Anda di halaman 1dari 15

11

PENGGUNAAN UMPATAN DALAM BAHASA MADURA

Arifatu Faizun
Sekolah Menengah Atas Islam Raden Fatah Probolinggo
arifatufaizun9@gmail.com

Abstrak: penelitian ini mendeskripsikan penggunaan umpatan dalam bahasa Madura yang dikaitkan dengan
pola kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Madura. Penelitian ini dilatari fakta bahwa setiap daerah memilik
ragam umpatan yang berbeda konteksnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan
metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Sumber data penelitian adalah percakapan dalam
bahasa Madura (langsung dari informan), baik yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, baik tua maupun
muda. Data penelitian berupa kata-kata atau kalimat yang mengandung umpatan bahasa Madura. Hasil
penelitian berupa ragam bentuk umpatan bahasa Madura sesuai konteks penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari.

Kata kunci: umpatan, bahasa Madura

Abstract: This study describes the use of aspersions in Madurese language associated with everyday life
style in Madurese community which is based on each area having its own contextual aspersions variance.
This study uses qualitative approach with the descriptive analytic method. The source of the data is the direct
conversations in Madurese with the informants, both men and women, young and old. The data are the
description of words or sentences containing Madurese aspersions. The results show that Madurese
aspersions are used based on everyday life context.

Key words: aspersions, Madurese language

PENDAHULUAN
tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. dasarnya. Ragam bahasa lisan, terkait dengan lafal,
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang sedangkan dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan
tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu, aspek
gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, tata bahasa dan kosakata dalam kedua jenis ragam
aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata tersebut memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa
bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi tulis yang berunsur dasar huruf hakikatnya
yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima melambangkan ragam bahasa lisan.
dan pengirim bahasa harus me-nguasai bahasanya. Menurut Bloomfield (dalam Chaer dan Agustina,
Bloomfield (dalam Chaer dan Agustina, 2002: 18) 2002: 34) jenis atau ragam bahasa dibedakan atas:
mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang (1) ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa
bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbiter) yang hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dan
dipakai oleh anggota masyarakat untuk saling sebagainya; (2) ragam bahasa perorangan atau idiolek
berhubungan dan berinteraksi. Bahasa berkaitan seperti gaya bahasa mantan Presiden Soeharto, gaya
dengan aktivitas mengeluarkan bunyi yang berurutan bahasa Benyamin S, dan lain sebagainya; (3) ragam
dan membentuk suatu struktur tertentu. Bunyi tersebut bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu
merupakan lambang yang melambangkan makna wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura,
yang tersembunyi di balik bunyi dan bunyi dialek bahasa Medan, dialaek bahasa Sunda, dialaek
melambangkan suatu makna yang bergantung pada bahasa Bali, dialaek bahasa Jawa, dan lain
kesepakatan atau konvensi anggota masyarakat sebagainya; (4) ragam bahasa pada kelompok anggota
pemakainya. masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan bahasa kelompok akademisi, bahasa kelompok
bahasa mencakup (1) ragam bahasa lisan, (2) dan orang-orang jalanan; (5) ragam bahasa berdasarkan
ragam bahasa tulis. Ragam lisan adalah bahasa yang bentuk bahasanya seperti bahasa lisan dan bahasa
dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) tulisan; (6) ragam bahasa berdasarkan situasi seperti
dengan fonem sebagai unsur dasar, sedangkan ragam ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak

11 Faizun, Penggunaan Umpatan dalam Bahasa Madura


11
12
baku). Selain itu, terdapat ragam bahasa lain yang sesamanya juga berbeda-beda. Perbedaan tersebut
meliputi: (1) ragam bahasa sudut pandang bidang berpengaruh terhadap pemilihan bahasa dalam
atau pokok pembicaraan; (2) ragam bahasa menurut berkomunikasi, baik secara formal maupun informal.
sarananya; (3) ragam yang mengalami gangguan Register adalah ragam bahasa yang digunakan oleh
pencampuran. kelompok tertentu sebagai bahasa istilah, yang hanya
Pateda (2009: 24) menyatakan bahwa baik ragam bisa dimengerti oleh kelompok tertentu yang
bahasa lisan maupun tulis bahasa Indonesia ditandai menggunakannya dalam situasi tertentu.
pula oleh adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa Bahasa Madura merupakan bahasa yang
yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas digunakan oleh masyarakat di pulau Madura dan
kesepakatan bersama dalam lingkungan yang lebih bagian timur Jawa Timur. Bahasa Madura memiliki
kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang kedudukan sebagai bahasa ibu atau bahasa pertama
digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua untuk sebagian besar masyarakat Madura. Dalam
orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial kedudukannya sebagai bahasa ibu, bahasa Madura
tersendiri. Selain itu, ragam sosial tidak jarang memiliki fungsi yang kuat dalam masyarakat Madura
dihubungkan dengan tinggi atau rendahnya status itu sendiri.
kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan. Setiap masyarakat memiliki bahasa yang berbeda,
Dalam hal ini, ragam baku nasional dapat pula begitu juga dengan bahasa umpatan yang dimilikinya
berfungsi sebagai ragam sosial yang tinggi, sedangkan dalam kegiatan komunikasi sehari-hari. Umpatan
ragam bahasa baku daerah atau ragam sosial yang biasanya digunakan oleh seseorang untuk menunjukan
lain merupakan ragam sosial dengan nilai rasa marah, kecewa atau benci seseorang terhadap
kemasyarakatan yang rendah. pihak lain atau hal-hal lain. Banyak terdapat jenis
Salah satu bentuk ragam bahasa yang lain dikenal umpatan yang muncul di setiap daerah dan bahasa
dengan register. Register adalah ragam bahasa yang ada di Indonesia. Akan tetapi, dalam penelitian
berdasarkan pemakaiannya, dengan kata lain register ini, penulis hanya memfokuskan pada jenis-jenis
adalah bahasa yang digunakan saat ini, tergantung umpatan yang terdapat dalam bahasa Madura.
pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya Umpatan secara etimologis, berarti perkataan
(Mujianto, 2003: 176). Pada dasarnya yang disebut yang keji atau kotor yang diucapkan karena marah,
register adalah variasi bahasa yang didasarkan atas jengkel, atau kecewa, umpatan disebut juga cercaan,
pemakaiannya di dalam situasi sosial (Alwasih dalam makian, atau sesalan. Darmawan (2009) menyatakan
Ikawati, 2005: 20). Register biasanya dikaitkan dengan bahwa umpatan atau kata-kata kotor selalu ada di
masalah dialek. Dialek berkenaan dengan bahasa setiap daerah dalam bentuk yang berbeda, dengan
yang digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, maka arti yang berbeda, yang terkadang tidak jelas arti
register berkenaan dengan masalah bahasa itu sesungguhnya. Kadang penutur hanya tahu kalau
digunakan untuk kegiatan apa. Register hanya bisa ucapan tersebut adalah kata-kata yang tidak pantas
dimengerti oleh kelompok tertentu yang diucapkan. Pada dasarnya mengumpat adalah reaksi
menggunakannya dalam situasi tertentu. yang sering kita dengar ketika seseorang mengalami
Meurut Hartmann dan Stork (dalam Alwasilah, rasa sakit. Umpatan kadang dipercaya dapat
1993: 53) register diartikan sebagai salah satu ragam mengurangi rasa sakit (Christopher, 2009).
bahasa yang dipergunakan untuk maksud tertentu, Penggunaan umpatan dalam masyarakat Madura
register dianggap sebagai kebalikan dari dialek sosial sudah menjadi kebiasaan yang turun-temurun dari
atau regional (yang bervariasi karena penuturnya). generasi ke generasi. Sebenarnya penggunaan umpatan
Register bisa dibatasi lebih sempit dengan acuan tidaklah baik karena bersifat mengata-ngatai atau
pada pokok ujaran (pokok pembicaraan), misalnya memaki seseorang, untuk itu perlu adanya kehati-
istilah dalam aktivitas mengail, judi dan sebagainya, hatian dalam penggunaannya. Penggunaan umpatan
pada media (modus wacana, misalnya bahan cetakan, hendaknya tidak menimbulkan efek komunikasi yang
surat tertulis, amanat dan sebagainya), atau pada tidak baik.
tingkat keformalan (tingkat wacana, seperti formal, Saat ini umpatan-umpatan tidak hanya digunakan
biasa, intim dan sebagainya). oleh masyarakat Madura, akan tetapi juga digunakan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam oleh masyarakat di luar Madura. Dalam
variasi bahasa terdapat ragam bahasa yang disebut penggunaannya bahasa umpatan dituturkan meskipun
register. Register tersebut memiliki bermacam-macam kadang penutur tidak begitu paham dengan apa yang
bentuk yang sesuai fungsinya dalam komunikasi mereka katakan. Kadang pada saat mereka
masyarakat. Hal tersebut menjadikan register yang menggunakan umpatan-umpatan tersebut tidak sesuai
digunakan seseorang dalam berkomunikasi antar dengan tempat dan situasi.

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
13
METODE B: Du engkok tao deiyye!
(Mana saya tahu!)
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. A: Mara jhek congoco engkok, celok rasaen
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. tang colok!
Sumber data da-lam penelitian ini berupa kata-kata, (Jangan bohong sama aku, mulutku terasa
tindakan, dan dokumen berbahasa. Data dalam asam)
penelitian ini berupa uraian kata-kata atau kalimat B: Chetakka jia, sapa se ngalak! Engkok endik
yang mengandung umpatan bahasa Madura. Teknik pesse kia, pola been salah nyabeen?
pengumpulan data menggunakan teknik simak, libat, (Kepalamu! Siapa yang mengambil! Aku
dan catat. Analisis data meliputi: (1) klasifikasi data punya uang, paling kamu salah menaruh)
sesuai dengan rumusan masalah, (2) analisis data, A: Enjhek ghellek esabek dinnak ngok!
(3) validasi, dan (4) interpretasi. (Tidak, tadi saya tahu di sini)
B: Ya mataen, buta iye? Jhek rokok rajheh
HASIL DAN PEMBAHASAN engak ria se tak tanggale!
Bahasa yang kita gunakan dalam kehidupan (Matamu buta ya! Rokok sebesar itu tidak
sehari-hari baik lisan maupun tulisan, didukung kelihatan)
pembentukannya oleh kesatuan bentuk yang lebih A: Ye jhek deiyye ra coloen, tak olle sakean
kecil yang berupa kata, kalimat, dan bunyi atau dhedhe cong.
huruf. Dalam bahasa lisan, di samping didukung oleh (Jangan begitu mulutmu, jangan sakit hati)
kesatuan bentuk yang berupa kata, kalimat, dan Kalimat yang terlihat dalam percakapan di atas
bunyi terdapat juga unsur pendukung yaitu jeda, adalah kalimat atau percakapan yang terjadi antar
isyarat, dan gerak-gerik. teman dan mengandung bahasa umpatan, yaitu pada
Kata adalah kesatuan kumpulan bunyi atau kalimat keempat Chetakka yang bermakna kepalamu,
huruf yang mengandung pengertian, sedangkan kalimat umpatan tersebut digunakan untuk menyanggah atau
adalah kesatuan kumpulan kata yang mengandung memberi respon atas ketidaksetujuannya terhadap
pengertian. Baik kata maupun kalimat merupakan lawan bicaranya, dan pada kalimat keenam yaitu
kesatuan bentuk pendukung bahasa yang sangat Mataen yang artinya matamu digunakan untuk
penting. Lebih-lebih dalam bahasa Indonesia, karena menunjukkan sesuatu dengan alat penginderaannya.
isi dan makna bahasa ditentukan oleh susunan kata Percakapan di atas adalah percakapan yang
maupun oleh susunan tata kalimatnya. Begitu halnya dilakukan dengan menggunakan bahasa Madura kasar
dalam penggunaan bahasa Madura, yang di dalamnya yang biasa digunakan ketika bersama teman
terkandung makna umpatan, hal ini menyebabkan sepermainan atau teman akrab. Jika percakapan disalin
beragam penafsiran tentang penggunaan umpatan ke dalam bahasa Indonesia Kemma ghellek rokok
bahasa Madura. edinnak ria? artinya mana tadi rokok di sini?
Penutur pertama bertanya kepada lawan bicaranya
Konteks Paralingual dalam Bahasa Umpatan Madura
tentang rokok yang ia miliki sambil mencari rokok
Bahasa lisan, di samping didukung oleh kesatuan yang ia maksud, Du engkok tao deiyye! artinya
bentuk yang berupa kata, kalimat, dan bunyi juga mana aku tahu! Penutur kedua menegaskan kalau
terdapat unsur pendukung yaitu jeda, isyarat, dan dia tidak mengetahui keberadaan rokok itu seraya
gerak-gerik penutur ketika berinteraksi dengan orang berdiri membuka jaket untuk menunjukkan bahwa ia
lain. Gerak-gerik yang dimaksud berupa ekspresi diri tidak tahu tentang keberadaan rokok yang penutur
terhadap apa yang sedang terjadi saat penutur pertama maksud, Mara jhek congoco engkok,
berkomunikasi dengan orang lain. Berikut ini adalah celok rasaen tang col-ok! artinya janganlah kau
percakapan yang mengandung makna umpatan bohongi aku, kecut rasanya mulutku Penutur pertama
bahasa Madura yang disertai dengan gerak, mimik, menekankan pertanyaanya kembali untuk medapatkan
dan intonasi dalam berbicara atau berkomunikasi. rokok tersebut dengan mengatakan lidahnya terasa
Percakapan berikut ini adalah percakapan yang asam dan rokok tersebut sebagai penawarnya, pelaku
terjadi antar sesama anak muda yang menunjukkan memain-mainkan lidahnya, Chetakka jia, sapa se
penggunaan umpatan Madura seperti tertera dalam ngalak! Engkok endik pesse kia, pola been sala
kutipan berikut ini: nyabeen? artinya kepalamu itu, siapa yang
mengambil, aku juga punya uang sendiri, mungkin
Percakapan I
kamu salah menaruhnya? Penutur kedua kembali
A: Kemma ghellek rokok edinnak ria? menegaskan kalau dirinya tidak mengambil atau
(Ke mana rokok di sini tadi) menyembunyikan rokok tersebut, penutur kedua
Faizun, Penggunaan Umpatan dalam Bahasa Madura
13
14
kembali berdiri dan meraba seluruh tubuhnya. Enjhek B: Engkok tak cak ngocak apa je.
ghellek esabek dinnak ngok! artinya enggak tadi (Aku tidak bicara apa-apa)
aku taruh di sini! Penutur pertama tetap A: Krombuen cocong je, been abhenta ajejhe
mempertahankan keyakinannya seraya terus mencari ka tatangghe mon tang lake terro ka been!
rokok yang ia yakini telah disembunyikan temannya, (Banyak mulut, kamu bilang kepada semua
dan wajahnya terlihat sedikit kesal, ya mataen! tetangga kalau suamiku suka sama kamu!)
Buta iyye? Jhek rokok rajheen engaen ria B: Iye cen, been lakeen cen terro ka engko!
setaetanggalee! artinya ini matamu, buta ya? (Iya memang suamimu suka sama aku!)
Rokok segini besarnya tidak kelihatan! Penutur kedua A: Oooo patek jeh, deiyye mon endhik lake
yang tidak merasa mengetahui keberadaan rokok jhubek tar entar kalakeen oreng! Engkok
tersebut, kembali mengeluarkan umpatannya karena tak takok jek kalakeen been, soro
kesal terhadap tuduhan penutur pertama dengan kamodung dheiy ye la ye!
menunjukkan keberadaan rokok tersebut yang ia (Oh anjing kamu, ya begitu kalau punya istri
tujukan untuk alat penglihatannya. Sambil mendekatkan jelek, sukanya menggoda istrinya orang)
rokok yang dicari tepat di depan mata penutur pertama.
Ye jhek deiyye ra coloen, tak olle sakean dhedhe Percakapan di atas banyak mengandung bahasa
cong artinya ya jangan gitu mulutmu, gak boleh umpatan Madura, pada kalimat pertama setan yang
sakit hati Penutur pertama mencoba mencairkan artinya setan (penyamaan dengan mahluk gaib),
suasana dengan duduk dan menjulurkan rokok yang mataen berarti matamu, dan patek adalah anjing
sudah ditemukan untuk penutur kedua dan kemudian (penyamaan dengan hewan). Pada kalimat ketiga
kembali menyerang penutur kedua dengan bahasa yaitu, koranggajher yang artinya kurangngajar,
umpatan dan juga mengimbuhkan kata-kata gurauan. patek artinya anjing, moseng artinya musang, dan
Percakapan di atas mengandung bahasa umpatan centongga artinya dahi. Pada kalimat kelima adalah
yang sering digunakan antara teman sebaya. Umpatan krombuen cocong yang artinya banyak bicara.
tersebut ialah umpatan yang telah biasa (lazim) Pada kalimat ketujuh yaitu patek yang artinya
digunakan oleh sebagian masyarakat sesuai anjing.
konvensinya. Percakapan di atas adalah percakapan Percakapan di atas adalah percakapan perang
yang menggunakan sebagian bahasa umpatan di mulut, yang di dalamnya banyak menggunakan bahasa
dalamnya, bahasa umpatan yang digunakan sebagai umpatan. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia
keakraban yang terjalin di antara mereka. Jadi, kalimat pertama kaluar been setan!, sengak been
percakapan tersebut tidak akan mengundang rasa ye!, tang lake tak terro ka been jhek mataen!,
marah atau sakit hati, karena umpatan yang mereka been beu, kaluar been patek! artinya keluar
gunakan sudah akrab di telinga dan sering digunakan kamu setan! Awas kamu ya! Suamiku tidak mungkin
dalam berkomunikasi. suka sama kamu matamu! Kamu itu bau, keluar
Berikut ini adalah percakapan perang mulut yang kamu anjing, Penutur pertama mengungkapkan
dilakukan seorang ibu rumah tangga dengan ibu rumah amarahnya dengan mengumpat kepada penutur kedua
tangga yang lain, dalam percakapan di bawah ini sambil menegaskan ketidakpercayaannya, dengan
penutur menggunakan umpatan Madura sebagai penuh amarah pentur pertama mendatangi penutur
bentuk ekspresi kekecewaan atau amarah yang sedang kedua seraya berteriak-teriak di depan rumah dan
penutur rasakan seperti yang tertera berikut ini. memanggil penutur pertama agar keluar sambil
mengepalkan tangannya dan sesekali menaruh kedua
Percakapan ke II tangannya di pinggang. apa? artinya apa Penutur
A: Kaluar been setan!,sengak been ye!, kedua keluar dari rumah mendatangi penutur pertama
tang lake tak terro kabeen jhek mataen!, yang berteriak-teriak di depan rumahnya sambil
been beu, kaluar been pateeek! mengikat rambutnya dengan ekspresi wajah yang
(Keluar kamu setan! awas kamu ya! Suamiku kaget, Korang ngajher been patek, Moseng!
tidak suka sama kamu matamu! Kamu bau, Ngocak apa been coloen? Mara pateppak
keluar kamu anjing!) centongga arti-nya kurangngajar dahimu, kamu
B: Apa? anjing, musang! Mulutmu bilang apa?! Ayo buktikan
(Apa) kebenarannya Penutur pertama bertanya kembali
A: Korang ngajher been patek, Moseng! tentang apa yang telah penutur ceritakan kepada
Ngocak apa been coloen? Mara tetangga mereka soal suaminya, dengan penuh amarah
pateppak centongga. seakan-akan mau mengamuk penutur kedua seraya
(Kurang ajar kamu anjing, musang! Bicara menunjuk-nunjuk mukanya dan dengan nada suara
apa mulutmu? Ayo kepalamu) yang semakin meninggi. Kalimat keempat engkok
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
15
tak cak ngocak apa jhek artinya aku tidak bilang B: Keraen tak sakek ate jek?
apa-apa Penutur kedua menyanggah tuduhan penutur (Kamu tidak sakit hati nanti?)
pertama yang menuduhnya menyebarkan fitnah atas A: Arapa mak sakeah ate, jhek reng engkok
suaminya dan mencoba menyelamatkan diri dari olle selbbian deri jerengkong.
amukan yang sewaktu-waktu dilayangkan penutur (Kenapa harus sakit hati, aku kan dapat
pertama dengan menjauhkan dirinya. Kalimat kelima yang lebih baik dari gendruwo itu)
krombuen cocong je, been abhenta ajejhe ka B: Hmmmm engghih pon.
tatangghe mon tang lake terro ka been! artinya (Ya sudah)
banyak mulut, Kamu bilang kepada semua tetangga A: Arapa been tak pertajhe mon engko la
kalau suamiku suka sama kamu! Penutur kedua terus tak senneng ka jerengkong, enjek la dek
menunjuk-nunjuk muka penutur pertama seraya sambien oreng korangngajher engak rua
berteriak seperti orang kesurupan sambil memukul- tak ekenning obu jhek!
mukul dadanya sendiri. Kalimat keenam iye cen, (Kenapa kamu tidak percaya kalau aku sudah
been lakeen cen terro ka engkok! artinya iya tidak suka dengan gendruwo itu, sudahlah
memang suamimu suka sama aku! Penutur kedua dek orang kurang ajar seperti itu kenapa
mengamini semua yang dipertanyakan penutur pertama harus disesali)
seraya mendekati penutur pertama dengan wajah B: Iye tak ekenning kalak toronna jhek, la jhubek
meyakinkan, dan kalimat ketujuh Ooo patek jeh, dhelbik poleen.
deiyye mon endik lake jhubek tar entar kalakeen (Orang tidak bisa diambil keturunannya
oreng! Engkok tak takok jek kalakeen been, begitu, sudah jelek bibirnya tebal lagi)
soro kamodung deiyyela ye! artinya dasar anjing,
Pada percakapan di atas bahasa umpatan terdapat
gitu kalau punya suami jelek kerjaannya ngelirik suami dalam kalimat pertama, kelima, ketujuh dan kedelapan.
orang! Aku tidak takut sama suamimu! Suruh santet Pada kalimat pertama, kelima dan ketujuh terdapat
gitu kalau berani! Dengan suara yang semakin keras bentuk umpatan Jerengkong yang artinya setan
dan meninggi penutur pertama berteriak-teriak di depan atau sejenis mahluk gaib yang ditujukan pada
rumah penutur kedua masih dengan keadaan bringas. seseorang untuk menggambarkan sifatnya, dan pada
Kalimat ketujuh tersebut meng-gambarkan puncak kalimat ketujuh pula terdapat bahasa umpatan
kemarahan penutur pertama dan menantang penutur korangngajher yang artinya kurangajar yang
kedua yang secara tidak langsung menyatakan bahwa digunakan untuk menggambarkan seseorang
suami penutur kedua memiliki ilmu hitam. Percakapan berdasarkan sifat atau kelakuannya. Pada kalimat
di atas adalah dialog perang mulut yang dilakukan oleh kedelapan terdapat umpatan dhelbik yang artinya
ibu-ibu rumah tangga yang saling mencari bibir tebal yang ditujukan untuk menggambarkan
kebenaran. Umpatan yang terdapat dalam percakapan keadaan fisik seseorang.
di atas adalah umpatan yang menunjukkan luapan Percakapan di atas jika disalin ke bahasa
amarah yang tidak bisa dipendam dan menunjukkan Indonesia adalah sebagai berkut: jerengkong,
kebencian atau kekesalan terhadap seseorang. eyundang kia bik been? artinya Setan diundang
Percakapan berikut merupakan percakapan seorang juga sama kamu? Kalimat pertama ini mengandung
adik dengan kakak yang saat membicarakan rencana pertanyaan yang tertuju pada seseorang di masa
pernikahan sang kakak yang akan laksankan dalam lalunya, sambil melipat kardus di depan rumah. iye,
waktu dekat. Umpatan dalam bahasa Madura yang tang mantan eyundang kabbhi ngok artinya iya
mereka gunakan ditujukan pada seseorang yang sedang semua mantanku diundang kok! Pada kalimat kedua
mereka bicarakan. Umpatan tersebut berupa gambaran penutur kedua membenarkan pertanyaan penutur
dalam bentuk fisik atau gambaran sifat orang yang pertama kalau orang yang namanya diganti
sedang mereka bicarakan, seperti berikut ini. jerengkong juga diundang. dheteng tak dheteng
seng penteng eyundang ngok, dhina mak nyambi
Percakapan III
binien artinya datang gak datang yang penting
A: Jerengkong eyundang kia bik been?. sudah aku undang, biar sudah sekalian bawa istrinya
(Gendruwo itu kamu undang juga?) Kalimat ketiga ini penutur kedua kembali memberi
B: Iye, tang mantan eyundangan kabbhi ngok. tanggapan tentang kehadiran seseorang yang sejenak
(Iya, mantanku semuanya aku undang) berhenti melipat kardus seakan teringat masa lalu
B: Dheteng tak dheteng seng penteng yang kemudian ditambah harapannya agar orang yang
eyundang ngok, dhina mak nyambi binien. pernah ada dalam hidupnya bisa datang di acara
(Datang tidak datang yang penting aku pernikahannya meskipun dengan nada yang agak
undang, biar dia membawa istrinya) pesimis sang mantan bisa datang atau tidak. Keraen

Faizun, Penggunaan Umpatan dalam Bahasa Madura


15
16
tak sakek ate jek artinya ada kemungkinan sakit A: Engaen rua dhetdhie Pak tenggi! dhetdhie
hati enggak? Penutur pertama kembali bertanya apa rakyatta mon tenggien adhek kareen
seraya mengingatkan pada penutur pertama tentang reng binik, rua olar!
masa lalunya sambil mengedip-ngedipkan matanya. (Kalau seperti itu, mau dimakmurkan seperti
arapa mak sakeah ate jhek reng engkok olle apa masyarakatnya, kalau orang tidak pernah
selebbhien deri jherengkong artinya kenapa harus habis main perempuan seperti ular!)
sakit hati, toh aku malah dapat yang lebih baik dari B: Tao ra, mon engkok la tak bengoa
setan itu Penutur kedua bersikap percaya diri sambil ekabhendhee pesseen!
meremas-remas kardus yang sedang ia lipat. Hmmm (Entahlah, kalau saya lebih baik uangnya
engghi pon artinya Hmmm, ya sudah Penutur buat usaha sendiri saja)
pertama hanya mengiyakan penjelasan penutur kedua A: Jhek asakola beik tak genna, bhudhu sara
dengan menghela nafas panjang. Arapa been tak ro lambek teppaen asakola.
pertajhe mon engkok la tak senneng ka (Sekolah saja tidak becus, memang bodoh
jerengkong engak rua tak ekenning obu jhek! orang itu waktu sekolah dulu)
artinya kenapa kamu gak percaya kalau aku sudah B: Ye paleng nabeng todus ka binien!
tidak suka lagi sama setan itu? uda enggak dek, lagi (Ya buat menutup rasa malunya sama istrinya)
pula orang itu kurangngajar dan gak bisa dipelihara
Percakapan di atas adalah percakapan yang
Penutur kedua memberi alasan perihal ketidakcocokan
ringan yang berkaitan dengan pencalonan lurah yang
dan kekecewaannya terhadap seseorang dengan
akan diikuti beberapa calon. Percakapan ini
ekspresi wajah yang kurang mengenakkan dan nada
mengandung tanggapan atau penilaian terhadap
yang agak meninggi. Iye tak ekenning kalak
seseorang berdasarkan kelakuannya. Percakapan di
toronna jhek, la jhubek dhelbik poleen! artinya
atas juga mengandung bahasa umpatan, di antaranya
iya memang tidak bisa diambil anak turunannya uda
seperti yang terdapat pada kalimat kelima yaitu kata
jelek bibirnya tebal lagi Penutur pertama memberi
Olar yang artinya ular yaitu penggambaran kelakuan
persetujuan terhadap penilaian penutur kedua tentang
seseorang yang digambarkan licin/licik dan berbisa
penilaiannya terhadap kelakuan seseorang dengan
atau berbahaya. Kalimat umpatan dalam percakapan
memegang bahu penutur kedua supaya mengontrol
tersebut juga terdapat pada kalimat ketujuh yaitu
emosi. Jadi umpatan yang terdapat dalam percakapan
bhudhuh yang artinya bodoh yang menegaskan
di atas adalah umpatan yang digunakan untuk
kondisi mental seseorang yang sedang dibicarakan.
menggambarkan tingkah laku seseorang berdasarkan
Jika percakapan tersebut diartikan ke dalam
sikapnya yang menggambarkan kekesalan atau
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut, pak
kekecewaan penutur terhadap seseorang.
tenggien mareen sapa setojuk? artinya siapa
Umpatan dalam bahasa Madura juga terdapat
saja yang mencalonkan diri sebagai calon lurah?
dalam percakapan yang terjadi antara seorang laki-
Penutur pertama bertanya tentang pencalonan
laki dewasa dengan laki-laki dewasa lainnya. Umpatan
pemilihan kepala desa yang sebentar lagi akan
yang mereka gunakan tertuju pada seseorang yang
diadakan seraya turun dari sepeda motor dan ikutan
sedang mereka bicarakan, umpatan tersebut
nongkrong bersama orang yang sedang berada di
digambarkan dalam bentuk mental atau gambaran
depan rumahnya. Tao dingngiding mak selambek
sifat orang yang sedang mereka bicarakan, seperti
tojueh pole caen artinya tidak tahu, tapi dengar-
berikut ini.
dengar yang dulu mau mencalonkan diri lagi Penutur
Percakapan IV kedua menunjuk pada seseorang yang tidak asing,
sambil menggaruk-garuk lengannya menjawab dengan
A: Pak tenggien marean sapa setojuk?
santainya. Caen apesa bik sebinik? artinya
(Pak siapa yang mau mencalonkan diri?)
kata cerai dengan istrinya? Penutur pertama
B: Tao dingngiding mak selambek tojueh
bertanya tentang kebenaran berita yang beredar
pole caen.
sambil menggigit kunci sepeda motornya lalu
(Tidak tahu, dengar-dengar yang lama mau
menggaruk telinganya. Iye, etemmo dhibik bik
mencalonkan diri lagi)
binien enmainan bik pannengga artinya iya,
A: Caen apesaa bik sebinik?
ketahuan sendiri sama istrinya kalau dia ada main
(Katanya bercerai dengan istrinya?)
dengan pembantunya Penutur kedua menceritakan
B: Iye, etemmo dhibik bik binien enmainan bik
kelakuan seseorang yang dimaksud atau yang sedang
pennengg.
dibicarakan dengan wajah serius dan mata yang
(Iya, ketahuan sendiri oleh istrinya main
sedikit dilebarkan.Engaen rua dhetdhie pak
perempuan)
tenggi! Dhetdhie apa rakyatta mon tenggien
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
17
adhek kareen reng binik, rua olar artinya B: Manissa engaen biasaen ta?
orang seperti itu mau jadi pak lurah! Mau jadi apa (Manisnya seperti biasa)
rakyatnya kalau pak lurahnya saja tidak ada nolaknya A: Nol, endien been engaen biasaen? ooh
sama perempuan! dia itu ular! Penutur pertama kopok ye? mulai ghellek oreng tak pateh
meragukan kepemimpinan orang yang sedang mereka ejhep ejhep aghi!
bicarakan jika kelak orang tersebut menjadi pemimpin (Dahi lebar, punyamu seperti biasanya? Oh
di desa mereka, dan menilai kelakuan orang yang tuli ya? Mulai dari tadi tidak didengarkan)
dimaksud seperti binatang melata yang berbahaya, C: Tak ngabes been mataen mon engkok
sambil melotot dan mengingat sesuatu penutur kedua ghik marker sapeda!
menekankan kata-katanya. Tao ra, mon engkok (Tidak lihat matamu saya masih parkir
la tak bengoa ekabhendhee pesseen! artinya motor)
tidak tau ya, kalau aku jadi dia mending uangnya
Percakapan di atas adalah percakapan yang
aku pakai buat modal Penutur kedua berandai-
terjadi antara teman di sebuah tempat nongkrong.
andai berada di posisi orang yang sedang mereka
Terdapat pula bahasa umpatan seperti pada kalimat
bicarakan seraya memandang jauh berangan dengan
ketiga yaitu Ghenol yang artinya dahi lebar, kata
nada suara yang lirih. Jhek asakola beik tak
ghenol sendiri adalah penggambaran terhadap kondisi
genna, bhudhuh sara ro lambek teppaen
fisik seseorang. Pada kalimat ketujuh juga terdapat
asakola artinya dulu saja waktu sekolah tidak
bahasa umpatan yaitu kopok yang artinya tuli, yang
rajin, bodoh sekali orang itu! Penutur pertama
terakhir adalah mataen yang artinya matamu yang
menceritakan pengalamannya ketika mengenal
bertujuan memprotes penglihatan seseorang.
orang yang mereka maksud sambil tersenyum masam.
Percakapan di atas jika disalin ke dalam bahasa
Ye paleng nabheng todus ka binien! artinya
Indonesia adalah, mbak nescafe duween artinya
ya paling dia malu sama mantan istrinya Sambil
mbak nescafenya dua Penutur pertama mendekati
mengutakatik handphone nya penutur kedua
pemilik warung yang sedang meracik kopi pesanan
memberi alasan dan penilaian kepada penutur pertama
orang lain dan memesan dua kopi untuknya dan salah
jika ia berada di posisi orang yang sedang mereka
seorang temannya. Angak apa ngangghuy es?
bicarakan. Jadi umpatan yang dipakai dalam
artinya hangat atau pakai es? Penjual bertanya selera
percakapan di atas adalah umpatan sebagai gambaran
sambil mengambil dua bungkus kopi yang digantungnya.
atas tingkah laku seseorang yang dikecam atau tidak
Nol ghenol, been kopien angak apa ngangghuy
disenangi sebagai akibat tingkah laku atau sifat dan
es? artinya dahi lebar kopimu hangat atau pakek
sikap seseorang.
es? Penutur pertama memanggil seseorang dengan
Umpatan dalam bahasa Madura tidak hanya
ciri kondisi fisik seseorang sambil melambaikan tangan
digunakan untuk mengekspresikan amarah saja,
dan sedikit berteriak se angak beiklah, jhek lepcellep
umpatan tersebut juga sering digunakan untuk
deiyye se epasangna es, nibenni beik been! artinya
menambah keakraban tentunya dengan persetujuan
yang hangat saja, dingin seperti ini yang mau ditambah
yang telah mereka sepakati, misalnya dengan
es kamu ini ada-ada saja Penutur ketiga menyadari
mengganti nama seseorang dengan menggambarkan
pertanyaan yang ditujukan padanya meskipun hanya
kekurangan fisiknya, seperti yang terdapat dalam
menggunakan gambaran fisiknya saja dengan suara
percakapan yang dilakukan antar teman berikut ini.
yang agak keras karena posisi mereka yang agak
Percakapan V berjauhan. Angak kabhi mbak artinya hangat
semua mbak Penutur pertama menyampaikan selera
A: Mbak nescafe duween.
yang mereka inginkan sambil mengacungkan kedua
(Mbak nescafe dua)
jarinya. Manissa engaen biasaen ta? artinya
B: Angak apa ngangghuy es?
manisnya seperti biasanya kah? Penutur kedua
(Hangat atau dingin?)
kembali bertanya selera yang pembeli inginkan sambil
A: Nol Ghenol, been kopien angak apa
membersihkan gelas yang baru saja penjual ambil dari
ngangghuy es?
raknya. Nol, endien been engaen biasaen? oo
(Dahimu, kopimu hangat atau dingin?)
kopok ye? molae ghellek oreng tak pateh ejhep
C: Se angak beiklah, jhek lepcellep deiyye
ejhep aghi! artinya dahi lebar punyamu seperti
se epasangna es, nibenni beik been!
biasanya kah? ooh tuli ya? Mulai tadi orang tidak
(Yang hangat saja, dingin-dingin begini kok
dihiraukan Penutur pertama protes akan respon penutur
pakai es, ada-ada saja kamu)
ketiga yang dinilainya lamban yang terlihat cuek dengan
A: Angak kabihhi mbak.
suara yang tinggi penutur pertama melongohkan
(Hangat semuanya mbak)
wajahnya kepada penutur kedua. Tak ngabes been
Faizun, Penggunaan Umpatan dalam Bahasa Madura
17
18
mataen mon engkok ghik marker sapeda artinya Indonesia adalah sebagai berikut. Hey mara se
tidak lihat apa matamu kalau aku sedang memarkirkan aghebye jhejhenna, jhek tedung beik mataen
motor! Karena merasa tidak seperti yang dituduhkan duween ria artinya Hai, ayo sudah yang mau
penutur pertama, penutur kedua menegaskan aktivitas buat kue jangan tidur terus matamu itu Penutur
yang ia lakukan dengan meminta secara tegas pada pertama membangunkan temannya yang seharusnya
penutur pertama untuk melihat aktivitas yang sedang ia membuat kue yang sedang tidur. Kalla rala
lakukan sambil memalingkan wajah penutur pertama beyghebey kadhek, engkok payah artinya Sana
seraya menunjuk pada sepeda motor yang baru saja ia sudah buat duluan saya masih capek Kalimat
parkir. Jadi umpatan yang dipakai dalam percakapan di tersebut tanpa menghiraukan ajakan penutur pertama,
atas adalah umpatan sebagai simbol keakraban terhadap penutur kedua terus tidur dan sesekali membetulkan
seseorang yang digambarkan dari keadaan fisik dan selimutnya, siah mak manmanyaman deiyye
mentalnya, dengan kesepakatan yang telah ada. sakale, wa mara gheluy bingkaen! artinya kok
Dalam percakapan yang terjadi antara ibu rumah enak-enakan gitu, ayo diaduk itu wingkonya Penutur
tangga yang satu dengan ibu rumah tangga yang lain, pertama kembali meminta penutur kedua untuk
juga terdapat umpatan sebagai ekspresi kekesalan, menjalankan perkataannya seraya memukul pantat
umpatan yang digunakan adalah umpatan yang penutur pertama yang sedang enak-enakan tidur.
menggambarkan tingkah laku seseorang seperti yang Iye dhinalah mareen, engko mataah tenggah
tertera berikut ini. sakejjhek luh artinya iya sebentar lagi, aku mau
merebahkan pung-gungku dulu Penutur kedua tetap
Percakapan VI
terbaring di atas tempat tidur tanpa mau merespon
A: Hey Mara se aghebeye jhejhenna, jhek tedung permintaan penutur pertama dan menutup telinganya
beik mataen duween ria dengan tangannya. Dhina mara tak jheghee
(Hei ayo mau membuat kue, jangan tidur jhek? artinya ayo belum mau bangun Penutur
saja matanya) pertama mengambil bara api yang kemudian ditaburi
B: Kalla rala beyghebey kadhek la, engkok garam kasar yang asapnya bisa membuat orang
payah bersin-bersin yang ditaruh di bawah ranjang penutur
(Sudah kamu buat dulu saja, saya masih kedua, sambil menutup hidungnya dan tertawa.
lelah) Huac-hiim. . . huachiim . . .huachimmm,
A: Siah mak manmanyaman deiyye sakale, wa korangajher been yu artinya huachiim. . .
mara gheluy bingkaen huachiim . . .huachimmm, kurangajar kamu mbak
(Kok enak-enakan kamu, ayo diaduk kue Penutur kedua bersin-bersin akibat asap taburan
wingkonya) garam tersebut seraya bangun dari tempat tidur dan
B: Iye dhinalah mareen, egkok mataah memutar-mutar hidungnya yang gatal akibat asap
tengngah sakejjhek luh bakaran garam tersebut, seraya mengumpat kelakuan
(Sebentar ya, saya mau sedikit meregangkan penutur pertama. dhina been tak jheghe, mataen
punggung) meddhem beik artinya ayo kamu gak mau bangun,
A: Dhina, mara takjhegeeh jek matamu tidur saja Penutur pertama terlihat senang
(Biarkan sudah dia tidak bisa berdiri) karena melihat penutur kedua akhirnya bangun akibat
B: huachiim. . . .huachiim . . .huachimmm, asap bakaran garam yang ia berikan tadi dan pergi
korangngajher been yu . dengan tawa yang puas.
(Kurang ajar kamu mbak) Berikut ini adalah percakapan kekecewaan yang
A: Dhina been tak jhege, mataen meddhem beik dilakukan seorang ibu rumah tangga dengan anaknya,
(Biarkan tidak bisa bangun, semoga matanya dalam percakapan di bawah ini penutur menggunakan
terpejam terus) umpatan Madura sebagai bentuk ekspresi
Percakapan di atas adalah percakapan yang kekecewaan atau amarah yang sedang penutur
terjadi antara ibu-ibu rumah tangga yang sedang rasakan seperti yang tertera berikut ini.
membatu salah seorang tetangganya yang sedang
Percakapan ke VII
ada hajatan. Dalam percakapan di atas terdapat
umpatan pada kalimat pertama dan ketujuh mataen A: Duuh mak jhek saraen tang taretan ka abeen
yang artinya matamu, pada kalimat keenam ye? engkok la tak endek seaparlua, engkok
korangajher artinya kurangajar. sengka se adugheridue deiyye
Percakapan di atas adalah percakapan (Aduuh kok jahatnya saudara sendiri padaku
permintaan, namun permintaan tersebut tidak ya? aku sudah tidak ingin mengadakan hajatan
dihiraukan. Percakapan di atas jika disalin ke bahasa besar-besaran ya takut terjadi seperti ini!)

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
19
B: Ellala jhek dugheridu todus ekayding dugheridu, todus ekaiding tatangghe artinya
tatangghe sudah jangan keras-keras malu sama tetangga
(Sudah jangan keras-keras malu sama Sang anak mencoba memeluk ibunya yang menangis
tetangga) dan mengusap air matanya. Benni apa? Engkok
A: Benni apa, engkok la tak endik lake, mak gik la tak endik lake, mak ghik epadeiyye bik
epadeiyye bik kaluarga dhibik kaluarga dhibik! artinya bukan apa-apa aku sudah
(Bukan apa-apa, aku sudah tidak ada tidak ada bapakmu, masih saja digituin sama keluarga
bapakmu, masih saja dijahatin sama keluarga sendiri Sembari menahan amarahnya penutur
sendiri) pertama mencoba merenungi nasibnya sambil
B: Dhinala been tak bhutoh arua jhek menangis dan sesekali mengusap air matanya dengan
(Sudahlah buk, ibu tidak membutuhkannya) daster yang ia pakai. Dhina buk been tak butoh
A: Iyye tang colok tak tao cak ngocak apa karua artinya sudah buk, ibu tidak
jek ka arua, arapa arua mak nyingghe, membutuhkannya Penutur kedua menenangkan
benni ghun perak tang parlo arua penutur pertama dan kembali memeluk penutur
nyingghe!, parloen Emmos bik Jamala ye pertama seraya mengusap air mata yang keluar dan
arua nyingghe yekiya, duuuh ekaleburna meyakinkan penutur pertama bahwa orang yang
tatangghe ye mondeiyye malolo mereka maksud tidak berpengaruh pada mereka.
(Iya, aku merasa mulutku tidak bilang apa- Iyye, engkok colok tak tao cak ngocak apa
apa padanya, tapi kenapa saat ada acara dia jhek ka rua, arapa tang parlo arua mak
pergi, bukan hanya acaraku ini, dulu waktu nyingghe? benni ghun perak parloen engkok
Emmus dan Jamala punya acara dia juga arua nyingghe parloen emmos bik jamala ye
pergi, kalau seperti ini terus mana ada nyingghe yekiya, duh ekale burna bik tatangghe
tetangga yang suka padanya) mon deiyye malolo artinya iya, aku merasa
B: Dhina la, benni ghun perak rua taretanna mulutku tidak ilang apa-apa padanya, tapi kenapa
been! saat ada acara dia pergi, bukan hanya acaraku ini,
(Biar sudah bukan cuma dia saudaramu, ini dulu waktu Emmus dan Jamala punya acara dia juga
lihat masih banyak yang sayang sama kamu) pergi, kalau seperti ini terus mana ada tetangga yang
A: Been tak kera mellas jek suka padanya Penutur pertama menumpahkan
(Iya sekarang juga sudah tidak ada bapakmu) semua keluhannya terhadap seseorang yang meraka
B: Iyye jek arengan kabbhi nyalaaghi abeen re maksud seraya menangis dan dengan suara yang
(Iya tapi semua seolah menyalahkan kita) agak tinggi sambil mengucek matanya yang terus
A: Arua pancen penter coloen abeyghebey nengeluarkan air mata. Dhina benni ghun perak
omong, ella tak usa nangis jek rua taretanna been!, ya conggok benyyak ghik
(Dia memang pintar membuat omong kosong, seneser ka been artinya biar sudah bukan cuma
sudah jangan menangis) dia saudaramu, ini lihat masih banyak yang sayang
sama kamu Penutur kedua kembali mencoba
Dalam percakapan di atas terdapat umpatan
menenangkan penutur pertama sambil menunjuk pada
dalam bahasa Madura, yaitu pada kalimat kelima
keluarga yang ada di sana dengan suara yang lirih
terdapat umpatan colok yang artinya mulut, pada
an. Iye engkok la tadhek bapaen artinya iya
kalimat kesembilan terdapat umpatan coloen yang
sekarang juga sudah tidak apa bapakmu Tangis
artinya mulutnya. Percakapan di atas adalah
penutur pertama pecah saat mengatakan itu dan
percakapan yang terjadi dalam sebuah keluarga yang
pandangannya seakan mengingat sesuatu. Dhina
akan mengadakan hajatan dan terdapat sebuah
been tak kera mellas jhek artinya biar sudah,
masalah.
kamu tidak akan menderita Penutur kedua
Percakapan di atas jika diartikan ke dalam bahasa
menenangkan penutur pertama yang terlihat semakin
Indonesia adalah, duuuh mak jhek saraen tang
sedih dan terus merangkul penutur pertama. Iye
taretang ka abeen ye?, engko la tak aparlua,
jhek pas kabbhi nyalaaghi abeen re artinya
engko tak terro dugheridue deiyye artinya
iya tapi semua seolah menyalahkan kita Penutur
aduuh kok jahatnya saudara sendiri padaku ya? aku
pertama menatap penutur kedua yang sedari tadi
sudah tidak ingin mengadakan hajatan besar-besaran
memegang pundaknya dengan wajah yang sedih.
ya takut terjadi seperti ini! Percakapan ini terjadi
Arua pancen penter coloen aghebey omongan,
karena penutur pertama menyesalkan tindakan
ellala tak usa nangis jek artinya dia memang
seseorang yang dirasa sangat tega padanya, dengan
pinter membuat omong yang tidak benar, sudah
suara yang agak keras sambil menangis dan duduk
jangan menangis Penutur kedua mencoba
di sebelah lemari di anak tangga. Ellala jhek
Faizun, Penggunaan Umpatan dalam Bahasa Madura
19
20
meyakinkan penutur pertama dan mengajaknya pergi Dalam percakapan di atas terdapat bahasa
dari tempat itu. Jadi umpatan yang terkandung dalam umpatan Madura yaitu pada kalimat kelima Leter
percakapan di atas adalah umpatan yang didasarkan yang artinya ganjen atau suka berlaku tidak senonoh
pada sikap kekesalan terhadap seseorang dan di depan orang, pada kalimat keenam yaitu Sennok
menimbulkan rasa amarah dan kekecewaan. yang artinya pelacur yang menunjukkan pekerjaan
Umpatan dalam bahasa Madura tidak hanya negatif yang dilakukan seseorang, dan Bhuwer yang
digunakan untuk mengekspresikan amarah saja, artinya mata besar yang menunjukkan kondisi fisik
umpatan tersebut juga sering digunakan untuk seseorang, dan yang terakhir terdapat pada kalimat
mengganti nama seseorang dengan menggambarkan terakhir yaitu mataen yang artinya mata yang
sifat dan kelakauannya seperti yang terdapat dalam menunjuk pada panca indra penglihatan.
percakapan yang dilakukan antar teman berikut ini. Percakapan di atas jika disalin ke dalam bahasa
Indonesia serta konteks paralingualnya adalah sebagai
Percakapan ke VIII
berikut, se dimma ceween Endos? artinya yang
A: Sedimma bhekalla Endos? mana ceweknya Endos? Penutur pertama bertanya
(Yang mana ceweknya Endos?) pada penutur kedua sambil menjulurkan rokok di
B: Wa seakalambhi koning, se obuen pirang depan wajah penutur kedua, wa se obuen pirang
(Itu yang rambutnya pirang) artinya itu yang rambutnya pirang Sambil
A: Aboooh, arua? Tak salah?!, aruakan memasukkan rokok ke dalam mulutnya dan mencari
lambek bhekalla tang taretan korek api di sakunya, aboooh, arua?! Tak salah?,
(Waduh itu? tidak salah? itu dulu bekas arua kan lambek bhekalla tang taretan artinya
tunangannya saudaraku) waduh itu?! tidak salah? itu dulu bekas tunangannya
B: Masak? saudaraku Penutur pertama kaget ketika tahu kalau
(Masak) pacar temannya bekas tunangan saudaranya,
A: Iyye arua leter sara, kan epa burung bik masak? artinya iya kah? Penutur kedua
tang taretan, yee polaen gheriduen tedung menyakinkan pernyataan penutur pertama, iyye arua
bik tatanggheen Leter sara, kan epaburung bik tang taretan ye
(Iya anak itu ganjen sekali, makanya polaen gheridu tedung bik tatanggheen artinya
pertunangannya digagalkan karena ada kabar iya anak itu ganjen sekali, makanya pertunangannya
yang mengatakan dia pernah tidur dengan digagalkan karena ada kabar yang mengatakan dia
tetangganya) pernah tidur dengan tetangganya Penutur pertama
B: Sennok ta? bercerita dengan serius sambil memutar-mutar rokok
(Pelacur ta?) di tangannya, sennok ta? artinya pelacur ta?
A: Tak tao ye?, engkok gun perak ngeding Dengan suara yang lirih dan wajah yang serius
sakopengan penutur kedua kembali bertanya, tak tao ye?,
(Kurang tau, aku cuma dengar berita itu engkok ghun perak ngeding sakopengan artinya
sekilas saja) kurang tau, aku cuma dengar berita itu sekilas saja
B: Dhereemma kakeh riya? Penutur pertama menjawab rasa penasaran penutur
(Bagaimana kamu ini?) kedua dengan santai sambil membuang bekas bakaran
A: Ye jhek tang colok tak acolok binik ye rokoknya ke asbak, dheremma kakeh ria? artinya
tak lengkap tang berita jek! bagaimana kamu ini? Penutur kedua agak sedikit
(Ya karena mulutku bukan mulut perempuan kesal karena berita yang didenganrnya belum tentu
jadi beritanya tidak lengkap) benar dan menjitak kepala penutur pertama, Oooo
B: Siaah, acolok kacongga caen engkok sapa?, se Bhuwerra pacarra
(Siah mulutmu) Endos! Jhek mon acareta ka engkok jhek iyyeen
A: Oooo, caen engkok sapa? Mareen sara artinya Oooo aku kira siapa? Ternyata si
sebhuwer bekalla Endos!, jhek mon acareta mata lebar pacarnya Endos, jauh seperti yang
ka engkok engaen se jhek iyyeen sakale kubayangkan waktu dia bercerita padaku Penutur
(Oh saya kira siapa? Ternyata tunangannya pertama menghela nafas panjang dan terlihat mencibir
Endos, kalau cerita ke saya selalu dilebih- orang yang sedang mereka bicarakan seraya
lebihkan) mematikan rokoknya dengan menekan-nekan batang
B: yee la pacaen, been mataen pancenla rokok yang telah habis ke dalam asbak. Umpatan
tadhek cocoka ka oreng yang terdapat dalam percakapan di atas dalam
(Ya terserah nanti, matamu memang tidak umpatan untuk menggambarkan tingkah laku atau
ada yang cocok dengan semua orang) sifat dan sikap seseorang.

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
21
Umpatan dalam bahasa Madura tidak hanya Percakapan di atas adalah percakapan yang terjadi
digunakan untuk mengekspresikan amarah saja, antar teman yang terlibat peminjaman barang,
umpatan tersebut juga sering digunakan untuk percakapan di atas jika disalin ke dalam bahasa
menambah keakraban tentunya dengan persetujuan Indonesia dan konteks paralingualnya adalah sebagai
yang telah mereka sepakati, misalnya dengan berikut, Heh cengkoceng, dimma tang gitar artinya
mengganti nama seseorang dengan menggambarkan heh kucing gitarku mana? Penutur pertama bertanya
sifat atau sikap, seperti yang terdapat dalam tentang keberadaan gitar yang dipinjam penutur kedua
percakapan yang dilakukan antar teman berikut ini. yang lumayan lama tidak kunjung dikembalikan, penutur
pertama bertanya sambil memukul tubuh penutur kedua
Percakapan IX
dengan topi yang ia kenakan, ambulu bos eyangghuy
A: Heh cengkoceng, dimma tang gitar mak ngok ghi artinya sabar bos masih tak pakek
ekalemet sakale? Penutur kedua hanya tersenyum dan menjawab santai
(Hei kucing mana gitarku, kok diambil juga?) seraya duduk di samping penutur pertama, siah mak
B: Ambulu bos ghik eyangghuy, endien din oreng ekalemet sakale artinya waduh barang
engkok senarra pegghek orang kok dipakai terus Dengan suara agak menyindir
(Sebentar bos masih dipakai, punyaku disertai tawa menggoda, duh kan din been se
senarnya putus) ekalemet ngok, ye mon endien oreng ye enjhek
A: Siah mak endien oreng ekalemet sakale Penutur kedua pun membalas sindiran penutur pertama
(Siah kok punyaku diambil juga) dengan mengiyakan perkataan penutur pertama sambil
B: Duuh kan endien been seekalemet ngok, menepuk-nepuk pundak penutur pertama, Ooo
ye mon endien oreng ye enjhek coloen jia, tekok je man manyaman, maralu
(Duh yang diambilkan punyamu, kalau punya engkok mellaghi rokok artinya Oooo seenaknya
orang lain tidak) saja mulutmu itu, ayo belikan aku rokok Penutur
A: Oooo coloen jia, tekok je man manyaman, pertama mulai meninggikan suaranya dan kembali
maralu engkok mellaghi rokok! memukul kepala penutur kedua dengan topinya tapi
(Oh mulutmu kok enak sekali kalau bicara, dengan tawa yang sedikit mengembang di wajahnya
ayo aku belikan rokok) dan meletakkan kedua jarinya di mulutnya, poooh
B: Engkok tak endik pesse sakale jek bos, alako tak endik pesse sakale jhek bos, ria engkok
ghik tak ebejer bos alako tak ebejher jhek ghik artinya waduh tidak
(Aku belum punya uang sama sekali bos, punya uang sama sekali bos, ini aku kerja belum
kerja juga belum digaji) dibayar Penutur kedua bangun dari duduknya
A: Siah jhek carpaka coloen kemudian meraba saku celana yang ia pakai dan
(Siah mulutmu banyak alasan) menunjukkan kalau dirinya memang tidak mempunyai
B: Marra iyya tegghu tang essak, ya kare uang, siah carpak been coloen! artinya mulutmu
saebu tang pesse, aria akabelliye karopok pembohong! Penutur kedua ikut memeriksa saku
ngakana tak endik jhukok, masak been penutur pertama, mara iyyak tegghu tang essak,
tak niser ye ka kancaen setarbis ria? ya saebu ghun, aria eghebeye melle karopok
(Ayo pegang sakuku, ini ada uang seribu ghebhey ngakan, masak been duh tak neser ye
buat beli kerupuk buat lauk makan nanti, kakancaen setarbis ria? artinya ini lihat sendiri
masak kamu gak kasihan sama temanmu sakuku ini cuma ada seribu ini pun untuk beli krupuk
yang gembel ini?) buat lauk, masak kamu tidak kasihan sama temanmu
A: Siah coloen mon esoro arayu, jhek penterra yang miskin ini? Penutur kedua memperlihatkan isi
(Siah mulutmu kalau disuruh merayu memang sakunya yang hanya terdapat uang seribu rupiah yang
pintar) ia katakan untuk membeli krupuk, penutur kedua
Umpatan bahasa Madura juga terdapat dalam berkata dengan nada lirih dan wajah yang memelas,
percakapan di atas, yaitu pada kalimat pertama siah coloen mon soro arayu, jhen penterra
yaitu koceng yang artinya kucing yang digunakan artinya mulutmu memang pintar kalau disuruh
untuk menggantikan nama orang, pada kalimat kelima merayu Penutur pertama hanya tersenyum melihat
pada kata tekok yang artinya tokek yang ekspresi wajah penutur kedua. Umpatan yang
menyamakan orang dengan binatang yang digunakan dalam percakapan di atas adalah umpatan
menjijikkan itu, umpatan tersebut juga terlihat pada yang didasarkan pada keakraban yang terjalin atas
kalimat kedelapan dan sepuluh yaitu kata coloen kesepakatan yang ada, sehingga umpatan yang
yang artinya mulutmu. digunakan tidak akan menimbulkan rasa marah.

Faizun, Penggunaan Umpatan dalam Bahasa Madura


21
22
Umpatan yang digunakan di atas adalah umpatan itu satu juta dua ratus ribu rupiah, ini masih
yang sudah sering mereka gunakan ketika berinteraksi asli semua)
atau berkomunikasi dengan orang lain atau teman. A: Mara pataberaghi ka kancaen been apa ka
Umpatan yang mereka gunakan justru semakin sapa rala se endhek
membuat hubungan komunkasi antara mereka (Ayo tawarkan pada teman atau saudaramu
semakin erat, jadi dalam percakapan di atas umpatan barangkali ada yang mau)
yang digunakan tidak menimbulkan rasa sakit hati B: Iyye mara la satos, ya kontan!
atau amarah karena umpatan tersebut telah disepakati. (Iya sudah seratus, ini kontan)
Berikut ini umpatan dalam bahasa Madura tidak A: Korang cong mon satos, paleng tello minggu
hanya digunakan untuk mengekspresikan amarah saja, ghun kedik monla endik pesse etebusa ngok
umpatan tersebut juga sering digunakan untuk menambah (Ya kurang, mungkin cuma tiga minggu nanti
keakraban tentunya dengan persetujuan yang telah kalau sudah punya uang aku tebus kembali)
mereka sepakati, misalnya dengan mengganti nama B: Mon satia adhek pesseen ghik cong, ya
seseorang dengan menggambarkan kelakuan atau sikap bedeen!, dereemma mon korangga
seseorang, seperti yang terdapat dalam percakapan dumalem?
yang dilakukan antar teman berikut ini. (Kalau sekarang belum ada uang, bagaimana
kalau kurangnya besok lusa?)
Percakapan X
A: Iyyelah, tape ongghuen ye?
A: Anak setan!, esaree kabungkoen aghelejer (Iya sudah, tapi benar ya?)
beik. B: Bile tang colok tao carpak?, iyye mon
(Anak setan! dicari ke rumahnya kok tidak ada) coloen been ngolpok!
B: Kasos engkok cong! (Kapan mulutku pernah berbohong? Iya kalau
(Aku kena kasus!) mulutmu itu suka berbohong)
A: Arapa? Been mangandung sapa pole?
Dalam percakapan di atas juga terdapat umpatan
(Kenapa? siapa lagi yang kamu hamili?)
dalam bahasa Madura, misalnya pada kalimat
B: Coloen jia cong!, adhek palenggen engkok
pertama yaitu kata setan yang artinya mahluk gaib,
cetak!
penyamaan mahluk gaib yang menyesatkan dan
(Mulutmu itu dijaga! pokoknya kepalaku
merugikan manusia. Pada kalimat keempat dan
sekarang pusing!)
keenambelas yaitu coloen yang artinya mulutmu,
A: Arapa koh?
umpatan mengandung makna tidak setuju atau
(Memangnya ada apa?)
sepaham dengan pernyataan orang lain. Pada kalimat
B: Pesseen spp nem bulen eyangghuy ngok
kesepuluh juga terdapat umpatan yaitu centongga
cong, gellek tang bapak ecellok bik Buk
yang artinya dahi, umpatan ini digunakan untuk
Tacik, tak bengal engkok molia jek
menunjukkan kekesalan terhadap orang lain, dahi
(Uang spp selama enam bulan saya pakei,
yang seharusnya dihormati karena posisinya namun
tadi Bu Tacik manggil Bapak, tidak berani
dalam umpatan bahasa Madura beralih fungsi sebagai
pulang aku)
sarana untuk menghilangkan sedikit kekesalan yaitu
A: Sambien been genampa pesseen? mak
dengan cara mengumpat.
tagher nem bulen tak ekabejher?
Percakapan di atas adalah percakapan yang terjadi
(Terus kamu buat apa uangmu itu? kok bisa
antar teman, percakapan di atas jika disalin ke dalam
sampai enam bulan tidak kamu bayarkan)
bahasa Indonesia dan konteks paralingual yang terjadi
B: Biasa, ya tang hape epaghediye ngok, mara
adalah, anak setan!, esare kabungkoen aghelejer
kalak duratoslah
beik artinya anak setan!, dicari ke rumahnya tidak
(Biasa, ini hapeku mau aku gadaikan, sudah
ada, keluyuran saja Penutur pertama turun dari
kamu ambil dua ratus saja)
sepeda motor dan menghampiri penutur kedua, seraya
A: Larang ghellu, jek hape jhubek deiiye minta
memasukkan kunci motor ke dalam sakunya. Kasos
saberiyye been je, tak endik pesse jek cong!
engkok cong! artinya aku kena kasus! Penutur
mara saparoen lah iyye?
kedua mengadu kepada penutur pertama dengan wajah
(Terlalu mahal, hape jelek seperti ini kamu
memelas dan suara yang lirih sambil menggaruk-
minta harga tinggi, aku tidak punya uang!
garuk kepalanya. Arapa? been mangandung sapa
bagaimana kalau separuhnya saja?)
pole? artinya kenapa? siapa lagi yang kamu hamili?
B: Centongga jia, ella engkok lambek melle
Dengan wajah penasaran penutur pertama bertanya
sittong duek, ya ori kabbhi gik!
seraya tersenyum sok iba kepada penutur kedua.
(Dahimu itu, zaman dulu aku beli handphone
Coloen jia cong! adhek palenggen engkok
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
23
cetak! artinya mulutmu itu dijaga! pokoknya celananya. Korang cong mon satos, paleng tello
kepalaku sekarang pusing! Penutur kedua kembali minggu ghun kedik monla endik pesse etebusa
menggaruk-garuk kepala seraya memikirkan sesuatu. ngok artinya ya kurang, mungkin cuma tiga minggu
Arapah koh? artinya memangnya ada apa? nanti kalau sudah punya uang aku tebus kembali
Penutur kedua terlihat sangat penasaran hingga agak Penutur pertama membersihkan hapenya dengan
sedikit memaksa penutur kedua untuk menceritakan bajunya. Mon satia adhek pesseen ghik cong, ya
masalahnya dengan menarik lengan baju penutur kedua bedeen! dereemma mon korangga dumalem?
yang terlihat lesuh. Pesseen spp nem bulen artinya kalau sekarang belum ada uang, bagaimana
eyangghuy ngok cong, gellek tang bapak ecellok kalau kurangnya besok lusa? Penutur pertama kembali
bik Buk Tacik, tak bengal engkok molia jek memberikan usulan dan sedikit bernada tinggi seraya
artinya uang spp selama enam bulan saya pakei, tadi bersemangat menyampaikan idenya itu. Iyyelah, tape
Bu Tacik manggil Bapak, tidak berani pulang aku ongghuen ye? artinya iya sudah, tapi beneran
Penutur kedua bercerita tentang masalahnya sambil ya? Penutur kedua meyakinkan penutur pertama
sesekali tersenyum. Sambien been genampa atas janji perkataannya. Bile tang colok tao carpak?
pesseen?, mak tagher nem bulen tak ekabejher? iyye mon coloen been ngolpok! artinya kapan
artinya terus kamu buat apa uangmu itu? kok bisa mulutku pernah berbohong? Iya kalau mulutmu itu
sampai enam bulan tidak kamu bayarkan Dengan suka berbohong Penutur pertama membantah
nada yang menyesalkan perbuatan penutur kedua, pernyataan penutur kedua dengan menatap wajah
penutur pertama terlihat sedikit lebih serius menanggapi penutur kedua seraya tersenyum sinis. Sambil
masalah yang sedang menimpa temannya itu Biasa, menyerahkan uang yang berada di dompetnya tadi
ya tang hape epaghediye ngok, mara kalak dan menyerahkan uang tersebut kepada penutur kedua.
duratoslaha artinya biasa, ini hapeku mau aku Umpatan yang digunakan dalam percakapan di atas
gadaikan, sudah kamu ambil dua ratus saja Penutur adalah umpatan yang didasarkan pada keakraban
kedua mengucapkan kata biasa sambil menggerak- yang terjalin atas kesepakatan yang ada, sehingga
gerakkan tangannya seperti orang yang sedang umpatan yang digunakan tidak akan menimbulkan
mengegas sepeda motor yang artinya uang tersebut rasa marah.
dipakai untuk taruhan balapan motor, dan kemudian Berikut ini adalah percakapan antara seorang
mengeluarkan handphone dari saku celana yang di ibu dan anak, sang ibu yang meminta bantuan sang
kenakan. Larang ghellu, jek hape jhubek deiiye untuk membantunya membeli sesuatu di toko, namun
minta saberiyye been je, tak endik pesse jek sang anak menolak sebelum keinginannya dituruti,
cong!, mara saparoen lah iyye? artinya terlalu akibat ulah sang anak sang ibu pun melontarkan
mahal, hape jelek seperti ini kamu minta harga tinggi, umpatan kepada sang anak, seperti berikut ini.
aku tidak punya uang! bagaimana kalau separuhnya
Percakapan ke XI
saja? Penutur pertama mencoba merayu penutur
kedua agar menurunkan harga gadaian hape dan A: Ki Diki, iyyak lu ki, ibuk mellaghi saos bik
mengambil hape yang sedang dipegang penutur kedua soon kon Mbak Ille
dan memeriksa keadaan fisik handphone tersebut. (Ki Diki, ke sini sebetar, ini ibu belikan saos
Centongga jia, ella engkok lambek melle sittong sama mie di rumahnya Mbak Il nya)
duek, ya ori kabbhi gik! artinya dahimu itu, B: Kaemma buk kule mintaa pesseen
jangan dulu aku beli handphone itu satu dua (satu (Mana buk, saya minta uangnya)
juta dua ratus ribu rupiah), ini masih asli semua A: Pesse pole! ghellek ibuk dheteng pasar
Penutur kedua memantulkan tangannya kepada kepala pesse, satia pesse pole!
penutur pertama dan menunjukkan keaslian (Uang lagi! tadi ibu baru pulang dari pasar
handphone yang ia miliki dengan membuka casing kamu minta uang, sekarang uang lagi!)
handphone yang ia pegang. Mara pataberaghi ka B: Lemaratos ghun buk
kancaen been apa ka sapa rala se endhek (Cuma lima ratus Buk)
artinya ayo tawarkan pada teman atau saudaramu A: iyye kalla iyyak mellaghi lu!
barangkali ada yang mau Penutur kedua kembali (Iya sana ini belikan dulu)
memasang casing handphone yang tadi ia buka dan B: Samangken napon buk?
merayu penutur pertama untuk membantunya dengan (Sekarang kenapa buk?)
nada rendah dan memohon. Iyye mara la satos, ya A: Been jhek tomanna mon erosoro lako
kontan! artinya iya sudah seratus, ini kontan pesse beik seepenta
Penutur pertama menawar harga seraya mengeluarkan (Kamu kalau disuruh selalu uang saja yang
uang dalam dompet yang ia ambil dari saku belakang kamu minta)

Faizun, Penggunaan Umpatan dalam Bahasa Madura


23
24
B: Ingghi buk? Lemaratos ghun buk tomanna mon erosoro lako pesse beik seepenta
(Iya buk? cuma lima ratus saja) artinya kamu kalau disuruh selalu uang saja yang
A: Iyye mareen eberienna bik ibuk, dhuli kamu minta Dengan nada yang kembali meninggi
mellaghi lu, ya bedhe oreng mellia bakso penutur pertama mengepalkan tangannya kepada
(Iya nanti ibu beri, sekarang belikan dulu, ini penutur kedua. Ingghi buk? Lemaratos ghun buk
ada orang yang mau beli bakso) artinya iya buk? Cuma lima ratus saja Sang anak
B: Samangken pon buk! mulai merengek dan enggan untuk menjalankan perintah
(Sekarang saja buk!) ibunya. Iyye mareen eberienna bik ibuk, dhuli
A: Iyak ki, been coloen lako pesse beik!, mellaghi lu, ya bedhe oreng mellia bakso artinya
dhulien la ya ebeghee soonna ngok iya nanti ibu beri, sekarang belikan dulu, ini ada
(Ini Ki! mulutmu selalu uang yang kamu orang yang mau beli bakso Sambil melambaikan
minta! sudah cepet mienya mau direndam) tangannya agar penutur kedua secepatnya
B: Engghi beghi kule kor lemaratossa? melaksanakan perintahnya seraya memberi kode pada
(Iya Bu asal beri saya uang lima ratus) penutur kedua kalau ada orang yang menungu untuk
A: Iyye dhulilah membeli bakso dengan membelalakkan kedua matanya.
(Iya cepat ya) Samangken pon buk! artinya sekarang saja buk!
Tanpa mau mendengarkan perintah sang ibu sang
Dalam percakapan di atas terdapat umpatan anak tetap saja merengek. Iyak ki! been coloen
bahasa Madura yaitu pada kalimat kesebelas yaitu lako pesse beik! dhulien la ya ebeghee soonna
coloen yang artinya mulutmu, umpatan tersebut ngok artinya ini ki! mulutmu selalu uang yang
mengandung makna bantahan atau ketidaksetujuan kamu pinta! sudah cepetan mienya mau direndam
terhadap pendapat seseorang. Kata mulut yang rasa jengkel akibat kelakuan sang anak, penutur
seharusnya dihormati kini berubah fungsi menjadi pertama memberikan uang yang penutur kedua pinta.
alat untuk menghilangkan atau mengurangi sedikit Sebelum memberi uang sang ibu memukulkan mangkok
rasa kecewa atas sesuatu yang tidak diinginkan. yang terbuat dari plastik kepada kepala sang anak
Percakapan di atas adalah percakapan yang terjadi dengan ekspresi yang sangat jengkel. Jadi umpatan
antara seorang anak dan ibunya, percakapan di atas yang digunakan dalam percakapan di atas adalah
jika di salin ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai umpatan yang menggambarkan kekesalan atau
berikut, Ki Diki, iyyak lu ki, ibuk mellaghi saos kekecewaan terhadap tingkah laku seseorang.
bik soon kon Mbak Illeinya artinya Ki Diki, ke
sini sebetar, ini ibu belikan saos sama mie di rumahnya KESIMPULAN
Mbak Il nya Sang ibu memanggil anaknya yang
sedang asyik bermain layang-layang di belakang rumah Penggunaan umpatan bahasa Madura ditinjau
dengan suara yang nyaring karena agak sedikit jauh dari beberpa aspek, yaitu: (1) umpatan bahasa Madura
dari posisinya berada seraya melambaikan tangannya. ditinjau dari aspek paralingual dengan gaya marah,
Kaemma buk kule mintaa pesseen artinya mana kesal dan kecewa dalam menuangan emosinya adalah
buk, saya minta uangnya sang anak mendekat dan kaluar been setan!, sengak been ye!, tang
meminta uang kepada sang ibu dengan menengadakan lake tak terro ka been jhek mataen!, been beu,
tangan kanannya pada sang ibu atau penutur pertama. kaluar been patek! dengan penuh amarah pentur
Pesse pole! ghellek ibuk dheteng pasar pesse, pertama mendatangi penutur kedua seraya berteriak-
satia pesse pole! artinya uang lagi! tadi ibu baru teriak di depan rumah dan memanggil orang yang
pulang dari pasar kamu minta uang, sekarang uang dimaksud agar keluar sambil mengepalkan tangannya
lagi! Dengan nada suara yang agak tinggi dan dan sesekali menaruh kedua tangannya di pinggang
geregetan sang ibu atau penutur pertama memelototi dan terlihat menantang; (2) umpatan bahasa Madura
anaknya atau penutur kedua itu. Lemaratos ghun ditinjau dari aspek paralingual dengan gaya serius
buk artinya cuma lima ratus Buk Tanpa melihat dalam menyampaikan pernyataannya adalah
reaksi ibu/ penutur pertama, penutur kedua agak engaen rua dhetdhie pak tenggi! Dhet-dhie
sedikit merengek. iyye kalla iyyak mel-laghi lu apa rakyatta mon tenggien adhek kareen reng
artinya iya sana ini belikan dulu Sang ibu agak binik, rua olar artinya orang seperti itu mau jadi
menurunkan nada bicaranya seraya memberikan botol pak lurah! Mau jadi apa rakyaknya kalau pak lurahnya
ko-song yang akan ditukar dengan yang baru kepada saja tidak ada nolaknya sama perempuan! dia itu
sang anak. Samangken napon buk? artinya ular! Penutur pertama meragukan kepemimpinan
sekarang kenapa buk? Dengan bermalas-malasan orang yang sedang mereka bicarakan jika kelak
penutur kedua menerima botol dari penutur pertama orang tersebut menjadi pemimpin di desa mereka,
dan ekspresi wajah yang cemberut. Been jhek dan menilai kelakuan orang yang dimaksud seperti
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, April 2015, hlm 11-25
25
binatang melata yang berbahaya, sambil melotot dan
mengingat sesuatu penutur kedua menekankan kata-
katanya; (3) umpatan bahasa Madura ditinjau dari
aspek paralingual dengan gaya santai adalah
jherengkong, eyundang kia bik been? sambil
melipat kardus didepan rumah; (4) umpatan bahasa
Madura ditinjau dari aspek paralingual dengan gaya
keakraban adalah Heh cengkoceng, dimma tang
gitar? Penutur pertama bertanya tentang
keberadaan gitar yang dipinjam penutur kedua yang
lumayan lama tidak kunjung dikembalikan, penutur
pertama bertanya sambil memukul tubuh penutur
kedua dengan topi yang ia kenakan, dan Ooo
coloen jia, tekok je man manyaman, maralu
engkok mellaghi rokok Penutur pertama mulai
meninggikan suaranya dan kembali memukul kepala
penutur kedua dengan topinya tapi dengan tawa
yang sedikit mengembang di wajahnya dan
meletakkan kedua jarinya di mulutnya; (5) Umpatan
bahasa Madura ditinjau dari aspek paralingual dengan
gaya mengecam kelakuan seseorang adalah
huachiim. . . .huachiim . . .huachimmm,
korangajher been yu Penutur kedua bersin-bersin
akibat asap taburan garam tersebut seraya bangun
dari tempat tidurnya dan memutar-mutar hidungnya
yang gatal akibat asap bakaran garam tersebut dan
mengumpat kelakuan penutur pertama.

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 1997. Pengantar Sosiologi
Bahasa. Babdung: Angkasa.
Ikawati, Nur Anisa. 2005. Pemakaian Register
Militer di Lingkungan Dodik Latpur Rindam
V/ Brawijaya Kecamatan Asembagus
Kabupaten Situbondo. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Mujianto, Gigit. 2003. Strategi Verbal dalam
Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung:
Angkasa.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004.
Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Faizun, Penggunaan Umpatan dalam Bahasa Madura


25

Anda mungkin juga menyukai