Anda di halaman 1dari 9

BAHASA JAWA NGAPAK PADA KELUARGA CAMPURAN TEGAL-

BANYUMAS : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK


Maya Alfu Fahrin
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang
mayafahrin@students.unnes.ac.id

Pendahuluan
Bahasa merupakan keterampilan yang manusia punya sebagai sarana untuk
berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari baik dengan ucapan atau menggunakan
isyarat. Kridalaksana dan Djoko Kenjono (Chaer, 2014:32) menjelaskan, bahasa yaitu
suatu sistem simbol bunyi yang tidak harus ada suatu rangkaian bunyi tertentu harus
mengandung arti yang tertentu pulayang dipakai oleh suatu masyarakat kelompok sosial
dalam bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Bahasa tidak akan lepas
dari kehidupan manusia untuk menjadikannya alat komunikasi agar dapat berinteraksi
dengan manusia sesamanya. Fungsi bahasa selain sebagai alat komunikasi adalah,
bahasa juga berfungsi sebagai identitas setiap daerah. Indonesia merupakan negara yang
kepulauan yang artinya memliki ribuan pulau yang terbentang dari pulau miana sampai
pulau rote yaitu sabang sampai merauke. Oleh sebab itu bahasa yang ada di Indonesia
ada banyak dan sangat bervariatif. Bahasa juga dapat menentukan status sosial dari
pengucap bahasa itu sendiri. Bahasa juga memiliki begitu banyak jenis variasi karena
perbedaan karena setiap daerah mempunyai masing-masing bahasa daerah. Di dalam
kehidupan sehari-hari tentu saja masyarakat menggunakan bahasa dari daerahnya
masing-masing, namun apabila penutur dan lawan tutur bukan dari daerah yang sama
mereka akan menggunakan bahasa Indonesia. Sosiolinguistik adalah ilmu
penggabungan antara sosiologi dan linguistik. Menurut Marni (2016: 3), sosiolinguistik
merupakan ilmu tentang ciri dari berbagai variasi bahasa, serta hubungan antara penutur
didalam masyarakat bahasa. Sedangkan dalam buku Chaer dan Leoni (2004: 3)
Kridalaksana menjelaskan, Sosiolinguitik adalah ilmu yang membahas tentang ciri dan
variasi bahasa di kalangan bangsawan dan dalam suatu masyarakat bahasa.
Variasi bahasa mempunyai berbagai ragam dalam penuturan baik itu secara
langsung dan tidak langsung antara pembicara dan lawan bicara. Bahasa Jawa termasuk
dalam bahasa yang kuno namun bahasa Jawa juga sangat terkenal dan dilestarikan.
Daerah yang menggunakan bahasa Jawa adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat,
dan Yogjakarta. Meskipun daerah tersebut sama-sama menggunakannya, namun bahasa
Jawa yang digunakan berbeda-beda dan mempunyai dielek masing-masing, terutama
pada daerah seperti Tegal, Brebes, dan Banyumas. Pada Kabupaten Brebes yang dekat
dengan Jawa Barat sebagian masyarakat menggunakan baahsa Sunda namun jika
Brebesnya dekat dengan Tegal dan Banyumas menggunakan Jawa ngapak. Tegal
mempunyai Kabupaten dan Kota, termasuk dalam propinsi Jawa Tengah. Daerah tegal
terletak di pesisir pantai utara berbatasan dengan kabupaten pemalang di sebelah timur,
dan berbatasan dengan kabupaten Brebes di tegal bagian barat. Bahasa Jawa yang
digunakan masyarakat pada daerah tegal menggunakan dialek Jawa ngapak Tegalan.
Kabupaten Banyumas adalah salah satu daerah yang terletak di provinsi Jawa Tengah
yang termasuk daerah pegunungan dan berudara sejuk. Wilayah Banyumas bagian utara
berbetasan dengan Kabupaten Brebes, kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten
Kebumen di Timur, dan Kabupaten Kebumen di utara dan selatan. Bahasa Jawa yang
digunakan masyarakat Banyumas adalah bahasa Jawa dialek ngapak banyumasan.
Bahasa selalu dikaitkan dengan masyarakat sosial karena digunakan dalam
kehidupan bersosialisasi. Penggunaan bahasa juga dipengaruhi oleh faktor sosial
seseorang, yaitu pendidikan, status sosial, jenis kelamin, umur, ekonomi dan
sebagainya. Faktor adanya variasi bahasa adalah seperti faktor budaya, faktor status
sosial dan faktor situasi berbahasa. Pada individu penutur juga pasti memiliki sikap
bahasa, hal ini merupakan sesuatu yang cukup penting dengan suatui bahasa sikap
bahasa dapat melanjutkan hidup suatu bahasa. Bahasa pada dasarnya bersifat dinamis,
bukan bersifat statis. Pemakaian bahasa juga dapat dipengaruhi oleh faktor situasi,
seperti siapa yang bicara menggunakan bahasa apa, kepada siapa , kapan, dimana, dan
berbicara tentang apa. Adanya pernikahan berbeda suku atau daerah dapat menjadi
faktor variasi bahasa dan campuran penggunakan pada keluraga yang berbeda suku atau
daerah, walaupun satu suku namun terkadang kosa bahasa mereka juga mempunyai
perbedaan. Hal ini akan menambah variasi bahasa yang akan digunakan dalam suatu
kelompok atau keluarga dari bahasa daerah, bahasa Indonesia dan bahasa campuran
daerah. Setiap suku di Indonesia pastinya memiliki bahasa tersendiri yang berfungsi
untuk alat komunikasi dalam berinteraksi dengan masyarakat. Bahasa tersebut dapat
kita sebut dengan bahasa daerah yang menjadi salah satu bagian terpenting dari
kebudayaan yang ada di Indonesia yang masih hidup dan akan selalu dilindungi oleh
negara dan akan terus dilestarikan. Salah satu bahasa daerah yang terdapat di Indonesia
yaitu Jawa, yakni dengan penutur bahasa terbanyak dan juga menempati posisi paling
tinggi diantara bahasa-bahasa daerah lainnya.
Peneliti menggunakan research gap dari penelitian sebelumnya, Aziz T. A.
(2020) dalam skripsi dengan judul “Penggunaan Bahasa Pada Keluarga Campuran
Jawa-Madura di Kelurahan Kapasan Surabaya” . Penelitian tersebut yaitu membahas
tentang bahasa yang digunakan oleh keluarga campuran Jawa-Madura untuk
berkomunikasi di tengah masyrakat dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya penelitian
yang berjudul “Pemakaian Bahasa pada Keluarga Perkawinan Campuran Madura-Osing
di Kecamatan Sedati Sidoarjo” yang diteliti oleh Putri A. S. K. (2014). Penelitian ini
membahas penggunaan bahasa dan pemertahanan bahasa pada keluarga perkawinan
campuran Madura-Osing di Kecamatan Sedati. Kemudian skripsi Wihta P. (2017)
dengan judul “Penggunaan Bahasa dalam Keluarga Perkawinan Campuran Jawa-Batak
di Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya”. Penelitian ini membahas tentang
deskripsi penggunaan bahasa pada keluarga beda etnis yaitu Jawa-Batak dan
memberikan gambaran interaksi pada keluarga tersebut. Selanjutnya penelitian Richah
A. (2011) dengan judul “ Pemakaian Bahasa Dalam Keluarga Perkawinan Campuran
Jawa Kutai di Kalimantan Timur” penelitian ini membahas tentang bentuk bahasa yang
dipakai keluarga Jawa-Kutai dalam komunikasi sehari-hari dengan anggota kelurga.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
berfokus pada penggunaan bahasa Jawa ngapak pada keluarga campuran Tegal-
Banyumas. Data yang akan diteliti adalah diambil dari keluarga peneliti sendiri, yaitu
keluarga yang mengalami pernikahan campuran, ayah yang berasal dari Banyumas dan
ibu yang berasal dari Tegal sehingga perolehan data lebih mudah serta data yang akan
didapat secara langsung dari sumber karena merupakan keluarga peneliti sendiri.
Rumusan masalah yang akan dijelaskan dan diuraikan dalam penelitian ini
adalah: (1) Bagaimana ragam bahasa ngapak dalam hubungan keluarga campuran
Tegal-Banyumas?, dan (2) Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi ragam bahasa
dalam keluarga campuran Tegal-Banyumas?. Berdasarkan rumusan masalah tadi,
penelitian ini mempunyai tujuan umum yaitu mengetahui penggunaan bahasa Jawa
ngapak pada keluarga campuran Tegal-Banyumas dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi ragam bahasa Jawa ngapak pada keluarga campuran Tegal-Banyumas.
Penelitian ini juga mempunyai tujuan khusus yaitu mendeskripsikan penggunaan bahasa
Jawa ngapak pada keluarga campuran Tegal-Banyumas dalam interaksi antar anggota
keluarga dan pada masyarakat lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan metode penelitian
kualitatif dengan pengamatan, wawancara secara langsung atau pesan singkat dan simak
catat. Metode kualitatif yakni merupakan suatu prosedur yang nantinya akan
menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis ataupun data lisan pada
masyarakat bahasa (Djajasudarma, 1993). Metode dan teknik pengambilan data pada
penelitian ini adalah metode simak bebas libat cakap dan juga menggunakan teknik
catat. Teknik simak sendiri digunakan karena data dari penelitian ini perlu untuk dicatat
dan juga ditulis, atau dapat juga di kutip menggunakan tangkap layar agar mendapat
beberapa catatan data-data penting untuk penelitian. Alasan menggunakan metode ini
adalah karena penelitian yang akan dideskripsikan berdasarkan fakta atau realita yang
ada di tengah masyarakat. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah beberapa kata
pada pesan Whatsup kemudian di screenshot. Sumber data penelitian adalah keluarga
suami, istri, 2 anak dan saudara, dalam hal ini peneliti ikut terlibat dalam percakapan
dengan mereka.

Pembahasan
1. Ragam bahasa ngapak dalam hubungan keluarga campuran Tegal-Banyumas
Anggota keluarga peneliti yang akan menjadi subjek penelitian ini berjumlah 6
orang. Berikut adalah data yang telah dikumpulkan peneliti:

Data
Suami MF
Istri A
Anak ke 2 MMA
Anak ke 3 MAA
Saudara sepupu NS
Saudara sepupu MRAM
Gambar 1. Screenshot Chat MMA
Berdasarkan data dari gambar 1 terdapat kosa kata ‘koen’, ‘mbokat’ dan
‘manjing’. Kata koen memiliki arti ‘kamu’, kata mbokat memiliki arti ‘barangkali’, dan
kata manjing memiliki arti ‘masuk’. Ketiga kata tersebut termasuk dalam ketegori
bahasa Jawa ngapak Tegalan. Sedangkan dalam bahasa ngapak Banyumasn kata koen,
mbokat, dan manjing diganti dengan kata koe atau ko, mbok, dan mlebu.

Gambar 2. Screenshot Chat MF


Berdasarkan data dari gambar 2 terdapat kosa kata ‘ko’ dan ‘madang’. Kata ko
memiliki arti ‘kamu’, sedangkan kata madang memiliki arti ‘makan’. Kedua kata
tersebut dalam kategori bahasa Jawa ngapak Banyumasan. Sedangkan dalam bahasa
ngapak Tegalan kata ko dan madang diganti dengan koen atau kon dan mangan.

Gambar 3. Screenshot Chat NS


Berdasarkan data dari gambar 3 terdapat kosa kata ‘mengko’, ‘arep’, ‘mbok’ dan
‘gigal’. Kata mengko memiliki arti ‘nanti’, kata arep memliki arti ‘akan’, kata mbok
memiliki arti ‘barangkali’ dan kata gigal memiliki arti ‘jatuh’. Keempat kata tersebur
termasuk dalam kategori bahasa Jawa ngapak Banyumasan. Sedangakan pada kosa kata
‘ngko’, ‘dang’, ‘pan’, dan ‘mono’ termasuk dalam ketegori bahasa Jawa ngapak
Tegalan. Kata ngko memiliki arti ‘nanti’, kata dang memiliki arti ‘jika’, kata pan
memiliki arti ‘akan’, dan kata mono memiliki arti ‘situ’.

Gambar 4. Screenshot Chat A


Berdasarkan data dari gambar 4 terdapat kosa kata ‘koen’,’balik’, dan ‘anjog’.
Kata koen memiliki arti ‘kamu’, kata balik memiliki arti ‘pulang’ dan kata anjog
memiliki arti ‘sampai’. Ketiga kata tersebut termasuk dalam ketegori bahasa Jawa
ngapak Tegalan. Sedangkan dalam bahasa ngapak Banyumasan kata koen, balik, dan
anjog diganti dengan koe atau ko, bali dan butul.

Gambar 5. Screenshot Chat MRAM


Berdasarkan data dari gambar 5 terdapat kosa kata ‘ko’, ‘nyong’ dan ‘piwe’.
Kata ko memiliki arti ‘kamu’, kata nyong memiliki arti ‘aku’, dan kata piwe memiliki
arti ‘kenapa’. Ketiga kata tersebut tersebut termasuk dalam ketegori bahasa Jawa
ngapak Banyumasan. Sedangkan dalam bahasa ngapak Tegalan kata ko, nyomg, dan
piwe diganti dengan kata koen atau kon, dan pimen, namun kata nyong digunakan dalam
bahasa ngapak keduanya.

Gambar 6. Screenshot Chat MAA


Berdasarkan data dari gambar 6 terdapat kosa kata ‘neng’, ‘koen’, dan ‘atis’.
Kata neng memiliki arti ‘di’, kata koen memiliki arti ‘kamu’, dan kata atis memiliki arti
‘dingin’. Ketiga kata tersebut termasuk dalam kategori bahasa Jawa ngapak Tegalan.
Sedangkan dalam bahasa ngapak Banyumasan kata koen dan atis diganti koe atau ko
dan anyeb, tetapi kata neng digunakan dalam bahasa ngapak keduanya.

Gambar 7. Screenshot Chat NS


Berdasarkan data dari gambar 7 terdapat kosa kata ‘nyong’, ‘bombong’, ‘kesel’,
dan ‘belih’. Kata nyong memiliki arti ‘aku’, kata bombong memiliki arti ‘lega’, kata
kesel memiliki arti ‘lelah’, dan kata belih memiliki arti ‘tidak’. Keempat kata tersebut
termasuk dalam kategori bahasa Jawa ngapak Tegalan. Sedangkan dalam bahasa ngapak
Banyumasan kata tersebut juga terkadang digunakan oleh sebagian orang,
Gambar 8. Screenshot Chat MRAM
Berdasarkan data dari gambar 8 terdapat kosa kata ‘koe’, ‘piwe’, ‘nyong’,
‘nggone’. Kata koe memiliki arti ‘kamu’, kata piwe memiliki arti ‘bagaimana’, kata
nyong memiliki arti ‘aku’, dan kata nggone memiliki arti ‘di tempatnya’. Keempat kata
tersebut termasuk dalam kategori bahasa Jawa ngapak Banyumasan. Sedangkan dalam
bahasa ngapak Tegalan kata ko dan piwe diganti dengan koen atau kon dan pimen atau
pime.

Gambar 9. Screenshot Chat MF


Berdasarkan data dari gambar 9 terdapat kosa kata
‘atik’,’madang’,’miki’,’napa’. Kata madang memiliki arti ‘makan’ dan termasuk bahasa
Jawa ngapak Banyumasan. Sedangkan kata ‘atik’,’miki’,’napa’ termasuk dalam
ketegori bahasa Jawa ngapak Tegalan. Kata atik memiliki arti ‘memakai’, kata miki
memiliki arti ‘tadi’, dan kata napa memiliki arti ‘juga’.

Gambar 10. Screenshot Chat NS


Berdasarakan data dari gambar 10 terdapat kosa kata ‘kenangapa’, ‘ko’, dan
‘sepetit’. Kata kenangapa memiliki arti ‘kenapa’, kata ko memiliki arti ‘kamu’, dan kata
sepetit memiliki arti ‘sedikit’. Ketiga kata tersebut termasuk dalam kategori bahasa
Jawa ngapak Banyumasan. Sedangkan dalam bahasa ngapak Tegalan kata kenangapa,
ko, dan sepetit diganti dengan kata ningapa, koen, dan secuil.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ragam bahasa dalam keluarga campuran


Tegal-Banyumas
Pasangan pernikahan campur yang berasal dari Kabupaten Tegal yang terdiri atas
suami dan istri. Suaminya berasal dari Kabupaten Banyumas dan pindah ke Kabupaten
tegal setelah menikah pada tahun 2002. Karena seperti yang kita ketahui, setiap daerah
memiliki ciri khas bahasanya masing-masing seperti bahasa ngapak Tegal dan ngapak
Banyumasan yang walupun mereka sama yaitu Jawa ngapak, mulai dari pengucapan,
intonasi, bahkan ekspresi yang diberikan bahkan dari kosa kata kedua daerah juga banyak
yang berbeda. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas ada beberapa
faktor yang mempengaruhi ragam bahasa dalam keluarga campuran Tegal-Banyumas,
berikut adalah beberapa faktornya yaitu latar belakang budaya yaitu perbedaan daerah
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi bahasa pada keluarga campuran, sejarah
menjadi salah satu faktornya karena nenek moyang atau adat dan kebiasan kesehariannya
tentu berbada, letak geografis dimana Kabupaten Banyumas merupakan wilayah
pegunungan, sedangkan Kabupaten Tegal dekat dengan pantura yang sehingga dalam
pengucapan lebih keras. Faktor yang mempengaruhi ragam bahasa dalam keluarga
campuran adalah tentu saja dari pihak keluarga, ini menjadi salah satu faktor utama
mengapa bahasa ngapak Tegal dan ngapak Banyumas sedikit berbeda. kemudian karena
percampuran tersebut terkadang membuat pengucapan menjadi tercampur-campur karena
faktor dari bahasa tegal yang sudah mendarah daging, kemudian bertemu dengan
seseorang yang menggunakan bahasa banyumas sehingga kita menjadi mengikuti logat
mereka, dan menghasilkan percampuran antara dua logat bahasa tersebut.

Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dijelaskan diuraikan diatas dapat
ditarik kesimpulan, yaitu dalam keluarga campuran Tegal-Banyumas bahasa yang
digunakan untuk kegiatan keseharian adalah bahasa Jawa campuran antara ngapak
Tegalan dan ngapak Banyumasan. Meskipun tidak sedikit kosa kata yang sama namun
kduanya juga memiliki banyak perbedaan dalam kosa kata bahkan dieleknya. Kedua
bahasa ini memiliki kesamaan yaitu dengan pengucapannya sesuai dengan tulisan aslinya,
tidak diganti akhiran a menjadi o seperti pada Jawa wetan. Karena keluarga mengalami
kawin campur maka penggunaan bahasa juga tidak dipungkiri adanya variasi bahasa atau
campuran ngapak Tegalan dan ngapak Banyumasan. Dalam hal ini penutur dapat
menggunakan bahasa dari kedua daerah Penggunaan bahasa ngapak ini tergantung
dengan siapa orang yang diajak biacara dan bisa juga dicampur. Ragam bahasa juga
berdasarkan cara pandang penutur. Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari salah
satunya dipengaruhi oleh faktor tempat, maka bahasa yang akan dipakai juga tergantung
dimana penutur sedang berada, sehingga lawan bicara akan mudah paham apa yang
disampaikan penutur. Adanya variasi dalam kedua bahasa tersebut karena perbedaan
daerah asal bahasa tersbut, sehingga penutur secara tidak langsung akan mengucapkan
bahasa campuran. Dengan demikian, variasi bahasa antara ngapak tegal dan ngapak
banyumasan dapat terjadi karena faktor pernikahan, tempat, dan siapa lawan bicara kita
sehingga penggunaannya pun tergantung dengan siapa kita berbicara.
Daftar Pustaka
Agustina, R. (2011). Pemakaian Bahasa Dalam Perkawinan Campuran Ajwa-Kutai di
Kalimantan Timur Kajian Sosiolinguistik (Doctoral dissertation, Universitas
Airlangga).
Antoni, N., & Fadlilah, S. (2022). Ngapak Language as Discourses of Javanese Socio-
Cultural Construct. Komunitas, 14(1), 77-88.
Atmaja, A. T. (2020). Penggunaan Bahasa pada Keluarga Campuran Jawa-Madura di
Kelurahan Kapasan Surabaya: Kajian Sosiolinguistik (Doctoral dissertation,
Universitas Airlangga).
Bahalwan, Y. (2015). The Acquisition of English as Second Language by Mixed-
Marriage Children in Sydney. Language Horizon, 3(1).
Dewi, K. R., & Saputra, I. G. N. W. B. (2022). Kedwibahasaan dalam Keluarga
Perkawinan Campur pada Etnik Hindu di Bali. Lampuhyung, 13(1), 132-148.
Filyana, T. Y. T. (2022). " Ora Ngapak Ora Kepenak" Ngapak Cultural Park Sebagai
Ikon Yang Merepresentasikan Citra Kabupaten Tegal (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Kusters, A., & Lucas, C. (2022). Emergence and evolutions: Introducing sign language
sociolinguistics. Journal of Sociolinguistics, 26(1), 84-98.
Pebriyati, N. (2014). Language Choice in Interracial Marriage Families: British-
Indonesian Couples. Litera Kultura: Journal of Literary and Cultural Studies,
2(1).
Prayoga, I. K. (2020). Perbandingan Variasi Bahasa Jawa Daerah Tonjong dan
Paguyangan Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Philosophica: Jurnal Bahasa,
Sastra, dan Budaya, 3(1), 50-55.
Prihastuti, W. (2017). Penggunaan Bahasa Dalam Perkawinan Campuran Jawa-Batak
DI Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya: Kajian Sosiolinguistik
(Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Putri, A. S. K. (2014). Penggunaan Bahasa Pada Keluarga Perkawinan Campuran
Madura-Osing di Kecamatan Sedati Sidoarjo Kajian Sosiolinguistik (Doctoral
dissertation, Universitas Airlangga).
Sabiq, A. H. A. (2020). Localized English for Ngapak Javanese Speakers as Language
Instruction. English Franca: Academic Journal of English Language and
Education, 4(2), 85-114.
Suganda, S. P., & Soriente, A. (2021). Sociolinguistics and Dialectological Studies in
Indonesia. Nova Science Publishers, Inc..
Triana, L., & Khotimah, K. (2020). Kata Sapaan dalam Masyarakat Tegal: Tinjauan
Sosiolinguistik. Sasando: Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Pancasakti
Tegal, 3(1), 371-389.

Anda mungkin juga menyukai