Anda di halaman 1dari 6

Nama : ADITYA DWI SAPUTRA

Nim : 210903502010

Kelas : Manajemen A

ARTIKEL YANG BERKAITAN DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA


INDONESIA

Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu: 1) Sebagai
Bahasa

Nsional, dan 2) Sebagai Bahasa Negara. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa


nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: a) Lambang kebanggaan kebangsaan, b)
Lambang identitas nasional, c) Alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan
antarbudaya, dan d) Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa
dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu
kesatuan kebangsaan yang bulat. Sedangkan di dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: a) Bahasa resmi kenegaraan, b) Bahasa
pengantar di dalam dunia pendidikan, c) Alat perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan d) Alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara salah satunya berfungsi sebagai
bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan. Berdasarkan hal inilah maka bahasa
Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai
dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
semua lembaga perguruan tinggi di Indonesia. Untuk itu pulalah perlu dan
pentingnya pembelajaran bahasa Indonesia di semua lembaga pendikan di Indonesia.

Mengapa pembelajaran bahasa Indonesia itu penting dilakukan di lembaga


pendidikan? Secara umum bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa merupakan penunjang
keberhasilan peserta didik dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran
bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya
orang lain. Selain itu, dengan bahasa peserta didik diharapkan mampu mengemukakan
gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa
tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang
ada dalam dirinya.

Untuk itu pembelajaran bahasa Indonesia mendapatkan peran penting untuk


pendidikan di Indonesia karena merupakan bahasa resmi di semua bidang.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Komunikasi itu
diharapkan terjadi baik secara lisan maupun tertulis. Lebih dari itu, pemahaman
terhadap bahasa Indonesia diharapkan menumbuhkan apresiasi peserta didik terhadap
hasil karya kesusastraan bangsa Indonesia.

Belajar bahasa pada hakikatnya belajar komunikasi. Menurut Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan (1995) mengatakan “Pembelajaran bahasa diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan pembelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun
tulis”. Dalam hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pembelajar
bahasa indonesia diarahkan ke dalam empat aspek, yaitu menyimak, mambaca,
berbicara dan menulis.

Menurut Basiran (1999) “Tujuan pembelajaran bahasa adalah keterampilan


komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi, adapun kemampuan yang
dikembangkan dikelompokkan pada kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan”.

Dalam kurikulum 2004 untuk SMA dan MA disebutkan bahwa tujuan bahasa
indonesia adalah:

(1) Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
(nasional) dan bahasa negara,

(2) Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, fungsi, serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk macam-macam tujuan, keperluan,
dan keadaan,
(3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial,

(4) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis),

(5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa, dan

(6) Siswa menghargai dan membanggakan Sastra Indonesia sebagai Khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk belajar dan
perkembangan anak-anak Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia membina dan
mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator, pemikir
imajinatif dan warga negara Indonesia yang literat atau melek informasi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan membina dan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi yang dibutuhkan peserta didik dalam
menempuh pendidikan dan di dunia kerja.

Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia secara umum bertujuan agar
peserta didik mampu mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis.
Kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan tiga hal yang saling berhubungan dan
saling mendukung dalam mengembangkan pengetahuan siswa, memahami, dan
memiliki kompetensi mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis.
Ketiga hal tersebut adalah bahasa (pengetahuan tentang Bahasa Indonesia); sastra
(memahami, mengapresiasi, menanggapi, menganalisis, dan menciptakan karya
sastra; literasi (memperluas kompetensi berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan
khususnya yang berkaitan dengan membaca dan menulis).

Pengembangan kurikulum, termasuk pelajaran Bahasa Indonesia merupakan


konsekuensi logis dari perkembangan kehidupan dan perkembangan pengetahuan
tentang bahasa dan bagaimana cara berbahasa terwujud dalam teori belajar bahasa
terkini. Perkembangan teori belajar bahasa berkontribusi terhadap pemahaman
tentang hakikat bahasa, hakikat bagaimana manusia belajar dan hakikat komunikasi
interkultural, dan sekaligus tentang minda manusia itu sendiri yang kesemuanya ini
saling berkaitan dan saling berdampak satu sama lain. Pemahaman hal ini
dimaksudkan untuk peningkatan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia secara
berkesinambungan.

Kurikulum Bahasa Indonesia secara ajeg dikembangkan mengikuti perkembangan


teori tentang bahasa dan teori belajar bahasa yang sekaligus menjawab tantangan
kebutuhan zaman. Hal ini dimulai sejak 1984 hingga sekarang Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang “outcomes-based
curriculum”. Oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian
kompetensi yang dirumuskan dari SKL.

Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian
kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang
dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah: (1) Isi atau konten kurikulum
adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) mata
pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi Dasar (KD); (2) Kompetensi
Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran; (3)
Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk
suatu mata pelajaran di kelas tertentu; (4) penekanan kompetensi ranah sikap,
keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu
satuan pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD pada suatu mata
pelajaran; (5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,
generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary–based
curriculum” atau “content-based curriculum”; (6) Kompetensi Dasar yang
dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan
memperkaya antar mata pelajaran; (7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya
menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memerhatikan
karakteristik isi kompetensi di mana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas.
Keterampilan kognitif dan psikomotorik merupakan kemampuan penguasaan konten
yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang
lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung; (8)
Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan
hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan
kompetensi pada tingkat memuaskan.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi


kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan
merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Mengingat latar belakang tersebut, dengan pembelajaran Bahasa Indonesia ini


diharapkan:

peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,


kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil
karya kesusasteraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;

guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta


didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;

guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan
kesusasteraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta
didiknya;

orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program
kebahasaan dan kesusasteraan di sekolah;

sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesusasteraan


sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;

daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesusasteraan
sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional.

Sebagaimana diharapkan dalam kurikulum pendidikan, pembelajaran Bahasa Indonesia ini


diharapkan dapat mengantar peserta didik untuk lebih mampu:

Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tertulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan,

menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan


emosional dan sosial,

menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, menghargai dan
membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Semoga kreativitas Bapak-Ibu guru dalam memberi pelajaran bahasa Indonesia berhasil
mengantar anak-anak bangsa tidak hanya menjadi cerdas, tetapi juga bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai