Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bahasa adalah bunyi yang diucapkan oleh alat ucap manusia yang memiliki makna dan
mempunyai sistem yang dapat dilambangkan serta sebagai alat komunikasi. Sedangkan Bahasa
daerah adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau bahasa yang diturunkan
kepada keturunan-keturunan.

Sintaksis adalah studi dan aturan hubungan kata antara satu sama lain sebagai penyatuan
ide dan sebagai bagian dari struktur kalimat, pembelajaran dan struktur kalimat.

Bahasa daerah atau bahasa regional adalah bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam
sebuah negara berdaulat, yaitu di suatu daerah kecil, negara bagian federal, provinsi, atau teritori
yang lebih luas. Dalam makalah ini akan membahas tentang bahasa daerah yang ada di Bengkulu
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Daerah yaitu ada bahasa Melayu Bengkulu,
Serawai, Lembak, Pasemah, Rejang, Enggano dan lain sebagainya. Secara teoritis tulisan ini
melibatkan teori fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kerangka tulisan yang digunakan dalam
tulisan ini adalah teori strktural.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari teori sintaksis Abdul Chaer?


2. Apa saja bahasa-bahasa yang ada di Bengkulu?
3. Bagaimana analisis kalimat dalam Bahasa Melayu Bengkulu menggunakan teori
sintaksis?

Sintaksis | 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori sintaksis menurut Abdul Chaer

Menurut Abdul Chaer, sintaksis adalah susunan bahasa umum yang membicarakan kata
dalam hubungannya dengan kata lain atau unsure lain sebagai suatu ujaran.

Secara umum, struktur sintaksis terdiri dari subjek (S), predikat (P), objek (O), dan
keterangan (K). Fungsi sintaksis terdiri dari unsur S,P,O,K tersebut adalah “kotak-kotak kosong”
atau “tempat-tempat kosong” yang tidak memiliki fungsi apa-apa karena kekosongannya.
Tempat kosong tersebut di isi oleh sesuatu yang berupa kategori dan mempunyai peran tertentu.

Contoh: Ayah melirik Ibu tadi pagi

Tempat kosong subjek di isi ayah (nomina), tempat kosong predikat di isi kata melirik
(verba), tempat kosong objek di isi ibu (nomina), dan tempat kosong keterangan di isi oleh frase
tadi pagi (nomina). Fungsi tersebut berupa kategori sintaksis yang memiliki peran-peran
sintaksis. Ayah memiliki peran pelaku (agentif), melirik memiliki peran aktif, ibu memiliki peran
sasaran dan kata tadi pagi memiliki peran waktu.

Susunan fungsi sintaksis tidak harus berurutan SPOK, karena keempat fungsi tersebut
tidak harus selalu ada dalam setiap struktur sintaksis. Peran-peran yang ada dalam setiap struktur
sintaksis berkaitan dengan unsur gramatikal yang dimiliki setiap sintaksis. Makna gramatikal
unsur-unsur leksikal yang mengisi fungsi sintaksis sangat bergantung pada tipe atau jenis
kategori kata yang mengisi fungsi predikat dalam sintaksis tersebut.

B. Bahasa Daerah di Provinsi Bengkuulu

Penduduk Provinsi Bengkulu berasal dari tiga rumpun suku besar terdiri dari suku Rejang,
Serawai, Lembak dan Suku Melayu. Terdapat empat bahasa daerah yang digunakan masyarkat
Bengkulu yakni, Bahasa Melayu, Bahasa Rejang, Bahasa Pekal, Bahasa Lembak, Bahasa
Serawai, dan Bahasa Enggano

Sintaksis | 2
Melayu Bengkulu adalah suku bangsa yang ada di provinsi Bengkulu dan merupakan suku
berpolulasi terbesar keempat di provinsi tersebut. Pada umumnya, Melayu Bengkulu bermukim
di ibukota provinsi Bengkulu yaitu kota Bengkulu.

Mengapa saya menjelaskan dulu bahasa-bahasa yang ada dibengkulu karena saya ingin
memperkenalkan bahasa yang di Bengkulu seblum saya menganlisis bahasa Melayu Bengkulu.

a. Bahasa Melayu Bengkulu

Bahasa Melayu Bengkulu memiliki beberapa pengucapkan kata yang sama dengan
Melayu lainnya, seperti Melayu Minang, Melayu Palembang, Melayu Jambi, dan Melayu
Riau, terutama yang berlogat “o”. Penuturan bahasa Melayu di Bengkulu hampir mirip
penuturan bahasa Melayu dialek Negeri Sembilan, Malaysia.

Orang Bengkulu asli sangat mengindahkan tuturan atau sapaan atau panggilan pada
seseorang. Apalagi kepada orang yang usianya lebih tua, tabu kalau sampai memanggil
namanya saja seperti memanggil teman sebaya. Karena di Propinsi Bengkulu terdapat
beragam bahasa, berikut ini adalah panggilan atau sapaan kepada seseorang menurut bahasa
Kota Bengkulu seperti cikga, inga, donga, bungsu, bucik dll.

b. Bahasa Rejang

Bahasa Rejang, adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Rejang di daerah Lebong,
Kepahiang, Curup dan sampai di tepi sungai ulu musi di perbatasan dengan Sumatera
Selatan. Suku Rejang menempati kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Kepahiang, dan
kabupaten Lebong. Dialek bahasa yang digunakan penutur bahasa Rejang, jauh berbeda
dengan bahasa Melayu dan bahasa daerah di Sumatera lainnya. Suku Rejang merupakan
salah satu dari 18 lingkaran suku bangsa terbesar di Indonesia

Bahasa Rejang memiliki perbedaan dalam penuturan dialek bahasa. Dialek Rejang
Kepahiang berbeda dengan dialek Rejang Curup di kabupaten Rejang Lebong, dialek Rejang
Bengkulu Utara (identik dengan dialek Rejang Curup), dan dialek Rejang Lebong di
kabupaten Lebong.

Dari tiga pengelompokan dialek Rejang tersebut, saat ini Rejang terbagi menjadi Rejang
Kepahiang, Rejang Curup, dan Rejang Lebong. Namun, meskipun dialek dari ketiga bahasa

Sintaksis | 3
Rejang tersebut relatif berbeda, tapi setiap penutur asli bahasa Rejang dapat saling
memahami walaupun terdapat perbedaan kosakata pada saat komunikasi berlangsung.

c. Bahasa Pekal

Suku Pekal bermukim di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara dan


Kabupaten Muko-muko yang tersebar dibeberapa kecamatan. Mayoritas penduduk petani
dan pekebun. Orang Pekal menggunakan bahasa sendiri yaitu bahasa pekal.

Bahasa suku Pekal jelas memperlihatkan campur bahasa antara bahasa Minangkabau
dan bahasa Rejang. Pada saat sekarang, campur bahasa tersebut tidak hanya terbatas pada
bahasa Minangkabau dan Rejang, namun juga mengambil bahasa-bahasa lainnya seperti
Batak, Jawa dan Bugis. Perbedaan varian bahasa menjadi ciri khas lainnya dari campur
bahasa pada sukubangsa Pekal. Varian tersebut berkaitan dengan intensitas hubungan
dengan sukubangsa Minangkabau dan Rejang. Jika daerah tersebut lebih dekat dengan
daerah Budaya Rejang, varian bahasa yang terlihat dari dialek akan mengarah pada bahasa
Rejang, jika mendekati wilayah budaya Minangkabau akan mengarah pada bahasa
Minangkabau.

d. Bahasa Lembak

Suku Lembak adalah suku bangsa yang pemukimannya tersebar di kota Bengkulu,
Bengkulu Utara, kabupaten Bengkulu Tengah, kabupaten Rejang Lebong, dan kabupaten
Kepahiang. Suku Lembak di kabupaten Rejang Lebong bermukim di kecamatan Padang
Ulak Tanding, Sindang Kelingi, dan Kota Padang. Di kabupaten Kepahiang, suku Lembak
mendiami desa Suro Lembak. Suku lembak juga mendiami wilayah daerah Kota
Lubuklinggau dan kabupaten Musi Rawas yang berada di wilayah provinsi Sumatera
Selatan.

Suku Lembak tidak jauh berbeda dengan masyarakat Melayu pada umumnya, namun
dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Jika ditinjau dari segi bahasanya, suku Lembak
dengan Melayu Bengkulu (pesisir) terdapat perbedaan dari segi pengucapan kata-katanya,
Melayu Bengkulu kata-katanya banyak diakhiri dengan huruf ‘o’ sedangkan suku Lembak
banyak menggunakan huruf ‘e’, selain itu ada kosakata yang berbeda.

Sintaksis | 4
e. Bahasa Serawai

Suku Serawai adalah suku bangsa dengan populasi terbesar kedua yang hidup di daerah


Bengkulu. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di kabupaten Bengkulu
Selatan, yakni di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum, Manna, dan Seginim.
Suku Serawai mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, saat ini banyak dari mereka
yang merantau ke daerah-daerah lain untuk mencari penghidupan baru, seperti ke kabupaten
Kepahiang, kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Bengkulu Utara, dan sebagainya.

Suku bangsa Serawai juga telah memiliki tulisan sendiri. Tulisan itu, seperti
halnya aksara Kaganga, disebut oleh para ahli dengan nama huruf Rencong. Suku Serawai
sendiri menamakan tulisan itu sebagai Surat Ulu. Susunan bunyi huruf pada Surat
Ulu sangat mirip dengan aksara Kaganga. Pada masa lalu para pemimpin-pemimpin suku
Rejang dan Serawai dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan aksara tersebut.

f. Bahasa Enggano

Bahasa Enggano adalah bahasa yang digunakan suku enggano yang tersebar hanya di
pulau Enggano dan empat pulau kecil disekitarnya. Bahasa ini termasuk dalam rumpun
bahasa Austronesia, meskipun ada yang menganggapnya sebagai bahasa isolat yang
memeinjam rumpun bahasa Austronesia. Yang jumlahnya kini kian menurun karena
penuturnya sudah beralih menggunakan bahasa melayu Bengkulu.

C. Analisis kalimat Bahasa Melayu Bengkulu

Dalam menganalisis bahasa Bengkulu dengan sintaksis maka saya menggunakan


pendekatan struktural dimana pendekatan ini ada pada analisis bahasa yang memberikan
perhatian eksplisit kepada pelbagai unsur bahasa sebagai struktur dan sistem. Saya sendiri
menganalisis bentuk klausa dan kalimat dalam bahasa Bengkulu ini.

1. Frasa
 Frasa Nomina
Adalah kategori yang secara sintaksis adalah tidak mempunyai potensi (1) bergabung
dengan partikel idak ’tidak’, (2) mempunyai potensi bergabung dengan.
Nomina bahasa Melayu Bengkulu berbentuk:

Sintaksis | 5
a) nomina dasar, misalnya : keRte , ‘kertas’, aRi ‘hari’
b) nomina turunan, misalnya : peRumahan ‘perumahan’, pembunuhan ‘pembunuhan’
c) nomina reduplikasi, misalnya: Ruma-Ruma ‘rumahrumah’, oRang-oRangan ‘orang-
orangan’, anak-anakan ‘anak-anakan’
d) nomina yang berasal dari berbagai kelas kata, misalnya pengajian ‘pengajian’,
kejujuRan ‘kejujuran’.
 Frasa Adjektiva
Frasa adjektiva bahasa Melayu Bengkulu terdiri atas dua bentuk, yakni bentuk
tunggal dan bentuk kompleks.
a) Bentuk tunggal yakni bentuk yang belum mendapat afiks, misalnya, itam ‘hitam’
b) Bentuk komplek yakni bentuk yang telah mendapat afiks, bentuk yang diulang
(reduplikasi), misalnya kelemaan ‘keenakan’ / betah, cepek-cepek ‘cepat-cepat’,
Adjektiva dapat diperluas dengan kata nian ‘sekali’, misalnya, male nian ‘malas
sekali’.
 Frasa Adverbia
Frasa adverbia bahasa Melayu Bengkulu terdiri atas dua bentuk yakni bentuk tunggal
dan bentuk kompleks.
a) Bentuk tunggal yakni bentuk yang belum mendapat afiks, misalnya, suko ‘suka’
b) Bentuk kompleks yakni bentuk yang sudah mendapat afiks, misalnya, keelokan
‘kebaikan’. Afiks pembentuk adverbia yakni: te-, ke-, be- -an, ke-an, misalnya,
tediam ‘terdiam’, ketigo ‘ketiga’, belimo ‘berlima’, jutaa ‘jutaan’, keelokan
‘kebaikan’.
 Frasa Numeralia
Secara semantis numeralia mengacu pada kuantitas dan kuntitas itu sendiri meliputi
bilangan atau angka, jumlah, tingkat, dan kupulan. Numeralia dibedakan atas numeralia
tentu dan numeralia tak tentu. Numeralia tentu dirinci menjadi tiga yakni ;
a) numeralia pokok, mencakup bilangan utuh, pecahan, dan gugus, misalnya, duo ‘dua’,
seperempek ‘seperempat’, duo bele ‘dua belas’
b) numeralia tingat, misalnya, pertamo ‘pertama’
c) numeralia gugus, misalnya, sebele ‘sebelas’.

Sintaksis | 6
Numeralia tak tentu mengacu pada jumlah yang belumpasti jumlahnya, misalnya,
banyak nian ‘banyak sekali’, segalo ‘semua’, bebeRapo ‘beberapa’. Ciri numeralia ada
dua yaki: (a) ciri inhern, (b) ciri sintaktis. Ciri inhern yakni ciri yang terkandung dalam
numeralia itu sendiri. Ciri tersebut menyatakan banyaknya maujud orang binatang, atau
barang. Setiap numeralia mepunyai ciri tersebut, misalnya, tigo ‘tiga’, segalo ‘semua’,
selalu menyatakan jumlah. Ciri yang kedua yakni ciri sitaksis. Dari segi tersebut,
numeralia dapat bergabun dengan nomina dan dapat membentuk frase nomina, misalnya,
Anak tu keRjo tigo aRi ‘Anak itu bekerja tiga hari’.

 Frasa Verba
Secara sintaksis satuan gramatikal dapat diketahui berkategori verba dari perilakunya
dalam satuan yang lebih besar. Jadi, sebuah kata dapat dikatakan verba dari perilakunya
dalam frase, yakni dalam hal kemungkinannya satuan itu didamping partikel idak ‘tidak’
dalam konstruksi. Selain itu, verba tidak dapat didampingi partikel, misalnya, di, ke, dari,
lebih, agak. Bentuk di dan ke tersebut bukan prefiks melainkan preposisi.
 Frasa Pronomina
Frasa Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina Apa
yang digantikan itu disebut antaeden. Antiseden itu ada di dalam atau di luar wacana.
Pronomina dirinci menjadi dua akni (a) pronomina takrif dan (b) pronomina tak takrif.
Pronomina takrif menggantikan nomina yang referennya jelas, misalnya, ambo ‘saya’, kito
‘kita’, nyo ‘dia’; sedangkan pronomina tak takrif adalah pronomina yang tidak menunjuk
pada orang atau benda tertetu, misalnya, siapo ‘siapa’, apo ‘apa’.
 Frasa Preposisiona
Frasa preposisiona adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama
nomina) sehingga terbentuk frase eksosentrik. Berdasarkan data yang dikumpulkan,
preposisi ada dua macam yaki (a) preposisi yang berupa bentuk dasar, misalnya, di, ke,
daRi, dan (b) preposisi yang berupa gabungan kata, misalnya, sejak...sampai..., daRi ...
sampai ....
2. Klausa

Klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur unsurnya, kategori kata/frase, dan makna
unsur-unsurnya. Analisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya ( S, P, O, Pel, dan K ), klausa

Sintaksis | 7
bahasa Melayu Bengkulu terdiri dari S P, misalnya, bak balik ‘ayah pulang’; klausa terdiri dari
S P O, misalnya, anak tu mbaco buku ‘anak itu membaca buku’; klausa terdiri dari S P O K,
misalnya, nyo mbeli durian di pasaR Panorama ‘dia membeli durian di pasar panorama’;
klausa terdiri dari S P O pel, misalnya, mak mbuekkan bak kopi ‘ibu membuatkan ayah kopi’.

Analisis klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya, tidak dapat
dipisahkan dengan analisis fungsional. Unsur yang menduduki S (subjek) teridiri dari golongan
nomina, unsur yang menduduki P bisa terdiri dari golongan verba atau ajektiva, unsur yang
menduduki fungsi O terdiri dari nomina, unsur yang menduduki Pel (pelengkap) terdiri dari
golongan nomina, unsur yang menduduki fungsi K terdiri dari golongan nomina.

Untuk lebih jelasnya simak contoh erikut: Mak cik mbelikan nenek sate Padang tadi
pagi. ‘Bibi membelikan nenek sate Padang tang pagi’. Mak cik: frase nomina, mbelikan: verba,
nenek: nomina, sate Padang: frase nomina, tadi pagi: frase nomina. Jika dianalisis sebagai
berikut: Mak cik sebagai pelaku, mbelikan sebagai tindakan, nenek klausa berdasarkan makna
unsur-unsurnya, berarti membicarakan makna unsurunsur klausa, seperti, pelaku, perbuatan,
penderita, tempat. Contoh yang telah dikemukakan di atas dapat sebagai penerima, sate Padang
sebagai penderita, tadi pagi sebagai keterangan.

3. Kalimat

Kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada
akhir turun atau naik. Yang diuraikan dalam tulisan ini adalah jenis-jenis kalimat, bentuk
kalimat, dan pola kalimat. Jenis-jenis kalimat bahasa Melayu Bengkulu adalah sebagai berikut:
kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat ajakan, kalimat larangan, kalimat aktif,
dan pasif.

Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain, misalnya:
Anak kecik ko idak nakal. ‘Anak kecil itu tidak nakal’. Kalimat tanya berfungsi untuk
menanyakan sesuatu, misalnya: Apo nang dibuek lanang ko? ‘Apa yang dibuat laki-laki itu?’.
Kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindaakan dari orang yang diajak berbicara,
misalnya: Ambiklah minuman iko! ‘Ambilah minuman ini’. Kalimat ajakan mengharapkan
suatu tanggapan yang berupa tindakan, misalnya: Ayolah kito minum. ‘Ayolah kita minum’.

Sintaksis | 8
Kalimat larangan ditandai oleh adanya kata jangan pada awal kalimat, misalnya: Jangan
suko mukul adik. ‘Jangan suka memukul adik’. Kalimat aktif yakni kalimat yang subjeknya
berperan sebagai pelaku, misalnya: ORong tu mukul anjing. ‘Orang itu memukul anjing’.
Kalimat pasif yakni kalimat yang objeknya berperan sebagai penderita, misalnya: Nyo mbaco
buku. ‘Dia membaca buku’. Kalimat bahasa Melayu Bengkulu dapat berupa kalimat sederhana
dan kalimat luas. Pola kalimat dapat berupa SP, SPO, SPK, SPOK, KSP, dan KSPO.

Sintaksis | 9
DAFTAR PUSTAKA

https://gpswisataindonesia.info/2015/01/mengenal-bahasa-bengkulu/

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku Serawai

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jurnaldiksa/article/view/3184

Sintaksis | 10

Anda mungkin juga menyukai