Kurikulum Merdeka
MUATAN LOKAL BAHASA DAERAH
BUGIS, MAKASSAR, DAN TORAJA
Penasihat/Penanggungjawab:
1. H. Iqbal Nadjamuddin, S.E.
2. Dr. Ganjar Harimansyah
3. Andi Mashari Mappiara, S.Pd., M.Si.
Tim Pakar/Konseptor:
1. Prof. Dr. Kembong Daeng (Ketua Tim Perumus)
2. Prof. Dr. Muhlis Hadrawi, M.Hum.
3. Dr. Ery Iswary, M.Hum.
4. Dr. Syamsudduha, M.Hum.
5. Dr. Asis Nojeng, M.Pd.
6. Andi Herlina, S.S., M.Pd.
7. Nurlina Arisnawati, S.Pd., M.Pd.
8. Suharyanto, S.S., M.A.
9. Dr. Jabaruddin, S.Pd., M.Pd.
Tim Praktisi:
1. Maulinda Abri, S.Pd., M.Pd.
2. Rahmaniar, S.S., S.Pd., M.Hum., Gr.
3. Drs. Ramli, M.Pd.
4. Muh. Rahman Nur, S.S., S.Pd., Gr.
5. Darmawati, S.Pd.
6. Nur Amalia Halid, S.S., M.Hum.
7. Fitriani, S.Pd.
8. Jumardi, S.S., S.Pd.
9. Ramlah, S.S., Gr.
10. Alfira Zulkhair, S.S., S.Pd.
11. Dr. Andi Asmara, S.Pd., M.Pd.
12. Srianti, S.Pd., Gr.
13. Ayusran, S.Pd.
14. Suardi Salama, S.Pd., M.Pd.
15. Andi Arfina, S.S., S.Pd.
16. Saenab, S.Pd., M.Pd.
17. Andi Asriono, S.S., S.Pd.
18. Mirna, S.Pd.
19. Nur Aryana Rusdi, S.S., S.Pd., Gr.
20. Isriwanda Syahrul, S.S., S.Pd., M.Sos.
21. Irwan, S.Pd.
22. Andi Hilda Sya’ban, S.S., S.Pd., M.Hum.
23. Ekawati Aminah, S.Pd.
24. Syamsul Bachri, S.Pd.
25. Labbiri, S.Pd., M.Pd.
26. Susanti, S.Pd.
27. Marlina, S.S., Gr.
28. Eka Yuniarsih, S.S.
29. Faisal Hidayat, S.S., S.Pd., Gr.
30. Muhammad Riri, S.Pd., M.Pd.
31. Hamriani, S.Pd.
32. Kasmawati T., S.S., S.Pd.
33. Rustam Siriwa, S.S., S.Pd.
34. Danar Ronge, S.Pd., M.Pd.
35. Agustinus Mulu, S.Pd., M.Pd.
36. Christina Mengkita Payung, S.Pd.
37. Githa Sobon, S.Pt., S.Pd.
38. Luther Pamasan, S.T.
39. Tarto Derias Tangkeallo, S.Pd.
40. Devy Rante Sulo, S.Pd., Gr.
41. Elvira Pasila, S.S.
42. Herlina, S.Pd.
43. Markus Dulang, S.Pd., MBA.
KATA PENGANTAR
Kehidupan bahasa Bugis sangat bergantung kepada orang Bugis, yakni orang yang
mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai orang Bugis. Di dalam
pemakaian bahasa Bugis akan tampak budaya masyarakat pendukungnya, yakni
budaya Bugis. Artinya, keberadaan budaya Bugis sangat ditentukan oleh
keberadaan orang Bugis serta pemakaian bahasa Bugis. Pemakaian bahasa Bugis
dibina dan dikembangkan. melalui pembelajaran di sekolah. Cara ini paling efektif
karena dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi.
II. TUJUAN MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH BUGIS
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Bugis pada dasarnya mengacu kepada:
1. Fungsi praktis ialah agar peserta didik memiliki penguasaan pasif (dapat
memahami apa yang didengar dan dibacanya) dan penguasaan aktif (dapat
berbicara dan menulis).
2. Fungsi teoretis ialah agar peserta didik memiliki pengetahuan tentang bahasa,
yang dapat digunakannya untu penguasaan bahasa itu.
3. Fungsi ideologis ialah agar peserta didik memiliki sikap budaya (berbudaya)
bangsa yang memiliki bahasa itu.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan berbagai upaya dalam pengajaran, antara lain,
berupa (1) perluasaan gaya bahasa, (2) pemeliharaan rasa bahasa, (3) pendidikan kesadaran
berbahasa, (4) perluasan pengetahuan bahasa, dan (5) pemeliharaan budaya. Untuk
mengetahui bahan ajar bahasa Bugis, perlu dianalisis khasanah bahasa itu. Secara umum
diketahui bahwa bahasa Bugis memiliki (1) lontara (abjad), (2) struktur kata/kalimat, (3)
bunyi (fonem), (4) kosa kata, (5) pangadereng, (6) pappaseng, dan (7) wacana.
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang diri dan lingkungan sekitarnya.
Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan pesan; mengekspresikan perasaan dan
gagasan; berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi secara santun. Peserta didik mampu
meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan bersastra
dengan topik yang beragam (elong, pappaseng).
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang hal-hal menarik di lingkungan
sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan gagasan dari teks
nformasional, memahami penokohan dan pesan dari teks narasi. Peserta didik mampu
mengungkapkan gagasan dalam kerja kelompok dan diskusi. Peserta didik mampu
meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan bersastra
dengan topik yang beragam. Peserta didik mampu membaca Lontara’ Bugis dengan fasih.
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan dan konteks sosial masyarakat Bugis. Peserta didik mampu memahami,
mengolah, dan menginterpretasi informasi dan pesan dari paparan lisan dan tulis tentang topik
yang dikenali dalam teks narasi (elong, osong, aru) dan informasional (biografi tokoh dan
surat). Peserta didik mampu menanggapi dan mempresentasikan informasi yang dipaparkan;
berpartisipasi aktif dalam diskusi; menuliskan tanggapannya terhadap bacaan menggunakan
pengalaman dan pengetahuannya; menulis teks untuk menyampaikan pengamatan dan
pengalamannya dengan lebih terstruktur. Peserta didik memiliki kebiasaan membaca untuk
hiburan, menambah pengetahuan, dan keterampilan.
CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE C (KELAS 5 dan 6)
BERDASARKAN ELEMEN
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan, konteks sosial, dan akademis. Peserta didik mampu memahami, mengolah, dan
menginterpretasi informasi paparan tentang topik yang beragam dan karya sastra, seperti pau-
pau rikadong (dongeng), pappangaja’/pappaseng (petuah/nasihat berbentuk karya seni sastra),
pedato (pidato), sanja’ (puisi), pau-pau (legenda), elong (nyanyian/tembang tradisi), carita
ponco’ (cerpen). Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi, mempresentasikan,
dan menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi yang dipaparkan; Peserta didik menulis berbagai
teks untuk menyampaikan pengamatan dan pengalamannya dengan lebih terstruktur, dan
menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan bacaan menggunakan pengalaman dan
pengetahuannya. Peserta didik mengembangkan kompetensi diri dalam membaca dan menulis
aksara lontara’, membaca berita (kareba Ugi’) dan sikap melalui pembiasaan mappatabe’
(sopan santun) dalam penguatan karakter.
Membaca dan Peserta didik memahami informasi dari teks deskripsi, narasi, eksplanasi dan
eksposisi untuk menemukan makna tersurat dan tersirat dari teks dari berbagai
Memirsa
karya seni sastra elong (nyanyian/tembang tradisi), pau-pau rikadong
(dongeng), sanja’ (puisi), pedato (pidato), pappaseng/pappangaja’
(nasihat/petuah dalam bentuk seni sastra), carita ponco’ (cerpen) yang
bertuliskan teks aksara lontara’. Peserta didik mampu mengidentifikasi istilah-
istilah dan ungkapan adat istiadat Bugis, seperti tradisi mappabbotting
(perkawinan), tudang sipulung (musyawarah). Peserta didik memahami
informasi mengenai sejarah dan bentuk aksara lontara’, menggali pesan dari
teks Lontara’ yang dibaca baik secara tersurat dan tersirat. Peserta didik
mampu mengeksplorasi dan mengevaluasi berbagai topik aktual masyarakat
Bugis dari yang dibaca dan dipirsa, seperti pada penanaman karakter siri’ na
pesse (harga diri dan kepedulian), filosofi sipakatau sipakalebbi (saling
memanusiakan dan memuliakan).
Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran atau pesan tertulis untuk
berbagai tujuan secara logis dan kreatif dalam seni sasta bahasa Bugis elong
(nyanyian/tembang tradisi), pau-pau rikadong (dongeng), sanja’ (puisi),
pedato (pidato), pappaseng/pappangaja’ (nasihat/petuah dalam bentuk seni
sastra), carita ponco’ (cerpen). Peserta didik dapat terampil menulis berbagai
jenis seni sastra tersebut dalam bahasa Bugis. Peserta didik menyampaikan
tulisan berdasarkan fakta, pengalaman, dan imajinasi secara indah dan
menarik dalam dengan penggunaan kosa kata secara kreatif. Menyampaikan
ungkapan dan pendapat pro/kontra secara etis dalam memberikan penghargaan
secara tertulis dalam ragam teks.
Berbicara dan Peserta didik mampu mempraktikkan berbagai jenis karya seni sastra Bugis
memperesentasikan yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti elong
(nyanyian/tembang tradisi), pau-pau rikadong (dongeng), sanja’ (puisi),
pedato (pidato), pappaseng/pappangaja’ (nasihat/petuah dalam bentuk seni
sastra), carita ponco’ (cerpen), warekkada (perumpamaan).
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan, konteks sosial masyarakat Bgis dan akademis. Peserta didik mampu memahami,
mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks tentang topik
yang beragam. Peserta didik mampu menyintesis gagasan dan pendapat dari berbagai sumber.
Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi. Peserta didik mampu menulis berbagai
teks (pappaseng, elong, werekkada) untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan
serta menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi secara kritis dan etis.
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu memahami,
mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi berbagai tipe teks tentang topik yang beragam.
Peserta didik mampu mengkreasi gagasan dan pendapat untuk berbagai tujuan. Peserta didik
mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan berbahasa yang melibatkan banyak orang. Peserta
didik mampu menulis berbagai teks untuk merefleksi dan mengaktualisasi diri untuk selalu
berkarya dengan tetap melestarikan budaya dan bahasa Bugis di berbagai media untuk
mempertahankan peradaban bangsa.
Dalam mengembangkan pembelajaran bahasa Bugis pada tingkat satuan pendidikan, guru
wajib menggunakan kurikulum muatan lokal bahasa Bugis sebagai pedoman. Selanjutnya guru
bahasa Bugis wajib mengembangkan Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajran
(ATP), serta modul ajar mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan, Riset dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses Pada Pendidikan Anak Usia
Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Memengah.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
BAHASA MAKASSAR
KURIKULUM MERDEKA
MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA MAKASSAR
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Makassar pada dasarnya mengacu kepada:
1. Fungsi praktis ialah agar peserta didik memiliki penguasaan pasif (dapat
memahami apa yang didengar dan dibacanya) dan penguasaan aktif (dapat
berbicara dan menulis).
2. Fungsi teoretis ialah agar peserta didik memiliki pengetahuan tentang bahasa,
yang dapat digunakannya untu penguasaan bahasa itu.
3. Fungsi ideologis ialah agar peserta didik memiliki sikap budaya (berbudaya)
bangsa yang memiliki bahasa itu.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan berbagai upaya dalam pengajaran, antara lain,
berupa (1) perluasaan gaya bahasa, (2) pemeliharaan rasa bahasa, (3) pendidikan kesadaran
berbahasa, (4) perluasan pengetahuan bahasa, dan (5) pemeliharaan budaya. Untuk
mengetahui bahan ajar bahasa Makassar, perlu dianalisis khasanah bahasa itu. Secara
umum diketahui bahwa bahasa Makassar memiliki (1) lontarak (abjad), (2) struktur
kata/kalimat, (3) bunyi (fonem), (4) kosa kata, (5) panngadakkang, (6) pappasang, dan (7)
wacana.
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang diri dan lingkungan
sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan pesan; mengekspresikan
perasaan dan gagasan; berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi secara santun. Peserta didik
mampu meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan
bersastra dengan topik yang beragam (kelong, pappasang).
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang hal-hal menarik di
lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan gagasan dari teks
informasional, memahami penokohan dan pesan dari teks narasi. Peserta didik mampu
mengungkapkan gagasan dalam kerja kelompok dan diskusi. Peserta didik mampu
meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan bersastra
dengan topik yang beragam. Peserta didik mampu membaca Lontarak Makassar dengan fasih.
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan dan konteks sosial masyarakat Makassar. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi dan pesan dari paparan lisan dan tulis
tentang topik yang dikenali dalam teks narasi (kelong, dowangang, aru) dan informasional
(biografi tokoh dan surat). Peserta didik mampu menanggapi dan mempresentasikan informasi
yang dipaparkan; berpartisipasi aktif dalam diskusi; menuliskan tanggapannya terhadap bacaan
menggunakan pengalaman dan pengetahuannya; menulis teks untuk menyampaikan
pengamatan dan pengalamannya dengan lebih terstruktur. Peserta didik memiliki kebiasaan
membaca untuk hiburan, menambah pengetahuan, dan keterampilan.
CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE C (KELAS 5 dan 6)
BERDASARKAN ELEMEN
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan, konteks sosial, dan akademis. Peserta didik mampu memahami,
mengolah, dan menginterpretasi informasi paparan tentang topik yang beragam dan karya
sastra (kelong, doangang, pappasang, dan rupama). Peserta didik mampu berpartisipasi aktif
dalam diskusi, mempresentasikan, dan menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi yang
dipaparkan. Peserta didik menulis berbagai teks untuk menyampaikan pengamatan dan
pengalamannya dengan lebih terstruktur, dan menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan
bacaan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya. Peserta didik mengembangkan
kompetensi diri melalui pajanan berbagai teks penguatan karakter
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan, konteks sosial masyarakat Makassar dan akademis. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks
tentang topik yang beragam. Peserta didik mampu menyintesis gagasan dan pendapat dari
berbagai sumber. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi. Peserta didik mampu
menulis berbagai teks sastra (pappasang, kelong, paruntuk kana, pakkiok bunting, rupama)
untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan serta menanggapi informasi nonfiksi
dan fiksi secara kritis dan etis.
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi berbagai tipe teks tentang topik
yang beragam. Peserta didik mampu mengkreasi gagasan dan pendapat untuk berbagai tujuan.
Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan berbahasa yang melibatkan banyak
orang. Peserta didik mampu menulis berbagai teks untuk merefleksi dan mengaktualisasi diri
untuk selalu berkarya dengan tetap melestarikan budaya dan bahasa Makassar di berbagai
media untuk mempertahankan peradaban bangsa.
Dalam mengembangkan pembelajaran bahasa Makassar pada tingkat satuan pendidikan, guru
wajib menggunakan kurikulum muatan lokal bahasa Makassar sebagai pedoman. Selanjutnya,
guru bahasa Makassar wajib mengembangkan Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan
Pembelajran (ATP), serta modul ajar mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan, Riset dan
Teknologi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses Pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
BAHASA TORAJA
KURIKULUM MERDEKA
MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA TORAJA
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara telah mengeluarkan beberapa
kebijakan terkait upaya melestarikan dan mengembangkan budaya dan adat istiadat
Toraja. Pada sektor pendidikan berkonsentrasi pada penyusunan kurikulum muatan lokal
yang diangkat dari kearifan lokal (bahasa dan sastra, seni budaya, adat istiadat, pertanian,
perkebunan, dan peternakan) sebagai salah satu aset budaya Toraja. Kesungguhan dan
keseriusan Pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara untuk menjaga dan
melestarikan kearifan lokal Toraja dengan harapan generasi muda Toraja tetap
mempertahankan eksistensi budaya Toraja secara turun-temurun sebagai benteng dari
pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan karakter dan budaya Toraja. Dalam acara
Toraya Ma’kombongan tahun 2012 silam Pdt. Dr. I.Y. Panggalo, M.Th. mengutip
pandangan alm, Pdt. Dr. Eka Dharma Putra, M.Th. yang berbunyi, “Cara yang paling
efektif untuk menghancurkan suatu suku-bangsa adalah dengan menghilangkan
ingatan sejarahnya dan melunturkan budayanya!” Hal inilah yang memotivasi
pemerintah Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, Toraja Diaspora, pemerhati Budaya
Toraja, dan pemerhati pendidikan untuk membuat rekomendasi kepada pemerintah atas
nama masyarakat Toraja untuk mengembangkan muatan lokal yang diangkat dari kearifan
lokal melalui dunia pendidikan. Melalui dunia pendidikanlah eksistensi budaya Toraja
dapat dipertahankan, ditumbuhkembangkan dan diberikan porsi minimal 2 (dua) jam
perminggu pada masing-masing tingkatan atau fase, pada masing-masing jenjang satuan
pendidikan.
Dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia Noor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan dan Struktur Kurikulum
Merdeka dinyatakan bahwa Satuan Pendidikan menambahkan muatan lokal yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing
satuan pendidikan. Dengan diberlakukannya Kurikulum Merdeka di mana mata pelajaran
muatan lokal diberi ruang dalam pembelajaran maka melalui komunitas Musyawarah Guru
Mata Pelajaran Muatan Lokal Toraja berinisyatif untuk menyusun kerangka acuan melalui
Capaian Pembelajaran mulai dari Fase A (kelas 1 dan 2), Fase B (kelas 3 dan 4), Fase C
(kelas 5 dan 6), Fase D (kelas 7 – 9) , fase E (kelas 10) dan fase F (kelas 11 dan 12).
B. RASIONAL MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH TORAJA
Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir kritis merupakan pondasi dari
kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial
menggunakan kemampuan literasi. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang
digunakan untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran
bahasa daerah Toraja dan elemen lainnya merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai
tujuan berkomunikasi dalam konteks sosial budaya Toraja.
Bahasa Daerah Toraja merupakan bahasa ibu bagi orang Toraja dan sekaligus
menjadi bahasa daerah bagi masyarakat Toraja. Kedudukan bahasa Toraja sebagi
bahasa daerah tersurat dalam UUD 1945, Bab XV, Penjelasan Pasal 36. Dalam
penjelasan pasal tersebut ditegaskan bahwa bahasa daerah yang digunakan oleh
masyarakat penuturnya dipelihara juga oleh negara karena bahasa daerah merupakan
salah satu aspek kebudayaan yang hidup.
Kehidupan bahasa Toraja sangat bergantung kepada orang Toraja, yakni orang
yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai orang Toraja. Di dalam
pemakaian bahasa Toraja akan tampak budaya masyarakat pendukungnya, yakni
budaya Toraja. Artinya, keberadaan budaya Toraja sangat ditentukan oleh keberadaan
orang Toraja serta pemakaian bahasa Toraja. Pemakaian bahasa Toraja dibina dan
dikembangkan. melalui pembelajaran di sekolah. Cara ini paling efektif karena dapat
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi.
Seni budaya Toraja terdiri dari seni musik, seni tari, seni rupa, seni ukir dan
patung, anyaman,dan meronce asesoris Toraja. Jenis-jenis alat musik seperti;
pompang, pa’bussuk, bombongan, gandang, pelle’, suling te’dek, suling lembang,
geso’-geso’, pa’tirra, la’pa-la’pa, issong londe, dan katto’-katto’. Selain itu ada juga
seni suara dan seni pertunjukan seperti; massengo, ma’retteng, ma’ondopua, ma’bugi’,
ma’dandan, ma’dondi’, ma’parapa’ atau ma’singgi’ , manimbong, ma’badong,
sisemba’, siasing, sigasing, sikambunni’, ma’gellu’, ma’randing, ma’tirra’,
ma’retteng, ma’singgi’, megora atau meoli, ma’lambuk, dan ma’katia.
Adat istiadat Toraja meliputi simbol warna, bate, rumah Tongkonan, lumbung,
ukiran-ukiran, upacara adat rambu tuka’, upacara adat rambu solo’ dan mangola
tanga , basse situka’, ma’bambangan, lakkean, bala’kayan, mantunu, mangaluk pia,
ma’pasonglo’, mantarima torampo ma’kekran bassi, pelamaran, rampanan kapa’,
ma’peliang, mantutu’ liang, dan mantaa duku’.
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Toraja dan Sastra Toraja untuk berkomunikasi
dan bernalar sesuai dengan tujuan dan konteks sosial masyarakat Toraja. Peserta didik
mampu memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi dan pesan dari paparan lisan
dan tulis tentang topik yang dikenali dalam teks narasi dan informasional (biografi tokoh dan
surat). Peserta didik mampu menanggapi dan mempresentasikan informasi yang dipaparkan;
berpartisipasi aktif dalam diskusi; menuliskan tanggapannya terhadap bacaan menggunakan
pengalaman dan pengetahuannya; menulis teks untuk menyampaikan pengamatan dan
pengalamannya dengan lebih terstruktur. Peserta didik memiliki kebiasaan membaca untuk
hiburan, menambah pengetahuan, dan keterampilan.
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Toraja dan Sastra Toraja untuk berkomunikasi
dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, dan akademis. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi paparan tentang topik yang beragam
dan karya sastra (Kada Disedan Sarong Dianna Batu Silambi’), gora-gora mali’ dan gora-gora
tongkon. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi, mempresentasikan, dan
menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi yang dipaparkan; Peserta didik menulis berbagai teks
untuk menyampaikan pengamatan dan pengalamannya dengan lebih terstruktur, dan
menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan bacaan menggunakan pengalaman dan
pengetahuannya. Peserta didik mengembangkan kompetensi diri melalui pajanan berbagai teks
penguatan karakter.
FASE E (KELAS X)
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Toraja untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan, konteks sosial masyarakat Toraja dan akademis. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks
tentang topik yang beragam. Peserta didik mampu mensintesis gagasan dan pendapat dari
berbagai sumber. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi. Peserta didik mampu
menulis berbagai teks (tongkonan, aluk rambu tuka’, aluk rambu solo’, morfologi dan sintaksis
bahasa Toraja, rampanan kapa’ falsafah Toraja, kada disedan sarong dan kada keangga’na
Toraya) untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan serta menanggapi informasi
nonfiksi dan fiksi secara kritis dan etis.
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa dan bersastra Toraja untuk berkomunikasi dan
bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi berbagai tipe teks tentang topik
Bahasa dan Sastra Toraja yang beragam. Peserta didik mampu mengkreasi gagasan dan
pendapat dalam Bahasa Toraja untuk berbagai tujuan. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif
dalam kegiatan berbahasa dan bersastra Toraja yang melibatkan banyak orang. Peserta didik
mampu menulis berbagai teks Bahasa dan Sastra Toraja untuk merefleksi dan mengaktualisasi
diri untuk selalu berkarya dengan tetap melestarikan budaya Toraja di berbagai media untuk
mempertahankan peradaban bangsa.
Dalam pengembangan pelajaran muatal lokal Toraja pada tingkat satuan pendidikan, guru
wajib menggunakan kurikulum muatan lokal Toraja sebagai pedoman. Selanjutnya guru
muatan lokal Toraja wajib mengembangkan Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP), serta modul ajar mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan, Riset dan
Teknologi Republik Indonesia nomor 16 tahun 2022 tentang Standar Proses pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Menengah.