Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Alparezi

Nim : 20591121

Kelas : PGMI 3B

Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Dibul Amda, M.Pd

Tugas resume materi “bahasa rejang dan aspek aspek keunikannya”

Bahasa Rejang

Bahasa Rejang merupakan bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di Provinsi Bengkulu.
Dengan jumlah penutur lebih dari 1 juta orang, Rejang dialek Lebong secara umum
dipergunakan di wilayah Kabupaten Lebong, dialek Musi dipergunakan di Kabupaten Rejang
Lebong dan sebagian wilayah Merigi di Kabupaten Kepahiang. Dialek Pesisir di pergunakan di
sebagian Bengkulu Tengah dan sebagian Kabupaten Bengkulu Utara, antara hingga wilayah
Sungai Hitam (Bengkulu Tengah) hingga wilayah Urai (Bengkulu Utara). Terakhir, Bahasa
Rejang dialek Kepahiang dipergunakan di sebagian besar masyarakat berbahasa Rejang di
Kabupaten Kepahiang. Berdampingan secara ketat dengan bahasa Melayu Bengkulu, bahasa
Rejang pun telah banyak menyerah dan menyerap kosa kata dari bahasa Melayu Bengkulu itu.
Keberadaan bahasa Rejang telah menjadi cukup terancam, dengan banyaknya orang Rejang
sendiri yang tidak menuturkannya lagi. Istilah Jang Kaet muncul sebagai sebutan bagai orang
Rejang yang tidak begitu fasih berbahasa Rejang.

Aspek Aspek Keunikannya

1. Banyak orang Rejang yang kurang menerima ada orang yang tidak fasih berbahasa
Rejang, atau orang yang baru belajar bahasa Rejang, melakukan komunikasi dengannya.
Mereka juga cenderung kurang menerima kesalahan orang lain dalam bertutur bahasa
Rejang, bahkan pada sisi kecil aksentuasi sekalipun. Dalam kondisi ini, ada
kecenderungan orang Rejang, bukan bertindak mengoreksi, tetapi akan segera mengajak
lawan bicaranya untuk berganti bahasa ke bahasa Melayu Bengkulu atau bahasa
Indonesia. Hal ini berakibat, banyak orang yang bukan penutur bahasa Rejang yang
bertahun-tahun berdomisili di Tanah Rejang (terutama sekali wilayah pasar) tidak bisa,
bahkan kurang berani berkomunikasi dalam bahasa Rejang.

2. Dalam Bahasa Rejang, Huruf "R" Kebanyakan "Lumer" Nah, ini keunikan yang lain, dari
segi bahasa. Bahasa Rejang, sangat jauh berbeda dengan bahasa-bahasa yang ada di
sekitarnya seperti bahasa Serawai, bahasa Melayu Bengkulu, bahasa Lembak dan bahasa
Inggris, tentunya.Salah satu keunikan dari Bahasa Rejang adalah, huruf "R" nyaris
menghilang atau "lumer" menjadi "ea" atau malah hilang sama sekali. Mereka menyebut
dirinya sebagai "tun Jang" atau orang Rejang. Bahkan huruf "R" di kata "Rejang" pun
ikut hilang, loh, jadi tinggal "Jang" saja. Begitu juga huruf R di kata lainnya. Misalnya
untuk "Musi Rawas", yang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Selatan dan
dekat dengan Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, disebut dengan "Musei Awes".
Kalau huruf R di ujung kata, maka kebanyakan berubah jadi "ea". Begitu juga kalau di
tengah. Tapi, uniknya, Suku Rejang sering memberi nama pada anak-anaknya dengan
huruf R, loh. Dan huruf "R" lumer tidak berlaku untuk kata-kata yang "dihormati" seperti
Rajo, Ratu dan sebagainya.

3. Diturunkan Ke Aksara Kaganga


aksara kaganga diyakini bisa membunyikan fonologi bahasa Rejang. Dari sumber-
sumber Barat, bahwa masyarakat Rejang pada masa lampau menggunakan aksara khusus
untuk untuk menuliskan naskah.

4. Unsur Serapan dari Bahasa Inggris dan Belanda


Persentuhan bahasa Rejang dengan bahasa Inggris, tak lepas dari sejarah
kedudukan kolonial Inggris yang berada di Bengkulu dalam jangka waktu yang relatif
panjang. Sementara dengan bahasa Belanda merupakan persentuhan langsung, dimulai
saat Belanda menganeksasi Tanah Rejang, 1870. Terdapat kosa kata dalam bahasa
Rejang menyerap kota kata dari kedua bahasa asing itu. Kosa kata-kosa kata serapan ini
umum adalah untuk benda-benda yang memang sebelumnya tidak dikenal oleh orang di
Tanah Rejang.

5. Nasalisasi pada Alih Subyek dalam Pembicaraan


Nasalisasi dalam bahasa Indonesia hanya dikenali pada fonem, baik vokal atau
konsonan. Namun, dalam bahasa Rejang, nasalisasi ini memiliki keunikan, karena lebih
luas lagi terjadi dalam struktur frase atau kalimat. Dalam suasana pembicaraan, ketika
menceritakan tentang ucapan seseorang, maka orang Rejang mengubah suaranya menjadi
sengau. Ini dilakukan untuk memperlihatkan, bahwa apa yang diucapkannya itu
merupakan pengulangan dari ucapan orang lain. Terjadi juga alih karakter, di mana
penutur mencoba menirukan intonasi hingga bahasa tubuh subyek yang diceritakan.

6. Nasalisasi pada Alih Subyek dalam Pembicaraan


Nasalisasi dalam bahasa Indonesia hanya dikenali pada fonem, baik vokal atau
konsonan. Namun, dalam bahasa Rejang, nasalisasi ini memiliki keunikan, karena lebih
luas lagi terjadi dalam struktur frase atau kalimat. Dalam suasana pembicaraan, ketika
menceritakan tentang ucapan seseorang, maka orang Rejang mengubah suaranya menjadi
sengau. Ini dilakukan untuk memperlihatkan, bahwa apa yang diucapkannya itu
merupakan pengulangan dari ucapan orang lain. Terjadi juga alih karakter, di mana
penutur mencoba menirukan intonasi hingga bahasa tubuh subyek yang diceritakan.

7. Undak Usuk Dalam Penyapaan


Bentuk krama dalam pembicaraan orang-orang Rejang adalah menerapkan undak
usuk, dengan menggunakan kata "ko, udi dan kumu"; ketiga kata ini semuanya berarti
'engkau, kau, anda'. Ko dipergunakan antar orang-orang yang usia yang setara, juga dari
orang berusia yang lebih tua kepada orang yang berusia lebih muda. Udi dipergunakan
dari orang yang lebih muda kepada orang yang berusia lebih tua, jika dalam tataran
keluarga, dari adik kepada kakak. Kumu dipakai kepada orang tua, atau orang yang
dihormati.

Anda mungkin juga menyukai