Anda di halaman 1dari 8

KEMBARA: (Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya) Diterima : 09/07/2018

Volume 4, Nomor 2, hlm 200-207 Direvisi : 23/01/2019


PISSN 2442-7632 EISSN 2442-9287 Disetujui :24/01/2019
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ kembara/article/view/5803

BAHASA TIDUNG DI KALIMANTAN UTARA:


SEBUAH TINJAUAN DARI PERSPEKTIF DIAKRONIS

Nur Lailatul Aqromia*, Faldi Hendrawanb*

a
STMIK ASIA Malang
Jl. Soekarno Hatta - Rembuksari No. 1 A, Malang, Indonesia
b
STMIK ASIA Malang
Jl. Soekarno Hatta - Rembuksari No. 1 A, Malang, Indonesia
*lyla@asia.ac.id
*faldihendrawan@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan bahasa dengan melihat refleksi
bahasa Proto Melayu Polinesia ke Bahasa Tidung melalui retensi dan inovasi yang terjadi. Penelitian
ini tergolong jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data berupa dokumentasi, sedangkan teknik analisis dilakukan dengan teknik rekonstrusi
top-down. Hasil penelitian ini terbagi menjadi dua, bagian pertama penelitian ini menjelaskan tentang
hukum perubahan dari Proto Melayu Polinesia ke Bahasa Tidung kemudian menjelaskan langkah-
langkah perubahan tersebut baik dari tataran leksikal maupun fonologi. Kemudian di akhir penelitian
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat beberapa kata dari Bahasa Tidung yang merupakan refleksi dari
Proto Melayu Polinesia baik melalui proses retensi maupun inovasi.
Kata Kunci: Bahasa Tidung, Proto Melayu Polinesia, Linguistik Historis Komparatif.
Abstrak: This study aims at examining language connection by looking at the reflection of Proto
Malay Polynesian in Tidung Language through retention and innovation that constantly occurs.
This research was qualitative research using qualitative descriptive methods. The data collection
technique was in the form of documentation and thewas analysis technique was done with a top-down
reconstruction technique. The results of this study were divided into two, the first result described the
law of change from Proto Malay Polynesia to Tidung Language; then it explained the steps of changes
of both lexical and phonological level. From the study, it was concluded that there were several words
from the Tidung Language that reflected the Proto Malay Polynesian language through the process of
retention and innovation.
Key Words: Tidung language, Proto Malay Polynesian, comparative-historical linguistics.

PENDAHULUAN
ranah etno-antropologis jikalaupun ada penelitian
Penelitian tentang Pulau Kalimantan dan bahasa pada umumnya hanya digunakan untuk
penduduknya boleh dikatakan cukup banyak. menunjang penelitian etno antropologis. Jadi
Ernest (dalam Darmansyah 1981:1) mengatakan penelitian bahasa, terutama penelitian lapangan
bahwa pulau ini tetap menjadi salah satu daerah dengan berlandaskan linguistik modern menurut
di dunia yang makin menarik juka diteliti secara Ernest hampir tidak ada. Di Kalimantan sendiri
etnologis. Pernyataan ini menandakan bahwa terdapat banyak sekali bahasa, salah sataunya
penelitian yang dilakukan kebanyakan pada adalah Bahasa Tidung.

200
201

Bahasa Tidung terdapat di bagian utara Bugis, Makasar, Lampung, Batak, Minangkabau
pulau Kalimantan tepatnya berada di provinsi dan Aceh. Diungkapkan pula bahwa Tidung
Kalimantan Utara (pemekaran dari provinsi mendapat banyak pengaruh dari bahasa Melayu
Kalimantan Timur pada 25 Oktober 2012), yaitu dan Tidung merupakan bahasa yang serumpun
sepanjang Sungai Sembakung, Sungai Sebuku, dengan bahasa Melayu..
Sungai Bulungan, Tarakan dan sepanjang pesisir Penelitian bahasa dalam rangka kajian
dari muara Sungai Bulungan ke utara sampai linguistik historis komparatif atau yang sering
daerah Tawau. Wilayah pemakaiannya meliputi disingkat kajian linguistik diakronis masih
kabupaten Bulungan, kabupaten Tana Tidung, langka dilakukan, terutama yang melibatkan
kota Tarakan, kabupaten Nunukan dan Kabupaten bahasa-bahasa di Kalimantan khususnya
Malinau. Bahasa Tidung juga merupakan salah Kalimantan Timur (dan Kalimantan Utara
satu anggota keluarga besar bahasa Austronesia, sebagai wilayah pemekaran). Penelitian tentang
yaitu keluarga bahasa yang mempunyai wilayah bahasa Tidung secara sinkronis dipublikaskan
persebaran yang sangat luas, yang tersebar di oleh Darmansyah, dkk. (1981). Publikasi itu
kawasan Asia Tenggara, dan pulau-pulau di membahas struktur bahasa Tidung secara
Samudra Pasifik. Dari banyak dialek bahasa sinkronis, dengan meninjau dari segi fonologi,
Tidung, penelitian ini memilih bahasa Tidung morfologi, dan sintaksis. Karya Darmansyah
dialek Sembakung sebagai sumber data, hal ini tersebut tidak membahas masalah diakronis dan
ditunjang dengan adanya informasi dari seorang luput dari penjelasan tentang relasi kekerabatan
informan yang mengatakan bahwa daerah penutur bahasa itu dengan bahasa-bahasa Dayak lain di
asli bahasa Tidung terdapat di Sembakung. Kalimantan Timur. Okusima (2003), menguraikan
Dari tinjauan linguistik sendiri, masih pembagian subkelompok TDG berdasarkan ciri
terdapat perbedaan pendapat di kalangan linguistik dan latar belakang sejarah kedalam
para sarjana mengenai status bahasa Tidung, tiga kategori, yaitu Sesayap, Sembakung dan
Seperti dikemukakan Riwut (2007: 267) yang Sebuku. Dalam tulisan ini Okusima banyak
mengklasifikasikan suku Dayak dalam tujuh menjelaskan ciri linguistik yang dimiliki masing-
suku besar, salah satunya adalah Dayak Murut. masing subkelompok Tidung. Penelitian terbaru
Dalam pengklasifikasian tersebut Dayak Tidung dilakukan oleh Aswaradini (2012) dalam
termasuk dalam kelompok Dayak Murut. Dayak penelitianya Aswaradini membandingkan antara
Tidung terbagi lagi dalam suku kecil-kecil Bahasa Tidung dengan Bahasa Dayak Agabag
yaitu Ulun Mantarang, Ulun Tubu, Ulun Dayu, kemudian juga membuat rekonstruksi dari Proto
Ulun Putuk, Ulun Nilau atau Long Ho, Kalabit, Austronesia untuk menentukan posisi bahasa
Adang, Saban, Keraian dan Libun. Sehingga Tidung secara lebih actual.
dapat disimpulkan dalam pengklasifikasian Perbedaan pandangan baik dari para ahli
ini, Riwut mengelompokkan Tidung dalam linguistik ataupun peneliti sebelumnya mengenai
kelompok Dayak. Selain itu, Okushima (2003 status bahasa Tidung inilah yang mengilhami
: 6) menunjukkan bahwa Tidung yang paling peneliti untuk mengetahui lebih jauh dan lebih
erat terkait dengan kelompok Murutic, namun jelas status bahasa Tidung tersebut . Tulisan
klasifikasi tersebut sedikit berbeda dari satu ini berusaha untuk mencari status bahasa
ke yang lain. Berbeda dengan yang telah Tidung, sehingga perbandingan bahasa untuk
disampaikan Okusima dan Riwut , Beech (1908) mencari keeratan hubungan antarbahasa yang
dalam bukunya The Tidong Dialects of Borneo akan diperbandingkan mutlak dilakukan dalam
pada intinya menjelaskan bahwa kenyataannya penelitian ini
Tidung merupakan kelompok yang sama dengan Kajian diakronis mengenai bahasa
kelompok barat lainya yaitu Sunda, Madura, Bali, Tidung dalam tulisan ini menguraikan masalah

Nur Lailatul Aqromi, Faldi Hendrawan, Bahasa Tidung di Kalimantan Utara:


Sebuah Tinjauan dari Perspektif Diakronis
202

perkembangan sejarah bahasa Tidung dengan sama/mirip dalam bentuk dan arti. Berdasarkan
memanfaatkan metode kualitatif yang menerapkan pada kajian rekonstruksi leksikal dan fonologis,
teknik rekonstruksi eksternal dengan pendekatan ditemukan beberapa fonem, bai konsonan
top-down (dari atas ke bawah). maupun vocal yang ada dalam bahasa PMP yang
Kajian ini merupakan kajian linguistik masih dipertahankan sebagi fonem dalam bahasa
diakronis yang menarik karena pertama kajian Tidung, dan ada juga beberapa fonem yang
ini bisa memberikan informasi mengenai posisi berubah atu bentuknya tidak dipertahankan lagi
bahasa Tidung dalam keluarga bahasa-bahasa sebagai fonem dalam bahasa Tidung. Unsur yang
Austronesia, kedua kontribusi kajian ini akan dipertahankan memperlihatkan adanya retensi
menambah pemahaman mengenai studi bahasa di fonem dalam bahasa Tidung, dan untuk fonem
kawasan Kalimantan Timur dan Utara, khususnya yang sudah tidak dipertahankan, fonem-fonem
kajian yang berkaitan dengan bahasa Tidung. tertentu mengalami inovasi yang bisa berupa
subtitusi, merger, ataupun split.
METODE
Retensi
Perkembangan bahasa Tidung yang
diuraikan dalam tulisan ini ruang lingkupnya Unsur retensi fonem yang ada di dalam
dibatasi pada perspektif fonologis dan leksikal. bahasa Tidung terhadap etimon PMP dapat
Diasumsikan perkembangan bahasa Tidung di lihat pada data seperti PMP *k > TDG /k/.
ini merupakan kelanjutan dari Proto Melayu Pemertahanan atau retensi fonem tersebut dapat
Polinesia (PMP) yang menurunkannya diamati dari etymon PMP dan refleksnya pada
Kajian ini merupakan kajian diakronis, bahasa Tidung seperti PMP *kulit > TDG kulit
yakni mengenai sejarah perkembangan suatu ‘kulit’, PMP *kali > TDG əŋkali ‘menggali’, dan
bahasa. Pendekatan yang dilakukan dengan juga pada PMP *ñamuk > TDG namuk ‘nyamuk’.
menggunakan pendekatan dari bawah ke atas Dari ketga contoh etymon tersebut, dapat dilihat
(top-down approach), dengan teknik rekonstruksi bahwa *k dalam PMP masih dipertahankan
berdasarkan metode kualitatif yang bersifat sebagai fonem /k/ dalam bahasa Tidung. Jadi
deduktif. Prosedur analisis itu ditempuh melalui *k merupakan retensi fonem PMP yang masih
penemuan refleks fonem-fonem Proto Bahasa dipetahankan dalam bahasa Tidung.
Melayu Polinesia (PMP) dengan leksikon bahasa Selain tiga contoh retensi fonem /k/
yang bersangkutan. Penggunaan etimon Proto tersebut, beberapa fonem PMP lain juga masih
Melayu Polinesia dalam kajian ini mengacu pada bertahan pada bahasa Tidung, misalnya pada
daftar kosa kata dasar swadesh yang direvisi oleh PMP *t > TDG /t/ dan PMP *l > TDG /l/. Retensi
R.A Blust (1981). Dari 200 kosa kata dasar pada fonem /t/ yang masih dipelihara dalam bahasa
daftar Swadesh tidak semuanya bisa ditemukan Tidung bisa dilihat dari beberapa contoh seperti
dalam bahasa Tidung, dan dari beberapa kata PMP *tian > TDG tinay ‘perut’, PMP *taliŋa >
yang ditemukan, terdapat 86 kata yang kognat TDG təliŋɔ ‘telinga’, dan PMP *matey > TDG
atau yang sama/mirip dalam bentuk dan arti. matəy ‘mati’. Sedangkan fonem /l/ yang masih
dipelihara dalam bahasa Tidung adalah PMP
HASIL DAN PEMBAHASAN *dilaq > TDG dila ‘lidah’, PMP *bulu > TDG
bulu ‘bulu’, dan PMP *layit > TDG laŋit ‘langit’.
Dari 200 kosa kata dasar pada daftar Dari beberpa contoh tersebut, dapat dilihat bahwa
Swadesh tidak semuanya bisa ditemukan dalam memang ada beberapa fonem tertentu dalam PMP
bahasa Tidung, dan dari beberapa kata yang yang masih dipertahankan dalam bahasa Tidung,
ditemukan, terdapat 86 kata yang kognat atau yang seperti PMP *k >TDG /k/, PMP *t > TDG /t/,

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2018, hlm 200-207
ə

ə ɔ 203

PMP *l >TDG /l/, dan masih ada beberap fonem Tabel 2


lagi yang bisa dilihat dalam tabel yang terlampir Refleks Fonem-Fonem Konsonan PMP
PMP
dalam *mataini.
makalah > TDG mata ‘mata’, PMP pada Bahasa Tidung
*anak >TDG anak
Disamping fonem ‘anak’, PMP *tbeberapa
konsonan, No Fonem Konsonan Keterangan
Konsonan bahasa Kaidah
TDG yama ‘bapak’, dan PMP *ina > TDG
fonem vocal dalam PMP juga masih dipertahankan PMP Tidung yang
ina bahasa
dalam ‘ibu’ dari data tersebut
Tidung. Misalanyaterlihat
pada bahwa
contoh dewasa ini berlaku
etymon PMP *mata > TDG mata ‘mata’, PMP 1 *k K (tanpa
*anak >TDG anak ‘anak’, PMP *t-ama > TDG syarat)
yama ‘bapak’, dan PMP *ina > TDG ina ‘ibu’ dari 2 *m M (tanpa
syarat)
data tersebut terlihat bahwa fonem vocal PMP *a
3 *m Ø Hanya / _#.
pada bahasa
TDG uluTidung tetapPMP
‘kepala’, menjadi
*inum/a/ >
atau bisa
TDG 4 *p P (tanpa
ŋinum
ditulis ‘minum’,
menjadi PMPdan*a >PMP
TDG*kutu > TDG
/a/. Selain /a/ syarat)
kutuvocal
fonem ‘kutu’,
/u/ juga masih diertahankan dalam 5 *n N Hanya / _#.
bahasa Tidung, misalnya saja pada PMP *qulu 6 *n K Hanya / _#.
> TDG ulu ‘kepala’, PMP *inum > TDG ŋinum 7 *b B (tanpa
‘minum’, dan PMP *kutu > TDG kutu ‘kutu’, syarat)
8 *l L (tanpa
jadi fonem PMP *u > TDG /u/. syarat)
Selain retensi atau pemertahanan terdapat 9 *q H Hanya /_#.
pula inovasi pada fonem-fonem bahasa Tidung 10 *q Ø (tanpa
yang terjadi secara berulang dan sistematis syarat)
dapat menghasilkan kaidah primer dan kaidah 11 *t T (tanpa
sekunder atau sporadis untuk yang tidak teratur. syarat)
12 *d D Hanya / #_.
Kaidah-kaidah tersebut, baik yng primer maupun
13 *s S Hanya /#_.
yang sekunder, dapat menjelaskan sejarah
perkembangan bahasa Tidung melalui refleks
Inovasi
fonem-fonem PMP pada bahasa Tidung seperti
yang disajaikan pada tabel berikut. Kaidah Primer

atey > Tabel 1. Kaidah primer merupakan kaidah


Refleks Fonem-Fonem Vokal PMP pada perubahan fonem yang terjadi secara berulang dan
Bahsa Tidung sistematis. Beberapa kaidah primer bisa dilihat
No Fonem Vokal Keterangan dari kemiripan leksikal etymon PMP dengan kosa
bulu’, Vokal bahasa Kaidah yang kata bahasa Tidung sebagai cerminan (refleks)
PMP Tidung berlaku
’. Dari dari bentuk awalnya PMP. Misalnya pada PMP
dewasa ini
1 *i I (Tanpa *panaw > TDG makaw ‘berjalan’ perubahan
syarat) tersebut terjadi dari fonem konsonan PMP *n
2 *a A (Tanpa yang merupakan bunyi nasal mengalami inovasi
syarat) menjadi bunyi hambat letup /k/. perubahan ini
3 *a Ø Hanya / #_. terjadi secara berulang dan sistematis karena
4 *u U Hanya / #_.
terlihat pada data-data seperti PMP *panaw >
5 *ə A (Tanpa
syarat) TDG makaw ‘berjalan’, PMP *kana > TDG jika
6 *ə ɔ Hanya / _#. ‘jika’, dan PMP *dian > TDG tiɔk ‘tidak. Inovasi
tersebut hanya terjadi pada posisi ultima jadi bisa
dikatakan bahwa perubahan tersebut besyarat
hanya /_#. Atau yang terlihat pada inovasi fonem
PMP
No n an
> TDG Nur Lailatul Aqromi, Faldi Hendrawan, Bahasa Tidung di Kalimantan Utara:
bahwa Sebuah Tinjauan dari Perspektif Diakronis

2
204

vocal sedang atas bawah *ə pada PMP menjadi TDG pulak ‘putih’, PMP*ma-nipis > TDG nipis
fonem vocal rendah tengah /a/ pada bahasa ‘tipis’, PMP *ma-kapal > TDG kapal ‘tebal’,
Tidung, perubahan tersebut juga terjadi secara PMP *ma-lawa > TDG tawa ‘lebar’, PMP*ma-
teratur seperti yang terlihat pada contoh-contoh tuqah > TDG tuo ‘tua’ dari data-data tersebut
berikut PMP *bəli > TDG ŋalid ‘membeli’, PMP terlihat adanya inovasi dari fonem PMP *m
*təlu > TDG talu ‘tiga’, dan PMP *xəpat > TDG menjadi fonem /Ø/ pada bahasa Tidung, PMP*m
apat ‘empat’. Perubahan tersebut hanya berlaku > TDG /Ø/. Inovasi ini terjadi secara berulang
pada posisi penultima /#_. dan sistematis, dan juga hanya terjadi pada posisi
Pada fonem konsonan, beberapa inovasi prapenultima maka kaidah perubahan tersebut
terlihat pada PMP *n dan *q yang dalam bahasa bisa ditulis menjadi hanya /#_.
Tidung menjadi fonem konsonan /k/ dan /h/. Dari data-data inovasi konsonan diatas
hal ini dapat dilihat dari beberapa data seperti maka dapat diamati bahwa inovasi yang terjadi
PMP *panaw > TDG makaw ‘berjalan’, PMP bisa berupa merger dan split. Merger konsonan
*kana > TDG jika ‘jika’, dan PMP *dian > TDG seperti yang terjadi pada fonem konsonan PMP
tiɔk ‘tidak’ data ini menunjukan bahwa terdapat *k, *q, dan *n yang merger menjadi fonem
inovasi dari fonem konsonan PMP *n menjadi konsonan /k/ pada bahasa Tidung misalnya fonem
fonem konsonan /k/ pada bahasa Tidung; PMP PMP *k merger menjadi /k/ pada bahasa Tidung
*n > TDG /k/. Dan untuk fonem konsonan PMP pada PMP *kulit > TDG kulit ‘kulit’, PMP *laki-
*q yang mengalami inovasi menjadi /h/ pada laki >TDG dəlaki ‘laki-laki’,PMP *tanək > TDG
bahasa Tidung; PMP *q > TDG /h/ dapat dilihat Antanɔk ‘memasak’, PMP *kali > TDG əŋkali
seperti pada data berikut, PMP *piliq > TDG ‘menggali’. Merger fonem PMP *q > TDG /k/
əmpilih ‘memilih’, PMP *tudaq >TDG nudah pada PMP *qawuk > TDG Kampuŋ ‘debu’, PMP
‘melemparkan’, dan juga pada PMP *tanaq > *qabu > TDG kawug ‘abu’, PMP *lawaq > TDG
TDG tanah ‘tanah’. tiŋkəlawak ‘laba-laba’, dan PMP *ma-putiq >
Inovasi konsonan yang terlihat dari fonem TDG pulak ‘putih’. Sedangkan dari PMP *n >
konsonan PMP *q mengalami pembaruan dalam TDG /k/ seperti pada contoh PMP *panaw > TDG
bahasa Tidung menjadi fonem /h/. perubahan ini makaw ‘berjalan’, PMP TDG tiɔk
*kana ‘tidak’.
> TDG jikaDari
‘jika’,
terjadi hanya pada posisi ultima dalam bahasa dan PMP *dian > TDG tiɔk ‘tidak’. Dari merger
Tidung jadi sama seperti perubahan fonem PMP fonem konsonan PMP *k, *q, dan *n menjadi
*n > TDG k, perubahan fonem PMP *q > TDG fonem konsonan /k/ pada bahasa Tidung semua
/h/ berlaku hanya /_#. Contoh dari perubahan ini terjadi tanpa syarat kecuali pada *n yang hanya
dapat terlihat pada data-data sebagai berikut PMP terjadi pada posisi ultima /_#.
*piliq > TDG əmpilih ‘memilih’, PMP *tudaq >
*k
nudah ‘melemparkan’, PMP *buaq > TDG buwah
*q /k/ (PMP*k,*q,*n > TDG /k/ ) pulak ‘
‘buah’, PMP *tanaq > tanah ‘tanah’, PMP *ma- *n
basaq > TDG basah ‘basah’, dan juga pada PMP ‘memi
*tahun > TDG taqun ‘tahun’. Selain data data
Selain diatas, terdapat
diatas, pula merger
terdapat pula ‘melem
Tidak hanya perubahan fonem dari PMP antara fonem konsonan PMP *m dan *q ‘tanah’
menjadi fonem juga pada bahasa Tidung, dari yang menjadi fonem /Ø/ pada bahasa Tidung.
data (terlampir) juga ditemukan adanya inovasi Contohnya seperti pada data berikut: PMP *ma-
dari fonem PMP menjadi fonem /Ø/ pada bahasa basaq > TDG basah ‘basah’, , PMP*ma-nipis >
Tidung. Contohnya seperti pada data berikut, TDGbasah
nipis‘basah’, , PMP*ma
‘tipis’, PMP *ma-kapal > TDG kapal
PMP *ma-Suab > TDG əguab ‘menguap’, PMP nipis ‘tipis’, PMP *ma
‘tebal’, PMP *ma-lawa > TDG tawa ‘lebar’ untuk
*ma-basaq > TDG basah ‘basah’, PMP *ma- ‘tebal’, PMP *ma
PMP *m >TDG /Ø/. Dan PMP *qatap > TDG
‘lebar’ untuk PMP *m >TDG /Ø/. Dan
qitəm > TDG item ‘hitam’, PMP *ma-putiq > atap ‘atap’, PMP *ma-qitəm > TDG item ‘hitam’,
PMP *qatap > TDG atap ‘atap’, PMP
qitəm > TDG item ‘hitam’, PMP
*bituqən
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 4, Nomor 2,> Oktober
TDG 2018,
bintaŋ ‘bintang’ untuk
hlm 200-207
nipis ‘tipis’, PMP *ma
‘tebal’, PMP *ma
‘lebar’ untuk PMP *m >TDG /Ø/. Dan
PMP *qatap > TDG atap ‘atap’, PMP
qitəm > TDG item ‘hitam’, PMP 205
*bituqən > TDG bintaŋ ‘bintang’ untuk
PMP *bituqən > TDG bintaŋ ‘bintang’ untuk Selain kaidah primer yang terjadi pada
merger fonem konsonan PMP *Q > TDG /Ø/. fonem-fonem konsoanan, terdapat pula inovasi
Untuk merger donem konsonan PMP*q > TDG fonem-fonem vocal yang terhjadi secara teratur
/Ø/ berlaku tanpa syarat jadi bisa terjadi baik dan sistematis sehingga menjadi suatu kaidah
di posisi penultima maupun ultima sedangkan primer. Beberapa inovasi vocal juga ditemukan
untuk merger fonem konsonan PMP *m > TDG dalam bahasa Tidung, misalnya saja pada PMP
/Ø/ terjadi secara bersyarat yakni hanya terjadi *buruk > TDG busak ‘busuk’, PMP *ma-putiq
di posisi prapenultima. >PMP
TDG*buruk > TDG dan
pulak ‘putih’, busakPMP ‘busuk’,
* i-kitaPMP
> TDG
‘putih’, dan
taka ‘kita’ yang menunjukan adanya fonem vocal PMP
*m kita > TDG taka ‘kita’ yang
PMP *i yang berinovasi menjadi fonem vocal /a/
*q /Ø/(PMP *m,*q > TDG /Ø/ )
pada bahasa Tidung; inovasi PMP *i > TDG /a/
Selain merger fonem konsonan PMP menandakan bahawa terdapat inovasi dari fonem
ke fonem konsonan bahasa Tidung terdapat vocal tinggi atas depan *i pada PMP menjadi
pula inovasi berupa split. Inovasi split fonem vocal rendah tengah /a/ pada bahasa Tidung.
konsonan PMP ke fonem konsonan bahasa Selain itu bahasa Tidung juga mengalami
Tidung dapat dilihat dari contoh inovasi fonem inovasi dari fonem vocal sedang atas tengah PMP
konsonan PMP*n > TDG /n/ dan /k/ seperti pada *ə menjadi fonem vocal sedang bawah belakang
data berikut, PMP *tian > TDG tinay ‘perut’, /ɔ/ pada bahasa Tidung, seperti yang ditunjukan
PMP
PMP *tian
*ipən > TDG
> TDG ipɔn tinay
‘gigi’,‘perut’, PMP >
PMP *kaqən pada data PMP *ipən PMP *ə menjadi
> TDG fonemPMP
ipɔn ‘gigi’,
ə ɔn ‘gigi’, PMP *kaqə *isəp > TDG ŋisɔp ‘menghisap’, dan /ɔ/pada
padaPMP
aŋkan ‘makan’, dan PMP *panaw > TDG makaw
ŋkan ‘makan’, dan *ma-bənər > TDG mənɔŋ ‘benar’ dari data
‘berjalan’, PMP *kana
makaw ‘berjalan’, > TDG
PMP *kanajika ‘jika’,jika
> TDG PMP a PMP *ipən > TDG ipɔn ‘gigi’,
*dian > tiɔk
‘jika’, PMP‘tidak’.
*dianInovasi
> tiɔksplit tersebut
‘tidak’. hanya
Inovasi
tersebut dapat diringkas bahwa fenom vocal PMP
PMP *isəp > TDG ŋisɔp ‘menghisap’, dan
berlaku pada posisi ultima jadi terdapat syarat *ə > TDG /ɔ/. bənər > TDG mənɔŋ
dalam inovasi ini atau hanya /_#. Dari
‘benar’ data-data
dari inovasi dapat
data tersebut fonem-fonem
diringkasvocal
k’. Dari bahwa fenom
terdapat inovasivocal
yangPMP *ə >merger
berupa TDG /ɔ/.dan split.
’. Dari /k/ dan fonem sedang tengah atas *ə yang
Inovasi merger seperti terlihat pada fonem vocal
*n (PMP *n > TDG /k/ dan /n/ ) rendah tengah *a dan fonem sedang tengah atas
/n/ *ə yang merger menjadi fonem vocal rendah
Inovasi split pada fonem konsonan ŋ
Inovasi split pada fonem konsonan juga tengah /a/ pada bahasa Tidung contohnya pada
terlihat pada fonem PMP *q > TDG /k/ dan /h/. PMP *qawuk > TDG Kampuŋ ŋ ŋ
‘debu’, PMP *taŋis
Contohnya untuk PMP *q > TDG /k/ seperti > TDG Antaŋik ‘menangis’, PMP *dilaq > TDG
‘abu’, PMP *ma ‘lidah’,
dila ‘lidah’, PMP *tuqəlan> TDG
PMP *tuqəlan > TDG tulaŋ
tulaŋ ‘tulang’,
pada PMP‘abu’,*qabuPMP> TDG *makawug ‘abu’, PMP
pulak‘putih’dan
‘putih’dan intukPMP
PMP*q *q>>TDG
TDG/h/ /h/ ‘tulang’, dan PMP * bəli > TDG ŋ
pulak
*ma-putiq intuk
> TDG pulak ‘putih’dan intuk PMP dan PMP * bəli > TDG ŋalid ‘membeli’, PMP
ə ‘membeli’, PMP *təlu > TDG talu ‘tiga’,
ə > TDG *təlu > TDG talu ‘tiga’, PMP *xəpat > TDG apat
*q > TDG /h/ seperti pada PMP *piliq
‘memilih’, PMP PMP *tudaq
*tudaq >TDG
>TDG nudah
nudah PMP *xəpat > TDG apat ‘empat’.
‘memilih’,
əmpilih ‘memilih’,PMPPMP*tanaq
*tudaq> >TDG nudah ‘empat’. Merger yang terjadi pada fonem vocal
‘melemparkan’,
‘melemparkan’, PMP *tanaq > TDG
TDG tanah
tanah
‘melemparkan’, PMPsplit
*tanaquntuk
> TDG tanah *a menjadi /a/ terjadi pada semua posisi sementra
‘tanah’. Inovasi
‘tanah’. Inovasi fonem
‘tanah’. Inovasi split split
untuk untuk fonem
fonem konsonan fonem
fonem vocal *ə *ə
vocal menjadi
menjadi/a/ /a/
hanya berlaku
hanya pada
berlaku
PMP *q > TDG /k/ berlaku tanpa syarat karena posisi penultima.
bisa terjadi di semua posisi sedangkan untuk split
PMP *q > TDG /h/ hanya berlaku pada posisi *a
ultima /_#. /a/ ( PMP *a, *ə > TDG /a/)

Ø/. Dan
/. Dan /k/
, PMP
PMP *q ( PMP*q > TDG /k/ dan /h/)
, PMP
PMP /h/
untuk
untuk ə
Nur Lailatul Aqromi, Faldi Hendrawan, Bahasa Tidung di Kalimantan Utara:
ɔ Perspektif Diakronis
Sebuah Tinjauan dari
PMP *təlu >
PMP *xəpat > TDG apat ‘empat’ dan PMP
*ipən > TDG ipɔn ‘gigi’, PMP *isəp >
( PMP *a, *ə > TDG /a/)

206

Selain merger terdapat pula inovasi yang teratur yang dapat berlaku pada bahasa apa saja
ə
berupa split pada fonem vocal bahasa Tidung. atau biasa disebut kaidah sporadic. Di dalam
Inovasi split terjadi pada fonem ɔ vocal sedang perbandingan antara bahasa PMP (Proto Melayu
atas tengah *əPMP menjadi
*təlu fonem
> vocal rendah Polinesia) dengan bahasa Tidung ditemukan
tengah
PMP/a/ dan fonem
*xəpat > TDG sedang bawah belakang
apat ‘empat’ dan PMP/ɔ/. fenomena kaidah sekunder diantaranya adalah.
Contohnya seperti pada PMP *təlu
*ipən > TDG ipɔn ‘gigi’, PMP *isəp > TDG talu
> fortisi, afresis, protesis, dan lenisi
‘tiga’, PMP *xəpat
ŋosɔb > TDG apat
‘meghisap’. ‘empat’
Pada PMPdan *əPMP
> Fortisi adalah proses penguatan bunyi
*ipən > TDG ipɔn ‘gigi’, PMP *isəp > TDG ŋosɔb yaitu perubahan bunyi dari yang lemah menjadi
penultimaPada
‘meghisap’. /#_. PMP
Sedangkan
*ə > TDGpada
/a/ PMP
terjadi*ə >
hanya lebih kuat. Dalam bahasa Tidung misalnya
TDG
pada /ɔ/ penultima
posisi terjadi hanya pada posisipada
/#_. Sedangkan ultima
PMP terdapat pada perubahan bunyi PMP *p > TDG
*ə > TDG /ɔ/ terjadi hanya pada posisi ultima /_#. /b/ contohnya dari etymon PMP*isəp > TDG
etymon‘menghisap’,
ŋosɔb PMP*isəp contoh > TDG lainnyaŋosɔb
terdapat
/a/ ‘menghisap’, contoh lainnya terdapat pada
pada perubahan bunyi PMP *ə > TDG /a/ seperti
*ə (PMP *ə > TDG /a/, /ɔ/) perubahan bunyi PMP *ə > TDG /a/
/ɔ/ PMP *kaqən
seperti PMP > TDG aŋkan>‘makan’,
*kaqən TDG PMP aŋ *təlu
>‘makan’,
TDG talu PMP‘tiga’ dan>PMP
*təlu TDG*qatəp > TDG
talu ‘tiga’ danatap
Inovasi split pada fonem vocal juga terlihat PMP *qatəp
‘atap’. > TDG
Perubahan atap ‘atap’.
lainnya adalahPerubahan
Afresis yang
pada vocal tinggi atas depan *i pada PMP menjadi merupakan perubahan bunyi karena hilangya
vocal rendah tengah /a/ dan vocal tinggi atas /i/ bunyi konsonan pada awal kata yaitu hilangnya
pada bahasa Tidung. Seperti pada PMP *bariw konsonan *q seperti pada PMP *qatəp > TDG
> TDG busak ‘busuk’, PMP *ma-putiq > TDG konsonan
atap *q seperti
‘atap’ dan pada>PMP
PMP *qulu TDG *qatəp >
ulu ‘kepala’.
busak
pulak ‘busuk’,
‘putih’, PMP *> TDG taka ‘kita, dan
PMP *i-kita TDG atap ‘atap’ dan PMP *qulu
Selain itu ada pula perubahan protesis yang> TDG
pulak ‘putih’, PMP *i ulu ‘kepala’.
PMP *ipən > TDG ipɔn ‘gigi’, PMP *taŋis > TDG merupakan penmabahan bunyi pada awal kata
‘kita, dan ŋPMP *ipən > TDG ŋikipɔn
‘menangis’,
‘gigi’, PMP *Ø > TDG /ŋ/ seperti pada PMP *inum
Antaŋik ‘menangis’,
ŋ > TDGPMPAmbilɔk
*biliŋ > ‘belok’,
TDG Ambilɔk
PMP
TDG tinay ‘perut’. Inovasi split
‘belok’, PMP *tian > TDG tinay ‘perut’. Inovasi ini > TDG ŋinum ‘minum’ dan PMP*isəp > TDG
split ini berlaku tanpa syarat karena semua bisa ŋosɔb ‘menghisap’. Selain itu ada pula perubahan
*ə yang terjadi dalam berbagai posisi baik penultima lenisi yaitu pelemahan bunyi PMP *a > TDG /ə/
maupun ultima. seperti yang terlihat pada contoh PMP *ma-Suab
a > TDG əguab ‘menguap’.
ŋ /a/
ŋik *i ( PMP *I > TDG /a/, /i/ )
PEMBAHASAN
a /i/
G tulaŋ Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
DG ŋ diatas, dapat ditarik beberapa hal menarik
lu ‘tiga’, Dari data-data diatas dapat terlihat refleks
mengenai kajian bahasa Tidung dari dimensi
. bahasa PMP dalam bahasa Tidung dewasa ini. Di
fonologis dan leksikal diakronis yang dapat
dalmnya terdapat inovasi baik merger atau split
dikemukakan sebagi berikut. Beberapa analisis
yang terjadi pada fonem-fonem konsonan dan
berlaku dari segi leksikon dan fonologi diatas menunjukan
vocal. Inovasi tersebut terjadi secara teratur dan
bahwa beberapa fonem PMP masih ada yang
sistematis sehingga menjadi suatu kaidah yang
dipertahankan (retensi) sebagai fonem dalam
teratur atau disebut kaidah primer.
bahasa Tidung dan ada pula yang mengalami
G /a/) pembaharuan (inovasi) dengan fonem yang
Kaidah Sekunder berbeda dalam bahasa Tidung. Inovasi yang tejadi
Selain kaidah primer di dalam bahasa secara sistematis dan berulang menghasilkan
Tidung juga ditemukan kaidah sekunder. kaidah primer atau kaidah perubahan yang
Kaidah sekunder adalah perubahan yang tidak teratur. Inovasi tersebut terjadi dalam beberapa

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2018, hlm 200-207

dan PMP
*isəp >
207

bentuk yakni merger atau paduan dan split atau Campbell, Lyle. 1998. Historical Linguistics.
pemenggalan. Selain kaidah primer dalam refleks Edinburgh: Edinburgh University Press.
bahasa Tidung terhadap PMP juga ditemukan Cense A.A. dan E.M. Uhlenbeck. 1958. Language
kaidah sekunder atau kaidah yang tidak teratur of Borneo: Critical Survey of Study on the
diantaranya adalah fortisi, afresis, protesis, dan Languages of Borneo. Bibliographical
lenisi. Series II of the Royal Institute of Languages
and Cultures. s’Gravenhage: Martinus
SIMPULAN Nijhoff.
Crowley, Terry. 1987. An Introduction to
Bahasa Tidung memperlihatkan evidensi Historical Linguistic. Papua New Guinea:
yang cukup kuat untuk dimasukan ke dalam University of Papua New Guinea Press.
anggota rumpun bahasa Austronesia atau lebih Darmansyah, Abdul Djepar Hapip, Abdurachman
khusus lagi Melayu Polinesia. Hal tersebut Ismail, dan Nirmala Sari. 1981. Struktur
tampak dari kaidah perubahan primer dan Bahasa Tidong. Jakarta: Pusat Pembinaan
skunder yang dapat menjelaskan berbagai dan Pengembangan Bahasa. Departemen
masalah perubahan terkait dengan perubahan Pendidikan Nasional
fonologis dan leksikonnya. Fernandez, Inyo Yos. 1994. Linguistik Historis
Komparatif (Pengantar di Bidang Teori)
DAFTAR PUSTAKA jilid 1Telaah Kualitatif dan Kuantitatif.
Adelaar, K. Alexander. 1992. Proto Malayc: Yogyakarta.
The Description of its Phonology and Jubair. 1988. Fonologi Bahasa Tidung Tarakan.
Parts of its Lexicon and Morphology. Tarakan: Tidak dipublikasikan.
Publikasi Bersama Pusat Pembinaan dan Keraf, Goyrs. 1983. Linguistik Bandingan
Pengembangan Bahasa dan Universitas Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Leiden. Utama.
Aswaradini, Wulan. 2012. Bahasa Tidung di Kridalaksana, Harimurti.2008.Kamus Linguistik
Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara; Edisi Keempat. Jakarta :PT.Gramedia
Kajian Linguistik Diakronis. Yogyakarta: Pustaka Utama.
Tesis tidak diterbitkan. Lehmann, Winfred P. 1962. Historical Linguistics
Beech. 1908. The Tidong Dialect of Borneo. An Introduction. United States of America:
Oxford: Clarendon Press. Holt, Rinehart and Winston Inc.
Blust, RA. 1981. Variation in Retention Rate in Okhusima, Mika. 2003. Ethic Background of
Austronesian Languages. Paper Presented the Tidung: Investigation of the Coastal
at The Third International Conference on Northeast Borneo. Japan: Anthropology.
Austronesian Linguistics. Denapasar Bali. Riwut, Tjilik.2007. Kalimantan Membangun
Alam dan Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Nur Lailatul Aqromi, Faldi Hendrawan, Bahasa Tidung di Kalimantan Utara:


Sebuah Tinjauan dari Perspektif Diakronis

Anda mungkin juga menyukai