Anda di halaman 1dari 17

VARIASI BAHASA JAWA DIALEK NGAPAK DI DESA

MUJISARI

Artikel Ilmiah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh :
Farel Tulus Rohmat
2020406403018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2024
HALAMAN PERSETUJUAN

VARIASI BAHASA JAWA DIALEK NGAPAK DI DESA MUJISARI

(ARTIKEL ILMIAH)

Oleh:
Farel Tulus Rohmat
2020406403018

Mengetahui

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Wanawir AM, M.M., M.Pd. Dwi Fitriyani, M.Pd.


NIP 196002031987031001 NIDN 0221078204

Ketua LPPM Ketua Program Studi PBSI,

Dr. Rimanto, M.H.I Dwi Fitriyani, M.Pd.


NIDN 2110067303 NIDN 0221078204
VARIASI BAHASA JAWA DIALEK NGAPAK DI DESA MUJISARI

Farel Tulus Rohmat1, Wanawir AM2, Dwi Fitriyani3


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Email: farel.2020406403018@student.umori.ac.id wanawir@umpri.ac.id
dwifitriyani@umpri.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek variasi leksikon bahasa Jawa dialek
Ngapak pada masyarakat Desa Mujisari. Aspek leksikon tersebut dilihat dari jenis kata
dan bentuk katanya. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang berupa tuturan bahasa
Jawa Ngapak. Sumber data dalam penelitian ini adalah percakapan masyarakat di Desa
Mujisari. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan Teknik
wawancara, rekam sadap, dan tulis. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa variasi
leksikon dialek Ngapak pada masyarakat di Desa Mujisari dilihat dari jenisnya ditemukan
ada 7 jenis, meliputi: 1) kata ganti yang berbentuk dasar dan imbuhan terdapat 3 tuturan,
2) kata sifat yang berbentuk dasar dan imbuhan terdapat 2 tuturan, 3) kata kerja yang
berbentuk dasar dan imbuhan terdapat 2 tuturan, 4) kata benda yang berbentuk dasar,
imbuhan terdapat 2 tuturan, 5) kata depan yang berbentuk dasar dan imbuhan terdapat 2
tuturan, 6) kata sambung yang berbentuk dasar terdapat 1 tuturan dan 7) kata seru yang
berbentuk dasar terdapat 1 tuturan. Simpulan penelitian ini dapat diketahui bahwa variasi
dialek ngapak di desa Mujisari tidak ada perbedaan yang siginifikan dengan ddialek
Bahasa ngapak di gunakan oleh masyarakat Banyumas Jawa Tengah.

Kata kunci: Sosiodialektologi, Variasi Bahasa

ABSTRACT

This research aims to describe aspects of variations in the Javanese lexicon of the
Ngapak dialect in the Mujisari Village community. Aspects of the lexicon are seen from
the types of words and word forms. This research is descriptive research in the form of
Javanese Ngapak speech. The data source in this research is community conversations in
Mujisari Village. The data collection technique used was interviewing, tapping and
writing techniques. From the research results, it can be seen that there are 7 types of
variation in the Ngapak dialect lexicon in the community in Mujisari Village, in terms of
type, including: 1) there are 3 pronouns in the base form and affixes, 2) there are 2
pronouns in the base form and affixes, 2) there are 2 pronouns in the basic form and
affixes, 3) verbs in the basic form and affixes have 2 utterances, 4) nouns in the basic
form, affixes have 2 utterances, 5) prepositions in the basic form and affixes have 2
utterances, 6) conjunctions in the basic form have 1 utterance and 7) interjections in
basic form contain 1 utterance. The conclusion of this research is that there is no
significant difference between the Ngapak dialect variation in Mujisari village and the
Ngapak language dialect used by the people of Banyumas, Central Java.

Keywords: Sociodialectology, Language Variation


PENDAHULUAN Ambarawa beribu kota di Kota
Bahasa sebagai salah satu dari Ambarawa. Kecamatan Ambarawa
unsur kebudayaan tetapi juga sebagai merupakan hasil pemekaran dari
alat komunikasi yang digunakan Kecamatan Pringsewu pada 2006.
masyarakat untuk saling dapat Ambarawa masuk dalam klasifikasi
melakukan interaksi sosial antar Kota Kecil dengan jumlah penduduk
manusia. Bahasa mempunyai sebesar 34.036 Jiwa (BPS Kabupaten
beberapa fungsi sosial yaitu Pringsewu 2016). Ambarawa
komunikasi sosial, kontrol sosial, dan terkenal dengan sumber air yang
kerja sama sosial. Fungsi bahasa bernama Air Krawang. Batas
dalam komunikasi adalah untuk wilayah di kecamatan Ambararawa
mengirim pesan. Kecamatan Utara adalah Kecamatan Pringsewu,
Ambarawa menggunakan Bahasa Kabupaten Pringsewu Timur adalah
Jawa Ngapak sebagai alat Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten
penghubung komunikasi. Pringsewu, Selatan adalah
Bahasa dijadikan sebagai ciri Kecamatan Pardasuka, Kabupaten
atau identitas diri oleh masyarakat, Pringsewu, Barat adalah Kecamatan
dan juga sebagai sarana berinterkasi Pagelaran.
sosial masyarakat saat melakukan Bahasa Jawa telah berkembang
komunikasi dengan siapa dan dan dapat dibeda-bedakan atas dasar
dimanapun. Bahasa dapat menjadi beberapa ciri yang khas dan beberapa
alat menilai pola perilaku , biasanya lingkungan yang berbeda-beda.
kebanyakan individu dapat dinilai Bahasa Jawa memiliki suatu sistem
perilakunya dari caranya dalam tingkatan-tingkatan yang sangat
melakukan pembicaraan kepada rumit, terdiri paling sedikit sembilan
individu lain. gaya bahasa. Sistem ini menyangkut
Ambarawa merupakan sebuah tentang perbedaan 3 kedudukan,
kecamatan di Kabupaten Pringsewu, pangkat, umur, dan tingkatan
Lampung, Indonesia. Kecamatan keakraban. Dalam gaya bahasa
Ambarawa berjarak kurang lebih 7 menyebabkan adanya tingkatan-
kilometer sebelah selatan dari pusat tingkatan bahasa yang menyebabkan
kabupaten Pringsewu. Kecamatan tingkatan bahasa yang berbeda tinggi
rendahnya. Tingkatan bahasa Banyumas menuturkan kata ayam
menjadi alat penentu status sosial diucapkan dengan bunyi [pitik].
seseorang dalam berinterkasi. Berdasarkan contoh tersebut,
Pemakaian bahasa Jawa di Desa penelitian menitikberatkan pada
Mujiari mayoritas menggunakan variasi bahasa dari segi bunyi bahasa
Bahasa Jawa berdialek Ngapak. dan kosakata. Variasi dari segi bunyi
Tetapi tidak menutup kemungkinan bahasa atau fonologis dikaji, karena
terdapat variasi bahasa antara satu dari kedua desa yang akan menjadi
tempat dengan tempat yang lainnya tempat penelitian mempunyai
yang disebabkan oleh faktor perbedaan satu dengan yang lainnya,
geografis dan faktor sosial. Secara meskipun masih dalam
geografis letak Kecamatan satu kabupaten. Adapun variabel
Ambarawa berada di tengah-tengah yang akan dilihat dari penutur bahasa
masyarkat yang kental dengan dibedakan berdasarkan pekerjaan
dialek Ngapak. Letak geografis (petani).
Kecamatan Ambarawa yang berada Berdasarkan latar belakang yang
di antara dialek Bandek dan Ngapak telah dipaparkan, maka penelitian ini
menyebabkan terjadinya variasi akan menitik beratkan penggunaan
penggunaan bahasa Jawa antara bahasa Jawa dialek ngapak di Desa
wilayah satu dengan wilayah yang Mujisari Kecamatan Ambarawa
lain. pada tataran fonologi, Morfologi,
Faktor sosial baik dari segi mata sintaksis dan variasi kosakata dengan
pekerjaan juga menyebabkan variabel faktor pekerjaan (petani).
timbulnya variasi bahasa yang Penelitian mengenai variasi
digunakan di Desa Mujisari bahasa Jawa dialek ngapak telah
Kecamatan Ambarawa. seperti yang diteliti oleh beberapa peneliti
sudah dijelaskan di atas bahwa. terdahulu, seperti yang dilakukan
Sementara petani di Desa Mujisari oleh Afiudin (2018) tentang bahasa
Kecamatan Ambarawa yang Jawa di Kabupaten Kebumen (Kajian
penggunaan bahasa Jawanya Sosiodialektologi). Hasil penelitian
mayoritas menggunakan dialek ini menunjukkan adanya variasi
fonologis pada bunyi vokal yang
meliputi [a]⁓[ɔ], [ʊ]⁓[ɔ], [a]⁓[i], diatas dengan yang penelitian yang
[i]⁓[e] dan variasi bunyi konsonan saya lakukan terletak pada subjek
bunyi [k] dan bunyi [ʔ]. menyatakan penelitian yang diambil dari dua
bahwa pemakaian bahasa Jawa di lokasi sekaligus yaitu desa
Kebumen mayoritas menggunakan Sumberagung dan desa Mujisari
bahasa Jawa dialek Banyumasan, Kecamatan Ambarawa.
tidak menutup kemungkinan terdapat
METODE PENELITIAN
variasi bahasa antara satu tempat
Metode yang digunakan dalam
dengan tempat yang lainnya yang
penelitian ini menggunakan metode
disebabkan oleh faktor geografis dan
kualitatif Menurut Sugiyono (2016:
faktor sosial. Selanjutnya penelitian
1), metode pendekatan kualitatif
yang dilakukan oleh Abdulllah
merupakan suatu penelitian yang
(2019) tentang bahasa Ngapak
digunakan untuk meneliti pada
sebagai sarana konstruksi budaya
objek yang alamiah dimana peneliti
bahasa Jawa. Hasilnya menunjukkan
merupakan sebagai instrumen kunci,
bahwa data kebahasaan sering
teknik pengumpulan data dilakukan
merekam nilai budaya. Hanya saja,
secara gabungan data bersifat
data kebahasaan masih belum
induktif, dan hasil penelitian
mendapat perhatian untuk
kualitatif lebih menekankan makna
kepentingan analisis terhadap
daripada generalisasi. Populasi
dinamika sosial masyarakat yang
didalam penelitian ini diambil dari
bersumber pada nilai-nilai budaya.
KK desa Mujasari dalam satu RT,
Penelitian berikutnya dilakukan oleh
untuk lebih jelasnya ada pada tabel
Pangestu (2021) tentang variasi
dibawah ini.
dialek dalam budaya Jawa di
Tabel 1. Jumlah Populasi
Kabupaten Tangerang. Hasil
No. Nama Jumlah Jumlah
penelitian menunjukan adanya
Desa RT KK
variasi fonologis pada bunyi vokal
1 Mujisari 7 150
yang meliputi [a]⁓[ɔ], [ʊ]⁓[ɔ],
Jumlah 7 150
[a]⁓[i], [i]⁓[e] dan variasi bunyi
konsonan bunyi [k] dan bunyi [ʔ].
Masing masing desa, yakni
Perbedaan dari ketiga penelitian
Mujisari diambil 10% sehingga
berjumlah 15 KK. Untuk lebih berbentuk dasar dan imbuhan
jelasnya langkah-langkah terdapat 2 tuturan, 3) kata kerja yang
pengambilan sampel dapat diuraikan berbentuk dasar dan imbuhan
di bawah ini. terdapat 2 tuturan, 4) kata benda
a. Mendata semua KK dari yang berbentuk dasar, imbuhan
Mujisari di kertas. terdapat 2 tuturan, 5) kata depan
b. Menggulung masing-masing yang berbentuk dasar dan imbuhan
kertas yang berisi nama-nama terdapat 2 tuturan, 6) kata sambung
KK dari Desa Mujiasi yang berbentuk dasar terdapat 1
dimasukan ke dalam gelas . tuturan dan 7) kata seru yang
c. Kemudian mengocok gelas dan berbentuk dasar terdapat 1 tuturan.
setiap gelas diambil 10%, yaitu Simpulan penelitian ini dapat
desa Mujisari 15 KK. diketahui bahwa variasi dialek
ngapak di desa Mujisari tidak ada
HASIL DAN PEMBAHASAN perbedaan yang siginifikan dengan
Variasia Bahasa adalah varian dari ddialek Bahasa ngapak di gunakan
sebuah bahasa menurut pemakaian. oleh masyarakat Banyumas Jawa
Variasi tersebut bisa berbentuk Tengah..
dialek, aksen, laras, gaya, atau Variasi leksikon khas dialek
berbagai variasi sosioliguistik lain, ngapak yang ditemukan pada tuturan
termasuk variasi bahasa baku itu masyarakat Desa Mujisari
sendiri. Variasi di tingkat leksikon Kecamatan Ambrawa terdiri atas:1)
seperti slang dan argot, sering kata ganti orang pertama tunggal
dianggap terkait dengan gaya atau (mbok, rika, kaki) seperti yang
tingkat formalitas tertentu, meskipun terdapat tuturan “lah ora reti aku lik,
penggunaannya kadang juga lah kae mbok Yatun jere tuku nang
dianggap sebagai suatu variasi atau pasar murah”; .,“Sinoke rika saiki
variasi tersendiri. Berdasarkan hasil wis gedhe temen ya Lik?”
penelitian yang ditemukan ada 7 .,“Kepriben kabare kaki Palal”
jenis, meliputi: 1) kata ganti yang Kata mbok dalam kalimat di
berbentuk dasar dan imbuhan atas merupakan kata ganti orang
terdapat 3 tuturan, 2) kata sifat yang kedua tunggal yang biasanya
digunakan untuk menyebut seorang digabungi oleh morfem lain baik
perempuan yang mempunyai imbuhan, klitika, dan bentuk dasar
hubungan keluarga, kerabat yang lain ataupun dengan
ataupun seorang perempuan yang pemajemukan dan pengulangan kata
tidak mempunyai ikatan darah karena terdiri atas satu morfem asal.
(bukan keluarga) yang berumur lebih Morfem asal dari kata rika yaitu rika
tua atau berumur dewasa. Kata mbok yang mempunyai kesatuan makna
merupakan kata dasar, karena dalam tersendiri yang tidak dapat dibagi
hal ini kata tersebut merupakan kata lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
yang mandiri, tidak bergantung pada Bahasa krama inggil kata rika biasa
kata lain. Kata mbok merupakan dipakai dengan panjenengan. Kata
morfem bebas yang tidak digabungi rika tersebut merupakan wujud
oleh morfem lain baik imbuhan, kekhasan dialek masyarakat Desa
klitika, dan bentuk dasar yang lain Mujisari.
ataupun dengan pemajemukan dan Kata kaki dalam kalimat di
pengulangan kata karena terdiri atas atas merupakan kata ganti orang
satu morfem asal. Morfem asal dari ketiga tunggal yang biasa dipakai
kata mbok yaitu mbok yang untuk menggantikan sebutan kakek
mempunyai kesatuan makna kandung ataupun untuk menyebut
tersendiri yang tidak dapat ibagi lagi seorang laki-laki yang dianggap
menjadi bagian yang lebih kecil. sudah berumur lanjut walaupun tidak
Kata mbok tersebut merupakan mempunyai hubungan ikatan darah.
wujud variasi kekhasan dalam dialek Kata kaki merupakan kata dasar,
masyarakat Desa Mujisari. karena dalam hal ini kata tersebut
Kata rika biasa digunakan merupakan kata yang mandiri, tidak
untuk menyebut orang yang lebih tua bergantung pada kata lain. Kata kaki
serta sudah akrab atau dekat dengan merupakan morfem bebas yang tidak
kita. Kata rika merupakan kata dasar, digabungi oleh morfem lain baik
karena dalam hal ini kata tersebut imbuhan, klitika, dan bentuk dasar
merupakan kata yang mandiri, tidak yang lain ataupun dengan
bergantung pada kata lain. Kata rika pemajemukan dan pengulangan kata
merupakan morfem bebas yang tidak karena terdiri atas satu morfem asal.
Morfem asal dari kata kaki yaitu kaki rumput. Kata tersebut berjenis kata
yang mempunyai kesatuan makna kerja aktif transitif, yakni kata kerja
tersendiri yang tidak dapat dibagi yang dapat diikuti objek. Kata golet
lagi menjadi bagian yang lebih kecil. dalam kalimat di atas diikuti objek
Kata kaki tersebut merupakan wujud sebagai pelengkap, yakni kata suket
kekhasan dialek masyarakat Desa ‘rumput. Secara sintaksis kata
Mujisari Kecamtan Ambarawa. tersebut berupa kata kerja dapat
Kata kerja (verb) adalah kata dibuktikan dengan pengingkaran kata
yang menerangkan suatu pekerjaan tersebut dengan memakai kata ora
atau aktivitas. Secara umum, kata ‘tidak’ ora golet ‘tidak mencari’ dan
kerja bersifat aktif (tanduk/berciri tidak dapat disambung dengan kata
nasal) dan pasif (tanggap/berciri rada ‘agak’ *rada golet. Kata tersebut
penambahan prefiks pronominal juga dapat menjawab pertanyaan lagi
persona/tripurusa). Contoh dari kata apa? ‘sedang apa?’, dengan jawaban,
kerja tersebut akan diuraikan yakni lagi golet ‘sedang mencari’.
berdasarkan bentuk katanya, sebagai Kata golet merupakan kata dasar,
berikut. variasi leksikon khas dialek karena dalam hal ini kata tersebut
ngapak yang ditemukan pada merupakan kata yang mandiri, tidak
masyarakat Desa Mujisari bergantung pada kata lain. Kata
Kecamatan Ambrawa yang termasuk golet merupakan morfem bebas yang
kata ganti berbentuk kata kerja tidak digabungi oleh morfem lain
memiliki 2 tuturan yang meliputi baik imbuhan, klitika, dan bentuk
termasuk kata ganti berbentuk kata dasar yang lain ataupun dengan
kerja. (1) Golet, dilemboni, yang pemajemukan dan pengulangan kata
terdapat pada tuturan, “Ya arep Golet karena terdiri atas satu morfem asal.
suket maring tegalan”., “Alah Morfem asal dari kata golet yaitu
dilemboni apa ora aku kie.” golet yang mempunyai kesatuan
Kata golet merupakan kata makna tersendiri yang tidak dapat
yang berjenis kata kerja aktif transitif dibagi lagi menjadi bagian yang
karena secara sintaksis kata golet lebih kecil. Kata golet tersebut
dalam kalimat di atas menjelaskan merupakan wujud variasi dalam
suatu tindakan untuk mencari
dialek masyarakat Desa Mujisari masyarakat Desa Mujisari
Kecamatan Ambarawa. Kecamatan Ambarawa.
Variasi leksikon khas dialek Kata depan atau tembung
ngapak yang ditemukan pada ancer-ancer (preposisi) yaitu kata
masyarakat Desa Mujisari yang digunakan untuk mengawali
Kecamatan Ambrawa yang termasuk tempat ataupun mengawali kata
kata kerja berimbuhan memiliki 1 benda. Kata depan bisa terletak di
tuturan yang meliputi kata kerja depan kata benda, kerja, atau kata
yang berimbuhan. (1) Kata sifat. Contoh dari kata depan tersebut
dilemboni merupakan kata kerja akan diuraikan berdasarkan bentuk
yang berjenis kata kerja pasif, yakni katanya.
kata kerja yang subjeknya menjadi Variasi leksikon khas dialek
penderita. Kata dilemboni dalam ngapak yang ditemukan pada
kalimat di atas menerangkan suatu masyarakat Desa Mujisari
tindakan yang dilakukan terhadap Kecamatan Ambrawa yang termasuk
subjek sebagai penderitanya, yakni kata depan berbentuk dasar memiliki
kata wong ngapak ‘orang ngapak. 2 tuturan yang meliputi kata depan
Kata dilemboni merupakan kata yang berbentuk kata dasar terdiri atas
kerja pasif yang berciri (1) men dan sekang, seperti pada
menggunakan ater-ater tripurusa tuturan “Arep sukuran Mbah men
(prefiks), yaitu de- plus sufiks -ni uripe berkah.” ., “Bapake sekang
dengan kata dasar lembo ‘bohong’. endi Nang?” Kata tersebut berjenis
Kata tersebut merupakan wujud kata depan karena secara sintaksis
kekhasan dialek masyarakat Desa kata tersebut berada di depan atau
Mujisari Kecamatan Ambarawa. mengawali kata sifat yaitu uripe
Secara sintaksis juga dapat berkah ‘hidupnya berkah’, dalam
dibuktikan dengan pengingkaran kalimat di atas, kata tersebut
kata ora ‘tidak’ ora dilemboni ‘tidak menjelaskan tujuan dari membuka
dibohongi’, dan tidak dapat mata pikiran, yaitu supaya tertib.
disambung dengan kata luwih ‘lebih’ Kata men merupakan kata
luwih dilemboni. Kata dilemboni dasar, karena dalam hal ini kata
merupakan wujud kekhasan dialek tersebut merupakan kata yang
mandiri, tidak bergantung pada kata Kata benda (nomina)
lain. Kata men merupakan morfem merupakan kata yang menerangkan
bebas yang tidak digabungi oleh nama barang-barang secara kongkrit
morfem lain baik imbuhan, klitika, dan abstrak. Kata benda adalah kata
dan bentuk dasar yang lain ataupun yang mandiri, dalam konteks kalimat
dengan pemajemukan dan tidak tergantung kata lain, seperti
pengulangan kata karena terdiri atas orang, tempat, benda, kualitas, dan
satu morfem asal. Morfem asal dari tindakan.
kata men yaitu men yang mempunyai Variasi leksikon khas dialek ngapak
kesatuan makna tersendiri yang tidak yang ditemukan pada masyarakat
dapat dibagi lagi menjadi bagian Desa Mujisari Kecamatan Ambrawa
yang lebih kecil. Kata men tersebut yang termasuk kata ganti berbentuk
merupakan wujud variasi dalam dasar memiliki 2 tuturan yang
dialek masyarakat Desa Mujisari meliputi kata benda berbentuk kata
Kecamatan Ambarawa. dasar (1) brug, pedangan, meliputi
Kata sekang berjenis kata tuturan“Lik, brug gone seng sawah
depan karena secara sintaksis kata kae emang didandani yah...”.,
tersebut berada di depan atau “Anake wadon dijiorna baen, nganti
mengawali kata sifat yaitu endi mlebu maring
‘kemana’, dalam kalimat di atas kata pedangan”Berdasarkan kutipan
tersebut juga bisa disebut sebagai kalimat di atas, variasi leksikon khas
preposisi penanda hubungan asal dialek ngapak yang berupa kata
yaitu menjelaskan asal darimana benda adalah kata brug ‘jembatan’.
ayah pergi. Bentuk morfologis kata Kata brug merupakan kata yang
sekang yaitu terdiri atas gabungan berjenis kata benda kongkrit. Kata
morfem afiks dengan imbuhan brug berjenis kata benda karena
sufiks, yakni kata dasar seka secara semantis kata brug mengacu
‘dari,asal’ ditambah dengan imbuhan terhadap unsur kenyataan yang
sufiks –ng. Kata sekang merupakan berupa benda, yakni jembatan yang
wujud kekhasan dialek masyarakat bisa berbentuk besar ataupun kecil,
Desa Mujisari Kecamatan bisa terbuat dari kayu ataupun beton.
Ambarawa.
Secara sintaksis kata tersebut Desa Mujisari Kecamatan
berupa kata benda dapat dibuktikan Ambarawa.
dengan pengingkaran kata tersebut variasi leksikon khas dialek
dengan memakai kata dudu ‘bukan’, ngapak yang berupa kata benda
yakni dudu brug ‘bukan jembatan’ terlihat pada kata pedangan ‘dapur’.
dan juga dengan kata ana ‘ada’, Kata pedangan merupakan jenis kata
yakni ana brug ‘ada jembatan’. Kata benda kongkrit. Kata tersebut
brug tersebut juga tidak dapat mengacu unsur kenyataan berupa
disambung dengan kata ora ‘tidak’, benda yang dapat ditangkap dengan
yakni *ora brug. Kemudian, kata indera manusia, sehingga pedangan
tersebut mengacu unsur kenyataan dikategorikan kata benda berwujud
berupa benda yang dapat ditangkap kongkrit. Kemudian, kata pedangan
dengan indera manusia, sehingga berjenis kata benda karena secara
brug dikategorikan sebagai kata semantis kata pedangan mengacu
benda berwujud kongkrit. terhadap unsur kenyataan yang
Kata brug merupakan kata berupa benda, yakni ruangan atau
dasar, karena dalam hal ini kata tempat untuk memasak.
tersebut merupakan kata yang Bentuk morfologis kata
mandiri, tidak bergantung pada kata pedangan yaitu terdiri atas gabungan
lain. Kata brug merupakan morfem morfem afiks yaitu berupa konfiks
bebas yang tidak digabungi oleh dengan imbuhan prefiks pe- plus kata
morfem lain baik imbuhan, klitika, dasar dang ‘memasak beras’ plus
dan bentuk dasar yang lain ataupun imbuhan sufiks -an. Secara sintaksis
dengan pemajemukan dan kata tersebut berupa kata benda dapat
pengulangan kata karena terdiri atas dibuktikan dengan pengingkaran kata
satu morfem asal. Morfem asal dari tersebut dengan memakai kata dudu
kata brug yaitu brug yang ‘bukan’ dudu pedangan ‘bukan
mempunyai kesatuan makna dapur’, dan kata tersebut tidak dapat
tersendiri yang tidak dapat dibagi diikuti dengan kata ora ‘tidak’ *ora
lagi menjadi bagian yang lebih kecil. dapur. Kata pedangan merupakan
Kata brug tersebut merupakan wujud wujud kekhasan dialek masyarakat
variasi dalam dialek masyarakat
Desa Mujisari Kecamatan dalam hal ini kata tersebut
Ambarawa. merupakan kata yang mandiri, tidak
Kata keadaan atau kata sifat bergantung pada kata lain. Kata
(adjective) adalah kata yang perek merupakan morfem bebas yang
menerangkan suatu benda, barang, tidak digabungi oleh morfem lain
atau yang dibendakan. Variasi baik imbuhan, klitika, dan bentuk
leksikon khas dialek ngapak yang dasar yang lain ataupun dengan
ditemukan pada masyarakat Desa pemajemukan dan pengulangan kata
Mujisari Kecamatan Ambrawa yang karena terdiri atas satu morfem asal.
termasuk kata sifat berbentuk dasar Morfem asal dari kata perek yaitu
memiliki 2 tuturan yang meliputi (1) perek yang mempunyai kesatuan
Perek, mbedigas, meliputi tuturan makna tersendiri yang tidak dapat
“Wani bae Zu, ora wani nangapa? dibagi lagi menjadi bagian yang
Lawong rada perek banget”., “Kae lebih kecil Kata tersebut merupakan
anake sapa lah mandan mbedigas wujud variasi dalam dialek
timen?”Variasi leksikon khas dialek masyarakat Desa Mujiasari
ngapak yang berupa kata sifat adalah Kecamatan Ambarawa.
kata perek ‘dekat’. Kata perek Variasi leksikon khas dialek
merupakan jenis kata sifat karena ngapak yang berupa kata sifat adalah
secara sintaksis kata perek dalam kata mbedigas ‘rusuh’. Secara
kalimat di atas menunjukkan suatu sintaksis kata mbedigas merupakan
keadaan yang dekat yaitu anatara jenis kata sifat karena secara
pulang kerumah yang jaraknya tidak sintaksis kata mbedigas dalam
jauh atau menginap. kalimat di atas menunjukkan suatu
Secara sintaksis kata tersebut keadaan atau sifat yaitu orang yang
dapat dibuktikan dengan sering berbuat rusuh. Bentuk
pengingkaran kata tersebut dengan morfologis kata mbedigas yaitu
kata rada ‘agak’ rada perek ‘agak terdiri atas gabungan morfem afiks
dekat’, kata tersebut juga dapat dengan imbuhan ater-ater hanuswara
diikuti dengan kata banget ‘sekali’ {N-} yaitu prefiks m- plus kata dasar
perek banget ‘dekat sekali’. Kata bedigas. Secara sintaksis kata
perek merupakan kata dasar, karena tersebut dapat dibuktikan dengan
pengingkaran kata tersebut dengan pada percakapan di atas apabila
menggunakan kata mandan ‘agak’ dilihat dari fungsi kata penghubung
mandan mbedigas ‘agak rusuh’, dan dalam bahasa Jawa, kata tersebut
dapat pula diikuti dengan kata timen masuk ke dalam kata penghubung
‘sekali’ mbedigas banget ‘rusuh yang menghubungkan kata, klausa,
sekali’. Kata mbedigas tersebut atau kalimat yang kedudukannya
merupakan wujud kekhasan dalam sederajat atau setara yang
dialek ngapak masyrakat Desa menggabungkan pertentangan. Kata
Mujisari Kecamatan Ambarawa. ningen merupakan kata dasar, karena
Kata sambung (konjungsi) dalam hal ini kata tersebut
adalah kata yang digunakan untuk merupakan kata yang mandiri, tidak
menyambungkan kata dengan kata, bergantung pada kata lain.
frasa dengan frasa, klausa dengan Kata ningen merupakan
klausa, dan klausa dengan kalimat morfem bebas yang tidak digabungi
majemuk. oleh morfem lain baik imbuhan,
Variasi leksikon khas dialek ngapak klitika, dan bentuk dasar yang lain
yang ditemukan pada masyarakat ataupun dengan pemajemukan dan
Desa Mujisari Kecamatan Ambrawa pengulangan kata karena terdiri atas
yang termasuk kata sifat berbentuk satu morfem asal. Morfem asal dari
dasar memiliki 1 tuturan yang kata ningen yaitu ningen yang
meliputi (1) Ningen yang meliputi mempunyai kesatuan makna
“Mboh ora ngerti jenenge, Ningen tersendiri yang tidak dapat dibagi
rupane mendhing azu ya mas.” lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Berdasarkan kutipan kalimat di Kata ningen tersebut merupakan
atas, variasi leksikon khas dialek wujud kekhasan variasi dialek
ngapak yang berupa kata sambung masyarakat Desa Mujisari
adalah kata ningen ‘tetapi’. Kata Kecamatan Ambarawa. Dalam dialek
ningen merupakan konjungsi baku, kata tetapi biasa digunakan
penghubung tak setara. Sesuai dengan kata nanging.
dengan definisi kata sambung, kata Kata seru atau tembung
ningen termasuk ke dalam kata panyeru(interjeksi) yaitu kata yang
sambung karena secara sintaksis menggambarkan atau melahirkan
rasa senang, kaget, kecewa, susah, Desa Mujisari Kecamatan
dan lain-lain. Kata seru juga dapat Ambarawa.
digunakan sebagai suatu ajakan.
Variasi leksikon khas dialek ngapak KESIMPULAN
yang ditemukan pada masyarakat Berdasarkan hasil penelitian dan
Desa Mujisari Kecamatan Ambrawa pembahasan yang telah diuraikan
yang termasuk kata seru berbentuk mengenai Variasi Dialek Bahasa
dasar memiliki 1 tuturan diantaranya Jawa Ngapak di Desa Mujisari dapat
(1) mayuh yang meliputi “Wis disimpulkan bahwa.
mayuh mengko bengi mangkat jega 1. Variasi Leksikon Dialek ngapak
mbengi Lik” pada masyarakat di Desa
Leksikon khas variasi dialek Mujisari Kecamatan Ambarawa
jawa ngapak yang berupa kata seru sesuai dengan rumusan masalah
adalah kata mayuh. Kata mayuh yang ada ditemukan 7 jenis kata,
merupakan sebuah kata yang berarti antara lain (1) ditemukan adanya
suatu ajakan. Kata mayuh merupakan variasi leksikon yang ditemukan
kata dasar, karena dalam hal ini kata jenis kata ganti hal ini
tersebut merupakan kata yang direpresentikan dalam tuturan
mandiri, tidak bergantung pada kata pada data Karnoto: “Ramane
lain. Kata mayuh merupakan morfem sampeyan duwe andha apa ora
bebas yang tidak digabungi oleh Lik?” (2) ditemukan adanya
morfem lain baik imbuhan, klitika, variasi leksikon yang ditemukan
dan bentuk dasar yang lain ataupun pada jenis kata kerja hal ini
dengan pemajemukan dan dapat direpresentikan dalam
pengulangan kata karena terdiri atas tuturan pada data
satu morfem asal. Morfem asal dari Marinten:“Alah dilemboni apa
kata mayuh yaitu mayuh yang ora aku kie.” (3) ditemukan
mempunyai kesatuan makna adanya variasi leksikon yang
tersendiri yang tidak dapat dibagi ditemukan pada jenis kata depan
lagi menjadi bagian yang lebih kecil. hal ini dapat direpresentikan
Kata tersebut merupakan wujud dalam tuturan pada data Sipan:
kekhasan variasi dialek masyarakat “Bapake sekang endi Nang?”
(4) ditemukan adanya variasi sesuai dengan rumusan masalah
leksikon yang ditemukan pada yang ada ditemukan 2 bentuk
jenis kata benda hal ini dapat kata, antara lain (1) ditemukan
direpresentikan dalam tuturan adanya variasi leksikon yang
pada data “Lik, brug gone seng ditemukan berbentuk kata dasar
sawah kae emang didandani hal ini direpresentikan dalam
yah...” (5) ditemukan adanya tuturan pada data : Maimah: “lah
variasi leksikon yang ditemukan ora reti aku lik, lah kae mbok
pada jenis kata sifat hal ini dapat Yatun jere tuku nang pasar
direpresentikan dalam tuturan murah”. (2) ditemukan bentuk
pada data Maryati: “Kae anake kata berimbuhan hal ini
sapa lah mandan mbedigas direpresentikan dalam tuturan
timen?” (6) ditemukan adanya pada data Karnoto: “Ramane
variasi leksikon yang ditemukan sampeyan duwe andha apa ora
pada jenis kata sambung hal ini Lik?”.
dapat direpresentikan dalam Bentuk kata tersebut masing-
tuturan pada data “Mboh ora masing dijelaskan atau
ngerti jenenge, Ningen rupane dibuktikan dengan beberapa
mendhing azu ya mas.” dan (7) pernyataan.
ditemukan adanya variasi
DAFTAR PUSTAKA
leksikon yang ditemukan pada
jenis kata seru hal ini dapat Abdullah, A. (2019). Bahasa
‘Ngapak’sebagai Sarana
direpresentikan dalam tuturan
Konstruksi Budaya
pada data Giman: “Wis mayuh Jawa. Buletin Al-
Turas, 25(2), 141-162.
mengko bengi mangkat jega
mbengi Lik” . Semua jenis kata Arifudin, A. (2018). Bahasa Jawa Di
Kabupaten Kebumen:
tersebut masing-masing
Kajian
dijelaskan atau dibuktikan Sosiodialektologi. Sutasoma
: Jurnal Sastra Jawa, 6(1).
dengan beberapa pembuktian.
2. Variasi Leksikon Dialek ngapak Agus Sariono. (2016). Pengantar
Dialektologi. Yogyakarta.
pada masyarakat di Desa
CAPS (Center for
Mujisari Kecamatan Ambarawa Akademic Publishing
Service)
Purwaningrum, P. W., & Pangestu,
Heni, A. N., & Suryadi, M. (2022). M. (2021). Variasi Dialek
Variasi Leksikal Bahasa dalam Budaya Jawa di
Minangkabau Di Kabupaten Tangerang
Kanagarian Kubang Putiah, (Sebuah Kajian
Kabupaten Agam: Kajian Dialektologi). Jurnal Sastra
Sosiodialektologi, Indonesia, 10(1), 9-15.
Widyaparwa, 50(1), 151-
161. Sumarsono. (2013). Sosiolinguistik.
Yogyakarta. SABDA
Heni, A. N., & Suryadi, M. (2022). (Lembaga Studi Agama,
Variasi Leksikal Bahasa Budaya dan Perdamian)
Minangkabau Di
Kanagarian Kubang Putiah, Susanti, E. (2016). Glosarium
Kabupaten Agam: Kajian kosakata Bahasa Indonesia
Sosiodialektologi. Widyapar dalam ragam media
wa, 50(1), 151-161. sosial. Dialektika, 3(2), 229-
250.
Indrariani, E. A., & Ningrum, Y. F.
(2017). Kajian Kontrastif: Wati, U., Rijal, S., & Hanum, I. S.
Dialek Bahasa Jawa Pesisir (2020). Variasi bahasa pada
dan Pegunungan di mahasiswa perantau di
Kabupaten fakultas ilmu budaya
Pemalang. Jurnal Bahasa universitas mulawarman:
Lingua Scientia, 9(2), 347- Kajian sosiolinguistik. Ilmu
356. Budaya: Jurnal Bahasa,
Sastra, Seni, Dan
Mansoer Pateda. (2015). Budaya, 4(1), 21-37.
Sosiolinguistik. Bandung.
CV Angkasa.

Naschah, A. F., & Rahmawati, D.


(2020). Variasi Dialek
Yogyakarta-Purworejo pada
Channel Youtube “Pak
Bhabin Polisi
Purworejo”(Sebuah Kajian
Sosiodialektologi). Tabasa:
Jurnal Bahasa, Sastra
Indonesia, dan
Pengajarannya, 1(1), 48-68.

Nursapiah Harahap.(2020).
Penelitian Kualitatif.
Sumatera Barat. Wal ashri
Publishing

Anda mungkin juga menyukai