Anda di halaman 1dari 19

1

PROPOSAL SKRIPSI

DIALEK BAHASA DAYAK DI KECAMATAN TABANG


KAJIAN DIALEKTOLOGI

diajukan untuk memenuhi syarat

melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi

Oleh

MEIKE APRIANA SARI


NIM 1514015086
Sastra Indonesia 2015

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2019

DAFTAR ISI
1

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................2

1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka................................................................................................4

2.2 UraianTeori.....................................................................................................5

2.2.1 Dialektologi.............................................................................................6

2.2.2 Dialek.......................................................................................................7

2.2.3 Dialektolog Diakronis..............................................................................8

2.3 Kerangka Berpikir........................................................................................10

2.4 Definisi Konseptual......................................................................................11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................12

3.2 Pendekatan Penelitian...................................................................................12

3.3 Data dan Sumber Data..................................................................................12

3.4 Waktu dan Lokasi Penelitian........................................................................14

3.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................15

3.6 Teknik Analisis Data.....................................................................................17


DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi yang penting


dalam kehidupannya. Dengan bahasa manusia dapat mengungkapkan perasaan,
pikiran, dan kemauannya kepada anggota kelompok sosial. Dengan bahasa pula
manusia dapat bergaul dengan sesama manusia sehingga bahasa sebagai sarana
komunikasi memungkinkan terjadinya suatu sistem sosial dalam masyarakat.

Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari selalu menggunakan bahasa dalam


menyampaikan pesan untuk orang lain. Dengan demikian, setiap masyarakat
dipastikan memiliki dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Tidak ada
masyarakat tanpa bahasa dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat.

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol


bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bahasa juga merupakan alat
ekspresi diri sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri.
Bahasa Indonesia memiliki keragaman suku dan bahasa, dengan bahasa Indonesia
sebagai bahasa Nasional. Salah satu di antaranya adalah suku Dayak yang
mempunyai bahasanya tersendiri. Suku dayak terbagi lagi ke dalam sub-sub
dengan bahasa yang berbeda seperti yang ada di Kecamatan Tabang, Kalimantan
Timur.

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan suku dan budaya.
Setiap suku memiliki budaya dan bahasa yang berbeda salah satu suku Dayak.
Suku Dayak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang yang berada
di Kalimantan Timur menggunakan bahasa Dayak sebagai alat komunikasi. Nama
ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku
bangsa yang bermukim dan berasal dari daerah Apo Kayan. Suku dayak ini
terbagi menjadi beberapa bagian yaitu, suku dayak kenyah, suku dayak benuaq,
suku dayak tunjung, suku bentian, suku dayak punan, suku dayak modang, suku

1
dayak basap, suku dayak kayan, dan masih banyak suku dayak yang lainnya.
Mulai dari bahasa, adat, dan kebudayaan yang berbeda. Karena penelitian
dialektologi yang menggunakan pemetaan dalam peneltian tersebut sangat
menarik untuk diteliti meskipun untuk para peneliti, dan untuk mengetahui
keberadaan dialek-dialek apa saja yang berda di Kecamatan Tabang ini.

Alasan ingin meneliti penelitian ini dengan menggunakan tinjauan


dialektologi karena ingin mengetahui apa saja yang berbeda dari bahasa-bahasa
suku dayak tersebut dan bagaimana pengucapan suku kata yang diucapkan dari
suku dayak ini. Karena suku dayak yang berada di Kecamatan Tabang tidak hanya
satu dayak lepoq kenyah saja tetapi ada juga dayak lepoq tew, dayak lepoq timei,
dayak modang, dayak kayan, dayak punan. Suku Dayak merupakan penduduk asli
di Kalimatan Timur maka dari itu peneliti ingin lebih memperkenalkan suku
Dayak terutama dari segi bahasa. Terlebih lagi banyak masyarakat Indonesia yang
belum terlalu mengenal suku dayak, meskipun suku dayak merupakan suku
penduduk asli kalimantan timur namun kebanyakan suku pendatang sedangkan
masyarakat dayak merada di pedalaman.

Perbedaan suku-suku dan jenis bahasa yang berbeda inilah yang membuat
ketertarikan untuk menelitinya meskipun umumnya sama-sama dayak tetapi
bahasa antara desa dengan desa yang lain berbeda dialeknya. Agar peneliti tahu
letak suku dayak yang satu dengan suku dayak yang lainnya.

Selain pembahasan mengenai variasi bahasa Dayak yang terdapat di


Kecamatan Tabang dengan melihat pada aspek bunyi dan leksikal, lebih lanjut
juga akan dibuat pemetaan agar variasi bunyi dan leksikal tersebut dapat terlihat
jelas. Oleh karena itu, penelitian ini juga penting untuk dilakukan karena
penelitian ini memiliki relevansi antara pemetaan bahasa dengan teori linguistik
juga sangat erat karena pemetaan bahasa tidak terlepas dari unsur leksikal, dan
fonemis.

Penjelasan:

2
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini memiliki rumusan


masalah mengenai apa saja bahasa dayak yang berada di Kecamatan Tabang?

1.4 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik


sebuah tujuan penelitian sebagai berikut. Mengetahui bahasa-bahasa dayak yang
berada di Kecamatan Tabang

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki manfaat dari


penelitian dialektologi yang dilakukan di Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai
Kartanegara ini adalah sebagai berikut.

Manfaat teoritis bagi Penulis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
sarana untuk melatih berpikir serta menambah wawasan dan memahami teori-teori
yang didapat selama proses perkuliahan dimana berhubungan dengan metologi
penelitian bahasa. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang bahasa dayak yang tersebar di Kecamatan Tabang. Bagi
peneliti lain, penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan
serta sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya


untuk mengetahui dan memahami eksistensi dialek bahasa Dayak di Kecamatan
Tabang. Selain itu, penelitian ini juga dapat memperjelas situasi kebahasaan yang
ada di Kecamatan Tabang melalui peta yang memuat adanya dialek bahasa Dayak
di wilayah tersebut, sehingga bahasa Dayak dapat dilestarikan oleh semua pihak,
baik masyarakat pemakainya maupun pemerintahan dan pemerhati bahasa.

3
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan


manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Berisi teori yang digunakan baik berupa pengertian dan definisi


yang diambil dari kutipan buku-buku berkaitan dengan penyusunan
penelitian.

BAB III: Metode Penelitian

Berisi tentang jenis penelitian yang digunakan, pengumpulan data


dan teknik analisis data.

BAB IV: Pembahasan

Berisi uraian hasil analisis dialektologi dengan judul Dialek


Bahasa Dayak Kenyah Di Kecamatan Tabang

BAB V : Penutup

Berisi kesimpulan, kritik dan saran yang berkaitan dengan peneliti.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Dalam bab tinjauan pustaka harus di uraikan dengan mendalam berbagai


aspek teoritas yang mendasari penelitian. hal yang telah ditulis dalam latar
blakang perlu dirinci, dan hubungan antar-variabel di bahas. Perlu
dikemukan bahwa pembuatan tinjauan pustaka secara terpisah biasanya
diperlukan pada usulan penelitian untukkeperluan pendidikan (pembuatan
skripsi, tesis, dan disentasi).

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya kajian pustaka untuk


menemukan penelitan terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Adapun kajian-kajian terdahulu yang dijadikan sebagai kajian pustaka pada
penelitian ini, antara lain: Jurnal Skriptorium, vol. 1, No. 2 oleh Ika Mamik
Rahayu, dengan judul Variasi Dialek Bahasa Jawa Di Wilayah Kabupaten
Ngawi: Kajian Dialektologi. Dalam jurnal ini membahas tentang variasi
dialek di wilayah Kabupaten Ngawi dengan penelitian bahasa Jawa Ngoko
atau Berian Ngoko. Dalam bahasa Berian ditemukan adanya perbedaan atau
variasi dalam penyebutan sesuatu yang merujuk pada makna yang sama. Di
wilayah Kabupaten Ngawi di ambil 4 Kecamatan sebagai daerah
pengamatan. Pembahasan pertama yaitu pembahasan (1) variasi fonologis,
(2) variasi leksikal, (3) bunyi dan nasalisasi, (4) kemunculan berian bahasa
Indonesia. Skripsi yang dilakukan oleh Satwiko Budiono, Januari 2015
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Judul penelitian
adalah Variasi Bahasa Di Kabupaten Banyuwangi: Tinjauan Dialektologi.
Skripsi yang dilakukan oleh Dwi Haryadi, 2015 Jurusan Bahasa dan Sastra
Jawa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Judul Skripsi
adalah Pemetaan Bahasa Jawa Di Kabupaten Purbalingga: Kajian
Dialektologi.

Penelitian dialektologi juga pernah dilakukan oleh Krisyani (2014)


dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Penelitian tersebut berjudul
“Bahasa Jawa di Jawa Timur Bagian Utara dan Blambangan: Kajian
Dialektologi”. peneltian tersebut menggunakan perhitungan dialektrometri
secara fonologis dan leksikal. Tujuan dari penelitian tersebut adalah
menetapkan batas dialek, batas subdialek, pengaruh bahasa lain, daerah relik,
dan daerah inovatif dalam bahasa Jawa di Jawa Timur bagian Utara dan
Blambangan.

Skripsi Widayani (2015) juga pernah melakukan penelitian di bidang


dialektologi dengan judul “Variasi Dialek Bahasa Jawa di Wilayah
Kabupaten Lamongan: Kajian Dialek Geografis”. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa Kecamatan Paciran memiliki ciri Khas dalam bidang
fonologis dibandingkan Kecamatan lain di Kabupaten Lamongan.
Sedangkan secara leksikal, Kecamatan Babat memiliki ciri khas di
bandingkan dengan Kecamatan lain di Kabupaten Lamongan kerena dialek
yang digunakan cenderung mengarah ke dialek Bojonegoro. Penelitian
Widayani tersebut memberi informasi bahwa letak geografis juga menjadi
faktor utama yang mempengaruhi situasi kebahasaan suatu wilayah.

2.2 Uraian Teori

2.2.1 Dialektologi

Chaer (2004: 64) menyatakan bahwa bidang studi linguistik yang


mempelajari dialek-dialek adalah dialektometri. Bidang studi ini berusaha
membuat peta batas-batas dialek dari sebuah bahasa, yakni dengan
membandingkan bentuk dan makna kosakata yang digunakan dalam dialek-
dialek itu.

Sebagai bahasa yang memiliki jumlah penutur yang banyak dan


sebaranyang luas, bukan hanya di tanah asalnya, bahasa Jawa tentu saja
mempunyaikarakteristik dan variasi tersendiri.Variasi bahasa apapun tidak
terbatas jika didasarkan pada tuturan orang per orang atau atau tempat di
mana persebaran bahasa itu terjadi. Variasi bahasa yang terjadi sudah tentu
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain, faktor sosial, faktor politik, dan
juga faktor historis. Oleh karena itu, dalam paparan tentang kerangka teori ini
perlu dikemukakan beberapa hal penting yang lazim dimanfaatkan dalam
kajian dialektologi, yaitu tentang pengertian dialektologi, dialektologi
diakronis, dialektometri, bahasa purba dan prabahasa, perbedaan unsur-unsur
kebahasaan, dan inovasi, retensi, dan relik.

Istilah dialektologi berasal dari kata dialect dan kata logi. Dialect berasal
dari bahasa Yunani dialektos yang digunakan untuk merujuk pada keadaan
bahasadi Yunani yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan kecil dalam
bahasa yang mereka gunakan, tetapi perbedaan-perbedaan itu tidak
menyebabkan para penutur tersebut merasa memiliki bahasa yang berbeda
(Lihat Meilet dalam Hanan: 2014).

Sementara itu, Vajda (Linguistics 201: Dialectology) menyatakan


bahwa dialektologi merupakan cabang dari sosiolinguistik karena
sosiolinguistik merupakan studi tentang perbedaan bahasa dalam masyarakat
atau tentang perbedaan variasi bahasa di dalam sebuah masyarakat. Oleh
karena itu Vajda mengemukakan bahwa dialectology is a branch of
sosiolinguistis that studies thesystematic variants of Language. Lebih lanjut
Vajda menjelaskan bahwa dialektologi merupakan studi tentang dialek yang
memutuskan kapan sebuah bentuk yang sama dalam sebuah bahasa
merupakan dialek dalam sebuah bahasa atau dalam bahasa yang berbeda.
Untuk menentukan apakah sebuah dialek atau bukan, Vajda mengemukakan
ada tiga kriteria yang menentukan, yaitu pemahaman timbal balik (mutual
intelligibility), budaya (cultural), dan status politik bahasa (language’s
political status).

Berdasarkan kelompok pemakaiannya, dialek dapat dibedakan atas tiga


jenis, yakni: (1) dialek regional, yaitu variasi bahasa berdasarkan perbedaan
local (tempat) dalam suatu wilayah bahasa; (2) dialek social, yaitu variasi
bahasa yang digunakan oleh golongan tertentu; dan (3) dialek temporal, yaitu
variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok oleh kelompok bahasawan
yang hidup pada waktu tertentu.

Dalam Mahsun (1995:11) memaknai dialek sebagai isolek yang tidak


baku. Ia mengemukakan bahwa: “Dialek biasanya dikaitkan dengan semacam
bentuk isolek yang substandard dan berstatus rendah. Istilah dialek sering
dipertentangkan dengan istilah bahasa yang merujuk pada isiolek yang sudah
dibakukan dan menjadi sumber rujukan isolek lain yang setingkat dengannya,
tetapi belum dibakukan. Dari penjelasannya itu, Mahsun menyimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan dialek adalah penilaian hasil perbandingan
dengan salah satu isolek lainnya yang dianggap lebih unggul (Mahsun,
1995:12)”.

2.2.2 Dialek

Menurut Chaer (1995: 63) dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok
penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah atau
area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek
regional atau dialek geografi.

Alwasilah (1993: 40), dialek merupakan bahasa kelompok penutur


tertentu yang melibatkan keteraturan yang sistematik dan membentuk dialek
dari bahasa yang sama. Weijen, dkk (dalam Ayatrohaedi, 2002:2) dialek
adalah sistem kebahasaan yang digunakan oleh masyarakat untuk
membedakannya dari masyarakat yang lain yang bertetangga yang
menggunakan sistem berlainan walaupun erat hubungannya.

Menurut Cahyono (1995: 387), “Dialek mengacu ke semua


perbedaan antar variasi bahasa yang satu dan yang lain mencakup
penggunaan tata bahasa, kosa kata maupun aspek ucapannya”. berdasarkan
uraian di atas dapat dikemukakan bahwa dialek adalah variasi bahasa dari
sekelompok penutur dalam bentuk ujaran setempat yang merupakan penilaian
hasil perbandingan dengan salah satu isolek lainnya yang dianggap lebih
unggul.

2.2.3 Dialektologi Diakronis

Untuk mengamati variasi-variasi dialektal bahasa Jawa di Banten


dengantujuan melihat keragaman isolek yang membentuk dialek-dialek atau
subdialeksubdialek sebagai akibat perkembangan secara historis, kajian yang
tepat digunakan adalah dialektologi diakronis. Mahsun (1995:13)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dialektologi diakronis adalah
suatu kajian tentang perbedaan-perbedaan isolek yang bersifat analitis
sinkronis dengan penafsiranperbedaan-perbedaan isolek tersebut
berdasarkan kajian yang bersifat historis

atau diakronis. Lebih lanjut, Mahsun menjelaskan bahwa dialektologi


diakronis adalah kajian tentang “apa dan bagaimana” perbedaan-perbedaan
isolek yang terdapat dalam satu bahasa. Dari bidang garapanya, dialektologi
diakronis mencakup dua spek, yaitu aspek sinkronis (deskriptif dan aspek
diakronis historis) Dari aspek sinkronis, kajian didasarkan pada upaya mulai
dari mendeskripsikan perbedaan unsur-unsur kebahasan dalam bahasa yang
diteliti, pemetaan unsur-unsur kebahasaan yang berbeda, penentuan isolek
sebagai dialek atau subdialek hingga membuat deskripsi yang berkaitan
dengan pengenalan dialek atau subdialek. Sementara itu, dari apek diakronis,
kajian dilakukan melalui upaya mulai dari membuat rekonstruksi prabahasa
(prelanguage) bahasa yang diteliti, penelusuran pengaruh
antardialek/subdialek bahasa yang diteliti, penelusuran un sur kebahasaan
yang merupakan inovasi atau relik, penelusuran saling hubungan antara
unsur-unsur kebahasaan yang berbeda di antara dialek/subdialek bahasa yang
diteliti, membuat analisis dialek yang konservatif dan inovasi hingga
membuat rekonstruksi sejarah bahasa yang diteliti.

Yang termasuk dalam jenis perubahan bunyi yang berupa variasi,


antara lain, asimilasi, disimilasi, metatesis, kontraksi, aferesis,sinkop,
apokop, protesis, epentesis, dan paragog.
2.3 Kerangka Berpikir

Dialektologi

Dialek

Bahasa Dayak

Dialek Bahasa Dayak di


Kecamatan Tabang

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

2.4 Definisi Konseptual

Dialektologi adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi-variasi


bahasa dengan memperlakukannya denga struktur yang utuh (Kridalaksana,
2001: 42). Cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa
dalam semua aspeknya disebut dialektologi (Keraf, 1984: 143). Chambers dan
Trudgill (1980: 206) berpendapat bahwa dalam perkembangan berikutnya,
terminologi dialektologi mengalami penyempitan pengertian, yaitu sebagai kajian
geografi dialek.

Menurut Weijnen dkk (dalam Ayatrohaedi, 1983: 1) jika disimpulkan


adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk
membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga yang mempergunakan
sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan peneltian lapangan, yang berlokasi pada


Kecamatan Tabang yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara . Penelitian
lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang akurat.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.


Semi (2012: 28) mengatakan bahwa penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak
mengutamakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan
terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini dimaksdukan untuk menjelaskan hasil analisis yang
dilakukan denhan menguraikan data-data yang diperoleh dari objek penelitian.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Meleong (2005:4) pendekatan


lua;itatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif lebih mementingkan penjelasan mengenai hubungan antara
data yang diteliti, sedangkan sasaran dalam penelitian kualitatif adalah prinsip-
prinsip atau pola-pola yang secara umum dan mendasar, berlaku dan mencolok
berdasarkan atas gejala-gejala yang dikaji.

3.3 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu suku dayak yang berada di
Kecamtan Tabang. Data yang diperoleh di lapangan dibandingkan dengan bahasa
dayak kenyah lain dengan dasar tata bahasa dan rujukan lainnya. Jika dari hasil
pembandingan itu ditemukan perbedaan, bentuk yang berbeda itu dianggap unsur
bahasa dayak kenyah di Kecamatan Tabang. Unsur dapat merupakan unsur
setempat, dapat juga merupakan unsur pengaruh atau pinjaman dari bahasa lain.
Sumber data dalam penelitian ini berupa masyarakat Dayak yang
menggunakan bahasa keseharian dengan bahasa dayak dan jarang menggunakan
bahasa selain dari bahsa dayak tersebut. Dalam memilih informan, peneliti dapat
menggunakan keriteria yang dikemukan oleh Nothefer (1991: 5) dan Fernandez
(1992 :2).

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan populasi bukan sampel di


mana populasi didapatkan dengan cara mencari keseluruhan pada kelurahan
tanpa membatasi populasinya, sehingga populasi yang ditemukan pada
penelitian ini adalah populasi yang benar ada pada suatu wilayah tersebut dan
dituturkan oleh masyarakatnya sehari-hari sebagai alat komunikasi secara pasif
maupun aktif. Populasi pada penelitian ini juga menggunakan teori yang terdapat
pada buku Dialektologi Teori Dan Metode karya Nadra & Reniwati dengan
meningkatkan pada jumlah penutur bahasa tersebut di daerahnya dan umur dari
penutur tersebut. Dalam penelitian ini sampel yang peneliti dapatkan hanya
berperan pada pembuktian bahwa populasi di suatu tempat/ daerah benar adanya
dan dapat menuturkan bahasa daerahnya tersebut.

Informan (sumber data) dalam penelitian ini adalah warga masyarakat


setempat yang dipandang cakap dan mampu memberikan informasi yang
diperlukan berkaitan dengan bahasa daerah yang digunakan di wilayah tempat
tinggal mereka. Para informan yang menjadi target dalam penelitian ini adalah
mereka para orang yang sudah tua atau yang telah berumur lebih dari 40 tahun
dan juga batas pendidikan yaitu SMP dengan alasan bahwa bahasa yang mereka
gunakan masih fasih dan terjaga. Batasan maksimal umur para informan tidak
dibatasi karena melihat pada situasi kondisi sang informan sendiri yang harus
tetap mampu mendengar dengan baik, dan menjawab dengan kalimat yang baik
juga dan jelas.

3.4 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua bulan mulai dari
tanggal 20 Februari hingga 20 April karena mencari informan di Kecamatan
Tabang sangat sulit karena penduduk desa yang sibuk dengan kegiatan mereka
yang melakukan pekerjaan baik itu sebagai karyawan swasta dan sebagai petani.

Lokasi yang digunakan dalam penelitian berada di setiap desa yang


termasuk kedalam Kecamatan Tabang, karena desa yang berada di Kecamatan
Tabang ini sebagian besar diantaranya banyak suku dayak kenyah dengan
perbedaan dialek di setiap desanya. Penelitian ini dilakukan di delapan desa yang
terdapat di Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara. Pengamatan yang
terdiri atas delapan desa sebagai berikut: Tukung Ritan, Ritan Baru, Bilatalang,
Buluksen, Kampung Baru, Longlalang, Muara Pedohon, Umaq Dian

3. 5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan


metode simak dan metode cakap (wawancara), yaitu percakapan antara peneliti
dengan informan yang dialkenya ingin diteliti disertai dengan teknik yang
digunakan oleh peneliti. Metode simak adalah cara yang digunakan peneliti untuk
memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Sedangkan
metode cakap adalah cara dalam pengumpulan data berupa percakapan anatara
peneliti dengan informan. Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik
pancing. Pancingan atau stimulasi biasanya berupa makna-makna yang tersusun
dalam daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Teknik tersebut sebagai berikut:

Teknik cakap, yaitu peneliti langsung mendatangi setiap daerah pengamatan


dan melakukan percakapan berupa daftar pertanyaan dengan para informan.
Teknik catat, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangandan dilakukan
peneliti atau pembantu peneliti. Teknik rekam, yaitu data yang diperoleh
langsung dari informan dan teknik ini dapat digunakan pada saaat penerapan
teknik cakap. Teknik ini bersifat untuk melengkapi teknik mencatat, apabila apa
yang dicatat itu dapat dicek kembali dengan rekaman yang dihasilkan.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan padan dengan teknik hubung banding


menyakan (Mahsun, 2005: 113). Penerapannya dilakukan sebagai berikut. Untuk
menentukan inovasi internal bahasa Dayak Kenyah di lapangan, satu varian, baik
bentuk maupun makna, dibandingkan dengan varian lainnya, baik itu pada titik
pengamatan yang sama maupun titik pengamatan yang berbeda dalam satu
wilayah isolek.

Bahasa daerah yang telah dikumpulkan juga ditranskipsikan ke dalam


bentuk fonetis bahasanya untuk mengetahui letak kebenaran bahwa informan
tersebut dapat menggunakan bahasanya dengan baik dan benar, serta menjadi
data tambahan untuk penelitian berikutnya. Dalam melakukan modifikasi bentuk
huruf itu, selalu diusahakan agar bunyi yang banyak persamaanya diberi lambang
atau bentuk dasar yang sama. Perbedaanya hanya pada penambahan diakritik
saja.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP & Alek Abdullah, 2012. Linguistik Umum.. : Erlangga.

Ayatrohaedi, 1979. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan


dan pengembangan Bahasa Depdikbud.

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya:

Airlangga University Press.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chambers, J.K. and Peter Trudgill. 1980 Dialektology. Cambriage, New York,

Melbourne: Cambriage University Press. Ciputat: Logos.

Keraf, Gorrys. 1979. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Krida Laksana, Harimurti, 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Krisyani-Laksono. 2004. Bahasa Jawa di Jawa Timur Bagian Utara dan


Blambangan: Kajian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen
Pendidikan Nasional.

Mahsun, 1995. Dialektologi Diakronis. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Nadra & Reniwati. 2009. Dialektologi Teori dan Metode. Bandung: Elmatera
Publishing.

Rahayu, Ika Mamik. 2012. “Variasi Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten
Ngawi: Kajian Dialektologi”. Skripsi. Surabaya: Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Airlangga.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif da n R&B. Bandung:


(IKAPI).
Widayani, Rizka. 2015 “Variasi Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten
Lamongan: Kajian Dialek Geografis”. Skripsi. Surabaya: Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai