Anda di halaman 1dari 7

KESALAHAN BERBAHASA FONOLOGI DALAM SPANDUK

(WARUNG NASI KHAS SUNDA)

Oleh:

Muhamad Cece

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

STKIP YASIKA Majalengka

Website: stkipyasika@stkipyasika.ac.id

ABSTRAK

Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi, baik lisan maupun tulisan, yang
digunakan oleh masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai macam etnis dan
budaya. Karena digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat antardaerah dengan
berbagai macam latar belakang etnis dan budaya, Metode penelitian yang dipakai
adalah metode Penelitian deskriptif, Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
menggambarkan karakteristik dari suatu populasi atau sebuah fenomena yang menjadi
objek penelitian. Metode penelitian deskriptif lebih fokus pada menjelaskan objek
penelitiannya, sehingga penelitian ini akan menghasilkan jawaban dari sebuah
peristiwa yang terjadi. Problematika bahasa Indonesia secara umum bersumber dari
dua macam faktor, yakni faktor internal dan faktor ekternal. Salasatu problematika
bahasa yang sering dijumpai adalah dalam ranah fonologi, menurut kbbi
fonologi/fo·no·lo·gi/ n bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa
menurut fungsinya. Kajian fonologi terbagi menjadi 2 yaitu fonetik dan fonemik,
Fonetik adalah studi tentang bunyi dari sudut hakikat bunyi dalam suatu percakapan
dan pengaruh yang diterima oleh pendengar (bunyi sebagai bahasa), tanpa melihat inti
dan arti suatu bunyi dalam suatu bahasa tertentu.Fonemik adalah bagian fonologi yang
mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti (Widi, 2009:03).
Fonem adalah satuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan
makna.maka dari itu pembahasan yang akan saya bahas adalah problematika bahasa
indonesia dalam ranah fonologi.

Kata Kunci : Problematika Bahasa, Fonologi, Deskriptif.


A. Pendahuluan

Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi, baik lisan maupun tulisan,


yang digunakan oleh masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai macam etnis
dan budaya. Karena digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat antardaerah
dengan berbagai macam latar belakang etnis dan budaya, bahasa Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh bahasa dan budaya masyarakat etnis yang menggunakannya. 

Dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam


kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulis, masyarakat umum tidak
jarang melakukan kesalahan. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia
umumnya dilakukan tanpa disadari dan kadang-kadang bersifat terpola sebagai
akibat dari penguasaan bahasa daerah sebagai bahasa pertama. Kesalahan-
kesalahan dalam berbahasa Indonesia secara umum terlihat pada dua hal, yakni
kesalahan dalam ucapan (pelafalan) dan kesalahan dalam penulisan. Sebenarnya,
dalam analisis kesalahan berbahasa kesalahan-kesalahan itu tidak hanya
diklasifikasikan atas dua hal saja.  Kesalahan berbahasa itu meliputi kesalahan
aspek fonologi, morfologi, dan kesalahan pada aspek sintaksis.

Problematika bahasa Indonesia secara umum bersumber dari dua macam


faktor, yakni faktor internal dan faktor ekternal. Problematika ini, baik internal
maupun eksternal, harus disikapi secara arif agar bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang menjadi bahasa yang memiliki kemapanan kaidah, sehingga bahasa.
Indonesia tidak hanya mapan dalam kapasitas fungsinya sebagai sarana komunikasi
antaranggota antarmasyarakat dan sebagai sarana pemersatu bangsa semata, tetapi
lebih dari itu diharapkan bahasa Indonesia mapan sebagai bahasa ilmu pengetahuan
atau bahasa ilmiah.

Salasatu problematika bahasa yang sering dijumpai adalah dalam ranah


fonologi, menurut kbbi fonologi/fo·no·lo·gi/ n bidang dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Kajian fonologi terbagi
menjadi 2 yaitu fonetik dan fonemik, Fonetik adalah studi tentang bunyi dari sudut
hakikat bunyi dalam suatu percakapan dan pengaruh yang diterima oleh pendengar
(bunyi sebagai bahasa), tanpa melihat inti dan arti suatu bunyi dalam suatu bahasa
tertentu.
Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut
fungsinya sebagai pembeda arti (Widi, 2009:03). Fonem adalah satuan bunyi
terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.

B. Metode Penelitian

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan karakteristik


dari suatu populasi atau sebuah fenomena yang menjadi objek penelitian. Metode
penelitian deskriptif lebih fokus pada menjelaskan objek penelitiannya, sehingga
penelitian ini akan menghasilkan jawaban dari sebuah peristiwa yang terjadi.

Penelitian deskriptif memiliki tujuan utama untuk menjelaskan dan


menggambarkan fenomena atau peristiwa yang diteliti. Kriteria yang dimiliki oleh
penelitian deskriptif yaitu masalah yang dirumuskan harus layak untuk diteliti.
Rumusan masalah yang ingin diangkat harus dikaji terlebih dahulu apakah rumusan
masalah tersebut memiliki nilai ilmiah.

Penelitian dengan metode deskriptif juga tidak boleh terlalu luas tujuan
penelitiannya. Tujuannya harus sangat spesifik sehingga hasil dari penelitiannya
lebih fokus. Jika tujuan penelitian deskriptif kurang spesifik, maka bisa jadi
penjelasannya terlalu panjang dan pembahasannya terlalu luas. Selain itu, data yang
digunakan juga berupa fakta, sama dengan jenis penelitian yang lain.

Peneliti yang melakukan penelitian deskriptif harus terjun langsung


kelapangan sehingga bisa melihat dan mendata sendiri data-data penelitian yang
dibutuhkan. Sehingga bisa terlihat apakah benar-benar sesuai fakta, selain itu hal ini
juga lebih mudah untuk peneliti dalam menuangkannya ke dalam laporan
penelitian. Standar pembanding dalam penelitian deskriptif juga harus memiliki
validasi sehingga tidak ada unsur opini.

C. Pembahasan
1. Pengertian Fonologi

Menurut KBBI fonologi /fo·no·lo·gi/ n bidang dalam linguistik yang


menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya Fonologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu phone (bunyi) dan logos (ilmu) sehingga fonologi adalah salah satu
ilmu linguistik mengenai bunyi bahasa secara umum.

Kajian fonologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fonetik dan fonemik.
Fonetik merupakan bagian ilmu fonologi yang membahas tata bunyi bahasa yang
tidak berkaitan dengan pembedaan makna. Artinya, bunyi bahasa tersebut tidak
memiliki fungsi sebagai pembeda makna, seperti pada pengucapan vokal [a, i, u, e,
o], pengucapan konsonan [b, p, g], sedangkan fonemik adalah bagian fonologi yang
membahas tentang tata bunyi bahasa yang berkaitan dengan fungsinya sebagai
pembeda makna (Yuliati, 2018:3–4 ).

Fonologi adalah salah satu bidang linguistik yang mempelajari bunyi-bunyi


bahasa yang biasanya digunakan dalam melakukan komunikasi. Fonologi memiliki
kaitan dengan bunyi-bunyi bahasa yang digolongkan berdasarkan cara dalam
mengucapkannya. Penutur bahasa daerah sering menuturkan bahasa yang
bercampur dengan bahasa lain, seperti bahasa Indonesia. Terdapat beberapa faktor
yang dapat memengaruhi hal tesebut, yaitu kedudukan bahasa daerah dari penutur
tersebut digunakan sebagai bahasa pertama, sedangkan bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa kedua (Wahyuningsih, 2021:47).
Menurut Nafisah (2017:70), fonologi merupakan ilmu bahasa mengenai
bunyi bahasa, baik mengenai pembentukkan bunyi, bunyi yang digunakan sebagai
getaran udara, bunyi yang terdengar maupun mengenai fungsi bunyi dalam
berkomunikasi.

2. Problematika Bahasa Indonesia Dalam Ranah Fonologi

Problematika bahasa Indonesia yang berkaitan dengan aspek fonologi


dan ejaan umumnya meliputi kesalahan dalam ucapan (pelafalan) dan kesalahan
dalam penulisan.
Beberapa contoh gejala penggunaan bahasa Indonesia yang dapat
dipandang sebagai kasus yang bersifat problematik pada aspek fonologi dapat
dipaparkan seperti berikut ini. Menurut Schane (Hardiani, 2019:34–35), bentuk-
bentuk fonologi dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu asimilasi,
proses struktur silabel, pelemahan dan penguatan, dan netralisasi.
Selanjutnya, Setiawati (2016:11–14), proses perubahan fonologi terdiri
dari beberapa bentuk, yaitu aferesis, sinkop, apokop, paragog, monoftongisasi,
dan modifikasi vokal.
Perubahan bunyi merupakan bagian dari fonologi. Menurut Muslich
(2014:243), perubahan bunyi dapat dibedakan menjadi sembilan sebagai berikut.
a) Asimilasi
Asimilasi merupakan perubahan bunyi yang terjadi pada dua bunyi yang
sama menjadi bunyi yang serupa. Hal ini dapat terjadi karena bunyi
bahasa itu diucapkan berurut sehingga dapat memengaruhi satu sama
lain.
b) Disimilasi
Disimilasi merupakan perubahan bunyi yang terjadi pada bunyi yang
sama atau hampir sama menjadi bunyi yang berbeda.
c) Modifikasi vokal
Modifikasi vokal merupakan perubahan bunyi vokal karena adanya
pengaruh dari bunyi lain yang mengikuti.
d) Netralisasi
Netralisasi merupakan perubahan bunyi fonem karena adanya pengaruh
dari lingkungan.
e) Zeroisasi
Zeroisasi merupakan perubahan bunyi dengan menghilangkan bunyi
fonemis karena adanya penghematan dalam pengucapan. Zeroisasi
dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut.
1) Aferesis merupakan proses perubahan kata dengan
menghilangkan satu atau lebih fonem pada bagian awal kata.
2) Apokop merupakan proses perubahan kata dengan
menghilangkan satu atau lebih fonem pada bagian akhir kata.
3) Sinkop merupakan proses perubahan kata dengan
menghilangkan satu atau lebih fonem pada bagian tengah kata.
f) Metatesis
Metatesis merupakan proses perubahan urutan fonem pada suatu kata
menjadi dua bentuk kata yang berlawanan.
g) Diftongisasi
Diftongisasi merupakan proses perubahan bunyi vokal tunggal menjadi
dua bunyi vokal secara berurut.
h) Monoftongisasi
Monoftongisasi merupakan proses perubahan vokal rangkap menjadi
vokal tunggal.
i) Anaptiksis
Anaptiksis merupakan proses perubahan bunyi dengan melakukan
penambahan bunyi vokal tertentu di antara dua konsonan yang bertujuan
untuk memudahkan dalam pengucapan. Anaptiksis dibedakan menjadi
tiga jenis sebagai berikut.
1) Protesis merupakan perubahan bunyi dengan menambahkan atau
membubuhkan bunyi pada awal kata.
2) Epetensis merupakan perubahan bunyi dengan menambahkan
atau membubuhkan bunyi pada bagian tengah kata.
3) Paragog merupakan perubahan bunyi dengan menambahkan
atau membubuhkan bunyi pada bagian akhir kata.
.

3. Contoh Kesalahan Yang Terjadi Dilapangan

Jika kita amati dengan seksama terjadi kesalahan penulisan dalam


spanduk iklan tersebut yaitu dalam penggunaan kata ‘BASO’ kata tersebut
seharusnya ‘BAKSO’ di dalam kbbi bakso adalah makanan terbuat dari daging,
udang, ikan yang dicincang dan dilumatkan bersama tepung kanji dan putih
telur, biasanya dibentuk bulat-bulat, sedangkan baso adalah bakul yang terbuat
dari anyaman pelepah batang sagu.
Dalam problematika bahasa indonesia kesalahan penulisan berikut
termasuk kedalam ranah fonologi yang merupakan penghilangan fonem ‘K’,
oleh karena itu spanduk tersebut salah secara kbbi.

4. Simpulan

Fonologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji


struktur internal bahasa terutama tentang bunyi bahasa yang diucapkan oleh
manusia atau disebut juga dengan fonem. Kesalahan fonologi dalam berbahasa
umumnya berkaitan dengan lisan atau pengucapan sehingga banyak ditemukan
analisis kesalahan fonologi dalam berbahasa pada pengucapan bahasa. Jenis
kesalahan berbahasa secara fonologi di antaranya kesalahan karena berubahnya
bunyi suatu fonem, adanya penambahan atau penghilangan fonem, serta
kesalahan dalam jeda antar kata ataupun kalimat.

Daftar Pustaka

kbbi.web.id . Pengertian fonologi Menurut KBBI. Diakses Pada Tanggal 20 juni


2023, dari https://kbbi.web.id/fonologi

Makalah tentang fonologi. Diakses Pada Tanggal 20 juni 2023, dari


http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUMEDANG/197212262005011002-
PRANA_DWIJA_ISWARA/Tugas%20Kuliah/Kapita%20Selekta%20Bahasa
%20Indonesia/2011/FONOLOGI.pdf

Uny.ac.id .Ppt Kesalahan Berbahasa. Diakses Pada Tanggal 20 juni 2023,


darihttp://staffnew.uny.ac.id/upload/130926849/pendidikan/KESAL.
+Bhs+2012.pdf

Kemdikbud.go.id. Analisis kesalahan fonologi pada program acara. Diakses


Pada Tanggal 20 juni 2023, dari.
https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/loa/article/
download/4591/1802#:~:text=Jenis%20kesalahan%20berbahasa%20secara
%20fonologi,Mantasiah%2C%202020%3A15).

Anda mungkin juga menyukai