Anda di halaman 1dari 33

KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK ANTARA

BAHASA SIMALUNGUN DENGAN


BAHASA KARO

SKRIPSI SARJANA
Dikerjakan
O
L
E
H

Nama : FITRIANA SINAGA


Nim : 030703016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA BATAK
MEDAN
2007

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK ANTARA

BAHASA SIMALUNGUN DENGAN

BAHASA KARO

OLEH

FITRIANA SINAGA
Diketahui/disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Baharuddin, M. Hum. Drs. Warisman Sinaga, M. Hum.


NIP. 131785647 NIP. 131789087

Departemen Bahasa dan Sastra Daerah


Ketua Pelaksana,

Drs. Baharuddin, M. Hum.


NIP. 1317856447

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi yang mempunyai peranan penting bagi

kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat mengadakan hubungan

yang harmonis. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berperan

sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran

manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan

pergaulan hidupnya.

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai oleh bangsa

Indonesia. Untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia diperlukan

kata-kata yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh karena itu,

bahasa daerah dan bahasa asing turut memperkaya perbendaharaan kata-kata

bahasa Indonesia.

Pembinaan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa

Indonesia dan sebagai landasan hukumnya dapat dilihat UUD 1945, Bab XV,

pasal 36 ayat 2, yang menyatakan bahwa di samping bahasa resmi negara, bahasa

daerah adalah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh

negara.

Dari berbagai jenis bahasa daerah yang tumbuh subur di Indonesia, lebih

kurang terdapat 420 jenis bahasa (Halim, 1975:20). Salah satu di antaranya adalah

bahasa Batak. Suku Batak terdiri atas lima sub etnis yakni: Toba, Karo,

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Simalungun, Pakpak Dairi, dan Angkola Mandailing. Kelima sub etnis Batak ini

memiliki bahasa yang satu sama lain mempunyai banyak persamaan. Namun

demikian, para ahli bahasa membedakan sedikitnya dua cabang bahasa Batak

yang perbedaannya begitu besar sehingga tidak memungkinkan adanya

komunikasi antara kedua kelompok tersebut. Bahasa Angkola Mandailing dan

Toba membentuk rumpun Selatan. Namun menurut ahli bahasa Adelaar (1981),

secara historis bahasa Simalungun merupakan cabang dari rumpun selatan yang

terpisah dari cabang Batak Selatan sebelum Bahasa Toba dan Bahasa Angkola

Mandailing terbentuk. Secara umum kedudukan dan fungsi bahasa daerah telah

dirumuskan dalam seminar bahasa nasional yang diselenggarakan pada bulan

Februari 1975 di Jakarta. Adapun kesimpulan seminar tersebut adalah:

1. Bahasa-bahasa seperti Bahasa Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makassar,


Batak, serta bahasa-bahasa lain yang terdapat dalam wilayah Republik
Indonesia, berkedudukan sebagai bahasa daerah. Hal ini sesuai dengan
penjelasan pasal 36 Bab XV, UUD 1945, yang mengatakan bahwa bahasa
daerah adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang hidup dan
dilindungi negara.
2. Bahasa-bahasa seperti Sunda, Jawa, Bali, Madura, Makassar, Batak, dan
bahasa-bahasa lain yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia, dalam
kedudukannya sebagai bahasa daerah, berfungsi sebagai:
a. Lambang kebanggaan daerah
b. Lambang identitas daerah
c. Alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah
Di dalam hubungannya dengan fungsi Bahasa Indonesia, bahasa daerah
berfungsi sebagai:
a. Pendukung pengantar di sekolah dasar tingkat pemula.
b. Bahasa pengantar di sekolah dasar tingkat permulaan untuk memperlancar
pengajaran Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya.
c. Alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah.

Berkenaan dengan hal tersebut saya sebagai penulis ingin mengkaji lebih

dalam untuk melihat kekerabatan bahasa, masa pisah bahasa, dan sekaligus

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
prediksi usia bahasa antara kedua cabang bahasa Batak tersebut dengan

menggunakan kajian leksikostatistik.

Kajian leksikostatistik merupakan bagian dari linguistik historis

komparatif yakni bidang linguistik yang menyelidiki perkembangan bahasa dari

masa ke masa serta menyelidiki perbandingan satu bahasa dengan bahasa lain.

(Ridwan, 1995:3). Linguistik historis komparatif dapat menentukan hubungan

kekerabatan antara bahasa-bahasa yang seasal. Dalam hal ini penulis memilih

bahasa Simalungun sebagai wakil dari rumpun selatan dan bahasa Karo sebagai

rumpun utara. Oleh karena itu, penulis mengangkat masalah kajian leksikostatistik

antara bahasa Simalungun dengan bahasa Karo ini menjadi skripsi penulis.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan suatu kalimat pertanyaan atau kalimat

pernyataan yang kaitannya menarik atau menggugah perhatian. Perumusan pokok

permasalahan sebenarnya merupakan batasan-batasan dari ruang lingkup topik

yang diteliti. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kekerabatan antara bahasa Simalungun dengan

bahasa Karo dilihat dari kosa kata dasar (leksikon).

2. Kapankah masa pisah antara bahasa Simalungun dengan bahasa Karo.

3. Berapa tahun prediksi usia bahasa Simalungun dengan bahasa Karo.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan data atau fakta,

serta pelaksanaan konsep untuk mencari dan memperoleh atau mendapatkan

kebenaran yang sanggup mengambil lebih dalam kebenaran yang sudah ada.

Dalam hal ini adapun tujuan penelitian yang dipaparkan oleh penulis antara lain:

1. Untuk mengetahui kekerabatan antara bahasa Simalungun dengan bahasa

Karo yang ditinjau berdasarkan kata kerabat.

2. Untuk mengetahui masa pisah antara bahasa Simalungun dengan bahasa

Karo.

3. Untuk mengetahui prediksi usia kedua bahasa.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Menambah khasanah pustaka bahasa dan sastra daerah sebagai kebudayaan

Indonesia.

2. Sebagai bahan lanjutan dari penelitian sebelumnya (Verawati Sitorus 2002)

3. Menambah wawasan dan informasi tentang bahasa atau linguistik nusantara.

4. Menambah wawasan tentang kajian leksikostatistik anatara bahasa

Simalungun dengan bahasa Karo.

5. Melengkapi salah satu syarat ujian dalam menempuh sarjana sastra di

Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
1.5 Anggapan Dasar

Penulis menyimpulkan bahwa kedua bahasa (bahasa Simalungun dan

bahasa Karo) merupakan bahasa yang belum pernah dikaji sebelumnya secara

leksikostatistik sehingga penulis berusaha mengkajinya lebih dalam. Karena

kedua bahasa ini merupakan sub dari bahasa Batak yang letak geografisnya yang

saling berbatasan langsung maka diyakini prosentase kesamaan kosa katanya

sangat besar.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan Yang Relevan

Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang saling

berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan agar penerapan

sebuah karya ilmiah telah objektif, maka digunakan sumber-sumber yang

berkaitan dengan topik yang dibahas, baik berupa buku-buku yang mendukung

pemaparan secara teoritis maupun fakta-fakta.

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan buku-buku yang dianggap

relevan atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti oleh penulis, antara lain:

1. Parera, 1986

Dalam bukunya Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif Dan

Tipologi Struktural edisi yang kedua mengatakan bahwa istilah

leksikostatistik dipergunakan untuk studi statistik kosa kata dengan tujuan-

tujuan historis.

2. Keraf, 1984

Dalam bukunya yang berjudul Linguistik Bandingan Historis, dia

mengatakan bahwa leksikostatistik itu adalah suatu teknik dalam

pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan

kata-kata secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan

pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan suatu

bahasa dengan bahasa lain.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
3. Mahsun, 1995

Leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan

dengan menghitung prosentase perangkat kognat (kerabat).

4. Dari beberapa pendapat para sarjana di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Leksikostatistik adalah suatu teknik yang dapat menentukan tingkat

kekerabatan kosa kata dasar bahasa-bahasa berkerabat serta waktu pisah dan

pengelompokannya.

2.2 Teori Yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan

berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam

memecahkan satu masalah yang dihadapi. Teori yang diperlukan untuk

membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi

penulis.

Sebagai acuan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini

adalah buku Keraf yang berjudul Linguistik Bandingan Historis. Artinya, dalam

pembahasan penulis menggunakan semua prosedur yang terdapat dalam buku

tersebut. Untuk daftar pertanyaan atau kuisioner, penulis juga menggunakan daftar

yang telah dissun rapi oleh Morris Swadesh yang berisi sekitar 200 kata. Penulis

menganggap daftar tersebut adalah daftar yang universal artinya kata-kata yang

diperhitungkan bisa terdapat pada kedua bahasa, sehingga penulis tidak perlu

menggunakan daftar kosa kata dasar yang disusun oleh para sarjana lain.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Dasar

Sesuai dengan masalah yang dikaji oleh penulis, metode yang

dipergunakan adalah metode leksikostatistik. Metode leksikostatistik adalah

metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung presentase

perangkat kognat (Mahsun, 1995:115). Kosakata yang menjadi dasar perhitungan

adalah kosakata dasar (basic vocabulary) yang meliputi kata-kata ganti, kata-kata

bilangan, kata-kata mengenai anggota badan, alam, dan sekitarnya, serta alat-alat

perlengkapan sehari-hari yang sudah ada sejak permulaan.

Adapun langkah-langkah dalam metode leksikostatistik antara lain:

1. Mengumpulkan kosakata dasar

2. Menghitung kata kerabat

3. Menghitung waktu pisah dan

4. Menghitung jangka kesalahan.

Lokasi Sumber Data Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan adalah: untuk Bahasa Simalungun

berada di desa Sigundaba, Sondi Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun,

dan untuk Bahasa Karo berada di kelurahan Kampung Dalam, kecamatan

Kabanjahe, Kabupaten Tanah Karo.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis

dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasil yang diperoleh

akan lebih baik. Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian adalah daftar

kuisioner, alat tulis, dan kamera.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan agar dapat memiliki acuan sumber-

sumber data yang cukup oleh penulis pergunakan. Untuk memperoleh data-data

yang dibutuhkan, penulis melakukan studi kepustakaan serta menggunakan teknik

data dari lapangan yang meliputi:

1. Metode kepustakaan, yaitu penulis berusaha mencari buku-buku sebgai

bahan acuan dari berbagai referensi sehingga lebih mendukung dalam

melaksanakan penelitian ini.

2. Metode observasi, yaitu penulis langsung turun ke lokasi penelitian

melakukan pengamatan terhadap setting atau tempat, jumlah, dan peran

pemakai bahasa serta perilaku selama pelaksanaan pengguna bahasa

berlangsung. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memahami lebih jelas

keterlibatan subjek amatan.

3. Metode wawancara, yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan

kebenaran lebih lanjut dan terperinci tentang data yang dibutuhkan oleh

penulis. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik rekam dan teknik

catat. Teknik rekam adalah merekam seluruh data lapangan dengan

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
menggunakan alat perekam. Teknik catat adalah teknik mencatat data

baik itu data teknik rekam maupun teknik survei. Adapun syarat-syarat

sebagai informan menurut Mahsun (1995:106), adalah:

1. Berjenis kelamin pria atau wanita

2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun)

3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu

serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.

4. Berstatus sosial menengah

5. Pekerjaannya bertani dan buruh

6. Dapat berbahasa Indonesia

7. Sehat jasmani dan rohani

8. Berpendidikan (minimal tamat SD dan sederajat)

4. Metode kuisioner atau daftar pertanyaan yang berisikan kosakata dasar

yang akan membutuhkan sebuah jawaban atau tanggapan dari informan.

3.5 Metode Analisis Data

Adapun prosedur yang harus diikuti oleh penulis sebagai analisis data

adalah metode dasar yakni langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

penerapan asumsi dasar diikuti dengan adanya rumus-rumus leksikostatistik yang

telah ditentukan. Adapun prosedur yang harus diikuti sebagai analisis data adalah

sebagai berikut:

1. Mengumpulkan kosakata dasar bahasa kerabat yaitu kuisioner atau

daftar pertanyaan.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
2. Menghitung kata kerabat yakni dengan mengikuti prosedur yang sudah

ditentukan seperti:

a. Gloss yang tidak diperhitungkan

b. Pengisolasian morfem terikat

c. Penetapan kata kerabat

Setelah itu untuk menghitung prosentase kata kerabat digunakan rumus:

K
C= x 100%
G

Dimana C = cognates atau kata kerabat

K = jumlah kosakata kerabat

G = jumlah gloss

3. Menghitung waktu pisah

Waktu pisah antara kedua bahasa kerabat yang telah diketahui

prosentase kata kerabatnya, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus sebagai

berikut :

log C
W=
2 log r

Dimana W = Waktu pisah dalam ribuan tahun yang lalu

r = Retensi atau prosentase konstan dalam 1000 tahun, atau

disebut juga dengan indeks

C = Prosentase kerabat

Log. = Logaritma dari

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
4. Menghitung jangka kesalahan

Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan kesalahan

standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar

diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut :

c(1 − c)
S=
n

Dimana S = Kesalahan standar dalam prosentase kata kerabat.

c = Prosentase kata kerabat

n = Jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun non

kerabat)

Hasil dari kesalahan standar ini dijumlahkan dengan prosentase kerabat

untuk mendapatkan c baru. Dengan c yang baru ini sekali lagi dihitung waktu

pisah dengan mempergunakan rumus waktu pisah pada teknik c. setelah diperoleh

hasil jangka kesalahan, maka waktu yang lama dikurangi dengan waktu yang

baru. Angka inilah yang harus ditambah dan dikurangi denagn waktu yang lama

untuk memperoleh usia atau waktu pisah kedua bahasa itu.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Batasan Pengrtian

Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang

lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara

statistik, untuk kemudian berusaha mnetapkan pengelompokan itu berdasarkan

prosntase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. (Keraf :

1984).

Dengan demikian, yang ingin dicapai dalam teknik ini adalah kepastian

mengenai usia bahasa, yaitu mengenai kapan sebuah bahasa muncul dan

bagaimana hubungannya dengan bahasa-bahasa kerabat lainnya.

4.2 Asumsi Dasar Leksikostatistik

Ada empat macam asumsi dasar yang dapat diprgunakan sebagai titik

tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya

bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih.

Asumsi-asumsi dasar tersebut adalah:

1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila

dibandingkan dengan bagian lainnya.

Kosa kata yang sukar berubah dalam asumsi dasar adalah kosa kata dasar

yang merupakan kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa dan

sekaligus merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Kosa kata dasar yang diambil dalam metode leksikostatistik dibatasi

jumlahnya, setelah diadakan penilaian yang ketat dan pengujian-pengujian untuk

menerapkan metode ini secara baik. Yang ingin dicapai dengan seleksi ini adalah

dapat disusun sebuah daftar yang bersifat universal, artinya kosa kata yang

dianggap harus ada pada semua bahasa sejak awal mula perkembangannya.

Kosa kata dasar ini meliputi:

1. Bagian tubuh,

2. Kata ganti, sapaan, dan acuan,

3. Sistem kekrabatan,

4. Kehidupan desa dan masyarakat,

5. Rumah dan bagian-bagiannya,

6. Peralatan dan perlengkapan,

7. Makanan dan minuman,

8. Tumbuh-tumbuhan, bagian, buah, dan hasil olahannya,

9. Binatang dan bagiannya,

10. Waktu, musim, keadaan alam, benda, dan arah,

11. Gerak dan kerja,

12. Perangai, sifat, dan warna,

13. Penyakit,

14. Pakaian, pehiasan,

15. Bilangan dan ukuran.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Penulis mengunakan kosa kata yang telah disusun rapi oleh Morris

Swadesh, sekitar 200 kata yang telah dianggap universal, artinya dianggap ada

pada kedua bahasa tersebut.

2. Ketahanan (retensi) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa.

Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar yang

ada dalam suatu bahasa, suatu prosentase tertentu selalu akan bertahan dalam

1000 tahun. Kalau asumsi ini diterima maka dari sebuah bahasa yang memiliki

200 kosa kata, sesudah 1000 tahun akan bertahan 80,5 prosen, dan dari sisanya

sesudah 1000 tahun kemudian akan bertahan lagi prosentase yang sama.

3. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa dengan asumsi dasar ketiga

ini, hasilnya akan menunjukkan bahwa dalam tiap 1000 tahun, kosa kata dasar

suatu bahasa bertahan dengan mnggunakan angka rata-rata 80,5 %.

Apabila kita ingin mernghitung retensi (ketahanan) kosa kata dasar kedua

bahasa dengan mempergunakan asumsi dasar kedua, dapat dinyatakan dengan

rumus : 80,5 % x N. Di mana N adalah jumlah kosa kata dasar yang ada pada awal

kelipatan 1000 tahun kedua bahasa. Sehingga dari 200 kosa kata dasar (N) suatu

bahasa sesudah 1000 tahun pertama akan tinggal 80,5 % x 200 kata = 161 kata.

Sesudah 1000 tahun kedua akan tinggal 80,5 % x 161 kata = 139,6 kata atau

dibulatkan menjadi 140 kata. Selanjutnya sesudah 1000 tahun ketiga kosa kata

dasar yang tinggal adalah 80,5 % x 140 = 112,7 kata, yang dibulatkan menjadi

113 kata. Pada 1000 tahun keempat kosa kata dasarnya tinggal 80,5 % x 113 =

90,9 kata, yang dibulatkan menjadi 100 kata. Demikian selanjutnya sesudah 1000

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
tahun kelima kosa kata dasarnya tinggal 80,5 % x 100 kata = 80,5 kata dan

seterusnya.

4. Bila prosentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat

dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.

Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, keempat, kita dapat menghitung

usia atau waktu pisah kedua bahasa itu. Dan karena dalam 1000 tahun kedua

bahasa kerabat itu masing-masing akan kehilangan kosa kata dasarnya dalam

prosentase yang sama, maka waktu pisah antara kedua bahasa itu harus dibagi

dua. Misalnya prosetase kata kerabatnya adalah 80,5 %, maka waktu pisah kedua

bahasa adalah 500 tahun yang lalu.

Berdasarkan prinsip itu, waktu pisah kedua bahasa kerabat dengan

prosentase kata kerabat yang diketahui adalah seperti tertera dalam tabel berikut

ini :

Jumlah kata kerabat antara Prosentase kata kerabat Usia (waktu pisah)

Bahsa Simalungun dengan antara

Bahasa Karo Bahasa Siamlungun

dengan Bahasa

Karo.

200-162 100-81 0-500

162-132 81-66 500-1000

132-106 66-53 1000-1500

106-86 53-43 1500-2000

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
86-70 43-35 2000-2500

70-56 35-28 2500-3000

56-44 28-22 3000-3500

44-36 22-18 3500-4000

36-30 18-15 4000-4500

30-24 15-12 4500-5000

24-19 12-10 5000-5500

19-15 10-8 5500-6000

15-12 8-6 6000-6500

12-10 6-5 6500-7000

10-8 5-4 7000-7500

8-6 4-3 7500-8000

6-5 3-2 8000-8500

5-4 2-1 8500-9000

Prosentanse retensi kata kerabat setiap seribu tahun dibulatkan menjadi

81%. Usia pisah dalam ribuan tahun harus dibagi dua, karena masing-masing

bahasa dalam seribu tahun akan kehilangan 19 %.

4.3 Teknik Leksikostatistik

Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu mengambil

langkah-langkah yang merupakan teknik-teknik metode leksikostatistik seperti :

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
a. Mengumpulkan kosa kata dasar

Unsur yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih

adalah mengumpulkan daftar kosa kata dasar dari bahasa-bahasa yang diteliti.

Pada kesempatan ini penulis menggunakan daftar kosa kata dasar yang telah

disusun oleh Morris Swadesh yang berisi 200 kata. Penulis menganggap daftar

kosa kata dasar ini merupakan daftar yang baik sehingga penulis tidak perlu

menggunakan daftar kosa kata yang lain atau daftar kosa kata dasar yang disusun

oleh para peneliti lain.

b. Menghitung kata kerabat

Untuk menetapkan kata kerabat (cognate) dari bahasa-bahasa yang

diselidiki, maka harus mengikuti prosedur-prosedur berikut :

1. Gloss yang diperhitungkan

Pertama-tama harus dikeluarkan gloss yang tidak akan diperhitungkan

dalam penetapan kata kerabat atau non kerabat. Gloss yang tidak diperhitungkan

itu adalah kata-kata kosong, yaitu gloss yang tidak ada katanya baik dalam salah

satu bahasa maupun dalam kedua bahasa. Contoh kata nyiur, lembayung, pajri,

dan lain sebagainya. Kedua, semua kata pinjaman, baik dari bahasa-bahasa

kerabat maupun dari bahasa-bahasa non kerabat. Dalam hal ini lebih mudah untuk

menetapkan pinjaman dari bahasa non kerabat dari pada bahasa kerabat.

Contohnya kata : clemek, surau, grendel, khitanan, dan lain sebagainya.

2. Pengisolasian morfem terikat

Bila dalam data-data yang telah dikumpulkan itu terdapat morfem-

morfem terikat maka sebelum mengadakan perbandingan untuk mendapatkan kata

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
kerabat atau non kerabat semua morfem terikat itu harus diisolir terlebih dahulu.

Dengan mengisolasi morfem tersebut, lebih mudahlah untuk menetapkan apakah

satu pasangan kata menunjukkan kesamaan atau tidak. Misalnya untuk gloss

rintak dalam Bahasa Karo yang artinya tarik telah diisolasikan dari bentuk

menarik.

3. Penetapan kata kerabat

Sebuah pasangan kata akan dinyatakan sebagai kata kerabat bila

memenuhi salah satu ketentuan berikut :

a. Pasangan itu identik

Pasangan kata yang identik adalah pasangan kata yang semua fonemnya

sama betul, misalnya :

Gloss Bahasa Simalungun Bahasa Karo

Hujan udan udan

Ladang juma juma

Sawah sabah sabah

Delapan waluh waluh

Mimpi nipi nipi

b. Pasangan itu Memiliki Korespondensi Fonemis

Bila perubahan fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik

dan teratur, secara tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara kedua

bahasa tersebut dianggap berkerabat.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Gloss Bahasa Simalungun Bahasa Karo

Tidur modom medem

Takut mabiar mbiar

Periuk hudon kudin

c. Kemiripan Secara Fonemis

Bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah pasangan kedua bahasa itu

mengandung korespondensi fonemis, tetapi pasangan itu ternyata mengandung

kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris yang sama, maka pasangan itu

dapat dianggap sebagai kata kerabat. Pasangan berikut memperlihatkan hal

tersebut :

Gloss Bahasa Simalungun Bahasa Karo

Bernapas marhosah erkesah

Jauh daoh ndaoh

Licin malandit meladit

Berenang marlangui erlangi

Malu maila mela

d. Satu Fonem Berbeda

Bila dalam satu pasangan kata terdapat perbedaan satu fonem, tetapi dapat

dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi karena pengaruh lingkungan yang

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
dimasukinya, maka pasangan itu dapat ditetatapkan sebagai kata kerabat.

Misalnya dalam pasangan kata Bahasa Simalungun dan Bahasa Karo berikut ini :

Gloss Bahasa Simalugun Bahasa Karo

gigi ipon ipen

duduk hundul kundul

menantu hela kela

sembuh malum malem

awan ombun embun

Sesudah menetapkan kata-kata kerabat dengan prosedur seperti yang

dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya prosentase kekerabatan

antara kedua bahasa itu. Prosentase kata kerabat dihitung dari jumlah pasangan

yang sisa yaitu 200 kata dikurangi dengan kata atau gloss yang tidak

diperhitungkan karena kosong atua pinjaman. Dari 200 kata untuk bahasa

simalungun dan bahasa karo hanya terdapat 197 pasangan yang lengkap, 3 gloss

tidak mempunyai pasangan. Dari 197 pasangan yang ada terdapat 116 pasangan

kata kerabat, atau hanya 58 % kata kerabat. Dengan selesainya mentapkan

prosentase kata kerabat, maka akan dilakukan prosedur berikut, yaitu menghitung

usia dan waktu pisah kedua bahasa tersebut. Untuk maksud tersebut hendaknya

diperhatikan dua hal dari perhitungan kata kerabat yaitu : 58% kata kerabat dan

116 pasangan kata yang ada.

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharisimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1998. Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hanafi, Imam, dkk. 1987. Study Kontrastif (Tinjauan Historis Komparatif)

Malang: FPBS IKIP Malang.

Ibrahim, Abdul Syukur, dkk. 1987 Model Linguistik Dewasa ini. Surabaya:

Penerbit Usaha Nasional.

Jhon, Lyons. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: P. T. Gramedia

Keraf, Gorys. Linguistic Bandingan Historis. Jakarta: P. T. Gramedia, 1984

Keraf, Gorys. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah..

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistic. Jakarta: Garamedia Pustaka

Umum.

Nurhadi. 1987. Kapita Selekta Kajian Bahasa Sastra dan Pengajarannya.

Malang, IKIP Malang.

Nababan, P.W.J. 1986. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: P.T.

Gramedia.

Parera, Jos Daniel. 1986. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan

Tipologi Struktural. Jakarta: P.T. Gelora Aksara Pratama..

Sitorus, Verawati. 2002. Kajian Leksikostatistik Bahasa Toba dan Bahasa

Karo. Medan: Skripsi sarjana. Fakultas Sastra USU.


Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN

KOSA KATA SIAMALUNGUN KARO KET

A.
1. abu Orbuk Abu X
2. air Bah Lau X
3. air bah Bah baggal Kelenglengen X
4. akar Urat Urat -
5. aku Au Aku -
6. alir Mangalir Ngaler -
7. anak Niombah Anak X
8. anjing Baliang Biang -
9. angina Logou Angin X
10. apa Aha Kai X
11. api Apui Api -
12. apung Mumbang Bombang -
13. asap Timus Cimber X
14. awan Ombun Embun -
B
15. bagaimana Sonaha Uga X
16. baik Dear Bujur X
17. bali - - V
18. banyak Bahat Mbuei X
19. bapak Bapa Bapa -
20. baring Gallei Galang-galang X
21. baru Bayu Mbaru -
22. basah Bossot Bencah X
23. bata Bata Bata -
24. beberapa Piga Piga-piga -

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
25. belah Bolah Bekka X
26. benar Tongon Tuhu X
27. benih Bonih Bennih -
28. bengkak Butong Mbessar -

29. berenang Marlangui Erlange -


30. berjalan Mardalan Erdalan -
31. berat Borat Mberrat -
32. beri Bere Bereken -
33. besar Baggal Galang X
34. bilamana Anggo Adi X
35. binatang Pinahan Binatang X
36. bintang Bittang Bintang -
37. buah Buah Buah -
38. bulu Ambulu Bulu -
39. bunga Rudang Bunga X
40. bunuh Pusahon Mbunuh X
41. buru ( ber- ) Marburu Erburu -
42. buruk Bajan Mejin -
43. burung Manuk-manuk Perik X
44. busuk Masik Macik -
C
45. cacing Goya Gaya -
46. cium (bau) Manganggoh Nganggeh -
47. cuci Sussi Sabun X
D
48. daging Jagal Jukut X
49. danau Tombak Danau X
50. dan Pakon Ras X
51. darah Daroh Dareh -
52. datang Roh Reh -
Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
53. dasun Bulung Bulung -
54. debu Jibu Abu -
55. dekat Dohor Ndeher -
56. dengan Appakon Ras X
57. dengar Tangar Begi X
58. di dalam I bagas I bas -

59. di, pada I I -


60. dingin Borgoh Mbergeh -
61. di mana Ija Ja -
62. diri (berdiri) Jongjong Cinder X
63. di sini Ijon Ijenda -
64. di situ Ijai Ija -
65. dorong Onjar Jul-jul X
66. dua Dua Dua -
67. duduk Hundul Kundul -
E
68. ekor Ipput Ikut -
69. empat Opat Empat -
70. engkau Ho Engko -
F
71. gali Hurak Kurak -
72. garam Sira Sira -
73. garuk (meng-) Garut Gergo X
74. gelembung Gurgur - V
75. gemuk Mombur Mbur -
76. gigi Ipon Ipen -
77. gigit Harat Karat -
78. gosok Usah Gusgus X
79. gunung Dolog Gunung X
H
Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
80. hantam Dipat - V
81. hati Uhur Ukur -
82. hijau Ratah Ratah -
83. hidung Igung Igung -
84. hidup Manggoluh Geloh -
85. hisap Ossop Cepcep -
86. hitam Sibirong Biring -
87. hitung Kira Erkira -

88. hujan Udan Udan -


89. hutan Harangan Karangen -
I
90. ia Alo Uai X
91. ibu Inang Nande X
92. ikan Ihan Nurung X
93. ikat Sakkut Tambat X
94. isteri Ianang-inang Ndahara X
95. itu Andai Ah X
96. jahit Marjarum Jarumi -
97. jalan Dalan Erdalan -
98. jantung Pusu-pusu Pusuh -
99. jatuh Madabuh Ndaboh -
100. jauh Daoh Daoh -
101. jeram - - V
K
102. kabut Samun Gerdem X
103. kaki Nahei Nahe -
104. kalau Anggo Adi X
105. kami, kita Hanami Kami -
106. kamu,
kamu sekalian Nassiam / ham Kam -
Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
107. kanan Siamun Kemuhen X
108. karena Halani Adina X
109. (ber-),
(meng-), kata(-
kan) Marsahap Kataken X
110. (ber-)kelai Martinggil Rubati X
111. kepala Ulu Takal X
112. kering Horah Kerah -
113. kecil Etek Kitik -
114. kemarau Logou ni ari Lego -

115. kiri Siambilou Kawes X


116. kotor Butak Meluas X
117. kulit Hulit Kuling X
118. kulitpohon Laklak Laklak -
119. kuning Sigorsing Megersing -
120. kutu Hutu Kutu -
L
121. lain Legan Laseri X
122. langit Langit Langit -
123. laut Laut Laut -
124. lebar Bolag Nggellang X
125. leher Borgok Kereher X
126. lelaki Dalahi Dilaki -
127. lempar Gijik Benter X
128. lidah Dilah Dilah -
129. lihat Nonoi Nen X
130. lima Lima Lima -
131. licin Malandit Medalit -
132. (ber-) ludah Martijur Mecidur -
133. lurus Gostong Pintir X
Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
M
134. main Guro Guro-guro -
135. makan Mangan Man -
136. malam Borngin Berngin -
137. mata Panonggor Mata X
138. matahari Matani ari Matawari -
139. mati,
meninggal Matei Mate -
140. merah Gerger Megara X
141. mereka Sadea Kalah ah X
142. minum Manginum Minem -
143. mulut Babah Babah -

144. muntah Mutah Mutah -


145. musim Musim Mbasna X
N
146. nama Goran Gelar X
147. napas Hosah Kesah -
148. nyala Gara Gara -
149. nyanyi Mandoding Ende X
O
150. orang Jolma / halak Kalak X
P
151. panas Milas Las -
152. panjang Ganjang Geddang X
153. pasir Horsik Kersik -
154. pegang Jolom / jamah Jemak -
155. pendek Pondok Gendek -
156. peras Poroh Pereh -
157. perempuan Daboru Diberu -
158. perut Boltok Beltek -
Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
159. pikir Uhuri Tangkeli X
160. pohon Hayu Batang X
161. potong Ponggol Getap X
162. punggung Gurung Gurung -
163. putih Silopak Mbentar X
R
164. rambut Jambulan Buk X
165. rumput Poyon Dukut X
166. sayap Habang Kabeng -
167. satu Sada Sada -
168. sedikit Utik Sitek -
169. siang Siang Ciger X
170. siapa Ise Ise -
171. sempit Soppit Picet X

172. semua Ganup Kerina X


173. suami Amng-amang Perbulangen X
174. sungai Bah Lau X
T
175. tajam Marot Lelap X
176. tahu Mambotoh Kueteh X
177. tahun Tahun Tahun -
178. takut Mabiar Mbiar -
179. tali Tali Tali -
180. tanah Tanoh Taneh -
181. tangan Tangan Tan -
182. tarik Rittak Rintak -
183. tebal Tobal Mekapal X
184. telinga Pinggol Cuping X
185. telur Tolor Tinaro X
186. terbang Habang Kubang -
Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009
187. tertawa Tartawa Pertawa -
188. tidak Lang Lang -
189. tidur Modom Medem -
190. tiga Tolu Telu -
191. tikam Tobak Tebak -
192. tipis Tipis Nipes -
193. tiup (me-) Manoppul Embus X
194. tongkat Tukkot Ciken X
195. tua Matua Metua -
196. tulang Tulan-tulan Tulan -
197. tumpul Majol Majal -
U
198. ular Ulok Nipe X
199. usap Mangapusi Erduhap X
200. usus Bituha Mbuyak, tuka -

Keterangan simbol :
V = kosa kata yang tidak mempunyai pasangan
X = kosa kata yang tidak berkerabat
_ = kosa kata yang berkerabat

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Anda mungkin juga menyukai