Nim : 20591121
Kelas : PGMI 3B
Bahasa Rejang
Bahasa Rejang merupakan bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di Provinsi Bengkulu.
Dengan jumlah penutur lebih dari 1 juta orang, Rejang dialek Lebong secara umum
dipergunakan di wilayah Kabupaten Lebong, dialek Musi dipergunakan di Kabupaten Rejang
Lebong dan sebagian wilayah Merigi di Kabupaten Kepahiang. Dialek Pesisir di pergunakan di
sebagian Bengkulu Tengah dan sebagian Kabupaten Bengkulu Utara, antara hingga wilayah
Sungai Hitam (Bengkulu Tengah) hingga wilayah Urai (Bengkulu Utara). Terakhir, Bahasa
Rejang dialek Kepahiang dipergunakan di sebagian besar masyarakat berbahasa Rejang di
Kabupaten Kepahiang. Berdampingan secara ketat dengan bahasa Melayu Bengkulu, bahasa
Rejang pun telah banyak menyerah dan menyerap kosa kata dari bahasa Melayu Bengkulu itu.
Keberadaan bahasa Rejang telah menjadi cukup terancam, dengan banyaknya orang Rejang
sendiri yang tidak menuturkannya lagi. Istilah Jang Kaet muncul sebagai sebutan bagai orang
Rejang yang tidak begitu fasih berbahasa Rejang.
1. Banyak orang Rejang yang kurang menerima ada orang yang tidak fasih berbahasa
Rejang, atau orang yang baru belajar bahasa Rejang, melakukan komunikasi dengannya.
Mereka juga cenderung kurang menerima kesalahan orang lain dalam bertutur bahasa
Rejang, bahkan pada sisi kecil aksentuasi sekalipun. Dalam kondisi ini, ada
kecenderungan orang Rejang, bukan bertindak mengoreksi, tetapi akan segera mengajak
lawan bicaranya untuk berganti bahasa ke bahasa Melayu Bengkulu atau bahasa
Indonesia. Hal ini berakibat, banyak orang yang bukan penutur bahasa Rejang yang
bertahun-tahun berdomisili di Tanah Rejang (terutama sekali wilayah pasar) tidak bisa,
bahkan kurang berani berkomunikasi dalam bahasa Rejang.
2. Dalam Bahasa Rejang, Huruf "R" Kebanyakan "Lumer" Nah, ini keunikan yang lain, dari
segi bahasa. Bahasa Rejang, sangat jauh berbeda dengan bahasa-bahasa yang ada di
sekitarnya seperti bahasa Serawai, bahasa Melayu Bengkulu, bahasa Lembak dan bahasa
Inggris, tentunya.Salah satu keunikan dari Bahasa Rejang adalah, huruf "R" nyaris
menghilang atau "lumer" menjadi "ea" atau malah hilang sama sekali. Mereka menyebut
dirinya sebagai "tun Jang" atau orang Rejang. Bahkan huruf "R" di kata "Rejang" pun
ikut hilang, loh, jadi tinggal "Jang" saja. Begitu juga huruf R di kata lainnya. Misalnya
untuk "Musi Rawas", yang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Selatan dan
dekat dengan Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, disebut dengan "Musei Awes".
Kalau huruf R di ujung kata, maka kebanyakan berubah jadi "ea". Begitu juga kalau di
tengah. Tapi, uniknya, Suku Rejang sering memberi nama pada anak-anaknya dengan
huruf R, loh. Dan huruf "R" lumer tidak berlaku untuk kata-kata yang "dihormati" seperti
Rajo, Ratu dan sebagainya.