Anda di halaman 1dari 5

ISSN : 1411-0199

Wacana Vol. 16, No. 3 (2013)


E-ISSN : 2338-1884

Pola Komunikasi Pada Enkulturasi Bahasa Jawa


Studi Etnografi Komunikasi pada Keluarga Besar Almarhum jamuharom
di Desa Brenggolo kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri
Muhammad Irawan Saputra1*, Sanggar Kanto2, Suryadi3
1
Program Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya
3
Program Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

Abstrak
Penelitian ini merupakan wujud keprihatinan peneliti terhadap fenomena mulai memudarnya eksistensi bahasa Jawa
sebagai komponen budaya bangsa. Memudarnya eksistensi ini tentu dipengaruhi oleh pola komunikasi dalam
enkulturasi keluarga. Rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pola komunikasi yang
ada pada enkulturasi bahasa Jawa tersebut serta bagaimana perbandingan pola komunikasi yang ada antar generasi
dalam sebuah keluarga Jawa. Penelitian ini mengkaji tiga enkulturasi dari empat generasi dari sebuah keluarga besar.
Kajian ini berfokus pada aspek lingusitik dan juga aspek interaksinya. Sedangkan metode penelitian yang dipakai peneliti
adalah Etnografi Komunikasi. Hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa bahasa Jawa dalam sebuah keluarga
mengalami enkulturasi atau diwariskan dengan menggunakan pola komunikasi yang terbentuk dari tiga bagian. Bagian
pertama adalah peniruan, bagian kedua adalah membahasakan, dan bagian ketiga adalah kontrol penggunaan bahasa.
Peniruan terhadap orang tua banyak dilakukan oleh anak-anak ketika mempelajari tingkatan bahasa Jawa kromo.
Sedangkan tingkatan bahasa Jawa ngoko banyak dilakukan anak-anak Jawa dari teman atau saudara sebayanya.
Kemudian bagian kedua dari pola komunikasi pada enkulturasi bahasa Jawa ini adalah membahasakan. Membahasakan
merupakan usaha generasi awal dalam mengajarkan penggunaan tingkat bahasa Jawa (kromo dan ngoko) kepada
generasi berikutnya. Bagian ketiganya adalah kontrol penggunaan bahasa yang merupakan usaha generasi awal dalam
memperingatkan dan memberi contoh yang benar dari kesalahan penggunaan bahasa. Penelitian ini juga menghasilkan
kesimpulan dari perbandingan yang telah dilakukan dari keempat generasi bahwa eksistensi bahasa Jawa mengalami
kemerosotan. Salah satu bukti kemerosotan yang terjadi adalah pada enkulturasi ketiga sudah tidak dilakukan lagi
membahasakan oleh orang tua, sehingga generasi keempat pada keluarga besar ini lebih banyak menggunakan bahasa
Indonesia daripada bahasa Jawa.

Kata kunci: pola komunikasi, enkulturasi bahasa Jawa, Etnografi Komunikasi

Abstract
The aim of this study is to determine a communication pattern in Javanese language enculturation and its comparison
between three family generations. A Javanese big family observed by using ethnography of communication method.
The result indicates that the pattern of communication in Javanese language enculturation built by three parts, they
are imitating, role modelling, and language usage controlling. Imitating builds the child`s ability in using their Javanese
language. This part builds both language degrees in Javanese language, Ngoko and Krama. The child`s ability in using
Ngoko language degree is gaining by imitating their parents, meanwhile the child`s ability using Krama language is
gaining by imitating their friends and peer brothers. The second part is role modelling. This part due to parents`s effort
to teach language ability to their children to give a respect to someone older by using a special sentence that reflects a
language degree itself. The third part is language usage controlling. This part is often used by mother and the first
generation of the family. Mother has the strongest relationship with the children, so she can control how the language
used. The first generation of the family who becomes the oldest one has a big responsibility to control the using of the
language. The result of the comparison between three generations said that there is a degradation in the enculturation
process. For the example, children in a third generation prefer using Indonesian language to Javanese language to
express their gratitude to the older member of the family.

Keywords: communication pattern, Javanese language enculturation, ethnography of communication

Alamat korespondensi:
Muhammad Irawan Saputra
Email : m.irawans@gmail.com
Alamat : Gg. Inpres 252 Brenggolo Plosoklaten Kediri 64175

120
Pola Komunikasi Pada Enkulturasi Bahasa Jawa (Saputra, et al.)

PENDAHULUAN bahwa mulai ditinggalkannya bahasa Jawa oleh


Bahasa Jawa merupakan bagian kecil dari orang Jawa.
bukti besarnya budaya Jawa yang dapat dilihat Keadaan ini akan membuat jati diri orang
secara langsung. Besarnya budaya ini bisa dilihat Jawa semakin memudar dan akan juga
dari pertumbuhan dan perkembangannya berdampak pada memudarnya jati diri bangsa
bersama dengan kerajaan-kerajaan besar yang secara nasional. Bahasa daerah mampu menjadi
menguasai wilayah yang sangat luas. Kerajaan- identitas yang sangat kuat karena ia nampak
kerajaan tersebut diantaranya Majapahit yang dalam setiap interaksi seseorang. Ia akan
diyakini berpusat di daerah Mojokerto saat ini, terdengar dan akan terlihat di setiap kesempatan
Surakarta dan Yogyakarta yang bertahan hingga ketika seseorang menggunakannya.
saat ini di Jawa Tengah, dan Singhasari di daerah Bahasa Jawa yang sangat bernilai untuk
Malang. Keberadaan budaya Jawa di Indonesia bangsa Indonesia dan mulai memudar
saat inipun masih sangat mewarnai kebudayaan eksistensinya ini mendorong peneliti untuk
Indonesia secara keseluruhan. Kenyataan ini memperhatikannya. Perhatian tersebut
disebabkan memang mayoritas penduduk diwujudkan peneliti menjadi karya tulis ini yang
Indonesia adalah orang Jawa, selain itu mengungkap bagaimana pola komunikasi dalam
keberadaan pusat pemerintahan juga masih pewarisan bahasa yang disebut juga dengan
berada di pulau Jawa. enkulturasi bahasa berlangsung di sebuah
Besarnya nilai budaya Jawa sampai keluarga Jawa. Penelitian ini juga akan mengkaji
menumbuhkan minat seorang peneliti etnografi bagaimana perbandingan enkulturasi dari
terkenal seperti Clifford Geertz dan Hildred generasi ke generasi sehingga didapatkan
Geertz untuk mengetahui lebih jauh kebudayaan bagaimana perkembangannya.
ini. Penelitian mereka dilakukan di daerah
Mojokunto pada tahun 1953 yang lokasinya METODE PENELITIAN
terpaut kurang lebih 15 kilometer dengan lokasi Penelitian ini adalah studi Kualitatif
penelitian dari karya tulis ini. Penelitian mereka dengan metode Etnografi Komunikasi. Metode ini
menghasilkan gambaran tentang struktur sosial digunakan karena mampu menjelaskan
dan bentuk keluarga Jawa yang mampu menjadi hubungan antar kategori yang ditemukan dan
kajian Yang sangat mendukung dalam penelitian disusun dalam penelitian ini. Apa saja kategori
ini. yang dihubungkan dalam penelitian etnografi
Besarnya nilai budaya Jawa ini komunikasi dijelaskan oleh Kuswarno (2011:29)
mendapatkan tantangan yang juga besar dari baZÁ ^ šv}PŒ (] l}uµv]l •] š] l Z vÇ
budaya lain. Seperti eksistensi bahasa Jawa yang membahas kaitan antara bahasa dan komunikasi
merupakan bagian penting dari budaya Jawa saja, atau kaitan antara bahasa dan kebudayaan,
telah lama mendapat tantangan yang cukup melainkan membahas ketiganya secara
berat dari dua bahasa lain, yaitu bahasa Inggris • l o]Pµ•_X D š} ]v] iµP u u‰µ
dan bahasa Indonesia. Semenjak kemerdekaan menggambarkan, menganalisis perilaku
Indonesia, bahasa Indonesia telah menjadi Komunikasi dalam keluarga Jawa. Penggambaran
simbol negara yang menjadi bahasa pengantar dan analisis ini dilakukan dengan memahami
dalam ranah kegiatan formal seperti sekolah dan interpretasi yang dilakukan setiap anggota
perkantoran, serta dalam kehidupan sehari-hari. keluarga Jawa sebagai makhluk yang
Tantangan lain berupa semakin maraknya menggunakan simbol.
penggunaan bahasa Inggris di berbagai media
yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Metode Pengumpulan Data
Jawa perlu perhatian yang lebih untuk bisa eksis Penelitian ini menggunakan beberapa
di era informasi seperti saat ini. teknik seperti observasi, wawancara, dan telaah
Bahasa Jawa begitu bernilai bagi bangsa dokumen dalam pelaksanaannya. Observasi
Indonesia khususnya orang Jawa. Besarnya nilai digunakan peneliti dalam mengkaji enkulturasi
budaya Jawa khususnya bahasa Jawa berbanding yang sedang terjadi yaitu pada generasi ketiga
terbalik dengan pewarisannya saat ini yang mulai dan keempat. Observasi di generasi ini masih bisa
menurun kualitasnya. Keadaan ini tergambar dilakukan karena enkulturasi yang intensif masih
dalam hasil penelitian dari Sri Pujiastuti, Surono, berlangsung di usia kanak-kanak.
dan Siti Maziyah dari Universitas Diponegoro di Sedangkan untuk anggota keluarga yang
tahun 2008. Penelitian tersebut menjelaskan sudah dewasa di generasi pertama dan kedua
peneliti akan menggunakan teknik wawancara

121
Pola Komunikasi Pada Enkulturasi Bahasa Jawa (Saputra, et al.)

untuk mengungkap proses enkulturasi pada masa tingkat bahasa Jawa dengan benar. Dalam
kanak-kanak yang telah mereka lalui. Kemudian melakukan usaha membahasakan anaknya, orang
telaah dokumen akan digunakan peneliti sebagai tua mengatakan kalimat khusus untuk
teknik dalam melengkapi data pendukung seperti mengajarakan bagaimana menggunakan tingkat
keaadaan budaya dan masyarakat masa lalu bahasa Jawa.
ataupun saat ini yang menyertai peristiwa Usaha Membahasakan ini dilakukan oleh
enkulturasi. orang tua dalam keadaan santai. Orang tua
melakukan usaha membahasakan ini dalam
Metode Analisis Data keadaan tidak sedang emosi ataupun dalam
Pendekatan yang digunakan dalam keadaan genting. Misalkan orang tua tidak akan
metode analisis data dalam penelitian ini adalah melakukan usaha membahasakan ini ketika orang
pendekatan induktif sebagaimana dijelaskan oleh tua menyuruh anaknya mematikan kompor yang
Faisal (1990:90). Ia menjelaskan bahwa analisis lupa dimatikan setelah memasak.
data dalam penelitian kualitatif menggunakan Dalam usaha membahasakan, orang tua
pendekatan induksi konseptualisasi yaitu menggunakan kalimat khusus yaitu dengan
pendekatan yang bertolak dari fakta/informasi ke hanya ada satu atau dua kata yang merupakan
konsep merupakan suatu gerak melintas ke kosa kata krama. Seperti kalimat beriikut ini:
tingkat abstraksi yang lebih tinggi.
Analisis data yang dilakukan dalam ^E µl ‰µv µšv} Z‰-ne bapak ndek kamar
penelitian ini dilakukan dengan memproses data- N K N N N N
data dari hasil observasi, telaah dokumen, dan
wawancara dari subyek penelitian yang terpilih v vP_
dengan memperhatikan pola penentuan N
informan dengan teknik purposive sampling
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Kata bertanda N adalah kata ngoko dan
Sebagaimana panduan dari Miles & kata bertanda K adalah krama. Kata yang
Huberman (1984) penelti akan membagi tiga menggunakan kosa kata krama berhubungan
tahap dalam menganalisis data penelitian ini. dengan orang tua atau orang yang dihormati
Tahap-tahap tersebut meliputi reduksi data, sedangkan kata yang menggunakan kosa kata
1
penyajian data , dan penarikan kesimpulan dan ngoko adalah kata yang berkaitan dengan anak
verifikasi. atau hal lain. Pola ini mengajarkan secara tidak
langsung kepada anak tentang penggunaan dua
HASIL DAN PEMBAHASAN tingkat bahasa tersebut.
Keluarga Jawa khususnya keluarga besar Pembentuk pola berikutnya adalah kontrol
almarhum Jamuharom mempunyai pola penggunaan bahasa. Tindakan ini banyak
komunikasi dalam enkulturasi bahasa Jawa yang dilakukan oleh ibu dan generasi pertama. Ibu
terbentuk dari tiga bagian. Tiga bagian tersebut merupakan orang yang paling dekat dengan anak
yaitu peniruan, membahasakan, dam kontrol sehingga mempunyai perhatian dan waktu lebih
penggunaan bahasa. dalam mengontrol penggunaan bahasa Jawa
Peniruan ini membentuk anak-anak dari anaknya. Generasi pertama sebagai orang yang
keluarga Jawa ini mampu berbahasa Jawa ngoko paling tua di keluarga besar merasa memiliki
ataupun krama. Kemampuan berbahasa Jawa tanggung jawab lebih dalam mendidik
kromo yang digunakan untuk menghormati keturunannya termasuk pengontrolan
orang yang lebih tua atau yang dihormati lebih penggunaan bahasa Jawa.
banyak ditirukan anak dari orang tuanya. Terdapat temuan oleh peneliti bahwa
Sedangkan bahasa Jawa ngoko banyak ditirukan kontrol penggunaan ini dari generasi ke generasi
anak dari teman bermain ataupun saudara semakin melemah. Kontrol ketat dari anggota
sebayanya. keluarga ini kepada anak-anaknya hanya terlihat
Pembentuk pola komunikasi berikutnya ketika anak berinteraksi dengan orang lain di luar
dalam enkulturasi bahasa Jawa adalah keluarga inti. Setiap anggota dari keluarga besar
membahasakan. Membahasakan ini usaha orang ini merasa harus menjaga nama baik keluarga
tua untuk mengajarkan bagaimana mengunakan yang masih keturunan dari keluarga pondok
pesantren.

1
Kegiatan ini dilakukan setelah pengumpulan data

122
Pola Komunikasi Pada Enkulturasi Bahasa Jawa (Saputra, et al.)

Tabel 1. Perbandingan Antar Enkulturasi


Aspek Enkulturasi Pertama Enkulturasi Kedua Enkulturasi Ketiga
Akses terhadap budaya luar Tertutup Terbuka Bebas
Membahasakan - Sering dilakukan - Jarang - Tidak pernah
- Cara tidak dilakukan
berubah - Cara tidak
berubah
Kontrol Penggunaan Bahasa Selalu ada kontrol setiap Hanya dalam keadaan Tidak ada kontrol
ada kesalahan baik itu tertentu khususnya ketika penggunaan tingkatan
penggunaan tingkat bahasa berhadapan dengan bahasa, hanya kontrol
maupun dalam hal orang selain keluarga dalam hal kesopanan
kesopanan besar yang dilakukan
Peniruan Banyak role Model Jarang Role Model Sangat jarang Role
Model

Tabel ini merupakan hasil perbandingan karena berbagai alasan seperti bahasa Jawa
empat aspek dari tiga enkulturasi di keluarga ini. dianggap ketinggalan jaman dan juga kurangnya
Aspek pertama tentang akses terhadap budaya kesadaran pentingnya melestarikan bahasa ini.
luar. Pada enkulturasi pertama terjadi di generasi Walaupun begitu aktifitas ini masih dilakukan
pertama ke generasi kedua situasi yang dengan cara yang sama seperti di enkulturasi
berkembang saat itu adalah masa pemerintahan pertama. Kemudian di enkulturasi ketiga,
orde lama. Pada saat itu media massa sangat keadaan ini semakin parah yaitu peneliti tidak
terbatas untuk bisa diakses masyarakat tidak menemukan aktifitas ini sama sekali sehingga
terkecuali keluarga ini sehingga peneliti eksistensi bahasa Jawa bisa dikatakan kritis
mendefinisikannya sebagai akses tertutup. karena salah satu proses pembelajarannya
Keadaan ini mengakibatkan bahasa inggris dan berhenti.
bahasa Indonesia belum begitu mempengaruhi Aspek berikutnya yang menjadi
penggunaan bahasa Jawa dalam keluarga ini. perbandingan adalah kontrol penggunaan
Sedangkan enkulturasi kedua terjadi mulai bahasa. Pada enkulturasi pertama aspek ini selalu
pada masa pergantian orde lama ke orde baru. dilakukan dalam setiap kesalahan terhadap
Masa ini memungkinkan masyarakat tidak penggunaan bahasa yang dilakukan anak-anak
terkecuali keluarga ini lebih mudah mengakses baik itu ditingkat bahasa yang dipakai maupun
media sehingga peneliti mendefinisikannya kesopanan yang ditunjukkan. Namun peneliti
sebagai akses terbuka. Keberadaan televisi menemukan bahwa aktifitas ini juga semakin
nasional memungkinkan bahasa Indonesia jarang dilakukan di generasi kedua. Aktifitas ini
berkembang dan mempengaruhi penggunaan hanya dilakukan ketika anak berhadapan dengan
bahasa Jawa di keluarga ini. orang yang diluar keluarga besar karena ketika
Sedangkan enkulturasi ketiga terjadi setelah berhadapan dengan orang lain, kehormatan dari
reformasi. Masa ini ditandai dengan bebasnya keluarga juga ikut dibawa. Sementara di
media televisi menampilkan acaranya dengan enkulturasi ketiga hal ini semakin jarang lagi
sedikit batasan dari pemerintah dan juga dilakukan dan hanya terbatas pada aspek
gencarnya media online yang semuanya kesopanan saja yang dikontrol, tidak seperti
berpengaruh dan mengancam eksistensi bahasa sebelumnya yang mengontrol penggunaan
Jawa di generasi keluarga ini. Hal inilah yang bahasa dan kesopanannya.
mendasari peneliti mendefinisikan bahwa akses Aspek berikutnya yang menjadi
pada budaya luar dikatakan bebas. perbandingan adalah aspek peniruan yang
Aspek berikutnya yang diperbandingkan dilakukan oleh anak-anak kepada orang tua
adalah aspek bagaimana orang tua ataupun kepada orang lain di lingkungannya.
membahasakan atau memberi contoh bagaimana Pada enkulturasi pertama role model yang
penggunaan bahasa Jawa kepada anak-anaknya. ditemui oleh anak banyak sekali karena memang
Di enkulturasi pertama aktifitas ini sering penutur bahasa Jawa yang menguasai baik ngoko
dilakukan oleh orang tua dengan menggunakan maupun krama masih banyak. Sedangkan di
cara seperti yang telah peneliti jelaskan enkulturasi kedua semakin jarang ditemui role
sebelumnya. Sedangkan di enkulturasi kedua model yang ditemui anak dalam penggunaan
aktifitas ini sudah jarang dilakukan orang tua

123
Pola Komunikasi Pada Enkulturasi Bahasa Jawa (Saputra, et al.)

bahasa ini, dan di enkulturasi ketiga hal ini UCAPAN TERIMA KASIH
semakin jarang lagi. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan
kepada berbagai pihak yang telah membantu
KESIMPULAN DAN SARAN hingga terselesaikannya karya tulis ini,
Kesimpulan diantaranya kepada keluarga besar Almarhum
Enkulturasi bahasa Jawa yang terjadi pada Jamuharom yang telah bersedia menjadi subjek
aspek linguistik memiliki sebuah pola tertentu. penelitian dengan antusias. Tidak lupa juga
Pola tersebut berupa pembahasaan yaitu sebuah Peneliti ucapkan terima kasih kepada Universitas
cara yang dilakukan orang tua dengan Brawijaya khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan
mencontohkan bagaimana menggunakan kata- Ilmu Politik yang telah mendukung penelitian ini
kata yang tepat baik itu dari tingkatan ngoko beserta dosen pembimbing dalam penelitian ini.
ataupun krama. Pembahasaan orang tua ini
bisasanya menggunakan satu kata kromo yang DAFTAR PUSTAKA
disisipkan kedalam satu kalimat ketika mereka
berbicara kepada anaknya. Aktifitas [1]. Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif,
pembahasaan yang dilakukan orang tua ini Dasar t Dasar dan Aplikasi. YA3. Malang.
sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan oleh orang [2]. Geertz, Clifford. 1983. Abangan,Santri,Priyayi
tua, dilihat dari perbandingan antar generasi Dalam Masyarakat jawa. Pustaka Jaya.
yang dilakukan oleh peneliti. Jakarta.
Sedangkan enkulturasi pada aspek interaksi [3]. Geertz, Hildred,1983. Keluarga Jawa. Grafiti
didapat dari dua hal dalam penelitian ini. Pers. Jakarta.
Pertama dalam hal kontrol penggunaan bahasa [4]. Huberman & Milles.1984. Qualitative Data
yang dilakukan orang tua kepada anaknya Analysis. Sage Publication. London.
ataupun generasi dibawahnya. Kontrol [5]. Kuswarno. Engkus.2009. Fenomenologi:
penggunaan bahasa ini juga semakin lama Konsepsi, Pedoman, dan Contoh
semakin ditinggalkan dilihat dari perbandingan Penelitiannya. Widya Padjadjaran. Bandung.
antar generasi yang dilakukan. Pada generasi [6]. Kuswarno. Engkus.2011. Etnografi
pertama kontrol ini selalu dilakukan setiap ada Komunikasi: Suatu Pengantar dan Contoh
kesalahan penggunaan bahasa oleh anak, namun Penelitiannya. Widya Padjadjaran. Bandung.
semakin lama aktifitas ini semakin ditinggalkan [7]. Maziyah, Siti dkk. 2008. Penentuan Faktor
oleh orang tua dilihat dari generasi ketiga yang Keengganan Keluarga Jawa Dalam Bertutur
sama sekali sudah tidak melakukan aktifitas ini Jawa Untuk Memperoleh Model Pembinaan
kepada anaknya. Dan Pelestarian Bahasa Jawa Pada Ranah
Hal berikutnya yang menjadi bagian dari Keluarga. PDII-LIPI.
enkulturasi di aspek interaksi adalah peniruan.
Anak - anak semakin lama semakin kehilangan
sosok role model dalam penggunaan bahasa Jawa
di kesehariannya.

Saran
Penelitian ini merupakan penelitian awal
dari sebuah potret perkembangan bahasa Jawa
dari generasi ke generasi di sebuah keluarga.
Untuk itu perlu penelitian - penelitian lanjutan
yang lebih luas dan mendalam mengenai bahasa
Jawa dan perkembangannya.
Penelitian ini hanya mencakup pola
enkulturasi yang terjadi. Penelitian lanjutan
untuk mengembangkan studi ini bisa dilakukan
dengan menelliti pengaruh bahasa t bahasa lain
dalam perkembangan bahasa Jawa ataupun
aspek lain yang memepengaruhi seperti media
massa dan lingkungan.

124

Anda mungkin juga menyukai