Anda di halaman 1dari 3

Sejarah

Bahasa dan sastra Indonesia dan juga bahasa dan sastra daerah hendaknya ditempatkan pada posisi
yang proposional dalam rangka mewujudkan jati diri bangsa. Hal ini perlu dilakukan karena pada saat ini
telah, sedang, dan akan  berlangsung ketegangan sikap terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan
bahasa dan sastra daerah. Perkembangan bahasa dan sastra Indonesia yang semakin pesat tentu
merupakan sesuatu yang sangat mengembirakan kita, tetapi semakin menipisnya minat dan
kemampuan masyarakat terhadap bahasa dan sastra daerah adalah sesuatu yang sangat menyakitkan.
Olek karena itu, sikap yang bijak dalam menyikapi kondisi itu adalah dengan menempatkan kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia dan bahasa daerah sesuai dengan posisinya masing-masing, yaitu sebagai
identitas nasional dan dentitas daerah.

Masalah kebahasaan dan kesatraan  perlu ditangani secara serius dan terencana agar pembinaan dan
pengembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah diharapkan dapat menjadi perekat dalam
membangun kehidupan yang dilandasi oleh semangat solidaritas dan berkesatraan dalam masyarakat
yang majemuk ini dapat dicapai. Hubungannya dengan permasalahan itu, keberadan suatu institusi yang
khusus menangani masalah kebahasaan dan kesastraan, baik di tingkat pusat maupun daerah sangat
diperlukan.

Balai Bahasa Sulawesi Tengah  merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional yang berada di wilayah Sulawesi Tengah,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional  No. 156/O/ 2003 tanggal 17 Oktober 2003. 
Sebelum bernama Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah, intitusi ini bernama Kantor Bahasa Palu sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 227/O/1999 tanggal 19 September
1999.

Pada awal beroperasinyanya, Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah hanya memiliki dua orang pegawai
tetap berstatus Pegawai Negeri Sipil,  yaitu Drs. Songgo.A. Siruah dan I Wayan Nitayadnya,  S.S. Atas
kebijaksanaan Kakanwil Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu Drs Indra B.
Wumbu,memutasikan pegawai dari UPT Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah yaitu, Mohammad
Askari, S.H., St. Ramlan, Siti Najar, Mohammad Kusnar, Aristarkus Warani, dan Syafiudin; pegawai dari
Bidang Kesenian, yaitu Andi Deda, Rahmawati, dan Atnur Adji; pegawai dari Taman Budaya Provinsi
Sulawesi Tengah, yaitu Syarief, menjadi pegawai tetap di Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah. Drs.
Sofyan Inghuong, Kepala Bidang Dikmenum Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah,
ditunjuk sebagai Pelaksana Harian Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah sampai tahun akhir tahun
2001. Pusat Bahasa pada tahun 2001 memutasikan Drs. Mustamin Basran, M. Hum., dari Balai Bahasa
Provinsi Sulawesi Selatan ke Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah sebagai pembantu pimpinan. Pada
akhir tahun 2001, Pusat Bahasa menunjuk Dra. Zainab, M.Hum., dari Balai Bahasa Provinsi Sulawesi
Selatan sebagai Plh.Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah dan didefinitifkan pada Maret 2003
sampai tahun 2015, pada tahun 2016 ini, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menunjuk
Kepala Balai Bahasa Sulawesi Tengah yang baru yaitu Drs. Adri, M.Pd. yang sebelumnya adalah Kepala
Balai Bahasa Sulawesi Selatan dan Barat dan Kepala Balai Bahasa Sulawesi Tengah yang lama yaitu Dra.
Zainab, M.Hum.

Pada awal beroperasinya, pegawai Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah menempati ruangan yang
berukuran kecil di Bidang Kesenian, Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah, Jalan Setia
Budi No. 65 Palu, kemudian dipindahkan ke Gedung Olah Seni Taman Budaya Provinsi Sulawesi Tengah,
Jalan Dato Karama, Palu.  Baru pada tahun 2001,  Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah menempati
gedungnya sendiri di Jalan Untad 1, Bumi Roviga Tondo, Palu.

Sebelum berdirinya Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 1999, Pusat Bahasa telah
menunjuk seorang Koordinatar Pemasyarakatan Bahasa untuk menangani masalah kebahasaan dan
kesastraan di daerah Sulawesi Tengah. Pusat Bahasa menunjuk Drs Abdul Kadir, Dosen Jurusan Bahasa
dan Seni, FKIP, Universitas Tadulako sebagai koordinatornya. Kegiatan pada saat itu terbatas pada
kegiatan penelitian terhadap bahasa dan sastra daerah dan kegiatan penyuluhan bahasa Indonesia.
Kegiatan-kegiatan itu melibatkan staf-staf pengajar dari FKIP Bahasa dan Seni, Universitas Tadulako,
Fakultas Sastra, Universitas Al-Khairat, dan Fakultas Agama, Universitas Muhamadiyah. Kerja sama
kebahasan dan kesastraan sampai saat masih terjalin baik dengan pihak Perguruan Tinggi tersebut.

Selain itu, kerja sama dengan instansi lain yang ada di daerah Sulawesi Tengah tetap diupayakan. Tahun
2003, Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, Prof. Aminnuddin Ponulele dan Kepala Pusat Bahasa,
Depdiknas, Dr. Dendy Sugono menandatangani Piagam Kerja Sama di bidang kebahasaan dan
kesastraan, di aula Kantor Gubernur Sulawesi Tengah.

Visi dan Misi

Visi:

Balai Bahasa Sulawesi Tengah memiliki visi yang akan dicapai, yaitu “Terwujudnya lembaga kebahasaan
dan kesastraan yang andal dalam rangka mencerdaskan, memperkukuh jati diri, karakter, dan martabat
masyarakat Sulawesi Tengah untuk memperkuat daya saing daerah dan bangsa”.

Misi:
Mengembangkan dan melindungi bahasa dan sastra Indonesia dan daerah;

Meningkatkan mutu penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah;

Meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa dan sastra daerah;

Meningkatkan mutu pelayanan informasi kebahasaan dan kesastraan;

Meningkatkan mutu tenaga kebahasaan dan kesastraan di Sulawesi Tengah;

Mengembangkan kerja sama kebahasaan dan kesastraan di Sulawesi Tengah;

Mengembangkan pengelolaan organisasi dan kelembagaan;

Tugas dan Fungsi

Tugas dan Fungsi Balai Bahasa Sulawesi Tengah yaitu :

Pengkajian bahasa dan sastra;

Pemetaan bahasa dan sastra;

Pemasyarakatan bahasa dan sastra Indonesia;

Fasilitasi pelaksanaan pengkajian dan pemasyarakatan bahasa dan sastra;

Pemberian layanan informasi kebahasaan dan kesastraan;

Pelaksanaan kerja sama di bidang kebahasaan dan kesastraan; dan

Pelaksanaan urusan ketatausahaan.

Anda mungkin juga menyukai