Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG

VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN

Oleh: Moh. Hafid Effendy


(Calon Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan dan
anggota Yayasan Pakem Maddhu Pamekasan)

Abstrak:
Paparan data deskriptif ini didasarkan pada anggapan bahwa bahasa
merupakan alat komunikasi dalam berinteraksi sehari-hari. Ucapan seseorang
sangat ditentukan oleh kemampuan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Bahasa
Madura yang digunakan oleh masyarakat Madura sangatlah beraneka ragam
ucapan bahasanya dari satu daerah ke daerah yang lain. Adanya perbedaan
yang beragam warnanya hanyalah varian bahasa saja, yang dimiliki tiap-tiap
dialek Bahasa Madura baik dialek Pamekasan, Sumenep maupun dialek
Bangkalan.Variasi ucapan bahasa Madura dialek Pamekasan, terjadi pada
masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan. Tindak tutur masyarakat
perdesaan cenderung bersifat tradisional murni asli tindak tutur bahasa
Madura. Sedangkan tindak tutur masyarakat perkotaan cenderung bersifat
modern. Dalam karya studi kasus ini saya mencoba untuk mendeskripsikan
varian bahasa dialek Pamekasan yang digunakan oleh masyarakat desa dan
masyarakat kota yang tinggal di Kabupaten Pamekasan.

Kata kunci:
Varian Bahasa, Dialek Pamekasan

A. Pendahuluan yang besar di Nusantara. Perumusan


Bahasa Madura adalah bahasa Kedudukan Bahasa Daerah Tahun 1976
daerah yang digunakan oleh warga etnik di Yogyakarta menggolongkan bahasa
Madura, baik yang tinggal di Pulau Madura sebagai salah satu bahasa
Madura maupun di luar pulau tersebut, daerah besar di Indonesia.
sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Menurut Halim, bahasa Madura
Tradisi sastra, baik lisan maupun tertulis, sebagai bahasa daerah perlu dibina dan
dengan sarana Bahasa Madura sampai dikembangkan, terutama dalam hal
sekarang masih terdapat hidup dan peranannya sebagai sarana
dipelihara oleh masyarakat Madura. pengembangan kelestarian kebudayaan
Oleh karena jumlah penuturnya yang daerah sebagai pendukung kebudayaan
banyak dan didukung oleh tradisi nasional. Pembinaan dan
sastranya, bahasa Madura pengembangan bahasa Madura tidak
diklasifikasikan sebagai bahasa daerah saja ditujukan untuk menjaga
TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

kelestarian bahasa daerah tersebut, bahasa yang sama (langue) itu disebut
melainkan juga bermanfaat bagi varian-varian bahasa.2
pengembangan dan pembakuan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. B. Dialek Bahasa Madura

Masyarakat Indonesia sebagai Kridalaksana menyatakan bahwa


masyarakat dwibahasa, satu pihak pada dasarnya dialektologi merupakan
memiliki Bahasa Indonesia dan di pihak ilmu tentang dialek, atau cabang dari
lain memiliki bahasa daerah yang cukup linguistik yang mengkaji perbedaan-
kuat pada masyarakat pemakainya. perbedaan isolek dengan
Bahasa daerah biasanya menjadi memperlakukan perbedaan tersebut
bahasa ibu misalnya, Bahasa Jawa, secara utuh. Dalam pemakaian umum,
Sunda, Bali, dan Madura. Bahasa istilah dialek biasanya dikaitkan dengan
Madura tergolong bahasa daerah yang semacam bentuk isolek yang substandar
besar, karena memiliki tradisi sastra dan berstatus rendah. Konotasi negatif
lisan dan sastra tulis yang cukup yang diberikan pada istilah dialek itu
memadai, dan daerah pemakainya berkaitan dengan sudut pandang
1 sosiolinguistis, yang memperhitungkan
cukup luas.
Barber dalam Sibarani penilaian penutur tentang keragaman
mengatakan bahwa bahasa adalah isolek serta pemilihan sosial yang
suatu sistem tanda yang berhubungan berkaitan dengan bahasa dan kelakuan
dengan lambang-lambang bunyi suara berbahasa. Istilah tersebut sering
dan digunakan oleh sekelompok dipertentangkan dengan istilah bahasa,
masyarakat untuk berkomunikasi dan yang merujuk pada isolek yang telah
bekerja sama. Dalam suatu masyarakat dibakukan dan menjadi sumber rujukan
tidak terdapat adanya keseragaman penilaian isolek lain yang setingkat
bahasa, meskipun dalam masyarakat dengannya, tetapi belum dibakukan.
yang monolingual (masyarakat yang Dalam bahasa yang lain, Steinhauer
hanya menggunakan satu macam menegaskan bahwa dialek merupakan
bahasa dalam segala kegiatan hidup). penilaian hasil perbandingan dengan
Dengan demikian jelas bahwa bahasa salah satu isolek lainnya yang dianggap
itu tidak monopolitik, tidak hanya ada lebih unggul.
dalam satu “bentuk”, melainkan dalam Di dalam suatu masyarakat
berbagai “bentuk”. Bahasa yang masih bahasa, terdapat sekelompok orang
ada di dalam ruang lingkup sistem yang menggunakan bahasa yang
berbeda dengan kelompok lainnya.
Alwasilah menyatakan bahwa bahasa
dari kelompok orang itu memperlihatkan

1 2
Baca, Achmad Sofyan, Tata Bahasa Robert Sibarani, Hakekat Bahasa.(
Bahasa Madura, (Surabaya: t.p., 2008), hlm. 2-5 Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), hlm. 2

64 OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011


TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

keteraturan yang sistematis dan berkomunikasi dan berinteraksi sehari-


membentuk suatu dialek. Dengan hari.
demikian, dapat dikatakan dialek Bentuk bahasa Madura yang
merupakan variasi bahasa yang dipergunakan oleh penutur asli daerah
disebabkan oleh latar belakang asal Pamekasan atau Sumenep dan
pemakai bahasa yang berbeda. Di sekitarnya, berbeda dengan “bentuk”
dalam dialek itu terdapat variasi yaitu bahasa Madura yang dipergunakan oleh
dialek dan dialek sosial atau sosiolek. penutur asli daerah Pamekasan atau
Dialek disebabkan oleh daerah daerah Bangkalan. Perbedaan itu
asal yang berbeda. Setiap kelompok nampak, misalnya pada pemakaian
masyarakat dari daerah tertentu gejala bunyi tertentu, kata-kata tertentu,
mempunyai ciri ujaran yang berbeda dan sebagainya. Tetapi seandainya ada
dengan daerah lain. Kelompok dua orang, yang masing-masing berasal
masyarakat dari daerah Sumenep dari Pamekasan dan dari Sumenep,
berbeda dengan kelompok masyarakat bercakap-cakap dengan menggunakan
dari daerah Pamekasan dalam bahasa Madura dialek Pamekasan dan
pemakaian bahasa itu, sehingga timbul bahasa Madura dialek Sumenep,
dialek Madura Pamekasan dan dialek mereka masih saling memahami.
Madura Sumenep. Varian bahasa yang ditandai oleh
Dialek sosial disebabkan oleh keseluruhan ciri khas kedaerahan itu
perbedaan latar belakang status sosial. disebut dialek atau lebih lengkapnya
Hal ini dapat dipandang dari berbagai dialek kedaerahan atau dialek geografi
sudut antara lain: berdasarkan usia, atau dialek horizontal.4
jenis kelamin, dan suku.
Dialek merupakan variasi C. Wilayah Pemakaian Bahasa
bahasa, maka dialek adalah variasi Madura
bahasa dari sekelompok penutur yang Wilayah pemakaian bahasa
jumlahnya relatif, yang berada pada satu Madura tidak hanya terbatas di Pulau
tempat, wilayah, atau area tertentu. Madura tetapi meluas di tempat-tempat
Dialek ini lazim disebut dialek areal, lain di luar pulau tersebut. Wilayah
3
dialek regional atau dialek geografis. pemakaian bahasa Madura meliputi
Dengan demikian dapat ditarik pulau-pulau di sekitar Pulau Madura,
suatu kesimpulan bahwa dialek adalah yakni Pulau Sapudi, Raas, Kambing,
varian bahasa yang ditandai oleh Kangean, dan pulau lain di sekitarnya,
keseluruhan ciri kedaerahan yang karena pulau-pulau tersebut mayoritas
digunakan penuturnya dalam dihuni oleh suku Madura.
Di luar pulau-pulau tersebut,
3
Abdul Chaer dan A. Leone,
4
Sosiolinguistik Perkenalan Awal ( Jakarta: Rineka I.L. Marsoedi, Memahami Hakekat
Cipta,1995), hlm. 83. Bahasa (Malang: FKSS-IKIP, 1983), hlm. 77

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011 65


TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

perantau-perantau suku Madura masih Indonesia. Kedudukan bahasa Madura


menggunakan bahasa Madura sebagai sama dengan kedudukan bahasa-
sarana komunikasi, terutama dalam bahasa daerah yang lain, seperti bahasa
berkomunikasi dengan mitra tutur Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali,
sesama warga kelompok etnis Madura. Batak, dan sebagainya. Bahasa Madura
Di Pulau Jawa, orang-orang Madura adalah bahasa yang digunakan sebagai
perantau banyak dijumpai di wilayah sarana komunikasi warga kelompok
Kabupaten Gresik, Surabaya, Pasuruan etnis Madura dalam kehidupan sehari-
(sampai di Tosari –lereng Gunung hari.
Bromo– ), Probolinggo (sampai di Di dalam kedudukannya sebagai
Lumbang, Sapikerep –lereng Gunung bahasa daerah, bahasa Madura
Bromo–), Bondowoso, Jember, berfungsi sebagai: (1) lambang
Lumajang, dan Banyuwangi. Di wilayah kebanggaan daerah, (2) lambang
pantai utara Jawa Timur mulai dari identitas daerah, dan (3) alat
Gresik sampai Banyuwangi sebagian perhubungan di dalam keluarga dan
besar penduduknya adalah warga masyarakat daerah. Sebagai bahasa,
kelompok etnis Madura. Mereka masih bahasa Madura mampu berfungsi
menggunakan bahasa Madura sebagai sebagai sarana pengungkap perasaan,
sarana komunikasi sehari-hari. pikiran, ataupun gagasan para
pemakainya. Dewasa ini di sekolah
D. Kedudukan dan Fungsi Bahasa dasar di Pulau Madura, dimana murid-
Madura muridnya adalah anak Madura, bahasa
Di Indonesia bahasa Madura Madura dipakai sebagai bahasa
dinyatakan berkedudukan sebagai pengantar di tingkat permulaan sampai
bahasa daerah. Kedudukan ini dengan kelas tiga.
didasarkan pada pernyataan bahwa
bahasa selain bahasa Indonesia yang E.Variasi Bahasa Madura
didukung dan digunakan sekelompok Yang dimaksud dengan variasi
orang dalam mayarakat di daerah bahasa adalah: (a) variasi dialektik
tertentu di Indonesia disebut sebagai bahasa, dan (b) variasi tingkat tutur
bahasa daerah. Menurut Undang- (speech level) berbahasa. Dalam
undang Dasar (UUD) Tahun 1945, Bab bahasa Madura terdapat variasi sebagai
XV, Pasal 36, bahasa daerah adalah berikut.
salah satu unsur kebudayaan nasional
dan dilindungi oleh negara. 1. Variasi Dialektik
Bahasa Madura yang dipakai Bahasa Madura secara umum
oleh pemiliknya, yakni masyarakat etnis dapat digolongkan menjadi empat dialek,
Madura, merupakan salah satu dari yaitu: (1) dialek Bangkalan, (2) dialek
sekian bahasa daerah yang ada di Pamekasan, (3) dialek Sumenep, dan

66 OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011


TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

(4) dialek Kangean. Dialek-dialek mempunyai kebiasaan mengucapkan


tersebut masing-masing diketahui dari kata sesuai dengan jumlah suku
adanya ciri-ciri pada: a) perbedaan katanya, seperti bârâmpa `berapa';
pemakaian kata (leksikal), dan b) dalam bahasa Madura dialek Bangkalan
perbedaan pengucapan, utamanya mengalami peristiwa reduksi
berkaitan dengan prosodi dan intonasi. pengucapan menjadi brâmpa.
Orang-orang Madura Bangkalan Bahasa Madura dialek Kangean
berbahasa Madura menggunakan dialek digunakan oleh orang-orang Madura
Bangkalan. Perbedaan yang dapat Kangean. Perbedaan kata-kata terdapat
dikenali dari bahasa Madura dialek pada dipakainya ako untuk sèngko’
Bangkalan adalah dipakainya kata lo’ `saya' atau engko’ `saya' dan loghur
‘tidak’ dan kakèh ‘kamu’ yang dalam `jatuh' untuk ghagghar. Perbedaan
bahasa Madura dialek Pamekasan dan pengucapan yang terlihat pada dialek
Sumenep kata adalah ta’ ‘tidak’ dan Kangean ialah diucapkannya kata-kata
bâ’na ‘kamu’ atau bâ’en. seperti baramma `bagaimana', barra’
Perbedaan pengucapan yang `berat' yang dalam dialek lain
terasa pada dialek Bangkalan ialah, diucapkan bâ-râm-ma dan ber-râ’. Ritme
misalnya, kata jârèya `itu' dan bâriyâ pengucapan dalam dialek Kangean
`begini' diucapkan menjadi jriyâ dan diucapkan dengan ritme yang sangat
briyâ. Dalam kedua dialek yang lain cepat.
(Sumenep dan Pamekasan) diucapkan
jârèya dan bâriyâ. Orang-orang Madura 2. Variasi Tingkat Tutur
Sumenep mengucapkan bhâlimbhing Di dalam bahasa Madura
`belimbing' sedangkan orang-orang terdapat tingkat tutur. Tingkat tutur yang
Madura Bangkalan mengucapkan terdapat dalam bahasa Madura ada
blimbhing. Intonasi suku kata akhir tiga. Ketiga tingkat tutur itu ialah: (1)
kalimat pada bahasa Madura dialek tingkat tutur enjâ’-iyâ, (2) engghi-enten,
Sumenep cenderung diucapkan lebih dan (3) èngghi-bhunten.
panjang daripada dialek Bangkalan dan
1) Bhâsa Enjâ’-Iyâ, yaitu jenis tingkat
Pamekasan. Jika ritme di dalam bahasa
tuturan sama dengan ngoko dalam
Madura dialek Sumenep berlaku ritme
bahasa Jawa; contoh pemakaian
memanjang, dalam bahasa Madura
kata dalam ragam ini antara lain:
dialek Bangkalan berlaku ritme cepat.
ngakan `makan' cèthak `kepala',
Ritme pengucapan dalam bahasa
mata `mata', termasuk kata-kata
Madura Bangkalan lebih cepat
bhasa enjâ’-iyâ;
dibanding dengan kedua dialek yang
2) Bhâsa Engghi-Enten, yaitu jenis
lain.
tingkat tuturan sama dengan krama
Dalam hal pengucapan kata,
madya dalam bahasa Jawa; contoh
orang-orang Madura Pamekasan
pemakaian kata dalam ragam ini

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011 67


TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

antara lain: neddha `makan', sèra b. Daerah yang luas, tempat


`kepala', soca `mata' dipergunakannya B itu, terpecah-
pecah oleh kekuasaan negara yang
3) Bhâsa Èngghi-Bhunten, yakni jenis
berbeda, sehingga penduduknya
tingkat tuturan sama dengan krama
tidak dapat saling berkomunikasi.
Inggil dalam bahasa Jawa; contoh
c. Sebagai daerah tempat dipakainya B
pemakaian kata dalam ragam ini
itu, berdekatan dengan daerah yang
antara lain: adhâ’âr `makan', mostaka
menggunakan bahasa yang berbeda,
`kepala', dan ma’rèpat `mata'.
sehingga terjadi saling pengaruh.
Di samping penyebutan tiga
Dengan demikian bagian dari B itu
tingkat tutur tersebut, ada yang
menjadi berbeda dari B.
membedakannya atas dua macam saja,
d. Sebagian dari pemakain B berpindah
yakni: a) bhâsa alos 'bahasa halus' dan
ke daerah lain (emigrasi dan
b) bhâsa kasar 'bahasa kasar'. Kata-
transmigrasi) sehingga di tempat baru
kata neddhâ, adhâ’âr termasuk dalam
itu bahasa mereka lambat laun
bhâsa alos, dan kata abhâdhuk `makan'
5
berubah.
termasuk dalam kata bhâsa kasar.

G. Batas-Batas Dialek
F. Terjadinya Dialek
Walaupun cara terjadinya
Dengan tinjauan secara kasar,
dialek-dialek itu disebabkan diantaranya
dialek itu dapat dianggap sebagai
oleh batas-batas keadaan alam dan
“pecahan” suatu bahasa. Pengertian
kekuasaan politik, penetapan batas-
“pecah” di sini ialah bahwa terdapat
batas dialek itu tidak ditentukan oleh
perbedaan ”bentuk” antara dialek dan
batas-batas alam dan batas-batas
bahasa “induk”. Proses “perpecahan” itu
wilayah administratif pemerintahan,
secara teoritis dapat digambarkan
tetapi oleh batas-batas tersebarnya
sebagai berikut: mula-mula hanya ada
pemakaian gejala bahasa tertentu.
satu bahasa (B), kemudain “terpecah-
Gejala-gejala bahasa yang biasanya
pecah” misalnya menjadi D1, D2, D3,
menandai perbedaan antara dialek yang
D4, D5, dst. Dan B itu sendiri sekarang
satu dengan dialek yang lain itu ialah
menjadi D0.
bunyi (fon), kata-kata (glosser), bentuk-
Sebab-sebab perpecahan itu di
bentuk (morf), ungkapan-ungkapan,
antaranya ialah:
kalimat-kalimat, dan sebagainya.6
a. B merupakan bahasa yang dipakai
Dapat diketahui bahwa batas
oleh penduduk yang besar jumlahnya
wilayah pemakaian dialek-dialek yang
dan menempati daerah yang amat
ada di pulau Madura, yakni bahasa
luas, sedangkan daerah-daerah itu
terpecah-pecah oleh batas-batas
5
alam yang sulit ditempuh, misalnya: I.L. Marsoedi, Memahami Hakekat
Bahasa, hlm. 78
gunung, hutan, sungai, dan lain-lain. 6
Ibid., hlm. 81

68 OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011


TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

Madura dialek Bangkalan, bahasa H. Fonologi Bahasa Madura


Madura dialek Pamekasan dan dialek Definisi fonologi diungkapkan
Sumenep terbukti telah terjadi oleh beberapa pakar, salah satunya
pencampurbauran pemakaian dialek. adalah Budiman yang menjelaskan
Oleh karena itu, untuk keperluan secara gamblang bahwa fonologi adalah
pemetaan batas wilayah pemakaian ilmu yang mempelajari bunyi ujaran
dialek ini, akan menemui kesulitan yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
apabila hanya akan mendasarkan Fonologi merupakan salah satu cabang
kepada kemurnian pemakaian kata-kata tata bahasa, yang disebut juga dengan
khas dialek. Di beberapa tempat telah tata bunyi.
terjadi pencampurbauran pemakaian Syukur8 mengatakan bahwa:
dialek. Atas dasar kenyataan itulah
“Fonologi tamaso sala sèttong
maka untuk keperluan pemetaan batas bagiyân dâri paramasastra sè nalèktèghi
wilayah pemakain dialek-dialek ini monyè-monyèèpon bhâsa. Noro’ soara
èpon, bârnaèpon monyè è dâlem bhâsa
ditentukan dua katagori sebagai berikut: Madura asli bâdâ duwâ’, èngghi panèka
alos sareng tajem. Dhâddhi bâdâ
1. Apabila di suatu daerah kecamatan
konsonan alos, bâdâ konsonan tajem.
digunakan minimum empat buah kata Sapaneka jughân bâdâ vokal alos,
sareng vokal tajem. Nangèng noro’
khas dialek setempat, maka di daerah pakakas sè èangguhuy makalowar
itu dinyatakan sebagai daerah monyè. Panta’na èpon laèn, èngghi
panèka bâdâ konsonan bibir (bilabial),
wilayah pemakaian suatu dialek, konsonan gigi (dèntal), konsonan ngè’
langngè’an (palatal) sareng salaènna.
yakni termasuk wilayah pemakaian Manabi sè dhâddhi kaator macemma
bahasa Madura dialek Bangkalan èpon konsonan (aksara matè) sareng
vokal (aksara odi’).
atau bahasa dialek Pamekasan dan
dialek Sumenep.
Maksudnya, fonologi termasuk
2. Apabila disuatu daerah kecamatan
salah satu bagian dari paramasastra
digunakan kata-kata khas dialek
yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa.
setempat kurang dari empat buah,
Menurut bunyinya, bunyi dalam bahasa
maka daerah itu dinyatakan sebagai
Madura asli ada dua, yaitu alos dan
daerah wilayah pemakaian dialek
tajem. Jadi ada konsonan alos, ada
campuran, yakni campuran antara
konsonan tajem. Begitu juga sebaliknya,
bahasa Madura dialek Bangkalan,
ada vokal alos, ada vokal tajam.
bahasa Madura dialek Pamekasan
Verhaar mengatakan bahwa
dan atau dengan bahasa Madura
fonologi adalah bidang khusus dalam
dialek Sumenep.7
linguistik yang mengamati bunyi dalam
suatu bahasa tertentu, yang menurut
fungsinya untuk membedakan makna
7
Achmad Sofyan, Fonologi BM, Pra
penyusunan Tata Bahasa BM, Makalah
8
dipresentasikan dalam Lokakarya Tata Bahasa Bambang Hartono, Palappa Genna’,
(Malang:2008), hlm. 10 (Pamekasan: Tim Pakem Maddu, 2001), hlm. 1.

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011 69


TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

leksikal dalam bahasa tertentu. Salah teratur dan ada yang tidak teratur
satu aspek di dalamnya adalah masalah sporadis.10
distribusi fonem. Perubahan bunyi yang muncul
Tidak dapat dipungkiri kebutuhan secara teratur disebut korespondensi,
manusia untuk saling berkomunikasi, sedangkan perubahan bunyi yang
semakin kompleks seiring dengan muncul secara sporadis disebut
11
perkembangan kebudayaan manusia. variasi.
Kenyataan demikian menempatkan
bahasa sebagai alat komunikasi 1) Korespondensi
manusia pada posisi yang penting. Agar Dari sudut pandang dialektologi
komunikasi itu terjadi dengan baik, (dialek geografis), korespondensian
kedua belah pihak memerlukan bahasa suatu kaidah perubahan bunyi berkaitan
yang bisa dipahami bersama. Dapat dengan dua aspek yaitu linguistik dan
dikatakan bahwa bunyi bahasa itu aspek geografi. Dari aspek linguistik,
sebagai alat pelaksanaan bahasa. bahwa perubahan bunyi yang berupa
Pendapat lain menyatakan korespondensi itu terjadi dengan
bahwa di dalam penyelidikan bunyi- persyaratan lingkungan linguistik
bunyi bahasa itu banyak ragamnya. tertentu. Oleh karena itu data tentang
Bunyi-bunyi tersebut diklasifikasikan ke kaidah yang berupa korespondensi tidak
dalam klasifikasi tertentu. Ilmu yang terbatas jumlahnya.
mempelajari seluk beluk bunyi bahasa
serta merumuskannya secara teratur 2) Variasi Bunyi
dan sistematis tersebut dinamakan Seperti halnya perubahan bunyi
fonologi. Fonologi dapat dipecah yang berupa korespondensi, perubahan
menjadi phone yang berarti bunyi dan bunyi yang berupa variasi itu dapat pula
9
logos yang berarti ilmu. ditinjau dari segi linguistik dan geografi.
Dari segi linguistik, Bynon (yang juga
disepakati oleh Saussure) menyatakan
I. Jenis-jenis Perubahan Bunyi
bahwa maksud perubahan itu muncul
Pada dasarnya, perubahan bunyi
bukan karena persyaratan lingkungan
yang terjadi diantara dialek/subdialek-
linguistik tertentu. Karena itu, data yang
subdialek atau bahasa-bahasa turunan
menyangkut perubahan bunyi yang
dalam merefleksikan bunyi-bunyi yang
berupa variasi terbatas pada satu atau
terdapat pada prabahasa atau
dua buah contoh saja. Adapun dari segi
protobahasa yang mengakibatkan
terjadinya perbedaan dialek/subdialek
ataupun perbedaan bahasa ada yang
10
Mahsun, Dialektologi Diakronis
(Yogyakarta: UGM,1995), hlm. 28-29
9 11
Bambang Yulianto, Fonologi, Lihat, Bambang Hartono, Palappa
(Surabaya: t.p, 1989), hlm. 1. Ghenna’,(Pamekasan: t.p. 2001), hlm. 1-5.

70 OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011


TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

geografi, perubahan bunyi itu disebut Pada contoh di atas, [o] – [u]
variasi. merupakan dua fonem yang berbeda.
Variasi yang ada dalam bahasa Karena kontras dalam distribusi yang
Madura, hal ini dapat dibagi dua bagian mirip, sehingga timbul pengucapan yang
yakni variasi sosial dan variasi regional. berbeda antara masyarakat perkotaan
Variasi sosial adalah variasi yang dengan pedesaan.
disebabkan oleh keadaan sosial, yang Adapun gejala yang terjadi pada
diantaranya umur, status, pekerjaan, proses fonologisnya. Hal ini disebabkan
pendidikan, situasi dan topik oleh faktor sosial yakni status usia,
pembicaraan, serta tempat berbicara. aspek geografis dan intonasi yang
Sedangkan variasi regional yaitu variasi dimiliki penutur berbeda dengan penutur
yang membedakan pemakaian unsur yang lainnya. Jadi, dapat disimpulkan
dan bentuk bahasa daerah yang satu bahwa di dalam bahasa Madura ada
12
dengan yang lainnya. fonem [u] dan [o], sehingga bunyi yang
Adapun varian bahasa yang terjadi pada kalimat tersebut. Hal ini
adanya sesuai dengan penggunaan merupakan variasi bunyi pada fonem
(fungsi) disebut register atau laras vokal.
bahasa. Istilah “register” atau “laras Untuk variasi bunyi /a/ dan //
bahasa” ini sesuai dengan apa yang pada kata [sandal] dan [sandl] misalnya
dikatakan Poerwadarminta disebut pada contoh di bawah ini:
ragam khusus yang meliputi ragam  Ali ngangghuy sandal kolè’ (dialek
sastra dan ragam ringkas. Yang terakhir perkotaan)
masih diperinci lagi menjadi: ragam  Ali ngangghuy sand\l kolè’. (dialek
jurnalistik, ilmiah, dan jabatan. perdesaan)
Pada kalimat di atas variasi
J. Deskripsi Variasi Bunyi Bahasa fonem vokal /a/ dan // yang terdapat
Madura pada kata [sandal] dan [sandl] tampak
Dialek Pamekasan yang terjadi di adanya gejala perubahan bunyi antara
perkotaan dan pedesaan telah nampak dialek pedesaan dan dialek perkotaan,
perbedaan yang menonjol dalam proses tetapi bunyi tersebut tidak menyebabkan
fonologis yang diucapkan masyarakat perubahan makna. Bahwa penutur muda
pemakai bahasa Madura, tetapi tidak di perkotaan mayoritas cenderung
ada perubahan makna. Misalnya: menggunakan kata [sandal], disebabkan
 Syukur ngobangè rotè ka toko akibat pengaruh bahasa Indonesia.
(dialek perkotaan) Sedangkan pada penutur muda dan tua
 Syukur ngobengè rudhi ka dhughu yang tinggal di pedesaan mayoritas
(dialek perdesaan) cenderung menggunakan kata [sandl],
yaitu ujaran asli Madura yang digunakan
12
I Gusti Ngrurah Oka, dkk., Tata Bahasa
Acuan Bahasa Madura, (t.p., 1989), hlm.312

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011 71


TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

masyarakat pedesaan dalam Madura, melainkan hanya pinjaman dari


berinteraksi sehari-hari. bahasa lain (bahasa asing). Ada
Adapun bunyi fonem /a/ akan perubahan bunyi pada kata yang
diucapkan /ă/, /ē/ akan diucapkan /i/, diucapkan oleh masyarakat perkotaan
dan fonem /o/ akan diucapkan /u/, bagi misalnya, di Desa Pangereman orang
masyarakat pedesaan khususnya mengucapkan kata [dhukter] tetapi di
dengan bunyi ujaran yang asli Madura Kelurahan Bugih orang dapat
dan masih mengikuti lidah Madura yang mengucapkan kata [dhukter] menjadi
baik. Misalnya: [dhokter], [bèca’] menjadi [bica’].
 Tidak diucapkan jèndral, tetapi Adapun proses fonologis yang
diucapkan jindral terjadi antara fonem /o/ diucapkan /u/,
 Tidak diucapkan dhokter, tetapi fonem /e/ diucapkan /i/, karena
diucapkan dhukter berkontras dalam distribusi yang mirip,
 Tidak diucapkan bèca’, tetapi maka ujaran itu mengalami perubahan
diucapkan bica’ bunyi, tetapi tidak berubah maknanya.
 Tidak diucapkan plastik, tetapi Bunyi yang berlainan ini hanyalah
diucapkan plastek merupakan variasi bunyi saja yang
 Tidak diucapkan bangku, tetapi disebabkan oleh penutur, baik dari faktor
diucapkan băngku (bănggu) usia, letak geografis yang berbeda, dan
 Tidak diucapkan radhio, tetapi unsur suprasegmental berupa intonasi
diucapkan radhiu yang dimiliki masyarakat perkotaan yang
 Tidak diucapkan ettep, tetapi berbeda dengan masyarakat pedesaan.
diucapkan ettip Dari sudut pandang dialektologi
 Tidak diucapkan dhogadhu, tetapi (dialek geografis), korespondensian
diucapkan dhugadhu suatu kaidah perubahan bunyi berkaitan
 Tidak diucapkan dhasi, tetapi dengan dua aspek, yaitu aspek linguistik
diucapkan dhăsi dan aspek geografis. Dari aspek
 Tidak diucapkan dhokar, tetapi lingusitik, bahwa perubahan bunyi yang
diucapkan dhukar berupa korespondensi itu terjadi dengan
 Tidak diucapkan serbèt, tetapi persyaratan lingkungan linguistik
diucapkan serbit tertentu. Sedangkan dari aspek
 Tidak diucapkan suntik, tetapi geografis, kaidah perubahan bunyi itu
diucapkan sontēk disebut korespondensi. Daerah sebaran
leksem-leksem yang menjadi realisasi
Dari 12 kata di atas, apabila kaidah perubahan bunyi itu terjadi pada
konsonan alos dibuntuti vokal tajem atau daerah pengamatan yang berbeda.
konsonan tajem dibuntuti vokal alos, Misalnya kata [akoda’] dan [abuddrik] hal
maka dapat dibuktikan bahwa ujaran ini merupakan salah satu konsonan k
seperti di atas bukan ujaran kata asli (velar tak bersuara) direalisasikan

72 OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011


TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

dengan konsonan b (bilabial bersuara). bahasa itu dapat terlihat perbedaannya


Seterusnya pada ucapan [supir] dan antar masyarakat pedesaan dan antara
[subir], bahwa pada konsonan p masyarakat pedesaan dengan
(bilabial tak bersuara) dapat perkotaan. Perbedaan itu dapat
direalisasikan dengan konsonan b dibuktikan pada bunyi [o] menjadi [u], [è]
(bilabial bersuara). Sedangkan pada menjadi [i], dan [a] menjadi [  ].
ucapan [toko] dan [dugu], hal ini pada Dari hasil kajian dapat diketahui
konsonan t, k direalisasikan dengan pula bahwa yang berkomplementer
konsonan d, g (dental, velar bersuara). dalam bahasa Madura adalah vokal,
Dari ucapan di atas ujaran yang bukan konsonan, yaitu antara [a] dan [ā],
terjadi pada kata-kata di atas, bagi [e] dan [ i ], [o] dan [u]. Mengingat bunyi-
masyarakat Madura asli, konsonan bunyi yang berdistribusi komplementer
dianggap asing apabila merangkai termasuk ke dalam satu fonem,
dengan vokal tajem atau vokal alos. sehingga dalam masyarakat pedesaan,
Bagi masyarakat Madura asli yang vokal tersebut sering diucapkan oleh
tinggal di pedesaan dalam berinteraksi pemakai bahasa.
dengan sesamanya atau dengan Tindak tutur Bahasa Madura
masyarakat kota, struktur kata yang pada masyarakat pedesaan amatlah
digunakan tetap menggunakan ucapan jauh letak perbedaannya dengan
lidah yang asli orang Madura, tidak ada masyarakat perkotaan, baik dari tindak
pengaruh bahasa asing dan Bahasa tutur pemakaian kata maupun logat
Indonesia. Tetapi sebaliknya, penyampaian. Hal ini karena ada
masyarakat perkotaan dalam bertindak beberapa faktor, diantaranya faktor
tutur tetap berpatokan pada penyerapan pendidikan, faktor ekonomi, faktor usia,
bahasa asing atau bahasa Indonesia. dan letak geografis yang terjadi pada
Perbedaan ini hanya merupakan variasi masyarakat Madura dialek Pamekasan.
bahasa yang beragam struktur Selain itu, masyarakat pedesaan dalam
ucapannya yang terdapat pada dialek bertutur, tidak semuanya dikategorikan
Pamekasan. dapat menggunakan bahasa khas
daerahnya, terutama bagi anak-anak
K. Penutup muda yang telah berpendidikan dapat
Dari paparan di atas dapat bertindak tutur dengan menggunakan
disimpulkan bahwa pada dialek bahasa yang bercorak Bahasa
Pamekasan yang meliputi perkotaan dan Indonesia atau bahasa asing.
perdesaan yang terjadi pada struktur
fonologinya, dapat ditemukan bentuk-
bentuk varian bahasa pada variasi bunyi
vokal bahasa Madura yang amat
beragam keberadaannya. Bentuk variasi

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011 73


TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN
Moh. Hafid Efendi

Daftar Pustaka
Sudaryanto. 1982. Metode Linguistik.
Aminoedin, A. 1984. Fonologi Bahasa Yogyakarya: Atma Pustaka
Indonesia. Jakarta: Depdikbud, UGM.
Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. Samsuri. 1983. Analisis Bahasa.
Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Sibarani, Robert. 1992. Hakekat
Praktik. Jakarta: PT Rineke Bahasa. Bandung: PT Citra
Cipta. Aditya Bakti.

Chaer, Abdul, & A. Leone. 1995. Sofyan, Achmad, 2008. Tata Bahasa
Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Bahasa Madura. Surabaya: Balai
Jakarta: Rineka Cipta. Bahasa Surabaya

Hatib, Ach. 1992. Sistem Fonem Bahasa Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa
Madura, Surabaya:FBS-IKIP. Indonesia dengan Benar.
Jakarta: Puspa Swara.
Hartono, Bambang. 2001. Palappa
Genna’. Pamekasan: Tim Pakem Sukur, Abd. 1990. Fonologi Bahasa
Maddu. Madura.t.p.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis. Tim Nabara. 1990. Buletin Konkonan


Yogyakarta: UGM. Ejaan Bahasa Madura No. 01-03
Tahun I
Marsoedi, I.L 1983. Memahami Hakekat
Bahasa. Malang: FKSS-IKIP. Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas
Linguistik Umum. Yogyakarta:
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi UGM.
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Winarno, Surachmad. 1985. Pengantar
Penelitian Ilmiah. Bandung:
Oka I Gusti Ngrurah, dkk. 1989. Tata Tarsito.
Bahasa Acuan Bahasa Madura.
t.p. Yulianto, Bambang. 1989. Fonologi.
Surabaya
__________. 1989. Pemetaaan Bahasa
Madura di Pulau Madura.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
Depdikbud

74 OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai