Herawati
Balai Bahasa Sulawesi Tengah
Jalan Untad I, Bumi Roviga, Tondo, Palu, Indonesia
Pos-el: heraughy@yahoo.com
Naskah diterima: 4 Februari 2020; direvisi: 26 Maret 2020; disetujui: 3 Juni 2020
Abstract
The purpose of the research is to identify the forms of reduplication in Sinjai Bugineses dialect (BDS) and also its
meaning and its function. This research is a qualitative descriptive research. Data source is the forms of
reduplication of the Sinjai Buginese dialect used in daily communication. Data collection techniques uses read
and note techniques, while the data analysis method uses sharing method by Immediate Constituent Analysis
technique. The result of this study founds some forms of reduplication in Sinjai Buginese dialect as follows: (a)
full reduplication, (b) partial reduplication, (c) reduplicative affixes, and (d) initial reduplication. Reduplication
can be used to form new words, e.g to form nouns, while it may be used to denote a number of things such as
number (plurality, distribution, collectivity), distribution af an argument, tense, aspect, intensity, conditionality,
reciprocity, and pretense.
Keywords: Bugis language, Sinjai dialect, meaning, reduplication
Abstrak
Penggunaan bahasa Bugis di Kabupaten Sinjai selain sebagai alat komunikasi sehari-hari, juga sebagai sarana
pendukung kebudayaan penuturnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bentuk-bentuk reduplikasi dalam
bahasa Bugis dialek Sinjai (BDS) beserta fungsi dan maknanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Sumber data berupa bentuk-bentuk reduplikasi yang digunakan oleh penuturnya dalam kehidupan
sehari-hari. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan catat, sedangkan metode analisis
data menggunakan metode agih dengan teknik pilah unsur langsung. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
gambaran bentuk-bentuk reduplikasi dalam bahasa Bugis dialek Sinjai, yaitu: (a) reduplikasi seluruh, (b)
reduplikasi sebagian, (c) reduplikasi berimbuhan, dan (d) reduplikasi berubah bentuk. Reduplikasi berfungsi
membentuk nomina sedangkan maknanya adalah menyatakan perbuatan frekuentatif, perbuatan untuk beberapa
saat lamanya, perbuatan yang dilakukan dengan tidak serius atau gerak sedikit, perbuatan saling, makna agak,
makna benda yang menjadi objek atau alat, makna keadaan atau sifat yang disebut oleh bentuk dasar, makna
bermacam-macam, makna kumpulan, makna menyerupai atau seperti, makna tiap-tiap, makna intensitas, makna
perbandingan sangat atau paling, dan makna hanya atau cuma.
Kata Kunci: bahasa Bugis, dialek Sinjai, makna, reduplikasi
33
Multilingual, Vol. 19, No.1, Juni 2020
identitas daerah, dan juga sebagai bahasa yang pernah dilakukan sebelumnya. Data
pengantar pada tingkat permulaan sekolah dasar. diperoleh dengan menggunakan teknik elisitasi
Khusus untuk BDS, penelitian struktur masih (pertanyaan langsung) dan pencatatan. Adapun
kurang, bahkan masih sangat jarang dilakukan. metode yang digunakan dalam kajian ini adalah
Hasil penelitian ini merupakan salah satu bentuk metode deskriptif.
upaya pemeliharaan BDS melalui pengkajian Penelitian struktur Bahasa Bugis pernah
unsur-unsur kebahasaan. Masalah yang dilakukan atas biaya yang disediakan oleh Pusat
berkaitan dengan morfologi bahasa Bugis cukup Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
luas dan kompleks. Mengingat keterbatasan (sekarang Badan Pengembangan dan Pembinaan
waktu dan kemampuan yang ada, penulis tidak Bahasa) pada tahun 1975 tetapi hasilnya masih
membahas semua aspek, tetapi hanya salah satu berupa gambaran kasar karena penelitian
aspek dalam morfologi, yaitu mengenai tersebut lebih difokuskan pada penelitian latar
reduplikasi. Dalam makalah ini penulis belakang sosial budaya, lokasi, jumlah pemakai,
menguraikan macam-macam reduplikasi dalam variasi pemakaian, dan hubungan antara bahasa
BDS beserta fungsi dan maknanya. Adapun dan pemakai. Penelitian yang pernah dilakukan
tujuan penelitian ini diuraikan sebagai berikut. itu lebih bersifat penelitian sosiolinguistik dan
a. Memperoleh gambaran mengenai bentuk belum menyeluruh, khususnya yang berkaitan
atau tipe reduplikasi BDS. dengan struktur.
b. Menjelaskan fungsi dan makna yang Penelitian tentang bahasa Bugis, juga telah
terdapat dalam bentuk atau tipe reduplikasi banyak dilakukan oleh para ahli di bidang
BDS. linguistik, seperti: B.F. Matthes (1875) dalam
Penelitian ini hanya membahas salah satu Boeginesche Sprakkunst yang menghasilkan
aspek dalam morfologi BDS. Hasil penelitian ini penelitian tentang kosakata (kamus), tata bahasa,
diharapkan dapat menambah atau melengkapi dan sastra; R.A.Kern (1940) yang meneliti
informasi mengenai struktur BDS yang tentang katalog J. Noorduyn (1955) dalam Een
menyangkut bidang morfologi. Semoga tulisan Achtiende-euwe Kroniek Van Wadjo yang
ini dapat bermanfaat dalam upaya pembinaan bersifat filologis dan historis, tetapi pada
dan pemertahanan bahasa Bugis, khususnya pendahuluan disinggung sedikit mengenai
BDS. struktur bahasa Bugis; Samsuri (1965) membuat
Untuk memperoleh gambaran tentang disertasi tentang tata bahasa Bugis Rappang
sistem reduplikasi BDS, data yang dipakai (khusus dalam bidang sintaksis) dengan judul An
berupa data primer dan sekunder. Data primer Introduction to Rappang Buginese Grammar;
diperoleh dari penutur asli BDS, sedangkan data Sjahruddin Kaseng (1975) juga membuat
sekunder diperoleh dari hasil penelitian terkait disertasi yang berjudul Valensi Morfologi Dasar
34
Herawati: Reduplikasi dalam Bahasa Bugis Dialek Sinjai
Kata Kerja Bahasa Bugis yang mengkaji dari bentuk “bebas” lainnya yang ada di
morfologi kata kerja; dan Said (1976) dalam depannya dan di belakangnya.
bidang kosakata (leksikografi). Berdasarkan Menurut Ramlan (1985:52), ada empat
hasil penelusuran tinjauan pustaka, penulis tidak proses morfologis dalam bahasa Indonesia, yaitu
menemukan hasil penelitian yang membahas proses pembubuhan afiks, proses pengulangan,
mengenai reduplikasi dalam bahasa Bugis, proses pemajemukan, dan proses perubahan
khususnya BDS. zero. Sementara itu, Bloomfield (1995:210)
menyatakan bahwa yang dimaksud denga afiks
LANDASAN TEORI adalah bentuk-bentuk terikat yang pada derivasi
Sebelum dibahas mengenai reduplikasi, sekunder ditambahkan kepada bentuk asal.
akan dipaparkan terlebih dulu beberapa teori Reduplikasi adalah afiks yang berupa
tentang morfologi. Ramlan (1985:21) pengulangan bagian bentuk asal atau bentuk
menyatakan bahwa morfologi merupakan dasar.
bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan Reduplikasi menurut Verhaar (2004:152)
atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata adalah proses morfemis berupa pengulangan
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar
kata terhadap golongan dan arti kata. Dengan tersebut. Reduplikasi dibedakan menjadi dua
kata lain, dapat dikatakan bahwa bidang bagian, yaitu reduplikasi penuh dan reduplikasi
morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata parsial atau sebagian. Reduplikasi merupakan
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata proses pembentukan kata dengan mengulang
itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi bentuk dasar. Sementara itu, Chaer (2003:182)
semantik. menyatakan bahwa reduplikasi adalah proses
Tidak berbeda dengan batasan pengertian morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik
yang diutarakan oleh Ramlan, Verhaar secara keseluruhan, secara sebagian (parsial),
(2004:97) menyatakan bahwa morfologi maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karena
mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa itu, lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh,
sebagai satuan gramatikal. Kata merupakan misalnya baju-baju (dari bentuk dasar baju),
satuan atau bentuk “bebas” dalam tuturan. reduplikasi sebagian, misalnya tetangga ( dari
Bentuk “bebas” secara morfemis merupakan bentuk dasar tangga), dan reduplikasi dengan
bentuk yang dapat berdiri sendiri. Artinya, perubahan bunyi, misalnya bolak-balik (dari
bentuk itu tidak memerlukan kehadiran bentuk bentuk dasar balik). Selanjutnya, menurut
lain yang digabung dengannya. Dalam sebuah Cahyono (1995:145), reduplikasi adalah
tuturan, satu bentuk “bebas” dapat dipisahkan pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya
35
Multilingual, Vol. 19, No.1, Juni 2020
maupun sebagian, baik disertai variasi fonem bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat
maupun tidak. pula bersifat derivasional. Reduplikasi yang
Mengenai reduplikasi, Ramlan (2001:69- paradigmatis tidak mengubah identitas leksikal,
75) menyatakan ada empat macam reduplikasi, tetapi hanya memberi makna gramatikal.
yaitu pengulangan seluruh, seperti sepeda- Sebagai contoh, baju-baju berarti “banyak baju”
sepeda; pengulangan sebagian, seperti lelaki; dan mobil-mobil berarti “banyak mobil”.
pengulangan yang berkombinasi dengan proses Reduplikasi yang bersifat derivasional
pembubuhan afiks, seperti berlari-lari; dan membentuk kata baru atau kata dengan identitas
pengulangan dengan perubahan fonem, seperti leksikal berbeda dari bentuk dasar. Misalnya,
gerak-gerik. Selanjutnya, dijelaskan terdapat dalam bahasa Marshall di daerah Pasifik dikenal
dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar kata takin “kaus kaki” yang bila
bagi kata ulang yaitu: direduplikasikan menjadi takinkin “memakai
1. Pengulangan pada umumnya tidak kaus kaki”.
mengubah golongan kata, tetapi ada juga
yang mengubah golongan kata. METODE PENELITIAN
2. Bentuk dasar selalu berupa satuan yang Penelitian ini menggunakan metode
terdapat dalam penggunaan bahasa. deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (dalam
Dalam linguistik Indonesia, lazim Rohmadi dan Nasucha, 2015), penelitian
digunakan sejumlah istilah untuk pembagian kualitatif dilakukan dengan berdasar pada latar
bentuk-bentuk reduplikasi, yaitu: (a) dwilingga, alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan
yaitu pengulangan morfem dasar, seperti buku- manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan
buku, (b) dwilingga salin suara, yaitu metode kualitatif, dan mengadakan analisis data
pengulangan morfem dasar dengan perubahan secara induktif. Penelitian kualitatif lebih
vokal dan fonem lainnya, seperti pontang- mengutamakan proses daripada hasil. Penelitian
panting, (c) dwipurwa, yaitu pengulangan ini menekankan adanya batas penelitian atas
silabel pertama, seperti lelaki, (d) dwiwasana, dasar fokus yang timbul sebagi masalah. Selain
yaitu pengulangan pada akhir kata, seperti itu, diperlukan seperangkat kriteria untuk
cengengesan (bahasa Jawa), dan (e) trilingga, mengukur keabsahan data melalui kesepakatan
yaitu pengulangan morfem dasar sampai dua antara peneliti dengan subjek yang diteliti.
kali, seperti cas-cis-cus. Metode penelitian kualitatif merupakan metode
Bentuk reduplikasi dapat kita temukan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
dalam banyak bahasa di seluruh dunia. Contoh kondisi objek yang alamiah (Sugiyono, 2012: 7).
yang akan diberikan dalam makalah ini adalah Metode penyediaan data yang digunakan
reduplikasi dalam BDS. Proses reduplikasi dapat dalam penelitian ini adalah metode simak,
36
Herawati: Reduplikasi dalam Bahasa Bugis Dialek Sinjai
berupa penyimakan penggunaan bahasa dengan bola ‘rumah-rumah’ dengan cara mengulang
teknik sadap (Mahsun, 2005: 242). Data yang bentuk dasarnya.
diperoleh dari penyimakan kemudian dicatat, Reduplikasi dalam BDS dapat dibedakan
disesuaikan dengan kebutuhan data yang akan atas: reduplikasi utuh (tipe jak-jak); reduplikasi
digunakan dalam penelitian. Teknik ini sebagian (tipe maponcok-poncok); reduplikasi
dibarengi dengan teknik catat. Setelah data berimbuhan (tipe mapute-pute); dan reduplikasi
terkumpul lalu dipilah dan diklasifikasikan. Hal berubah bunyi (tipe warang-parang). Berikut ini
itu bertujuan mempermudah proses analisis data. uraian dari keempat bentuk reduplikasi itu.
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode agih dengan 1.1 Reduplikasi Utuh (Tipe Jak-jak)
menggunakan teknik pilah unsur langsung Redupilkasi tipe ‘jak-jak’ merupakan
“Immediate Constituent Analysis/ICA”, yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar suatu kata
memilah dan mengurai suatu konstruksi tertentu termasuk kata berimbuhan. Reduplikasi tipe
(morfologi atau sintaksis) atas unsur-unsur ‘jak-jak’ tidak menimbulkan perubahan fonem
langsungnya (Sudaryanto, 1993: 9). Untuk dan tidak berkombinasi dengan proses
mengecek keabsahan data yang digunakan, pembubuhan afiks. Pola reduplikasi tipe ini
dilakukan triangulasi sumber data. Teknik adalah: jak + R → jak-jak.
triangulasi merupakan teknik pemeriksaan Contoh:
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu jak ‘keburukan’ → jak-jak ‘keburukan-
keburukan’
yang lain di luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap bola ‘rumah’ → bola- ‘rumah-
bola rumah’
data inti (Moleong, 2013: 330).
balé ‘ikan’ → balé- ‘ikan-ikan’
balé
PEMBAHASAN
Reduplikasi dalam Bahasa Bugis Dialek kédék ‘berkedip’ → kédék- ‘berkedip-
kédék kedip’
Sinjai
Reduplikasi yang dibahasa pada bagian ini tuppu ‘mendaki’ → tuppu- ‘agak
tuppu mendaki’
berupa pengulangan satuan gramatikal, baik
seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan kerrak ‘berteriak’ → kerrak- ‘berteriak-
kerrak teriak’
variasi fonem maupun tidak. Reduplikasi atau
pengulangan dalam BDS dapat dilakukan
1.2 Reduplikasi Sebagian (Tipe Kaluk-
dengan mengulang bentuk dasar. Misalnya kata
kalubampa)
dasar bola ‘rumah’ dapat dibentuk menjadi bola-
Reduplikasi tipe ‘kaluk-kalubampa’
merupakan reduplikasi yang ruas pertamanya
37
Multilingual, Vol. 19, No.1, Juni 2020
berbeda dengan ruas kedua, yang diulang adalah a. Reduplikasi dengan prefiks ma-, misalnya:
sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini, bentuk puté ‘putih’ → maputé- ‘agak putih’
puté
dasar tidak diulang seluruhnya seperti yang
terjadi pada reduplikasi tipe jak-jak. Pola gattik ‘cepat’ → magattik- ‘cepat-cepat’
gattik
reduplikasi tipe ini adalah: kalubampa + R →
kaluk-kalubampa. Berikut ini contohnya. sebbok ‘lubang’ → masebbok- ‘berlubang-
sebbok lubang’
1) Jika bentuk dasar verba, reduplikasi (2) Makna perbuatan untuk beberapa saat
berfungsi membentuk nomina, misalnya: lamanya, misalnya:
rampé ‘sebut/ingat→ rampé- ‘cerita’ - cellong-cellong ‘melihat dari jendela
’ rampé beberapa saat’
40
Herawati: Reduplikasi dalam Bahasa Bugis Dialek Sinjai
41
Multilingual, Vol. 19, No.1, Juni 2020
Setiap bulan ada surat dia terima La Beddu. Contoh dalam kalimat:
‘Si Beddu menerima surat setiap bulan.’
Séddi-séddi bahang anakna.
Hanya satu saja anaknya.
(12) Makna intensitas ‘sangat’, misalnya: ‘Dia hanya mempunyai satu anak.’
- tongeng-tongeng ‘sangat benar’
PENUTUP
- madongok-dongok ‘sangat bodoh’
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat
- masebbok-sebbok ‘sangat banyak
lubangnya’ disimpulkan bahwa reduplikasi dalam bahasa
Contoh dalam kalimat: Bugis dialek Sinjai ada empat macam, yaitu
Anakna I Puang Jamadi madongok-dongok. reduplikasi seluruh, reduplikasi sebagian,
Anaknya Puang Jamadi sangat bodoh.
reduplikasi berimbuhan, dan reduplikasi
‘Anak Puang Jamadi sangat bodoh.’
berubah bentuk. Reduplikasi dalam bahasa
(13) Makna perbandingan ‘sangat atau paling’, Bugis dialek Sinjai pada umumnya tidak
misalnya: menimbulkan perubahan golongan kata. Namun,
- sibéla-bélana ada juga beberapa kata dalam bahasa Bugis
‘paling jauh/sejauh-jauhnya’
dialek Sinjai yang apabila mengalami proses
- silampé-lampéna reduplikasi akan berubah golongan katanya,
‘paling panjang/sepanjang-panjangnya’
yaitu kelas verba dan adjektiva akan berubah
- sigello-gellona menjadi nomina.
‘sangat bagus/sebagus-bagusnya’
Makna reduplikasi dalam bahasa Bugis
Contoh dalam kalimat: dialek Sinjai meliputi: makna perbuatan
Tiwikni lao iaro cokimmu sibéla-bélana. frekuentatif; makna perbuatan untuk beberapa
Bawalah pergi itu kucingmu sejauh-
saat lamanya; makna perbuatan secara tidak
jauhnya.
‘Bawa pergi/buang kucing kamu sejauh- serius; makna perbuatan saling; makna agak;
jauhnya.’
makna benda yang menjadi objek atau alat;
makna sifat; makna bermacam-macam; makna
(14) Makna hanya atau cuma, misalnya:
kumpulan; makna menyerupai; makna tiap-tiap;
- séddi-séddi ‘hanya satu’
makna intensitas sangat; makna perbandingan;
- dua-dua ‘hanya dua’
dan makna hanya.
DAFTAR PUSTAKA
Bloomfield, Leonard. 1995. Language. Alihbahasa I. Sutikno. Jakarta: Gramedia Pustaka utama.
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
Herawati. 2009. “Bahasa Bugis di Kabupaten Sinjai: Kajian Sosiodialektologi. Disertasi. Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
Kaseng, Sjahruddin. “Valensi Morfologi Dasar Kata Kerja Bahasa Bugis Soppeng”. Disertasi
Universitas Indonesia.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Kushartanti. Et al. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Noorduyn, Jacobus. 1955. Een Achtiende-euwe Kroniek Van Wadjo. Gravenhage: H.L.Smith.
Rohmadi, Muhammad dan Yakub Nasucha. 2015. Dasar-Dasar Penelitian. Surakarta: Pustaka Briliant.
Said, Ide, et.al. 1979. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bugis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Said, M. Ide. 1977. Kamus Bahasa Bugis-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sikki, Muhammad, et.al. 1991. Morfologi Adjektiva Bahasa Bugis. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
____. 1991. Tata Bahasa Bugis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Verhaar, J.W.M. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
43