Arifatu Faizun
Sekolah Menengah Atas Islam Raden Fatah Probolinggo
arifatufaizun9@gmail.com
Abstrak: penelitian ini mendeskripsikan penggunaan umpatan dalam bahasa Madura yang dikaitkan dengan
pola kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Madura. Penelitian ini dilatari fakta bahwa setiap daerah memilik
ragam umpatan yang berbeda konteksnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan
metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Sumber data penelitian adalah percakapan dalam
bahasa Madura (langsung dari informan), baik yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, baik tua maupun
muda. Data penelitian berupa kata-kata atau kalimat yang mengandung umpatan bahasa Madura. Hasil
penelitian berupa ragam bentuk umpatan bahasa Madura sesuai konteks penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Abstract: This study describes the use of aspersions in Madurese language associated with everyday life
style in Madurese community which is based on each area having its own contextual aspersions variance.
This study uses qualitative approach with the descriptive analytic method. The source of the data is the direct
conversations in Madurese with the informants, both men and women, young and old. The data are the
description of words or sentences containing Madurese aspersions. The results show that Madurese
aspersions are used based on everyday life context.
PENDAHULUAN
tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. dasarnya. Ragam bahasa lisan, terkait dengan lafal,
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang sedangkan dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan
tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu, aspek
gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, tata bahasa dan kosakata dalam kedua jenis ragam
aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata tersebut memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa
bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi tulis yang berunsur dasar huruf hakikatnya
yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima melambangkan ragam bahasa lisan.
dan pengirim bahasa harus me-nguasai bahasanya. Menurut Bloomfield (dalam Chaer dan Agustina,
Bloomfield (dalam Chaer dan Agustina, 2002: 18) 2002: 34) jenis atau ragam bahasa dibedakan atas:
mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang (1) ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa
bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbiter) yang hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dan
dipakai oleh anggota masyarakat untuk saling sebagainya; (2) ragam bahasa perorangan atau idiolek
berhubungan dan berinteraksi. Bahasa berkaitan seperti gaya bahasa mantan Presiden Soeharto, gaya
dengan aktivitas mengeluarkan bunyi yang berurutan bahasa Benyamin S, dan lain sebagainya; (3) ragam
dan membentuk suatu struktur tertentu. Bunyi tersebut bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu
merupakan lambang yang melambangkan makna wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura,
yang tersembunyi di balik bunyi dan bunyi dialek bahasa Medan, dialaek bahasa Sunda, dialaek
melambangkan suatu makna yang bergantung pada bahasa Bali, dialaek bahasa Jawa, dan lain
kesepakatan atau konvensi anggota masyarakat sebagainya; (4) ragam bahasa pada kelompok anggota
pemakainya. masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan bahasa kelompok akademisi, bahasa kelompok
bahasa mencakup (1) ragam bahasa lisan, (2) dan orang-orang jalanan; (5) ragam bahasa berdasarkan
ragam bahasa tulis. Ragam lisan adalah bahasa yang bentuk bahasanya seperti bahasa lisan dan bahasa
dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) tulisan; (6) ragam bahasa berdasarkan situasi seperti
dengan fonem sebagai unsur dasar, sedangkan ragam ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
13
METODE B: Du engkok tao deiyye!
(Mana saya tahu!)
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. A: Mara jhek congoco engkok, celok rasaen
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. tang colok!
Sumber data da-lam penelitian ini berupa kata-kata, (Jangan bohong sama aku, mulutku terasa
tindakan, dan dokumen berbahasa. Data dalam asam)
penelitian ini berupa uraian kata-kata atau kalimat B: Chetakka jia, sapa se ngalak! Engkok endik
yang mengandung umpatan bahasa Madura. Teknik pesse kia, pola been salah nyabeen?
pengumpulan data menggunakan teknik simak, libat, (Kepalamu! Siapa yang mengambil! Aku
dan catat. Analisis data meliputi: (1) klasifikasi data punya uang, paling kamu salah menaruh)
sesuai dengan rumusan masalah, (2) analisis data, A: Enjhek ghellek esabek dinnak ngok!
(3) validasi, dan (4) interpretasi. (Tidak, tadi saya tahu di sini)
B: Ya mataen, buta iye? Jhek rokok rajheh
HASIL DAN PEMBAHASAN engak ria se tak tanggale!
Bahasa yang kita gunakan dalam kehidupan (Matamu buta ya! Rokok sebesar itu tidak
sehari-hari baik lisan maupun tulisan, didukung kelihatan)
pembentukannya oleh kesatuan bentuk yang lebih A: Ye jhek deiyye ra coloen, tak olle sakean
kecil yang berupa kata, kalimat, dan bunyi atau dhedhe cong.
huruf. Dalam bahasa lisan, di samping didukung oleh (Jangan begitu mulutmu, jangan sakit hati)
kesatuan bentuk yang berupa kata, kalimat, dan Kalimat yang terlihat dalam percakapan di atas
bunyi terdapat juga unsur pendukung yaitu jeda, adalah kalimat atau percakapan yang terjadi antar
isyarat, dan gerak-gerik. teman dan mengandung bahasa umpatan, yaitu pada
Kata adalah kesatuan kumpulan bunyi atau kalimat keempat Chetakka yang bermakna kepalamu,
huruf yang mengandung pengertian, sedangkan kalimat umpatan tersebut digunakan untuk menyanggah atau
adalah kesatuan kumpulan kata yang mengandung memberi respon atas ketidaksetujuannya terhadap
pengertian. Baik kata maupun kalimat merupakan lawan bicaranya, dan pada kalimat keenam yaitu
kesatuan bentuk pendukung bahasa yang sangat Mataen yang artinya matamu digunakan untuk
penting. Lebih-lebih dalam bahasa Indonesia, karena menunjukkan sesuatu dengan alat penginderaannya.
isi dan makna bahasa ditentukan oleh susunan kata Percakapan di atas adalah percakapan yang
maupun oleh susunan tata kalimatnya. Begitu halnya dilakukan dengan menggunakan bahasa Madura kasar
dalam penggunaan bahasa Madura, yang di dalamnya yang biasa digunakan ketika bersama teman
terkandung makna umpatan, hal ini menyebabkan sepermainan atau teman akrab. Jika percakapan disalin
beragam penafsiran tentang penggunaan umpatan ke dalam bahasa Indonesia Kemma ghellek rokok
bahasa Madura. edinnak ria? artinya mana tadi rokok di sini?
Penutur pertama bertanya kepada lawan bicaranya
Konteks Paralingual dalam Bahasa Umpatan Madura
tentang rokok yang ia miliki sambil mencari rokok
Bahasa lisan, di samping didukung oleh kesatuan yang ia maksud, Du engkok tao deiyye! artinya
bentuk yang berupa kata, kalimat, dan bunyi juga mana aku tahu! Penutur kedua menegaskan kalau
terdapat unsur pendukung yaitu jeda, isyarat, dan dia tidak mengetahui keberadaan rokok itu seraya
gerak-gerik penutur ketika berinteraksi dengan orang berdiri membuka jaket untuk menunjukkan bahwa ia
lain. Gerak-gerik yang dimaksud berupa ekspresi diri tidak tahu tentang keberadaan rokok yang penutur
terhadap apa yang sedang terjadi saat penutur pertama maksud, Mara jhek congoco engkok,
berkomunikasi dengan orang lain. Berikut ini adalah celok rasaen tang col-ok! artinya janganlah kau
percakapan yang mengandung makna umpatan bohongi aku, kecut rasanya mulutku Penutur pertama
bahasa Madura yang disertai dengan gerak, mimik, menekankan pertanyaanya kembali untuk medapatkan
dan intonasi dalam berbicara atau berkomunikasi. rokok tersebut dengan mengatakan lidahnya terasa
Percakapan berikut ini adalah percakapan yang asam dan rokok tersebut sebagai penawarnya, pelaku
terjadi antar sesama anak muda yang menunjukkan memain-mainkan lidahnya, Chetakka jia, sapa se
penggunaan umpatan Madura seperti tertera dalam ngalak! Engkok endik pesse kia, pola been sala
kutipan berikut ini: nyabeen? artinya kepalamu itu, siapa yang
mengambil, aku juga punya uang sendiri, mungkin
Percakapan I
kamu salah menaruhnya? Penutur kedua kembali
A: Kemma ghellek rokok edinnak ria? menegaskan kalau dirinya tidak mengambil atau
(Ke mana rokok di sini tadi) menyembunyikan rokok tersebut, penutur kedua
Faizun, Penggunaan Umpatan dalam Bahasa Madura
13
14
kembali berdiri dan meraba seluruh tubuhnya. Enjhek B: Engkok tak cak ngocak apa je.
ghellek esabek dinnak ngok! artinya enggak tadi (Aku tidak bicara apa-apa)
aku taruh di sini! Penutur pertama tetap A: Krombuen cocong je, been abhenta ajejhe
mempertahankan keyakinannya seraya terus mencari ka tatangghe mon tang lake terro ka been!
rokok yang ia yakini telah disembunyikan temannya, (Banyak mulut, kamu bilang kepada semua
dan wajahnya terlihat sedikit kesal, ya mataen! tetangga kalau suamiku suka sama kamu!)
Buta iyye? Jhek rokok rajheen engaen ria B: Iye cen, been lakeen cen terro ka engko!
setaetanggalee! artinya ini matamu, buta ya? (Iya memang suamimu suka sama aku!)
Rokok segini besarnya tidak kelihatan! Penutur kedua A: Oooo patek jeh, deiyye mon endhik lake
yang tidak merasa mengetahui keberadaan rokok jhubek tar entar kalakeen oreng! Engkok
tersebut, kembali mengeluarkan umpatannya karena tak takok jek kalakeen been, soro
kesal terhadap tuduhan penutur pertama dengan kamodung dheiy ye la ye!
menunjukkan keberadaan rokok tersebut yang ia (Oh anjing kamu, ya begitu kalau punya istri
tujukan untuk alat penglihatannya. Sambil mendekatkan jelek, sukanya menggoda istrinya orang)
rokok yang dicari tepat di depan mata penutur pertama.
Ye jhek deiyye ra coloen, tak olle sakean dhedhe Percakapan di atas banyak mengandung bahasa
cong artinya ya jangan gitu mulutmu, gak boleh umpatan Madura, pada kalimat pertama setan yang
sakit hati Penutur pertama mencoba mencairkan artinya setan (penyamaan dengan mahluk gaib),
suasana dengan duduk dan menjulurkan rokok yang mataen berarti matamu, dan patek adalah anjing
sudah ditemukan untuk penutur kedua dan kemudian (penyamaan dengan hewan). Pada kalimat ketiga
kembali menyerang penutur kedua dengan bahasa yaitu, koranggajher yang artinya kurangngajar,
umpatan dan juga mengimbuhkan kata-kata gurauan. patek artinya anjing, moseng artinya musang, dan
Percakapan di atas mengandung bahasa umpatan centongga artinya dahi. Pada kalimat kelima adalah
yang sering digunakan antara teman sebaya. Umpatan krombuen cocong yang artinya banyak bicara.
tersebut ialah umpatan yang telah biasa (lazim) Pada kalimat ketujuh yaitu patek yang artinya
digunakan oleh sebagian masyarakat sesuai anjing.
konvensinya. Percakapan di atas adalah percakapan Percakapan di atas adalah percakapan perang
yang menggunakan sebagian bahasa umpatan di mulut, yang di dalamnya banyak menggunakan bahasa
dalamnya, bahasa umpatan yang digunakan sebagai umpatan. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia
keakraban yang terjalin di antara mereka. Jadi, kalimat pertama kaluar been setan!, sengak been
percakapan tersebut tidak akan mengundang rasa ye!, tang lake tak terro ka been jhek mataen!,
marah atau sakit hati, karena umpatan yang mereka been beu, kaluar been patek! artinya keluar
gunakan sudah akrab di telinga dan sering digunakan kamu setan! Awas kamu ya! Suamiku tidak mungkin
dalam berkomunikasi. suka sama kamu matamu! Kamu itu bau, keluar
Berikut ini adalah percakapan perang mulut yang kamu anjing, Penutur pertama mengungkapkan
dilakukan seorang ibu rumah tangga dengan ibu rumah amarahnya dengan mengumpat kepada penutur kedua
tangga yang lain, dalam percakapan di bawah ini sambil menegaskan ketidakpercayaannya, dengan
penutur menggunakan umpatan Madura sebagai penuh amarah pentur pertama mendatangi penutur
bentuk ekspresi kekecewaan atau amarah yang sedang kedua seraya berteriak-teriak di depan rumah dan
penutur rasakan seperti yang tertera berikut ini. memanggil penutur pertama agar keluar sambil
mengepalkan tangannya dan sesekali menaruh kedua
Percakapan ke II tangannya di pinggang. apa? artinya apa Penutur
A: Kaluar been setan!,sengak been ye!, kedua keluar dari rumah mendatangi penutur pertama
tang lake tak terro kabeen jhek mataen!, yang berteriak-teriak di depan rumahnya sambil
been beu, kaluar been pateeek! mengikat rambutnya dengan ekspresi wajah yang
(Keluar kamu setan! awas kamu ya! Suamiku kaget, Korang ngajher been patek, Moseng!
tidak suka sama kamu matamu! Kamu bau, Ngocak apa been coloen? Mara pateppak
keluar kamu anjing!) centongga arti-nya kurangngajar dahimu, kamu
B: Apa? anjing, musang! Mulutmu bilang apa?! Ayo buktikan
(Apa) kebenarannya Penutur pertama bertanya kembali
A: Korang ngajher been patek, Moseng! tentang apa yang telah penutur ceritakan kepada
Ngocak apa been coloen? Mara tetangga mereka soal suaminya, dengan penuh amarah
pateppak centongga. seakan-akan mau mengamuk penutur kedua seraya
(Kurang ajar kamu anjing, musang! Bicara menunjuk-nunjuk mukanya dan dengan nada suara
apa mulutmu? Ayo kepalamu) yang semakin meninggi. Kalimat keempat engkok
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
15
tak cak ngocak apa jhek artinya aku tidak bilang B: Keraen tak sakek ate jek?
apa-apa Penutur kedua menyanggah tuduhan penutur (Kamu tidak sakit hati nanti?)
pertama yang menuduhnya menyebarkan fitnah atas A: Arapa mak sakeah ate, jhek reng engkok
suaminya dan mencoba menyelamatkan diri dari olle selbbian deri jerengkong.
amukan yang sewaktu-waktu dilayangkan penutur (Kenapa harus sakit hati, aku kan dapat
pertama dengan menjauhkan dirinya. Kalimat kelima yang lebih baik dari gendruwo itu)
krombuen cocong je, been abhenta ajejhe ka B: Hmmmm engghih pon.
tatangghe mon tang lake terro ka been! artinya (Ya sudah)
banyak mulut, Kamu bilang kepada semua tetangga A: Arapa been tak pertajhe mon engko la
kalau suamiku suka sama kamu! Penutur kedua terus tak senneng ka jerengkong, enjek la dek
menunjuk-nunjuk muka penutur pertama seraya sambien oreng korangngajher engak rua
berteriak seperti orang kesurupan sambil memukul- tak ekenning obu jhek!
mukul dadanya sendiri. Kalimat keenam iye cen, (Kenapa kamu tidak percaya kalau aku sudah
been lakeen cen terro ka engkok! artinya iya tidak suka dengan gendruwo itu, sudahlah
memang suamimu suka sama aku! Penutur kedua dek orang kurang ajar seperti itu kenapa
mengamini semua yang dipertanyakan penutur pertama harus disesali)
seraya mendekati penutur pertama dengan wajah B: Iye tak ekenning kalak toronna jhek, la jhubek
meyakinkan, dan kalimat ketujuh Ooo patek jeh, dhelbik poleen.
deiyye mon endik lake jhubek tar entar kalakeen (Orang tidak bisa diambil keturunannya
oreng! Engkok tak takok jek kalakeen been, begitu, sudah jelek bibirnya tebal lagi)
soro kamodung deiyyela ye! artinya dasar anjing,
Pada percakapan di atas bahasa umpatan terdapat
gitu kalau punya suami jelek kerjaannya ngelirik suami dalam kalimat pertama, kelima, ketujuh dan kedelapan.
orang! Aku tidak takut sama suamimu! Suruh santet Pada kalimat pertama, kelima dan ketujuh terdapat
gitu kalau berani! Dengan suara yang semakin keras bentuk umpatan Jerengkong yang artinya setan
dan meninggi penutur pertama berteriak-teriak di depan atau sejenis mahluk gaib yang ditujukan pada
rumah penutur kedua masih dengan keadaan bringas. seseorang untuk menggambarkan sifatnya, dan pada
Kalimat ketujuh tersebut meng-gambarkan puncak kalimat ketujuh pula terdapat bahasa umpatan
kemarahan penutur pertama dan menantang penutur korangngajher yang artinya kurangajar yang
kedua yang secara tidak langsung menyatakan bahwa digunakan untuk menggambarkan seseorang
suami penutur kedua memiliki ilmu hitam. Percakapan berdasarkan sifat atau kelakuannya. Pada kalimat
di atas adalah dialog perang mulut yang dilakukan oleh kedelapan terdapat umpatan dhelbik yang artinya
ibu-ibu rumah tangga yang saling mencari bibir tebal yang ditujukan untuk menggambarkan
kebenaran. Umpatan yang terdapat dalam percakapan keadaan fisik seseorang.
di atas adalah umpatan yang menunjukkan luapan Percakapan di atas jika disalin ke bahasa
amarah yang tidak bisa dipendam dan menunjukkan Indonesia adalah sebagai berkut: jerengkong,
kebencian atau kekesalan terhadap seseorang. eyundang kia bik been? artinya Setan diundang
Percakapan berikut merupakan percakapan seorang juga sama kamu? Kalimat pertama ini mengandung
adik dengan kakak yang saat membicarakan rencana pertanyaan yang tertuju pada seseorang di masa
pernikahan sang kakak yang akan laksankan dalam lalunya, sambil melipat kardus di depan rumah. iye,
waktu dekat. Umpatan dalam bahasa Madura yang tang mantan eyundang kabbhi ngok artinya iya
mereka gunakan ditujukan pada seseorang yang sedang semua mantanku diundang kok! Pada kalimat kedua
mereka bicarakan. Umpatan tersebut berupa gambaran penutur kedua membenarkan pertanyaan penutur
dalam bentuk fisik atau gambaran sifat orang yang pertama kalau orang yang namanya diganti
sedang mereka bicarakan, seperti berikut ini. jerengkong juga diundang. dheteng tak dheteng
seng penteng eyundang ngok, dhina mak nyambi
Percakapan III
binien artinya datang gak datang yang penting
A: Jerengkong eyundang kia bik been?. sudah aku undang, biar sudah sekalian bawa istrinya
(Gendruwo itu kamu undang juga?) Kalimat ketiga ini penutur kedua kembali memberi
B: Iye, tang mantan eyundangan kabbhi ngok. tanggapan tentang kehadiran seseorang yang sejenak
(Iya, mantanku semuanya aku undang) berhenti melipat kardus seakan teringat masa lalu
B: Dheteng tak dheteng seng penteng yang kemudian ditambah harapannya agar orang yang
eyundang ngok, dhina mak nyambi binien. pernah ada dalam hidupnya bisa datang di acara
(Datang tidak datang yang penting aku pernikahannya meskipun dengan nada yang agak
undang, biar dia membawa istrinya) pesimis sang mantan bisa datang atau tidak. Keraen
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
19
B: Ellala jhek dugheridu todus ekayding dugheridu, todus ekaiding tatangghe artinya
tatangghe sudah jangan keras-keras malu sama tetangga
(Sudah jangan keras-keras malu sama Sang anak mencoba memeluk ibunya yang menangis
tetangga) dan mengusap air matanya. Benni apa? Engkok
A: Benni apa, engkok la tak endik lake, mak gik la tak endik lake, mak ghik epadeiyye bik
epadeiyye bik kaluarga dhibik kaluarga dhibik! artinya bukan apa-apa aku sudah
(Bukan apa-apa, aku sudah tidak ada tidak ada bapakmu, masih saja digituin sama keluarga
bapakmu, masih saja dijahatin sama keluarga sendiri Sembari menahan amarahnya penutur
sendiri) pertama mencoba merenungi nasibnya sambil
B: Dhinala been tak bhutoh arua jhek menangis dan sesekali mengusap air matanya dengan
(Sudahlah buk, ibu tidak membutuhkannya) daster yang ia pakai. Dhina buk been tak butoh
A: Iyye tang colok tak tao cak ngocak apa karua artinya sudah buk, ibu tidak
jek ka arua, arapa arua mak nyingghe, membutuhkannya Penutur kedua menenangkan
benni ghun perak tang parlo arua penutur pertama dan kembali memeluk penutur
nyingghe!, parloen Emmos bik Jamala ye pertama seraya mengusap air mata yang keluar dan
arua nyingghe yekiya, duuuh ekaleburna meyakinkan penutur pertama bahwa orang yang
tatangghe ye mondeiyye malolo mereka maksud tidak berpengaruh pada mereka.
(Iya, aku merasa mulutku tidak bilang apa- Iyye, engkok colok tak tao cak ngocak apa
apa padanya, tapi kenapa saat ada acara dia jhek ka rua, arapa tang parlo arua mak
pergi, bukan hanya acaraku ini, dulu waktu nyingghe? benni ghun perak parloen engkok
Emmus dan Jamala punya acara dia juga arua nyingghe parloen emmos bik jamala ye
pergi, kalau seperti ini terus mana ada nyingghe yekiya, duh ekale burna bik tatangghe
tetangga yang suka padanya) mon deiyye malolo artinya iya, aku merasa
B: Dhina la, benni ghun perak rua taretanna mulutku tidak ilang apa-apa padanya, tapi kenapa
been! saat ada acara dia pergi, bukan hanya acaraku ini,
(Biar sudah bukan cuma dia saudaramu, ini dulu waktu Emmus dan Jamala punya acara dia juga
lihat masih banyak yang sayang sama kamu) pergi, kalau seperti ini terus mana ada tetangga yang
A: Been tak kera mellas jek suka padanya Penutur pertama menumpahkan
(Iya sekarang juga sudah tidak ada bapakmu) semua keluhannya terhadap seseorang yang meraka
B: Iyye jek arengan kabbhi nyalaaghi abeen re maksud seraya menangis dan dengan suara yang
(Iya tapi semua seolah menyalahkan kita) agak tinggi sambil mengucek matanya yang terus
A: Arua pancen penter coloen abeyghebey nengeluarkan air mata. Dhina benni ghun perak
omong, ella tak usa nangis jek rua taretanna been!, ya conggok benyyak ghik
(Dia memang pintar membuat omong kosong, seneser ka been artinya biar sudah bukan cuma
sudah jangan menangis) dia saudaramu, ini lihat masih banyak yang sayang
sama kamu Penutur kedua kembali mencoba
Dalam percakapan di atas terdapat umpatan
menenangkan penutur pertama sambil menunjuk pada
dalam bahasa Madura, yaitu pada kalimat kelima
keluarga yang ada di sana dengan suara yang lirih
terdapat umpatan colok yang artinya mulut, pada
an. Iye engkok la tadhek bapaen artinya iya
kalimat kesembilan terdapat umpatan coloen yang
sekarang juga sudah tidak apa bapakmu Tangis
artinya mulutnya. Percakapan di atas adalah
penutur pertama pecah saat mengatakan itu dan
percakapan yang terjadi dalam sebuah keluarga yang
pandangannya seakan mengingat sesuatu. Dhina
akan mengadakan hajatan dan terdapat sebuah
been tak kera mellas jhek artinya biar sudah,
masalah.
kamu tidak akan menderita Penutur kedua
Percakapan di atas jika diartikan ke dalam bahasa
menenangkan penutur pertama yang terlihat semakin
Indonesia adalah, duuuh mak jhek saraen tang
sedih dan terus merangkul penutur pertama. Iye
taretang ka abeen ye?, engko la tak aparlua,
jhek pas kabbhi nyalaaghi abeen re artinya
engko tak terro dugheridue deiyye artinya
iya tapi semua seolah menyalahkan kita Penutur
aduuh kok jahatnya saudara sendiri padaku ya? aku
pertama menatap penutur kedua yang sedari tadi
sudah tidak ingin mengadakan hajatan besar-besaran
memegang pundaknya dengan wajah yang sedih.
ya takut terjadi seperti ini! Percakapan ini terjadi
Arua pancen penter coloen aghebey omongan,
karena penutur pertama menyesalkan tindakan
ellala tak usa nangis jek artinya dia memang
seseorang yang dirasa sangat tega padanya, dengan
pinter membuat omong yang tidak benar, sudah
suara yang agak keras sambil menangis dan duduk
jangan menangis Penutur kedua mencoba
di sebelah lemari di anak tangga. Ellala jhek
Faizun, Penggunaan Umpatan dalam Bahasa Madura
19
20
meyakinkan penutur pertama dan mengajaknya pergi Dalam percakapan di atas terdapat bahasa
dari tempat itu. Jadi umpatan yang terkandung dalam umpatan Madura yaitu pada kalimat kelima Leter
percakapan di atas adalah umpatan yang didasarkan yang artinya ganjen atau suka berlaku tidak senonoh
pada sikap kekesalan terhadap seseorang dan di depan orang, pada kalimat keenam yaitu Sennok
menimbulkan rasa amarah dan kekecewaan. yang artinya pelacur yang menunjukkan pekerjaan
Umpatan dalam bahasa Madura tidak hanya negatif yang dilakukan seseorang, dan Bhuwer yang
digunakan untuk mengekspresikan amarah saja, artinya mata besar yang menunjukkan kondisi fisik
umpatan tersebut juga sering digunakan untuk seseorang, dan yang terakhir terdapat pada kalimat
mengganti nama seseorang dengan menggambarkan terakhir yaitu mataen yang artinya mata yang
sifat dan kelakauannya seperti yang terdapat dalam menunjuk pada panca indra penglihatan.
percakapan yang dilakukan antar teman berikut ini. Percakapan di atas jika disalin ke dalam bahasa
Indonesia serta konteks paralingualnya adalah sebagai
Percakapan ke VIII
berikut, se dimma ceween Endos? artinya yang
A: Sedimma bhekalla Endos? mana ceweknya Endos? Penutur pertama bertanya
(Yang mana ceweknya Endos?) pada penutur kedua sambil menjulurkan rokok di
B: Wa seakalambhi koning, se obuen pirang depan wajah penutur kedua, wa se obuen pirang
(Itu yang rambutnya pirang) artinya itu yang rambutnya pirang Sambil
A: Aboooh, arua? Tak salah?!, aruakan memasukkan rokok ke dalam mulutnya dan mencari
lambek bhekalla tang taretan korek api di sakunya, aboooh, arua?! Tak salah?,
(Waduh itu? tidak salah? itu dulu bekas arua kan lambek bhekalla tang taretan artinya
tunangannya saudaraku) waduh itu?! tidak salah? itu dulu bekas tunangannya
B: Masak? saudaraku Penutur pertama kaget ketika tahu kalau
(Masak) pacar temannya bekas tunangan saudaranya,
A: Iyye arua leter sara, kan epa burung bik masak? artinya iya kah? Penutur kedua
tang taretan, yee polaen gheriduen tedung menyakinkan pernyataan penutur pertama, iyye arua
bik tatanggheen Leter sara, kan epaburung bik tang taretan ye
(Iya anak itu ganjen sekali, makanya polaen gheridu tedung bik tatanggheen artinya
pertunangannya digagalkan karena ada kabar iya anak itu ganjen sekali, makanya pertunangannya
yang mengatakan dia pernah tidur dengan digagalkan karena ada kabar yang mengatakan dia
tetangganya) pernah tidur dengan tetangganya Penutur pertama
B: Sennok ta? bercerita dengan serius sambil memutar-mutar rokok
(Pelacur ta?) di tangannya, sennok ta? artinya pelacur ta?
A: Tak tao ye?, engkok gun perak ngeding Dengan suara yang lirih dan wajah yang serius
sakopengan penutur kedua kembali bertanya, tak tao ye?,
(Kurang tau, aku cuma dengar berita itu engkok ghun perak ngeding sakopengan artinya
sekilas saja) kurang tau, aku cuma dengar berita itu sekilas saja
B: Dhereemma kakeh riya? Penutur pertama menjawab rasa penasaran penutur
(Bagaimana kamu ini?) kedua dengan santai sambil membuang bekas bakaran
A: Ye jhek tang colok tak acolok binik ye rokoknya ke asbak, dheremma kakeh ria? artinya
tak lengkap tang berita jek! bagaimana kamu ini? Penutur kedua agak sedikit
(Ya karena mulutku bukan mulut perempuan kesal karena berita yang didenganrnya belum tentu
jadi beritanya tidak lengkap) benar dan menjitak kepala penutur pertama, Oooo
B: Siaah, acolok kacongga caen engkok sapa?, se Bhuwerra pacarra
(Siah mulutmu) Endos! Jhek mon acareta ka engkok jhek iyyeen
A: Oooo, caen engkok sapa? Mareen sara artinya Oooo aku kira siapa? Ternyata si
sebhuwer bekalla Endos!, jhek mon acareta mata lebar pacarnya Endos, jauh seperti yang
ka engkok engaen se jhek iyyeen sakale kubayangkan waktu dia bercerita padaku Penutur
(Oh saya kira siapa? Ternyata tunangannya pertama menghela nafas panjang dan terlihat mencibir
Endos, kalau cerita ke saya selalu dilebih- orang yang sedang mereka bicarakan seraya
lebihkan) mematikan rokoknya dengan menekan-nekan batang
B: yee la pacaen, been mataen pancenla rokok yang telah habis ke dalam asbak. Umpatan
tadhek cocoka ka oreng yang terdapat dalam percakapan di atas dalam
(Ya terserah nanti, matamu memang tidak umpatan untuk menggambarkan tingkah laku atau
ada yang cocok dengan semua orang) sifat dan sikap seseorang.
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
21
Umpatan dalam bahasa Madura tidak hanya Percakapan di atas adalah percakapan yang terjadi
digunakan untuk mengekspresikan amarah saja, antar teman yang terlibat peminjaman barang,
umpatan tersebut juga sering digunakan untuk percakapan di atas jika disalin ke dalam bahasa
menambah keakraban tentunya dengan persetujuan Indonesia dan konteks paralingualnya adalah sebagai
yang telah mereka sepakati, misalnya dengan berikut, Heh cengkoceng, dimma tang gitar artinya
mengganti nama seseorang dengan menggambarkan heh kucing gitarku mana? Penutur pertama bertanya
sifat atau sikap, seperti yang terdapat dalam tentang keberadaan gitar yang dipinjam penutur kedua
percakapan yang dilakukan antar teman berikut ini. yang lumayan lama tidak kunjung dikembalikan, penutur
pertama bertanya sambil memukul tubuh penutur kedua
Percakapan IX
dengan topi yang ia kenakan, ambulu bos eyangghuy
A: Heh cengkoceng, dimma tang gitar mak ngok ghi artinya sabar bos masih tak pakek
ekalemet sakale? Penutur kedua hanya tersenyum dan menjawab santai
(Hei kucing mana gitarku, kok diambil juga?) seraya duduk di samping penutur pertama, siah mak
B: Ambulu bos ghik eyangghuy, endien din oreng ekalemet sakale artinya waduh barang
engkok senarra pegghek orang kok dipakai terus Dengan suara agak menyindir
(Sebentar bos masih dipakai, punyaku disertai tawa menggoda, duh kan din been se
senarnya putus) ekalemet ngok, ye mon endien oreng ye enjhek
A: Siah mak endien oreng ekalemet sakale Penutur kedua pun membalas sindiran penutur pertama
(Siah kok punyaku diambil juga) dengan mengiyakan perkataan penutur pertama sambil
B: Duuh kan endien been seekalemet ngok, menepuk-nepuk pundak penutur pertama, Ooo
ye mon endien oreng ye enjhek coloen jia, tekok je man manyaman, maralu
(Duh yang diambilkan punyamu, kalau punya engkok mellaghi rokok artinya Oooo seenaknya
orang lain tidak) saja mulutmu itu, ayo belikan aku rokok Penutur
A: Oooo coloen jia, tekok je man manyaman, pertama mulai meninggikan suaranya dan kembali
maralu engkok mellaghi rokok! memukul kepala penutur kedua dengan topinya tapi
(Oh mulutmu kok enak sekali kalau bicara, dengan tawa yang sedikit mengembang di wajahnya
ayo aku belikan rokok) dan meletakkan kedua jarinya di mulutnya, poooh
B: Engkok tak endik pesse sakale jek bos, alako tak endik pesse sakale jhek bos, ria engkok
ghik tak ebejer bos alako tak ebejher jhek ghik artinya waduh tidak
(Aku belum punya uang sama sekali bos, punya uang sama sekali bos, ini aku kerja belum
kerja juga belum digaji) dibayar Penutur kedua bangun dari duduknya
A: Siah jhek carpaka coloen kemudian meraba saku celana yang ia pakai dan
(Siah mulutmu banyak alasan) menunjukkan kalau dirinya memang tidak mempunyai
B: Marra iyya tegghu tang essak, ya kare uang, siah carpak been coloen! artinya mulutmu
saebu tang pesse, aria akabelliye karopok pembohong! Penutur kedua ikut memeriksa saku
ngakana tak endik jhukok, masak been penutur pertama, mara iyyak tegghu tang essak,
tak niser ye ka kancaen setarbis ria? ya saebu ghun, aria eghebeye melle karopok
(Ayo pegang sakuku, ini ada uang seribu ghebhey ngakan, masak been duh tak neser ye
buat beli kerupuk buat lauk makan nanti, kakancaen setarbis ria? artinya ini lihat sendiri
masak kamu gak kasihan sama temanmu sakuku ini cuma ada seribu ini pun untuk beli krupuk
yang gembel ini?) buat lauk, masak kamu tidak kasihan sama temanmu
A: Siah coloen mon esoro arayu, jhek penterra yang miskin ini? Penutur kedua memperlihatkan isi
(Siah mulutmu kalau disuruh merayu memang sakunya yang hanya terdapat uang seribu rupiah yang
pintar) ia katakan untuk membeli krupuk, penutur kedua
Umpatan bahasa Madura juga terdapat dalam berkata dengan nada lirih dan wajah yang memelas,
percakapan di atas, yaitu pada kalimat pertama siah coloen mon soro arayu, jhen penterra
yaitu koceng yang artinya kucing yang digunakan artinya mulutmu memang pintar kalau disuruh
untuk menggantikan nama orang, pada kalimat kelima merayu Penutur pertama hanya tersenyum melihat
pada kata tekok yang artinya tokek yang ekspresi wajah penutur kedua. Umpatan yang
menyamakan orang dengan binatang yang digunakan dalam percakapan di atas adalah umpatan
menjijikkan itu, umpatan tersebut juga terlihat pada yang didasarkan pada keakraban yang terjalin atas
kalimat kedelapan dan sepuluh yaitu kata coloen kesepakatan yang ada, sehingga umpatan yang
yang artinya mulutmu. digunakan tidak akan menimbulkan rasa marah.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 1997. Pengantar Sosiologi
Bahasa. Babdung: Angkasa.
Ikawati, Nur Anisa. 2005. Pemakaian Register
Militer di Lingkungan Dodik Latpur Rindam
V/ Brawijaya Kecamatan Asembagus
Kabupaten Situbondo. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Mujianto, Gigit. 2003. Strategi Verbal dalam
Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung:
Angkasa.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004.
Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.