Anda di halaman 1dari 7

LEKTUR AGAMA DALAM AKSARA LONTARA

BERBAHASA BUGIS 24

LEKTUR AGAMA DALAM AKSARA LONTARA


BERBAHASA BUGIS
H. Abubakar Surur

PENDAHULUAN pemakaian Bahasa Bugis sebagai sarana


k o m u n i k a s i i n t e r n , d i s a m p i n g masih
Propinsi Sulawesi Selatan didiami b a n y a k orang B u g i s yang masih sulit
empat suku yang merupakan penduduk berkomunikasi dengan memakai bahasa
a s l i , m a s i n g - m a s i n g memiliki bahasa nasional, terutama mereka yang berdo-
tersendiri sebagai bahasa induk, yaitu misili di pedesaan.
suku Bugis, Makassar, Mandar dan Suku
Toraja. Penjelasan Undang-Undang Dasar
1945, pasal 36 menyebutkan :
Bahasa Bugis tersebar luas, bukan
hanya di Sulawesi Selatan, tetapi menye- "Di daerah-daerah yang mempunyai
bat sampai ke seluruh pelosok tanah air. bahasa s e n d i r i , yang d i p e r l i h a r a
Suku Bugis yang suka merantau sampai oleh r a k y a t n y a dengan baik dan
keluar negeri dengan menggunakan bahasa-bahasa itu akan dihormati
perahu khas yang disebut "pinisi", dan dipelihara oleh nagara. Baha-
banyak yang mendiami negara-negara sa-bahasa itupun merupakan seba-
tetangga, seperti Malaysia, Singapura, hagian kebudayaan Indonesia yang
Brunei, Saudi Arabia dan negara lainnya. hidup".
Walaupun mereka telah menjadi warga-
negara pada negara atau propinsi lain D e n g a n d e m i k i a n , Bahasa daerah
yang didiaminya, mereka masih ketat Bugis dengan aksara Lontarak yang dimi-
menggunakan bahasa Bugis sebagai likinya sampai sekarang masih banyak
bahasa komunikasi antarmereka sehari- beredar dan dimiliki masyarakat serta
hari. dibaca oleh penduduk yang menggunakan
bahasa Bugis, bahkan masih ada yanga
Disamping bahasa, orang Bugis digunakan sebagai buku-buku rujukan di
memiliki juga tulisan khusus yang dike- Pesantren, Madrasah Diniyah dan Maje-
nal dengan tulisan lontara, masih tetap lis Taklim.
digunakan, baik dalam surat-menyurat,
maupun d a l a m m e n y u s u n b u k u - b u k u U n t u k m e n g e t a h u i lebih d a l a m ,
termasuk lektur agama (Islam). perkembangan Lektur Agama tersebut,
penelitian dilakukan di Kotamadya Pare-
Penyebaran dan p e r k e m b a n g a n pare, Kota Sengkang, Watansoppeng
Agama Islam di Sulawesi Selatan, sejak dan Kota Watampone, sebagai sampel
awal m e n g g u n a k a n bahasa Bugis dan yang dianggap tersedia sumber data dan
aksara Lontara, didukung dengan kenya- tempat tinggal Ulama, pengarang Lektur
taan b a h w a o r a n g - o r a n g B u g i s , yang Agama berbahasa Bugis dapat ditemu-
umumnya beragama Islam, lebih suka kan.
menggunakan dan mempertahankan

No. 12 Th. VII Juli/Desember 1995


LEKTUR AGAMA DALAM AKSARA LONTARA
BERBAHASA BUGIS 25

Pengumpulan data dilakukan melalui Pola ketiga ini, penduduk daerah ber-
wawan-cara dengan Ulama pengarang, sangkutan dapat menggunakan bahasa
tokoh masyarakat, guru-gufu Madrasah lebih dari satu bahasa daerah.
dan penerbit. Disamping itu, peneliti
melakukan juga pengamatan langsung ke Pola keempat, meliputi Kotamadya
Pesantren dan Madrasah Diniyah. Parepare dan Kotamadya Ujungpandang.
Pengolahan dan analisis data dilaku- P e n d u d u k kedua k o t a m a d y a tersebut
kan dengan analisis kuantitatif dan anali- terdiri dari berbagai suku bangsa, tetapi
sis kualitatif. mereka menggunakan bahasa Bugis
disamping daerah asal mereka masing-
IDENTITAS BAHASA BUGIS masing.
Bahasa daerah Bugis digunakan lebih
Persebaran pemakai bahasa daerah
separuh penduduk yang mendiami 15
dari 23 daerah kabupaten/kotamadya di Bugis pada tempat yang geografisnya
Sulawesi Selatan. Hanya lagu dan dia- berbeda-beda, berpengaruh terhadap
legnya terdapat perbedaan. aksen dan lagu bahasa dikalangan mere-
Mattulada (1976) membagi wilayah ka, sehingga melahirkan dialek lokal.
p e m a k a i a n Bahasa Bugis di Sulawesi
Selatan atas empat pola masing-raasing : Dialek bahasa daerah Bugis dibeda-
kaan atas: dialek lokal dan dialek sosial.
Pola Pertama meliputi daerah Kabupaten Dialek lokal dikemukakan oleh peleng-
Bone, Soppeng, Wajo dan Luwu. Pendu- kahu, meliputi supuluh dialek, masing-
duk di daerah ini menggunakan bahasa masing: 1) Dialek Luwu, 2) Wajo, 3)
Daerah Bugis secara utuh dan meluas. Bone, 4) Sinjai, 5) Soppeng, 6) Siden-
reng, 7) Parepare, 8) Sawitto, 9) Tel-
Pola kedua meliputi daerah Kabupaten lumpanua, dan 10) Dialek Ugi Riawa
Sidenreng Rappang, Pinrang, Barru dan (Pelengkahu: 1974). '
Polewali Mamasa. Penduduk menggu-
nakan Bahasa Bugis secara meluas juga, Dialek Sosial, terbagi atas tiga macam,
hanya lagu bahasanya berbeda dengan
yaitu :
pola pertama.
a. G o l o n g a n A g a m a , p e n g u c a p a n n y a
Pola ketiga, meliputi daerah-daerah :
Kabupaten Sinjai, Bulukumba, Maros banyak diselingi dengan kata-kata yang
dan Pangkep, disamping berbahasa Bugis berasal dari bahasa (Arab).
dapat juga menggunakan bahasa Makas-
sar, kabupaten Enrekang, masyarakat- b. Golongan adat, lebih banyak menggu-
nya dapat menggunakan bahasa Bugis nakan bahasa Bugis yang mengikuti
dan Bahasa Toraja, bahkan pembauran gaya k l a s i k , seperti yang terdapat
kedua bahasa tersebut melahirkan bahasa dalam La Galigo.
s e n d i r i yang m e r e k a n a m a k a n b a h a s a
Duri. c. Golongan penduduk kota, mengguna-
Daerah Kabupaten Mamuju, penduduk- kan bahasa Bugis dengan memasuk-
nya dapat berbahasa Bugis dan berbahasa kang kata-kata baru yang berasal dari
Mandar. bahasa Indonesia atau bahasa asing.

No. 12 Th. VII Juli/Desember 1995


LEKTUR AGAMA DALAM AkSARA LONTARA
BERBAHASA BUGIS 26

P e r b e d a a n diatek iefcsebut d i a t a s , kan bunyi o :.«<£\fco)


tidak menimbulkan kesukaran pema- 2m tanda d i a«as huruf menandakan
>

harrtan antarpemakai bahasa Bugis, bunyi e : ^ (sej


baik dalam percakapan sehari-hari,
maUpun dalam penyampaian pesan- Cara menulis dlcsara Bugis sama dengan
pes.an a g a m a , atau d a l a m l e k t u r bahasa Indonesia, hanya tiap huruf ditulis
Agslma yang beredar. tersendiri, contoh : J V - ^ . - ^ - v ^ ^
(dibaca : bicara ugi, artinya bahasa
AKSARA LONTARA Bugis).

Huruf-huruf Bugis yang lebih dikenal H u r u f - h u r u f Bugis disebut aksara


dengan aksara lontara, dalam kesusaste- lontara, karena pada mulanya, pesan-
r a a n B u g i s t e l a h d i k e n a l sejak abad
pesan yang akan disampaikan ditulis pada
keenambelas, sebelum agama Islam
masuk di Sulawesi Selatan. Aksara daun lontar dengan menggunakan lidi
Lontara yang dikenal sekarang, adalah ijuk (Bugis : k a l l a n g ) . Naskah-naskah
hasil penyederhanaan yang dilakukan lontara kuno yang ditulis di atas daun
oleh Daeng Pamatte, seorang Syah lontar sudah sukar didapat, bahkan sudah
bandar Kerajaan Gowa pada abad XVI. t i d a k d i t e m u k a n l a g i . Yang m a s i h
ditemukan adalah naskah lontara yang
Bentuk aksara Lontara bersegi empat ditulis di atas kertas dengan tetap
ditulis dalam posisi menyudut, dalam m e n g g u n a k a n " k a l l a n g " , baik dalam
bahasa Bugis disebut huruf "sulapa appa" aksara lontara m a u p u n dalam aksara
(segi empat). Keinukan huruf Bugis, tiap serang, yaitu bahasa Bugis yang ditulis
huruf dapat langsung dibaca, tergantung dengan huruf Arab.
dari tandabaca yang mengikutinya.
Adapun aksara lontara, disusun menurut
alpabetisnya, sebagai berikut: Sebuah buku poenting yang memuat
kesusastraari Bugis disebut "Sure
// (ka),>&(ga),X (nga), (ngka) Galigo", adalah buku himpunan kesusas-
A ( p a ) , X ( b a ) , y (ma), & (mpa) traan Bugis masih tulisan tangan, yang
•v (ta), -V (da), (na), ^ (nra) isinya berfungsi sebagai pedoman dan
<&(ca), <* (ja),^(nya),^<v (nca) taata tertib kelakukan bagi kehidupan
^ ( y a ) , < ^ ( r a ) , ^ l a ) , ^ (wa) orang Bugis, seperti amanat dari orang-
Q (sa), ^ ( a ) , ^ (ha), orang bijak, p e t u a h - p e t u a h p a r a raja
zaman dahulu, seperti buku lontara La
Aksara tersebut di atas semua dalam bu- Toa (Mattulada, 1971 : 11).
nyi seperti bersambung dengan huruf a.
Apabila akan dirubah bunyinya diguna- Informasi diperoleh di lokasi peneli-
kan tandabaca, sebagai berikut: tian yang penduduknya banyak merantau
s e p e r t i B o n e d a n Wajo, b a i k d a l a m
- i - tanda di atas huruf menandakan
bunyi i : // (ki) maupun luar negeri, diperoleh kesan,
- j - tanda d i bawah huruf menandakan bahwa masyarakat Bugis dirantau, masih
bunyi u : ^ (pu) ketat mempertahankan identitas mereka
tanda di depan huruf menandakan sebagai orang bugis, dimanapun mereka
bunyi e :v* (t6) berdomisili. Penggunaan bahasa Bugis
—-\tanda di belakang huruf menanda- antarmereka di perantauan tetap diperta-

No. 12 Th. VII Juli/Desember 1995


LEKTUR AGAMA DALAM AKSARA LONTARA
BERBAHASA BUGIS 27

hankan. Anak-anak mereka yang lahir di dengan m e n g g u n a k a n tulisan serang


rantau, tetap diajar untuk menggunakan (Araba) kemudian dari tulisan serang itu
b a h a s a Bugis sebagai b a h a s a induk, beralih ke aksara lontara dan selanjutnya
demikian pula menulis aksara lontara, berkembang dalam bentuk lektur agama
bahkan mereka bangga bila disebut "ugi" sejak Islam masuk ke Sulawesi Selatan
(orang Bugis). sampai sekarang.
Perantau Bugis melakukan hubungan
surat menyurat dengan sanak keluarga di Agama Islam di Sulawesi Selatanma-
daerah asal, masih menggunakan bahasa suk secara bertahap melalui kerajaan;
Bugis dan aksara lontara, begitu juga tahun 1603 di L u w u , tahun 1605 di
sebaliknya. Gowa, tahun 1616 di Bone, menyusul
kerajaan-kerajaan lainnya dan sejak tahun
Pendatang yang mengunjungi mereka 1630 s e l u r u h Sulawesi Selatan telah
di p e r a n t a u a n , akan s e g e r a m e n d a p a t m e m e l u k a g a m a I s l a m k e c u a l i Tana
sambutan akrab, bila pendatang tersebut Toraja (Dep. PK : 1980/1981).
menggunakan bahasa daerah Bugis.
Penyebara agama Islam di Sulawesi
Mata pelajaran bahasa daerah di Selatan tiga ula dari S u m a t e r a B a r a t ,
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah masing-masing : Khatib Tunggal Abdul
Pertama, menggunakan buku-buku Makmur, Khatib Sulaiman dan Khatib
b e r b a h a s a d a e r a h Bugis yang ditulis Bungsu. Bahasa yang mereka gunakan
dengan aksara lontara: Bahkan di seko- m e n g e m b a n g k a n ajaran Islam adalah
lah-sekolah tersebut, para guru masih bahasa M e l a y u d e n g a n m e n g g u n a k a n
banyak menggunakan bahasa Bugis tulisan Arab, kemudian dialihbahasakan
sebagai bahasa pengantar dalam proses k e d a l a m b a h a s a Bugis oleh pengikut
belajar mengajar, baik di kelas maupun mereka.
dalam melaksanakan kokurikuler di luar
sekolah. P e n g g u n a a n bahasa daerah Bugis
sebagai bahasa pengantar untuk lektur
Informasi lain yang diperoleh peneliti agama yang b e r k e m b a n g di Sulawesi
di lokasi penelitian, bahwa pesan-pesan Selatan, melalui pondok pesantren dan
agama bagi umat Islam yang dilakukan madarasah diniyah, antara lain :
para muballiq, akan mendapat sambutan
dan cepat dipahami oleh masyarakat, bila 1. Madrasah Arabiyah Islamiyah Wajo di
m u b a l l i q m e n g g u n a k a n bahasa Bugis Sengkang.
sebagai pengantar dalam bedakwah.
Madrasah tesebut lebih populer
L E K T U R AGAMA DALAM dengan MAI, didirikan oleh seorang
LONTARA BERBAHASA BUGIS ulama besar keturunan Bugis, lahir
dan dibesarkan serta banyak menimba
Lektur agama berbahasa Bugis yang ilmu agama di Mekah, yaitu Al'alla-
beredar di Sulawesi Selatan, dipengaruhi mah KH. Muhammad As'ad bin KH.
oleh kitab-kitab kuning (kitab berbahasa Abd. Rasyid, yang sengaja kembali ke
Arab) karena pada mulanya kitab kuning Sengkang untuk mengembangkan
diterjemahkan ke dalam bahasa Bugis i l m u n y a , pada tahun 1928. Beliau
membuka perguruan agama dengan

No. 12 Th. VII Juli/Desember 1995


LEKTUR AGAMA DALAM AKSARA LONTARA
BERBAHASA BUGIS 28

d u a s i s t i m , yaittf sfaiitit h a l a q a h ULAMA PENGARANG L E K T U R


(pondokan) dan sistiraktassikal. AGAMA

M A I m e n g g u n a k a n b a h a s a daerah Adapaun ulama pengarang lektur


Bugis sebagai bahasa pengantar dan agama dengan aksara lontara berbahasa
menerjemahkan kitab-kitab kuning Bugis, yang berada di lokasi pendlitian,
yang menjadi mata pelajarannya. adalah ulama yang sudah dikenal oleh
Santri berdatangan dari seluruh nusan- m a s y a r a k a t , s e m u a n y a adalah Ulama
tara dan ada j u g a dari M e l a y u dan Bugis, yaitu :
Benot (Malaysia).
1. K H M . A s ' a d (Aim) S e n g k a n g 5
MAI mengeluarkan banyak santri yang judul
kemudian menjadi ulama, diantaranya 2. K H . Abd. Rahman Ambo Dalle,
ada yang m e n d i r i k a n p e s a n t r e n , Parepare 6 judul
seperti : 3. KHM. Abduh Pabbajah, Parepare
8 judul.
a. K H . Abdurrahman Ambo Dalle, 4. KH. Haruna Rasyid, Parepare 5 judul
pendiri Pesantren Darud Dakwah 5. KH. Daud Ismail, Watansoppeng
Wal Irsayd (DDI) di Parepare. 6 judul
b. KH. Muh. Abduh Pabbajah, pendiri 6. KHM. Yunus Martan, Sengkang 15
Pesantren Alfurqan di Parepare. judul
c. KH. Daud Ismail, pendiri pesantren 7. KH. Hamzah Manguluang, Sengkang
Yatsrib di Watansoppeng. 1judul
d. K H . M u h . Yunus Martan (Aim), 8. K H . Hamzah Badawi, Sengkang 1
Pembina Pesantren As'adiyah judul
Sengkang. 9. KHH. Yusuf Surur, BA 2 judul
10. KH. Djunaid Sulaiman, Watampone
2. Madrasah Amir Islam di Watampone. 5 judul.
Madrasah ini didirikan oleh Raja Bone 11. KH. Abd. Malik Pompanua 7 judul.
H. Andi Mappanyukki Sultan Ibrahin,
tahun 1946. D i s a m p i n g m e n g a r a n g lektur agama
b e r b a h a s a B u g i s , ada j u g a d i a n t a r a
3. Pondokan Salerno di Pulau Salerno, m e r e k a yang m e n g a r a n g k i t a b - k i t a b
Kabupaten Barru. dalam bahasa Arab, untuk menjadi buku
p e g a n g a n d i p e s a n t r e n yang m e r e k a
Semua pondok pesantren tersebut, pimpin, seperti : 1) KHM. As'ad, 2)
menggunakan bahasa Bugis sebagai KH. Abd. Rahman Ambo Dalle, 3)
pengantar. K H M . Yunus Martan, dan 4)
KHM. Abduh Pabbajah.
Madrasah-madrasah diniyah, waktu
belajarnya sore hari, literaturnya adalah Ilmu agama yang dikembangkan
kitab-kitab kuning, namun pengantar dalam k a r a n g a n m e r e k a , m e l i p u t i :1)
yang d i g u n a k a n p a r a p e n g a s u h / g u r u - Tafsir/Terjemahan Alquran, 2) Hadits, 3)
guru, adalah bahasa b u g i s , sejak dulu Aqidah/Tauhid, 4) F i q h i / S y a r i a h , 5)
sampai sekarang. Akhlak/Tasawuf, 6) Kisah-Kisah Nabi,

No. 12 Th. VII Juli/Desember 1995


LEKTUR AGAMA DALAM AKSARA LONTARA
BERBAHASA BUGIS 29

7) U r a i a n M a u l i d , 8) I s r a / M i ' r a j , 9) menyatakan, bahwa lektur agama berba-


Kumpulan Doa, 10) Khutbah Jum'at hasa Bugis, terutama di desa-desa, sangat
dan Id. bermanfaat karena bahasanya komunika-
tif, isi d a n k a n d u n g a n n y a l a n g s u n g
P E N E R B I T L E K T U R AGAMA dipahami dan dapat dihayati oleh masya-
rakat yang belum mengerti betul bahasa
Sebagian besar lektur agama dengan nasional.
aksara lontara berbahasa Bugis karangan
terserbut, diterbitkan oleh percetakan Lebih lanjut d i u n g k a p k a n , bahwa
milik ulama pengarang sendiri, yuitu : lektur agama yang ada tidak ada lagi
penambahan kecuali hanya dengan
1. Toko Buku dan P e r c e t a k a n " A d i l " mencetak ulang, karena pengarangnya
Sengkang, menerbitkan Lektur Agama sudah sukar ditemukan.
karangan KHM. Yunus Martan, KH.
Daud Ismail, KH. Hamzah Mangul- PENUTUP
uang dan KHM. Yusuf Surur, BA.
Suku B u g i s , salahsatu etnis yang
2. Penerbit/Percetakan "Khaeriyah" meniami sebagian besar Propinsi Sula-
Parepare, menerbitkan karangan KH. wesi S e l a t a n , adalah p e n g a n u t agama
Abd. Ramhan Ambo Dalle, K H M . Islam, yang memiliki bahasa dan aksara
A b d u h Pabbajah dan K H . H a r u n a tersendiri, yaitu bahasa daerah Bugis dan
Rasyid. aksara lontara.
3. Percetakan "Ibadurrahman" di Kedua alat komunikasi tersebut masih
Watampone, menerbitkan karangan sangat dominan dipergunakan, baik
KH. Djunaid Sulaiman. dalam komunikasi lisan maupun tulisan.

Selain dari percetakan tersebut, dian- Dalam menyampaikan ajaran agama


tara ulama pengarang mencetak karan- lewat tulisan, lektur agama banyak ditulis
gannya di Ujungpandang. dalam bahasa Bugis dengan aksara lonta-
ra, dikarang oleh ulama Bugis, dan masih
Jumlah lektur agama yang diterbit- dibaca oleh masyarakat Bugis, dimana-
kan, ketika p e n e l i t i a n ini d i l a k u k a n , pun mereka berada.
sebanyak 37.000 eksamplar terdiri dari
15 judul. Bila dibanding dengan jumlah Peningkatan produksi lektur keaga-
penduduk etnis Bugis di Sulawesi Selatan maan yang ada belum memadai diband-
diperkirakan 5 juta, maka lektur agama ing d e n g a n p e m b a c a n y a , d i s a m p i n g
yang ada masih sangat kurang. Apalagi sudah ada diatara ulama pengarang tidak
bila dihitung orang Bugis yang berada produktif lagi, maka perlu dipikirkan
dirantau, jelas jauh belum mencukupi kelanjutan penerbitannya.
kebutuhan akan lektur agama tersebut.
Apalagi pengarang lektur agama berba- Kader ulama h e n d a k n y a ada yang
hasa Bugis sudah mulai uzur dan tidak dapat melanjutkan usaha ulama untuk
p r o d u k t i f l a g i , d i s a m p i n g b e l u m ada memproduksi lektur agama, disamping
kader ulama yang mampu melanjutkan untuk mengembangkan pemahaman
usaha seperti yang dilakukan oleh ulama- ajaran agama, juga turut mempertahan-
ulama tersebut. kan nilai budaya Bugis, sebagai bagian
Seorang informan di Sengkang dari budaya nasional.

No. 12 Th. Vn Juli/Desember 1995


LEKTUR AGAMA DALAM AKSARA LONTARA
BERBAHASA BUGIS 30

KEPUSTAKAAN

Bachtiar, Harsja W. B u d a y a d a n M a n u
sia Indonesia, Hanindita,
Malang, 1983.

Departemen PK : Proyek Inventarisasi


dan Dokumentasi Kebu-
d a y a a n D a e r a h , Ujungpan-
dang, 1980/-1981.

Balai P e n e l i t i a n L e k t u r K e a g a m a a n
Ujungpandang : L a p o r a n Hasil
Penelitian Lektur Agama
d a l a m B a h a s a D a e r a h Bugis
d a n M a k a s s a r , Balai Peneli-
tian Lektur Keagamaan,
Ujungpandang, 1983/1984.

Laporan Hasil Penelitian Masuk-


nya Islam di Sulawesi Selatan,
Balai Penelitian Lektur Keaga-
maan, Ujungpandang, 1984/-
1985.

Koentjaraningrat : Masyarakat Desa di


Indonesia, Universitas Indone-
sia, Jakarata, 1985.

Mattulada : La Toa, Gajah Mada Uni


versity, Yogyakarta, 1985.

No. 12 Th. VII Juli/Desember 1995

Anda mungkin juga menyukai