Anda di halaman 1dari 52

Buku Saku

Kurikulum Merdeka
MUATAN LOKAL BAHASA DAERAH
BUGIS, MAKASSAR, DAN TORAJA

SD, SMP, SMA/SMK Sederajat


Buku Saku
Kurikulum Merdeka
MUATAN LOKAL BAHASA DAERAH BUGIS, MAKASSAR, DAN TORAJA

Penasihat/Penanggungjawab:
1. H. Iqbal Nadjamuddin, S.E.
2. Dr. Ganjar Harimansyah
3. Andi Mashari Mappiara, S.Pd., M.Si.
Tim Pakar/Konseptor:
1. Prof. Dr. Kembong Daeng (Ketua Tim Perumus)
2. Prof. Dr. Muhlis Hadrawi, M.Hum.
3. Dr. Ery Iswary, M.Hum.
4. Dr. Syamsudduha, M.Hum.
5. Dr. Asis Nojeng, M.Pd.
6. Andi Herlina, S.S., M.Pd.
7. Nurlina Arisnawati, S.Pd., M.Pd.
8. Suharyanto, S.S., M.A.
9. Dr. Jabaruddin, S.Pd., M.Pd.
Tim Praktisi:
1. Maulinda Abri, S.Pd., M.Pd.
2. Rahmaniar, S.S., S.Pd., M.Hum., Gr.
3. Drs. Ramli, M.Pd.
4. Muh. Rahman Nur, S.S., S.Pd., Gr.
5. Darmawati, S.Pd.
6. Nur Amalia Halid, S.S., M.Hum.
7. Fitriani, S.Pd.
8. Jumardi, S.S., S.Pd.
9. Ramlah, S.S., Gr.
10. Alfira Zulkhair, S.S., S.Pd.
11. Dr. Andi Asmara, S.Pd., M.Pd.
12. Srianti, S.Pd., Gr.
13. Ayusran, S.Pd.
14. Suardi Salama, S.Pd., M.Pd.
15. Andi Arfina, S.S., S.Pd.
16. Saenab, S.Pd., M.Pd.
17. Andi Asriono, S.S., S.Pd.
18. Mirna, S.Pd.
19. Nur Aryana Rusdi, S.S., S.Pd., Gr.
20. Isriwanda Syahrul, S.S., S.Pd., M.Sos.
21. Irwan, S.Pd.
22. Andi Hilda Sya’ban, S.S., S.Pd., M.Hum.
23. Ekawati Aminah, S.Pd.
24. Syamsul Bachri, S.Pd.
25. Labbiri, S.Pd., M.Pd.
26. Susanti, S.Pd.
27. Marlina, S.S., Gr.
28. Eka Yuniarsih, S.S.
29. Faisal Hidayat, S.S., S.Pd., Gr.
30. Muhammad Riri, S.Pd., M.Pd.
31. Hamriani, S.Pd.
32. Kasmawati T., S.S., S.Pd.
33. Rustam Siriwa, S.S., S.Pd.
34. Danar Ronge, S.Pd., M.Pd.
35. Agustinus Mulu, S.Pd., M.Pd.
36. Christina Mengkita Payung, S.Pd.
37. Githa Sobon, S.Pt., S.Pd.
38. Luther Pamasan, S.T.
39. Tarto Derias Tangkeallo, S.Pd.
40. Devy Rante Sulo, S.Pd., Gr.
41. Elvira Pasila, S.S.
42. Herlina, S.Pd.
43. Markus Dulang, S.Pd., MBA.
KATA PENGANTAR

Implementasi Kurikulum Merdeka di tingkat nasional terus bergulir. Selain di


SMA/sederajat, sejak tahun pelajaran 2022/2023, Kurikulum Merdeka sudah mulai
diterapkan secara merat pada tingkat Pendidikan dasar (SD dan SMP/sederajat). Untuk itu,
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terus berupaya menyelaraskan kebijakan kurikulum
bahasa daerah dengan kebijakan kurikulum di tingkat nasional.
Memenuhi kebutuhan capaian pembelajaran pada Kurikulum Merdeka untuk mata pelajaran
muatan lokal bahasa daerah, pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bekerja sama
Perkumpulan Pendidik Bahasa Daerah Indonesia (PPBDI) dan Balai Bahasa Provinsi
Sulawesi Selatan berupaya menerbitkan Capaian Pembelajaran Bahasa Daerah, baik Bahasa
daerah Bugis, Makassar, maupun Toraja.
Isi Capaian dalam Kurikulum Merdeka Bahasa Daerah Bugis, Makassar, dan Toraja
merupakan kompetensi dan lingkup materi yang disusun secara komprehensif berbentuk
narasi dengan menyelaraskan format kurikulum Merdeka di Tingkat nasional. Selain itu,
capaian pembelajaran bahasa daerah Bugis, Makassar, dan Toraja sangat memperhatikan
kekhasan kearifan lokal Masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan.
Tersusunnya Capaian Pembelajaran Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Daerah ini diharapkan
dapat memberikan inspirasi, wawasan, dan pedoman bagi guru Bahasa daerah di Provinsi
Sulawesi Selatan dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan tindak lanjut yang
tepat pada proses pembelajaran Bahasa Daerah, baik Bugis, Makassar, maupun Toraja.
Diharapkan pula dapat menjadi penguatan terhadap prinsip teaching at the right level,
khususnya bagi guru mata pelajaran Bahasa Bugis, Makassar, dan Toraja.
Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam penyiapan dan penyusunan Capaian Pembelajaran
Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Daerah Bugis, Makassar, dan Toraja ini. Semoga dapat
bermanfaat, terutama bagi keberlangsungan pembelajaran Bahasa di Jawa Barat, dalam
rangka perwujudan Profil Pelajar Pancasila dan pelestarian bahasa dan budaya daerah.

Makassar, 04 Februari 2024


CAPAIAN PEMBELAJARAN
BAHASA BUGIS
KURIKULUM MERDEKA
MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA BUGIS

I. RASIONAL MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH BUGIS

Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi dari kemampuan


literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial menggunakan
kemampuan literasi. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang digunakan untuk
bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Bugis
merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai tujuan berkomunikasi dalam konteks
sosial budaya Bugis.
Bahasa Bugis merupakan bahasa ibu bagi orang Bugis dan sekaligus menjadi
bahasa daerah bagi masyarakat Bugis. Kedudukan bahasa Bugis sebagi bahasa
daerah tersurat dalam UUD 1945, Bab XV, Penjelasan Pasal 36. Dalam penjelasan
pasal tersebut ditegaskan bahwa bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat
penuturnya dipelihara juga oleh negara karena bahasa daerah merupakan salah
satu aspek kebudayaan yang hidup.
Penghilangan pengajaran bahasa Bugis dari sekolah akan mengakibatkan berbagai
kerugian, antara lain: (1) hilangnya warisan budaya yang berwujud bahasa, (2)
hilangnya nilai-nilai budaya yang terungkap dalam bahasa, (3) timbulnya
kekacauan bahasa, (4) berkurangnya penciptaan sastra, (5) berkurangnya sumber
pengembangan bahasa nasional, dan (6) berkurangnya daya saring terhadap
pengaruh budaya asing.
Untuk memperkuat legalisasi pemeliharaan bahasa Bugis, Gubernur Sulawesi
Selatan mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 tentang
Pembinaan Bahasa Daerah di Sulawesi Selatan. Sebagai realisasi dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran di seluruh satuan pendidikan, Gubernur Sulawesi
Selatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 420/7699/DISDIK Tahun 2021. Hal itu
relevan pula dengan rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang pemeliharaan bahasa-
bahasa ibu di dunia, yang pada tanggal 21 Pebruari ditetapkan sebagai ”Hari Bahasa
Ibu Internasional”.

Kehidupan bahasa Bugis sangat bergantung kepada orang Bugis, yakni orang yang
mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai orang Bugis. Di dalam
pemakaian bahasa Bugis akan tampak budaya masyarakat pendukungnya, yakni
budaya Bugis. Artinya, keberadaan budaya Bugis sangat ditentukan oleh
keberadaan orang Bugis serta pemakaian bahasa Bugis. Pemakaian bahasa Bugis
dibina dan dikembangkan. melalui pembelajaran di sekolah. Cara ini paling efektif
karena dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi.
II. TUJUAN MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH BUGIS

Mata pelajaran bahasa Bugis bertujuan untuk membantu :


1. Peserta didik mengembangkan pengalaman berbahasa dan bersastra Bugis.
2. Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Bugis sebagai bahasa
daerah di Sulawesi Selatan, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar
masyarakatnya.
3. Peserta didik memahami bahasa Bugis dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta
mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks
(tujuan, keperluan, dan keadaan).
4. Peserta didik mampu menggunakan bahasa Bugis untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan berbahasa Bugis.
6. Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Bugis untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Bugis, mengembangkan
kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
7. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Bugis sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Bugis.

III.KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN BAHASA BUGIS

Mata pelajaran bahasa Bugis berkedudukan sebagai muatan lokal di wilayah


Provinsi Sulawesi Selatan. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materi pokoknya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan melalui pemerintah daerah. Kedudukannya
dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran inti. Oleh karena
itu, mata pelajaran bahasa Bugis juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan
dalam buku laporan hasil belajar. Pembelajaran bahasa Bugis dilakukan untuk
mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa daerah sebagai sarana
pembentukan kepribadian suku bangsa, peneguh jati diri kedaerahan, dan sarana
pengungkapan dan pengembangan sastra dan budaya daerah.

Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Bugis pada dasarnya mengacu kepada:
1. Fungsi praktis ialah agar peserta didik memiliki penguasaan pasif (dapat
memahami apa yang didengar dan dibacanya) dan penguasaan aktif (dapat
berbicara dan menulis).
2. Fungsi teoretis ialah agar peserta didik memiliki pengetahuan tentang bahasa,
yang dapat digunakannya untu penguasaan bahasa itu.
3. Fungsi ideologis ialah agar peserta didik memiliki sikap budaya (berbudaya)
bangsa yang memiliki bahasa itu.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan berbagai upaya dalam pengajaran, antara lain,
berupa (1) perluasaan gaya bahasa, (2) pemeliharaan rasa bahasa, (3) pendidikan kesadaran
berbahasa, (4) perluasan pengetahuan bahasa, dan (5) pemeliharaan budaya. Untuk
mengetahui bahan ajar bahasa Bugis, perlu dianalisis khasanah bahasa itu. Secara umum
diketahui bahwa bahasa Bugis memiliki (1) lontara (abjad), (2) struktur kata/kalimat, (3)
bunyi (fonem), (4) kosa kata, (5) pangadereng, (6) pappaseng, dan (7) wacana.

IV. FASE A (KELAS 1 DAN 2)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang diri dan lingkungan sekitarnya.
Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan pesan; mengekspresikan perasaan dan
gagasan; berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi secara santun. Peserta didik mampu
meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan bersastra
dengan topik yang beragam (elong, pappaseng).

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE A (KELAS 1 dan 2)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu bersikap baik dalam menyimak pelafalan aksara
Lontara’, ada (kosa kata), loroseng ada (kalimat), sanja’ (puisi), dan pau-pau
rikadong (cerita anak). Peserta didik mampu memahami pesan lisan dan
informasi dari elong (lagu) dan pappaseng (petuah/nasihat) melalui media
audio, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), dan instruksi lisan
yang berkaitan dengan tujuan berkomunikasi dalam bahasa Bugis.
Membaca dan Peserta didik mampu bersikap menjadi pembaca dan pemirsa yang baik.
Memirsa Peserta didik mampu memahami aseng-asenna watakkale (nama-nama
anggota tubuh), esso (hari), uleng (bulan), dan tayangan pappaseng
(petuah/nasihat) yang dipirsa, serta sanja’ (puisi), dan pau-pau rikadong
(dongeng) anak. Peserta didik mampu menambahkan kosa kata baru dari teks
yang dibaca atau tayangan yang dipirsa dengan bantuan ilustrasi atau
menjiplak
Menulis Peserta didik mampu bersikap baik dalam menulis di udara dan di atas kertas.
Peserta didik mampu menulis deskripsi dengan beberapa kata, menulis nama
anggota tubuh, anggota keluarga, dan kekerabatan, menulis kembali kata yang
dibaca atau didengar, menulis prosedur tentang kehidupan sehari-hari. Peserta
didik mengembangkan tulisan tangan huruf Lontara’ yang semakin baik.
Berbicara dan Peserta didik mampu melafalkan aksara dan kosa kata dengan tepat, berbicara
memperesentasikan dengan santun, menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks.
Peserta didik mampu bertanya tentang sesuatu, menjawab, dan menanggapi
komentar orang lain (teman, guru, dan orang dewasa) dengan baik dan santun
dalam suatu percakapan. Peserta didik mampu mengungkapkan gagasan
secara lisan dengan bantuan gambar dan/atau ilustrasi. Peserta didik mampu
menceritakan kembali suatu informasi yang dibaca atau didengar; dan
menceritakan kembali yang dibacakan atau dibaca dengan topik diri dan
lingkungan.

V. FASE B (KELAS 3 DAN 4)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang hal-hal menarik di lingkungan
sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan gagasan dari teks
nformasional, memahami penokohan dan pesan dari teks narasi. Peserta didik mampu
mengungkapkan gagasan dalam kerja kelompok dan diskusi. Peserta didik mampu
meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan bersastra
dengan topik yang beragam. Peserta didik mampu membaca Lontara’ Bugis dengan fasih.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE B (KELAS 3 dan 4)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu memahami pesan lisan, informasi mengenai
pakkakkasa’ na aseng olo’-kolo’ (nama benda dan Binatang) dari media audio,
teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), seperti pau-pau rikadong
(dongeng), elong yabelale (tembang tradisi), dan instruksi lisan yang berkaitan
dengan tujuan berkomunikasi. Peserta didik mampu memahami dan
memaknai teks narasi yang dibacakan atau dari media audio.
Membaca dan Peserta didik mampu memahami pesan dan informasi tentang kehidupan
memirsa sehari-hari, cule-cule ri yolo (permainan tradisional), warekkada
(perumpamaan), dan pau-pau rikadong (dongeng) dalam bentuk teks atau
elektronik. Peserta didik mampu menjelaskan permasalahan yang dihadapi
oleh tokoh dalam cerita. Peserta didik mampu menambah kosakata baru
tentang nama benda, binatang, tumbuhan, dan rumah adat Bugis dari teks yang
dibaca atau tayangan sesuai dengan topik.
Menulis Peserta didik mampu menulis warekkada (perumpamaan), deskripsi, prosedur,
dan eksposisi dengan rangkaian kalimat yang beragam, informasi yang lebih
rinci dan akurat dengan topik nama benda, binatang, tumbuhan, dan rumah
adat Bugis. Peserta didik semakin terampil menulis lontara’.
Berbicara dan Peserta didik mampu berbicara dengan pilihan kata dan sikap tubuh/gestur
memperesentasikan yang santun (mappattabe’), menggunakan volume dan intonasi yang tepat
sesuai konteks; mengajukan dan menanggapi pertanyaan dalam suatu
percakapan dan diskusi dengan lebih aktif. Peserta didik mampu
mengungkapkan gagasan dalam suatu percakapan dengan menerapkan tata
caranya. Peserta didik mampu menceritakan kembali suatu informasi yang
dibaca atau didengar dari teks narasi dengan topik kehidupan sehari-hari,
seperti pedato (pidato), pau-pau rikadong (dongeng), kastone (komedi
tunggal), aseng pakkakkasa’ (nama benda), olo’-kolo’ (Binatang),
attanengeng (tumbuhan), dan bola Ugi’ (rumah adat Bugis).

VI. FASE C (KELAS 5 DAN 6)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan dan konteks sosial masyarakat Bugis. Peserta didik mampu memahami,
mengolah, dan menginterpretasi informasi dan pesan dari paparan lisan dan tulis tentang topik
yang dikenali dalam teks narasi (elong, osong, aru) dan informasional (biografi tokoh dan
surat). Peserta didik mampu menanggapi dan mempresentasikan informasi yang dipaparkan;
berpartisipasi aktif dalam diskusi; menuliskan tanggapannya terhadap bacaan menggunakan
pengalaman dan pengetahuannya; menulis teks untuk menyampaikan pengamatan dan
pengalamannya dengan lebih terstruktur. Peserta didik memiliki kebiasaan membaca untuk
hiburan, menambah pengetahuan, dan keterampilan.
CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE C (KELAS 5 dan 6)
BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu menganalisis informasi berupa fakta, prosedur dengan
mengidentifikasikan ciri objek dan urutan proses kejadian dan nilai-nilai dari
berbagai jenis teks informasional, seperti sure’ (surat), tolo’ (biografi tokoh),
dan fiksi (elong, osong dan aru) yang disajikan dalam bentuk lisan, teks aural
(teks yang dibacakan dan/atau didengar) dan audio.
Membaca dan Peserta didik mampu membaca lontara’ dengan lancar dan indah serta
memirsa memahami informasi dan kosakata baru yang memiliki makna denotatif,
literal, konotatif untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan karakter.
Peserta didik mampu mengidentifikasi ide pokok dari teks deskripsi, narasi
dan eksposisi, serta nilai-nilai yang terkandung dalam teks sastra (elong,
osong, pau-pau rikadong, dan aru) dari teks dan/atau audiovisual.
Menulis Peserta didik mampu menulis teks eksplanasi, laporan, dan eksposisi persuasif
dari gagasan, hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi; menjelaskan
hubungan kausalitas, menuangkan hasil pengamatan, meyakinkan pembaca.
Peserta didik mampu menggunakan kaidah kebahasaan dan kesastraan Bugis
untuk menulis teks sesuai dengan konteks dan norma budaya; menggunakan
kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan. Peserta
didik menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri
dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan
penggunaan kosakata secara kreatif.
Berbicara dan Peserta didik mampu menyampaikan informasi secara lisan untuk tujuan
memperesentasikan menghibur dan meyakinkan mitra tutur sesuai kaidah dan konteks.
Menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan
kiasan; pilihan kata yang tepat sesuai dengan norma budaya Bugis;
menyampaikan informasi dengan fasih dan santun. Peserta didik
menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan
orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan
penggunaan kosakata secara kreatif. Peserta didik mempresentasikan gagasan,
hasil pengamatan, dan pengalaman dengan logis, sistematis, efektif, kreatif,
dan kritis; mempresentasikan imajinasi secara kreatif.
VII. FASE D (KELAS 7, 8, DAN 9)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan, konteks sosial, dan akademis. Peserta didik mampu memahami, mengolah, dan
menginterpretasi informasi paparan tentang topik yang beragam dan karya sastra, seperti pau-
pau rikadong (dongeng), pappangaja’/pappaseng (petuah/nasihat berbentuk karya seni sastra),
pedato (pidato), sanja’ (puisi), pau-pau (legenda), elong (nyanyian/tembang tradisi), carita
ponco’ (cerpen). Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi, mempresentasikan,
dan menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi yang dipaparkan; Peserta didik menulis berbagai
teks untuk menyampaikan pengamatan dan pengalamannya dengan lebih terstruktur, dan
menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan bacaan menggunakan pengalaman dan
pengetahuannya. Peserta didik mengembangkan kompetensi diri dalam membaca dan menulis
aksara lontara’, membaca berita (kareba Ugi’) dan sikap melalui pembiasaan mappatabe’
(sopan santun) dalam penguatan karakter.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE D (KELAS 7, 8, DAN 9)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran

Menyimak Peserta didik mampu memahami informasi lisan yang mengungkapkan


perasaan, gagasan, pikiran atau pesan akurat dari berbagai karya seni sastra
elong (nyanyian/tembang tradisi), pau-pau rikadong (dongeng), sanja’ (puisi),
pedato (pidato), pappaseng/pappangaja’ (nasihat/petuah dalam bentuk seni
sastra), carita ponco’ (cerpen). Peserta didik juga mampu memahami nilai
moral dari sajian makkastone (komedi tunggal) yang
ditampilkan/diperdengarkan, baik secara audio maupun audiovisual dalam
bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara. Peserta didik mampu
mengeksplorasi dan mengevaluasi berbagai informasi lisan dari topik aktual
yang didengar. Peserta didik memiliki sikap menjadi penyimak yang baik
dalam memahami beragam tipe teks nonfiksi dan fiksi dalam pembentukan
karakter mappatabe’ (sopan santun).

Membaca dan Peserta didik memahami informasi dari teks deskripsi, narasi, eksplanasi dan
eksposisi untuk menemukan makna tersurat dan tersirat dari teks dari berbagai
Memirsa
karya seni sastra elong (nyanyian/tembang tradisi), pau-pau rikadong
(dongeng), sanja’ (puisi), pedato (pidato), pappaseng/pappangaja’
(nasihat/petuah dalam bentuk seni sastra), carita ponco’ (cerpen) yang
bertuliskan teks aksara lontara’. Peserta didik mampu mengidentifikasi istilah-
istilah dan ungkapan adat istiadat Bugis, seperti tradisi mappabbotting
(perkawinan), tudang sipulung (musyawarah). Peserta didik memahami
informasi mengenai sejarah dan bentuk aksara lontara’, menggali pesan dari
teks Lontara’ yang dibaca baik secara tersurat dan tersirat. Peserta didik
mampu mengeksplorasi dan mengevaluasi berbagai topik aktual masyarakat
Bugis dari yang dibaca dan dipirsa, seperti pada penanaman karakter siri’ na
pesse (harga diri dan kepedulian), filosofi sipakatau sipakalebbi (saling
memanusiakan dan memuliakan).

Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran atau pesan tertulis untuk
berbagai tujuan secara logis dan kreatif dalam seni sasta bahasa Bugis elong
(nyanyian/tembang tradisi), pau-pau rikadong (dongeng), sanja’ (puisi),
pedato (pidato), pappaseng/pappangaja’ (nasihat/petuah dalam bentuk seni
sastra), carita ponco’ (cerpen). Peserta didik dapat terampil menulis berbagai
jenis seni sastra tersebut dalam bahasa Bugis. Peserta didik menyampaikan
tulisan berdasarkan fakta, pengalaman, dan imajinasi secara indah dan
menarik dalam dengan penggunaan kosa kata secara kreatif. Menyampaikan
ungkapan dan pendapat pro/kontra secara etis dalam memberikan penghargaan
secara tertulis dalam ragam teks.

Berbicara dan Peserta didik mampu mempraktikkan berbagai jenis karya seni sastra Bugis
memperesentasikan yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti elong
(nyanyian/tembang tradisi), pau-pau rikadong (dongeng), sanja’ (puisi),
pedato (pidato), pappaseng/pappangaja’ (nasihat/petuah dalam bentuk seni
sastra), carita ponco’ (cerpen), warekkada (perumpamaan).

Peserta didik dapat mempresentasikan nilai-nilai karakter dari karya seni


tersebut dan melakonkannya dalam bentuk monolog, dialog logis, kritis, dan
kreatif (makkastone/komedi tunggal). Peserta didik mampu menggunakan dan
mengembangkan kosakata yang memiliki makna denotatif dan konotatif.
Peserta didik mampu menggunakan ungkapan bahasa Bugis sesuai dengan
norma kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik mampu menuturkan
dan menyajikan ungkapan simpati, empati, peduli, perasaan, dan penghargaan
dalam bentuk teks informasional (kareba Ugi’/berita Bugis). Peserta didik
mampu mengungkapkan dan mempresentasikan berbagai topik aktual dalam
masyarakat Bugis secara kritis dengan mengedepankan praktik kesantunan
ada cuku’, makkarateng, dan ada conga’.

VIII. FASE E (KELAS 10)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan, konteks sosial masyarakat Bgis dan akademis. Peserta didik mampu memahami,
mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks tentang topik
yang beragam. Peserta didik mampu menyintesis gagasan dan pendapat dari berbagai sumber.
Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi. Peserta didik mampu menulis berbagai
teks (pappaseng, elong, werekkada) untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan
serta menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi secara kritis dan etis.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE E (KELAS 10)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu mengungkap makna teks aksara Lontara’ (sulapa eppa’),
makna dan nilai dari berbagai jenis seni sastra elong (nyanyian/tembang
tradisi), pau-pau rikadong (dongeng), sanja’ (puisi), pedato (pidato),
pappaseng/pappangaja’ (nasihat/petuah dalam bentuk seni sastra), carita
ponco’ (cerpen) dan nonsastra dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara
seperti penerapan dalam bermusyawarah (tudang sipulung).
Membaca dan Peserta didik mampu mengevaluasi informasi mengenai karakter dan jenis-
Memirsa jenis dialek bahasa masyarakat Bugis dari teks deskripsi, laporan, narasi,
rekon, eksplanasi, eksposisi dan diskusi, untuk menemukan makna yang
tersurat dan tersirat dalam teks lontara’. Peserta didik menginterpretasi
informasi untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan simpati, peduli,
empati dan/ atau pendapat pro/kontra dari teks visual dan audiovisual secara
kreatif. Peserta didik menggunakan sumber lain untuk menilai akurasi dan
kualitas data serta membandingkan isi teks yang menggunakan aksara Lontara.
Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan dan pikiran dengan menggunakan
kosakata bahasa Bugis untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif
dalam bentuk teks (fiksi dan nonfiksi). Peserta didik mampu menulis teks
eksposisi hasil pemaknaan dari berb pappaseng dan teks percakapan dengan
menggunakan kata ganti sapaan bahasa Bugis yang sopan dan santun. Peserta
didik mampu mengalihwahanakan teks bahasa Bugis ke teks bahasa lainnya
untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik mampu menerbitkan hasil tulisan
di media cetak maupun digital.
Berbicara dan Peserta didik mampu melantunkan dan mempraktikkan berbagai jenis seni
memperesentasikan sastra Bugis sebagai bagian pengembangan karakter, seperti elong
(nyanyian/tembang tradisi), pau-pau rikadong (dongeng), sanja’ (puisi),
pedato (pidato), pappaseng/pappangaja’ (nasihat/petuah dalam bentuk seni
sastra), carita ponco’ (cerpen) dengan imajinasi dan proses kreatif. Peserta
didik mampu mengkreasi ungkapan bahasa Bugis (warekkada) sesuai dengan
norma kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik berkontribusi lebih aktif
dalam menyiapkan materi dan berdiskusi menggunakan bahasa Bugis dengan
memperhatikan konsep sipakatau (saling memanusiakan), ada conga’ na ada
cuku’ (penggunaan kata yang santun). Peserta didik mampu mengungkapkan
perasaan dan penghargaan secara kreatif dalam bentuk teks fiksi dan nonfiksi
secara verbal.

IX. FASE F (KELAS 11 DAN 12)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Bugis untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu memahami,
mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi berbagai tipe teks tentang topik yang beragam.
Peserta didik mampu mengkreasi gagasan dan pendapat untuk berbagai tujuan. Peserta didik
mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan berbahasa yang melibatkan banyak orang. Peserta
didik mampu menulis berbagai teks untuk merefleksi dan mengaktualisasi diri untuk selalu
berkarya dengan tetap melestarikan budaya dan bahasa Bugis di berbagai media untuk
mempertahankan peradaban bangsa.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE F (KELAS 11 dan 12)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai gagasan tentang konsep siri’ na
pesse, sipakainge, situlung-tulung dan kepemimpinan masyarakat Bugis
berdasarkan kaidah logika berpikir dari menyimak berbagai tipe teks (nonfiksi
dan fiksi) dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara; mengkreasi dan
mengapresiasi gagasan dan pendapat untuk menanggapi teks yang disimak.
Membaca dan Peserta didik mampu mengidentifasi jenis frasa dan elong, memahami ciri,
Memirsa makna teks elong dan unsur-unsur drama berdasarkan kaidah logika berpikir
dari membaca berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) di media cetak dan
elektronik. Peserta didik mampu mengapresiasi teks fiksi dan nonfiksi.
Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, pengetahuan
dalam bentuk pidato atau cerita pengalaman sendiri untuk berbagai tujuan
secara logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik mampu menulis karya sastra
dalam berbagai genre. Peserta didik mampu menulis teks refleksi diri. Peserta
didik mampu menulis hasil pengamatan tentang kepemimpinan masyarakat
Bugis. Peserta didik mampu memodifikasi/mendekonstruksikan karya sastra
Bugis untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik mampu menerbitkan tulisan
hasil karyanya di media cetak maupun digital.
Berbicara dan Peserta didik mampu menyajikan gagasan, pikiran, dan kreativitas dalam
memperesentasikan berbahasa Bugis dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara secara logis,
sistematis, kritis, dan kreatif; mampu menyajikan karya sastra drama, puisi,
dan nyanyian pakkacapi secara kreatif dan menarik. Peserta didik mampu
mengkreasi teks sesuai dengan norma kesopanan dan budaya Bugis. Peserta
didik mampu menyajikan dan mempertahankan hasil pengamatan prosesi
pernikahan adat Bugis, serta menyimpulkan masukan dari mitra diskusi.

Dalam mengembangkan pembelajaran bahasa Bugis pada tingkat satuan pendidikan, guru
wajib menggunakan kurikulum muatan lokal bahasa Bugis sebagai pedoman. Selanjutnya guru
bahasa Bugis wajib mengembangkan Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajran
(ATP), serta modul ajar mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan, Riset dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses Pada Pendidikan Anak Usia
Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Memengah.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
BAHASA MAKASSAR
KURIKULUM MERDEKA
MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA MAKASSAR

I. RASIONAL MATA PELAJARAN BAHASA MAKASSAR

Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi dari kemampuan


literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial menggunakan
kemampuan literasi. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang digunakan untuk
bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Makassar
merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai tujuan berkomunikasi dalam konteks
sosial budaya Makassar.
Bahasa Makassar merupakan bahasa ibu bagi orang Makassar dan sekaligus
menjadi bahasa daerah bagi masyarakat Makassar. Kedudukan bahasa Makassar
sebagi bahasa daerah tersurat dalam UUD 1945, Bab XV, Penjelasan Pasal 36.
Dalam penjelasan pasal tersebut ditegaskan bahwa bahasa daerah yang digunakan
oleh masyarakat penuturnya dipelihara juga oleh negara karena bahasa daerah
merupakan salah satu aspek kebudayaan yang hidup.
Penghilangan pengajaran bahasa Makassar dari sekolah akan mengakibatkan
berbagai kerugian, antara lain: (1) hilangnya warisan budaya yang berwujud
bahasa, (2) hilangnya nilai-nilai budaya yang terungkap dalam bahasa, (3)
timbulnya kekacauan bahasa, (4) berkurangnya penciptaan sastra, (5) berkurangnya
sumber pengembangan bahasa nasional, dan (6) berkurangnya daya saring terhadap
pengaruh budaya asing.
Untuk memperkuat legalisasi pemeliharaan bahasa Makassar, Gubernur Sulawesi
Selatan mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 tentang
Pembinaan Bahasa Daerah di Sulawesi Selatan. Sebagai realisasi dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran di seluruh satuan pendidikan, Gubernur Sulawesi
Selatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 420/7699/DISDIK Tahun 2021. Hal itu
relevan pula dengan rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang pemeliharaan bahasa-
bahasa ibu di dunia, yang pada tanggal 21 Pebruari ditetapkan sebagai ”Hari Bahasa
Ibu Internasional”.

Kehidupan bahasa Makassar sangat bergantung kepada orang Makassar, yakni


orang yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai orang Makassar.
Di dalam pemakaian bahasa Makassar akan tampak budaya masyarakat
pendukungnya, yakni budaya Makassar. Artinya, keberadaan budaya Makassar
sangat ditentukan oleh keberadaan orang Makassar serta pemakaian bahasa
Makassar. Pemakaian bahasa Makassar dibina dan dikembangkan. melalui
pembelajaran di sekolah. Cara ini paling efektif karena dapat direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi.
II. TUJUAN MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH MAKASSAR

Mata pelajaran bahasa Makassar bertujuan untuk membantu :


1. Peserta didik mengembangkan pengalaman berbahasa dan bersastra Makassar.
2. Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Makassar sebagai bahasa
daerah di Sulawesi Selatan, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar
masyarakatnya.
3. Peserta didik memahami bahasa Makassar dari segi bentuk, makna, dan fungsi,
serta mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks
(tujuan, keperluan, dan keadaan).
4. Peserta didik mampu menggunakan bahasa Makassar untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan berbahasa Makassar.
6. Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Makassar untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Makassar,
mengembangkan kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
7. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Makassar sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Makassar.

III.KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH MAKASSAR

Mata pelajaran bahasa Makassar berkedudukan sebagai muatan lokal di wilayah


Provinsi Sulawesi Selatan. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materi pokoknya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan melalui pemerintah daerah. Kedudukannya
dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran inti. Oleh karena
itu, mata pelajaran bahasa Makassar juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan
dalam buku laporan hasil belajar. Pembelajaran bahasa Makassar dilakukan untuk
mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa daerah sebagai sarana
pembentukan kepribadian suku bangsa, peneguh jati diri kedaerahan, dan sarana
pengungkapan dan pengembangan sastra dan budaya daerah.

Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Makassar pada dasarnya mengacu kepada:
1. Fungsi praktis ialah agar peserta didik memiliki penguasaan pasif (dapat
memahami apa yang didengar dan dibacanya) dan penguasaan aktif (dapat
berbicara dan menulis).
2. Fungsi teoretis ialah agar peserta didik memiliki pengetahuan tentang bahasa,
yang dapat digunakannya untu penguasaan bahasa itu.
3. Fungsi ideologis ialah agar peserta didik memiliki sikap budaya (berbudaya)
bangsa yang memiliki bahasa itu.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan berbagai upaya dalam pengajaran, antara lain,
berupa (1) perluasaan gaya bahasa, (2) pemeliharaan rasa bahasa, (3) pendidikan kesadaran
berbahasa, (4) perluasan pengetahuan bahasa, dan (5) pemeliharaan budaya. Untuk
mengetahui bahan ajar bahasa Makassar, perlu dianalisis khasanah bahasa itu. Secara
umum diketahui bahwa bahasa Makassar memiliki (1) lontarak (abjad), (2) struktur
kata/kalimat, (3) bunyi (fonem), (4) kosa kata, (5) panngadakkang, (6) pappasang, dan (7)
wacana.

IV. FASE A (KELAS 1 DAN 2)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang diri dan lingkungan
sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan pesan; mengekspresikan
perasaan dan gagasan; berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi secara santun. Peserta didik
mampu meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan
bersastra dengan topik yang beragam (kelong, pappasang).

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE A (KELAS 1 dan 2)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu bersikap baik dalam menyimak pelafalan
aksara lontarak, kosa kata, kalimat, puisi, dan cerita anak. Peserta
didik mampu memahami pesan lisan dan informasi dari Kelong dan
Pappasang melalui media audio, teks aural (teks yang dibacakan
dan/atau didengar), dan instruksi lisan yang berkaitan dengan tujuan
berkomunikasi dalam bahasa Makassar.
Membaca dan Peserta didik mampu bersikap menjadi pembaca dan pemirsa yang
Memirsa baik. Peserta didik mampu memahami informasi dari bacaan cerita
anak dan tayangan Pappasang yang dipirsa, narasi imajinatif, dan
puisi anak. Peserta didik mampu menambah kosakata baru dari teks
yang dibaca atau tayangan yang dipirsa dengan bantuan ilustrasi atau
menjiplak
Menulis Peserta didik mampu bersikap baik dalam menulis di atas kertas.
Peserta didik mampu menulis deskripsi dengan beberapa kalimat
tunggal, menulis pengalaman tentang diri, anggota keluarga, dan
kekerabatan. Peserta didik mengembangkan tulisan tangan huruf
Lontarak yang semakin baik.
Berbicara dan Peserta didik mampu melafalkan teks dengan tepat, berbicara dengan
memperesentasikan santun, menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai
konteks. Peserta didik mampu bertanya tentang sesuatu, menjawab,
dan menanggapi komentar orang lain (teman, guru, dan orang
dewasa) dengan baik dan santun dalam suatu percakapan. Peserta
didik mampu mengungkapkan gagasan secara lisan dengan bantuan
gambar dan/atau ilustrasi. Peserta didik mampu menceritakan
kembali suatu informasi yang dibaca atau didengar, dan
menceritakan kembali teks narasi yang dibacakan atau dibaca
dengan topik diri dan lingkungan.

V. FASE B (KELAS 3 DAN 4)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang hal-hal menarik di
lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan gagasan dari teks
informasional, memahami penokohan dan pesan dari teks narasi. Peserta didik mampu
mengungkapkan gagasan dalam kerja kelompok dan diskusi. Peserta didik mampu
meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan bersastra
dengan topik yang beragam. Peserta didik mampu membaca Lontarak Makassar dengan fasih.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE B (KELAS 3 dan 4)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu memahami ide pokok (gagasan) suatu pesan
lisan, informasi mengenai nama benda dan binatang dari media
audio, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), dan
instruksi lisan yang berkaitan dengan tujuan berkomunikasi. Peserta
didik mampu memahami dan memaknai teks narasi yang dibacakan
atau dari media audio.
Membaca dan Peserta didik mampu memahami pesan dan informasi tentang
memirsa kehidupan sehari-hari, permainan tradisional, teks narasi, dan
rupama dan paruntuk kana anak dalam bentuk cetak atau elektronik.
Peserta didik mampu memahami ide pokok dan ide pendukung pada
teks informasional dan mampu menjelaskan permasalahan yang
dihadapi oleh tokoh cerita pada teks narasi. Peserta didik mampu
menambah kosakata baru tentang nama benda, binatang, tumbuhan,
dan rumah adat Makassar dari teks yang dibaca atau tayangan yang
dipirsa sesuai dengan topik.
Menulis Peserta didik mampu menulis teks narasi, deskripsi, rekon, prosedur,
dan / atau eksposisi dengan rangkaian kalimat yang beragam,
informasi yang lebih rinci dan akurat dengan topik nama benda,
binatang, tumbuhan, dan rumah adat Makassar. Peserta didik
semakin terampil menulis Lontarak.
Berbicara dan Peserta didik mampu berbicara dengan pilihan kata dan sikap
memperesentasikan tubuh/gestur yang santun, menggunakan volume dan intonasi yang
tepat sesuai konteks; mengajukan dan menanggapi pertanyaan dalam
suatu percakapan dan diskusi dengan lebih aktif. Peserta didik
mampu mengungkapkan gagasan dalam suatu percakapan dengan
menerapkan tata caranya. Peserta didik mampu menceritakan
kembali suatu informasi yang dibaca atau didengar dari teks narasi
dengan topik kehidupan sehari-hari, nama benda, binatang,
tumbuhan, dan rumah adat Makassar.

VI. FASE C (KELAS 5 DAN 6)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan dan konteks sosial masyarakat Makassar. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi dan pesan dari paparan lisan dan tulis
tentang topik yang dikenali dalam teks narasi (kelong, dowangang, aru) dan informasional
(biografi tokoh dan surat). Peserta didik mampu menanggapi dan mempresentasikan informasi
yang dipaparkan; berpartisipasi aktif dalam diskusi; menuliskan tanggapannya terhadap bacaan
menggunakan pengalaman dan pengetahuannya; menulis teks untuk menyampaikan
pengamatan dan pengalamannya dengan lebih terstruktur. Peserta didik memiliki kebiasaan
membaca untuk hiburan, menambah pengetahuan, dan keterampilan.
CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE C (KELAS 5 dan 6)
BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu menganalisis informasi berupa fakta, prosedur
dengan mengidentifikasikan ciri objek, dan urutan proses kejadian
serta nilai-nilai dari berbagai jenis teks informasional (surat dan
biografi tokoh) dan fiksi (kelong, dowangang dan aru) yang disajikan
dalam bentuk lisan, teks aural (teks yang dibacakan dan / atau
didengar) dan audio.
Membaca dan Peserta didik mampu membaca Lontarak dengan lancar dan indah
Memirsa serta memahami informasi dan kosakata baru yang memiliki makna
denotatif, literal, konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi objek,
fenomena, dan karakter. Peserta didik mampu mengidentifikasi ide
pokok dari teks deskripsi, narasi dan eksposisi, serta nilai-nilai yang
terkandung dalam teks sastra (kelong, dowangang, dan aru) dari teks
dan/atau audio visual.
Menulis Peserta didik mampu menulis teks eksplanasi, laporan, dan eksposisi
persuasif dari gagasan, hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi;
menjelaskan hubungan kausalitas, menuangkan hasil pengamatan,
meyakinkan pembaca. Peserta didik mampu menggunakan kaidah
kebahasaan dan kesastraan Makassar untuk menulis teks sesuai
dengan konteks dan norma budaya; menggunakan kosakata baru yang
memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan. Peserta didik
menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri
dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi
dengan penggunaan kosakata secara kreatif.
Berbicara dan Peserta didik mampu menyampaikan informasi secara lisan untuk
memperesentasikan tujuan menghibur dan meyakinkan mitra tutur sesuai kaidah dan
konteks. Menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif,
konotatif, pilihan kata yang tepat sesuai dengan norma budaya
Makassar; menyampaikan informasi dengan fasih dan santun. Peserta
didik menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri
sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa
dan puisi dengan penggunaan kosa kata secara kreatif. Peserta didik
mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan pengalaman
dengan logis, sistematis, efektif, kreatif, dan kritis; mempresentasikan
imajinasi secara kreatif.

VII. FASE D (KELAS 7, 8, DAN 9)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan, konteks sosial, dan akademis. Peserta didik mampu memahami,
mengolah, dan menginterpretasi informasi paparan tentang topik yang beragam dan karya
sastra (kelong, doangang, pappasang, dan rupama). Peserta didik mampu berpartisipasi aktif
dalam diskusi, mempresentasikan, dan menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi yang
dipaparkan. Peserta didik menulis berbagai teks untuk menyampaikan pengamatan dan
pengalamannya dengan lebih terstruktur, dan menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan
bacaan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya. Peserta didik mengembangkan
kompetensi diri melalui pajanan berbagai teks penguatan karakter

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE D (KELAS 7, 8, DAN 9)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu memahami, menganalisis, dan mengevaluasi
informasi lisan dalam bentuk perasaan, gagasan, pikiran atau pesan
akurat dari berbagai tipe teks nonfiksi dan fiksi (kelong, pappasang,
rupama, pappilabbangngang, sinrilik, pidato) baik secara audio
maupun audiovisual dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar
wicara. Peserta didik mampu mengeksplorasi dan mengevaluasi
berbagai informasi lisan dari topik aktual yang disimak. Peserta
didik memiliki sikap menjadi penyimak yang baik dalam memahami
beragam tipe teks nonfiksi dan fiksi.
Membaca dan Peserta didik memahami informasi dari teks deskripsi, narasi,
Memirsa eksplanasi dan eksposisi untuk menemukan makna tersurat dan
tersirat dari teks visual dan audiovisual. Peserta didik mampu
mengidentifikasi istilah-istilah dan ungkapan adat istiadat Makassar
untuk mengungkapkan kepedulian, empati, dan simpati melalui teks
visual dan audiovisual. Peserta didik memahami informasi mengenai
sejarah dan bentuk aksara Lontarak, menggali pesan dari teks
Lontarak yang dibaca baik secara tersurat maupun tersirat. Peserta
didik mampu mengeksplorasi dan mengevaluasi berbagai topik
aktual masyarakat Makassar dari yang dibaca dan dipirsa.
Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran atau pesan tertulis
untuk berbagai tujuan secara logis dan kreatif dalam bahasa
Makassar. Peserta didik juga menuliskan kembali teks kelong,
dowangang, dan cerita rakyat (rupama, patturioloang, pau-pau).
Peserta didik mampu menggunakan kosakata yang memiliki makna
denotatif dan konotatif untuk menulis dalam bahasa Makassar.
Peserta didik menyampaikan tulisan berdasarkan fakta, pengalaman,
dan imajinasi secara indah dan menarik dalam bentuk cerita dan
puisi dengan penggunaan kosakata secara kreatif. Menyampaikan
ungkapan dan pendapat pro/kontra secara etis dalam memberikan
penghargaan secara tertulis dalam ragam teks.
Berbicara dan Peserta didik mampu melantunkan jenis-jenis kelong, teks
memperesentasikan penyambutan adat (aru dan pakkiok bunting), cerita rakyat,
pengalaman atau pesan dalam bentuk monolog, dialog logis, kritis,
dan kreatif. Peserta didik mampu menggunakan serta
mengembangkan kosakata yang memiliki makna denotatif dan
konotatif untuk berbicara dan mempresentasikan. Peserta didik
mampu menggunakan ungkapan bahasa Makassar sesuai dengan
norma kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik mampu
menuturkan dan menyajikan ungkapan simpati, empati, dan
penghargaan dalam bentuk teks informasional dan fiksi melalui teks
visual dan teks verbal. Peserta didik mampu mengungkapkan dan
mempresentasikan berbagai topik aktual dalam masyarakat
Makassar secara kritis.

VIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE E (KELAS 10)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan, konteks sosial masyarakat Makassar dan akademis. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks
tentang topik yang beragam. Peserta didik mampu menyintesis gagasan dan pendapat dari
berbagai sumber. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi. Peserta didik mampu
menulis berbagai teks sastra (pappasang, kelong, paruntuk kana, pakkiok bunting, rupama)
untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan serta menanggapi informasi nonfiksi
dan fiksi secara kritis dan etis.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE E (KELAS X)


BERDASARKAN ELEMEN
Elemen Capaian Pembelajaran
Menyimak Peserta didik mampu mengungkap makna aksara lontarak (sulapak
appak), makna dan nilai pappasang dari menyimak dalam teks sastra
maupun nonsastra dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara.
Membaca dan Peserta didik mampu mengevaluasi informasi mengenai karakter dan
Memirsa jenis-jenis dialek bahasa masyarakat Makassar dari teks deskripsi,
laporan, narasi, rekon, eksplanasi, eksposisi dan diskusi, untuk
menemukan makna yang tersurat dan tersirat. Peserta didik
menginterpretasi informasi untuk mengungkapkan gagasan dan
perasaan simpati, peduli, empati dan/ atau pendapat pro/kontra dari
teks visual dan audiovisual secara kreatif. Peserta didik menggunakan
sumber lain untuk menilai akurasi dan kualitas data serta
membandingkan isi teks.
Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan dan pikiran dengan
menggunakan kosakata bahasa Makassar untuk berbagai tujuan secara
logis, kritis, dan kreatif dalam bentuk teks informasional dan/atau
fiksi. Peserta didik mampu menulis teks eksposisi hasil pemaknaan
pappasang dan teks percakapan dengan menggunakan kata ganti
sapaan bahasa Makassar yang sopan dan santun. Peserta didik mampu
mengalihwahanakan teks bahasa Makassar ke teks bahasa lainnya
untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik mampu menerbitkan hasil
tulisan di media cetak maupun digital.
Berbicara dan Peserta didik mampu melantunkan kelong/paruntuk kana, pakkiok
memperesentasikan bunting, rupama, sinrilik, royong (tembang tradisi) dalam bentuk
monolog dan atau dialog secara runtut dan kreatif. Peserta didik
mampu mengkreasi ungkapan bahasa Makassar sesuai dengan norma
kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik berkontribusi lebih
aktif dalam menyiapkan materi dan berdiskusi menggunakan bahasa
Makassar. Peserta didik mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran
secara kreatif dalam bentuk teks fiksi dan nonfiksi secara verbal.
IX. FASE F (KELAS XI DAN XII)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Makassar untuk berkomunikasi dan bernalar
sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi berbagai tipe teks tentang topik
yang beragam. Peserta didik mampu mengkreasi gagasan dan pendapat untuk berbagai tujuan.
Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan berbahasa yang melibatkan banyak
orang. Peserta didik mampu menulis berbagai teks untuk merefleksi dan mengaktualisasi diri
untuk selalu berkarya dengan tetap melestarikan budaya dan bahasa Makassar di berbagai
media untuk mempertahankan peradaban bangsa.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE F (KELAS XI dan XII)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai gagasan tentang konsep
sirik na pacce, sipakainga, sipakatau, sipakalabbiri, situlung-tulung
dalam kepemimpinan masyarakat Makassar berdasarkan kaidah
logika berpikir dari menyimak berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi)
dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara; mengkreasi dan
mengapresiasi gagasan dan pendapat untuk menanggapi teks yang
disimak.
Membaca dan Peserta didik mampu mengidentifikasi jenis frasa, pakkiok bunting,
memirsa dan kelong. Memahami ciri, makna teks kelong, pakkiok bunting dan
unsur-unsur drama berdasarkan kaidah logika berpikir dari membaca
berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) di media cetak dan elektronik.
Peserta didik mampu mengapresiasi teks fiksi dan nonfiksi.
Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan,
pengetahuan dalam bentuk pidato atau cerita pengalaman pribadi
untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik
mampu menulis karya sastra dalam berbagai genre. Peserta didik
mampu menulis teks refleksi diri, cerita lucu (stand up comedy).
Peserta didik mampu menulis hasil pengamatan tentang
kepemimpinan masyarakat Makassar. Peserta didik mampu
memodifikasi/mendekonstruksikan karya sastra Makassar untuk
tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik mampu menerbitkan tulisan hasil
karyanya di media cetak maupun digital.
Berbicara dan Peserta didik mampu menyajikan gagasan, pikiran, dan kreativitas
memperesentasikan dalam berbahasa Makassar dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar
wicara secara logis, sistematis, kritis, dan kreatif; mampu menyajikan
karya sastra puisi, dan nyanyian pakacaping/pagambusu, drama,
secara kreatif dan menarik. Peserta didik mampu mengkreasi teks
sesuai dengan norma kesopanan dan budaya Makassar. Peserta didik
mampu menyajikan dan mempertahankan hasil pengamatan prosesi
pernikahan adat Makassar, serta menyimpulkan masukan dari mitra
diskusi.

Dalam mengembangkan pembelajaran bahasa Makassar pada tingkat satuan pendidikan, guru
wajib menggunakan kurikulum muatan lokal bahasa Makassar sebagai pedoman. Selanjutnya,
guru bahasa Makassar wajib mengembangkan Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan
Pembelajran (ATP), serta modul ajar mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan, Riset dan
Teknologi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses Pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
BAHASA TORAJA
KURIKULUM MERDEKA
MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA TORAJA

A. LATAR BELAKANG
Pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara telah mengeluarkan beberapa
kebijakan terkait upaya melestarikan dan mengembangkan budaya dan adat istiadat
Toraja. Pada sektor pendidikan berkonsentrasi pada penyusunan kurikulum muatan lokal
yang diangkat dari kearifan lokal (bahasa dan sastra, seni budaya, adat istiadat, pertanian,
perkebunan, dan peternakan) sebagai salah satu aset budaya Toraja. Kesungguhan dan
keseriusan Pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara untuk menjaga dan
melestarikan kearifan lokal Toraja dengan harapan generasi muda Toraja tetap
mempertahankan eksistensi budaya Toraja secara turun-temurun sebagai benteng dari
pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan karakter dan budaya Toraja. Dalam acara
Toraya Ma’kombongan tahun 2012 silam Pdt. Dr. I.Y. Panggalo, M.Th. mengutip
pandangan alm, Pdt. Dr. Eka Dharma Putra, M.Th. yang berbunyi, “Cara yang paling
efektif untuk menghancurkan suatu suku-bangsa adalah dengan menghilangkan
ingatan sejarahnya dan melunturkan budayanya!” Hal inilah yang memotivasi
pemerintah Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, Toraja Diaspora, pemerhati Budaya
Toraja, dan pemerhati pendidikan untuk membuat rekomendasi kepada pemerintah atas
nama masyarakat Toraja untuk mengembangkan muatan lokal yang diangkat dari kearifan
lokal melalui dunia pendidikan. Melalui dunia pendidikanlah eksistensi budaya Toraja
dapat dipertahankan, ditumbuhkembangkan dan diberikan porsi minimal 2 (dua) jam
perminggu pada masing-masing tingkatan atau fase, pada masing-masing jenjang satuan
pendidikan.
Dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia Noor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan dan Struktur Kurikulum
Merdeka dinyatakan bahwa Satuan Pendidikan menambahkan muatan lokal yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing
satuan pendidikan. Dengan diberlakukannya Kurikulum Merdeka di mana mata pelajaran
muatan lokal diberi ruang dalam pembelajaran maka melalui komunitas Musyawarah Guru
Mata Pelajaran Muatan Lokal Toraja berinisyatif untuk menyusun kerangka acuan melalui
Capaian Pembelajaran mulai dari Fase A (kelas 1 dan 2), Fase B (kelas 3 dan 4), Fase C
(kelas 5 dan 6), Fase D (kelas 7 – 9) , fase E (kelas 10) dan fase F (kelas 11 dan 12).
B. RASIONAL MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH TORAJA
Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir kritis merupakan pondasi dari
kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial
menggunakan kemampuan literasi. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang
digunakan untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran
bahasa daerah Toraja dan elemen lainnya merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai
tujuan berkomunikasi dalam konteks sosial budaya Toraja.

Bahasa Daerah Toraja merupakan bahasa ibu bagi orang Toraja dan sekaligus
menjadi bahasa daerah bagi masyarakat Toraja. Kedudukan bahasa Toraja sebagi
bahasa daerah tersurat dalam UUD 1945, Bab XV, Penjelasan Pasal 36. Dalam
penjelasan pasal tersebut ditegaskan bahwa bahasa daerah yang digunakan oleh
masyarakat penuturnya dipelihara juga oleh negara karena bahasa daerah merupakan
salah satu aspek kebudayaan yang hidup.

Penghilangan pengajaran bahasa Toraja dari sekolah akan mengakibatkan


berbagai kerugian, antara lain: (1) hilangnya warisan budaya yang berwujud bahasa,
(2) hilangnya nilai-nilai budaya yang terungkap dalam bahasa, (3) timbulnya
kekacauan bahasa, (4) berkurangnya penciptaan sastra, (5) berkurangnya sumber
pengembangan bahasa nasional, dan (6) berkurangnya daya saring terhadap pengaruh
budaya asing.

Untuk memperkuat legalisasi pemeliharaan bahasa Toraja, Gubernur Sulawesi


Selatan mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 tentang Pembinaan
Bahasa Daerah di Sulawesi Selatan. Sebagai realisasi dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran di seluruh satuan pendidikan, Gubernur Sulawesi Selatan mengeluarkan
Surat Edaran Nomor 420/7699/DISDIK Tahun 2021. Hal itu relevan pula dengan
rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia,
yang pada tanggal 21 Februari ditetapkan sebagai ”Hari Bahasa Ibu Internasional”.

Kehidupan bahasa Toraja sangat bergantung kepada orang Toraja, yakni orang
yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai orang Toraja. Di dalam
pemakaian bahasa Toraja akan tampak budaya masyarakat pendukungnya, yakni
budaya Toraja. Artinya, keberadaan budaya Toraja sangat ditentukan oleh keberadaan
orang Toraja serta pemakaian bahasa Toraja. Pemakaian bahasa Toraja dibina dan
dikembangkan. melalui pembelajaran di sekolah. Cara ini paling efektif karena dapat
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi.

Seni budaya Toraja terdiri dari seni musik, seni tari, seni rupa, seni ukir dan
patung, anyaman,dan meronce asesoris Toraja. Jenis-jenis alat musik seperti;
pompang, pa’bussuk, bombongan, gandang, pelle’, suling te’dek, suling lembang,
geso’-geso’, pa’tirra, la’pa-la’pa, issong londe, dan katto’-katto’. Selain itu ada juga
seni suara dan seni pertunjukan seperti; massengo, ma’retteng, ma’ondopua, ma’bugi’,
ma’dandan, ma’dondi’, ma’parapa’ atau ma’singgi’ , manimbong, ma’badong,
sisemba’, siasing, sigasing, sikambunni’, ma’gellu’, ma’randing, ma’tirra’,
ma’retteng, ma’singgi’, megora atau meoli, ma’lambuk, dan ma’katia.

Adat istiadat Toraja meliputi simbol warna, bate, rumah Tongkonan, lumbung,
ukiran-ukiran, upacara adat rambu tuka’, upacara adat rambu solo’ dan mangola
tanga , basse situka’, ma’bambangan, lakkean, bala’kayan, mantunu, mangaluk pia,
ma’pasonglo’, mantarima torampo ma’kekran bassi, pelamaran, rampanan kapa’,
ma’peliang, mantutu’ liang, dan mantaa duku’.

Pertanian, peternakan, dan perkebunan adalah bagian yang tidak terpisahkan


dari kehidupan masyarakat Toraja. Pertanian erat kaitannya dengan tanah basah
(kauaianna) tempat menanam padi setelah padi dipanen dikumpulkan pada lumbung,
Perkebunan dalam bahasa Toraja pa’lak pada umumnya tempat menanam kopi,
kakao (coklat) dan cengkeh. Peternakan erat kaitannya pemeliharaan hewan ternak,
contoh kerbau dan lain-lain. Berbicara masalah Tongkonan akan melekat dengan
padang kauaian (sawah), padang karangkean (kebun) , panglambaran sebagai area
peternakan. Khususnya rendenan tedong, dedekan palungan, dan kurrean manuk.
Tempon nenek diponenek inang sipori ada’ lan tondok Toraya.

C. TUJUAN MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH TORAJA


Mata pelajaran bahasa daerah Toraja bertujuan untuk membantu :

1. Peserta didik mengembangkan pengalaman berbahasa dan bersastra Toraja.


2. Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Toraja sebagai bahasa
daerah di Sulawesi Selatan, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar
masyarakatnya.
3. Peserta didik memahami bahasa Toraja dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta
mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan,
keperluan, dan keadaan).
4. Peserta didik mampu menggunakan bahasa Toraja untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan berbahasa Toraja.
6. Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Toraja untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Toraja, mengembangkan
kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
7. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Toraja sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Toraja.
8. Peserta didik menghargai dan mengembangkan berbagai jenis seni budaya Toraja.
9. Peserta didik mengembangkan dan menghargai adat istiadat Toraja.
10. Peserta didik menghargai dan mempertahankan adat istiadat yang berlaku di
daerah Toraja.
11. Peserta didik menghargai dan mengembangkan potensi pertanian, perkebunan,
dan peternakan sebagai ciri khas orang Toraja.

D. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH TORAJA


Mata pelajaran bahasa Toraja berkedudukan sebagai muatan lokal di wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materi pokoknya tidak dapat dikelompokkan ke
dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan melalui pemerintah daerah. Kedudukannya dalam proses pendidikan sama
dengan kelompok mata pelajaran inti. Oleh karena itu, mata pelajaran muatan lokal
Toraja juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan dalam buku laporan hasil belajar.
Pembelajaran bahasa daerah Toraja dilakukan untuk mempertahankan kedudukan dan
fungsi bahasa daerah sebagai sarana pembentukan kepribadian suku bangsa, peneguh
jati diri kedaerahan, serta sarana pengungkapan dan pengembangan sastra dan budaya
daerah.
Oleh karena itu, pembelajaran Muatan Lokal Toraja pada dasarnya mengacu
kepada:
1. Fungsi praktis ialah agar Peserta didik memiliki penguasaan pasif (dapat
memahami apa yang didengar dan dibacanya) dan penguasaan aktif (dapat
berbicara dan menulis).
2. Fungsi teoritis ialah agar Peserta didik memiliki pengetahuan tentang bahasa,
yang dapat digunakannya untuk penguasaan bahasa itu.
3. Fungsi ideologis ialah agar Peserta didik memiliki sikap budaya (berbudaya)
bangsa yang memiliki bahasa itu.
4. Seni budaya, adat istiadat, pertanian, perkebunan, dan peternakan merupakan
budaya Toraja yang bertujuan membangun karakter ketorajaannnya untuk tetap
menjaga eksistensi Toraja yang memiliki beraneka ragam seni dan budaya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan berbagai upaya dalam pengajaran,


antara lain, berupa (1) perluasaan gaya bahasa, (2) pemeliharaan rasa bahasa, (3)
pendidikan kesadaran berbahasa, (4) perluasan pengetahuan bahasa, dan (5)
pemeliharaan budaya. Untuk mengetahui bahan ajar bahasa Toraja, perlu dianalisis
khasanah bahasa itu. Secara umum diketahui bahwa bahasa Toraja memiliki (1)
struktur kata/kalimat, (2) bunyi (fonem), (3) kosa kata, (4) wacana.

CAPAIAN PEMBELAJARAN KEARIFAN LOKAL TORAJA


FASE A (KELAS 1 DAN 2)
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa ibu (bahasa Toraja) dan sastra untuk
berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa
tentang diri dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan
pesan; mengekspresikan perasaan dan gagasan; berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi
secara santun. Peserta didik mampu meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai
kegiatan berbahasa dan bersastra dengan topik yang beragam.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE A (KELAS 1 dan 2)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu bersikap baik dalam menyimak pelafalan kosa kata
(untandai uru’ sia angka, namoro’, lesoan kale, rapungku, na ossoran sia
tondokku, sara’ku, olo’-olo’, diksi, kalimat, puisi, dan cerita anak (ulelean
pare). Memahami bunyi bahasa lisan dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Mengamati perilaku dalam
komunikasi dalam bahasa Toraja di sekitar rumah, sekolah, dan masyarakat
sesuai wilayah adat masing -masing. Peserta didik mampu memahami pesan
lisan dan informasi melalui media audio, visual, teks yang dibacakan
dan/atau didengar), dan instruksi lisan yang berkaitan dengan tujuan
komunikasi dalam bahasa Toraja. Peserta didik memahami jenis mata
pencaharian di sekitarnya.
Membaca Peserta didik mampu bersikap menjadi pembaca dan memirsa dengan baik
dan Memirsa
uru’ sia angka,namoro’, lesoan kale, rapungku, na ossoran sia tondokku,
sara’ku, olo’-olo’, diksi, kalimat, puisi, dan ulelean pare dengan naskah
sederhana. Peserta didik mampu memahami informasi dari bacaan/cerita
anak dan tayangan melalui media yang dipirsa, narasi, imajinatif, puisi
anak, cerita rakyat dalam bentuk fabel .
Menulis Peserta didik menulis deskripsi ( uru’ sia angka,namoro’, lesoan kale,
rapungku, na ossoran sia tondokku, sara’ku, olo’-olo’) , kalimat, puisi, dan
cerita anak (ulelean pare) dengan beberapa kalimat sederhana. Menulis
pengalaman tentang diri sendiri, anggota keluarga, dan kekerabatan. Menulis
kembali narasi berdasarkan fiksi yang dibaca atau didengar, menulis
prosedur atau deskripsi tentang kehidupan sehari-hari.
Berbicara dan Peserta didik mampu melafalkan teks( uru’ sia angka,namoro’, lesoan kale,
mempresenta
rapungku, na ossoran sia tondokku, sara’ku, olo’-olo’), kalimat, puisi, dan
sikan
cerita anak (ulelean pare dengan tepat, berbicara dengan santun,
menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks bahasa Toraja.
Peserta didik mampu bertanya, menjawab, dan menanggapi komentar orang
lain (teman, guru, dan orang dewasa) dengan baik dan santun berdasarkan
teks sederhana. Peserta didik mampu menyanyikan lagu Toraja. Peserta
didik membiasakan diri untuk menghargai orang tua, tamu dan orang yang
lebih tua dalam kehidupan sehari-hari.

FASE B (KELAS 3 DAN 4)


Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Toraja dan Sastra Toraja untuk berkomunikasi
dan bernalar sesuai dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang hal-hal
menarik di lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan
gagasan dari teks informasional, memahami penokohan dan pesan dari teks narasi. Peserta
didik mampu mengungkapkan gagasan dalam kerja kelompok dan diskusi. Peserta didik
mampu meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan
bersastra dengan topik yang beragam. Peserta didik mampu membaca teks dengan fasih.
CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE B (KELAS 3 dan 4)
BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu memahami ide pokok (gagasan) suatu pesan lisan
ungkamayai tananan , informasi mengenai nama benda dan binatang dari
media audio, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), dan
instruksi lisan yang berkaitan dengan tujuan berkomunikasi. Peserta didik
mampu memahami dan memaknai teks narasi passanga padang , yang
dibacakan atau dari media audio dan visual. Peserta didik memahami
perbedaan kata dalam bahasa lisan/tertulis memahami sinonim, antonim,
diksi yang berlaku pada masing-masing wilayah adat dalam kehidupan
sehari-hari. Peserta didik memahami perilaku berkomunikasi dalam bahasa
Toraja berdasarkan diksi dan gaya bahasa (dialek dan idiolek), memahami
jenis kesenian tradisional Toraja, upacara adat Toraja (rambu tuka’ dan
rambu solo’) dan permainan rakyat. Peserta didik memahami tata cara
bertani, berkebun, dan beternak yang bersumber dari kearifan lokal Toraja.
Peserta didik memahami harmoni musik Toraja. Peserta didik memahami
istilah “Tallu Lolona” .
Membaca Peserta didik mampu memahami pesan dan informasi tentang kehidupan
dan Memirsa
sehari-hari ungkamayai tananan, permainan tradisional, adat istiadat
(upacara Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’), jenis kesenian, teks narasi,
memahami sinonim, antonim, dan simbol-simbol dalam bentuk cetak atau
elektronik. Peserta didik mampu menambah kosakata baru tentang nama
benda, binatang, tumbuhan, dan rumah adat Toraja dari teks yang dibaca atau
tayangan yang dipirsa sesuai dengan topik. Peserta didik membaca dan
memahami jenis cerita/dongeng (legenda, fabel, pemeo), kada disedan
sarong dianna batu silambi’, simbol-simbol dan ukiran/passura’ Toraja,
menceritakan simbol-simbol Toraja.
Menulis Peserta didik mampu menulis teks narasi dan deskripsi dengan rangkaian
kalimat yang beragam, dengan topik ungkamayai tananan, nama benda,
binatang, tumbuhan dan rumah adat Toraja. Peserta didik terampil menulis
makna simbol-simbol dalam adat Toraja.
Berbicara dan Peserta didik mampu berbicara dengan pilihan kata dan sikap tubuh/gestur
Mempresenta
yang santun, menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks;
sikan
mengajukan dan menanggapi pertanyaan dalam suatu percakapan dan
diskusi dengan lebih aktif. Peserta didik mampu menceritakan kembali suatu
informasi yang dibaca atau didengar dari teks narasi dengan topik kehidupan
sehari-hari ungkamayai tananan, dan rumah adat Toraja.

FASE C (KELAS 5 DAN 6)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Toraja dan Sastra Toraja untuk berkomunikasi
dan bernalar sesuai dengan tujuan dan konteks sosial masyarakat Toraja. Peserta didik
mampu memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi dan pesan dari paparan lisan
dan tulis tentang topik yang dikenali dalam teks narasi dan informasional (biografi tokoh dan
surat). Peserta didik mampu menanggapi dan mempresentasikan informasi yang dipaparkan;
berpartisipasi aktif dalam diskusi; menuliskan tanggapannya terhadap bacaan menggunakan
pengalaman dan pengetahuannya; menulis teks untuk menyampaikan pengamatan dan
pengalamannya dengan lebih terstruktur. Peserta didik memiliki kebiasaan membaca untuk
hiburan, menambah pengetahuan, dan keterampilan.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE C (KELAS 5 dan 6)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu menganalisis informasi berupa fakta, prosedur dengan
mengidentifikasikan ciri objek dan urutan proses kejadian dan nilai-nilai dari
berbagai jenis teks informasional (sejarah, surat dan biografi tokoh),
legenda, dan fabel yang disajikan dalam bentuk lisan . Memahami diksi
(pilihan kata), sinonim dan antonim yang berlaku pada masing-masing
wilayah adat. Mengamati perilaku masyarakat dalam berkomunikasi sesui
dialek, idiolek masing-masing wilayah adat. Memahami fungsi alat musik
yang digunakan pada seni suara, seni tari. Memahami jenis berbagai
tradisonal makanan tradisional dan upacara adat Toraja.
Membaca Peserta didik mampu membaca teks informasional (sejarah, surat dan
dan Memirsa
biografi tokoh ) dengan lancar dan indah serta memahami informasi dan
kosakata baru yang memiliki makna denotatif, literal, konotatif, dan kiasan
untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan karakter karakter tokoh dalam
cerita. Peserta didik mampu mengidentifikasi ide pokok dari teks deskripsi,
narasi dan eksposisi yang terdapat dalam cerita rakyat seperti; legenda, fabel
dan pameo, serta nilai-nilai yang terkandung dalam teks sastra (kada-kada
disedan sarong dianna batusilambi’) dari teks dan/atau audiovisual. Peserta
didik memahami makna yang terkandung dalam falsafah Toraja yaitu Tallu
lolona dan misa’ kada dipotuo, pantan kada dipomate. Peserta didik
memahami cara membaca dan melagukan tangga nada dalam seni budaya
Toraja.
Menulis Peserta didik mampu menulis teks eksplanasi, laporan, dan eksposisi
persuasif dari gagasan, hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi,
menjelaskan hubungan kausalitas, menuangkan hasil pengamatan,
meyakinkan pembaca. Peserta didik menyampaikan perasaan berdasarkan
fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik
dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan kosakata secara kreatif.
Peserta didik memahami dan mengidentifikasi jenis permainan rakyat sesuai
wilayah adat, jenis alat musik, warna dan simbol Toraja, tongkonan, alang,
simbuang batu/kayu, ukiran (passura’), memahat atau membuat patung,
miniatur, memahami tatacara bertani, berkebun, dan beternak yang
disampaikan secara turun-temurun dari nenek moyang orang Toraja. Peserta
didik memahami isi cerita rakyat Toraja seperti; fabel, dan pameo melalui
kada balo’ disedan sarong dianna batu silambi’ditoke’ tambane’ baka (kada
silambi’) yang mengatur karakter serta norma adat yang harus dipatuhi oleh
setiap orang Toraja dalam melakukan berbagai kegiatan adat.
Berbicara dan Peserta didik mampu menyampaikan informasional (sejarah, surat, biografi
Mempresenta
tokoh) secara lisan untuk tujuan menghibur dan meyakinkan mitra tutur
sikan
sesuai kaidah dan konteks. Menggunakan kosakata baru yang memiliki
makna denotatif, konotatif, dan kiasan; pilihan kata yang tepat sesuai dengan
norma budaya Toraja; menyampaikan informasi dengan fasih dan santun.
Peserta didik mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan
pengalaman dengan logis, sistematis, efektif, kreatif, dan kritis. Peserta didik
memainkan jenis permainan rakyat sesuai wilayah adat, jenis alat musik,
warna dan simbol Toraja, tongkonan, alang, simbuang batu/kayu, ukiran
(passura’), Membunyikan nada dalam seni budaya Toraja, memahat atau
membuat patung, miniatur, memahami tatacara bertani, berkebun, dan
beternak yang disampaikan secara turun-temurun dari nenek moyang orang
Toraja. Peserta didik mampu melakonkan isi cerita rakyat Toraja seperti;
fabel, dan pemeo melalui kada balo’ disedan sarong dianna batu silambi’
yang mengatur karakter serta norma-norma adat yang harus dipatuhi oleh
setiap orang Toraja dalam melakukan berbagai kegiatan adat pada masing-
masing wilayah adat, mampu mempraktikkan cara membuat kerajinan
tangan yang ada wilayah adat masing-masing.

FASE D (KELAS 7, 8, DAN 9)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Toraja dan Sastra Toraja untuk berkomunikasi
dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, dan akademis. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi paparan tentang topik yang beragam
dan karya sastra (Kada Disedan Sarong Dianna Batu Silambi’), gora-gora mali’ dan gora-gora
tongkon. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi, mempresentasikan, dan
menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi yang dipaparkan; Peserta didik menulis berbagai teks
untuk menyampaikan pengamatan dan pengalamannya dengan lebih terstruktur, dan
menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan bacaan menggunakan pengalaman dan
pengetahuannya. Peserta didik mengembangkan kompetensi diri melalui pajanan berbagai teks
penguatan karakter.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE D (KELAS 7, 8, DAN 9)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran


Menyimak Peserta didik mampu menganalisis informasi berupa fakta, prosedur dengan
mengidentifikasikan ciri objek dan urutan proses kejadian dan nilai-nilai dari
berbagai jenis teks informasional (surat dan biografi tokoh), legenda, mitos,
mistis, fabel yang disajikan dalam bentuk lisan, (teks yang dibacakan
dan/atau didengar). Memahami diksi (pilihan kata), memahami perbedaan
kata dalam bahasa lisan/tertulis (sinonim, antonim, dan homonim), yang
berlaku pada masing-masing wilayah adat. Mengamati perilaku masyarakat
dalam berkomunikasi sesui dialek, idiolek masing-masing wilayah adat.
Memahami fungsi alat musik yang digunakan pada seni suara, dan seni tari.
Memahami jenis-jenis makanan tradisional dan upacara adat Toraja.
Memahami jenis-jenis kesenian tradisional Toraja, memahami permainan
rakyat, memahami jenis-jenis upacara adat rambu tuka’ dan rambu solo’,
disertai dengan simbol- simbol, corak warna, dan tata upacara adat Toraja.
Memahami makna yang terkandung dalam Kada Disedan Sarong, Dianna
Batu Silambi’.
Membaca Peserta didik mampu membaca teks sastra dan non sastra serta memahami
dan Memirsa
informasi dan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, literal,
konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan karakter-
karakter tokoh dalam cerita. Peserta didik mampu membaca cerita rakyat
dengan dialek dan idiolek daerah masing-masing wilayah adat dengan
memperhatikan intonasi, variasi suara, dan gestur. Mengidentifikasi kata-
kata sulit yang ditemukan dalam cerita rakyat, ide pokok dari teks deskripsi,
narasi dan eksposisi yang terdapat dalam cerita rakyat seperti: legenda,
mitos, mistis, dan pemeo, serta nilai-nilai yang terkandung dalam teks sastra
(kada disedan sarong dianna batusilambi’) dari teks dan/atau audiovisual.
Peserta didik memahami makna yang terkandung dalam falsafah Toraja,
sejarah tongkonan, bentuk tongkonan yaitu Tallu lolona dan Misa’ Kada
Dipotuo, Pantan Kada Dipomate. Peserta didik mampu mengeksplorasi dan
mengevaluasi berbagai topik aktual masyarakat Toraja dari yang dibaca dan
dipirsa. Peserta didik memahami cara membaca dan melagukan tangga nada
pentatonis, tetratonik, dan tritonik dalam seni budaya Toraja, memahami
fungsi alat musik dalam kesenian Toraja, mengenal alat musik tradisional
Toraja, jenis-jenis kesenian Toraja baik seni pada upacara Rambu Tuka’
maupun seni pada upacara Rambu Solo’, memahami makna upacara adat
Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’. Peserta didik memahami pertunjukan seni
budaya dan adat istiadat Toraja. Peserta didik mengidentifikasi ciri unsur
kebahasaan To Ma’parapa’ dan atau Gora-gora Tongkon.
Menulis Peserta didik mampu menulis teks eksplanasi, laporan, dan eksposisi
persuasif dari gagasan, hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi;
menjelaskan hubungan kausalitas, menuangkan hasil pengamatan,
meyakinkan pembaca. Peserta didik mampu menggunakan kaidah
kebahasaan dan kesastraan Toraja untuk menulis teks sesuai dengan konteks
dan norma budaya ; menggunakan kosakata baru , yang memiliki makna
denotatif, konotatif, dan kiasan. Peserta didik menyampaikan perasaan
berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah
dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan kosakata
secara kreatif. Peserta didik menulis jenis fungsi alat musik, warna dan
simbol Toraja, fungsi dan peranan tongkonan, alang, simbuang batu, ukiran
(passura’); menulis tangga nada pentatonik, tetratonik, dan tritonik yang
digunakan pada kesenian Toraja, memahat atau membuat patung,
miniatur,yang disampaikan secara turun-temurun dari nenek moyang orang
Toraja. Peserta didik menulis salah satu cerita rakyat Toraja seperti; legenda,
mitos, mistis, dan pemeo, melalui kada balo’ disedan sarong dianna batu
silambi’ yang mengatur karakter serta norma-norma adat yang harus dipatuhi
oleh setiap orang Toraja dalam melakukan berbagai kegiatan adat.
Menggambar rumah tongkonan, lumbung, ukiran, warna, dan simbol-simbol
lainnya.
Berbicara dan Peserta didik mampu menyampaikan informasi secara lisan sesuai kaidah
Mempresenta
dan konteks. Menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif,
sikan
konotatif, dan kiasan; pilihan kata yang tepat sesuai dengan norma budaya
Toraja; menyampaikan informasi dengan fasih dan santun. Peserta didik
mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan pengalaman dengan
logis, sistematis, efektif, kreatif dan kritis (komedi tunggal) ;
mempresentasikan imajinasi secara kreatif. Peserta didik menyampaikan
perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara
indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan
kosakata secara kreatif ma’rupa-rupa kada tomina rambu tuka’, basse
bubung na rambu solo’. Peserta didik membunyikan dan memainkan musik
(vokal dan instrumental), menyampaikan makna warna dan simbol Toraja,
tongkonan, alang, simbuang batu, ukiran (passura’). Mempraktikkan bunyi
tangga nada pentatonik, tetratonik, dan tritonik yang digunakan pada
kesenian Toraja, memahat atau membuat patung atau miniatur. Peserta didik
dapat menceritakan cerita rakyat Toraja seperti : legenda, mitos, mistis, dan
pemeo melalui kada balo’ disedan sarong dianna batu silambi’ yang
mengatur karakter serta norma-norma adat yang harus dipatuhi oleh setiap
orang Toraja dalam melakukan berbagai kegiatan adat pada masing-masing
wilayah adat.

FASE E (KELAS X)
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Toraja untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai
dengan tujuan, konteks sosial masyarakat Toraja dan akademis. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks
tentang topik yang beragam. Peserta didik mampu mensintesis gagasan dan pendapat dari
berbagai sumber. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi. Peserta didik mampu
menulis berbagai teks (tongkonan, aluk rambu tuka’, aluk rambu solo’, morfologi dan sintaksis
bahasa Toraja, rampanan kapa’ falsafah Toraja, kada disedan sarong dan kada keangga’na
Toraya) untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan serta menanggapi informasi
nonfiksi dan fiksi secara kritis dan etis.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE E (KELAS 10


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran

Menyimak Peserta didik mampu memahami makna dan fungsi tongkonan


dan nilai falsafah Toraja, memahami makna kata, frasa, dan
kalimat dalam bahasa Toraja. Peserta didik mampu memahami
budaya Toraja, seperti aluk rambu tuka’, rambu solo’,
rampanan kapa’ serta mampu memahami puama atau ulelean
pare, kada disedan sarong, dari menyimak dalam teks sastra
maupun nonsastra dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar
wicara.
Membaca dan memirsa Peserta didik mampu mengevaluasi informasi mengenai
tongkonan, budaya Toraja seperti ritual rambu tuka’, rambu solo’
dan rampanan kapa’ serta falsafah Toraja dari teks deskripsi,
laporan, narasi, rekon, eksplanasi, eksposisi dan diskusi, untuk
menemukan makna yang tersurat dan tersirat. Peserta didik
menginterpretasi informasi untuk mengungkapkan gagasan dan
perasaan simpati, peduli, empati dan/ atau pendapat pro/kontra
dari teks visual dan audiovisual secara kreatif. Peserta didik
menggunakan sumber lain untuk menilai akurasi dan kualitas
data serta membandingkan isi teks.
Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan dan pikiran dengan
menggunakan kosakata bahasa Toraja untuk berbagai tujuan
secara logis, kritis, dan kreatif dalam bentuk teks informasional
dan/atau fiksi. Peserta didik mampu menulis teks eksposisi hasil
pemaknaan Falsafah dan budaya Toraja dan teks percakapan
dengan menggunakan kata ganti sapaan bahasa Toraja yang
sopan dan santun. Peserta didik mampu mengalihwahanakan teks
bahasa Toraja ke teks bahasa lainnya untuk tujuan ekonomi
kreatif. Peserta didik mampu menerbitkan hasil tulisan di media
cetak maupun digital.
Berbicara dan Peserta didik mampu mengungkapkan pesan falsafah tallu
mempresentasika lolona, ulelean pare (puama) serta kada disedan sarong dalam
bentuk monolog secara runtut dan kreatif. Peserta didik mampu
mengkreasi ungkapan bahasa Toraja seperti sesuai dengan
norma kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik
berkontribusi lebih aktif dalam menyiapkan materi dan
berdiskusi menggunakan bahasa Toraja. Peserta didik mampu
mengungkapkan perasaan dan penghargaan secara kreatif dalam
bentuk teks fiksi dan nonfiksi secara verbal.
FASE F (KELAS 11 DAN 12)

Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa dan bersastra Toraja untuk berkomunikasi dan
bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu
memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi berbagai tipe teks tentang topik
Bahasa dan Sastra Toraja yang beragam. Peserta didik mampu mengkreasi gagasan dan
pendapat dalam Bahasa Toraja untuk berbagai tujuan. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif
dalam kegiatan berbahasa dan bersastra Toraja yang melibatkan banyak orang. Peserta didik
mampu menulis berbagai teks Bahasa dan Sastra Toraja untuk merefleksi dan mengaktualisasi
diri untuk selalu berkarya dengan tetap melestarikan budaya Toraja di berbagai media untuk
mempertahankan peradaban bangsa.

CAPAIAN PEMBELAJARAN FASE F (KELAS 11 DAN 12)


BERDASARKAN ELEMEN

Elemen Capaian Pembelajaran

Menyimak (Ma’perangi) Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai gagasan


tentang konsep pessiparan Toraya, siangkaran,
sipakaboro; sia angga’ tau lan katorayan, berdasarkan
kaidah logika berpikir dari menyimak berbagai tipe teks
Toraya (nonfiksi dan fiksi) dalam bentuk monolog,
dialog, dan gelar wicara; mengkreasi dan mengapresiasi
gagasan dan pendapat untuk menanggapi tek Toraya
yang disimak.
Membaca dan memirsa Peserta didik mampu mengidentifikasi frasa, kalimat,
(Ma’basa Sia Pemaranga dan nyanyian tradisional, memahami ciri, makna teks
Gambara’) nyanyian tradisional dan unsur-unsur drama berdasarkan
kaidah berpikir dari membaca berbagai tipe teks Toraya
(nonfiksi dan fiksi) di media cetak dan elektronik.
Peserta didik mampu mengapresiasi teks fiksi dan
nonfiksi dalam Bahasa Toraya.
Menulis (Ma’ruki’) Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, dan
pandangan, pengetahuan Toraya dalam bentuk pidato
dan atau cerita pengalaman sendiri untuk berbagai
tujuan, secara logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik
mampu menulis karya sastra Toraya dalam berbagai
genre. Peserta didik mampu menulis teks Toraya, dan
merefleksikan diri. Peserta didik mampu menulis hasil
pengamatan tentang kepemimpinan Toraya. Peserta
didik mampu memodifikasi atau mendekonstruksikan
sastra Toraya untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik
mampu menerbitkan tulisan Toraya hasil karyanya di
media cetak, maupun digital.
Berbicara dan Peserta didik mampu menyajikan gagasan, pikiran, dan
mempresentasikan (Ma’kada sia kreativitas dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar
umpamaranga) wicara secara logis, sistematis, kritis, dan kreatif, mampu
menyajikan karya sastra drama Toraya, puisi Toraya,
dan nanian “Marendeng Marampa’ dan berbagai lagu-
lagu Toraya secara kreatif dan menarik. Peserta didik
Elemen Capaian Pembelajaran

mampu mengkreasi teks sesuai dengan norma pessiparan


Toraya. Peserta didik mampu menyajikan dan
mempertahankan hasil pengamatan prosesi umbaa
pangngan, serta mampu menyimpulkan masukan dari
mitra diskusi.

Dalam pengembangan pelajaran muatal lokal Toraja pada tingkat satuan pendidikan, guru
wajib menggunakan kurikulum muatan lokal Toraja sebagai pedoman. Selanjutnya guru
muatan lokal Toraja wajib mengembangkan Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP), serta modul ajar mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan, Riset dan
Teknologi Republik Indonesia nomor 16 tahun 2022 tentang Standar Proses pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Menengah.

Anda mungkin juga menyukai