Abstrak:
Paparan data deskriptif ini didasarkan pada anggapan bahwa bahasa
merupakan alat komunikasi dalam berinteraksi sehari-hari. Ucapan seseorang
sangat ditentukan oleh kemampuan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Bahasa
Madura yang digunakan oleh masyarakat Madura sangatlah beraneka ragam
ucapan bahasanya dari satu daerah ke daerah yang lain. Adanya perbedaan
yang beragam warnanya hanyalah varian bahasa saja, yang dimiliki tiap-tiap
dialek Bahasa Madura baik dialek Pamekasan, Sumenep maupun dialek
Bangkalan.Variasi ucapan bahasa Madura dialek Pamekasan, terjadi pada
masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan. Tindak tutur masyarakat
perdesaan cenderung bersifat tradisional murni asli tindak tutur bahasa
Madura. Sedangkan tindak tutur masyarakat perkotaan cenderung bersifat
modern. Dalam karya studi kasus ini saya mencoba untuk mendeskripsikan
varian bahasa dialek Pamekasan yang digunakan oleh masyarakat desa dan
masyarakat kota yang tinggal di Kabupaten Pamekasan.
Kata kunci:
Varian Bahasa, Dialek Pamekasan
kelestarian bahasa daerah tersebut, bahasa yang sama (langue) itu disebut
melainkan juga bermanfaat bagi varian-varian bahasa.2
pengembangan dan pembakuan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. B. Dialek Bahasa Madura
1 2
Baca, Achmad Sofyan, Tata Bahasa Robert Sibarani, Hakekat Bahasa.(
Bahasa Madura, (Surabaya: t.p., 2008), hlm. 2-5 Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), hlm. 2
G. Batas-Batas Dialek
F. Terjadinya Dialek
Walaupun cara terjadinya
Dengan tinjauan secara kasar,
dialek-dialek itu disebabkan diantaranya
dialek itu dapat dianggap sebagai
oleh batas-batas keadaan alam dan
“pecahan” suatu bahasa. Pengertian
kekuasaan politik, penetapan batas-
“pecah” di sini ialah bahwa terdapat
batas dialek itu tidak ditentukan oleh
perbedaan ”bentuk” antara dialek dan
batas-batas alam dan batas-batas
bahasa “induk”. Proses “perpecahan” itu
wilayah administratif pemerintahan,
secara teoritis dapat digambarkan
tetapi oleh batas-batas tersebarnya
sebagai berikut: mula-mula hanya ada
pemakaian gejala bahasa tertentu.
satu bahasa (B), kemudain “terpecah-
Gejala-gejala bahasa yang biasanya
pecah” misalnya menjadi D1, D2, D3,
menandai perbedaan antara dialek yang
D4, D5, dst. Dan B itu sendiri sekarang
satu dengan dialek yang lain itu ialah
menjadi D0.
bunyi (fon), kata-kata (glosser), bentuk-
Sebab-sebab perpecahan itu di
bentuk (morf), ungkapan-ungkapan,
antaranya ialah:
kalimat-kalimat, dan sebagainya.6
a. B merupakan bahasa yang dipakai
Dapat diketahui bahwa batas
oleh penduduk yang besar jumlahnya
wilayah pemakaian dialek-dialek yang
dan menempati daerah yang amat
ada di pulau Madura, yakni bahasa
luas, sedangkan daerah-daerah itu
terpecah-pecah oleh batas-batas
5
alam yang sulit ditempuh, misalnya: I.L. Marsoedi, Memahami Hakekat
Bahasa, hlm. 78
gunung, hutan, sungai, dan lain-lain. 6
Ibid., hlm. 81
leksikal dalam bahasa tertentu. Salah teratur dan ada yang tidak teratur
satu aspek di dalamnya adalah masalah sporadis.10
distribusi fonem. Perubahan bunyi yang muncul
Tidak dapat dipungkiri kebutuhan secara teratur disebut korespondensi,
manusia untuk saling berkomunikasi, sedangkan perubahan bunyi yang
semakin kompleks seiring dengan muncul secara sporadis disebut
11
perkembangan kebudayaan manusia. variasi.
Kenyataan demikian menempatkan
bahasa sebagai alat komunikasi 1) Korespondensi
manusia pada posisi yang penting. Agar Dari sudut pandang dialektologi
komunikasi itu terjadi dengan baik, (dialek geografis), korespondensian
kedua belah pihak memerlukan bahasa suatu kaidah perubahan bunyi berkaitan
yang bisa dipahami bersama. Dapat dengan dua aspek yaitu linguistik dan
dikatakan bahwa bunyi bahasa itu aspek geografi. Dari aspek linguistik,
sebagai alat pelaksanaan bahasa. bahwa perubahan bunyi yang berupa
Pendapat lain menyatakan korespondensi itu terjadi dengan
bahwa di dalam penyelidikan bunyi- persyaratan lingkungan linguistik
bunyi bahasa itu banyak ragamnya. tertentu. Oleh karena itu data tentang
Bunyi-bunyi tersebut diklasifikasikan ke kaidah yang berupa korespondensi tidak
dalam klasifikasi tertentu. Ilmu yang terbatas jumlahnya.
mempelajari seluk beluk bunyi bahasa
serta merumuskannya secara teratur 2) Variasi Bunyi
dan sistematis tersebut dinamakan Seperti halnya perubahan bunyi
fonologi. Fonologi dapat dipecah yang berupa korespondensi, perubahan
menjadi phone yang berarti bunyi dan bunyi yang berupa variasi itu dapat pula
9
logos yang berarti ilmu. ditinjau dari segi linguistik dan geografi.
Dari segi linguistik, Bynon (yang juga
disepakati oleh Saussure) menyatakan
I. Jenis-jenis Perubahan Bunyi
bahwa maksud perubahan itu muncul
Pada dasarnya, perubahan bunyi
bukan karena persyaratan lingkungan
yang terjadi diantara dialek/subdialek-
linguistik tertentu. Karena itu, data yang
subdialek atau bahasa-bahasa turunan
menyangkut perubahan bunyi yang
dalam merefleksikan bunyi-bunyi yang
berupa variasi terbatas pada satu atau
terdapat pada prabahasa atau
dua buah contoh saja. Adapun dari segi
protobahasa yang mengakibatkan
terjadinya perbedaan dialek/subdialek
ataupun perbedaan bahasa ada yang
10
Mahsun, Dialektologi Diakronis
(Yogyakarta: UGM,1995), hlm. 28-29
9 11
Bambang Yulianto, Fonologi, Lihat, Bambang Hartono, Palappa
(Surabaya: t.p, 1989), hlm. 1. Ghenna’,(Pamekasan: t.p. 2001), hlm. 1-5.
geografi, perubahan bunyi itu disebut Pada contoh di atas, [o] – [u]
variasi. merupakan dua fonem yang berbeda.
Variasi yang ada dalam bahasa Karena kontras dalam distribusi yang
Madura, hal ini dapat dibagi dua bagian mirip, sehingga timbul pengucapan yang
yakni variasi sosial dan variasi regional. berbeda antara masyarakat perkotaan
Variasi sosial adalah variasi yang dengan pedesaan.
disebabkan oleh keadaan sosial, yang Adapun gejala yang terjadi pada
diantaranya umur, status, pekerjaan, proses fonologisnya. Hal ini disebabkan
pendidikan, situasi dan topik oleh faktor sosial yakni status usia,
pembicaraan, serta tempat berbicara. aspek geografis dan intonasi yang
Sedangkan variasi regional yaitu variasi dimiliki penutur berbeda dengan penutur
yang membedakan pemakaian unsur yang lainnya. Jadi, dapat disimpulkan
dan bentuk bahasa daerah yang satu bahwa di dalam bahasa Madura ada
12
dengan yang lainnya. fonem [u] dan [o], sehingga bunyi yang
Adapun varian bahasa yang terjadi pada kalimat tersebut. Hal ini
adanya sesuai dengan penggunaan merupakan variasi bunyi pada fonem
(fungsi) disebut register atau laras vokal.
bahasa. Istilah “register” atau “laras Untuk variasi bunyi /a/ dan //
bahasa” ini sesuai dengan apa yang pada kata [sandal] dan [sandl] misalnya
dikatakan Poerwadarminta disebut pada contoh di bawah ini:
ragam khusus yang meliputi ragam Ali ngangghuy sandal kolè’ (dialek
sastra dan ragam ringkas. Yang terakhir perkotaan)
masih diperinci lagi menjadi: ragam Ali ngangghuy sand\l kolè’. (dialek
jurnalistik, ilmiah, dan jabatan. perdesaan)
Pada kalimat di atas variasi
J. Deskripsi Variasi Bunyi Bahasa fonem vokal /a/ dan // yang terdapat
Madura pada kata [sandal] dan [sandl] tampak
Dialek Pamekasan yang terjadi di adanya gejala perubahan bunyi antara
perkotaan dan pedesaan telah nampak dialek pedesaan dan dialek perkotaan,
perbedaan yang menonjol dalam proses tetapi bunyi tersebut tidak menyebabkan
fonologis yang diucapkan masyarakat perubahan makna. Bahwa penutur muda
pemakai bahasa Madura, tetapi tidak di perkotaan mayoritas cenderung
ada perubahan makna. Misalnya: menggunakan kata [sandal], disebabkan
Syukur ngobangè rotè ka toko akibat pengaruh bahasa Indonesia.
(dialek perkotaan) Sedangkan pada penutur muda dan tua
Syukur ngobengè rudhi ka dhughu yang tinggal di pedesaan mayoritas
(dialek perdesaan) cenderung menggunakan kata [sandl],
yaitu ujaran asli Madura yang digunakan
12
I Gusti Ngrurah Oka, dkk., Tata Bahasa
Acuan Bahasa Madura, (t.p., 1989), hlm.312
Daftar Pustaka
Sudaryanto. 1982. Metode Linguistik.
Aminoedin, A. 1984. Fonologi Bahasa Yogyakarya: Atma Pustaka
Indonesia. Jakarta: Depdikbud, UGM.
Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Samsuri. 1983. Analisis Bahasa.
Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Sibarani, Robert. 1992. Hakekat
Praktik. Jakarta: PT Rineke Bahasa. Bandung: PT Citra
Cipta. Aditya Bakti.
Chaer, Abdul, & A. Leone. 1995. Sofyan, Achmad, 2008. Tata Bahasa
Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Bahasa Madura. Surabaya: Balai
Jakarta: Rineka Cipta. Bahasa Surabaya
Hatib, Ach. 1992. Sistem Fonem Bahasa Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa
Madura, Surabaya:FBS-IKIP. Indonesia dengan Benar.
Jakarta: Puspa Swara.
Hartono, Bambang. 2001. Palappa
Genna’. Pamekasan: Tim Pakem Sukur, Abd. 1990. Fonologi Bahasa
Maddu. Madura.t.p.