Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Pengertian Ragam Bahasa


Setiap bahasa di dunia ini memiliki ragam. Ragam bahasa adalah variasi
bahasa yang terjadi karena adanya pemakai bahasa. Munculnya keragaman
bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen,
melainkan juga oleh keragaman interaksi sosial yang mereka lakukan.
Keragaman ini akan semakin bertambah jika bahasa tersebut dipakai oleh
penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas.
Bahasa mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat
penuturnya. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluannya. Perubahan tersebut juga dialami oleh bahasa Indonesia. Hal ini
dapat terjadi karena bahasa Indonesia dipakai secara luas dengan bermacam-
macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih
ragam bahasa yang sesuai dengan keperluannya.

2.2 Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakainya


Ragam bahasa dapat dibedakan berdasarkan media pengantarnya dan
berdasarkan situasi pemakaiannya. Berdasarkan media pengantarnya, ragam
bahasa dapat dibedakan atas dua macam, yaitu ragam lisan dan ragam tulis
(Utorodewo,dkk 2012:4). Berdasarakan situasi pemakainya , ragam bahasa
dapat dibagi atas tiga macam yaitu ragam bahasa formal, ragam bahasa semi
formal, dan ragam bahasa nonformal (finoza, 2006:3). Demikian juga halnya
dengan ragam tulis dikenal sebagai ragam tulis formal, ragam tulis semiformal,
dan ragam tulis nonformal. Namun, perlu juga dipahami bahwa pembagian
ragam bahasa akan semakin ’beragam’ ditinjau dari sudut pandang yang lain.
Bahasa Indonesia dalam konteks pemakainya, baik lisan maupun tulis,
sudah memiliki suatu standar baku yang menjadi norma, ukuran, ataupun
patokan bagi masyarakat pemakainya. Namun, tidak dapat pula dipungkiri

16
bahwa bahasa Indonesia memiliki banyak ragam. Alwi dkk. (2003:3)
menjelaskan bahwa faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut
berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa
Indonesia yang beraneka macam itu masih tetap disebut “bahasa Indonesia”
karena masing-masing berbagi teras atau inti sari bersama yang umum. Ciri
dan kaidah tata bunyi, dapat memahami orang lain yang berbahasa Indoneisa
walaupun di samping itu kita dapat mengenal perbedaan dalam perwujudan
bahasa Indonesianya.
Ditinjau dari sudut pandang penutur, ragam bahasa dapat dirinci
menurut patokan daerah, pendidikan dan sikap penutur. Ragam daerah dikenal
pula sebagai logat dan dialek. Dalam bahasa Indonesia terutama bahasa
Indonesia ragam lisan, kita mengenal bahasa Indonesia logat orang Aceh,
bahasa Indonesia logat orang Sunda, bahasa Indonesia logat orang Padang,
logat bahasa Indonesia orang Singkil, dan logat-logat bahasa Indonesia lainnya
yang bercorak kedaerahan. Logat-logat ini umumnya muncul karena faktor
geografis atau wilayah tempat tinggal penutur. Selain itu, logat atau ragam
daerah dimaksud juga sangat dipengaruhi oleh bahasa ibu si penutur.
Berikutnya adalah ragam bahasa menurut pendidikan. Dalam
kenyataan berbahasa terlihat perbedaan orang yang berpendidikan dan orang
yang tidak berpendidikan atau orang yang berpendidikan tinggi dan orang
berpendidikan rendah. Perbedaan tersebut mencakup perbedaan dari segi
pelafalan atau tata bunyi, struktur kata, dan sruktur kalimat. Terdapat
kecenderungan dikalangan orang yang berpendidikan melafalkan suatu kata
secara tepat, misalnya apotek bukan apotik, hakikat bukan hakekat, atau
andal bukan handal. Dengan demikian, bahasa dapat menunjukkan jati diri
dan tingkat pendidikan seseorang.
Ragam bahasa menurut sikap penutur berkenaan dengan pemilihan
bentuk-bentuk bahasa tertentu yang dapat menggambarkan sikap yang serba
formal, nonformal atau santai, dingin, hangat, atau penuh keakraban. Semua
ini tercermin pada pilihan kata dan tata bahasa. Ragam ini dapat juga disebut

17
sebagai langgam atau gaya, yang pemilihannya bergantung pada sikap
penutur terhadap mitra tutur ataupun pembacanya.
Terdapat pula pembagian ragam bahasa yang lain sebagaimana
dikemukakan oleh Chaer dan Agustina (2004:62-82) yang membagi ragam
bahasa berdasarkan (a) penutur dan (b) penggunaannya. Ragam bahasa
berdasarkan penutur berarti ragam tersebut dilihat berdasarkan orang yang
menggunakan bahasa tersebut, tempat tinggalnya, jenis kelaminya,
kedudukannya di dalam masyarakat, dan waktu bahasa tersebut dipakai.
Ragam bahasa berdasarkan penggunaannya berarti bahasa itu dipakai untuk
apa, dalam bidang apa, jalur dan alatnya apa, dan bagaimana situasi
keformalannya.
Ragam bahasa yang pertama berdasarkan penuturnya adalah idiolek.
Idiolek adalah ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep
idiolek, setiap orang memiliki ragam bahasa tersendiri. Ragam idiolek ini
berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat,
dan sebagainya. Yang paling dominan dari ragam idiolek adalah “warna” suara.
Melalui ragam “warna” suara tersebut kita dapat dengan mudah mengenal
orang tersebut tanpa harus melihat terlebih dahulu. Mengenal idiolek seseorang
melalui suaranya memang lebih mudah daripada melalui karya tulis. Akan
tetapi, jika kita sering membaca karya seseorang, misalnya karya Hamka,
Alisjahbana, atau Habiburrahman El Sirazy, pada suatu saat jika kita
menemukan selembar karya mereka, kita dapat mengenali lembaran itu karya
siapa.
Ragam bahasa yang kedua adalah dialek. Dialek adalah ragam bahasa
dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif yang berada pada suatu
tempat, wilayah, atau area tertentu. Meskipun memiliki idiolek masing-masing,
para penutur dalam suatu dialek memiliki kesamaan ciri yang berbeda dengan
penutur lain, misalnya bahasa Jawa dialek Banyumas memiliki ciri yang
berbeda dengan ciri yang dimiliki oleh bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek
Semarang, atau juga dialek Surabaya. Demikian juga di Aceh, umpamanya
dikenal bahasa Aceh dialek Aceh Besar, dialek Pidie, dialek Peusangan, dialek

18
Aceh Barat, dialek Aceh Selatan. Meskipun terjadi perbedaan dialek, para
penutur yang berbeda dialek ini masih dapat saling mengerti.
Ragam bahasa yang ketiga adalah kronolek. Kronolek adalah ragam
bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu, misalnya
ragam bahasa Indonesia yang digunakan pada masa tiga puluhan berbeda
dengan ragam bahasa yang digunakan pada masa lima puluhan atau pada
masa kini.
Ragam bahasa yang keempat adalah sosiolek. Sosiolek merupakan
ragam bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para
penuturnya. Sebagai contoh di sini akan disebutkan ragam bahasa berdasarkan
kelas sosial yaitu kebangsawanan. Di dalam masyarakat yang masih mengenal
tingkat kebangsawanan, dapat pula kita lihat ragam bahasa yang berkenaan
dengan tingkat kebangsawanan tersebut. Bahasa Jawa, bahasa Bali, dan
bahasa Sunda mengenal ragam kebangsawanan ini. Dalam bahasa Jawa ragam
bahasa berdasarkan kebangsawanan ini disebut undak usuk dan dalam bahasa
Bali disebut sor singgih.
Ragam bahasa dari segi penggunaannya disebut dengan fungsiolek.
Ragam bahasa ini berkaitan dengan penggunaan bahasa untuk keperluan atau
bidang tertentu, misalnya bidang sastra, jurnalistik, militer, pertanian,
pelayaran, perekonomian, perdangangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan.
Ragam bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini paling tampak pada kosakata
yang dipakai. Setiap kata bidang ini memiliki sejumlah kosakata khusus yang
tidak dipakai dalam bidang yang lain.

Latihan dan Tugas


1. Kemukakan alasan Saudara mengapa bahasa bervariasi atau beragam!
2. Carilah di surat kabar atau majalah struktur kalimat bahasa Indonesia
yang didalamnya terdapat unsur kata yang dipengaruhi bahasa daerah
sebanyak lima buah kalimat.
3. Buatlah tabel perbandingan lima buah kosakata bahasa Aceh dialek Aceh
Besar, dialek Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Pidie, Aceh Utara.

19

Anda mungkin juga menyukai