(AGUBADA)
Sekretariat : Kantor Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNESA
Kampus UNESA Lidah Wetan Surabaya Tlp. 031-7522876 psw. 115
Nomor : 01/AGUBADA/IV/2013
Perihal : Permohonan AUDENSI
Yth.
GUBERNUR JAWA TIMUR
Dengan hormat,
Dengan ini kami memohon Bapak berkenan menyediakan waktu melakukan audensi tentang
pembelajaran Bahasa Daerah di Jawa Timur. Waktu pelaksanaan sepenuhnya kami serahkan
kepada Bapak.
Berkaitan dengan rencana pemerintah akan memberlakukan Kurikulum 2013, kami sangat
prihatin karena mata pelajaran Bahasa Daerah tidak diposisikan secara jelas. Di samping itu,
mata pelajaran Bahasa Daerah yang masuk dalam muatan lokal dalam pengelolaannya
menjadi kewenangan daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Dengan demikian, pelaksanaan
pengajaran Bahasa Daerah sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. Dalam
konteks ini Gubernur memegang peranan kunci atas pelaksanaan pengajaran Bahasa
Daerah di Jawa Timur. Berkaitan dengan hal tersebut, kami memohon diperkenankan
menghadap untuk beraudensi dengan Bapak. Bersama surat ini kami lampirkan berkas
proposal audensi.
Demikian surat kami, atas perhatian dan terkabulnya permohonan ini kami ucapkan terima
kasih.
PROPOSAL KEGIATAN
AUDENSI AGUBADA JATIM DENGAN GUBERNUR JAWA TIMUR
TENTANG
PENGAJARAN BAHASA DAERAH DI JAWA TIMUR
A. Latar Belakang
B. Tujuan Kegiatan
1. Mencari titik temu antara pandangan pihak pemerintah daerah dengan
asosiasi tentang pembelajaran bahasa Daerah di Jawa Timur;
2. Menentukan arah kebijakan tentang pembelajaran bahasa Daerah di Jawa
Timur;
3. Menentukan berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran bahasa Daerah di Jawa Timur;
4. Menentukan berbagai langkah untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran
bahasa Daerah di Jawa Timur.
5. Menetapkan bentuk payung hukum pembelajaran bahasa Daerah di Jawa
Timur.
C. Dasar Pertimbangan
1. Bahasa dan Sastra Daerah merupakan sumber pendidikan karakter tidak
perlu diragukan keberadaannya, karena dalam bahasa dan sastra daerah di
Indonesia syarat akan pendidikan dan nilai-nilai yang merupakan substansi
utama dari pendidikan karakter. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
dalam bahasa dan sastra daerah terkandung tata nilai kehidupan
masyarakat seperti norma, keyakinan, kebiasaan, konsepsi, dan simbol-simbol
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, toleransi, kasih sayang,
gotong royong, andhap asor, kemanusiaan, nilai hormat, tahu berterima
kasih, dan lainnya. Pendidikan karakter yang digali dari substansi bahasa dan
sastra daerah dapat menjadi pilar utama dalam pendidikan budi pekerti
bangsa.
2. Pendidikan karakter sebagai pilar pendidikan budi pekerti bangsa, dewasa ini
menjadi sangat penting, karena sangat menentukan kemajuan peradaban
bangsa, yang tak hanya unggul, tetapi juga bangsa yang cerdas. Pendidikan
karakter pada dasarnya adalah pendidikan budi pekerti dengan cara
menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik. Nilai moral terdiri dari
ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan,
kumpulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis, tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang
berkarakter.
3. Melalui pembelajaran bahasa dan sastra Daerah dapat ditanamkan nilai-nilai
budi pekerti luhur sebagai realisasi dari pendidikan karakter. Oleh karena itu,
perlu dikukuhkan pembelajaran bahasa dan sastra Daerah wajib bagi semua
jenjang pendidikan, dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama
(SMP), sekolah menengah atas dan kejuruan (SMA/SMK) baik negeri maupun
swasta di wilayah Jawa Timur.
D. Dasar Hukum
Dalam rangka pelestarian, pembinaan, perlindungan, pengembangan dan
pemberdayaan Bahasa Daerah melalui jalur pendidikan formal di Provinsi Jawa
Timur diperlukan dasar hukum yang kuat. Sampai saat ini, dapat diinventarisasi
Dasar-dasar Hukum yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Daerah/Jawa,
yaitu sebagai berikut :
1) Undang-undang Dasar 1945 (Amandemen ke empat) sebagai landasan
yuridis konstitusional;
Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya;
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional.
2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Otonomi Daerah;
3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Pasal 33 Ayat 2, Bahasa Daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar
dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian
pengetahuan dan atau keterampilan tertentu.
Pasal 37, Ayat 1
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat (c) mata pelajaran
bahasa dan (j) muatan lokal. Dengan demikian bahasa menjadi matapelajaran
tersendiri bukan menjadi muatan lokal.
Dalam penjelasan pasal 37, Ayat 1
bahwa bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia, bahasa Daerah,
dan bahasa Asing.
4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan;
Pasal 42, UU 24 Tahun 2009 berbunyi :
(a) Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan
melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi
kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai
dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari
kekayaan budaya Indonesia;
(b) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud
ayat (a) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh
pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga bahasa.
5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Pedoman
bagi Kepala Daerah Dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara
dan Bahasa Daerah;
Pasal 2 Kepala Daerah bertugas melaksanakan :
(a) pelestarian dan pengutamaan penggunaan bahasa negara di
daerah; pelestarian dan pengembangan bahasa daerah sebagai
unsur kekayaan budaya dan sebagai sumber utama pembentuk
kosakata bahasa Indonesia;
(b) sosialisasi penggunaan bahasa negara sebagai bahasa pengantar
dalam kegiatan pendidikan/belajar mengajar, forum pertemuan resmi
pemerintah dan pemerintahan daerah, surat-menyurat resmi/ kedinasan,
dan dalam kegiatan lembaga/badan usaha swasta serta organisasi
kemasyarakatan di daerah;
(c) sosialisasi penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan
pelestarian dan pengembangan seni budaya di daerah.
Pasal 3 Kepala Daerah bertugas:
(a) melakukan koordinasi antar lembaga dalam pengutamaan penggunaan
bahasa negara atas bahasa-bahasa lainnya pada berbagai forum resmi di
daerah.
(b) menerbitkan petunjuk kepada seluruh aparatur di daerah dalam
menertibkan penggunaan bahasa di ruang publik, termasuk papan nama
instansi/lembaga/badan usaha/badan sosial, petunjuk jalan dan iklan,
dengan pengumuman penggunaan bahasa negara.
(c) memberikan fasilitas untuk pelestarian dan pengembangan
bahasa negara dan bahasa daerah.
(d) bekerjasama dengan instansi vertikal di daerah yang tugasnya melakukan
pengkajian, pengembangan, dan pembinaan kebahasaan.
6) Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pari-
wisata Nomor 42 Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pelestarian Kebudayaan :
Kewajiban Pemerintah Daerah
Pasal 2:
(1) Pemerintah daerah melaksanakan pelestarian kebudayaan di
daerah;
(2) Pemerintah daerah dalam melaksanakan pelestarian kebudayaan seba-
gaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan.
7) Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor:
188/188/KPTS/013/2005 tentang pembelajaran bahasa Jawa di SD, SMP,
SMA, dan SMK.
8) Keputusan dan Amanat Kongres Bahasa Jawa
(1) Kongres Bahasa Jawa I, 15-21 Juli 1991 di Semarang
(2) Kongres Bahasa Jawa II, 22-26 Oktober 1996 di Malang
(3) Kongres Bahasa Jawa III, 15-21 Juli 2001 di Jogjakarta
(4) Kongres Bahasa Jawa IV, 10-14 September 2006 di Semarang
(5) Kongres Bahasa Jawa V tahun 2011 di Surabaya
Selalu memutuskan bahwa diwajibkannya pengajaran Bahasa Jawa dari
Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas sederajat di 3 Propinsi
pemrakarsa kongres Bahasa Jawa (Jawa Tengah, DIY, lan Jawa Timur).
9) Konferensi IKADBUDI (Ikatan Dosen Budaya Daerah Indonesia)
merekomendasikan bahwa bahasa daerah hendaknya dibelajarkan dari SD,
SMP, SMA, dan SMK.
E. Waktu Pelaksanaan
Menyadari jadwal yang padat pejabat Gubernur, maka kami tidak menentukan
hari, tanggal dan bulan pelaksanaan audensi. Untuk itu, waktu pelaksanaan
kami serahkan sepenuhnya pada gubernur.
F. Pelaksana Kegiatan
Yang dilibatkan dalam kegiatan audensi adalah sebagai berikut:
1. Gubernur beserta pejabat terkait
2. Wakil Gubernur
3. Rektor Unesa
4. Prof. Dr. Setya Yuwana, M.A. selaku pelindung/pembina asosiasi
5. Dewan Pendidikan Jawa Timur
6. Kepala Pusat Bahasa Surabaya
7. Ketua Umum AGUBADA
8. Ketua 1 6 AGUBADA
9. Dosen jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS Unesa
10. Perwakilan guru Bahasa Daerah (MGMP Bahasa Daaerah) Jawa Timur
G. Penutup
Kegiatan audensi tentang pengajaran bahasa Daerah di Jawa Timur sangat perlu
dilakukan untuk menyamakan persepsi berbagai pihak. Sebab selama ini
kewenangan dan kewajiban masing-masing institusi belum dilakukan secara
optimal. Berbagai hal menjadi penyebab dalam kondisi ini. Kami sangat yakin
jika audensi tersebut terlaksana akan membawa dampak positif terhadap
pengajaran bahasa Daerah di Jawa Timur, dan persepsi yang sama akan
terwujud.
Nomor : 02/AGUBADA/VI/2013
Perihal : Permohonan AUDENSI
Yth.
KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROV. JAWA TIMUR
Dengan hormat,
Dengan ini kami memohon Bapak berkenan menyediakan waktu melakukan audensi tentang
pembelajaran Bahasa Daerah di Jawa Timur. Waktu pelaksanaan sepenuhnya kami serahkan
kepada Bapak.
Berkaitan dengan rencana pemerintah akan memberlakukan Kurikulum 2013, kami sangat
prihatin karena mata pelajaran Bahasa Daerah tidak diposisikan secara jelas. Di samping itu,
mata pelajaran Bahasa Daerah yang masuk dalam muatan lokal dalam pengelolaannya
menjadi kewenangan daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Dengan demikian, pelaksanaan
pengajaran Bahasa Daerah sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. Dalam
konteks ini Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur memegang
peranan penting atas pelaksanaan pengajaran Bahasa Daerah di Jawa Timur. Berkaitan
dengan hal tersebut, kami memohon diperkenankan menghadap untuk beraudensi dengan
Bapak. Bersama surat ini kami lampirkan berkas proposal audensi.
Demikian surat kami, atas perhatian dan terkabulnya permohonan ini kami ucapkan terima
kasih.
PROPOSAL KEGIATAN
AUDENSI AGUBADA JATIM DENGAN GUBERNUR JAWA TIMUR
TENTANG
PENGAJARAN BAHASA DAERAH DI JAWA TIMUR
A. Latar Belakang
B. Tujuan Kegiatan
1. Mencari titik temu antara pandangan pihak pemerintah daerah (Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan) dengan asosiasi tentang pembelajaran bahasa
Daerah di Jawa Timur;
2. Menentukan arah kebijakan tentang pembelajaran bahasa Daerah di Jawa
Timur;
3. Menentukan berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran bahasa Daerah di Jawa Timur;
4. Menentukan berbagai langkah untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran
bahasa Daerah di Jawa Timur.
5. Menetapkan bentuk payung hukum pembelajaran bahasa Daerah di Jawa
Timur.
C. Dasar Pertimbangan
1. Bahasa dan Sastra Daerah merupakan sumber pendidikan karakter tidak
perlu diragukan keberadaannya, karena dalam bahasa dan sastra daerah di
Indonesia syarat akan pendidikan dan nilai-nilai yang merupakan substansi
utama dari pendidikan karakter. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
dalam bahasa dan sastra daerah terkandung tata nilai kehidupan
masyarakat seperti norma, keyakinan, kebiasaan, konsepsi, dan simbol-simbol
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, toleransi, kasih sayang,
gotong royong, andhap asor, kemanusiaan, nilai hormat, tahu berterima
kasih, dan lainnya. Pendidikan karakter yang digali dari substansi bahasa dan
sastra daerah dapat menjadi pilar utama dalam pendidikan budi pekerti
bangsa.
2. Pendidikan karakter sebagai pilar pendidikan budi pekerti bangsa, dewasa ini
menjadi sangat penting, karena sangat menentukan kemajuan peradaban
bangsa, yang tak hanya unggul, tetapi juga bangsa yang cerdas. Pendidikan
karakter pada dasarnya adalah pendidikan budi pekerti dengan cara
menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik. Nilai moral terdiri dari
ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan,
kumpulan peraturan dan ketetapan baik lisan maupun tertulis, tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang
berkarakter.
3. Melalui pembelajaran bahasa dan sastra Daerah dapat ditanamkan nilai-nilai
budi pekerti luhur sebagai realisasi dari pendidikan karakter. Oleh karena itu,
perlu dikukuhkan pembelajaran bahasa dan sastra Daerah wajib bagi semua
jenjang pendidikan, dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama
(SMP), sekolah menengah atas dan kejuruan (SMA/MA/SMK) baik negeri
maupun swasta di wilayah Jawa Timur.
D. Dasar Hukum
Dalam rangka pelestarian, pembinaan, perlindungan, pengembangan dan
pemberdayaan Bahasa Daerah melalui jalur pendidikan formal di Provinsi Jawa
Timur diperlukan dasar hukum yang kuat. Sampai saat ini, dapat diinventarisasi
Dasar-dasar Hukum yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Daerah/Jawa,
yaitu sebagai berikut :
1) Undang-undang Dasar 1945 (Amandemen ke empat) sebagai landasan yuridis
konstitusional;
Pasal 32
(2) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya;
(3) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional.
2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Otonomi Daerah;
3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Pasal 33 Ayat 2, Bahasa Daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar
dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian
pengetahuan dan atau keterampilan tertentu.
Pasal 37, Ayat 1
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat (c) mata pelajaran
bahasa dan (j) muatan lokal. Dengan demikian bahasa menjadi matapelajaran
tersendiri bukan menjadi muatan lokal.
Dalam penjelasan pasal 37, Ayat 1
bahwa bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia, bahasa Daerah,
dan bahasa Asing.
4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan;
Pasal 42, UU 24 Tahun 2009 berbunyi :
(a) Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan
melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi
kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai
dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari
kekayaan budaya Indonesia;
(b) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud
ayat (a) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh
pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga bahasa.
5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Pedoman
bagi Kepala Daerah Dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara
dan Bahasa Daerah;
Pasal 2 Kepala Daerah bertugas melaksanakan :
(d) pelestarian dan pengutamaan penggunaan bahasa negara di
daerah; pelestarian dan pengembangan bahasa daerah sebagai
unsur kekayaan budaya dan sebagai sumber utama pembentuk
kosakata bahasa Indonesia;
(e) sosialisasi penggunaan bahasa negara sebagai bahasa pengantar
dalam kegiatan pendidikan/belajar mengajar, forum pertemuan resmi
pemerintah dan pemerintahan daerah, surat-menyurat resmi/ kedinasan,
dan dalam kegiatan lembaga/badan usaha swasta serta organisasi
kemasyarakatan di daerah;
(f) sosialisasi penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan
pelestarian dan pengembangan seni budaya di daerah.
Pasal 3 Kepala Daerah bertugas:
(d) melakukan koordinasi antar lembaga dalam pengutamaan penggunaan
bahasa negara atas bahasa-bahasa lainnya pada berbagai forum resmi di
daerah.
(e) menerbitkan petunjuk kepada seluruh aparatur di daerah dalam
menertibkan penggunaan bahasa di ruang publik, termasuk papan nama
instansi/lembaga/badan usaha/badan sosial, petunjuk jalan dan iklan,
dengan pengumuman penggunaan bahasa negara.
(f) memberikan fasilitas untuk pelestarian dan pengembangan
bahasa negara dan bahasa daerah.
(d) bekerjasama dengan instansi vertikal di daerah yang tugasnya melakukan
pengkajian, pengembangan, dan pembinaan kebahasaan.
6) Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pari-
wisata Nomor 42 Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pelestarian Kebudayaan :
Kewajiban Pemerintah Daerah
Pasal 2:
(3) Pemerintah daerah melaksanakan pelestarian kebudayaan di
daerah;
(4) Pemerintah daerah dalam melaksanakan pelestarian kebudayaan seba-
gaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan.
7) Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor:
188/188/KPTS/013/2005 tentang pembelajaran bahasa Jawa di SD, SMP,
SMA, dan SMK.
8) Keputusan dan Amanat Kongres Bahasa Jawa
(6) Kongres Bahasa Jawa I, 15-21 Juli 1991 di Semarang
(7) Kongres Bahasa Jawa II, 22-26 Oktober 1996 di Malang
(8) Kongres Bahasa Jawa III, 15-21 Juli 2001 di Jogjakarta
(9) Kongres Bahasa Jawa IV, 10-14 September 2006 di Semarang
(10) Kongres Bahasa Jawa V tahun 2011 di Surabaya
Selalu memutuskan bahwa diwajibkannya pengajaran Bahasa Jawa dari
Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas sederajat di 3 Propinsi
pemrakarsa kongres Bahasa Jawa (Jawa Tengah, DIY, lan Jawa Timur).
9) Konferensi IKADBUDI (Ikatan Dosen Budaya Daerah Indonesia)
merekomendasikan bahwa bahasa daerah hendaknya dibelajarkan dari SD,
SMP, SMA, dan SMK.
E. Waktu Pelaksanaan
Menyadari padatnya jadwal Kepala Dinas, maka kami tidak menentukan hari,
tanggal dan bulan pelaksanaan audensi. Untuk itu, waktu pelaksanaan kami
serahkan sepenuhnya pada Kepala Dinas.
F. Pelaksana Kegiatan
Yang dilibatkan dalam kegiatan audensi adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas beserta pejabat terkait
2. Prof. Dr. Setya Yuwana, M.A. selaku pelindung/pembina asosiasi
3. Dewan Pendidikan Jawa Timur
4. Ketua Umum AGUBADA
5. Ketua 1 6 AGUBADA
6. Dosen jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS Unesa
7. Perwakilan guru Bahasa Daerah (MGMP Bahasa Daaerah) Jawa Timur
G. Penutup
Kegiatan audensi tentang pengajaran bahasa Daerah di Jawa Timur sangat perlu
dilakukan untuk menyamakan persepsi berbagai pihak. Sebab selama ini
kewenangan dan kewajiban masing-masing institusi belum dilakukan secara
optimal. Berbagai hal menjadi penyebab dalam kondisi ini. Kami sangat yakin
jika audensi tersebut terlaksana akan membawa dampak positif terhadap
pengajaran bahasa Daerah di Jawa Timur, dan persepsi yang sama akan
terwujud.