Anda di halaman 1dari 10

1.

Jelaskan istilah-istilah berikut dengan contoh kasus:


a. Pemertahanan Bahasa, Usaha dalam mempertahankan penggunaan bahasa
dalam fungsi yang berbeda pada ranah yang berbeda pula. Misalnya bahasa
Banjar dengan dialek Melayu. Pertemuan dua suku ini menghasilkan
perubahan dalam tata bahasa penggunaan bahasa Banjar dengan dialek
Melayu bisa dilihat dari aspek morfologi ataupun sintaksis. Tetapi penggunaan
tata bahasa tersebut hanya diambil dialek Melayu saja, bahasa aslinya
ditinggalkan. Maka dari contoh tersebut terlihat bahwa pemertahanan bahasa
dalam satu wilayah diambil secara menyeluruh oleh Banjar yang sudah
mengalami perubahan dan ditetapkan sebagai dialek di wilayah tersebut, inilah
yang disebut pemertahan bahasa.

b. Pergeseran Bahasa, terjadinya proses pemertahan bahasa ke proses


perubahan bahasa atau tergantinya bahasa lama dengan bahasa baru. Misalnya
sekelompok penutur bahasa Banjar, masuk ke sekolompok wilayah yang
banyak menggunakan bahasa Melayu atau bisa juga sekolpok migran yang
lebih mayoritas masuk ke wilayah yang minoritas, misal suku Bugis masuk ke
wilayah yang banyak mayoritas suku Banjar.

c. Interferensi Bahasa, pencampuran dua bahasa yang saling berpengaruh


antara kedua bahasa atau perubahan sistem suatu bahasa secara migran,
penduduk, dan ideologi-politik. Bisa dilihat juga dalam aspek fonologi,
morfologi dan sintaksis. Contoh negara-negara yang terpengaruh ideologi
komunis. Sehingga setiap negara memandang arti komunis tersebut berbeda-
beda, seperti Indonesia yang memandang istilah komunis sebagai istilah yang
bernuansa negatif hal ini dipengaruhi dari aspek ideologi masyarakat
mengenai istilah komunis tersebut.

d. Penghilangan Bahasa, kepunahan bahasa akibat pengguna bahasa yang


minoritas di masyarakat. Contoh berbagai suku yang pindah ke Ibu Kota IKN
di Kalimantan dan seiring berjalannya waktu penggunaan bahasa yang
tertinggal hanya bahasa Jaksel versi Kalimantan.
e. Multibahasa, mencau pada penggunaan dua bahasa atau lebih oleh individu
ataupun masyarakat. Misalnya penuturan bahasa Banjar, Melayu dan bahasa
Inggris ketiga bahasa ini bisa diperoleh dalam natural ataupun alami. Tetapi
dilihat lagi dalam aspek penggunaanya atau situasi berbahasa, kapan bahasa
tersebut dapat digunakan dalam situasi-situsi yang memungkinkan
menggunakan bahas tersebut.

f. Dwibahasa, pemerolehan dua bahasa yang didapatkan dalam masyarakat


tersebut bisa didapatkan secara natural dan pembelajaran/pendidikan.
Misalnya pemerolehan bahasa Indonesia yang digunakan sebagai bahasa
kedua. Sehingga pada situasi ini bahasa Ibu lebih unggul dibandingkan bahasa
kedua seperti, penutur bahasa yang ahli dalam menggunakan bahasa Banjar,
tetapi ketika situasi penggunaan bahasa Indonesia minim dalam penuturan
bahasa jika dalam konteks natural. Tetapi ketika diperoleh dalam aspek
pembelajaran/pendidikan akan diketahui penggunaan tata bahasa yang lebih
terstruktur.

2. Unduh 3 artikel penelitian, kemudian lakukan analisis matriks


a. Pemertahan Bahasa
 PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA
BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Pemerintahan,
Ranah Transaksi, dan Ranah Tetangga)
Penulis: Novia Winda dan Siti Aulia
Nama Jurnal: Stilistika (Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya)
Vol. 1 No.2, 1 Oktober 2016
Abstrak:
Pemertahanan bahasa Banjar Hulu di Kota Banjarmasin
merupakan sebuah fenomena perilaku bahasa yang menarik untuk
dikaji dari perspektif sosiolinguitik. Penelitian ini bertujuan
untuk:mendeskripsikan pemertahanan bahasa Banjar Hulu pada
kelompok umur dewasa pada ranah keluarga, ranah pergaulan, ranah
pekerjaan, ranah pendidikan. Responden yang terlibat dalam penelitian
ini sebanyak 10 responden yang berdomisili di Kota Banjarmasin.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran daftar
pertanyaan, data tentang frekuensi penggunaan bahasa disajikan dalam
bentuk tabel yang dianalisis secara kuantitatif.
Penelitian ini menghasilkan temuan sebagai berikut. 1) Pada ranah
pemerintahandari 10 responden hanya 2 responden (20,00%) yang
menggunakan bahasa Banjar Hulu untuk berkomunikasi dengan yang
sesuku.2) Ranah transaksi dominan digunakan kelompok dewasa dari
sepuluh responden sebanyak 8 responden (80,00%) mengaku
menggunakan bahasa Banjar Hulu. 3) Pada ranah tetangga 9 responden
(90,00%) menggunakan bahasa Banjar Hulu jika berinteraksi dengan
tetangga yang sesuku. Sehingga dapat disimpukan pemertahanan
bahasa Banjar Hulupada kelompok dewasa masih terlaksana di kota
Banjarmasin.
Kata Kunci: Bahasa Banjar Hulu, Pemertahanan Bahasa
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
Sebuah budaya menempatkan bahasa sebagai identitas serta nilai
mutlak yang dimiliki oleh masyarakat. Masyarakat Banjar Hulu
merupakan masyarakat budaya yang memiliki kuantitas besar di
Banjarmasin. Masyarakat ini menggunakan bahasa Banjar Hulu
sebagai nilai identitasnya dalam kehidupan bermasyarakat dalam
upaya pemenuhan kehidupan. Sehungga penelitian ini akan
menelaah lebih jauh mengenai situasi kebahasaan di wilayah
Banjarmasin terutama yang berkenaan dengan kemungkinan
adanya pergesaran dan pemertahanan bahasa.
 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang yang menjadi fokus dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pemertahanan bahasa Banjar
Hulu pada kelompok umur dewasa pada ranah pemerintahan?, 2.
Bagaimana pemertahanan bahasa Banjar Hulu pada kelompok
umur dewasa pada ranah transaksi?, 3. Bagaimana pemertahanan
bahasa Banjar Hulu pada kelompok umur dewasa pada ranah
tetangga?.
 Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan hal-hal
berikut ini. 1. Pemertahanan bahasa Banjar Hulu pada kelompok
umur dewasa pada ranah pemerintahan. 2. Pemertahanan bahasa
Banjar Hulu pada kelompok umur dewasa pada ranah transaksi. 3.
Pemertahanan bahasa Banjar Hulu pada kelompok umur dewasa
pada ranah tetangga.
Penelitian relevan: Damanik, Ramlan. 2009. Tesis: Pemertahanan
Bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun. Medan: USU. Salah
satu objek banding penelitian dalam menganalisis skala pengukuran
nominal, ordinal, interval, dan rasio untuk melihat bahasa yang
bertahan dan tidak bertahan di dalam penelitian tersebut.

Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik, yakni


penelitian perihal kebahasaan di dalam kelompok sosial, yang dikaji
adalah perilaku kelompok bukan perilaku perseorangan. Dalam kajian,
keduanya menggunakan metode kuantitatif. Selanjutnya, dalam
pengumpulan data digunakan metode survei, yakni metode penelitian
untuk mengumpulkan dan menganalisis data sosial melalui daftar
pertanyaan atau kuesioner yang sangat berstruktur dan rinci dengan
tujuan memperoleh informasi dari sejumlah besar responden yang
dianggap mewakili populasi.

Teori: Data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan cara


penghitungan persentase mengikuti pola perhitungan Muhajir dalam
Damanik (2009: 17). Penyusunan dalam bentuk tabel atau tabulasi ini
merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses analisis data
(Koentjaraningrat, 1993), Berkaitan dengan skala pengukuran dalam
menganalisis data dalam penelitian ini digunakan skala pengukuran
nominal, ordinal, interval, dan rasio (Nasution dalam Damanik (2009:
30))

Temuan

Pada ranah pemerintahan dari 10 responden hanya 2 responden yang


menggunakan bahasa Banjar Hulu dan 8 responden lainnya
menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan yang
sesuku, sedangkan untuk berkomunkasi dengan yang tidak sesuku
semua responden menggunakan Bahasa Indonesia. b. Pada ranah
transaksi bahasa Banjar Hulu digunakan 8 responden dalam
berinteraksi dengan sesuku. c. Pada ranah tetangga sebanyak 9
responden menggunakan bahasa Banjar Hulu jika berinteraksi dengan
tetangga yang sesuku.

Referensi

Total referensi: 13
Referensi dari jurnal artikel: 1
Referensi dari 10 tahun terakhir: 13
 PEMERTAHANAN BAHASA DAERAH SUKU BAJAU SAMMA DI
KELURAHAN JENEBORA KECAMATAN PENAJAM
KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
Penulis: Nurun Nisah, Kiftian Hady Prasetya, Ari Musdolifah
Nama Jurnal: Jurnal Basataka (JBT)
Vol. 3, No. 1, Juni 2020
Abstrak:
Zaman sekarang ini banyak bahasa daerah yang terancam punah yang
disebabkan oleh penutur yang tidak memelihara bahasa daerahnya dan
jumlah penuturnya lebih kecil akan mengalami kepunahan bahasa Bajau
Samma mulai mengalami pergeseran bahasa. Sehingga perlunya
pemertahanan bahasa Bajau Samma. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan upaya pemertahanan Bahasa Bajau Samma pada
masyarakat penuturnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif Dengan menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Data dalam
penelitian ini berupa tuturun Suku Bajau Samma. Sumber data penelitian
ini berasal dari data kata-kata dari bahasa bajau samma dan
tindakan orang-orang yang diamati. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik simak bebas libat cakap dan wawancara. Teknik
analisis data menggunakan teknik reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan upaya pemertahanan
bahasa menggunakan faktor-faktor pemertahanan bahasa (1) Konsentrasi
Penutur (2) Kesinambungan Pengalihan Bahasa Golongan Muda (3)
Loyalitas Terhadap Bahasa Ibu (4) Sikap Bahasa Golongan Muda (5)
Penggunaan Bahasa Oleh Kelompok Guyub.
Kata Kunci: Sosiolinguistik, Pemertahanan Bahasa, Suku Bajau
Samma.

PENDAHULUAN
Latar belakang: Bahasa Bajau adalah sebutan untuk bahasa yang
digunakan oleh masyarakat Suku Bajau. Bahasa Bajau termasuk dalam
rumpun bahasa Barito Raya. Bajau Samma yang biasa juga disebut “Orang
Laut” merupakan suku yang nomaden atau hidupnya berpindahpindah
karena masyarakat suku Bajau Samma bersifat nomaden jadi bahasa yang
digunakan terpengaruh oleh bahasa yang didapatkan dari lingkungan baru
sehingga mempermudah komunikasi untuk beradaptasi masyarakat suku
Bajau Samma.
Rumusan Masalah: Pada dasarnya, Bahasa Bajau Samma adalah alat
komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan masyarakat di daerah
Kelurahan Jenebora, Kabupaten Penajam Paser Utara, terutama untuk
masyarakat nelayan. Namun demikian, terjadi pergeseran sikap penutur
bahasa Bajau Samma terhadap bahasa Bajau Samma itu sendiri pada
sebagian masyarakat Jenebora terutama generasi muda yang tinggal di
daerah tersebut karena generasi muda di Kelurahan Jenebora lebih sering
menggunakan Bahasa Daerah lain atau Bahasa Indonesia sehingga
perlunya pemertahanan bahasa.
Tujuan: peneliti tertarik untuk menganalisis kondisi pemertahanan bahasa
Bajau Samma pada masyarakat di Kelurahan Jenebora. Walaupun generasi
remaja sudah jarang menggunakan bahasa Bajau Samma, para generasi tua
masih menggunakan bahasa Bajau
Manfaat: adanya penelitian untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan
masyarakat Jenebora dalam pemertahanan bahasa Bajau Samma.

Penelitian relevan:
Rahman, R. (2017). Pola-Pola strategi Pemertahanan Bahasa Bali di Desa
Palajau Baru Kecamatan Kelupang Hilir Kabupaten Kota baru.
Jurnal Bahasa, Sastra Dan Pembelajarannya , 17-19.
Ratna, I. &. (2003). Budaya Bajau : Pemanfaatan dan Pelestarian
Lingkungan. Jurnal Masyrakat dan Budaya, vol 5 no.2 , 59-75.
Sailan, Z. (2014). Pemertahanan Bahasa Muna di Kabupaten Muna
Sulawesi Tenggara. Retrieved Maret 1, 2018, from Jurnal Litera. Vol
13 hal. 142: Http:/www.jurnal.uny.ac.id
Penelitian relevan tersebut digunakan untuk aspek sumber data dalam
analisis data di dalam penelitian tersebut. Penjelasan keterkaitan atau
perbedaan tidak dideskripsikan oleh penulis, tetapi aspek fokus penelitian
disampaikan sebagai tujuan dalam penelitian tersebut.

Metode: penelitian ini adalah pendekatan sosiolinguistik. Adapun jenis


penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan
sumber data kata-kata dari bahasa bajau samma dan tindakan orangorang
yang diamati. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau
melalui perekaman video/audio, pengambilan foto, atau film. Sumber data
dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Bajau Samma di Kelurahan
Jenebora.
Teori: Pendekatan sosiolinguistik mengkaji bahasa dalam kaitannya dalam
penggunaan bahasa dalam masyarakat Chaer (2010, p. 3). Adapun jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Bogdan & Taylor (Sujarweni,
2014, p. 19). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemertahanan
sebuah bahasa seperti yang diungkapkan oleh Sumarsono (Rahman, 2017).
Temuan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa upaya yang dilakukan untuk mempertahankan bahasa Bajau Samma
berdasarkan faktor- faktor pemertahanan bahasa adalah (1) Kosentrasi
Penutur ditemukan 3 data, (2) Kesinambungan pengalihan bahasa ibu 7
data, (3) Loyalitas Terhadap Bahasa Ibu 7 data, (4) Sikap Bahasa
Golongan Muda 5 data , (5) Penggunaan Bahasa Oleh Kelompok (Guyup)
12 data. Dari jumlah data upaya pemertahanan bahasa yang di lihat dari
faktor- faktor pemertahanan bahasa data yang paling banyak di temukan
adalah faktor pemertahanan bahasa penggunaan bahasa oleh kelompok
guyub yaitu 12 data dan data yang paling sedikit adalah sikap bahasa
golongan muda yaitu 5 data.
Referensi
Jumlah referensi: 16
Referensi dari jurnal: 6
Referensi 10 tahun terakhir: 7

 Interferensi Bahasa Buol Terhadap Pemakaian Bahasa Indonesia


Pada Masyarakat Momunu Kabupaten Buol
Penulis: Yuliana Z Daipore
Nama Jurnal: Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5, No. 1, (2020)
Abstrak:
Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk-
bentuk interferensi bahasa Buol yang terjadi pada masyarakat Desa
Lamadong II Kecamatan Momunu Kabupaten Buol. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk yang diakibatkan oleh faktor
interferensi dalam tindak tutur masyarakat Momunu Desa Lamadong II.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dari data lisan. Dengan
menggunakan metode simak, metode cakap , dan metode survei. Hasilnya
yang diperoleh adalah faktor interferensi fonologi, interferensi morfologi,
dan interferensi sintaksis. Contoh interferensi dalam bentuk fonologi
“konapa” seharusnya”kenapa”. Bentuk interferensi morfologi “bamasak”
seharusnya “ memasak”. Bentuk nterferensi pada sintaksis “berapa jilbab
yangkaupakai?” seharusnya “berapa harga jilbab yang kau pakai “.

Kata Kunci : Interferensi , bahasa Buol, bahasa Indonesia.

PENDAHULUAN
Latar belakang: Dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar seakan terganggu oleh penggunaan bahasa daerah. Artinya, struktur
kata yang digunakan adalah struktur bahasa daerah. Kebanyakan
masyarakat Indonesia dalam berbahasa Indonesia menggunakan struktur
bahasa daerah. Interferensi merupakan penggunaan unsur-unsur pertama
ke dalam bahasa kedua yang digunakan pada saat berkomunikasi.
Interferensi dianggap satu kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau
aturan bahasa yang digunakan. Penyebab interferensi ini adalah bahasa
yang lebih dulu dikuasainya yaitu bahasa ibu atau bahasa pertama (BI)
terhadap bahasa kedua (B2) digunakan oleh penutur yang menguasai dua
bahasa akan menyebabkan pengaruh dan menggunakan satu bahasa saat
berinteraksi. Hal ini akan memungkinkan terjadinya kesalahan dalam
masyarakat. Salah satu daerah di Indonesia yang masyarakatnya
merupakan dwibahasa seringkali menyimpang dari kaidah kebahasaan
adalah kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Misalnya dalam bidang
fonologi kata“kemana”berubah menjadi “komana”
Rumusan masalah: rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah bentuk-bentuk Interferensi bahasa Buol terhadap pemakaian
bahasa Indonesia pada Masyarakat Momunu Di Desa Lamadong II,
Kabupaten Buol ?
Tujuan:
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk interferensi
bahasa Buol terhadap pemakaian bahasa Indonesia di Kecamatan Momunu
khususnya Desa Lamdong II.
Manfaat: memberikan pengetahuan tentang kaidah kebahasaan yang baik
dan benar dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan
Sebagai upaya pengembangan teori sosiolinguistik.

Penelitian relevan: Penelitian menurut Hartman dan Stork (dalam Chaer


dan Agustina, 2010 : 121) berpendapat interferensi merupakan pengacauan
yang terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan ujaran bahasa ibu atau
dialek ke dalam bahasa. Sehingga Dalam penelitian ini, peneliti tersebut
menggunakan kajian sosiolinguistik untuk melihat hubungan timbal balik
antara bahasa dan perilaku sosial dalam masyarakat peneliti membahas
tentang interferensi bahasa Buol terhadap pemakaian bahasa Indonesia
pada Masyarakat di Desa Lamadong II.

Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian


kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara bertatap muka
langsung dan berinteraksi dengan orang-orang yang menjadi objek
penelitian. a. Jenis data yang akan diperoleh terdiri atas data lisan yang
dituturkan oleh masyarakat suku Buol yang menjadi informan dalam
penelitian ini. Sumber data penelitian ini adalah masyarakat suku Buol
yang menggunakan bahasa Buol di Desa Lamadong II Kecamatan
Momunu Kabupaten Buol. Metode yang dipakai dalam pengumpulan data
pada penelitian ini adalah metode simak, metode cakap dan metode survei.
Teori: teori Sosiolinguistik yang dinyatakan oleh Fishman n (dalam buku
wijana dan rohmadi, 2012 : 7 ) sosiolinguistik sebagai ilmu yang bersifat
interdisipliner yang menggarap masalah-masalah kebahasaan dalam
hubunganya dengan faktor-faktor sosial, situsional, dan kulturnya.
Interferensi yang digunakan oleh Winrech (1953 : 1) untuk menyebut
adanya perubahan sistem suatu bahasa.
Temuan: Interferensi bahasa Buol terhadap pemakaian bahasa Indonesia
lisan pada masyarakat di Desa Lamadong II Kecamatan Momunu
Kabupaten Buol meliputi bentuk fonologi, morfologi dan sintaksis.
Penyebab terjadinya interferensi bidang fonologi disebabkan karena suku
Buol sering menambahkan huruf vokal ke dalam kata dasar. Penyebab
terjadinya interferensi bidang morfologi sering kali memasukkan/
meletakkan prefiks atau afiks bahasa Buol ke dalam bentuk dasar. Begitu
pula dengan penyebab terjadinya interferensi dalam bidang sintaksis
terjadi karena suku Buol memasukkan pola klausa, atau kalimat ke dalam
bahasa Indonesia yang berbeda klausa ataupun kalimat sehingga
menimbulkan interferensi.
Referensi
Jumlah total: 16
Referensi dari jurnal artikel: 4
Referensi dari 10 tahun terakhir: 12

Anda mungkin juga menyukai