Anda di halaman 1dari 8

Journal for Aswaja Studies

Volume xx No xxx

KRISIS EKSISTENSI PENGGUNAAN BAHASA JAWA TIGA


TINGKATAN DI KALANGAN REMAJA
Himatul Aizah1, Nur Khamidah2, Kumaidatun Nisfiyah3, Lubsiana Nafita Sari4,
Ananda Amalia Zulfa5
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, Indonesia

email : himatulazizah7@gmail.com

Abstrak
Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang digunakan masyarakat Jawa untuk berkomunikasi. Akan
tetapi dalam kehidupan sehari-hari penggunaannya mulai berkurang dan tergantikan. Remaja yang
seharusnya menjadi generasi penerus yang peduli dan diharapkan akan menjaga bahasa Jawa agar tetap
lestari lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa internasional untuk berkomunikasi.
Meskipun sebagian masih ada yang menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi, akan tetapi bahasa
Jawa yang digunakan hanya bahasa Jawa ngoko. Sedangkan penggunaan bahasa Jawa krama sebagai
sarana menghormati lawan bicara kita, tinggal sedikit. Padahal terdapat tiga tingkatan dalam bahasa Jawa
yaitu bahasa ngoko, bahasa madya, dan bahasa krama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
eksistensi penggunaan bahasa Jawa di kalangan remaja. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian studi literatur atau kepustakaan. Berdasarkan dari hasil studi literatur
ditemukan bahwa, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis eksistensi penggunaan bahasa
Jawa di kalangan remaja diantaranya yaitu penggunaan bahasa Jawa dalam lingkungan keluarga, banyak
orang Jawa yang sudah tidak memedulikan budaya leluhurnya sendiri, anggapan untuk berkomunikasi
menggunakan bahasa Jawa itu sulit, dan pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah yang kurang maksimal.
Kata Kunci : Bahasa Jawa, Krisis, Remaja, Tingkatan Bahasa Jawa

Abstract
Javanese is one of the languages used by people to communicate. However, in everyday life its use is
starting to decrease and be replaced. Teenagers who should be the next generation who care and are
expected to keep the Javanese language sustainable prefer to use Indonesian or international languages to
communicate. Although, in reality, some of them still communicate using Javanese in their daily lives,
but the Javanese language used is only Javanese ngoko. Meanwhile, the use of Javanese manners as a
means of respecting the interlocutor, remains a little. Whereas there are three levels in the Javanese
language, namely ngoko language, middle language, and krama language. The purpose of this study was
to determine the existence of the use of Javanese language among adolescents. The method used is a
qualitative research method with the type of research study of literature or literature. Based on the results
of the literature study, it was found that, there were several factors that caused the existence of a crisis in
the use of Javanese language among adolescents, including the use of Javanese in the family environment,
many Javanese people who no longer care about their own ancestral culture, the assumption that
communicating using Javanese is difficult. , and learning Javanese in schools that are less than optimal.
Keywords: Javanese, Crisis, Adolescents, Levels of Javanese

Nama Penulis 1, nama penulis 2 1


Journal for Aswaja Studies
Volume xx No xxx

PENDAHULUAN
Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain. Salah
satu unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat itu adalah bahasa. Bahasa yang ada di
Indonesia sangat beragam salah satunya yaitu bahasa Jawa. Bahasa Jawa telah terbentuk
menjadi suatu sistem dengan bahasa yang bertingkat-tingkat secara sosial. Terdapat tiga
tingkatan dalam bahasa Jawa yaitu bahasa ngoko, bahasa madya, dan bahasa krama. Bahasa
ngoko digunakan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya atau yang lebih rendah derajat
sosial nya. Bahasa krama digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan
lebih tinggi derajat sosialnya. Dan bahasa madya muncul dari variasi antara bahasa ngoko dan
krama.1
Bahasa Jawa mempunyai cara atau dialek tersendiri untuk menyampaikan
maksud atau pesan yang akan disampaikan kepada seseorang sebagaimana tujuan bahasa pada
umumnya. Fungsi bahasa Jawa adalah untuk saling berinteraksi antar anggota masyarakat dalam
menyampaikan informasi dan bekerja sama dalam tataran pergaulan masyarakat lingkungan
kebudayaan dan peradaban Jawa. Penggunaan Bahasa Jawa dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti: umur, golongan, dan status sosial. Apabila kita berbicara dengan teman sebaya
menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Sedangkan pada saat berbicara dengan orang yang lebih tua
sebaiknya menggunakan bahasa Jawa Krama sebagai tanda menghormati. Dalam Bahasa Jawa
pengaruh status sosial juga dapat mempengaruhi cara berbicara seseorang, karena itu sebagai
tanda menghormati dan menghargai terhadap orang yang diajak bicara. 2
Akan tetapi, berdasarkan fenomena yang ada para remaja lebih sering menggunakan
campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa ngoko dalam berkomunikasi dengan teman sebaya,
guru, dan orang tua. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam berkomunikasi walaupun
sebenarnya tidak sesuai dengan aturan-aturan bahasa Jawa. Ketidaksesuaian ini merupakan
salah satu tanda bahwa nilai luhur yang terdapat dalam Jawa seakan mulai luntur bahkan bisa
saja benar-benar luntur jika hal tersebut tetap dibiarkan saja. 3
Keberadaan bahasa Jawa mengalami krisis identitas karena tergantikan dengan bahasa
nasional dan masuknya bahasa asing. Sebagian besar orang Jawa menganggap bahasa Jawa itu

1
Nur Fitri Hidayah, “Krisis Eksistensi Penggunaan Bahasa Jawa Dalam Keluarga Jawa (Studi
Kasus di Desa Siroto Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang), Journal of
Education,Society And Culture. Vol 2, No 2 (2013), Hlm. 81
2
Chusnul Chotimah, Mei Fita Asri Untari, M.Arief Budiman, “Analisis Penerapan Unggah-
Ungguh Bahasa Jawa Dalam Nilai Sopan Santun”, International Journal Of Elementary Education, Vol.
3. No. 2 (2019), hlm. 204
3
Khususiyah, Devi Kusuma Ardhani, Nora Yuniar Setyaputri, “Eksklusivisme Bahasa Jawa di
Kalangan Remaja Pada Era Revolusi Industri 4.0”, SEMDIKJAR3, (2019), Hlm. 392

2 Nama Penulis 1, Nama penulis 2


Journal for Aswaja Studies
Volume xx No xxx

rumit karena ada banyak ragam tingkatan. Dalam laman Kompas.com yang diunggah pada 25
Maret 2021. Kepala Prodi Sastra Daerah dan Pendidikan Bahasa Jawa Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sebelas Maret (USM) Surakarta, Supana mengatakan penguasaan bahasa Jawa
terutama generasi muda saat ini sudah berkurang signifikan. 4
Laman lainnya yaitu Radar Kudus.com yang diunggah pada tanggal 11 April 2019,
salah seorang guru SMP 3 Bae Kudus memaparkan betapa mirisnya beliau dengan kondisi
anak-anak sekarang yang gagap bahasa Jawa. Mereka hanya bisa beberapa kata saja dalam
bahasa Jawa semisal kata inggih, dalem, mboten, dan sampun.5 Oleh karena itu, penulis tergerak
untuk membuat rancangan penelitian mengenai bagaimana penggunaan bahasa Jawa di
kalangan remaja.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan
jenis penelitian studi literatur atau kepustakaan. Sumber data dalam penelitian ini di peroleh
dari literatur-literatur yang berkaitan dengan topik yang dibahas dari buku, jurnal, dan artikel
ilmiah yang relevan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan dokumentasi
yaitu dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan jurnal, artikel, karya ilmiah,
buku, dll. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis isi.
Analisis isi merupakan penelitian yanh bersifat pembahasan mendalam mengenai suatu topik
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahasa Jawa
Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang digunakan masyarakat Jawa untuk
berkomunikasi. Akan tetapi, penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari mulai berkurang dan
tergantikan. Seiring dengan perkembangan zaman dan berbagai pengaruh dari teknologi yang
sekarang semakin banyak, telah mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan bahasa. Bagi
masyarakat yang terbuka dan menerima perubahan, mereka akan senang sekali mengikuti
perubahan tersebut. Perubahan tersebut menyebabkan bergesernya aturan pengucapan bahasa
dalam bahasa Jawa yang semestinya sesuai dengan urutan-urutannya sekarang menjadi tidak
beraturan dan rancu. Pergeseran bahasa yang dimaksud adalah kode bahasa yaitu krama, madya,

4
https://www.kompas.com/edu/read/2021/03/25/093000671/penguasaan-bahasa-jawa-makin-
berkurang-ini-kata-dosen-uns diakses pada tanggal 20 Januari 2022
5
https://radarkudus.jawapos.com/read/2019/04/11/131218/sulitnyaberbahasa-jawa-krama ,
diakses pada tanggal 20 Januari 2022
6
Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Bandung : Alfabeta, 2012), Hlm. 40

Nama Penulis 1, nama penulis 2 3


Journal for Aswaja Studies
Volume xx No xxx

dan ngoko. Sistem tingkat tutur bahasa itu merupakan pertanda pentingnya adat sopan dan
santun yang menjalin sistem tata hubungan manusia Jawa. 7
Fungsi bahasa Jawa adalah sebagai pesan untuk menyampaikan pesan atau isi informasi
oleh anggota masyarakat yang saling berinteraksi dalam tatanan pergaulan masyarakat dan
peradaban Jawa. Undha usuk artinya tingkat-tingkat, yang menunjukkan bahwa bahasa Jawa
yang dipakai dalam proses berkomunikasi dapat meningkat nilai moral. Istilah udha-usuk
disebut juga dengan unggah-ungguhing bahasa. Baik dari kata udha ataupun kata unggah
artinya naik. Sementara usuk maupun unggah keduanya memiliki pengertian tempat atau
landasan. 8
Unggah- ungguhing bahasa dibagi menjadi tiga yaitu : basa ngoko, basa krama, dan
basa madya9. Bahasa Jawa ngoko memiliki dua bentuk, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus.
Ngoko lugu adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa sama kosakatanya berbentuk ngoko dan
netral (leksikon ngoko dan netral) tanpa terselip krama inggil dan krama andhap. Ngoko Alus
adalah bentuk unggah-ungguh yang di dalamnya terdapat laksikon ngoko dan netral, dan ada
juga laksikon krama inggil, krama andhap, atau laksikon krama.
Tingkat tutur krama atau ragam krama adalah unggah-ungguh bahasa Jawa yang
berintikan laksikon krama atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam krama. Ragam krama
mempunyai ragam bentuk, yaitu krama alus dan krama lugu. Krama Lugu dapat didefinisikan
sebagai bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya rendah jika dibandingkan dengan ngoko
alus, tetapi krama lugu tetap menunjukkan kehalusannya yang dimaksud adalah bentuk unggah
ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri dari laksikon krama inggil atau krama
andhap. Meskipun yang menjadi menjadi laksikon inti dalam ragam ini adalah laksikon yang
berbentuk krama. Basa madya dan basa ngoko tidak pernah muncul di dalam tingkat tutur ini.
Krama inggil atau krama andhap selalu digunakan untuk penghormatan teradap mitra wicara.
Ragam krama alus didefinisikan sebagai suatu bentuk ragam krama yang kehalusannya tinggi.
Basa krama Madya adalah salah satu tingkat bahasa yang digunakan dalam unggah ungguh
bahasa versi lama yang merupakan gabungan basa ngoko dan krama.10
Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Krisis Eksistensi Penggunaan Bahasa Jawa Tiga
Tingkatan di Kalangan Remaja.

7
A Ngadiman, “Tingkat Tutur Bahasa Jawa Wujud kesantunan Manusia (Dulu dan Sekarang),
In Kesantunan Manusia Jawa”, (Surabaya : Universitas Katolik Widya Mandala, 2006), Hlm.03
8
Ahmadi dkk., Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa, Malang: Diklat Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Jawa, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2010), Hlm.52
9
Purwadi & Zaidah, Tata Bahasa Jawa, (Yogyakarta : Pura Pustaka, 2012), hlm.16
10
Sasangka, Kamus Jawa, Indonesia Krama, Ngoko. (Jakarta : Yayasan Pramalingua, 2004),
hlm. 95-111

4 Nama Penulis 1, Nama penulis 2


Journal for Aswaja Studies
Volume xx No xxx

Dari beberapa sumber yang didapatkan dari jurnal ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya krisis eksistensi penggunaan bahasa Jawa di kalangan remaja.
1. Penggunaan bahasa Jawa dalam lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan tempat anak mengenal bahasa sejak awal perkembangan.
Awal yang baik ketika mengenalkan bahasa Jawa terhadap anak dimulai saat anak mulai
belajar bahasa. Salah satu pengenalan bahasa disebut motherse, yaitu cara ibu atau orang
dewasa, anak belajar bahasa melalui proses imitasi dan perulangan dari orang-orang di
sekitarnya. 11
Namun, dalam lingkungan keluarga anak maupun remaja lebih sering menggunakan bahasa
Indonesia, sehingga penggunaan bahasa Jawa berkurang. Kebanyakan anak-anak maupun
remaja hanya mengetahui bahasa Jawa hanya sebatas kata “nggeh, mboten, sampun, lan
dereng”. Anak muda di era modernisasi ini lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia
karena lebih mudah dalam penggunaannya.12
2. Banyak orang Jawa yang sudah tidak memedulikan budaya leluhurnya sendiri, akibatnya
anak-anak khususnya remaja justru tidak mengetahui budaya lokalnya seperti bahasa
Jawa.13 Sehingga pengenalan bahasa Jawa kepada anak-anak maupun remaja, khususnya
bahasa Jawa Krama perlu ditingkatkan lagi sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa. Lalu
ketika orang tua tidak mengenalkan bahasa Jawa kepada anak sejak kecil sehingga ketika
sudah remaja, anak akan kesulitan dalam berbahasa krama.
3. Anggapan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa itu sulit.
Penggunaan ketiga tingkatan bahasa Jawa yaitu ngoko, madya, dan krama harus tepat
digunakan untuk berkomunikasi. Berbicara dalam bahasa krama dianggap sulit dalam
penggunaan sehari-hari karena memerlukan tata cara tertentu, dan lebih rumit. 14
Sebagian kecil di kalangan remaja merasa penggunaan bahasa Jawa krama sebagai alat
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah kuno dan ketinggalan zaman, hal ini
dipicu semakin berkembangnya teknologi dan informasi saat ini sehingga mempengaruhi

11
Raras Putri Hapsari dan Dimyati, “Penanaman Sikap Sopan Santun Dalam Budaya Jawa
Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 5. No. 2 (2021), Hlm.
2065
12
Chusnul Chotimah, Mei Fita Asri Untari, M.Arief Budiman, op.cit,. hlm. 206
13
Elina Intan Apriliyani Dan Nufitriani Kartika Dewi, “Tata Krama Budaya Jawa Membentuk
Sikap Sopan Santun Anak Usia Dini”, Indonesian Journal of Early Childood, Vol. 1. No. 1 (2019), Hlm.
1
14
Nur Fitri Hidayah, op.cit., hlm. 83

Nama Penulis 1, nama penulis 2 5


Journal for Aswaja Studies
Volume xx No xxx

budaya di Indonesia. Disisi lain faktor yang sangat mempengaruhi lunturnya bahasa Jawa
Krama adalah faktor lingkungan, baik itu teman, maupun keluarga.15
4. Pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah yang kurang maksimal.
Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah-sekolah saat ini hanya dijadikan muatan lokal saja
bukan sebagai pelajaran yang utama. Malahan bahasa negara lain lebih diutamakan
pembelajarannya dan jam pelajarannya juga lebih banyak dibandingkan bahasa daerah
sendiri yaitu bahasa Jawa. Sekolah itu sebagai sarana pembelajaran bahasa Jawa lanjutan
selain di lingkungan keluarga, akan tetapi juga pembelajarannya kurang intensif. Hal ini
juga menyebabkan semakin berkurangnya kemampuan anak terhadap bahasa Jawa jika di
sekolah satu jam pembelajarannya tidak maksimal karena hanya satu jam saja
pembelajaran tiap minggunya.16
Bahasa Jawa khususnya ragam krama harus dipertahankan karena ragam ini mencerminkan
sikap orang Jawa yang penuh penghormatan dan kesopanan. Pembelajaran Bahasa Jawa
yang lebih berbasis pada penggunaan Bahasa Jawa yang komunikatif seharusnya
dilaksanakan agar remaja mampu berkomunikasi menggunakan Bahasa Jawa yang baik
disertai unggah ungguh bahasa Jawa yang benar.17
SIMPULAN
Keberadaan bahasa Jawa belakangan ini mengalami kemunduran secara fungsional, hal
ini disebabkan oleh terus menyempitnya pemahaman terhadap kosa kata bahasa Jawa. Semua
itu jelas terlihat pada kenyataan sekarang, remaja yang seharusnya menjadi generasi penerus
yang peduli dan diharapkan akan menjaga bahasa Jawa agar tetap lestari lebih memilih
menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa internasional untuk berkomunikasi. Meskipun
sebagian masih ada yang menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi, akan tetapi bahasa
Jawa yang digunakan hanya bahasa Jawa ngoko. Sedangkan penggunaan bahasa Jawa krama
sebagai sarana menghormati lawan bicara kita, tinggal sedikit. Padahal terdapat tiga tingkatan
dalam bahasa Jawa yaitu bahasa ngoko, bahasa madya, dan bahasa krama.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis eksistensi penggunaan bahasa
Jawa di kalangan remaja diantaranya yaitu penggunaan bahasa Jawa dalam lingkungan
keluarga, banyak orang Jawa yang sudah tidak memedulikan budaya leluhurnya sendiri,

15
Ilham Setyawan,“Sikap Generasi “Z” Terhadap Bahasa Jawa : Studi Kasus Anak-Anak
Usia Sekolah Dasar Di Kota Samarang”, Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna, Vol.7 No 2 (2019), Hlm. 31
16
Nur Fitri Hidayah, op.cit., hlm. 85
17
Khazanah, Dewianti, “Kedudukan Bahasa Jawa Ragam Krama Pada Kalangan Generasi
Muda”. Jurnal Pengembangan Pendidikan Vol. 3 No.2 Desember 2012. Jember: Jurusan Bahasa dan
Sastra Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Jember.

6 Nama Penulis 1, Nama penulis 2


Journal for Aswaja Studies
Volume xx No xxx

anggapan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa itu sulit, dan pembelajaran Bahasa
Jawa di sekolah yang kurang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
A Ngadiman. 2006. Tingkat tutur Bahasa Jawa Wujud kesantunan Manusia (Dulu dan
Sekarang), In Kesantunan Manusia Jawa. Surabaya : Universitas Katolik Widya
Mandala.
Ahmadi dkk. 2010. Modul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa. Malang: Diklat
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa. Malang : Universitas Negeri Malang.
Apriliyani, Elina Intan dan Nufitriani Kartika Dewi. 2019. “Tata Krama Budaya Jawa
Membentuk Sikap Sopan Santun Anak Usia Dini”. Indonesian Journal of Early
Childood. Vol. 1. No. 1
Chotimah, Chusnul, Mei Fita Asri Untari, M.Arief Budiman. 2019. “Analisis Penerapan
Unggah-Ungguh Bahasa Jawa Dalam Nilai Sopan Santun”, International Journal of
Elementary Education. Vol. 3. No. 2.
Hidayah, Nur Fitri. 2013. “Krisis Eksistensi Penggunaan Bahasa Jawa Dalam Keluarga Jawa
(Studi Kasus di Dosen Siroto Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang)”. Journal of Education,Society and Culture. Vol. 2. No. 2.
https://radarkudus.jawapos.com/read/2019/04/11/131218/sulitnyaberbahasa-jawa-krama ,
(Diakses Pada Tanggal 20 Januari 2022)
https://www.kompas.com/edu/read/2021/03/25/093000671/penguasaan-bahasa-jawa-makin-
berkurang-ini-kata-dosen-uns (Diakses Pada Tanggal 20 Januari 2022)
Ilham Setyawan. 2019. “Sikap Generasi “Z” Terhadap Bahasa Jawa : Studi Kasus Anak-Anak
Usia Sekolah Dasar Di Kota Samarang”. Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna. Vol.7
No. 2
Khazanah, Dewianti. 2012. “Kedudukan Bahasa Jawa Ragam Krama Pada Kalangan Generasi
Muda”. Jurnal Pengembangan Pendidikan. Jember: Jurusan Bahasa dan Sastra
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Vol. 3 No. 2
Khususiyah, Devi Kusuma Ardhani, Nora Yuniar Setyaputri. 2019. “Eksklusivisme Bahasa
Jawa di Kalangan Remaja Pada Era Revolusi Industri 4.0”. SEMDIKJAR3.
Purwadi dan Zaidah. 2012. Tata Bahasa Jawa. Yogyakarta : Pura Pustaka.
Putri Hapsari, Raras dan Dimyati. 2021. “Penanaman Sikap Sopan Santun Dalam Budaya
Jawa Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol.
5. No. 2.
Sasangka. 2004. Kamus Jawa, Indonesia Krama, Ngoko. Jakarta : Yayasan Pramalingua.

Nama Penulis 1, nama penulis 2 7


Journal for Aswaja Studies
Volume xx No xxx

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

8 Nama Penulis 1, Nama penulis 2

Anda mungkin juga menyukai