Dosen Pengampu:
Ary Fawzi S.Pd. M.Pd
Disusun oleh:
Yonita Shelly Anggraeni (220211600332)
Yovito Dhean Henda Pratama (220211604512)
a) Metode Komunikatif
Pembelajaran bahasa dengan metode komunikatif pertama muncul pada teori - teori
Noam Chomsky di tahun 1960-an. Pembelajaran ini merupakan modifikasi atau
pembaharuan pada metode-metode sebelumnya yang dinilai oleh beberapa ahli kurang
mengendalikan komunikasi secara langsung, tidak efektif, kurang relatif dengan keadaan
di dunia nyata, serta dinilai tidak dapat membuat siswa banyak mengembangkan berbagai
keterampilan komunikatif. Pengajaran bahasa dengan metode ini termasuk pendekatan
yang menekankan adanya interaksi secara langsung ataupun tidak langsung.
Dalam pembelajaran bahasa dengan metode komunikatif, para instruktur atau guru
telah menyiapkan berbagai macam kegiatan yang efektif serta dapat membantu siswa
meningkatkan kemampuan komunikatif dalam bahasa target. Del Hymes, C. B. Cazden,
dan V. P. John (dikutip dari Atmowardoyo, 2019), menjelaskan bahwa kompetensi
komunikatif ditandai dengan keterampilan menggunakan bahasa sesuai dengan tempat,
waktu, pembicara, lawan bicara, dan juga substansi pebicaraan. Kegiatan yang
mengandalkan percakapan secara asktif, respon kreatif, serta bervariasi dalam kegiatan
lisan merupakan salah satu contohnya. Beberapa kegiatan yang biasanya digunakan di
kelas CLT yaitu bermain peran sunting, kerja kelompok, perburuan, berbagi pendapat,
wawancara, dan kesenjangan informasi.
Di dalam sebuah masyarakat komunikasi adanya pasangan penutur dan pendengar
yang merata dan ideal merupakan sebuah keharusan. Maka dari itu menurut Noam
Chomsky diperlukan adanya kompetensi bahasa serta serta performansi bahasa. Noam
Chomsky juga menekankan beberapa hal dalam pengajaran bahasa seperti adanya aspek
kreatif dalam penggunaan bahasa, terdapat adanya keabstrakan pada lambang-lambang
linguistik seperti rumus-rumus atau kaedah dalam penafsiran kata atau kalimat, struktur
dasar linguistik yang bersifat universal serta adanya sebuah peranan organisasi intelek
dalam proses kognitif atau mental. Dapat dilihat bahwa beberapa kompetensi tersebut dapat
diterapkan dalam pembelajaran bahasa dengan metode komunikatif.
b) Metode Kontemporer
Pada Periode 1990-sekarang muncul sebuah pendekatan kajian linguistik yaitu
pendekatan kontemporer. Metode kontemporer merupakan sebuah turunan dari metode
komunikatif yang dipelopori oleh David Nunan. Metode ini menekankan pembelajaran
bahasa yang berbasiskan tugas (task based languange teaching). Nunan dalam bukunya
Task-Based Languange Teaching (dikutip dari Atmowardoyo, 2019), memberikan
penjelasan bahwa pembelajatn bahasa berbasis tugas dikembangkankan berdasarkan
prinsip yang telah dianut dalam metode komunikatif diantaranya yaitu isi menjadi dasar
ditentukannya bahan ajaran, diharuskan adanya proses interaksi dalam sebuah
pembelajaran bahasa, serta adanya aktivitas penggunaan bahasa di luar kelas yang perlu
dikaitkan dengan pembelajaran bahasa. Metode ini mendorong para siswa atau seseorang
yang belajar sebuah bahasa untuk dapat dilakukan beriringan dengan melakukan sebuah
gerakan atau melakukan sebuah tugas. Karena dalam metode ini diyakini bahwa
pengamatan tidak cukup dalam sebuah pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa,
maka dari itu diperlukan adanya suatu praktik atau tugas secara langsung. Sehingga
membuat siswa atau pelajar dapat belajar berkomunikasi dengan langkah alamiah yang
relatif cepat.
c) Studi Bahasa Mengenai Naskah Kuno
Munculnya naskah kuno berkaitan dengan munculnya kemahiran pada menulis dan
membaca masyarakat. Lahirnya kemahiran menulis dan membaca berkaitan kemunculan
aksara sebagai tanda bunyi melalui pengucapan manusia. Bunyi pengucapan manusia
kemudian disebut bahasa lisan yang menjadi alat komunikasi sosial. Naskah kuno
memberikan pengaruh untuk masa sekarang, seperti diantaranya pada bidang bahasa,
sastra, dan pendidikan. Naskah kuno sebagai jalan untuk menyatukan bahasa dan budaya
Melayu di Asia Tenggara. Jenis manuksrip di Indonesia yaitu manuksrip pegon yang ditulis
dengan huruf arab tetapi berbahasa jawa, bugis, aceh, sunda, dan banjar; manuksrip jawi
ditulis dengan huruf arab menggunakan bahasa Melayu dengan tambahan vonim;
manuskrip Islam yang ditulis dengan bahasa arab.
Studi bahasa sangat dominan pada perwujudan kualitas proses dan lulusan yang
berpendidikan kompeten. Tidak cukup jika siswa hanya diberikan kesibukan kognitif untuk
menghafal pengetahuan lewat fakta-fakta yang sudah mati di masa lalu yang telah terjadi.
Dengan adanya naskah kuno sebagai alat dan data untuk analisis bahasa pada masa lalu
dapat sesuai dengan peran guru dan siswa dalam mempergunakan naskah kuno sebagai
sumber analisis pengajaran bahasa.
Contohnya yaitu “Filologi dan Penelitian Naskah Kuno Nusantara” oleh Misdianto,
S.Pd (2013). Penelitian tersebut berisikan hasil transkrip dan terjemahan teks Melayu
klasik Hikayat Si Miskin, beserta hasil analisis teks Melayu klasik guna mengetahui
karakter tokoh dan mengetahui amanat dalam cerita Melayu klasik serta menerapkannya.
Bagi para penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak dibutuhkan dan justru tidak
hanya mencakup morfologi, sintaksis dan semantik, namun juga menjurus pada
ilmu sosiolinguistik dan linguistik kontrastif.
Bagi penyusun kamus (leksikografer) kemahiran dalam aspek linguistik tak kalah
penting. Sebab dalam menyusun sebuah kamus, seorang leksikografer terlebih
dahulu menentukan ejaan atau grafem dari fonem-fonem tersebut, memahami latar
belakang pembentukan kata, hingga kemudian menentukan bentuk, susunan kata,
struktur frase, struktur kalimat, makna leksikal, hingga makna gramatikal.
Atmowardoyo, H., 2019. Pengajaran Bahasa dari Waktu ke Waktu. Sebuah Tinjauan Filosofis.
Cazden, C., John, V. & Hymes, D., 1972. Functions of Language in The Classroom. Teachers
Col. Columbia: U Press.
Gosali, A. P., 2018. Historiografi Linguistik Indonesia.
Helvianie, W., 2016. Kesantunan Berbahasa Pada Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin.
Kridalaksana, H., 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Kumanireng, T. Y., 1993. Struktur Kata dan Struktur Frasa Bahasa Melayu Larantuka.
Luis, D., 2016. Fenomena Bahasa "Loe-Gue" di Kalangan Mahasiswa Fisip Unpas. Studi
Fenomenologi Bahasa "Loe-Gue" di Kalangan Mahasiswa Fisip Unpas.
Pei, M., 1971. Kisah daripada Bahasa. Jakarta: Bhratara Press.
Setiadi, A. C., 2009. Pengajaran Bahasa dengan Pendekatan Komunikatif. Analisis atas Teori
Transformatif-Generatif Noam Chomsky.
Widiatmoko, B., 2009. Pemanfaatan Hasil Penelitian Linguistik. Pedagogis dalam Peningkatan
Kualitas Pembelajaran di Sekolah.
Wijana, 2010. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yendra, 2018. Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik). Yogyakarta: Deepublish.
Yohanes, B., 1988. Ilmu Sastra Bandingan dan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta:
IKIP Sanata Dharma.
Yendra. 2018. Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik). Yogyakarta: Deepublish.
Alek. (2018). Linguistik Umum (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Erlangga
file:///C:/Users/vitop/Downloads/26171-67623-1-PB%20(1).pdf
Kemdikbud. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi 5). Diakses pada 16 November 2022
melalui aplikasi