Anda di halaman 1dari 22

BERBICARA UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK

OLEH

KELOMPOK 1

Intan fatimatuz Zahro (10203951)


Dinda Putri Kurniawan (10203952)
Muhammad Irfan Hadi (10203953)
Devi Hermelia Arofah (10203954)
Mohammad David Aditya (10203955)
Dwi HartantiRini Astuti (10203956)
Rizky Dewandaru (10203958)
Alvino Alexander Daniar Mayesta (10203959)
Danu Prayoga (10203960)
Gamang Daniar (10203962)
Fairza Ari Dwi Prabaswara (10204062)

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI HUKUM 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini,
tentunya kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan
dari berbagai pihak, tantangan itu dapat teratasi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya
pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak,
terutama rekan-rekan Fakultas Hukum di Kelas A serta Dosen Pengampu yang telah
memberikan masukan demi kelancaran penyusunan makalah ini. Penulisan naskah yang
berjudal “Berbicara Untuk Keperluan Akademik” ini dalam rangka pengembangan
salah satu tri darma perguruan tinggi, yaitu bidang penelitian.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, semua kritik konstruktif dan
saran dari pembaca akan kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga lewat pembuatan makalah ini, ilmu yang diamalkan dapat bermanfaat bagi
kami dan para pembaca sekalian.

Banyuwangi, 23 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 22

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3


2.1. Konsep Tentang Berbicara ............................................................................. 3
2.2. Menganalisis Situasi dan Pendengar ............................................................... 5
2.3. Penyusunan Bahan Berbicara ......................................................................... 7
2.4. Macam – Macam Berbicara untuk Keperluan Akademik ................................ 8
A. Presentasi ................................................................................................... 8
B. Seminar .................................................................................................... 11
C. Berpidato dalam Situasi Formal ................................................................ 15
D. Belajar Mengajar ...................................................................................... 16
E. Diskusi ..................................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 18


3.1. Simpulan...................................................................................................... 18
3.2. Saran............................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang diperlukan untuk berbagai


keperluan. Berbicara menjadi suatu kebutuhan yang pada dasarnya kita sebagai
makhluk sosial selalu menggunakannya dalam berinteraksi. Sebagian besar kegiatan
berkomunikasi didominasi oleh kegiatan berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan berbicara dipandang lebih efektif daripada keterampilan berbahasa lainnya.
Pada bangku perkuliah, kegiatan berbicara merupakan salah satu kebutuhan mendasar
bagi mahasiswa untuk dapat menyampaikan gagasan-gagasannya secara baik dan
benar.
Kegiatan belajar mengajar diberikan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara secara terpadu, fungsional, dan kontekstual. Setiap materi yang diberikan
selalu dikaitkan dengan usaha peningkatan keterampilan berbahasa (menyimak,
membaca, dan menulis) dan pengetahuan bahasa (kosakata dan struktur). Selain
keterampilan terpadu tersebut, pengajaran materi seperti bercerita, berdialog,
berpidato/berceramah, dan berdiskusi juga perlu diberikan kepada mahasiswa untuk
meningkatkan kemampuan dalam berbicara.
Setiap mahasiswa dituntut memiliki kemampuan berbicara untuk keperluan
akademik. Kegiatan berbicara untuk keperluan akademik meliputi kegiatan berbicara
dalam presentasi, seminar, dan pidato resmi. Sehingga dalam memahami konsep
berbicara, kita dapat mempermudah komunikasi dua arah dalam kegiatan belajar
mengajar bersama dosen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pada tulisan ini adalah seperti
di bawah ini.

1) Apa Pengertian Berbicara ?

1
2) Bagaimana cara menganalisa situasi ?

3) Bagaimana tahapan-tahapan dalam bahan berbicara dan Aspek tambahan yang


perlu yang diperhatikan dalam menyusun bahan berbicara ?

4) Apa yang dimaksud dengan seminar ?

5) Bagaimana konsep dan unsur-unsur berdiskusi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan tulisan ini adalah sebagai berikut,

1) Untuk dapat memahami konsep tentang berbicara

2) Untuk mengetahui bagaimana menganalisis situasi dan pendengar

3) Untuk mengetahui bagaimana menyusun bahan dalam berbicara


4) Untuk macam - macam berbicara dalam keperluan akademik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Tentang Berbicara

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi atau kata-kata untuk


mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan fikiran, gagasan dan perasaan.
Berbicara merupakan sebuah alat yang sangat penting yang bertujuan untuk
menyampaikan pikiran atau perasaan secara lisan. Sehingga dapat menghubungkan
atau bertukar gagasan dengan lawan bicara. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan
bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Fisik
2. Psikologis
3. Neurologis
4. Semantik
5. Linguistik
Secara umurn berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud
(ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. (Depdikbud, 1983/1985:7).
Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar, di antaranya.
Tarigan (1983:15), mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara pada hakikatnya merupakan
suatu proses berkomunikasi karena di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu
sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat digambarkan sebagai pemindahan
pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan
pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator
adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah
pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada

3
komunikan. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Saluran untuk memindahkannya adalah udara. Selanjutnya, simbol
yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Simbol yang disampaikan itu
dipahami oleh komunikan, sehingga komunikan dapat memahami pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Tahapan selanjutnya, komunikan memberikan umpan
balik kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan
memahami pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian,
komunikasi yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan
komunikan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa
komunikasi dapat berlangsung apabila memenuhi persyaratan berikut ini.
1) Komunikator : orang yang menyampaikan pesan
2) Pesan : isi pembicaraan
3) Komunikan : orang yang menerima pesan
4) Media : bahasa lisan
5) Sarana : waktu, tempat, suasana, peralatan yang digunakan dalam
penyampaian pesan
6) Interaksi : dearah, dua arah, atau multiarah
Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami, yakni
dengan cara membandingkan diagram komunikasi dengan diagram peristiwa
berbahasa. Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-
faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pada saat berbicara
seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa.
Bahkan organ tubuh yang lain, seperti kepala, tangan, dan roman muka juga
dimanfaatkan dalam berbicara. Faktor psikologis memberikan andil yang cukup besar
terhadap kelancaran berbicara. Stabilitas emosi, misalnya, tidak saja berpengaruh
terhadap kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap, tetapi juga berpengaruh terhadap
kerantutan bahan pembicaran. Berbicara tidak terlepas dari faktor neurologis, yaitu
jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ
tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang
berhubungan dengan makna, dan faktor liguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa
selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan

4
kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna. Berbicara merupakan
tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial (homo homine socius) agar mereka
dapat berkomunikasi dengan sesamanya.
Dalam kaitan ini, Stewart dan Zimmer (Depdikbud, 1984/85:8) memandang
kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esencial untuk
mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun
kelompok. Kemampuan berbicara yang baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan
pemerintahan, swasta, ataupun pendidikan. Seorang pemimpin, misalnya, perlu
menguasai keterampilan berbicara agar dapat menggerakkan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program pembangunan. Seorang pedagang perlu menguasai
keterampilan berbicara agar dapat meyakinkan dan membujuk calon pembeli.
Demikian pula halnya pendidik, mereka dituntut menguasai keterampilan berbicara
agar dapat menyampaikan informasi dengan baik kepada anak didiknya.
Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan gagasan kepada
pendengar yang harus ditempatkan sebagai sarana penyampaian sesuatu kepada orang
lain. Lebih lanjut, pengelompokan tujuan berbicara ada empat tujuan yaitu (1) tujuan
sosial, (2) tujuan ekspresif, (3) tujuan ritual, dan (4) tujuan instrumental. Ada juga
tujuan berbicara yang menitik beratkan pada efek pembicaraan, yaitu seperti di bawah
ini.
1. Berbicara untuk meyakinkan pendengar.

2. Berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar.

3. Berbicara dengan tujuan merriperluas wawasan pendengar.

4. Berbicara dengan tujuan memberi gambaran tentang suatu objek.

2.2 Menganalisis Situasi dan Pendengar

Jenis berbicara dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, yakni dilakukan
berdasarkan tiga hal, yaitu situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan.
Seringkali pembicaraan terlalu yakin bahwa apa yang di bicarakan sebegitu pentingnya
sehingga lupa memperhatikan siapa pendengarnya, bagaimana latar belakang

5
kehidupan mereka, serta bagaimana situasi yang ada pada waktu presentasi oralnya
berlangsung. Akan tetapi, apabila pembicara berusahaa bersungguh sungguh untuk
menjawab semua pertanyaan di atas, maka ia sungguh-sungguh telah berusaha untuk
menganalisa situasi yang mungkin ada pada waktu pembicaaan akan berlangsung.
Berdasarkan situasi berbicara, yakni dapat dikelompokan ke dalam dua jenis,
yaitu sebagai berikut.
1) Berbicara formal, yaitu berbicara yang terikat pada aturan, baik aturan tata
krama maupun kebahasaan.
2) Berbicara nonformal, yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan
Berdasarkan keterlibatan pelaku, berbicara dapat dikelompokan ke dalam dua jenis,
yaitu seperti di bawah ini.
1) Berbicara individual, yaitu berbicara yang dilakukan oleh seorang
pelaku/pembicara, misalnya pidato.
2) Berbicara kelompok, yaitu berbicara yang melibatkan banyak
pelaku/pembicara, misalnya diskusi dan debat.
Berdasarkan alur pembicaraannya, berbicara dapat dikelompokan ke dalam dua jenis
yaitu seperti di bawah ini.
1) Berbicara monologis, yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan searah.

2) Berbicara dialogis, yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan secara dua


arah.
Berbicara adalah kegiatan berbicara yang dimulai dengan proses simbolisasi
pesan dalam diri pembicara untuk disampaikan kepada pendengar melalui sebuah
media. Secara umum berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk
ujaran-ujaran yang muncul dari perwujudan gagasan yang sebelumnya berada pada
tataran ide.
Sebagai salah satu unsur kemampuan berbahasa, berbicara sering dianggap
sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan dari kegiatan pengajaran
berbicara dalam lingkungan akademik. Dalam praktiknya, pengajaran berbicara
dilakukan dengan menyuruh murid berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya
bercerita atau berpidato. Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak
mengganggu. Akibatnya, pengajaran berbicara di sekolah – sekolah seperti itu kurang

6
menarik. Siswa yang mendapat giliran merasa tertekan sebab di samping siswa itu
haras mempersiapkan bahan sering kali guru melontarkan kritik yang berlebihan.
Sementara itu, siswa yang lain merasa kurang terikat pada kegiatan itu kecuali ketika
mereka mendapatkan giliran. Agar selurah anggota kelas dapat terlibat dalam kegiatan
pengajaran berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa pada hakikatnya berbicara itu
berhubungan dengan kegiatan berbahasa yang lain, seperti menyimak, membaca, dan
menulis serta berkaitan dengan pokok-pokok pembicaraaan. Dengan demikian,
sebaiknya pengajaran berbicara mempunyai aspek komuniksi dua arah dan fungsional.
Pembicara yang baik memberikan kesan kepada pendengar bahwa orang itu
menguasai masalah, memiliki keberanian dan kegairahan. Penguasaan masalah akan
terlibat pada kedalaman isi dan keruntutan penyajian. Sementara itu, keberanian dan
kegairahan akan terlihat pada penampilan, kualitas suara, dan humor yang ditampilkan.
Pembicara yang baik perlu didukung oleh pendengar yang baik, yaitu pendengar yang
memiliki sifat kritis dan responsif. Pendengar yang demikian itu pada umumnya
bersedia memahami dan menanggapi pokok pembicaran secara kritis. Dengan
demikian, akan terjadi interaksi timbal balik antara pembicara dengan pendengar
sehingga tercipta pembicaraan yang hidup.Pendengar, selain berkewajiban menyimak
ia berhak untuk memberikan umpan balik. Sementara itu, pokok persoalan yang
menjadi bahan pembicaraan haras dipilih hal – hal yang benar – benar diperlukan oleh
partisipan. Tugas pengajar adalah mengembangkan pengajaran berbicara agar aktivitas
kelas dinamis, hidup, dan diminati oleh anak sehingga benar – benar dapst dirasakan
sebagai sesuatu kebutuhan untuk mempersiapkan diri teijun ke masyarakat. Untuk
mencapai hal itu, dalam pengajaran berbicara harus diperhatikan beberapa faktor,
misalnya pembicara, pendengar, dan pokok pembicaraan.

2.3 Penyusunan Bahan Berbicara

Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu yang pertama


mengumpulkan bahan, lalu membuat kerangka karangan, dan yang terakhir
menguraikan secara mendetail. Dalam bagian ini akan di temukan beberapa aspek
tambahan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan untuk disampaikan secara
lisan. Topik pembicaraan dinilai baik apabila menarik bagi pembicara dan pendengar,

7
misalnya aktual dan relevan dengan kepentingan partisipan. Agar topik pembicaraan
itu mudah dipahami perlu disusun naskah secara sistematis.
Mempersiapkan materi untuk bahan bicara di depan orang banyak, idealnya
memang dilakukan selama beberapa hari. Paling tidak ada kesempatan untuk
mempersiapkan bahan, kemudian melatih cara bicara, dan mempersiapkan mental.
Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti di bawah ini.
1) Pertama tama, dalam bagian pengantar uraian, ia menyampaikan suatu orientasi
mengenai apa yang diuraikannya, serta bagaimana usaha untuk menjelaskan
tiap bagian itu, bila pendengar telah mendapatkan gambaran dan kesan yang
baik mengenai urutan penyajiannya berserta kepentingan materi
pembicaraannya maka mereka akan lebih siap untuk mengikuti uraian itu
dengan cermat dan penuh perhatian.
2) Sesudah memasuki materi uraian, tiap kali pembicara harus menonjolkanbagian
bagian yang penting sebagai sudah dikemukakan pada awal orientasinya. Tiap
bagian yang ditonjolkan itu kemudian diikuti dengan penjelasan, ilustrasi, atau
keterangan keterangan yang bersifat kurang penting karena sudah ada motivasi
maka setiap pendengar ingin mengetahui perincian itu
3) Pada akhir uraian, sekali lagi pembicara menyampaikan ikhtisar seluruh uraian
tadi, agar hadirin dapat memperoleh gambaran secara utuh sekali lagi mengenai
seluruh masalah yang baru saja selesai di bicarakan itu.
4) Persiapkan diri juga untuk tampil dengan bahasa tubuh yang baik dan kalimat
pembuka yang baik. Menyapa rekan atau kolega yang hadir dengan ramah bisa
sekaligus menjadi pemecah ketegangan yang baik.

2.4 Macam - Macam Berbicara Untuk Keperluan Akademik

A. Presentasi

Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin atau


salah satu bentuk komunikasi. Presentasi merupakan kegiatan pengajuan suatu topik,
pendapat atau informasi kepada orang lain. Berbeda dengan pidato yang lebih sering
dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering dibawakan

8
dalam acara bisnis.Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk
membujuk (biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya
oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang
ingin membantah pendapat tertentu).
Membuat presentasi bukanlah hal yang gampang, bayangkan saja, kita harus
mencari sumber-sumber atau bahan yang akan dipresentasikan. Kemudian, bahan –
bahan tersebut harus diedit lagi menjadi lebih khusus. Oleh karena dalam hal
presentasi, materi yang dimuat tidak harus banyak, tetapi diambil kata kunci atau hal-
hal pokok yang akan dibicarakan. Program yang biasanya digunakan orang untuk
presentasi adalah program Ms. PowerPoint. Dalam program itu anda dapat
menggunakannya sebebas mungkin untuk membuat desain presentasi, seperti animasi,
background, tulisan, dan hal lainnya dengan atraktif, heboh, dan spektakuler.
Presentasi berhubungan erat dengan komunikasi. Presentasi adalah suatu
proses pertukaran informasi, gagasan, dan pikiran di antara dua orang atau lebih dalam
berkomunikasi. Hal ini bertujuan menginformasikan, menghibur, dan menggerakan
untuk bertindak.
Dalam melakukan presentasi, hal dasar seperti bersikap hormat, menghargai
khalayak, menunjukkan empati, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan
menggunakan media sebagai pelengkap harus diperhatikan. Sehingga saat itu
membicarakan tentang keperluan akademik, maka presentasi harus menggunakan
bahasa yang baku dan lugas. Adapun jenis-jenis presentasi menurut para ahli antara
lain :
1. Presentasi Dadakan (Impromptu)
Pembicaraan impromptu merupakan jenis presentasi yang dilakukan secara
mendadak tanpa persiapan apapun. Dalam hal ini pembicara ditunjuk
langsung untuk menyampaikan informasi kepada para pendengar, tanpa
melakukan persiapan segala sesuatunya, baik itu mengenai tema
pembicaraan maupun alat bantu yang digunakan, sehingga perasaan
pembicara akan mengejutkan.
2. Presentasi Naskah (Manuscript)

9
Presentasi naskah merupakan jenis presentasi dimana dalam
menyampaikan informasinya, seorang pembicara melakukannya dengan
membaca naskah. Tidak sedikit orang dalam menyampaikan informasi
menggunakan naskah berupa teks. Setiap kata-kata yang keluar merupakan
hasil dari sebuah naskah, pembicara melupakan tugasnya yang utama yaitu
melakukan kontak mata dengan pendengar. Jadi dapat dikatakan
pembicara bukan menyampaikan pidato, tetapi membacakan naskah
pidato.
3. Presentasi Hafalan (Memoriter)
Jenis presentasi yang dilakukan menghapal dari teks yang telah disediakan.
Berbeda dengan jenis manuscript, memoriter tidak menggunakan naskah
dalam penyampaiannya, pembicara hanya melakukan persiapannya dengan
menghafal dari teks dimana isinya mengenai informasi yang akan
disampaikan. Kelebihan dan kelemahannya hampir sama dengan
manuscript. Jenis ini sangat buruk untuk dilakukan, karena apabila
melupakan kata-kata dari naskah maka presentasi yang dilakukan akan
terjadi kegagalan.
4. Presentasi Ekstempor
Jenis Ekstempore merupakan jenis presentasi yang paling baik untuk
dilakukan dibanding jenis lainnya. Pembicara mempersiapkan materi
dengan garis besarnya saja, kemudian pada saat presentasi akan dijabarkan
secara mendetail.
Persiapan yang harus anda lakukan sebelum pelaksanaan presentasi adalah
sebagai berikut :
1) Kenali audience

2) Kuasai materi

3) Buat outline

4) Siapkan alat peraga/bantu

5) Siapkan introduction

10
6) Siapkan penutup

Teknik latihan dalam berpresentasi yakni dengan mengumpulkan audience dan


saat melakukan presentasi, rekamlah latihan itu dengan tujuan agar kita dapat
mengetahui kekurangan Anda saat berpresentasi. Hal – hal khusus yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan presentasi antara lain :
1) Tentukan cara mengulang poin utama tanpa terlihat adanya pengulangan.

2) Ciptakan transisi antar bagian dengan mulus.

3) Kenali betul alat bantu/alat peraga yang digunakan.

4) Menyiapkan jawaban atas pertanyaan yang kemungkinan muncul.

5) Mengembangkan gaya sendiri.

Hal-hal tersebut akan menjadikan presentasi yang kita sampaikan lebih


berkualitas sehingga komunikasi yang dijalin dengan para pendengar akan berjalan
dengan lancar.

B. Seminar

Seminar pada umumnya merupakan sebuah bentuk pengajaran akademis, baik


di sebuah universitas maupun diberikan oleh suatu organisasi komersial atau
profesional. Seminar sering kali dilaksanakan melalui sebuah dialog dengan seorang
moderator seminar, atau melalui sebuah presentasi hasil penelitian dalam bentuk yang
lebih formal. Biasanya, para peserta bukanlah seorang pemula dalam topik yang
didiskusikan (di universitas, kelas-kelas seminar biasanya disediakan untuk mahasiswa
yang telah mencapai tingkatan atas). Sistem seminar memiliki gagasan untuk lebih
mendekatkan mahasiswa kepada topik yang dibicarakan. Sebelum kita melihat
bagaimana membuat sebuah seminar yang baik, sebaiknya diperjelas terlebih dahulu
apa yang dimaksud dengan seminar dalam tulisan ini.
Seminar adalah untuk mengeksplorasi sebuah ide. Dengan demikian, seminar
berbeda dengan pelatihan karena di dalam pelatihan, ada sebuah keahlian yang
dibawakan oleh seseorang yang menguasainya dan di dalam pelatihan terjadi transfer

11
ilmu. Selain itu, seminar adalah satu pertemuan, di sini semua pesertanya terlibat aktif.
Di dalam seminar yang dimaksud ini, tidak ada pembicara dan peserta, seperti yang
dikenal dalam seminar pada umumnya. Tidak ada perbedaan antara pembicara dan
peserta. Dengan demikian, seminar dibedakan dengan kuliah, dalam hal ini ada seorang
rektor membawakan suatu tema atau ide, dan peserta kuliah mendengarkan dan
bertanya. Rektor adalah seseorang yang menguasai tema tersebut, sedangkan peserta
adalah orang yang mempelajari tema tersebut. Syarat-syarat agar seminar berjalan
dengan baik adalah sebagai berikut :
a) Ruang Seminar

Ruang seminar yang memadai adalah sebuah ruang yang memungkinkan


interaksi aktif selurah peserta seminar. Sebuah meja bundar besar adalah sebuah
contoh yang baik atau kursi yang disusun dengan melingkar. Ruangan tentu saja haras
cukup tenang dan cukup terang untuk memberikan iklim yang nyaman untuk
berseminar. Keberadaan sebuah papan tulis dapat membantu.

b) Peserta

Peserta adalah bukan kertas kosong yang menunggu diisi, seperti halnya dalam
kuliah. Mereka harus sudah membaca tentang tema yang akan diseminarkan. Mereka
bisa membuat sebuah esai pendek tentang tema yang diseminarkan. Apabila yang
diseminarkan adalah sebuah teks, teks tersebut telah dibaca secara analitis, ditandai,
disertai tanggapan dan kritik.

Dengan membaca terlebih dahulu tentang yang akan diseminarkan, mereka


telah mengolahnya di dalam kepala mereka. Mereka telah memiliki bayangan tentang
apa yang diseminarkan. Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema yang
diseminarkan menurut masing-masing peserta, nantinya akan memandu mereka di
dalam seminar.

12
c) Moderator

Dalam hal ini seorang moderator adalah orang yang paling senior dalam
menguasai tema yang akan diseminarkan. Hal ini bukan berarti pendapatnyalah yang
paling benar. Senioritas dalam penguasaan materi semata-mata untuk mengarahkan
seminar karena ia semestinya yang paling tahu tentang seluk beluk tema yang
diseminarkan.

Peran seorang moderator ada dua, yaitu mengarahkan (directing) dan


memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga agar seminar tidak
menyimpang dari tema. Dengan memoderasi, ia menjaga agar tidak ada satu orang atau
satu ide tertentu yang terlalu mendominasi seminar sehingga seluruh tema seminar
tidak tereksplorasi dengan baik.

Sebelum seminar, seorang moderator haras telah membaca tema yang akan
diseminarkan, menyiapkan catatan tentang tema tersebut, menentukan kata – kata
kunci, dan menyusun pertanyaan-pertanyaan kunci yang nantinya akan ditanyakan di
dalam seminar. Pada awal seminar ia dapat menuliskan terlebih dahulu butir – butir
yang akan didiskusikan atau menggambarkan sebuah diagram yang mencerminkan ide
yang akan didiskusikan. Seorang moderator yang baik haruslah seorang pendengar dan
pembicara yang baik. Ia mampu menangkap maksud sebuah pembicaraan dan
membuatnya lebih jelas. Ia mampu memparafrasekan sebuah pertanyaan menjadi
pertanyaan lain yang lebih jelas. Mengingat beratnya tugas seorang moderator,
sebaiknya seorang moderator tidak memimpin sebuah seminar lebih dari satu kali
dalam sehari.

d) Jalannya Seminar

Seminar dimulai dengan pengantar singkat dari moderator, kemudian langsung


dilanjutkan dengan pertanyaan kunci yang dibahas oleh semua peserta secara
bergiliran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya seminar berjalan baik.

1) Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada seorang yang lebih
mendominasi pembicaraan.

13
2) Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas ada
jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih
dalam dan tidak jelas jawabannya. Pertanyaan jenis kedualah yang
memberikan manfaat terbesar. Tidaklah banyak pertanyaan seperti itu.
3) Semua pertanyaan dan pemyataan dinyatakan dengan jelas
4) Masih berhubungan dengan butir pertama, setiap pertanyaan haruslah jelas
sebelum ditanggapi dengan jawaban. Penanggap berhak meminta
penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan sebelum ia menjawab. Tanggapan
tentunya juga harus relevan dengan pernyataan. Moderator juga harus
memperhatikan hal ini.
5) Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai jembatan menuju pertanyaan lain
yang lebih mendasar. Hanya dengan cara demikian sebuah seminar dapat
memberikan manfaat lebih.
6) Apabila ada istilah yang sama, tetapi dipakai dengan arti yang berbeda
oleh beberapa orang, moderator harus menunjukkan hal itu dan membuat
kesepakatan dalam arti apakah istilah itu dipakai sebelum melanjutkan
seminar.
7) Etiket harus diperhatikan dalam sebuah seminar, seperti halnya di sebuah
meja makan. Bahasa harus santun dan tidak merendahkan. Dalam hal ini
moderator terlebih harus memberikan contoh yang dapat diikuti oleh
peserta yang lain. Bukan berarti seminar tidak bisa dilakukan dengan
ringan dan diiringi tawa, tetapi canda dan tawa dilakukan dengan wajar
dan memberi makna di dalam seminar. Tidak ada yang lebih membantu
untuk mengingat daripada ide-ide kreatif yang kadang – kadang
membangkitkan tawa.
8) Seminar adalah sebuah tempat untuk menggodok ide. Ia bukanlah tempat
untuk membenarkan diri. Setiap orang haras kritis, teteapi menerima
apabila ada pendapat yang lebih baik. Di dalam seminar semua orang
memiliki posisi yang sama.
9) Sebuah seminar yang baik tidaklah haras menghasilkan sebuah simpulan
tunggal. Setiap orang bisa pulang dengan pendapatnya masing-masing.

14
Dalam hal ini yang terpenting adalah mata mereka lebih terbuka, mereka
telah melihat ide-ide baru yang sebelumnya tidak terpikirkan olehnya.
Demikianlah sebuah seminar Sokratik sebaiknya dilaksanakan. Dengan
seminar seperti ini, semua peserta dapat mengambil manfaat. Sebuah
seminar yang baik seperti ini dapat memberikan manfaat seumur hidup
yang mengendap sebagai manfaat terbaik yang dapat diberikan oleh
sebuah pendidikan.

C. Berpidato dalam Situasi Formal

Pidato memiliki artian umum sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menyampaikan gagasan dengan menggunakan lisan pada masyarakat umum. Namun
ada juga yang menyatakan bahwa pidato merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
untuk mengungkapkan pikiran, ide, maupun gagasan secara lisan. Pidato sangat penting
dilakukan karena bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada pihak lain yang akan
dituju, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pesan yang disampaikan
secara langsung, biasanya dalam bentuk suatu imbauan dan ajakan. Sedangkan, pesan
yang disampaikan secara tidak langsung, pada umumnya tersirat di dalam setiap
pernyataan yang disampaikan dalam pidato.
Kegiatan berpidato secara formal biasanya dilakukan dalam pidato wisuda.
Dalam melakukan pidato formal, cara berbahasa yag baik dan benar perlu diperhatikan
karena acara yang diusung bersama dengan pidato secara formal adalahacara resmi.
Audience atau peserta yang menghadiri pun biasanya merupakan tamu-tamu penting.
Untuk memperoleh keterampilan berbicara formal diperlukan penguasaan terhadap
faktor – faktor yang menentukan keberhasilan berbicara. Faktor – faktor tersebut
adalah faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi
keberaniaan, kelancaran, kenyaringan suara, pandangan, gerak-gerik, penalaran, dan
sikap yang wajar.
Persiapan Pidato, Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya
untuk melakukan persiapan berikut ini :
1. Wawasan pendengar pidato secara umum
2. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan

15
3. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
4. Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
5. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.
Sehingga dengan memperhatikan hal-hal diatas, maka keiatan berpidato akan
dapat berjalan dengan baik dan diterima dengan baik pula oleh pendengar.

D. Belajar Mengajar

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses dimana guru dan siswa
berinteraksi timbal balik satu sama lain yang bersifat mempengaruhi dan dipengaruhi.
Keberhasilan suatu KBM ditentukan dari banyak faktor terutama dari dalam guru dan
siswa itu sendiri. Inti dari proses belajar mengajar adalah tingkat keefektifan dari
pelaksanaan KBM tersebut. Tingkat efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku
guru dan siswa. Perilaku guru yang efektif antara lain mengajar dengan jelas,
menggunakan variasi metode pembelajaran, memperdayakan peserta didik dan lain
sebagainya. Sedangkan perilaku siswa anatara lain disiplin belajar, semangat belajar,
kemandirian belajar, aktif belajar dan sikap belajar yang positif. Proses belajar mengajar
tidak terlepas dari tiga komponen utama, yaitu guru, siswa, dan bahan ajar. Proses
belajar merupakan interaksi antarberbagai unsur, yakni dengan unsur utama adalah
siswa, kebutuhan berbagai sumber, serta situasi belajar yang memberikan kemungkinan
kegiatan belajar. Meskipun demikian, guru merupakan faktor yang cukup menentukan,
seperti melakukan pengembangan bahan ajar serta perangkat lainnya.

E. Diskusi
Diskusi berasal dari bahasa Latin, yaitu discutio atau discusium yang artinya
bertukar pikiran. Diskusi pada dasarnya merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang
teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun besar, dengan tujuan untuk
mendapatkan suatu pengertian, kesepatakan, dan keputusan bersama mengenai suatu
masalah. Unsur- unsur yaga da dalam sebuah diskusi antaralain :
1. Materi : Pokok pembahasan yang akan di selama kegiatan diskusi
berlangsung;

16
2. Manusia : sebagai pelaksana. Terdiri dari Moderator, sekretaris,
Narasumber,peserta diskusi;
3. Perlengkapan : Alat bantu peragaan untuk mempermudah jalan diskusi.
Selain itu, untuk mendukung kelancaran berdiskusi ada tatatertib yang harus ditaati oleh
para peserta dan pelaku dikusi. Tatatertib diskusi adalah sebagai berikut :
1. Terbuka
Semua pihak yang terlibat siap/rela memberi dan menerima informasi
kepada siapa pun.
2. Berpartisipasi
Tiap peserta harus berpartisipasi penuh. Tiap peserta mengambil bagian
dalam proses diskusi,masing-masing menjadi pendengar dan pembicara
yang baik.
3. Terkontrol
Selalu ada bimbingan dan kontrol. Ketua atau moderator senantiasa
mengadakan bimbingan dan pengawasan/kontrol agar diskusi tetap
berjalan pada arahnya.
4. Sopan
Penyampaian pertanyaan atau pernyataan harus dengan bahasa dan sikap
yang sopan atau baik.
5. Tidak Emosional
Perdebatan harus didasarkan pada argumentasi kontra argumentasi bukan
emosi kontra emosi. Diskusi yang akan mencari jalan penyelesaian atau
kebenaran itu tidak didasarkan atas siapa yang kuat (fisik/suara) melainkan
pada argumentasi yang baik dan benar.
6. Kejelasan
Pengajuan pertanyaan harus jelas dan singkat. Pertanyaan sebaiknya tidak
bertele-tele tetapi menuju sasaran.
7. Demokratis
Tidak adanya pemborong atau monopoli. Diskusi yang baik adalah diskusi
yang berlangsung dalam suasana demokratis semua pihak mempunyai hak
yang sama baik dalam berbicara maupun didengarkan.

17
8. Menyimpulkan
Selalu ada kesimpulan. Diskusi yang baik ialah diskusi yang mampu
mencapai keputusan bersama sehingga semua pihak merasa puas dan tidak
mengambang. Hal tersebut dilakukan guna menghasilkan kesimpulan yang
memuaskan semua pihak.

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, dimana bahasa memiliki


peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana komunikasi. Dalam
memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang
tertatur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara,
sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut pada
dasarnya merupakan suatu kesatuan. Pengetahuan tentang ilmu atau teori berbicara
sangat menunjang kemahiran serta keberhasilan seni dan praktik berbicara. Untuk itulah
diperlukan pendidikan berbicara (speech education). Konsep-konsep dasar pendidikan
berbicara mencakup tiga kategori, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan hakikat atau
sifat-sifat dasar ujaran, hal-hal yang berhubungan dengan proses intelektual yang
diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara, dan hal-hal yang
memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan berbicara. Pengelompokan
berdasarkan arah pembicaran menghasilkan berbicara satu arah (pidato dan ceramah),
dan berbicara dua/multi-arah (diskusi). Berdasarkan aspek tujuan, berbicara dapat
dilakukan dengan cara persuasi, instruksional, dan rekreatif.

18
3.2. Saran

Dalam kesempatan ini penulis bermaksud ingin menyampaikan saran yang


sekiranya dapat memberikan manfaat. Karena berbicara sangat penting dalam
berkomunikasi, jadi kita perlu memahami bahwa dalam berbicara kita dapat
kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dengan
baik. Penulis menyadari akan kekurangan bahan/materi tulisan ini. Dalam hal ini
penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi tulisan ini, maka saran kritik
dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan penulis dan menjadikan semua itu
sebagai bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Bandung : Erlangga

Arifin, E. Zaenal dan SAmran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesiauntuk

SAO Thestral. 2014. Berbicara untuk Keperluan Akademik, http://sao-


wsn.blogspot.com/2014/01/berbicara-untuk-keperluan-akademik.html?m=1 , diakses
pada 23 Oktober 2020 pukul 18.15.

Wikipedia, Diskusi, Tersedia. 2020. Diskusi https://id.wikipedia.org/wiki/Diskusi ,


diakses 23 Oktober 2020 pukul 19.00.

19

Anda mungkin juga menyukai