Anda di halaman 1dari 18

PRONOMINA BAHASA JAWA DIALEK BANYUMAS

DI KOTA PANGKALPINANG

Pronouns in Javanese Banyumas Dialect


in Pangkalpinang District

Rahmat Muhidin

Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung


Jalan Letkol. Saleh Ode No. 412, Bukit Merapin, Pangkalpinang
0717 438455, email: rahmatmuhi@yahoo.co.id No. HP. 081278808094
Diajukan: 25 Januari 2017, direvisi: 15 Februari 2017

Abstract

This research aims to describe personal pronouns, indifinite pronouns, and interrogative pronouns
in Javanese Banyumas Dialect. This research uses descriptive method. The data were collected
through listening, speaking, and instrospection method. The result of the research shows that
there are three pronouns in Javanese Banyumas dialect in Pangkalpinang (1) personal pronouns,
(2) indefinite pronouns, (3) interrogativa pronouns. Personal pronouns in Banyumas language are
(a) first person singular, (b) first person plural, (c) second person singular, (d) second person plural,
(e) third person singular, and (f) third person plural indefinite pronouns in Banyumas language are
(a) common indifinite pronouns, (b) place indefinite .pronouns, (c) interpretation pronouns.

Keywords: Pronouns, Descriptive, Banyumasan Language.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pronomina persona, pronomina


penunjuk, dan pronomina penanya dalam bahasa Jawa Dialek Banyumas. Penelitian dilaksanakan
dengan menggunakan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui metode simak, cakap, dan
intropeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga pronomina bahasa Jawa dialek
Banyumas di Pangkalpinang (1) pronomina persona; (2) pronomina penunjuk; dan (3) pronomina
penanya. Pronomina persona dalam bahasa Banyumasan adalah (a) pronomina persona pertama
tunggal (b) pronomina persona pertama jamak (c) pronomina persona kedua tunggal, (d)
pronomina persona kedua jamak, (e) pronomina persona ketiga tunggal, dan (f) pronomina
persona ketiga jamak. Sedangkan Pronomina penunjuk dalam bahasa Banyumasan adalah (a)
pronomina penunjuk umum, (b) pronomina penunjuk tempat, (c) pronomina penunjuk ihwal.

Kata Kunci: Pronomina, deskriptif, dan bahasa Banyumasan


Kelasa, Vol. 12, No. 1, Juni 2017: 95—112

1. Pendahuluan Secara umum, kata dapat


dikelompokkan ke dalam dua
1.1 Latar Belakang kelompok, yakni kelompok kata
terbuka dan kata tertutup. Chaer
Kata menurut Ramlan (2009) (2008:65) mengemukakan bahwa
merupakan satuan gramatik yang salah kelompok kata terbuka merupakan
satu unsurnya berupa afiks dan kelas kata yang keanggotaannya dapat
termasuk dalam ranah morfologi, bertambah dan berkurang sesuai
sedangkan satuan gramatik yang dengan perkembangan sosial budaya
semua unsurnya berupa kata, frasa, yang terjadi pada masyarakat penutur
klausa, atau kalimat termasuk bidang bahasa tersebut. Sedangkan kelompok
sintaksis. Dengan demikian, kata tidak kata tertutup merupakan kelas kata
hanya termasuk kajian morfologi saja, yang keanggotaannya tidak pernah
namun masuk juga dalam kajian bertambah. Kelompok kata terbuka
sintaksis. adalah verba, nomina, dan adjektiva.
Kata merupakan satuan Kelompok kata tertutup dapat
terbesar dalam tataran morfogi dan dikelompokkan menjadi: (a)
merupakan satuan terkecil dalam pronomina, (b) adverbia, (c) konjungsi,
ranah sintaksis. Kata ketidaknormalan, (d) artikula, dan (e) preposisi.
ketidakpastian, ketidakbenaran, dan Lazimnya, setiap bahasa memiliki kelas
lainnya merupakan kajian morfologi. kata terbuka dan kelas kata tertutup.
Namun, bila kajian dihubungkan Bahasa Jawa Dialek Banyumas pun
dengan hubungan kata tidak dan kata memiliki kelas kata terbuka dan kelas
normal, kata tidak dihubungkan kata tertutup seperti yang
dengan kata benar maka termasuk dimaksudkan sebelumnya.
kajian sintaksis. Bahasa Jawa Dialek Banyumas
Dalam Kamus Besar Bahasa (selanjutnya disebut dengan bahasa
Indonesia (2008:633) dinyatakan Banyumasan) merupakan bahasa yang
bahwa makna kata memiliki tiga unsur digunakan orang Jawa di Kabupaten
yaitu: (1) unsur bahasa yang Cilacap, Kabupaten Banyumas,
diucapkan atau dituliskan yang Kabupaten Purbalingga, Kabupaten
merupakan perwujudan kesatuan Banjarnegara, dan Kabupaten
perasaan dan pikiran yang digunakan Kebumen. Wilayah pakai pengguna
dalam berbahasa, (2) ujar; bicara; dan, bahasa Banyumasan di sebelah utara
(3) morfem atau kombinasi morfem berbatasan dengan Kabupaten Tegal,
yang oleh bahasawan dianggap sebagai Kabupaten Brebes, Kabupaten
satuan terkecil yang dapat diujarkan Pemalang. Sedangkan di sebelah timur
sebagai bentuk bebas; satuan bahasa wilayah pakai bahasa Banyumasan
yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari berbatasan dengan Kabupaten
morfem tunggal atau gabungan Purworejo. Untuk di wilayah barat,
morfem. Argumen ini diperkuat penutur bahasa Banyumasan
Pateda (2001:134) yang menyebutkan berbatasan dengan bahasa Sunda
bahwa kata diartikan satuan ujaran bahkan sampai memasuki Kabupaten
yang berdiri sendiri dan terdapat di Ciamis, Kabupaten Pangandaran
dalam kalimat, dapat dipisahkan dapat (pemekaran dari Kabupaten Ciamis di
dipertukarkan, dapat dipindahkan, dan Provinsi Jawa Barat).
memiliki makna dan juga digunakan Penutur Bahasa Banyumasan
untuk komunikasi. juga tidak hanya berdomisili di Jawa

96
Pronomina Bahasa Jawa... (Rahmat Muhidin)

Tengah, namun sebagian dari mereka (Poedjosoedarmo, 1982:5 dalam


menyebar sampai ke Pulau Bangka Paryono).
khususnya Kota Pangkalpinang. Bahasa Banyumasan sudah
Penutur bahasa Banyumasan ini pernah diteliti, antara lain oleh Yani
tinggal di Pangkalpinang sudah sejak Paryono (2008: Tesis S-2 pada
lama (sekitar tahun 1940--1960-an). Universitas Negeri Surabaya) dengan
Namun, mereka masih menggunakan judul Morfofonemik dalam bahasa
bahasa Banyumasan sewaktu di Jawa Dialek Banyumas. Paryono juga
rumah; berinteraksi dengan sanak meneliti bahasa Banyumasan yang
kerabat dalam situasi nonformal. berhubungan dengan keunikan bahasa
Harus diakui, penutur bahasa Jawa dialek Banyumas sebagai
Banyumasan di Pangkalpinang juga cerminan identitas masyarakat
menggunakan bahasa Melayu Bangka Banyumas. Dalam kajian ini Paryono
kala berinteraksi dengan masyarakat menghubungkan dengan keunikan tata
luas yang berbeda suku dan latar bunyi fonem vokal dan fonem
belakang budayanya. konsonan (silabe/sukukata) yang lebih
panjang dibandingkan dengan bahasa
1.2 Permasalahan Jawa standar, dan keunikan pada
afiksasi yang diperlihatkan pada
Berdasarkan berbagai rujukan bentuk -aken dan pasif persona kedua.
kajian, penelitian yang berkaitan Cerminan masyarakat Banyumas
dengan penggunaan kata ganti dalam antara lain memiliki budaya egaliter
bahasa Banyumasan belum dilakukan dan blaka suta. Blaka suta merupakan
secara lebih terinci. Rumusan masalah sebuah ungkapan yang sudah
yang akan dikaji adalah bagaimanakah mendarah daging di masyarakat
penggunaan pronomina atau kata ganti Banyumas. Blaka suta bervariasi
dalam bahasa Banyumasan di Kota dengan cablaka, thok melong, dan blak-
Pangkalpinang? blakan yang bermakna egaliter, terus
terang, berbicara apa adanya antara
1.3 Tujuan Penelitian lahir dan batin, dan tidak
menggunakan basa basi.
Makalah ini bertujuan Bahasa Jawa Dialek Banyumas
mendeskripsikan penggunaan juga merupakan salah satu dialek
pronomina atau kata ganti dalam regional bahasa Jawa atau bagian dari
bahasa Banyumasan di Pangkalpinang. variasi bahasa Jawa. Variasi bahasa
dari segi penuturnya didasarkan pada
1.4 Kajian Bahasa Banyumasan siapa yang menggunakan bahasa yaitu,
terdahulu di mana tinggalnya, bagaimana
kedudukan sosialnya di dalam
Penelitian Esser (1927—1929) masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan
menunjukkan adanya kosakata dialek kapan bahasa itu digunakan(Rokhman,
Banyumas yang berasal dari bahasa 2003:61). Bahasa Jawa Dialek
Jawa Kuno, Jawa Pertangahan, dan Banyumas memiliki enam fonem vokal
bahasa Sunda. Bahasa Banyumasan yait: /a/, /o/, /u/, /i/, /e/ dan /«/
merupakan hasil kontak antarbudaya (Adisumarto dkk. 1981; Supardo
lokal yang terjadi sejak masa akhir 1999:74). Keenam fonem vokal dialek
Majapahit sampai sekarang Banyumas tidak jauh berbeda dengan
bahasa Jawa standar yang juga terdiri

97
Kelasa, Vol. 12, No. 1, Juni 2017: 95—112

atas enam vokal (Ekowardono, dipakai untuk mengacu ke nomina


1988:90). Perbedaannya terletak pada lain.”
sistem ucap bahasa Banyumasan Pronomina menurut pendapat
tersebut. pakar lain, Kridalaksana (2008:76)
merupakan kategori atau jenis kata
1.5 Landasan Teori yang berfungsi menggantikan nomina.
Unsur yang digantikan namanya
Dalam melaksanakan penelitian anteseden. Anteseden itu terdapat di
ini digunakan teori struktural sebagai dalam dan di luar wacana (di luar
pijakan. Teori struktural yang bahasa). Pronomina pada umumnya
digunakan merujuk pada pendapat tidak dapat dibubuhi afiks, tetapi ada
tokoh Ferdinand de Saussure beberapa pronomina yang bisa diulang
(Djajasudarma, 2009:3). Dalam teori seperti, kamu-kamu, saya-saya, beliau-
ini disebutkan bahwa setiap bahasa beliau, kita-kita. Pengulangan kata
merupakan suatu sistem yang terdiri tersebut dimaksudkan untuk
atas unsur-unsur yang berhubungan meremehkan dan merendahkan.
dan membentuk satu kesatuan utuh Pronomina dalam bahasa
dan padu (the whole unified). Indonesia terdapat tiga macam yakni:
pronomina persona, pronomina
1.5.1 Pronomina penunjuk, dan pronomina penanya.
Ketiga pronomina akan dideskripsikan
Dalam KBBI (2008:1105) dalam makalah ini.
disebutkan pronomina merupakan
kata yang dipakai untuk mengganti 1.5.2 Pronomina Persona
orang atau benda. Pendapat Alwi, dkk.,
(2003:249) yang berkaitan dengan Pronomina persona merupakan
pronomina menyebutkan bila dilihat kata ganti yang digunakan untuk
dari artinya adalah kata yang dipakai mengacu pada orang. Pronomina
untuk mengacu kepada nomina lain. persona dapat mengacu pada diri
Lebih lanjut, Alwi menjelaskan sendiri (kata ganti orang pertama),
pronomina jika dilihat dari fungsinya mengacu pada orang yang diajak
memiliki fungsi yang sama dengan bicara (kata ganti orang kedua), atau
nomina; yakni menduduki subjek dan mengacu pada orang yang dibicarakan
objek kalimat. Selain itu, pronomina (kata ganti orang ketiga). Selain jenis
juga mempunyai ciri yang khas yakni pronomina tersebut, ada yang
acuannya dapat berpindah-pindah mengacu pada kata ganti orang lebih
karena bergantung pada dari satu. Bentuk kata ganti tersebut
pembicara/penulis, dapat bersifat eklusif, inklusif, dan
pendengar/pembaca, atau hal yang netral. Pronomina persona menurut
dibicarakan. Pakar lain, Chaer Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(2011:91) menyatakan bahwa kata (Alwi, dkk. (2010:256--263) dapat
benda yang menyatakan orang sering digambarkan dalam bentuk bagan
kali diganti kedudukannya dalam sebagai berikut.
pertuturan dengan sejenis kata yang
lazim disebut kata ganti. Depdikbud
(1993:170) menyebutkan bahwa
pronomina merupakan kata ganti yang

98
Pronomina Bahasa Jawa... (Rahmat Muhidin)

Bagan 2.1 menggunakan kata aku. Sedangkan


Pronomina persona dalam bahasa orang yang lebih tua cenderung
Indonesia menggunakan kata adik sebagai sarana
tenggang rasa kepada orang yang lebih
Persona Makna muda. Penggunaan pronomina persona
adik lebih sering dipakai karena
Tunggal Jamak
cenderung akrab dan tidak menjaga
Netral Eks inklu jarak dalam berkomunikasi dengan
klusif sif orang kedua tunggal kamu yang
Kami Kita
berusia lebih muda dan belum terlalu
Pertama Saya,
dikenalnya.
aku, -ku,
Adapun penggunaan kata dia
ku-
seringkali diganti dengan kata beliau
Kedua Engkau, Kalian, sebagai tanda menghargai atau
kamu, kamu menghormati orang ketiga tunggal.
anda, sekalian, Indikator status sosial pun
dikau, anda mempengaruhi pemakaian kata ganti
kau-, mu sekalian orang. Seorang pimpinan di
perusahaan atau kantor pemerintah
Ketiga Ia, dia, mereka dapat menggunakan pronomina
beliau, - persona kamu bila ingin
nya berkomunikasi dengan bawahannya
atau pegawai yang berusia lebih muda.
Seorang direktur atau manajer
Pronomina persona menurut misalnya, dapat menggunakan
Alwi (2003:250) dalam bahasa pronomina persona Saudara atau
Indonesia mempunyai lebih dari dua Bapak bila yang diajak bicara
wujud. Alasanya adalah karena budaya merupakan tamu yang seumuran dan
Indonesia sangat memperhatikan sederajat kedudukannya di
hubungan antarmanusia atau perusahaan.
antarsesama. Dalam bermasyarakat, Indikator ketiga adalah
tata krama atau sopan santun keakraban. Indikator keakraban ini
menuntut orang dalam berkomunikasi dapat menghilangkan jarak pemisah
sebaiknya mengerti aturan yang sesuai seperti status sosial yang terdapat di
dengan martabat dan kelas sosial antara dua orang yang sudah berteman
masing-masing. Penggunaan sejak kecil misalnya. Kedua orang ini
pronomina persona dalam berteman sejak masih duduk di bangku
berkomunikasi secara lisan dan secara SMP, setelah lama berpuluh tahun
tertulis umumnya dipengaruhi oleh berpisah, yang satu sebagai menteri
indikator yakni: umur, status sosial, dan sahabatnya sebagai kepala desa.
dan keakrababan. Dalam situasi formal bisa jadi sang
Pemakaian pronomina persona kepala desa akan menyapa Bapak
juga dipengaruhi oleh faktor budaya kepada temannya yang menjadi
masyarakat pemakai bahasa. menteri. Namun dalam suasana tidak
Pronomina persona orang pertama, resmi, seperti acara syukuran,
saya lebih umum digunakan orang selamatan, atau pesta perkawinan,
muda kala berbicara dengan orang sang kepala desa akan menyapa
yang lebih tua dibandingkan dengan temannya yang menjadi menteri

99
Kelasa, Vol. 12, No. 1, Juni 2017: 95—112

dengan sapaan kamu. Keakraban Untuk bahasa lisan tidak baku situ
seperti ini sangat bergantung pada identik dengan pronomina
sifat dan kepribadian kedua orang persona kedua yaitu engkau atau
yang bersahabat. kamu.
(3) Pronomina penunjuk ihwal dalam
1.5.3 Pronomina Penunjuk bahasa Indonesia adalah begini
dan begitu. Acuan perbedaannya
Pronomina penunjuk dalam terdapat pada titik pangkalnya
bahasa Indonesia dapat dibedakan penunjuk lokasi dekat (begini),
menjadi tiga bagian, yaitu: (1) jauh (begitu). Persepsi jauh
pronomina penunjuk umum, (2) dekatnya bersifat psikologis. Bila
pronomina penunjuk tempat, dan (3) artinya mencakup keduanya maka
pronomina penunjuk ihwal. digunakan kata demikian. Selain
(1) Pronomina penunjuk umum itu, dipakai yakni dan yaitu, walau
adalah ini, itu, dan anu. Kata ini tidak disebut sebagai pronomina,
mengacu pada acuan yang dekat namun, mengacu ke belakang atau
dengan pembicara/penulis, pada ke muka. Peranannya untuk
masa yang akan datang, atau pada menegaskan bagian sebelumnya
informasi yang akan disampaikan. dengan bagian berikut sebagai
Untuk acuan yang agak jauh dari penjelas.
pembicara dari
pembicara/penulis, pada masa 1.5.4 Pronomina Penanya
lampau, atau pada informasi yang
sudah disampaikan, digunakan Pronomina penanya merupakan
kata itu. Pronomina ini dan itu pronomina yang digunakan sebagai
ditempatkan sesudah nomina yang pemarkah pertanyaan. Bila dilihat dari
diwatasinya. persepsi maknanya, yang ditanyakan
Contoh: jawaban itu, lamaran itu, dapat berkaitan dengan (a) orang, (b)
masalah ini, rumusan ini, saya ini, barang, atau (c) pilihan. Pronomina
mereka ini. siapa digunakan bila yang ditanyakan
Kata anu dipakai jika seseorang orang atau nama orang; apa bila
tidak dapat mengingat benar kata barang; dan mana bila tentang orang
apa yang harus dia gunakan, atau barang. Penanya lain, walaupun
padahal ujaran telah terlanjur bukan pronomina sering dipakai dalam
dimulai. Untuk mengisi komunikasi di masyarakat. Biasanya
kekosongan dalam proses berpikir yang ditanyakan (d) sebab, (e) waktu,
ini orang memakai pronomina anu. (f) tempat, (g) cara, dan (h) jumlah
(2) Pronomina penunjuk tempat atau urutan. Kata penanya dalam
dalam bahasa Indonesia adalah sesuai dengan maknanya adalah:
sini, situ, atau sana. Perbedaan a. Siapa;
sudut pandang ketiganya berada b. Apa;
pada pembicara: dekat (sini), agak c. Mana;
jauh (situ), jauh (sana). Karena d. Mengapa, kenapa;
menunjuk lokasi,pronomina ini e. Kapan, (bila(mana);
sering dipakai dengan preposisi f. Di mana, ke mana, dari mana;
pengacu arah di/ke/dari, sehingga g. Bagaimana; dan
terdapat di/ke/dari sini, h. Berapa.
di/ke/dari situ, di/ke/dari sana.

100
Pronomina Bahasa Jawa... (Rahmat Muhidin)

Jika dilihat dari bentuk, ada libat cakap, catat, dan rekam. Analisis
dua unsur yang mendasari semua data menggunakan metode deskriptif.
kata penanya yakni apa dan mana. Setelah dianalisis, penyajian data
menggunakan metode formal dan
Bagan 2.2 informal.
Kata Penanya
3. Hasil dan Pembahasan
ø +apa apa
si siapa Pronomina atau kata ganti
meng- mengapa dalam bahasa Jawa dialek Banyumas
ken- kenapa dapat dibedakan menjadi tiga
k-n kapan kelompok, yakni pronomina persona
(ke) ber- (ke) berapa
(pronomina persona pertama,
di +mana di mana
pronomina persona kedua, dan
ke ke mana
pronomina persona ketiga),
dari dari mana
pronomina penunjuk, dan pronomina
bagai bagaimana
bila bilamana
penanya. Ketiga macam pronomina
bahasa Banyumasan tersebut
bentuknya berupa morfem bebas dan
2. Metode Penelitian
morfem terikat.
Dalam melaksanakan penelitian
3.1 Pronomina Persona
ini, peneliti menggunakan metode dan
teknik penyediaan data, metode dan
(1) Pronomina persona pertama
teknik analisis data, serta metode dan
tunggal yaitu aku, kula, kulo, nyong,
teknik hasil analisis data dengan
-ku, ku-;
disertai metode simak, cakap, dan
Pronomina persona pertama
instrospeksi.
tunggal atau kata ganti orang pertama
Data penelitian ini diperoleh
tunggal dalam bahasa Banyumasan
dari dua sumber yaitu sumber primer
adalah aku, kula, kulo, nyong, -ku, ku-.
yang berasal dari tuturan informan
Kelima bentuk pronomina persona
dan data kepustakaan sebagai sumber
pertama dalam bahasa Banyumasan ini
sekunder. Penutur yang dijadikan
dapat dikelompokkan menjadi aku,
sebagai informan inti adalah informan
kula, kulo, nyong termasuk morfem
penutur bahasa Banyumasan yang
bebas karena dapat berdiri sendiri
sudah lama tinggal di Bangka
tanpa terikat pada bentuk lain.
(Pangkalpinang). Namun masih
Sedangkan bentuk –ku, ku- merupakan
menggunakan bahasa Jawa dialek
bentuk terikat yang tergantung pada
Banyumas dalam keseharian mereka di
morfem lain. Nama lainnya adalah
lingkungan keluarganya.
bentuk proklitik dan enklitik.
Metode yang digunakan dalam
Dalam komunikasi sehari-hari
penelitian ini adalah metode dan
persona pertama tunggal aku ‘aku’
teknik penyediaan data, metode dan
sering dipakai di masyarakat baik
teknik analisis data, serta metode dan
dalam lingkungan keluarga atau
teknik hasil analisis data (Mahsun,
lingkungan masyarakat luas
2007:85). Dalam menyediakan data,
antarwarga kecamatan atau
metode yang digunakan adalah metode
antarwarga kabupaten bahkan
simak, cakap, dan introspeksi. Teknik
antarwarga karsidenan
yang digunakan adalah teknik simak

101
Kelasa, Vol. 12, No. 1, Juni 2017: 95—112

Banyumas/Kedu. Selain penggunaan Malaysia sudah empat belas


pronomina persona aku ‘aku’, tahun).
digunakan juga pronomina persona c. Aku ora tau dinei ngerti karangan
nyong ‘aku’. Kata ganti orang pertama kidul kali wis didol nang kakangku
tunggal aku ‘aku’, nyong ‘aku’ dipakai (aku tidak pernah diberi tahu
dalam komunikasi antarwarga dalam tanah pekarangan di selatan
bahasa Banyumasan yang disebut sungai sudah dijual kakak laki-
dengan bahasa ngoko. Sedangkan lakiku).
pronomina persona tunggal kula, kulo Penggunaan persona pertama
(aku) digunakan dalam bahasa ku- dan –ku merupakan bentuk
Banyumasan halus (krama). proklitik dan enklitik. Bentuk klitika –
Dalam komunikasi lisan yang ku dipakai dalam konstruksi pemilikan
akrab antarpenutur bahasa dan dalam tulisan dilekatkan pada kata
Banyumasan, penggunaan aku, nyong yang ada di depannya. Contohnya:
dipakai secara berdampingan secara Batir : batirku (temanku),
seimbang. Terlebih lagi, penutur dan Dulur : dulurku (saudaraku)
petutur saling berinteraksi dengan Pit : pitku (sepedaku)
akrab membicarakan berbagai topik Slendang : Slendangku (selendangku)
dengan suasana penuh keakraban. Sedangkan klitika ku- sangat
Oleh karenanya, penggunaan aku, berbeda penggunaannya dengan –ku.
nyong sangat sering ditemukan dalam Ku- dilekatkan pada kata yang terletak
percakapan sehari-hari di ranah di belakang ku- adalah verba. Dalam
keluarga, antarwarga, nada sedikit puitis, ku- kadangkala
antarmasyarakat etnik Banyumas di digunakan sebagai bentuk bebas
mana pun dia berada. seperti terlihat pada kalimat di bawah
Sedangkan bentuk aku, nyong ini.
‘aku’ bila digunakan sebagai (a) klapamu wis kudol maring pasar
kepemilikan diletakkan di belakang ‘kelapamu sudah kujual ke pasar’.
nomina yang dimilikinya. Contoh: (b) Pitmu wis kunggo telung dina
Demi : demi aku, demi nyong ‘sepedamu sudah kupakai selama
‘demi aku’ tiga hari’
Kejaba : kejaba aku, kejaba nyong (c) Sing kungerti, kowe ora nate takon
‘kecuali aku’ maring kang parjan ‘yang kutahu,
Seliyane : seliyane aku, seliyane kamu tidak pernah bertanya
nyong ‘selain aku’ kepada kang Parjan’
Kaya : kaya aku, kaya nyong
‘seperti aku’ (2) Pronomina persona pertama
Tentang : tentang aku, tentang nyong jamak, yaitu awake dewek; kito
‘tentang aku’ Dalam bahasa Banyumasan
Penggunaan pronomina dikenal juga pronomina persona
pertama dalam kalimat dapat dilihat pertama jamak. Pronomina pertama
melalui contoh berikut ini: jamak adalah dewek, awake deweke
a. Aku lunga maring Malaysia wis (bersifat eklusif) dan kito yang bersifat
patbelas taun (aku pergi ke inklusif. Bersifat eklusif artinya
Malaysia sudah empat belas pronomina mencakupi
tahun). pembicara/penulis dan orang lain di
b. Nyong lunga maring Malaysia wis pihaknya, tetapi tidak mencakupi
patbelas taun (aku pergi ke orang lain di pihak

102
Pronomina Bahasa Jawa... (Rahmat Muhidin)

pendengar/pembacanya. Sebaliknya, 1) Dul, Kowe wis nandur pari jero


kito bersifat inklusif, artinya urung? (Dul, kamu sudah
pronomina itu mencakupi tidak saja menanam padi ketan belum?
pembicara/penulis, namun juga 2) Min, kowe wis mangan urung?
pendengar/pembaca, dan mungkin (Min, kamu sudah makan
juga pihak lain. Oleh karenanya, kedua belum?)
kalimat ini akan berbeda 3) Ko bae sing mbebek jamu.
pengertiannya. (kamu saja yang menumbuk
a. Awake dewek mangkate jam wolu jamu)
mbengi bae (kita berangkat jam 4) Kon bae sing adus disit. (kamu
delapan malam saja). saja yang mandi dulu).
b. Kito mangkate jam wolu mbengi 5) Apa awakmu wis dinei ngerti
bae (kita berangkat jam delapan nang Bapake soal mbahe sing
malam saja). agi mriyang? (Apa kamu sudah
Kalimat a berakibat bahwa diberi tahu oleh bapak masalah
pendengar/pembaca tidak akan ikut, Nenek yang lagi sakit?)
sedangkan dalam kalimat b b. Orang yang status sosialnya lebih
pendengar/pembaca akan ikut. Awake tinggi, contoh:
dewek dapat digunakan dalam 1) Bad, kowe siki mangkat tuku
pengertian tunggal untuk mengacu pacul nang pasar legi! (Bad,
pembicara/penulis dalam situasi yang kamu sekarang berangkat beli
resmi. cangkul di pasar legi!)
Dalam bahasa Banyumasan, 2) Ngapa kowe wingi ora mlebu
persona pertama jamak tidak memiliki sekolah? (mengapa kamu
variasi bentuk. Untuk menyatakan kemarin tidak masuk sekolah?).
pemilikan, atau dalam penggunaan c. Orang yang mempunyai hubungan
yang diikuti preposisi, mempunyai akrab, tanpa memandang umur
bentuk umahe dewek, masalahe dewek, atau status sosial (kadangkala
nggo awake dewek, nggo kito kabeh. situasi percakapan ikut berperan
juga). Contohnya adalah sebagai
(3) Pronomina persona kedua tunggal berikut.
Pronomina persona kedua 1) Kowe bae sing tuku lenga
tunggal dalam bahasa Banyumasan nanggone Kang Parman. (kamu
adalah kowe, ko, kon, awakmu, saja yang membeli minyak
njenengan, rika, riko, sira, siro, tanah di tempat Kang Parman).
sampeyan, sliramu, slirane. Penggunaan 2) Gelem ora kowe melu aku
kata ganti orang kedua dapat maring Medan? (mau tidak
dideskripsikan pada contoh berikut: kamu ikut aku ke Medan?)
Persona kedua kowe, ko, kon, Sedangkan penggunaan
awakmu dapat digunakan berdasarkan pronomina persona orang kedua
indikator: tunggal rika, riko, sira, siro, sampeyan,
a. Orang tua terhadap orang muda sliramu, slirane digunakan
yang sudah lama dikenal dan penutur/penulis berkomunikasi
berhubungan baik. Contohnya dengan orang yang lebih tua, sudah
dapat dilihat dalam kalimat berkeluarga, dan mungkin belum
berikut. dikenal akrab karena masih sungkan,
segan dan usia masih di bawah orang
kedua tunggal. Berikut ini diberikan

103
Kelasa, Vol. 12, No. 1, Juni 2017: 95—112

contoh masing-masing satu kalimat (4) Pronomina persona kedua jamak


dengan menggunakan pronomina Pronomina persona kedua
persona kedua. jamak dalam bahasa Banyumasan
1) Pronomina orang kedua tunggal berupa kata orang kedua tunggal
rika ditambah kata kowe kabeh, kowe
Kang Trisno, kapan rika arep maring sekabehe, kowe sekabehane dan kata
Jakarta? (Kang Trisno, kapan kamu persona kedua tunggal direduplikasi,
akan pergi ke Jakarta?) yaitu kowe-kowe. Pronomina kowe
2) Pronomina riko kabeh, kowe sekabehe, kowe
Yu Dinah, riko sida nggawe wajik sekabehane contohnya adalah:
ketan ora? (Yu Dinah, kamu jadi
membuat wajik dari ketan, tidak? 1) Pronomina kowe kabeh ‘kamu
3) Pronomina sira semua’
Jelase, sira bae sing tuku oli Aja mung bisa ngece, kowe kabeh
montorku. (jelasnya, kamu saja yang maju nemui Pak Guru, njaluk
membeli oli sepeda motorku) ujiane. (jangan cuma hanya bisa
4) Pronomina siro menghina, kamu semua maju
Dal, siro bae sing njujugna santene temui Pak Guru untuk minta ujian
Yu Sinem. (Dal, kamu saja yang segera).
mengantarkan santannya Yu 2) Pronomina Kowe Sekabehe
Sinem). 3) Kowe sekabehe pada teka maring
5) Pronomina sampeyan umahe Mbah Karso mengko bengi
Min, sampeyan gelem ora tuku ya? (Kamu semuanya datang ke
sawahe Kang Diman? (Min, kamu rumahnya Simbah Karso nanti
mau tidak membeli sawahnya Kang malam ya?).
Diman?). 4) Pronomina Kowe Sekabehane
6) Pronomina sliramu Pronomina kowe sekabehane
Sliramu bae sing ngelingna Kang (Kamu semuanya) merupakan
Dali. (kamu saja yang mengingatkan bentuk pronomina kedua jamak
Kang Dali). dan bentuk variasi dari kowe
7) Pronomina slirane sekabehe (kamu semua). Contoh
Kang, slirane bae sing kondangan dalam kalimat adalah sebagai
nangggone Dullah Keling. (Kang, berikut. Kowe sekabehane aja pada
kamu saja yang kondangan di pencicilan nang jero mesjid. (Kamu
rumah Dullah Keling). semuanya jangan bermain
8) Pronomina njenengan serampangan tidak tahu diri di
Pronomina njenengan ini dalam masjid).
merupakan pronomina yang
digunakan dalam bahasa tengahan (5) Pronomina persona ketiga tunggal
atau krama rendah/krama desa. Pronomina persona ketiga
Penyebutan ini dikaitkan dengan tunggal dalam bahasa Banyumasan
bahasa Jawa kasar/sehari-hari, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
hanya saja disertai satu dua kata deweke, niko, dan jenat/jenate, dan
bahasa jawa tengahan. Contoh: piyambake. Hanya saja penggunaan
Mas, mangga njenengan mlebet teng deweke (dia laki-laki atau dia
umah mburi mawon. (Mas, silahkan perempuan) tetap menggunakan
kamu masuk ke rumah belakang deweke ‘dia’. Pemakaian pronomina
saja). niko ‘dia’ digunakan dalam bahasa

104
Pronomina Bahasa Jawa... (Rahmat Muhidin)

Banyumasan untuk ngoko lugu.


Pronomina jenat/jenate merupakan 3) Pronomina ketiga jenat/jenate
pronomina sebutan orang ketiga Pronomina orang ketiga ini
tunggal yang telah meninggal dunia: merupakan kata orang ketiga tunggal
laki-laki atau perempuan yang yang berbeda sama sekali dengan
meninggal. Sedangkan pronomina pronomina ketiga yang lain. Hal ini
piyambake ‘dia’ digunakan dalam karena pronomina jenat/jenate
bahasa Banyumasan yang agak halus diperuntukkan untuk menyebut orang
(kramantani). Untuk lebih jelasnya ketiga tunggal yang sudah meninggal
dapat dilihat melalui contoh kalimat (baik laki-laki maupun perempuan).
berikut ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam contoh berikut.
1) Pronomina ketiga deweke Jenat Kaji Jamin wis disembahyangi
Dalam bahasa Banyumasan mau awan. (Almarhum Haji Jamin
yang digunakan sehari-hari di sudah disalati tadi siang).
masyarakat, pemakaian pronomina Jenate Kaji Jamin wis disembahyangi
ketiga deweke ‘dia’ dipakai untuk mau awan. (Almarhum Haji Jamin
menyebut orang ketiga tunggal yang sudah disalati tadi siang).
sudah dikenal atau usianya tidak
terpaut jauh dari penutur. Kata deweke 4) Pronomina ketiga piyambake
‘dia’ muncul sebagai subjek berada di Pronomina ketiga tunggal
depan verba. Jika deweke sebagai objek piyambake ‘dia’ merupakan sebutan
berada di sebelah kanan dari yang orang ketiga tunggal yang agak halus
diterangkan. Perhatikan contoh (basa tengahan dalam bahasa Jawa).
berikut. Pemakaian kata piyambake seringkali
Deweke ninggalna wong tuane wis meh dipakai untuk orang yang lebih tua,
patang taun (dia meninggalkan orang sudah menikah, orang yang dituakan
tuanya hampir empat tahun). Apabila atau menyebut orang tua yang
deweke menjadi objek maka dapat melahirkan kita. Untuk lebih jelasnya
dilihat dalam kalimat berikut. dapat dilihat dalam contoh berikut.
Mbah Sankarya wis ngewehi deweke Piyambake ngelingaken kula supados
warisan karangan. (Kakek Sankarya ngati-ngati mlampah teng kilen kali.
sudah memberi dia warisan tanah (Dia sudah mengingatkanku supaya
pekarangan). berhati-hati berjalan di sebelah barat
sungai).
2) Pronomina ketiga niko Kula pun dielingaken piyambake
Pronomina orang ketiga niko supados ngati-ngati mlampah teng
‘dia’ biasanya digunakan untuk kilen kali. (saya sudah diingatkan dia
menyebut orang ketiga tunggal orang supaya berhati-hati berjalan di sebelah
yang dihormati (biasanya sebutan barat sungai).
untuk orang tua, orang yang lebih tua, Kula pun
orang yang sudah menikah atau orang
dianggap dituakan di desa/kampung. (6) Pronomina persona ketiga jamak
Contoh dalam kalimat bahasa Pronomina persona ketiga
Banyumasan adalah: jamak dalam bahasa Banyumasan
Tiyang niko pun diparingi kabar yaitu kae kabeh, wong-wong kae, wong-
penting wingi sonten. (dia sudah diberi wong kuwe. Pemakaian orang ketiga
kabar penting kemarin sore).

105
Kelasa, Vol. 12, No. 1, Juni 2017: 95—112

jamak dalam bahasa Banyumasan proses berpikir ini orang memakai


dapat dilihat melalui contoh berikut. pronomina anu seperti dalam contoh
Kae kabeh wis pada ngerti maring Kang kalimat berikut.
Kariman merga ketiban pulung wingi Winginane aku tuku anu---sing nggo
sore. (mereka sudah mengerti kepada ngethok kayu—bel. ‘kemarin dulu aku
Kang Kariman karena ketiban rezeki membeli anu—yang digunakan untuk
kemarin sore). memotong kayu—bel/kampak).
Wong-wong kae wis netepaken Kang Wong-wong kae arep anu—dandan
Jiman dadi mandor pabrik gula. umah Pak Narno—Sambatan. ‘Mereka
(mereka itulah orangnya yang itu akan anu—memperbaiki rumah
menetapkan Kang Jiman menjadi Pak Narno—sambatan/kerja bakti’.
mandor pabrik gula). Penggunaan anu pun
Wong-wong kuwi sing mrentah gawe kadangkala untuk menyembunyikan
irigasi nang Desa Sambersari. (Mereka sesuatu yang dimaksudkan si
itu yang memerintah orang membuat pembicara/penutur. Contoh:
irigasi di Desa Sambersari). Njegong sing bener lah supaya anumu
ora keton manggut-manggut.
3.2 Pronomina Penunjuk ‘Duduklah yang benar supaya anumu
tidak kelihatan manggut-manggut’
Pronomina penunjuk dalam Pronomina yang bersifat
bahasa Banyumasan di Pangkalpinang atributif diletakkan sesudah kata atau
dapat dikategorikan menjadi dua frasa yang diterangkan. Fungsi utama
kelompok, yaitu: pemakaian seperti ini adalah untuk
menandai akhir konstruksi frasa dalam
1) Pronomina penunjuk umum yaitu: kalimat. Oleh karenanya, bila frasa itu
kiye, kuwe, kae, niki, niku, dan anu; mendapat keterangan lain kiye/kae
Pronomina penunjuk umum selalu mundur ke kanan. Jika
dalam bahasa Jawa memiliki kemiripan keterangan itu panjang, kata yang
dengan kata penunjuk umum dalam muncul. Contoh:
bahasa Indonesia. Pronomina kiye ‘ini’ Brug kiye sing nggawe landa wektu
mengacu pada acuan yang dekat semana ‘jembatan ini yang membuat
dengan pembicara/penulis. Pada masa Belanda waktu itu’
yang akan datang, atau pada informasi Brug sing gede kiye sing nggawe landa
yang akan disampaikan. Untuk acuan wektu semana ‘Jembatan yang besar ini
yang agak jauh dari yang membuat Belanda waktu itu’
pembicara/penulis, pada masa lampau, Brug sing gedhe ana palange putih kiye
atau informasi yang sudah sing nggawe landa wektu jaman
disampaikan digunakan kuwe, kae semana. ‘Jembatan yang besar ada
‘itu’. palangnya berwarna putih ini yang
Jawaban kae ‘jawaban itu’ membuat Belanda waktu zaman itu’.
Rumusan kiye ‘rumusan ini’ Sedangkan pemakaian niki ‘ini’
Aku kiye ‘aku ini’ dan niku ‘itu’ merupakan bentuk
Wong-wong kae ‘mereka itu kramantani dari kiye/kae/kuwe.
Kata anu digunakan bila Penggunaan niki dan niku digunakan
seseorang tidak dapat mengingat oleh penutur kepada orang yang lebih
benar kata apa yang harus dipakai. tua, orang sudah berumah tangga, atau
Padahal ujaran telah telanjur dimulai. orang yang dituakan seperti tokoh
Untuk mengisi kekosongan dalam

106
Pronomina Bahasa Jawa... (Rahmat Muhidin)

masyarakat di kampung tersebut. Maring ngeneh ‘ke sana’


contoh: Maring ngeneh bae rika nek wis
Najan angel, masalah niki pun kula rampung ngliwet. ‘Ke sini saja kamu
sanjangaken Pak Lik Jimin. ‘Walau kalau sudah rampung memasak nasi’.
susah, masalah ini sudah saya Maring ngonoh ‘ke situ’
sampaikan kepada Pak Lik Jimin’. Maring ngonoh bae kowe nek wis
Najan angel, masalah niku pun kula ketemu simbah. ‘Ke situ saja kalau
sanjangaken Pak Lik Jimin. ‘Walau kamu sudah bertemu simbah’.
susah, masalah itu sudah saya Maring nganah ‘ke sana’
sampaikan Pak Lik Jimin’. Kowe kon maring nganah maring
nggone Mbah Samiyem. ‘kamu disuruh
2) Pronomina penunjuk tempat ke sana ke rumahnya Mbah Samiyem’
Pronomina penunjuk tempat Tekan kene ‘dari sini’
dalam bahasa Indonesia adalah sini, Kang Turiman nembe tekan kene mau
situ, atau sana. titik pangkal perbedaan esuk. ‘Kang Turiman baru saja dari sini
antara ketiganya adalah ada pada tadi pagi’.
pembicara: dekat (sini), agak jauh Tekan kono ‘dari situ’
(situ), dan jauh (sana). Karena Kang Turiman nembe tekan kono mau
menununjuk lokasi pronomina ini awan. ‘Kang Turiman baru saja dari
sering digunakan dengan preposisi situ tadi siang’.
pengacu arah, di/ke/dari, sehingga Tekan kana ‘dari sana’
menjadi di/ke/dari sini, di/ke/dari Kang Ponidin nembe bae tekan kana
situ, di/ke/dari sana. Berikut contoh jam papat esuk. ‘Kang Ponidin baru
dalam kalimat. saja dari sana jam empat pagi’.
Dalam bahasa Banyumasan, Pronomina mrika, mriku; meng
pronomina penunjuk tempat dapat nganah, meng ngeneh.
dideskripsikan sebagai berikut. Pronomina mrika ‘ke sana’ dan
Nangkene ‘di sini’, nangkono ‘di situ’ mriku ‘ke situ’ merupakan bentuk
nangkana ‘di sana’. Maring nganah ‘ke kramantani atau krama desa dari
sana’, maring ngeneh ‘ke sini’, maring nangkana dan nangkono.
ngonoh ‘ke situ’. tekan kene ‘dari sana’ Untuk lebih jelasnya dapat
, tekan kono ‘dari situ’, tekan kana ‘dari dilihat pada kalimat berikut.
sana’. Untuk lebih jelasnya dapat Kang Daliman pun mangkat mrika
diperhatikan dalam contoh kalimat wingi sonten. ‘Kang Daliman sudah
berikut. berangkat ke sana kemarin sore’.
Nangkene ‘di sini’ Pak, kula ngenjang mboten saged teng
Nangkene akeh wong pada tuku klambi mriku mergane kondangan. ‘Pak, saya
batik pekalongan. ‘Di sini banyak orang besok tidak bisa datang ke situ karena
membeli baju batik pekalongan’. kondangan/resepsi’.
Nangkono ‘di situ’ Sedangkan penggunaan
Nangkono akeh wong akeh pada pronomina meng nganah dan meng
dodolan klambi batik jogya ‘Di situ ngeneh merupakan variasi dari bentuk
banyak orang berjualan baju batik maring nganah dan maring ngeneh.
jogya’. Untuk lebih jelasnya dapat
Nangkana ‘di sana’ diperhatikan melalui contoh kalimat
Nangkana akeh wong dodolan klambi berikut.
batik cianjuran ‘Di sana banyak orang Aku wis meng nganah menggone mbah
berjualan batik cianjuran’. Pucung lor kali. ‘Aku sudah ke sana ke

107
Kelasa, Vol. 12, No. 1, Juni 2017: 95—112

rumah Mbah Pucul sebelah utara Kaya kuwe sing dikarepna Bapak
sungai’. Gubernur ‘Begitu yang diinginkan
Kang Darodi meng ngeneh nggoleti Bapak Gubernur’.
bojone sing lagi ngidam telung wulan.
‘Kang Darodi ke sini mencari istrinya kados niku
yang sedang mengidam tiga bulan Kados niku sing dados kekarepane Pak
kandungannya’. Bupati. ‘Begitu yang jadi keinginannya
Pak Bupati’.
3) Pronomina penunjuk ihwal
Pronomina penunjuk ihwal 3.3 Pronomina Penanya
dalam bahasa Indonesia ialah begini Pronomina penanya dalam
dan begitu. Titik pijakan bahasa Indonesia merupakan
pembedaannya sama dengan penunjuk pronomina yang dipakai sebagai
lokasi: dekat (begini), jauh (jauh). Jauh pemarkah pertanyaan. Bila dilihat dari
dekatnya bersifat psikologis. Dalam segi maknanya yang dapat ditanyakan
bahasa Banyumasan, pronomina ihwal dapat berkaitan: (a) orang, (b) barang,
dapat diwujudkan melalui bentuk dan (c) pilihan. Pronomina siapa
sebagai berikut: kaya kiye, kaya kae, digunakan untuk menanyakan orang
kaya niki, kados niki, kaya kuwe, kados atau nama orang; apa bila apa bila
niku. Untuk konkretnya, dapat barang; dan mana bila suatu pilihan
dideskripsikan melalui contoh kalimat tentang orang atau barang. Jika dilihat
berikut. dari segi bentuk, yang mendasari
semua bentuk kata penanya adalah
kaya kiye apa dan mana. Adapun bahasa
Kaya kiye kowe nggone aweh maring Banyumasan terkait pronomina
dulur lanangmu sing nggendongi kowe penanya dapat dideskripsikan sebagai
lagi cilik? ‘begini kamu caranya berikut Apa, sapa, napa, sinten, endi,
memberi kepada saudara laki-lakimu ngendi, pundi, kados pundi, dospundi,
yang menggendong kamu waktu pripun, kepripun.
kecil?’.
(1) Pronomina Apa dan sapa
kaya niki Pronomina apa dan sapa
Kaya niki sampeyan nggone mbales memiliki peran yang tidak sama.
budi maring mbakyumu? ‘begini kamu Dalam bahasa sehari-hari, penggunaan
caranya membalas budi kepada kakak kata apa diletakkan di awal kalimat
perempuanmu?’ sebagai penanda kalimat tanya.
Contoh:
kados niki Kang Bawor wis teka. Apa Kang Bawor
Kados niki njenengan paring damelan wis teka? ‘Kang Bawor sudah datang’.
teng kula, Mas? ‘Begini caranya kamu ‘apa Kang Bawor sudah datang?’.
memberi pekerjaan kepadaku, mas?’ Kasuse Jiman wis munggah nang
pengadilan negeri sapa sing nggawa
kaya kae kasuse jiman munggah nang
Kaya kae bae karepe wong kidul kali. pengadilan negeri? ‘Kasusnya Jiman
‘begitu saja keinginannya orang sudah naik ke pengadilan negeri. ‘Siapa
sebelah selatan sungai’. yang membawa kasusnya Jiman naik
ke pengadilan negeri?.
kaya kuwe

108
Pronomina Bahasa Jawa... (Rahmat Muhidin)

Sedangkan penggunaan kata penanya atau cara untuk melakukan perbuatan.


sinten merupakan penanya bentuk Pronomina jenis ini merupakan
kramantani ‘krama desa’. Untuk lebih pronomina penanya yang berwujud
jelasnya dapat dilihat dalam contoh bahasa tengahan (kramantani atau
berikut. krama desa) Perhatikan contoh kalimat
Bapak nggunteni Bu Miharja. Bapak di bawah ini.
nggunteni sinten? ‘Bapak mencari Bu Kados pundi kahanan njenengan wedal
Miharja. Bapak mencari siapa?’. kala riyin? ‘Bagaimana keadaan kamu
semasa itu?’
(2) Pronomina napa, ngapa, Dospundi kedadosan omah kobong wau
kenangapa dalu? ‘bagaimana kejadian rumah
Kata penanya napa, ngapa, terbakar tadi malam?’.
kenangapa memiliki arti yang sama, Pripun masalahe kok njenengan dados
yakni menanyakan sebab terjadinya tiyang mboten karuan? ‘bagaimana
sesuatu. Dalam bahasa Banyumasan, masalahnya kok kamu menjadi orang
kata penanya dipakai secara yang tidak karuan?’
bergantian. Hanya saja penggunaan Njenengan kepripun kok dados mboten
kata tanya napa merupakan bentuk karuan anggenipun mikir? ‘Kamu
bahasa kramantani atau krama desa. mengapa kok jadi tidak karuan kalau
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berpikir?’.
kalimat berikut.
Ngapa kowe ora tau tilik mbahmu? (5) Pronomina penanya pira dan
‘mengapa kamu tidak pernah pinten
menengok mbahmu?’ Pronomina penanya pira
Kenangapa kowe ora tau tilik dipakai untuk menanyakan
mbahmu? ‘mengapa kamu tidak jumlah/bilangan. Kata penanya ini
pernah menengok mbahmu?’ dapat ditempatkan pada bagian depan,
Napa slirane mboten nate niliki tengah, atau akhir kalimat. Untuk
simbah? ‘mengapa kamu tidak pernah jelasnya dapat dilihat pada contoh
menengok simbah?’ berikut ini.
Pira regane klambi batik kawung sing
(3) Pronomina endi, ngendi, pundi nang gantungan kae? ‘Berapa harganya
Pronomina endi, ngendi, pundi baju batik kawung yang berada di
digunakan untuk menanyakan suatu gantungan itu?’
pilihan tentang orang, barang atau hal. Regane beras sekilo pira siki? ‘Harganya
Cermati contoh berikut. beras sekilo berapa sekarang?’
Endi sing kudu dijeot? ‘Mana yang Regane beras sekilo siki pira? ‘Harganya
harus diambil?’ beras sekilo sekarang berapa?’
Ngendi bae sing kudu dilewati? ‘Mana
saja yang harus dilewati?’ (6) Pengulangan kata apa, sapa, dan
Pundi ingkang kula gantosi teng mrika? endi
‘Siapa yang harus saya cari di sana?’. Pengulangan kata apa, sapa,
endi dapat dilakukan untuk
(4) Pronomina kados pundi, dospundi, mengungkapkan ketidaktentuan. Apa-
pripun, kepripun apa, sapa-sapa, endi-endi. Wujud ini
Pronomina kados pundi, biasanya digunakan dalam kalimat
dospundi, pripun, kepripun digunakan berita yang negatif. Perhatikan contoh
untuk menanyakan keadaan sesuatu kalimat di bawah ini.

109
Kelasa, Vol. 12, No. 1, Juni 2017: 95—112

Aku ora tuku apa-apa nggo Bapak. ‘Aku


tidak membeli apa-apa untuk Bapak’. Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata bahasa Baku
Aku ora lunga ora karo sapa-sapa; aku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
lunga dewekan. ‘aku tidak pergi dengan Cetakan kedelapan: Jakarta: Balai
siapa-siapa; aku pergi sendiri’. Pustaka.
Mbah Kartinah ora lunga ngendi-endi
dina wingi ‘Mbah Kartinah tidak pergi Bell, Roger T. 1995. Sosiolinguistik Sajian
Tujuan, Pendekatan, dan Problem-
ke mana-mana hari kemarin’
problemnya. (Diterjemahkan oleh
Abd. Syukur Ibrahim). Surabaya:
4. Simpulan
Usaha Nasional.
4.1 Simpulan Chaer, Abdul dan Agustine, Leonie. 1995.
Berdasarkan hasil analisis Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
pronomina bahasa Jawa dialek Jakarta: Rineka Cipta.
Banyumas yang berada di Kota
pangkalpinang pada bab sebelumnya, Ekowardono, B. Karno. 1988. Verba
dapat disimpulkan bahwa pronomina Denominal dan Nominal Deverbal
dalam bahasa banyumasan terdiri dari: dalam Bahasa Jawa Baku: kajian
(1) pronomina persona; (2) pronomina Morfologi Lingkup Kelas Nominal
penunjuk; dan (3) pronomina penanya. dan Verba. Disertasi. Jakarta :
Pronomina persona dalam bahasa Universitas Indonesia.
Banyumasan adalah (a) pronomina
persona pertama tunggal (b) Fatinah, Siti. 2014. Pronomina persona
pronomina persona pertama jamak (c) dalam Bahasa Muna. Jurnal
pronomina persona kedua tunggal, (d) Gramatika Hal. 133—146. Ternate:
pronomina persona kedua jamak, (e) Kantor Bahasa Provinsi Maluku
pronomina persona ketiga tunggal, dan Utara.
(f) pronomina persona ketiga jamak.
Sedangkan Pronomina penunjuk dalam Priyadi, Sugeng. 2000. Fenomena
Kebudayaan yang Tercermin
bahasa Banyumasan adalah (a)
dari Dialek Banyumasan, dalam
pronomina penunjuk umum, (b)
Humaniora, No.1. Yogyakarta:
pronomina penunjuk tempat, (c) Fakultas Sastra, Universitas Gajah
pronomina penunjuk ihwal. Mada

4.2 Saran Priyadi,Sugeng, 2002a. Banyumas antara


Penelitian yang berkaitan Jawa dan Sunda. Semarang:
bahasa Jawa Banyumasan ini belum MimbarThe Ford Foundation-
sempurna seperti yang diharapkan. Yayasan Adhikarya Ikapi.
Namun, kajian ini dapat dilanjutkan
pada ranah relasi kajian kata tertutup Rokhman, Fathur. 2003. “Pemilihan Bahasa
lainnya, seperti kajian numeralia dalam Masyarakat
umpamanya. Dwibahasa: Kajian Sosiolinguistik di
Banyumas”. Disertasi, Universitas
Daftar Acuan Gajah Mada.

Adisumarto, Mukidi. 1981. Geografi Dialek Soedjito, dkk. 1986. Pemakaian Bahasa Jawa
Bahasa Jawa Banyumas. Yogyakarta: di Pesisir Utara Jawa Timur Bagian
Balai Penelitian Bahasa. Sempit. Jakarta: Pusat Pembinaan

110
Pronomina Bahasa Jawa... (Rahmat Muhidin)

dan Pengembangan Bahasa,


Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Mardiwarsito, L. 1979. Kamus Jawa Kuna


Indonesia. Ende: Nusa Indah.

Wardhaugh, Ronald. 1986. An Introduction


to Sociolinguistics. Oxford: Basil
Blackwell Ltd.

Wedhawati dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa


Mutakhir. Yogakata: Kanisius.

Dona Pransisca dan Sarjani. 2013 Pronomina


bahasa Jawa dialek Banyumas di
Desa Dayo Kecamatan Tandun
Kabupaten Rokan Hulu: Tugas
Semantik. (Tidak diterbitkan).

111
Kelasa, Vol. 12, No. 1, Juni 2017: 95—112

112

Anda mungkin juga menyukai