HASIL
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pemertahanan bahasa daerah menjadi salah satu fenomena sekaligus langkah yang
muncul ditengah polemik pergeseran bahasa daerah. Baik pemertahanan maupun pergeseran
bahasa menjadi dua sisi mata uang. Keduanya hadir secara bersamaan. Artinya, terjadi
fenomena kebahasaan tersebut merupakan akibat dari hasil kolektif pilihan bahasa. Pilihan
bahasa diartikan sebagai hasil dari proses memilih suatu bahasa yang dilakukan oleh
masyarakat bahasa atau penutur multibahasawan. Artinya, penutur tersebut menguasai dua
bahasa atau lebih sehingga dapat memilih bahasa yang digunakan dalam tindak tutur melalui
variasi tunggal bahasa, ahli kode, dan campur kode (Widianto 2016).
Suku Bada adalah suku yang berada Di pedalaman Lembah Bada dan salah satu
kelompok yang berdiam dalam wilayah kecamatan Lore Selatan dan Lore Barat, yang
termasuk dalam Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, wilayah Lore ini biasa disebut
daerah Bada. Di desa Bada terbagi atas dua wilayah yaitu Lore Barat dan Lore selatan dan
di wilayah tersebut ada beberapa Desa. Yang bertama di Lore Selatan (Bomba, Pada, Bewa,
Gintu, Runde, Badangkaia, Bakekau, Bulili). Jumlah Penduduk di kecamatan Lore Selatan
berdasarkan proyeksi penduduk kecamatan tahun 2020 sebesar 6.332 jiwa, 1.510 rumah
tangga. Dari total penduduk kecamatan Lore Selatan tersebut terdapat 3.282 jiwa penduduk
laki-laki dan 3.050 jiwa penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 107. Ini
berarti bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan, atau dengan kata
lain setiap 107 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk perempuan. Jumlah rumah tangga
yang terdapat di Kecamatan Lore Selatan terdapat sebanyak 1.510 rumah tangga dengan rata-
rata 4 anggota rumah tangga. Jumlah rumah tangga terbanyak yaitu terdapat di desa Gintu
Kedua yaitu Lore Barat (Lelio, Kolori, Kageroa, Lengkeka, Tomehipi, Tuare) jumlah
kecamatan tercatat sebesar 3.164 jiwa dan 754 rumah tangga. Dari total penduduk kecamatan
Lore Barat tersebut, terdapat 1.646 jiwa penduduk laki-laki dan 1.518 jiwa penduduk
perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 108. Desa Lengkeka yang mempunyai jumlah
penduduk terbesar, yaitu sebesar 910 jiwa atau 28,76 persen dari total penduduk kecamatan
Lore Barat.
Menurut data BPS pada tahun 2010 ada lebih dari 300 kelompok etmik atau suku bangsa
di Indonesia atau tepatnya 1.340 suku bangsa. Dalam hal ini suku Jawa adalah kelompok
suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Namun dalam
tulisan ini penulis akan membahas salah satu suku bangsa yaitu suku Bada yang mendiami
wilayah pedalaman lembah Bada di Lore kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah.
Indonesia.
tersebut berupa tergesernya bahasa Bada oleh bahasa Indonesia dalam beberapa
aspek, dalam berkomunikasi sehari-hari generasi muda, dan masyarakat tutur bahasa
tersebut terus berlanjut, dapat dipastikan terjadi kepunahan penutur bahasa Bada pada
beberapa puluh tahun ke depan. Terjadinya kepunahan bahasa Bada tersebut seiring
Dalam hal pemertahanan bahasa, suku bada mampu mempertahankan bahasa dan
budaya mereka dari dulu hingga saat ini, kiat-kiat apa saja yang mereka lakukan untuk
mempertahankan bahasa dan budaya mereka hal ini belum diketahui penulis, tentu perlu
penelitian untuk mengetahui hal tersebut dan menjadi penambahan wawasan bagi penulis.
Atas dasar tersebut penulis tertarik dan terpanggil untuk meneliti suku bada dengan alasan
tersebut akan meneliti bagaimana mereka mampu mempertahankan bahasa mereka saat ini.
Berdasarkan latar belakang penulis merumuskan masalah yang dikaji dalam penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
maupun praktis.
1. Manfaat teoretis
2. Manfaat Praktis
kebijakan terutama yang berkaitan dengan kebudayaan daerah dan dapat memberikan
kesadaran terhadap masyarakat Bada untuk terus memelihara dan tidak membiarkan
bahasanya menghilang begitu saja sehingga hanya menjadi sejarah yang tidak dapat
Raja Kabupaten Simalungan ini membahas pemertahanan bahasa Batak Toba di Desa
bahasanya. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat peranan
penggunaan bahasa Batak Toba sebagai bahasa daerah dan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional di wilayah yang mayoritas penduduknya adalah etnis Batak
masyarakat di Desa Silakkidir terhadap bahasa Batak Toba sebagai identitas dan
peninggalan budaya yang masih ada dalam masyarakat. Metode yang digunakan
teori sosiolinguistik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola penggunaan
bahasa Batak Toba pada usia di atas 20 tahun (dewasa) masih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan bahasa Batak Toba pada usia di bawah 20 tahun. Pada usia 20
tahun ke atas, pengguna bahasa Batak Toba menunjukkan sikap bahasa positif (76%),
sedangkan pada usia di bawah 20 tahun menunjukkan sikap bahasa negatif (7,27%).
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Universitas Tadulako pada tahun 2019.
memperahankan bahasa dan budaya suku Kaili Da’a, dalam hal ini desa kelurahan
yang menjadi objek penelitian adalah Desa Kanuna Kecamatan Kinovaro Kabupaten
Sigi Biromaru dan Dusun Salena Kelurahan Buluri Kecamatan Ulujadi Kota Palu,
peneliti memilih dua desa atau kelurahan tersebut dikarenakan di desa kanuna adalah
desa mayoritas Suku Kaili Da’a dan Dusun Salena Kelurahan Buluri adalah tempat
adanya rumah tokoh adat Kaili Provinsi Sulawesi Tengah di mana Dusun Salena
tersebut peneliti membutuhkan banyak data dan sampel untuk melakukan penelitian
sehingga di temukan hasil sebuah penelitian yang di pertanggung jawabkan.
Hasilnya adalah pemertahanan bahasa Kaili Da’a di temukan beberapa faktor yaitu,
adat, Bahasa penghubung, konsisten dan lingkungan. Dalam faktor lingkungan terbagi
menjadi dua yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal, dan untuk
pemertahanan budaya ada beberapa budaya yang masih di pertahankan hingga saat ini
oleh masyarakat Suku Da’a yaitu, prosesi pernikahan , berpakaian, pengobatan, rumah
pohon.
Persamaan penelitian yang di lakukan oleh penulis dan Mohamad Bahrul Ulun
membahas mengenai pemertahanan bahasa yang terdapat dalam satu suku atau sebuah
desa. Perbedaan penelitian yang di lakukan penulis dan Mohamad Bahrul Ulun adalah
Noelbaki yang dilakukan oleh Jinto Soares Pinto 2020 . Penelitian ini bertujuan untuk
pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode simak bebas
libat cakap dalam pengamatan. Pada metode analisis data digunakan metode
Kecamatan Kupang Tengah sangat berperan adalah masyarakat suku Tetu yang
dan ranah pendidikan. Pemertahanan bahasa Tetun juga tidak lepas dari faktor-faktor
diantaranya (1) wilayah permukiman yang terkosentrasi. (2) adanya toleransi dari
masyarakat mayoritas suku Tetun terhadap minoritas suku Sabu, Flores dan Kefa di
Desa Noelbaki, (3) adanya loyalitas tinggi dari masyarakatsuku Tetun terhadap
bahasa Tetun sebagai bentuk perwujudan jatidiri mereka, (4) ada kesinambungan
sebelumnya.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
Penulis dan Jinto Soares Pinto adalah penulis melakukan penelitian mengenai
penggunaan bahasa yang biasanya secara tradisional dikuasai oleh bahasa tersebut
menambahakan bahwa
dalam pemertahanan bahasa suatu komunitas secara kolektif menentukan untuk
melanjutkan memakai bahasa yang sudah biasa dipakai. Walaupun saat penutur atau
kelompok penutur datang ke suatu daerah yang memilih bahasa berbeda dengan
mereka, maka tetap menggunakan bahasa asli mereka. Hal tesebut bisa terjadi karena
bahasa mereka yang sebelumnya dianggap lebih prestise dibanding bahasa baru
bahasa adalah Keadaan masyarakat bahasa untuk tetap menggunakan bahasa asli
mereka bahasa secara terus-menerus meskipun ada tekanan bahasa lain. Faktor yang
bahwa bahasa asli mereka lebih prestise dibanding dengan bahasa lain
interkasi fisik terhadap masyarakat daerah lain. Hal tersebut juga menyebabkan
mereka terpisah secara ekonomi dan budaya. Oleh sebab itu, kemungkinan untuk
tepengaruh budaya dan bahasa lain menjadi minim. Hasilnya masyarakat penutur
Faktor lainnya seperti faktor migrasi sebenarnya merupakan salah satu faktor
yang membawa kepada sebuah pergeseran bahasa. Hal ini dikemukakan oleh fasold
(dalam sumarsono 2012:60) bila sejumlah orang dari sebuah penutur bahasa bermigrasi
ke suatu daerah dan jumlahnya dari masa ke masa bertambah sehingga melebihi jumlah
populasi penduduk asli dari daerah itu, maka di daerah itu akan tercipta sebuah
lingkungan yang cocok untuk pergeseran bahasa. Pola konsentrasi wilayah inilah yang
menurut (sumarsono 2012:61) sebagai salah satu faktor yang dapat mendukung
terhadap masyarakat tutur. Tindakan ini dapat dilakukan oleh masyarakat tutur itu
mengadakan lomba atau sayembara kebahasaan berupa pidato, menulis cerpen dan
penggunaan bahasa dalam tuturan sehari-hari, di dunia pendidikan, dan pada acara-
2. Peran Pemerintah
Upaya pemertahanan sejauh ini adalah dengan adanya pusat bahasa yang
mewadai bahasa nasional dan pusat bahasa daerah. Peraturan nasional tentang
No.24 Tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang-lambang negara serta lagu
kebangsaan.
terancam atau muncul saat gejala-gejala, misalnya masuknya pengaruh bahasa Inggris
2016:144)
Hidup sebagai kaum urban di perkotaan dalam masyarakat bahasa yang majemuk
harus mempunyai sikap. Bahasa Banjar perlu dipertahankan sebagai bahasa ibu.
2. Peningkatan Loyalitas
pemertahanan Bahasa Banjar. Jika ada peralihan bahasa maka bahasa akan punah
Pada jalur formal, bahasa Banjar dijadikan materi pelajaran dalam kurikulum
rendah.
Bahasa Banjar juga memiliki tradisi sastra dan lisan. Kondisi yang demikian ini
kebudayaan nasional. Bahasa yang sudah punah juga dapat ditangani dengan
strategi pewarisan nilai budaya dapat dilakukan secara lisan.. Tradisi tulis jika ada
semakin dekat juga dia dengan sukunya sehingga dia akan mempertahankan
organisasi agar perantau tetap menjaga budaya dan juga menjaga kerukunan antar
sesame.
dengan yang lain terhadap berbagai faktor sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir
adalah sebuah penelitian yang meneliti dua variabel atau lebih dengan menggunakan diagram
yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka
Bahasa Bada adalah salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia Dibandingkan
paling banyak penuturnya. Tetapi semakin tahun penurut bahasa Bada semakin
berkurang. Hal tersebut disebabkan karena semakin besarnya peran bahasa Indonesia
dalam berbagai ranah kehidupan. Bahasa Bada mulai tergantikan dengan bahasa
bahasa komunikasi dalam ranah keluarga, pendidikan, acara keagamaan, dan acara-
acara adat kedaerahan. Hal tersebut bisa menyebabkan bahasa Bada mengalami
kepunahan.
PEMERTAHANAN BAHASA BADA
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
TEKNIK ANALISIS
HASIL
BAB III
METODE PENELITIAN
pemertahanan bahasa Bada dalam konteks dan kondisi sosial budaya sebenarnya yang terjadi
pada suku Bada, sehingga jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian
kualitatif. Dan hasilnya nanti bukan hanya berupa kata atau laporan semata tetapi juga bisa
melalui gambar yang di ambil pada proses penelitian sehingga hasil dari penelitian akan
tampak nyata di ambil pada proses penelitian sehingga hasil dari penelitian akan tampak
nyata dari sumber-sumber yang terpercaya dan bisa di pertanggung jawabkan hasilnya.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang berupa
kata-kata tertulis atau lisan yang bersumber dari infoman. Metode penelitian kualitatif sering
disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
Metode kualitatif di gunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data
yang mengandung makna. Karena makna merupakan data yang sebenarnya, data yang pasti
yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian
kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tapi lebih menekankan pada makna
(sugiyono,2015:5)
pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka, dan
dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah generalisasi prediktif teori
tersebut benar.
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lembah Bada yang saat ini telah masuk ke Wilayah Kab. Poso, yaitu di Kecamatan Lore
Selatan dan Lore Barat, yaitu Desa Gintu dan Lengkeka dan peneliti memilih ini dikarenakan
sebelumnya peneliti sering berkunjung ke tempat ini dan telah melihat langsung kondisi dan
keadaan masyarakat di tempat ini, sebab itulah peneliti kemudian merasa penasaran dan
terpanggil untuk mempelajari dan menambah wawasan peneliti tentang suku bangsa di
Waktu penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dan kegiatan yang dilakukan secara
2. Alat tulis yang berfungsi untuk mencatat hasil wawancara peneliti dengan informan
3. Kamera yang berfungsi untuk mengambil gambar kondisi lingkungan dan prosesi adat
4. Alat perekam suara dalam hal ini bisa menggunakan handphone untuk merekam
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau
sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang
tahap yakni : (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis data, (3) tahap penyajian hasil
analisis data.
mencari atau memperoleh data. Metode yang di pakai dalam pengumpulan data pada
1. Metode simak
Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak
penggunaan bahasa. Dinamakan metode simak karena cara yang digunakan untuk
memperoleh data yaitu dengan cara menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2007 : 29).
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data lisan, yaitu data berupa alih kode yang
langsung dalam dialog, baik aktif maupun secara reseptif. Aktif, artinya peneliti
terlibat dalam dialog sedangkan reseptif artinya hanya mendengarkan atau menyimak
pemakaian bahasa informan untuk memperoleh data yang diinginkan, yaitu tentang
peneliti hanya berperan sebagai penyimak tuturan yang diucapkan oleh informan.
Peneliti tidak terlibat dalam peristiwa penuturan yang bahasa dan kata-katanya sedang
b. Teknik rekam
Tidak jauh beda dengan teknik catat. Jika dalam proses menyimak peneliti
tidak mencatat maka peneliti akan merekam apa informasi yang di sampaikan oleh
informan kepada peneliti, dalam penelitian ini peneliti hanya sebagai penutur pasif
hanya bisa merekam apa yang di sampaikan penitur aktif dalam proses percakapan
data yang di perlukan dalam proses meneliti. Karena jika peneliti hanya menggunakan
teknik mencatat di khawatirkan data yang di inginkan kurang lengkap, karena akan
dengan baik.
c. Teknik catat
Teknik catat adalah teknik kelanjutan yang dilakukan ketika menerapkan
metode simak teknik lanjutan. Teknik ini merupakan tahap untuk mencatat tuturan
informan secara spontan ataupun terencana. Pada teknik ini peneliti akan melakukan
pencatatan terhadap pemertahanan bahasa dan budaya suku Bada. Teknik ini
dilakukan pada saat bertanya secara langsung atau pada saat proses perekaman
berakhir.
Metode dan teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti ada dua yaitu pertama,
secara kualitatif dan kuantitatif. Setelah peneliti memperoleh hasil angkat yang berisi
pernyataan tentang seberapa banyak masyarakat Bada menggunakan bahasa Bada maka
peneliti akan menghitung data tersebut menggunakan metode statistik yang sudah disediakan
(rumus rata-rata) dan hasil observasi terkait dengan bagaimana upaya pemertahanan bahasa
Bada. Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka langka-langkah analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analysis interactive model yang membagi langkah-
1. Pengumpulan Data
Pada analisis model pertama dilakukan pengumulan data hasil angket, observasi, dan
2. Reduksi Data
mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat dan diverifikasi.pada tahap ini akan
dan tidak pernah. Kemudian peneliti juga akan melihat secara umum apa saja faktor
3. Penyajian Data
memberikan tindakan.
4. Penarikan simpulan
konfigurasi, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. nilai rata-rata 50-100%
dianggap bertahan karena masih seimbang dan lebih banyak menggunakan bahasa
pertama dibanding dengan bahasa kedua. Nilai rata-rata 40-49% dianggap mulai
bergeser karena mesyarakat pemakai bahasa lebih banyak menggunakan bahasa kedua
dari pada bahasa pertamannya, sementara 0-39% dianggap sedah bergeser karena
Kemudian sebelum dilakukan penarikan simpulan hasil yang didapatkan dari angket
Jumlah pernyataan
BAB IV
Dalalm pola bahasa ditinjau pada tiga ranah yaitu ranah di keluarga, ranah
ketetanggan , dan ranah umum. Ranah keluarga ini menyangkut hubungan komunikasi antara
suami dan istri, ayah dan anak, ibu dan anak, tuan rumah dan tamu, tamu sesuku yang datang
bersuah di rumah. Dalam ranah ketetanggan ialah menyangkut komunikasi antara tetangga
yang berdekatan rumah dan memiliki suku yang sama dan ketika berkomunikasi dalam hal
apapun atau situasi apapun. Serta ranah umum menyangkut komunikasi antara penutur dan
mitra tutur di tempat-tempat umum dengan mitra tutur sesuku dimanapun dan kapanpun
Data tentang pemertahanan bahasa Bada diperoleh melalui jawaban responden dari
pernyataan yang terdaftar dalam angket dan disebar kepada masyarakat suku Bada yang
terdiri dari 2 kecamatan yaitu 1.312 jumlah populasi ditarik 10% sampel menjadi 50
teknik sampel random (acak sederhana) kemudian dibagi berdasarkan banyaknya KK, Desa
Pada (462) sebanyak 30 KK, Desa Kolori(169) sebanyak 20 KK. Dari data tersebut akan
Jumlah yang diperoleh dari hasil tersebut dijumlahkan menggunakan rumus rata-rata
lalu dipersentasikan standar penilaian dalam bentuk interval, yaitu nilai rata-rata 0,39% sudah
bergeser atau sangat rendah, 40-49% bergeser atau rendah, dan 50-100% bertahan atau masih
rata-rata 50-100% dianggap bertahan karena masih seimbang dan lebih banyak menggunakan
bahasa pertama dibanding dengan bahasa kedua. Nilai rata-rata 40-49% dianggap mulai
bergeser karena masyarakat pemakai bahasa lebih banyak menggunakan bahasa kedua dari
pada bahasa pertamanya, sementara 0-39% dianggap sudah bergeser karena masyarakat
persentase yang diambil dari jawaban responden suku Bada ialah pada ranah tetangga
termasuk dalam kategori sudah bergeser atau sangat rendah dengan jumlah jawaban
persentase 30,00%, dalam ranah keluarga dikategorikan bertahan atau sangat kuat
pemertahanan bahasanya dengan jumlah persentase 57,41%, sedangkan dalam ranah umum
Penggunaan bahasa Bada antar sesama penutur asli Bada ranah keluarga dengan suami
dan istri, ayah dan anak, ibu dan anak dan tamu sesuku yang datang bersuah di rumah.
Ranah Keluarga
70%
60%
50%
40% Presentase
30%
20%
10%
0%
Selalu Kadang-Kadang Tidak Pernah
Diagram 1.1
Berdasarkan hasil analisis data pada diagram 1.1 sesuai dengan angket yang telah disebar
sebanyak 60 pernyataan yang akan dijawab oleh 50 responden, dalam ranah keluarga tersedia
35 pernyataan yang telah dijawab oleh 50 responden, setelah dijumlahkan diperoleh data
alternatif jawaban selalu sebanyak 1,333 pilihan jawaban dengan jumlah persentase 58,00%,
sebanyak 332 pilihan jawaban kadang-kadang dengan jumlah persentase 39,97% dan
sebanyak 101 jumlah pilihan jawaban tidak pernah dengan jumlah 30,00%. Sehingga
berdasarkan data yang diperoleh penggunaan bahasa Bada termasuk kategori bertahan >50%
atau 49,94%. Hal ini disebabkan ketika berkomunikasi dengan anak-anak , istri dan suami
mereka menggunakan bahasa pertama atau bahasa daerah saat berkomunikasi di rumah baik
itu bercanda, bersantai, marah, dan lainnya. Begitu juga ketika menjamu tamu yang sesuku
Penggunaan bahasa Bada antar sesama penutur asli Bada ranah ketetanggan
menyangkut komunikasi antar sesama tetangga yang berdekatan rumah dan memiliki suku
yang sama ketika berkomunikasi dalam hal apapun atau situasi apapun.
Ranah Ketetanggaan
60%
50%
40%
30% Presentase Re-
sponden
20%
10%
0%
u g h
lal an na
Se Ka
d er
ng- akP
da Ti d
Ka
Diagram 1.2
Berdasarkan diagram 1,2 sesuai angket yang telah disebar sebanyak 60 pernyataan
untuk dijawab oleh 50 responden, dalam ranah ketetanggan tersedia sebanyak 14 pernyataan
uang akan dijawab oleh 50 responden sesuai dengan masing-masing alternatif jawaban yaitu
selalu, kadang-kadang, dan tidak pernah. Pilihan alternatif jawaban selalu setelah
dijumlahkan diperoleh 562 pilihan jawaban persentase 57,41%, Pilihan alternatif jawaban
kadang-kadang diperoleh 94 pilihan jawaban dengan persentase 16,51%, dan jawaban tidak
Sehingga berdasarkan data yang diperoleh penggunaan bahasa Bada termasuk kategori
bertahan atau masih sangat kuat pemertahanannya dengan persentase > 50% atau 57,41%.
Hal ini disebabkan ketika berkomunikasi kepada tetangga sesuku mereka masih dominan
menggunakan bahasa Bada dalam kehidupan sehari-hari mereka baik ketika bertanya,
Penggunaan bahasa Bada antar sesama penutur asli Bada dalam ranah umum ketika
acara adat, acara syukur tahunan, acara rapat desa, ketika mengrim pesan dan menelfon.
Ranah Umum
35%
30%
25%
20% Presentase Responden
15%
10%
5%
0%
Selalu Kadang-Kadang Tidak Pernah
Diagram 1.3
sebanyak 50 responden, dalam ranah umum tersedia 10 pernyataan yang akan dijawab 50
responden sesuai dengan masing-maing alternatif jawaban selalu, kadang-adang, dan tidak
pernah. Pilihan jawaban alternatif selalu setelah dijumlahkan 168 dengan persentase 29,38%,
pilihan alternatif kadang-kadang diperoleh 136 dengan prsentase 16,91.%, dan pilihan
kategori sudah di anggap bergeser atau sanggat rendah > 40% atau 29,38%. Hal ini
disebabkan penutur atau mitra tutur yang sesuku dalam menjalin komunikasi di tempat umum
seperti acara resepsi, kedukaan ditempat ibadah dan lainnya mereka lebih mengutamakan
bahasa Bada. Dalam kalangan anak muda, mereka juga menggunakan bahasa indonesia saat
di tempat-tempat umum baik berkomunikasi dengan orang tua maupun sesuku mereka.
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pemertahanan bahasa Bada di Desa Pada dan Kolori ditinjau
dalam tiga ranah, yaitu ranah keluarga, ranah ketetanggaan, ranah umum yang disebar pada
50 responden yang berasal dari 10% sampel yang ditarik dari populasi kemudian ditentukan
Hasil yang diperoleh adalah pemertahanan bahasa Bada diranah keluarga termasuk
kategori bertahan 58.00% atau di atas 50%. Pemertahanan bahasa Bada di ranah ketetanggan
dikategorikan masih bertahan dengan jumlah persentase 57,41% atau di atas 50%. Sedangkan
pemertahanan bahasa Bada di ranah umum dikategorikan bergeser dengan jumlah persentase
29,38% atau dibawah 39%. Berdasarkan jumlah keseluruhan jawaban dalam tiga ranah
tersebut diperoleh hasil secara umum bahwa pemertahanan bahasa Bada dikategorikan
5.2 SARAN
Bagi masyarakat penutur bahasa Bada khususnya orang tua agar selalu menggunakan
bahasa Bada saat berbicara dengan anak-anaknya di rumah, agar anakntersebut terbiasa
menggunakan bahasa Bada dan kalangan remaja atau dewasa agar menghilangkan rasa malu
atau rasa minder ketika menggunakan bahasa Bada dimanapun dan kapanpun saat
berkomunikasi dengan orang tua ataupun dengan masyarakat yang sesuku, yaitu suku Bada.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Y.S. Mardikantoro, H. B. & Syaifudin, A. (2017). Pemertahanan Bahasa Jawa dalam
Febriana, C.DKK (2020). Kesalahan Berbahasa Bidang Morfologi Dalam Pantun Siswa
Habibi, M. (2009). Pengaruh Bimbibngan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTS
105-112.
Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Pontianak Utara. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 7(9).
Moon, Y. J. & Selviani, A. (2019). Diglosia pada Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia
Rahma, G. A., Nirany, A., Rahayu, K. B., & Saputra, R. A. (2013). Rumah Baca Jendela
University).