Anda di halaman 1dari 27

HISTORICAL LINGUISTIC

Sejarah Linguistik

Sofyan : 20227479007

Nilda Fania : 20227479144

Nadya : 20227479063

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA

2023
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segenap puji hanya bagi Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dalam tugas

penyusunan makalah berjudul "SEJARAH LINGUISTIK," kami merasa sangat bersyukur

atas nikmat-nikmat yang diberikan-Nya, walaupun kita sering lupa akan banyaknya nikmat

tersebut. Semua pujian dan penghargaan tertinggi hanya patut disampaikan kepada Allah,

Tuhan Semesta Alam, atas limpahan rahmat, petunjuk, serta keberkahan-Nya yang tak

terhingga. Berkat-Nya, kami berhasil menyelesaikan tugas ini.

Kami ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan dan kepercayaan besar kepada kami selama proses penyusunan

makalah ini. Dari bantuan dan kerjasama mereka, pencapaian kami dimulai. Semoga makalah

ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang berarti kepada pembaca.

Meskipun kami berusaha keras agar makalah ini bebas dari kekurangan dan

kesalahan, kami sadar bahwa kesempurnaan adalah milik Allah semata. Oleh karena itu, kami

terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini di

masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang membacanya.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

menjadi salah satu aspek kunci yang memungkinkan kita berkomunikasi, bekerja

sama, dan mengidentifikasi diri. Disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada

pemahaman dan analisis bahasa dikenal sebagai linguistik. Bahasa, seperti halnya

masyarakat yang menggunakannya, selalu mengalami perkembangan seiring

berjalannya waktu, dan hal ini juga berlaku untuk Bahasa Indonesia, yang

merupakan bahasa resmi negara ini.

Namun, perlu ditekankan bahwa di Indonesia, studi linguistik pada awalnya

lebih cenderung memusatkan perhatian pada analisis deskriptif dan teoritis bahasa

daripada penelitian sejarah linguistik. Pada tahun 1960-an, kesadaran akan

pentingnya studi linguistik mulai meningkat di Indonesia, namun kajian tentang

aspek sejarah bahasa masih belum mendapatkan perhatian yang memadai.

Sejarah kajian bahasa Indonesia memberikan pandangan yang berharga

tentang perkembangan konsep bahasa serta evolusi aspek-aspek linguistik yang ada

dalam karya-karya para peneliti linguistik. Ini membantu kita untuk memahami

apakah karya-karya linguistik tertentu merupakan inovasi yang benar-benar baru

atau hanya merupakan kelanjutan atau modifikasi dari tradisi yang sudah ada

sebelumnya. Untuk memahami lebih dalam aspek ini, diperlukan kajian dalam
bidang historiografi linguistik yang mampu mengungkap jejak perkembangan studi

bahasa di Indonesia dengan lebih komprehensif.

B. Rumusan Masalah

Dalam konteks ini, beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah:

1. Apa definisi dari linguistik?

2. Bagaimana perkembangan sejarah linguistik di tingkat global?

3. Bagaimana perkembangan sejarah linguistik di Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memahami konsep dasar linguistik.

2. Menggali sejarah perkembangan linguistik di dunia.

3. Menyelidiki sejarah perkembangan linguistik di Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Linguistik

Istilah "linguistik" mempunyai akar kata dari bahasa Latin, yaitu "lingua,"

yang secara harfiah berarti bahasa. Menurut definisi dari Kridalaksana (1993), yang

terdapat dalam kamus linguistiknya, "linguistik" dapat diartikan sebagai sebuah ilmu

yang mengkaji dan mempelajari bahasa atau sebagai penyelidikan ilmiah terhadap

fenomena bahasa. Dalam hal ini, Tarigan (1986) juga memberikan definisi yang

serupa, menjelaskan bahwa linguistik adalah seperangkat pengetahuan yang diperoleh

melalui metode ilmiah dalam mengkaji fenomena bahasa. Penting untuk dicatat

bahwa dalam konteks penyelidikan ilmiah terhadap bahasa, linguistik tidak

membedakan antara satu bahasa dengan bahasa lainnya, sebagai bentuk pengakuan

bahwa prinsip-prinsip linguistik dapat diterapkan secara universal pada berbagai

bahasa yang ada (Hasanan, 1984).

Di dalam bahasa Arab, istilah "linguistik" dikenal sebagai "ilmu lughah." Pada

awalnya, istilah "ilmu lughah" tidak digunakan untuk merujuk kepada linguistik atau

studi bahasa. Sejarah menunjukkan bahwa istilah ini pertama kali digunakan oleh

Ibnu Khaldun dalam karyanya yang terkenal, "Al-Muqaddimah." Dalam konteks Ibnu

Khaldun, istilah ini merujuk kepada ilmu ma'ajim atau lexicology, yang lebih

mengkaji aspek-aspek leksikal dalam bahasa. Kemudian, istilah "ilmu lughah" juga

digunakan oleh As Suyuthi dalam judul bukunya, "Al-Mazhar Fi Ulumil Lughah wa


Anwa’uha," dan dalam konteks ini, ia juga lebih berkaitan dengan lexicology (dalam

Hasanin, 1984).

Secara umum, dalam komunitas internasional, istilah "linguistik" dapat

didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bahasa manusia atau sebagai ilmu yang

menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Atau dengan lebih tepat, seperti yang

dikemukakan oleh Martiner (1987:19), linguistik adalah studi ilmiah mengenai bahasa

manusia. Istilah "linguistik" memiliki padanan dalam beberapa bahasa, seperti

"linguistic" dalam bahasa Inggris, "linguistique" dalam bahasa Perancis, dan

"linguistiek" dalam bahasa Belanda. Semua istilah ini memiliki akar kata yang sama

dari bahasa Latin, yaitu "lingua," yang berarti "bahasa."

Perlu dicatat bahwa dalam bahasa Perancis, terdapat dua istilah yang memiliki

makna yang berbeda. "Langue" merujuk kepada bahasa tertentu, seperti bahasa

Inggris, bahasa Jawa, atau bahasa Perancis itu sendiri. Sementara itu, "langage"

merujuk kepada bahasa secara umum, dan "parole" merujuk kepada bahasa dalam

bentuk konkret yang nyata, seperti ujaran. Hal ini menggambarkan perbedaan antara

bahasa sebagai sistem (langue) dan bahasa dalam penggunaan sehari-hari (parole)

(paraphrasing dan perpanjangan paragraf).

B. Sejarah Linguistik

Sejarah linguistik adalah disiplin ilmu yang memeriksa pemikiran masa lalu tentang bahasa,

berbagai disiplin ilmu yang disebut "linguistik" di masa lalu, serta teks-teks yang merekam

pemikiran tersebut. Ini adalah cabang dari sejarah intelektual karena melibatkan pemahaman

sejarah ide-ide tentang bahasa, bukan hanya bahasa itu sendiri. Meskipun sejarawan
linguistik memiliki kesamaan dengan sejarawan intelektual dalam hal ini, mereka lebih fokus

pada sejarah ide-ide linguistik.

Para sejarawan linguistik sering bekerja di departemen linguistik atau bahasa, meskipun

subjek mereka berbeda dari sejarah politik atau filsafat yang lebih umum diamati oleh

sejarawan intelektual. Mereka mengkaji bagaimana bahasa dipengaruhi oleh kognisi manusia

dan berusaha untuk menghapus fenomena dunia nyata melalui pemahaman tentang bahasa.

Dalam konteks sejarah linguistik, masalah yang sering diidentifikasi oleh ahli bahasa

meliputi:

Asal Mula Bahasa: Studi tentang bagaimana bahasa pertama kali muncul di kalangan

manusia dan bagaimana perkembangannya terjadi.

Sifat Tanda Linguistik: Pemahaman tentang bagaimana bahasa menggunakan tanda

linguistik, seperti kata-kata dan struktur kalimat, untuk menyampaikan makna.

Hubungan Antara Bahasa, Pemikiran, dan Realitas: Mempertimbangkan bagaimana bahasa

mempengaruhi cara kita berpikir dan memahami dunia di sekitar kita, serta sebaliknya.

Hubungan Antara Suara dan Makna: Studi tentang bagaimana suara-suara dalam bahasa

(fonem) dikaitkan dengan makna dalam berbagai kata dan kalimat.

Penyebab Perubahan Bahasa: Memahami faktor-faktor yang menyebabkan bahasa berubah

seiring waktu, termasuk pengaruh sosial, budaya, dan sejarah.

Analisis dan Deskripsi Struktur Linguistik: Menyelidiki struktur internal bahasa, seperti tata

bahasa, sintaksis, fonologi, dan morfologi.

Sejarawan linguistik berkontribusi pada pemahaman kita tentang bagaimana bahasa

berkembang, bagaimana itu berdampak pada cara kita berinteraksi dan memahami dunia, dan

bagaimana bahasa itu sendiri dapat dijelaskan dan dianalisis sebagai sistem kompleks.

1. Linguistik Tradisional
Pada Zaman Yunani Kuno, terdapat berbagai perdebatan dan pertentangan konsep dalam

kajian bahasa yang sangat dipengaruhi oleh ciri dan dasar filsafat yang mendominasi

pemikiran pada masa tersebut. Beberapa pertentangan konsep utama yang muncul adalah

sebagai berikut:

Pertentangan antara Fisis dan Nomos:

Dalam konteks ini, "Fisis" mengacu pada pandangan bahwa bahasa memiliki akar yang

alami, terhubung dengan prinsip-prinsip pribadi, dan bersifat tidak dapat diganti. Pandangan

ini menyatakan bahwa bahasa adalah manifestasi alamiah dari pemikiran manusia. Di sisi

lain, "Nomos" mengacu pada pandangan bahwa bahasa berasal dari kebiasaan dan tradisi

manusia, serta sifatnya tidak tetap dan dapat berubah seiring waktu. Pandangan ini

menganggap bahasa sebagai produk dari konvensi manusia.

Pertentangan antara Analogi dan Anomali:

Dalam konteks ini, "Analogi" mengacu pada bahasa yang memiliki struktur teratur dan

mengikuti aturan yang konsisten. Bahasa yang bersifat analogi adalah bahasa yang sistematis

dalam penggunaannya. Di sisi lain, "Anomali" mengacu pada bahasa yang tidak mengikuti

aturan tertentu, sehingga cenderung tidak teratur atau tidak sistematis.

Dalam periode Zaman Yunani Kuno ini, terdapat beberapa pemikir yang memiliki kontribusi

signifikan dalam kajian bahasa:

Kaum Shopis:

Kaum Shopis melakukan penelitian bahasa dengan pendekatan empiris. Mereka

menggunakan metode pengukuran tertentu dan memberikan penekanan pada aspek retorika
dalam studi bahasa. Kaum Shopis juga memiliki kemampuan untuk membedakan kalimat

berdasarkan isi dan makna, yang merupakan kontribusi penting dalam perkembangan

pemahaman tentang bahasa.

Plato:

Plato terlibat dalam debat seputar konsep analogi dan anomali. Dia kemudian

mengembangkan konsep bahwa bahasa adalah ekspresi pemikiran manusia melalui kata

(onomatha) dan frasa (rhemata). Plato juga menjadi tokoh yang pertama kali membedakan

antara "onoma" (nama, dalam bahasa sehari-hari) dan "nomina" (nama, dalam tata bahasa),

yang merujuk pada subjek. Sementara itu, "rhema" adalah ucapan (dalam bahasa sehari-hari)

atau verba (dalam tata bahasa), yang merujuk pada predikat.

Aristoteles:

Aristoteles membagi kata-kata ke dalam tiga kategori utama, yaitu onoma, rhema, dan

syndesmoy. "Syndesmoy" merujuk pada preposisi dan konjungsi. Aristoteles juga melakukan

kategorisasi kata berdasarkan jenis kelamin menjadi tiga, yaitu maskulin, feminin, dan

neutrum.

Kaum Stoik:

Kaum Stoik mengembangkan pendekatan kajian bahasa yang mencakup berbagai aspek

penting. Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan tata bahasa, menciptakan istilah

khusus dalam tata bahasa, dan membagi studi bahasa menjadi tiga komponen utama: tanda

(sign, symbol, semiotika), makna, dan aspek-aspek di luar bahasa. Kaum Stoik juga

membedakan antara "legein" (bunyi fonologi yang memiliki makna) dan "propheral" (bunyi

bahasa yang memiliki makna).


Pemikiran dan kontribusi dari pemikir-pemikir ini menjadi landasan penting dalam

perkembangan studi bahasa selanjutnya dan membantu membentuk pemahaman kita tentang

bahasa pada masa kuno.

Kaum Stoik dan Kaum Alexandrian memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan

klasifikasi kata dan studi tata bahasa pada masa kuno:

Kaum Stoik:

Kaum Stoik mengklasifikasikan jenis kata menjadi empat bagian yang menjadi dasar struktur

tata bahasa pada zamannya. Klasifikasi ini mencakup:

Kata Benda: Merujuk pada kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan objek atau benda

konkret.

Kata Kerja: Merujuk pada kata-kata yang menggambarkan aksi atau keadaan, dan merupakan

inti dalam pembentukan kalimat.

Syndesmoi (Preposisi dan Konjungsi): Merujuk pada kata-kata yang digunakan untuk

menghubungkan kata-kata lain dalam kalimat, seperti kata depan (preposisi) dan kata

sambung (konjungsi).

Arthron: Merupakan kategori kata yang menunjukkan kata-kata lain yang memiliki fungsi

khusus dalam kalimat, seperti artikel dan kata-kata penentu lainnya.

Selain itu, kaum Stoik juga membedakan kata kerja menjadi dua jenis, yaitu kata kerja

komplit dan tak komplit, serta kata kerja aktif dan pasif. Klasifikasi ini membantu dalam

pemahaman tentang bagaimana kata-kata bekerja dalam konteks kalimat.


Kaum Alexandrian:

Kaum Alexandrian menciptakan buku penting yang disebut "Dionysius Thrax," yang

memiliki peran sentral dalam perkembangan tata bahasa tradisional pada masa itu. Buku ini

tidak hanya menyediakan panduan mengenai tata bahasa Yunani, tetapi juga membantu

membangun dasar-dasar studi tata bahasa secara umum.

Penciptaan buku Dionysius Thrax oleh kaum Alexandrian menjadi tonggak penting dalam

pemahaman dan dokumentasi tentang struktur bahasa pada masa itu. Buku ini membantu

dalam memantapkan konsep-konsep tata bahasa yang menjadi dasar bagi perkembangan studi

bahasa selanjutnya.

Sebagai tambahan, pemikiran dan kontribusi dari kedua kelompok ini memberikan landasan

penting dalam pengorganisasian dan klasifikasi elemen-elemen bahasa, yang masih

memengaruhi studi linguistik hingga saat ini.

Zaman Romawi

Pada zaman Romawi, studi bahasa Latin mengalami perkembangan yang signifikan dan

mendalam. Dua tokoh utama yang berkontribusi pada perkembangan ini adalah Varro dan

penulis buku tata bahasa Priscia:

Varro dan "De Lingua Latina":

Varro adalah salah satu tokoh penting pada masa Romawi yang membuat kontribusi besar

dalam pemahaman tentang bahasa Latin. Karya utamanya yang berjudul "De Lingua Latina"

membahas beberapa aspek penting dalam studi bahasa, di antaranya:


Etimologi: Varro mempelajari asal-usul kata-kata dalam bahasa Latin beserta maknanya. Ini

membantu dalam melacak akar kata dan sejarah perkembangan kata-kata dalam bahasa

tersebut.

Morfologi: Dalam bukunya, Varro membahas struktur kata dalam bahasa Latin, termasuk

pembentukan kata-kata dan pembahasan mengenai deklinasi. Deklinasi adalah perubahan

bentuk kata-kata berdasarkan kategori seperti kasus, jumlah, dan jenis. Varro membagi

deklinasi menjadi dua jenis, yaitu naturalis dan voluntaris, yang membantu dalam

pemahaman lebih lanjut tentang tata bahasa Latin.

"Institutiones Grammaticae" (Tata Bahasa Priscia):

Buku Priscia, yang berjudul "Institutiones Grammaticae," merupakan salah satu karya tata

bahasa Latin yang paling lengkap pada masanya. Buku ini memiliki peran sentral dalam

pengembangan tata bahasa tradisional dan isinya mencakup beberapa aspek penting,

termasuk:

Fonologi: Buku ini menjelaskan istilah "Litterae," yang merujuk pada bagian terkecil dari

bunyi yang dapat diartikan dalam bahasa Latin. Pemahaman mengenai fonologi penting

dalam analisis dan transkripsi kata-kata.

Morfologi: Priscia membahas istilah "Dictio," yang merujuk pada bagian terkecil dari ujaran

yang harus diartikan secara terpisah dalam makna sebagai satu keseluruhan. Ini membantu

dalam pemahaman tentang bagaimana kata-kata terbentuk dan digunakan dalam kalimat.

Sintaksis: Buku ini juga menjelaskan istilah "Oratio," yang merujuk pada tata susunan kata

dalam kalimat Latin yang menunjukkan bagaimana kalimat tersebut dibentuk dan disusun.
Kontribusi Varro dan buku Priscia dalam studi tata bahasa Latin memiliki dampak yang

berkelanjutan dalam pemahaman tentang bahasa Latin dan membantu membentuk dasar-

dasar studi bahasa selanjutnya.

Zaman Renaissance

Zaman Renaisans memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan pemikiran

modern dalam studi linguistik. Ini adalah periode di mana banyak sarjana Eropa mulai

memperoleh penguasaan yang mendalam atas berbagai bahasa klasik seperti Yunani, Ibrani,

Latin, dan bahasa Arab. Pada masa ini, terjadi perkembangan signifikan dalam penelitian

linguistik dan perbandingan bahasa-bahasa tersebut. Berikut adalah beberapa poin kunci

tentang peran Zaman Renaisans dalam perkembangan studi linguistik:

Penguasaan Bahasa Klasik: Salah satu ciri utama Zaman Renaisans adalah revival

(kebangkitan) minat terhadap karya-karya sastra dan ilmiah klasik, terutama karya-karya

bahasa seperti karya-karya sastra Yunani, Ibrani, dan Latin. Sarjana-sarjana Renaisans seperti

Erasmus, Melanchthon, dan Reuchlin memperoleh penguasaan yang mendalam atas bahasa-

bahasa ini dan menyelidiki teks-teks klasik.

Perbandingan Bahasa-Bahasa Klasik: Pada masa ini, para sarjana mulai membandingkan

bahasa-bahasa klasik, mencari persamaan dan perbedaan antara struktur dan tata bahasa

bahasa-bahasa tersebut. Ini merupakan langkah awal dalam perkembangan studi

perbandingan bahasa dan linguistik kontrastif.

Pengembangan Tata Bahasa: Beberapa sarjana Renaisans, seperti Lorenzo Valla, membuat

kontribusi dalam pengembangan tata bahasa Latin. Valla, misalnya, memperkenalkan konsep
"analisis" dalam tata bahasa, yang membantu dalam pemahaman lebih baik tentang struktur

bahasa.

Penerjemahan Teks Klasik: Zaman Renaisans juga dikenal karena usaha besar dalam

menerjemahkan teks-teks klasik ke dalam bahasa-bahasa Eropa modern. Hal ini membantu

penyebaran pengetahuan tentang bahasa dan sastra klasik kepada khalayak yang lebih luas.

Pentingnya Pemikiran Linguistik: Meskipun Zaman Renaisans tidak menciptakan disiplin

linguistik modern, era ini memberikan fondasi bagi pengembangan pemikiran linguistik di

masa mendatang. Sarjana-sarjana pada masa itu memainkan peran penting dalam

merumuskan pertanyaan-pertanyaan dasar tentang bahasa dan makna.

Zaman Renaisans dapat dianggap sebagai periode awal dalam pengembangan linguistik

modern. Perhatian terhadap bahasa-bahasa klasik, perbandingan bahasa, dan pengembangan

tata bahasa telah membantu membentuk landasan bagi studi linguistik yang lebih mendalam

dan ilmiah di masa-masa berikutnya.

Linguistik Bahasa Ibrani dan Bahasa Arab

Penelitian dalam bidang linguistik bahasa Ibrani dan bahasa Arab pada masa tersebut

memang memiliki relevansi yang besar karena kedua bahasa ini memiliki peran yang sangat

penting dalam agama Islam dan agama Yahudi. Mari kita perluas dan perjelas beberapa poin

penting dalam konteks penelitian linguistik bahasa Ibrani dan bahasa Arab pada periode

tersebut:

Linguistik Bahasa Ibrani:

Pada periode tersebut, Johannes Reuchlin menerbitkan buku berjudul "De Rudimentis

Hebraicis," yang merupakan salah satu sumbangan awal dalam studi linguistik bahasa Ibrani.

Dalam bukunya, Reuchlin membahas tentang penggolongan kata dalam bahasa Ibrani. Ini
merupakan langkah awal dalam memahami struktur bahasa Ibrani dan membuka jalan bagi

penelitian lebih lanjut tentang bahasa ini. Pentingnya penelitian bahasa Ibrani terutama

berkaitan dengan pemahaman yang lebih baik tentang teks-teks Alkitab Ibrani, yang

merupakan salah satu teks paling berpengaruh dalam sejarah agama Yahudi dan Kristen.

Linguistik Bahasa Arab:

Dalam studi linguistik bahasa Arab pada periode ini, terdapat dua aliran utama, yaitu aliran

Basrah dan aliran Kufah. Aliran Basrah meyakini bahwa bahasa Arab adalah sistem yang

teratur atau regular (analogi), yang berarti bahwa bahasa ini mengikuti aturan tertentu dan

memiliki pola yang konsisten. Di sisi lain, aliran Kufah berpendapat bahwa bahasa Arab

bersifat tidak teratur atau ireguler, yang berarti bahwa bahasa ini memiliki banyak

perkecualian dan pola yang tidak selalu mengikuti aturan.

Dalam konteks ini, dua tokoh penting adalah Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi, yang menulis

buku "Kitab al Ayn," dan Sibawaih, yang terkenal dengan karyanya "Al-Kitab." Keduanya

memiliki pengaruh besar dalam perkembangan linguistik bahasa Arab. Al-Khalil bin Ahmad

Al-Farahidi adalah seorang lexicographer dan ahli tata bahasa Arab yang bekerja pada abad

ke-8 Masehi. Karyanya "Kitab al Ayn" merupakan salah satu kamus pertama dalam sejarah

bahasa Arab. Sibawaih, di sisi lain, dikenal sebagai salah satu tokoh terbesar dalam studi tata

bahasa Arab. Karyanya "Al-Kitab" menjadi salah satu referensi penting dalam tata bahasa

bahasa Arab dan memainkan peran besar dalam mengembangkan pemahaman tentang bahasa

Arab di masa itu.

Kesimpulannya, penelitian dalam bidang linguistik bahasa Ibrani dan bahasa Arab pada

periode tersebut sangat penting karena keduanya memiliki hubungan yang erat dengan agama

dan budaya. Upaya pemahaman lebih baik terhadap struktur bahasa ini membantu dalam
interpretasi teks-teks agama dan sastra, serta membuka jalan bagi perkembangan ilmu

linguistik yang lebih luas.

Abad 18/19

Pada abad ke-18 dan ke-19, minat terhadap asal usul bahasa dan asal usul bahasa

manusia mengalami peningkatan yang signifikan. Beberapa perkembangan penting dalam

bidang linguistik dan pemahaman asal usul bahasa pada periode ini adalah sebagai berikut:

Pandangan Herder: Herder, seorang pemikir Jerman, mengemukakan pandangan yang

berbeda dari pandangan para ahli tata bahasa Port Royal. Dia menekankan pentingnya

paralelisme dalam perkembangan bahasa dan pemikiran praktis manusia. Herder juga

memahami bahwa bahasa adalah cerminan dari pengalaman dan budaya penuturnya.

Pandangannya ini mendukung konsep bahwa setiap bahasa memiliki nilai dan ekspresi yang

unik.

Sir William Jones dan Bahasa Sanskerta: Pada tahun 1786, Sir William Jones

menghubungkan bahasa Sanskerta yang digunakan dalam teks-teks India kuno dengan

banyak bahasa Jermanik modern (Indo-Eropa). Temuan ini menjadi titik awal pengembangan

studi bahasa sejarah komparatif. Jones mengemukakan hipotesis bahwa banyak bahasa di

dunia berasal dari bahasa proto-Indo-Eropa yang lebih tua.

Toilet. Humboldt: Alexander von Humboldt adalah seorang ahli bahasa yang

menekankan bahwa perbedaan bahasa mencerminkan pengalaman unik dan pemikiran

penuturnya. Dia melihat bahasa sebagai sumber kreativitas yang luar biasa, dan meskipun
para ahli bahasa dapat memberikan penjelasan tentang bahasa, penjelasan tersebut tidak akan

pernah menangkap seluruh gagasan yang terkandung dalam bahasa. Humboldt juga

menciptakan sistem klasifikasi jenis-jenis bahasa yang membedakan antara isolasi,

penerjemahan, integrasi, dan integrasi bahasa. Sistem klasifikasi ini membantu memahami

keragaman struktural bahasa.

Pentingnya pandangan-pandangan ini adalah bahwa mereka membantu mengubah

pemahaman tentang bahasa dan asal usulnya. Mereka mendukung ide bahwa bahasa adalah

produk dari pengalaman budaya dan pemikiran manusia, dan penelitian lebih lanjut dalam

bidang ini mengarah pada perkembangan teori-teori penting dalam linguistik modern.

Zaman pertengahan

Periode awal abad pertengahan memang sangat dipengaruhi oleh upaya para

misionaris Kristen, yang melakukan berbagai terjemahan Alkitab dan menyebarkannya

sebagai bagian dari upaya penyebaran agama Kristen. Hal ini menghasilkan banyak

terjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa lokal, yang pada gilirannya membantu dalam

pemahaman dan dokumentasi bahasa-bahasa tersebut. Perkembangan tata bahasa juga mulai

terjadi pada periode ini.

Pada abad ke-12 (setelah tahun 1100), terjadi perkembangan dalam studi tata bahasa,

yang berusaha menggambarkan bahasa sebagai cermin dari realitas. Tradisi skolastik, yang

merupakan bentuk filsafat yang berupaya menggabungkan pemikiran Kristen dengan filsafat

Aristotelian, memainkan peran penting dalam perkembangan ini. Para pendukung tata bahasa

dalam tradisi skolastik dikenal sebagai modistae, karena mereka mencoba menjelaskan tata

bahasa dari segi makna.

Beberapa konsep penting yang berkembang pada masa ini mencerminkan hubungan

antara unsur-unsur bahasa yang kreatif, seperti:


A. Prinsip Kecanduan (Dependency Principle): Konsep ini mengatur hubungan antara unsur-

unsur dalam bahasa. Misalnya, klausa bawahan harus digabungkan dengan kalimat terbatas,

artikel tidak muncul tanpa kata benda, dan sebagainya.

B. Pidato Resmi (Government of Words): Konsep ini mengatur hubungan antara preposisi

dan objeknya. Preposisi memerlukan objek tertentu agar sebuah konstruksi gramatikal.

C. Transitivitas: Konsep ini mengklasifikasikan kata kerja berdasarkan jumlah elemen

sintaksis yang mereka butuhkan untuk menjadi lengkap. Kata kerja intransitif hanya

memerlukan satu tambahan untuk menjadi lengkap, sementara kata kerja transitif

memerlukan dua elemen lagi untuk menjadi lengkap.

Perkembangan konsep-konsep ini membantu dalam pemahaman dan analisis tata bahasa pada

masa awal abad pertengahan dan menjadi landasan bagi perkembangan lebih lanjut dalam

studi bahasa dan tata bahasa.

Tata Bahasa Tradisional

Tradisi linguistik Yunani kuno dan Romawi memang memiliki dampak yang

mendalam pada perkembangan filsafat bahasa tradisional, yang bahkan masih relevan hingga

saat ini, terutama dalam konteks pengajaran bahasa klasik. Pemikiran berani yang

diungkapkan oleh para pemikir utama dari masa itu telah membentuk landasan yang kokoh

bagi analisis bahasa dan pemahaman bahasa. Mereka memberikan definisi berbagai jenis

tuturan yang dianggap sebagai paradigma, dan aspek-aspek mendasar dari bahasa yang

mereka bahas masih menjadi fokus studi bahasa sampai hari ini.
Namun, penting untuk diingat bahwa bahasa adalah fenomena yang sangat kompleks

dan bervariasi. Setiap bahasa, bahkan yang berasal dari tradisi yang sama, dapat memiliki

perbedaan signifikan dalam struktur dan fitur linguistiknya. Dalam pengembangan linguistik

modern, kita juga telah menyadari bahwa pendekatan yang bekerja untuk bahasa Yunani atau

Latin tidak selalu dapat diterapkan dengan sempurna pada bahasa-bahasa modern yang

memiliki sistem yang berbeda.

Meskipun demikian, studi tentang pengaruh tradisi linguistik Yunani dan Romawi

dalam bahasa-bahasa modern, seperti bahasa Inggris, telah membantu kita memahami lebih

baik asal-usul struktur bahasa dan sejarah linguistik. Sementara kita tidak selalu dapat

mengaplikasikan gagasan-gagasan tersebut secara langsung, kita tetap dapat menghargai

warisan intelektual dari masa lalu sambil mengembangkan pendekatan yang lebih kontekstual

dan relevan untuk bahasa-bahasa modern. Dalam hal ini, penelitian linguistik terus berperan

penting dalam menjelaskan kerumitan dan keragaman bahasa di seluruh dunia.

B. Linguistik Strukturalis

Linguistik strukturalis merupakan tonggak penting dalam perkembangan studi bahasa

modern yang dimulai pada tahun 1857 oleh Ferdinand de Saussure, yang sering dianggap

sebagai bapak Linguistik Modern. Saussure membawa kontribusi signifikan dalam

pemahaman tentang bahasa dan menciptakan fondasi bagi pendekatan strukturalis dalam

studi linguistik. Buku utamanya, "Course de Linguistique Generale," memperkenalkan empat

konsep kunci yang membentuk dasar pemikiran linguistik modern.

Pertama, Saussure membedakan antara penelitian bahasa secara sinkronik (pada satu titik

waktu tertentu) dan diakronik (melalui perubahan sejarah). Ini membantu para peneliti untuk

memahami bagaimana bahasa berfungsi pada suatu waktu dan bagaimana bahasa telah

berubah dari masa ke masa.


Kedua, Saussure memperkenalkan perbedaan antara Langue, yang merupakan sistem bahasa

yang abstrak, dan Parole, yang merupakan penggunaan konkret bahasa dalam komunikasi

sehari-hari. Ini menggarisbawahi pentingnya memahami bagaimana bahasa beroperasi

sebagai suatu sistem, bukan sekadar kumpulan kata-kata.

Ketiga, Saussure menggambarkan bahasa sebagai sistem tanda linguistik yang terdiri dari

signifiant (kesan bunyi) dan signifie (kesan makna). Ini membantu kita memahami

bagaimana kata-kata terhubung dengan konsep atau makna tertentu.

Keempat, Saussure memperkenalkan konsep hubungan Sintagmatik (urutan dalam kalimat)

dan Paradigmatik (hubungan dengan kata-kata pengganti) dalam bahasa. Ini membantu para

peneliti memahami bagaimana kata-kata dan struktur kalimat saling terkait dalam bahasa.

Selama perkembangan ilmu linguistik, Aliran Praha pada tahun 1926 juga

memberikan kontribusi penting, dengan melibatkan tokoh-tokoh seperti Vilem Mathesius,

Nikolai S. Trubetskoy, Roman Jakobson, dan Morris Halle. Mereka membantu

mengklasifikasikan perbedaan antara fonetik dan fonologi secara lebih jelas.

Di Amerika, Leonard Bloomfield dan para rekan-rekannya mengembangkan aliran

linguistik struktural Amerika yang menekankan pendekatan empiris dan penolakan terhadap

pendekatan mentalistik dalam studi bahasa. Mereka menekankan pentingnya penelitian

bahasa yang dapat diamati secara empiris dan mengabaikan makna atau arti dalam kajian

linguistik. Para ahli linguistik Amerika ini tergabung dalam The Linguistics Society of

America dan menghasilkan penelitian yang signifikan yang dipublikasikan dalam majalah

"Language."

Pemikiran Saussure dan perkembangan aliran linguistik strukturalis memainkan peran

sentral dalam perkembangan studi bahasa modern, membantu kita memahami kompleksitas
dan struktur bahasa serta memberikan dasar bagi pendekatan linguistik yang lebih

kontekstual dan ilmiah.

C. Perkembangan Linguistik di Indonesia

Pengembangan teori linguistik di Indonesia telah mengalami sejumlah tahap penting

yang sangat dipengaruhi oleh kontribusi linguistik Barat, terutama dari Eropa dan Amerika.

Para linguis Indonesia telah menggali pengetahuan mereka tentang linguistik dari sumber-

sumber Barat, dan ini telah membentuk landasan perkembangan studi bahasa di Indonesia.

Pada akhir abad ke-19, konsep tata bahasa Indonesia umumnya terkait dengan kelas

kata, dan banyak buku tata bahasa yang membahas masalah ini. Pengaruh kuat tata bahasa

tradisional model Yunani dan Latin dapat dirasakan dalam pemahaman tentang bahasa pada

periode ini.

Kemudian, pada tahun 1940-an hingga 1960-an, karya-karya kebahasaan di Indonesia

dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tata bahasa pedagogis yang digunakan dalam

pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dan tata bahasa teoretis. Pada periode ini, teori

linguistik banyak diadopsi dari Barat, dan ini mempengaruhi perkembangan studi bahasa di

Indonesia.

Antara tahun 1970-an hingga 1980-an, teori linguistik di Indonesia mencakup

penerapan teori aliran Leiden dan teori Transformasi-Generatif (TG). Beberapa sarjana

Indonesia mulai menerapkan teori deskriptif Leiden, sementara lainnya, seperti Samsuri,

beralih ke TG setelah sebelumnya mengikuti aliran Neo-Bloomfieldian. Periode ini juga

melihat perkembangan dalam bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis.

Pada tahun 1980-an hingga 1990-an, perkembangan teori linguistik di Indonesia

menjadi sintesis dari berbagai teori yang ada. Penelitian dalam bidang pragmatik mulai
mendapatkan perhatian yang lebih besar. Kridalaksana, salah satu linguis terkemuka

Indonesia, berusaha membangun teori sintaksis yang mencampurkan elemen-elemen dari

berbagai aliran, terutama fungsionalisme. Pengenalan konsep wacana sebagai satuan terbesar

dalam hierarki gramatikal juga menjadi salah satu kontribusi signifikan pada periode ini.

Perkembangan dalam bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis di Indonesia

mencakup masuknya konsep fonem, morfem, serta pengenalan konsep hierarki gramatikal

dalam linguistik Indonesia. Seiring berjalannya waktu, perkembangan linguistik di Indonesia

semakin berkembang dengan munculnya berbagai bidang dan pendekatan kajian linguistik

yang dilakukan di berbagai universitas di Indonesia. Salah satu tren terbaru adalah penelitian

yang berorientasi pada eksplorasi pragmatik bahasa Indonesia.

Kondisi perkembangan linguistik di Indonesia saat ini sangat dinamis, dengan

banyaknya penelitian dan eksplorasi baru dalam berbagai bidang kajian linguistik. Hal ini

mencerminkan komitmen para peneliti bahasa Indonesia untuk terus memperkaya

pemahaman tentang bahasa, baik dalam konteks lokal maupun global.


BAB III

Kesimpulan

Dalam bab ini, kita telah menjelajahi sejarah linguistik dengan fokus pada dua aspek

utama: linguistik tradisional dan linguistik strukturalis. Linguistik tradisional mencakup

masa-masa awal pemikiran tentang bahasa, seperti zaman Yunani Kuno, Romawi, dan

Renaisans, serta perkembangan linguistik dalam bahasa Ibrani dan Arab.

Di sisi lain, linguistik strukturalis membawa kita ke pemikiran modern tentang

bahasa, dengan penekanan pada deskripsi bahasa berdasarkan karakteristik uniknya. Tokoh-

tokoh seperti Ferdinand de Saussure, Bloomfield, dan linguis Amerika memainkan peran

penting dalam pengembangan linguistik strukturalis.

Kemudian, kita juga telah melihat perkembangan linguistik di Indonesia, yang

dipengaruhi oleh teori-teori dari Barat. Dari penggunaan teori Leiden hingga teori

Transformasi-Generatif (TG), serta perkembangan dalam bidang fonologi, morfologi,

sintaksis, dan pragmatik. Perkembangan linguistik di Indonesia terus berkembang dengan

banyaknya penelitian dan eksplorasi baru dalam berbagai bidang kajian linguistik.
Dengan demikian, pemahaman sejarah linguistik di dunia dan Indonesia

memungkinkan kita untuk menghargai evolusi pemikiran tentang bahasa dan bagaimana itu

mempengaruhi pemahaman kita tentang bahasa saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Khusniyah (2020). Mengenal Linguistik, Insight Mediatama

Kuntoro, E. (2017). Telaah Linguistik Untuk Guru Bahasa, Universitas Jambi

Siminto (2013). Pengantar Linguistik, Cipta Prima Nusantara Semarang, CV.


Score Plagiarism Checker :

Resume :

Dari 4x pengambilan skor dimana nilainya masing - masing adalah 6%, 4%, 0, dan 0. maka

rata - rata persentase plagiarism score makalah kami adalah 2,5 % sehingga memenuhi

kriteria maksimal plagiarism score sebesar 20%.

Anda mungkin juga menyukai