Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
TENTANG
“KONSEP DAN URGENSI PKN”

OLEH:
Kelompok 1:

1. MIFTAHUL FADILLAH (18129281)


2. YURI YULIAJATI PUTRI (18129090)
3. ZIKRA ZULFANI (18129339)

SEKSI: 18 BB 04

DOSEN PEMBIMBING:
Atri Waldi, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji bagi Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga telah menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN”, yang berjudul “Konsep dan
Urgensi PKn” yang diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pegangan
pelajaran bagi mahasiswa. Namun makalah ini tidak dimaksudkan sebagai satu-
satunya sumber bahan belajar yang digunakan dalam pembelajaran. Harapan kami
semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pembaca terutama bagi kami yang
membuatnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun guna
melengkapi kekurangan makalah ini.

Padang, Agustus 2019

Tim penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................

1.3 Tujuan ................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Alasan Perlunya PKn di Perguruan Tinggi.........................................................

2.2 Sumber historis, sosiologis, dan politik tentang PKn di Indonesia.....................

2.3 Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan PKn...............................................

2.4 Esensi dan Urgensi PKn untuk Masa Depan........................................................

2.5 Contoh-contoh Praktik Kewarganegaraan ..........................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................

3.2 Saran ...................................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN ..............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia ndalam merebut,
mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan ini mengalami pasang-surut sesuai
dengan dinamika kehidupan bebangsa dan bernegara. Di samping itu, pengaruh
globalisasi, baik dari aspek positif maupun negatif, telah memberi warna
tersendiri pada kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Dari segi aspek ilmu
pengetahuan dan teknologi terjadi lompatan yang sangat pesat dan terus
bermunculan produk dari informasi, komunikasi, transportasi, dan teori-teori baru
dalam bidang pendidikan. Berdasarkan situasi tersebut, maka perlu adanya
orientasi, visi, dan pendidikan yang dapat menggugah kesadaran warga negara
dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan serta bersaing dalam kancah
global. Salah satunya adalah dengan membekali para siswa dan mahasiswa
dengan kurikulum mengenai pendidikan kewarganegaraan, yang di dalamnya
ditekankan pentingnya kesadaran berbangsa dan bernegara, mengetahui hak dan
kewajiban warga negara, globalisasi, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa alasan perlunya PKn di perguruan tinggi?
2. Bagaimana sumber historis, sosiologis, dan politik tentang PKn di
Indonesia?
3. Bagaimana argumen tentang dinamika dan tantangan PKn?
4. Bagaimana esensi dan urgensi PKn untuk masa depan?
5. Bagaimana contoh-contoh praktik kewarganegaraan?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari makalah ini


adalah:
1. Untuk mengetahui alasan perlunya PKn di perguruan tinggi.
2. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politik tentang PKn di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui argumen tentang dinamika dan tantangan.
4. Untuk mengetahui esensi dan urgensi PKn untuk masa depan.
5. Untuk mengetahui contoh-contoh praktik kewarganegaraan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Alasan Perlunya PKn di Perguruan Tinggi

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran


wajib untuk dipelajari dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Itu
dikarena kita perlu diberi wawasan dan pendidikan untuk cinta tanah air dan bela
negara. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) juga memberikan perhatiannya
kepada pengembangan nilai, moral,dan sikap perilaku mahasiswa. Misi dari
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sendiri adalah mencerdaskan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sejatinya, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
mengajarkan mahasiswa bagaimana menjadi warga negara yang baik, yang
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila yang merupakan dasar negara Republik
Indonesia.
Dasar mengapa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diajarkan sampai
tingkat Perguruan Tinggi adalah Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945
Berdasarkan pasal tersebut kita mengetahui, bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) wajib dan sangat diperlukan karena memberikan
pengertian kepada mahasiswa tentang pengetahuan dan kemampuan dasar
berkenaan dengan hubungan antar warga negara serta pendidikan pendahuluan
bela negara sebagai bekal agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara.diandalkan oleh bangsa dan negara.
Dalam hal ini, kita sebagai mahasiswa diajarkan untuk menjadi lebih
demokratis dan lebih kritis terhadap masalah-masalah yang sedang terjadi baik
secara internal maupun eksternal. Tidak berupa teori saja yang diberikan, namun
juga memberikan sentuhan moral dan sikap sosial. Menyaring dan memilah
budaya dari luar agar sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yaitu
Pancasila.Indonesia yaitu Pancasila.
Pendidikan Kewarganegaaraan adalah salah satu upaya untuk
membangkitkan kembali semangat kebangsaan, khususnya mahasiswa dalam
menghadapi pengaruh globalisasi dan mengukuhkan semangat bela negara.
Tujuannya agar kita memiliki akan kesadaran cinta tanah air, mengetahui tentang
hak dan kewajiban dalam usaha pembelaan negara, serta menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

2.2 Sumber historis, sosiologis, dan politik tentang PKn di Indonesia

Secara historis, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sudah dimulai jauh


sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka. Dalam sejarah
kebangsaan Indonesia, berdirinya organisasi Boedi Oetomo tahun 1908 disepakati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional karena pada saat itulah dalam diri masyarakat
pada saat itu mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa. Setelah berdiri Boedi
Oetomo, berdiri pula organisasi-organisasi pergerakan lain seperti Syarikat Islam,
Muhammadiyah, Indische Party  , dan organisasi lainnya yang tujuan akhirnya
ingin melepaskan diri dari penjajahan pada saat itu. Organisasi tersebut bergerak
untuk membangun rasa kebangsaan. Lalu Indonesia sebagai negara merdeka dan
bercita- cita sebagai negara yang mandiri yang lepas dari penjajahan dan
ketergantungan terhadap kekuatan asing. Inilah cita-cita yang dapat dikaji dari
karya para Pendiri Negara-Bangsa (Soekarno dan Hatta).
Secara sosiologis, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)  di Indonesia dari
zaman ke  zaman mengalami perubahan sesuai dengan keadaan masyarakat pada
saat itu seperti istilah waktu dulu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn). Menurut pandangan
sosiologis, Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) diperlukan dalam kehidupan kita
sehari-hari maupun dalam berbangsa dan bernegara. Hal ini dikarena kan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan dasar kita dalam menjalani
hidup.
Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam
pendidikan sekolah dapat digali dari dokumen kurikulum sejak tahun 1957
sebagaimana dapat diidentifikasi dari pernyataan Somantri (1972) bahwa pada
masa Orde Lama mulai dikenal istilah: (1) Kewarganegaraan (1957); (2) Civics
(1962); dan (3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968). Pada masa awal Orde
Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn membahas cara pemerolehan dan
kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics (1961) lebih banyak
membahas tentang sejarah Kebangkitan Nasional, UUD, pidato-pidato politik
kenegaraan yang terutama diarahkan untuk "nation and character building”
bangsa Indonesia.
Dalam Kurikulum 1968, mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran
wajib untuk SMA. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan
korelasi, artinya mata pelajaran PKn dikorelasikan dengan mata pelajaran lain,
seperti Sejarah Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, Hak Asasi Manusia, dan
Ekonomi, sehingga mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara menjadi lebih
hidup, menantang, dan bermakna.
Kurikulum Sekolah tahun l968 akhirnya mengalami perubahan menjadi
Kurikulum Sekolah Tahun 1975. Nama mata pelajaran pun berubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila dengan kajian materi secara khusus yakni
menyangkut Pancasila dan UUD 1945 yang dipisahkan dari mata pelajaran
sejarah, ilmu bumi, dan ekonomi. Hal-hal yang menyangkut Pancasila dan UUD
1945 berdiri sendiri dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP), sedangkan
gabungan mata pelajaran Sejarah, Ilmu Bumi dan Ekonomi menjadi mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (lPS).
Pada masa pemerintahan Orde Baru, mata pelajaran PMP ditujukan untuk
membentuk manusia Pancasilais. Tujuan ini bukan hanya tanggung jawab mata
pelajaran PMP semata. Sesuai dengan Ketetapan MPR, Pemerintah telah
menyatakan bahwa P4 bertujuan membentuk Manusia Indonesia Pancasilais.
Sesuai dengan perkembangan iptek dan tuntutan serta kebutuhan
masyarakat, kurikulum sekolah mengalami perubahan menjadi Kurikulum 1994.
Selanjutnya nama mata pelajaran PMP pun mengalami perubahan menjadi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang terutama didasarkan
pada ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat 2 undang-undang tersebut
Dikemukakan bahwa isi kurikulum setiap jenis,jalur,dan jenjang pendidikan wajib
memuat: (1) Pendidikan Pancasila; (2) Pendidikan Agama;dan (3) Pendidikan
Kewarganegaraan.

2.3 Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan PKn

Suatu kenyataan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) telah


mengalami beberapa kali perubahan, baik tujuan, orientasi, substansi materi,
metode pembelajaran bahkan sistem evaluasi. Semua perubahan tersebut dapat
teridentifikasi dari dokumen kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini. 
Inilah ciri khas PKn sebagai mata kuliah dibandingkan dengan mata kuliah
lain. Ontologi PKn adalah sikap dan perilaku warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Status warga negara dapat meliputi
penduduk yang berkedudukan sebagai pejabat negara sampai dengan rakyat
biasa. Tentu peran dan fungsi warga negara berbeda-beda, sehingga sikap dan
perilaku mereka sangat dinamis Oleh karena itu, mata kuliah PKn harus selalu
menyesuaikan/sejalan dengan dinamika dan tantangan sikap serta perilaku warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 
Perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan
kehidupan yang telah mempengaruhi PKn di Indonesia dimana ketatanegaraan
dan sistem pemerintahan RI menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia,terbagi menjadi 6 yakni: 
(1) Periode I (1945 s.d. 1949); 
(2) Periode II (1949 s.d. 1950); 
(3) Periode III (1950 s.d. 1959); 
(4) Periode IV (1959 s.d. 1966); 
(5) Periode V (1966 s.d. 1998); 
(6) Periode VI (1998 s.d. sekarang). 
Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konstitusi
negara yang bersangkutan, tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan
zaman dan masa depan.  Misalnya, kecenderungan masa depan bangsa meliputi
isu tentang HAM, pelaksanaan demokrasi, dan lingkungan hidup. Sebagai warga
negara muda, mahasiswa perlu memahami, memiliki kesadaran dan partisipatif
terhadap gejala demikian. 
Pendidikan kewarganegaraan yang berlaku di suatu negara perlu
memperhatikan kondisi masyarakat. Walaupun tuntutan dan kebutuhan
masyarakat telah diakomodasi melalui peraturan perundangan,, namun
perkembangan masyarakat akan bergerak dan berubah lebih cepat.

2.4 Esensi dan Urgensi PKn untuk Masa Depan

Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun


Indonesia merdeka. Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun
Indonesia merdeka? Berdasarkan hasil analisis ahli ekonomi yang diterbitkan
oleh Kemendikbud (2013) bangsa Indonesia akan mendapat bonus demografi
(demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada tahun 2045 Indonesia pada
tahun 2030-2045 akan mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah.
Inilah Yang dimaksud bonus demografi. Bonus Demografi ini adalah peluang
yang harus ditangkap dan bangsa Indonesia Perlu mempersiapkan untuk
mewujudkannya. Usia Produktif akan mampu berproduksi secara optimal apabila
dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya cara yang paling strategis adalah
melalui pendidikan, termasuk pendidikan kewarganegaraan.
Nasib sebuah bangsa tidak ditentukan oleh bangsa lain, melainkan sangat
tergantung pada kemampuan bangsa sendiri. Apakah Indonesia akan berjaya
menjadi negara yang adil dan makmur di masa depan? Indonesia akan menjadi
bangsa yang bermartabat dan dihormati oleh bangsa lain? Semuanya sangat
tergantung kepada bangsa Indonesia. Demikian pula untuk masa depan PKn
sangat ditentukan oleh eksistensi konstitusi negara dan bangsa Indonesia. PKn
akan sangat dipengaruhi oleh konstitusi yang berlaku dan perkembangan tuntutan
kemajuan bangsa. Bahkan yang lebih penting lagi, akan sangat ditentukan oleh
pelaksanaan konstitusi yang berlaku.
2.5 Contoh-contoh Praktik Kewarganegaraan

Dari hal yang telah dijelaskan atau disebutkan. Kita bisa menerapkannya
dengan memperkokoh tali persaudaraan kita dengan sikap toleransi karena negara
kita merupakan negara yang kaya akan budaya, bahasa, ras, suku, dan agama.
Oleh karena itu dengan kita mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
sebagai mata kuliah umum yang wajib kita pelajari. Akhir-akhir ini sikap toleransi
sudah memudar dikalangan masyarakat. Mereka saling memikirkan kepentingan
pribadi mereka. Tidak memandang benar atau salah, melainkan mencari
kesalahan. Padahal kita telah diajarkan untuk tidak mencari kesalahan dan tidak
membeda-bedakan antar sesama karena kita Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa.
Negara kita bisa sampai pada saat seperti ini karena saling memiliki tujuan
yang sama Yaitu ingin melepaskan diri dari penjajahan. Oleh karena itu, kita
sebagai generasi muda harus melanjutkan mimpi-mimpi yang belum sempat di
realisasikan oleh generasi pendahulu kita. Kita sebagai generasi baru harus bisa
menerima dan memilih apa yang benar dan apa yang salah. Karena kita
merupakan penerus bangsa yang akan menjadikan Bangsa Indonesia lebih maju
dan sejahtera dari bangsa-bangsa lainnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran


wajib untuk dipelajari dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Itu
dikarena kita perlu diberi wawasan dan pendidikan untuk cinta tanah air dan bela
negara. Pendidikan kewarganegaraan sebagai kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian di perguruan tinggi berfungsi sebagai orientasi
mahasiswa dalam memantapkan wawasan dan semangat kebangsaan, cinta tanah
air, demokrasi, kesadaran hukum, penghargaan atas keragaman dan partisipasinya
membangun bangsa berdasar Pancasila.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan


jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

DAFTAR RUJUKAN

Anda mungkin juga menyukai