca yaitu
melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin
mengetahui isinya. Tarigan (dalam Taufina, 2016: 155), membaca
yaitu perolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui
tulisan.
Syafi’ie (dalam Taufina, 2016: 155), membaca adalah proses
pengolahan informasi yang dilaksanakan oleh pembaca dengan
menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan yang relevan
dengan informasi. Slamet (dalam Taufina, 2016: 155), membaca
adalah proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa membaca
adalah proses interaksi memahami lambang bahsa melalui berbagai
strategi untuk memahami makna dari yang tertulis, melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakongnitif.
b. Manfaat keterampilan membaca
1. Membaca menghilangakan kecemasan dan kegundahan
2. Ketika sibuk membaca seorang terhalang masuk dalam
kebodohan
3. Dengan sering membaca seorang bisa mengembangkan
keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata
4. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan
menjernihkan cara berpikir

10
5. Membaca meningkatan pengetahuan seseorang dan meningkatkan
memori dan pemahaman
6. Dengan sering membaca seseorang dapat mengambil manfaat dari
pengalaman orang lain
7. Dengan sering membaca seorang dapat mengembangkan
kemampuannya
8. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika membaca buku-buku
keagamaan
9. Membaca membuat seseorang untuk menyegarkan pikirannya
10. Dengan sering membaca seorang bisa menguasai banyak kata dan
mempelajari berbagai model kalimat

Manfaat membaca menurut Gray dan Rogers (dalamTaufina, 2016:


158) sebagai berikut:

1. Meningkatan Pengembangan Diri


Dengan membaca seeorang dapat meningkatan ilmu pengetahuan.
2. Memenuhi Tuntutan Intelektual
Dengan membaca buku, pengetahuan bertambah dan perbendaharaan
kata-kata meningkat, melatih imajinasi dan daya pikir.
3. Memenuhi Kepentingan Hidup
Dengan membaca akan memperoleh pengetahuan praktis yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari.
4. Meningkatkan Minatnya Terhadap Suatu Bidang
Seseorang yang senang buku internet, minatnya akan meningkat
untuk mempelajarinya lebih mendalam.
5. Mengetahui Hal-hal yang Aktual
Dengan membaca seseorang dapat mengetahui peristiwa-peristiwa
yang terjadi di lingkungan tanpa harus pergi ke lokasi.
c. Tujuan Membaca
Menurut Tarigan (dalam Taufina, 2016: 159) tujuan utama dalam
membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan. Secara umum tujuan

11
membaca adalah: mendapatkan informasi, memperoleh pemahaman
dan memperoleh kesenangan.
Secara khusus tujuan membaca adalah: memperoleh informasi
faktual, memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khas dan
problematis,memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis
seseorang, memperoleh kenikmatan emosi, dan mengisi waktu luang.
Waples (dalam Taufina, 2016: 159) tujuan membaca adalah:
1. Mendapatkan alat atau cara praktis mengatasi masalah
2. Mendapat hasil yang berupa prestise yaitu agar mendapat rasa
lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan
pergaulannya.
3. Memperkuat nilai pribadi atau keyakinan
4. Mengganti pengalaman estetika yang sudah usang
5. Menghinarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit
tertentu.

4. Keterampilan Menulis
a. Pengertian Keterampilan Menulis
Menurut Yeti Mulyati (2015: 1.14), keterampilan menulis
merupakan keterampilan yang bersifat aktif produktif. Harris (dalam
Taufina, 2016: 229) berpendapat bahwa keterampilan menulis
diartikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan
ide, pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa tulis. Sedangkan menurut Suparno dan Moammad (dalam
Taufina, 2016: 229), menulis merupakan kegiatan menampaikan pesan
(komunikasi) dengan menggunakan baasa tulis sebagai media atau
alatnya.
b. Manfaat Keterampilan Menulis
Menurut Sabari, dkk (dalam Taufina, 2016:230), manfaat menulis
ada delapan, diantaranya :
1. Mengetahui kemampuan dan potensi diri serta pengetahuan
tentang topik yang dipilih. Dengan mengembangkan topik itu

12
kita terpaksa berpikir,menggali pengetahuan dan pengalaman
yang tersimpan dibawah sadar
2. Dengan mengembangkan berbagai gagasan kita terpaksa
bernalar, menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-
fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan kalau kita tidak
menulis
3. Lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi
sehubungan dengan topik yang ditulis. Dengan demikian,
kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoritis
maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan
4. Menulis berarti mengorganisasi gagasan secara sistematik serta
mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian,
permasalahan yang pemula masih samar menjadi lebih jelas.
5. Melalui tulisan kita dapat menjadi peninjau dan penilai gagasan
kita secara objektif
6. Lebih mudah memecahkan masalah dengan menganalisisnya
secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret
7. Dengan menulis kita aktif berfikir sehingga kita dapat menjadi
penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap
informasi.
8. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita
berpikir dan berbahasa secara tertib.
c. Tujuan Keterampilan Menulis
Hartig (dalam Taufina, 2016:231-232) mengemukakan tujuan
menulis sebagai berikut:
1) Assignment purpose (tujuan penugasan)
Penulis tidak memiliki tujuan, untuk apa ia menulis. Penulis
hanya menulis, tanpa mengetahui tujuannya. Ia menulis karena
mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya siswa
ditugaskan merangkum sebuah buku atau seorang guru disuruh
membuat laporan oleh kepala sekolahnya.
2) Altruistic purpose (tujuan altruistik)

13
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para
pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya,
ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan
menyenangkan dengan karya itu. Penulis harus berkeyakinan,
bahwa pembaca adalah “teman hidupnya.” Sehingga penulis
benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu ide atau gagasan
bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan
altruistik dapat tercapai.
3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar para pembaca
yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan atau
diutarakan oleh penulis. Tulisan semacam ini banyak
dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan sebuah
produksi barang dagangan, atau dalam kegiatan politik.
4) Informational purpose (tujua informasional atau tujuan
penerangan)
Penulis menuangkan ide/gagasan dengan tujuan memberi
informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis
berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu
mengenai apa yang diinformasikan oleh penulis.
5) Self expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya
sendiri kepada para pembaca. Dengan melalui tulisannya,
pembaca dapat memahami isi “siapa” sebenarnya sang penulis.
6) Creative purpose (tujuan kreatif)
Penulis bertujuan agar pembaca dapat memiliki nilai-nilai artiatik
atau nilai-nilai kesenian dengan membaca nilai penulis. Disini
penulis bukan hanya memberikan informasi melainkan lebih dari
itu. Dalam informasi yang disajikan penulis, para pembaca bukan
hanya sekedar tau apa yang disajikan tapi juga merasa terharu
membaca tulisan tersebut.

14
7) Problem Solving Purpose ( tujuan pemecahan masalah)
Penulis berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan
tulisannya, penulis berusaha memberi kejelasan pada pembaca
tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.

2.4 Hubungan 4 Aspek Keterampilan Berbahasa


1. Hubungan Berbicara Dengan Menyimak
Menurut Brooks (dalam Mulyati, 2015: 1.19), berbicara dan
mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat
langsung. Dawson (dalam Mulyati, 2015: 1.20)menjelaskan hubungan
antara berbicara dan mendengarkan, seperti berikut ini.
a. Ujaran biasanya dipelajari melalui proses mendengarkan dan proses
meniru. Dengan demikian, materi yang didengarkan dan direkam
dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorang,
b. Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan
keluarga dan masyarakat tempatnya hidup, misalnya dalam
penggunaan intonasi, kosakata, dan pola-pola kalimat.
c. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
mendengarkan berarti pula membantu meningkatkan kualitas
berbicara.
d. Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang
berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang (terutama anak-
anak). Oleh karena itu, suara dan materi pembicaraan yang berkualitas
baik yang didengar dari seorang guru, tokoh-tokoh, atau dari pemuka-
pemuka agama, dari rekaman-rekaman atau cerita-cerita yang bernilai
tinggi, sangat membantu anak atau seseorang yang sedang belajar
berbicara.

2. Hubungan Menyimak Dengan Membaca


Menurut Subyakto Nababan (dalam Mulyati, 2015: 1.22) baik
mendengarkan maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang
bersifat reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang menjadi fokus

15
perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada mendengarkan fokus
perhatian (stimulus) berupa suara (bunyi-bunyi), sedangkan pada
membaca adalah lambang tulisan. Kemudian, baik penyimak maupun
pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur
bahasa yang berupa suara (dalam mendengarkan) maupun berupa tulisan
(dalam membaca), yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna
memperoleh pesan yang berupa konsep, ide atau informasi sebagaimana
yang dimaksudkan oleh si penyampainya.
Sehubungan dengan proses pembelajaran bahasa, Tarigan (dalam
Mulyati, 2015: 1.22-1.23) menyatakan bahwa mendengarkan pun
merupakan faktor penting dalam belajar membaca secara efektif. Petunjuk-
petunjuk mengenai strategi membaca sering disampaikan guru di kelas
dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk itu, kemampuan murid dalam
mendengarkan dengan pemahaman sangat penting.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi
yang tinggi antara kemampuan mendengarkan dan membaca pada kelas-
kelas yang relatif tinggi. Apabila terdapat peningkatan pada kemampuan
yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan pada kemampuan yang
lain.

3. Hubungan Membaca Dengan Menulis


Telah dikemukakan bahwa membaca dan menulis merupakan
aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis merupakan kegiatan berbahasa
yang bersifat produktif, sedangkan membaca merupakan kegiatan
berbahasa yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan
gagasan, perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya,
seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaan atau informasi
yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut. Dalam menuangkan gagasan
melalui kegiatan menulis, paling tidak terdapat tiga tahapan yang
dilakukan penulis, yakni perencanaan, penulisan, dan revisi. Ketika si
penulis menyusun perencanaan mengenai apa yang hendak ditulisnya,
sering kali dibutuhkan banyak informasi untuk bahan tulisannya itu. Salah

16
satu cara menghimpun informasi itu dilakukan melalui aktivitas membaca.
Jadi, tampak jelas bahwa kemampuan membaca penting sekali bagi proses
menulis (Wray dalam Mulyati, 2015: 1.23)
.
4. Hubungan Menulis Dengan Berbicara
Ketika kita mengikuti seminar seorang pembicara dalam seminar
biasanya diminta menulis sebuah makalah terlebih dulu. Kemudian, yang
bersangkutan diminta menyajikan makalah itu secara lisan dalam suatu
forum. Selanjutnya, peserta seminar akan menanggapi isi pembicaraan si
pemakalah tersebut. Dalam berpidato pun (salah satu jenis aktivitas
berbicara) seseorang dituntut membuat perencanaan dalam bentuk tulisan.
Untuk pidato-pidato yang tidak terlalu resmi mungkin si pembicara cukup
menuliskan secara singkat pokok-pokok yang akan dibicarakan itu sebagai
persiapan. Dalam suatu pidato resmi (misalnya pidato kenegaraan),
pembicara dituntut menulis naskah pidatonya secara lengkap. Dalam
kedua jenis aktivitas berbicara seperti yang dikemukakan di atas, tampak
jelas keterkaitan antara aktivitas menulis dan berbicara. Kegiatan menulis
dilakukan guna mendukung aktivitas berbicara. Bahkan dalam suatu
seminar, keempat aspek keterampilan berbahasa itu dilibatkan secara
simultan.
Subyakto-Nababan dan Tarigan (dalam Mulyati, 2015: 1.24)
menjelaskan bahwa baik berbicara maupun menulis merupakan kegiatan
berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan
berbahasa ragam lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan berbahasa
ragam tulis. Kemudian, kegiatan menulis pada umumnya merupakan
kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara pada umumnya
bersifat langsung. Ini berarti ada juga kegiatan menulis yang bersifat
langsung, misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan telepon seluler
(SMS) dan dengan menggunakan internet (chatting). Sebaliknya, ada pula
kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melalui pengiriman
pesan suara melalui telepon seluler.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai


setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan
orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa
keterampilan berbahasa adalah salah satu unsure penting yang menentukan
kesuksesan mereka dalam berkomunikasi. Dalam keterampilan berbahasa terdapat
4 aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis. Dan diantara keempat aspek keterampilan
berbahasa terdapat hubungan antara masing-masing aspek terhadap aspek lainnya.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan


jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

18
DAFTAR RUJUKAN

Mulyati, Yeti dan Isah Cahyani. 2015. Edisi Kedua Keterampilan Berbahasa
Indonesia SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Susilawati, Bunga. 2017. Keterampilan Berbahasa. Jurnal Pendidikan Bahasa


Dan Sastra. Vol: 2, no. 1.

Taufina. 2016. Mozaik Keterampilan Berbahasa Di Sekolah Dasar. Bandung:


CV. Angkasa.

Widianti, Tira. 2016. Peningkatan Keterampilan Menyimak Dengan Menerapkan


Model Pembelajaran Quantum. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra. Vol:
5, no. 1.

19

Anda mungkin juga menyukai