Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KARYA DAN EKSPRESI BUDAYA MELAYU RIAU

Dosen Pengampu :Diah Anugrah Dipuja, M.Pd

Ditulis oleh :

Bintora Harican (2106113017)

Rachyl Afrido (2106110013)

Rahma Aisyah (2106111487)

Rini Ardianti (210611379)

Taufiq Murtadho (2106111149)

Teresia Noni Lidia (2106112991)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan
hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Karya dan
Ekspresi Budaya Melayu Riau” tepat waktu. Makalah ini disusun berguna
memenuhi tugas Ibu Diah Anugrah Dipuja, M.Pd, pada mata kuliah Budaya
Melayu Riau di Universitas Riau.Selain itu,kami juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Diah
Anugrah Dipuja, M.Pd selaku dosen mata kuliah Budaya Melayu Riau. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuandan wawasan terkait mata
kuliah Budaya Melayu Riau. Kamijuga mengucapkan terimakasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami jauh dari kata yang sempurna dan ini merupakan langkah yang baik
dari studi sebelumnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna.

Riau, 2 Oktober 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar
Isi.....................................................................................................................ii
BAB
1..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................
...1
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB
II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................
3
A. Bahasa Melayu...................................................................................3
B. Kesenian Melayu Riau....................................................................10

Daftar Pustaka ...............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Propinsi Riau merupakan Propinsi yang terdiri dari berbagai suku dan
budaya. Sementara manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, karena budaya lahir dari kegiatan dan kebiasaan manusia.
Suatukebudayaan merupakan cerminan dalam suatu kehidupan manusia di
lingkungan masyarakatnya. Kesenian merupakan salah satu hasil karya manusia
sebagai perwujudan dari kebudayaan. Kesenian adalah ekspresi gagasan atau
perasaan manusia yang diwujudkan melalui pola kelakuan yang menghasilkan
karya yang bersifat estetis dan bermakna.
Dari pernyataan ini terlihat bahwa setiap manusia dalam kehidupan
memerlukan santapan estetis yang berwujud seni. Propinsi Riau memiliki suku
dan kebudayaan beranekaragam, yang tersebar di kabupaten-kabupaten. Suku-
suku yang ada di Propinsi Riau adalah suku Akit, Bonai, Talang Mamak, Sakai,
Suku Laut dan suku Hutan, suku Melayu. Juga suku pendatang seperti suku Jawa,
suku Minang, dan suku Batak. Di antara suku-suku tersebut terdapat suku yang
masih menganut kesenian tradisi dan budaya. Walaupun kesenian tradisi yang ada
di Propinsi Riau telah mengalami perkembangan, tetapi masih ada suku dan
masyarakat yang mempertahankan seni tradisi yang tersebut dan masih
menunjukkan keasliannya.
Masyarakat Riau adalah mayoritas masyarakat Melayu yang menempati
Riau, Kepulauan Riau, dan Riau Daratan, sekaligus memiliki nilai budaya
Melayu. Dalam sejarah telah terungkap bahwa pada zaman lampau orang Melayu
adalah bangsa “penakluk” dan berhasil “memerintah” suku-suku lainnya di
Nusantara. Orang Melayu dulunya adalah pedagang perantara yang lihai sekaligus
membawa Islam dan budaya Melayu ke segenap pelosok Nusantara dan Asia.
Masuknya Islam ke budaya Melayu, tentunya lambat laun juga akan
memengaruhi budaya dan tradisi Melayu yang ada. Hingga menjadilah tradisi atau
budaya Melayu Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi adab dan dialek dalam budaya melayu riau?
2. Bagaimana bentuk kesenian melayu riau?

C. Tujuan
1. Mengetahui bahasa dan dialek dalam budaya melayu Riau

Page 1
2. Mengetahui adab dan berbahasa dalam budaya melayu Riau
3. Mengetahui kesenian-kesenian yang ada di budaya melayu Riau

D. Manfaat
1.Mahasiswa diharapkan dapat memperdalam ilmu budaya melayu.
2. Dapat digunakan sebagai bahan bacaan dibidang pendidikan.

Page 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahasa Melayu
Bahasa merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan
manusia. Bahasa dapat diartikan sebagai cara manusia untuk menyatakan
maksud, buah pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Alisyahbana
dalam Hasan (2001: 13) menyatakan bahwa bahasa adalah ucapan pikiran
dan perasaan manusia dengan teratur dengan memakai alat bunyi. Definisi
tersebut menjelaskan bahwa bahasa mencakup segenap cara penyampaian
gagasan, ide, dan buah pikiran dari satu orang kepada orang lain yang
disampaikan dalam bentuk bunyi. Sebagai makhluk sosial manusia selalu
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Semua orang menyadari bahwa dalam berinteraksi dan segala
macam kegiatan akan lumpuh tanpa adanya bahasa. Chaer (1994:1)
menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi arbitrer,
digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri. Sebagai suatu sistem maka bahasa itu terbentuk oleh
suatu aturan, kaidah dan pola tertentu, baik dalam tata bunyi, tata bentuk
kata maupun tata kalimat. Apabila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar,
maka komunikasi dapat terganggu. Bahasa berhubungan erat dengan
kebudayaan.

1. Dialek Puak
A. Fonem Diftong Dalam penelitian ini, penulis menemukan sepuluh fonem
diftong segmental dalam bahasa Melayu Riau Dialek Kampar Subdialek Kuok.
Fonem- fonem tersebut dapat ditentukan dengan cara menganalisis bahasa
tersebut secara fonetis. Data yang diperoleh diolah dengan cara teknik pasangan
minimal yakni mencari bunyi bahasa yang secara fonetis mirip digolongkan ke
dalam fonem yang berbeda apabila terdapat perbedaan makna. Untuk pembuktian
Fonem Diftong Segmental Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar Subdialek Kuok,
dapat dilihat pada tabel di bawah ini . 10 fonem diftong dalam bahasa Melayu
Riau dialek Kampar subdialek Kuok, yaitu : /ai/, /au/, /ia/, /ie/, /io/, /ua/, /ue/,
/ui/, /uo/, dan /u∂/.
Page 3
B. Distribusi Fonem Diftong Distribusi fonem dalam suatu bahasa bersifat
teratur. Tidak semua fonem dapat berdistribusi dalam semua posisi. Distribusi
fonem diftong adalah adanya kemungkinan kedudukan fonem diftong dalam suatu
kata dalam posisi tertentu. Posisi itu bisa di awal kata, di tengah kata, dan di akhir
kata. Fonem diftong dalam bahasa Melayu Riau dialek Kampar subdialek Kuok
berdistribusi lengkap, dengan kata lain fonem diftong tersebut tidak dapat
menempati semua posisi dalam kata. Diftong-diftong tersebut hanya dapat
menempati posisi di tengah dan di akhir kata. Fonem diftong /ai/, /uo/, /ui/, /io/,
/ua/, /ia/, /ie/, dan /u∂/ menempati posisi tengah dan akhir dalam kata. Sedangkan
fonem /au/ dan /u∂/ hanya menempati posisi akhir dalam kata. Adapun posisi
fonem diftong bahasa Melayu Riau dialek Kampar subdialek Riau dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Page 4
C. Kelas Kata yang Mengandung Fonem Diftong Fonem diftong dalam
bahasa Melayu Riau dialek Kampar subdialek Kuok terdapat dalam kelas kata
verba, ajektiva, nomina, adverbia, numeralia, pronomina dan partikel. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan uraian di bahwah ini :

Page 5
Tolong alio meja du ka suduik pintu.
(L4 : 1) tolong pindah meja itu ke sudut pintu ”Tolong pindahkan meja itu ke
sudut pintu” Dari contoh kalimat di atas, tampak bahwa kata alio merupakan kata
yang bermakna perbuatan. Kata tersebut bermakna memindahkan sesuatu dari
suatu tempat ke tempat yang lain, dalam hal ini yang dipindahkan adalah meja.

D. Kata yang berkategori verba


Kata yang termasuk ke dalam kategori ini merupakan kata yang dalam frase
mempunyai kemungkinan didampingi kata tidak dan tidak dapat didampingi kata
di, ke, dari, sangat, lebih, atau agak. Dalam penelitian ini, penulis menemukan
beberapa kata yang mengandung fonem diftong yang termasuk dalam kelas kata
verba, yaitu :
Kata buek yang berarti buat dalam bahasa Indonesia juga dikategorikan sebagai
verba. Hal ini dikarenakan kata tersebut mengandung makna perbuatan.
Katiko lubang du ala salosai dibuek, Niniok du manyuwuo ketika lubang itu
telah selesai dibuat Niniok itu menyuruh pengawalnyo masuok ka dalam
lubang du.
(L1 : 4). pengawalnya masuk ke dalam lubang itu ”ketika lubang itu telah selesai
dibuat, Niniok itu menyuruh pengawalnya masuk ke dalam lubang tersebut.”

E. Kata yang Berkategori Ajektiva


Kategori ajektiva yaitu kategori kata yang ditandai oleh kemungkinannya
untuk bergabung dengan kata tidak, mendampingi nomina, didampingi kata-kata
seperti: lebih, sangat, agak, dan mempunyai ciri morfologis seperti –er (dalam
honorer), -if (dalam sensitif), -i (dalam alami), atau dibentuk menjadi nomina
dengan konfiks ke-an, seperti adil menjadi keadilan, halus menjadi kehalusan,
yakin menjadi keyakinan. Dalam penelitian ini, penulis menemukan banyak kata
yang tergolong kategori ajektiva.
Seperti pada kata lombiok yang dalam bahasa Indonesianya adalah
lembek. Hal ini dapat dibuktikan dengan mendampingkannya dengan pertikel
lebih, sangat, dan agak sehingga menjadi sangat lembek, agak lembek, atau lebih
lembek. Kata takuik juga tergolong dalam kategori ajektiva. Hal ini dapat
dibuktikan dengan dapat dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an sehingga
menjadi ke-takut-an. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa kata takuik
termasuk kelas kata ajektiva.
Page 6
Hal ini dikarenakan kata tersebut memberikan keterangan keadaan, yakni rasa
takut terhadap sesuatu.
Kata yang tergolong kelas kata ajektiva juga tampak pada kata alui. Hal ini
dapat dibuktikan dengan menyandingkan kata tersebut dengan kata sangat
sehingga menjadi sangat alui, yang bermakna sangat kecil. Kategori ajektiva juga
terdapat pada kata tuo yang dalam bahasa Indonesianya berarti tua. Kata tuo
memiliki kemungkinan untuk bergabung dengan partikel tidak sehingga menjadi
tidak tua. Selain itu, kata tersebut mengungkapkan suatu kualitas, yakni kualitas
umur. Pue juga merupakan kata yang termasuk kelas kata ajektiva. Kata tersebut
berpotensi berkombinasi dengan kata: sangat, agak, paling, amat, sekali.
Sehingga, jika ditranslitkan dalam bahasa Indonesia menjadi sangat puas,
amat puas dan puas sekali. Kutipan di atas menunjukkan bahwa bahasa Melayu
Riau subdialek Kuok memiliki kosa kata yang tergolong ajektiva. Hal ini ditandai
dengan kata usuo. Data selanjutnya juga berisi kata yang tergolong ajektiva,
yaitu : Nde, itu tio ha angu∂ bonagh. (L2 : 1) (patis) Itu lah (patis) bodoh benar
‟itu lah, bodoh sekali.‟ Tampak dari kutipan di atas, kata angu∂ mmerupakan kata
yang tergolong kelas kata ajektiva. Hal ini ditandai dengan makna kata tersebut
yang mengandung makna sifat, yaitu bodoh. Selain itu, ciri lain juga tampak pada
kemungkinannya diberikan keterangan penguat,seperti kata bonagh yang
bermakna sangat.
Selanjutnya dapat dilihat pada kata paghau yang dalam bahasa
Indonesianya adalah parau. Kata tersebut juga dapat di dampingi kata agak,
sehingga menjadi agak parau. Jadi, kata tersebut termasuk kelas kata ajektiva.
Selain kata-kata di atas, kata yang termasuk kelas kata ajektiva juga tampak pada
kata paik. Kata tersebut berarti pahit dalam bahasa Indonesianya. Kata paik dapat
disandingkan dengan kata sangat, agak, dan sekali. Sehingga kata tersebut
menjadi sangat pahit, agak pahit dan pahit sekali. Berdasarkan penjelasan di atas,
dapat diketahui bahwa fonem diftong yang terdapat pada kelas kata ajektiva
adalah fonem diftong /ue/, /io/, /ui/, /uo/, /au/, dan /ai/.
F. Kata yang Berkategori Nomina
Menurut Kridalaksana nomina dijelaskan sebagai kategori yang secara
sintaktik tidak mempunyai potensi untuk (1) bergabung dengan kata tidak dan (2)
mempunyai potensi untuk didahului kata dari. Bahasa Melayu Riau Dialek
Kampar Subdialek Kuok memiliki kosa kata yang termasuk kelas kata Nomina.
Kosa kata tersebut mengandung fonem diftong. Hal ini dapat dilihat pada kata
kacio. Untuk membuktikan bahwa kata tersebut termasuk kelas kata nomina dapat
disandingkan dengan kata tidak. Jika kata tersebut tidak bisa didampingi kata
tidak, maka kata tersebut tergolong nomina.
Page 7
Kata kacio tidak dapat didampingi kata tidak. Jadi kata tersebut termasuk kelas
kata nomina. Selain data di atas, kata yang tergolong kelas nomina juga tampak
pada kata tukau, bu∂, kuluok, potai, kue, dan tiang. Tampak dari pemaparan di
atas bahwa kata yang tergolong kelas kata nomina mengandung fonem /io/,
/ua/, /ui/, /au/, /uo/, /ai/, /ue/, /u∂/, dan /ia/.
G. Kata yang Berkategori Partikel
Partikel atau kata tugas adalah kelas kata yang hanya memiliki arti gramatikal
dan tidak mempunyai arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan oleh kaitannya
dengan kata lain dalam suatu frasa atau kalimat dan tidak bisa digunakan secara
lepas atau berdiri sendiri. Salah satu bagian dari kelas kata partikel adalah
preposisi. Preposisi, yaitu kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama
nomina) sehingga terbentuk frase eksosentrik direktif. Kata tugas preposisi dalam
bahasa Melayu Riau dialek Kampar Subdialek Kuok tampak pada kata Kobai
yang dalam bahasa Indonesianya adalah kepada.
Inyo nak maminjam alat-alat masak kaboi Niniok Du.
Dia ingin meminjam peralatan masak kepada Nenek itu ”Dia ingin meminjam
peralatan masak kepada Nenek itu” Tampak dari data di atas bahwa kelas kata
preposisi dalam bahasa Melayu Riau dialek Kampar subdialek Kuok mengandung
fonem diftong /ai/.
2. Dialek Puak
1. Inovasi Bentuk Leksikal
A. Inovasi Leksikal Penuh Inovasi leksikon penuh ini ditandai dengan
munculnya bentuk leksikon baru dalam suatu bahasa atau variasi bahasa, yang
berbeda sama sekali dengan bentuk leksikon asal. Dalam bahasa Melayu Riau di
Kuantan Mudik, misalnya muncul kata kateligh (leher), yang diserap dari bahasa
Melayu Riau. Kata ini diserap oleh bahasa Melayu Riau setempat mengingat
dalam bahasa Melayu Riau tersebut tidak dikenal kata khusus untuk mengungkap
konsep kateligh dalam bahasa Melayu Riau.
B. Inovasi Fonetis Inovasi ini menggunakan pengamatan pada perubahan
bunyi pada leksikon baru. Berikut akan dijelaskan perubahan bunyi yang
dimaksud:
1. Asimilasi Asimilasi merupakan suatu perubahan bunyi yang terjadi akibat
adanya penyamaan bunyi kata baru terhadap bunyi kata asal yang diacu. Contoh
asimilasi progersif Poi, poyi (dalam BMR) pergi duyan, duRian (dalam BMR)
durian.
Page 8
2. Disimilasi Disimilasi adalah perubahan bunyi yang terjadi akibat adanya
pembedaan bunyi kata baru terhadap bunyi kata asal yang diacu. contoh: boηi,
beRaη (dalam BMR) marah kɛro, kasuR (dalam BMR) tempat tidur
3. Penambahan bunyi
a. Protesis ialah penambahan bunyi pada awal kata Contoh: satu, basatu (dalam
BMR) bersatu duwo, baduwo (dalam BMR) berdua
b. Paragog ialah penambahan bunyi pada akhir kata. Contoh: jawua, jawuah
(dalam BMR) jauh lopɛ, lopɛan (dalam BMR) lepaskan
C. Inovasi Makna Leksikal Inovasi makna leksikal dapat diamati melalui
perubahan makna yang berupa penyempitan atau perluasan makna atau berupa
perubahan kualitas makna. Contoh: capa (dalam BMR) nanti, sebentar lagi goloɁ
(dalam BMR) gelap, teduh
D. Analogi Analogi merupakan peristiwa terciptanya bentuk yang mirip dengan
bentuk sebelumnya atau perluasan bentuk yang sudah ada (Arlotto, 1972:130).
boɁ , bawoɁ (dalam BMR) bawa pawu, paRawu (dalam BMR) perahu.

B. Adab Berbahasa

            Dalam bertutur dan berkata, banyak dijumpai nasehat dan petuah karena
kata-kata sangat berpengaruh dalam keselarasan pergaulan. “Bahasa
Menunjukkan Bangsa”. Pengertian bangsa yang dimaksud di sini adalah orang
baik-baik atau orang yang berderajat atau disebut juga dengan “orang
berbangsa”.  Orang baik-baik tentu mengeluarkan kata-kata yang baik dan tekanan
suaranya akan menimbulkan simpati orang. Orang yang menggunakan kata-kata
yang kasar dan tidak senonoh biasanya disebut “tidak berbangsa” atau “rendah
derajatnya”. Bahasa selalu dikaitkan dengan budi, oleh karena itu selalu disebut
dengan “budi bahasa”.

1. Kata Mendaki dalam bahasa Melayu Riau


            Dalam berbahasa melayu dikenal ada kata mendaki yang merupakan adat
dan tradisi yang turun temurun di bumi melayu. Kata mendaki adalah adab
bertutur terhadap orang tua-tua yang harus dihormati dan disegani. Kata-kata yang
dipakai hendaklah terkesan meninggikan martabat atau dengan gaya
menghormati. Tidak ada gaya menantang apalagi melawan, sebagaimana Alquran
berpesan hendaklah hormat kepada ibu bapa dan berbuat baik kepada mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari kata mendaki ini digunakan untuk anak kepada
orang tua, kemenakan kepada paman, yang muda kepada yang tua, kepada orang-
orang yang dihormati seperti tetua adat, pemimpin.

Page 9
2.  Kata Mendatar Dalam Bahasa Melayu Riau
                Kata mendatar adalah cara berkomunikasi terhadap teman sebaya.
Dalam hal ini kita boleh memakai dengan bebas penggunaan kata-kata, gaya,
kiasan, sindiran atau kritikan yang sesuai dengan ruang, waktu dan medan
komunikasi. Dalam keadaan ini kita relatif boleh bebas memakai kata dan gaya,
mulai dari terus terang, jenaka, sindiran dan kritik, yang semuanya dipandang
tidak sampai menyinggung perasaan teman kita ini.

3.  Kata Menurun Dalam Bahasa Melayu Riau


                Inilah medan komunikasi terhadap orang yang lebih muda dari kita,
seperti terhadap adik, anak dan kemenakan, serta orang yang berkedudukan sosial
lebih rendah dari kita. Kata-kata yang dipakai memberi petunjuk, ajaran, pedoman
dan berbagai pesan mengenai kehidupan yang mulia atau bermartabat. Terhadap
yang lebih rendah kedudukan sosialnya barangkali diberi gugahan, agar
menjunjung tinggi kejujuran, kerja keras serta memegang amanah dengan teguh,
sehingga dia dapat meningkatkan taraf dan kualitas hidupnya. Terhadap anak-
anak itu kita jangan sampai memaki, menyumpah maupun memakai kata-kata
yang keji.

4. Kata Melereng Dalam Bahasa Melayu Riau


Kata Melereng, yaitu adab berbicara dengan orang semenda. Pertalian
keluarga krn perkawinan dng anggota suatu kaum. Caranya tidak boleh langsung
terus terang begitu saja. Terhadap orang semenda dalam masyarakat adat,
disamping dipanggil dengan gelar juga dipakai bahasa berkias atau kata
perlambangan, gunannya untuk menjaga perasaan dalam rangka menghormati
orang semenda tersebut. Karena itulah dalam masyarakat adat, orang semenda
tidak dipanggil namanya, tetapi dipanggil dengan gelarnya, yang gelar itu sudah
punya arti yang baik, seperti gelar pakih, tengku, malin dsb. Terhadap orang
semenda seperti menantu atau ipar ini dapat dipakai perlambangan atau kata
kiasan. Ini semuanya untuk menjaga perasaan dalam rangka menghormati orang
semenda itu.

B. Kesenian Melayu Riau


1. Seni Musik
Musik Melayu mulanya berkembang di wilayah pantai Timur, Sumatera,
Kalimantan dan Semenanjung Malaya. Musik Melayu berakar dari qasidah
yang mana dipengaruhi oleh kedatangan dan penyebaran agama Islam dari Arab
pada tahun 635 sampai 1600 pada saat syair yang dipakai berasal dari gurindam
yang dinyanyikan, pada tahun1870-1888orang Arab dan Mesir masuk Hindia
Belanda mereka membawa alat musik gambus.
Pada kisaran tahun 1940 lahirlah musik Melayu Deli yang mana musik
ini menjadi musik hiburan dan musik pengiring tarian orang Melayu pada acara
penyambutan tamu Kehormatan dan keagamaan, lirik lagu disesuaikan dengan
kehidupan sehari-hari yang mengandung pesan moral di dalamnya.
Page 10
2. Seni Rupa Riau
Kebanyakan seni rupa yang dijumpai di Riau memilih corak flora. Hal ini
bukan berarti terlupakannya abstraksi fauna, seni rupa yang menyerupai hewan
atau manusia sangat dilarang ftdalam ajaran islam. Karena seni rupa Melayu
bertumpu pada Islam yang mana terapan pada syariat. Contoh dari seni rupa
Melayu ini adalah anyaman.
Anyaman adalah karya yang berbahan baku dari jenis tumbuhan salah
satunya daun pandan, anyaman sendiri merupakan karya hasil dari menganyam
dalam menjalin bilah. Dalam masyarakat melayu hasil anyaman dari
perempuan berupa perlengkapan rumah sedangkan anyaman laki-laki berupa
alat-alat penangkapan ikan contohnya Tanggu dan jala. Motif yang biasa
digunakan dalam anyaman ini yaitu motif lipat atau lepih,motif belah dan lain-
lain .
3. Seni Tari
Seni tari masyarakat melayu Riau dibedakan menjadi dua jenis yaitu
sakral dan profan, kedua tarian ini dibedakan berdasarkan cara dan
peruntukannya. Tari sakral adalah tari yang berhubungan dengan kepercayaan
seperti ritual pengobatan, sedangkan Tari profan adalah jenis tari yang lebih
akrab dengan masyarakat melayu deutro yang perkembangannya sangat pesat
dalam masa kerajaan Keritang gasib Riau Lingga Indragiri Siak pelalawan
hingga Indonesia saat sekarang ini.
Salah satu tarian rakyat yang sangat populer dan hidup di kalangan
masyarakat Riau yaitu tari zapin. Tari Zapin adalah tari rakyat daerah Riau,
kata Zapin berasal dari Bahasa Arab yang menurut Dr Omar Amin hoesland
dalam bukunya kultur Islam "Al Zapin" berarti gerak kaki, alat yang digunakan
untuk mengiringi tarian ini adalah sebuah gambus tiga buah marwas dan
sebuah Gong. Pada saat sekarang ini tari zapin sudah mulai ditata dengan
menggunakan pola lantai yang disesuaikan, untuk suatu pertunjukan jumlah
penari sudah melebihi 2 orang bahkan mencapai jumlah 8 orang penari.
Perubahan ini mulai dirasakan pada tahun 1960 demikian pula sejak tahun
1965 para penari Zapin tidak lagi dimonopoli oleh kaum lelaki saja tetapi mulai
ditarikan oleh remaja putri akan ditarikan secara berpasangan .
4. Seni Teater
Kesenian adalah sebagai salah satu produk kebudayaan. Di Riau, terdapat
beberapa bentuk kesenian di antaranya pertunjukan (teater, tari musik, dan
nyanyian) dan sastra. Khususnya seni teater dalam kesenian pertunjukan di Riau
terakumulasi pula dalam beberapa jenis dan bentukan (tercatat; yang telah
identivikasi dalam proses pendokumentasian dan penginventarisasian) yaitu:
Teater Bangsawan (WayangPersi), Berdah, Berbalas Pantun, DulMuluk,
Nandung, Mak Yong, Mamanda, Mendu, Nandai, Randai Kuantan, Surat Kapal,
Ranggung
Page 11
Teater modern di Riau adalah seni teater yang berkembang dengan cirri
kedaerahan Riau (KebudayaanMelayusebagaiidentitas). Pada bagian berikutnya
dari makalah ini akan disampaikan pandangan penulis terhadap perkembangan
Teater Modern di Riau dimana penulis merupakan juga salah satu seni manteater
dari latar keluarga Budaya Melayu di Riau, bertempat tinggal juga di Riau dan
kemudian sejak tahun 2004 sampai sekarang mengurangi konsentrasi kegiatan
kreatifnya di wilayah Riau karena alas an menempuh pendidikan (seni) diluar
wilayah Riau.
Menimbang perkembangan teater modern di Riau adalah menelaah
sejengkal cerita yang sampai sekarang tidak pernah usut tuntas di tamatkan.
Tentang focus kajian pada bagian ini penulis memberikan beberapa alinea pragraf
yang berisi tentang sudut pandang teater modern di Riau di tinjauan dari beberapa
hal dengan berbagai ragam masukan dan referensi yang telah dikumpulkan dari
berbagai pihak. Adapun teater modern di Riau ini akancoba di uraikan melalui
tinjauan-tinjauan terhadap;
1) Sanggar-KomunitasSeni [teater] modern di Riau,
2) TokohSeni [teater] Modern di Riau, dan
3) PerkembanganSeni [teater] Modern di Riau
dalamobjektifitasberbagaiPementasanSeni [teater] di Riau.
Keragaman yang lain yang dapat disimpulkan dari tokoh teater Riau
adalah ragam dari dua varian umum yaitu; tokoh teater yang mengetahui bentuk
teater secara autodidak dan tokoh teater yang mengetahui bentuk teater secara
autodidak dan akademik .Kebanyakan tokoh teater autodidak mendapatkan
pengetahuan tentang teater adalah berdasarkan kegiatan teater tradisi yang
menjadi bagian dari keseharian kegiatan yang ia lakukan bersama kelompoknya.
Dengan adanya perkembangan teater hingga menjadi bentukan teater modern
maka tokoh – tokoh teater autodidak tadi mendapatkan banyak informasi yang
lebih dalam ragam perkembangan karya-karya teaternya. Tokoh teater autodidak
dan akademisadalahsosokdaribeberapa orang yang menempuh jalur pendidiakan
teater secara akademik dan juga memiliki latar pengetahuan teater dari ragam
kegiatannya sebelum menempuh teater secara akademis. Ragam dari tokoh teater
autodidak dan akademik adalah juga biasanya berlatarkan dari keanggotaan di
sebuah kominitas teater.

5. Seni Bina
Dalam budaya melayu, seni pembangunan rumah tradisional disebut
dengan istilah seni bina.. Seni Bina lahir dari dinamika antara keperluan Suatu
kondisi lingkungan yang kondusif dan selamat dengan cara memenuhi
keperluan bahan bangunan yang tersedia dan teknologi. Rumah memiliki arti
yang sangat penting bagi orang Melayu rumah bukan saja sebagai tempat
tinggal dimana kegiatan kehidupan dilakukan dengan sebaik-baiknya tetapi
juga menjadi lambang kesempurnaan hidup dalam pergaulan sehari-hari orang
Melayu.
Page 12
Rumah kediaman menjadi ukuran Apakah seseorang bertanggung jawab
terhadap keluarganya atau tidak. Hal ini menjadikan rumah mustahak dibangun
dengan berbagai pertimbangan yang cermat dengan memperhatikan lambang-
lambang yang merupakan refleksi nilai budaya masyarakat pendukungnya
Dengan cara demikian diyakini sebuah rumah akan benar-benar dapat
memberikan kesejahteraan lahir dan batin bagi penghuni rumah dan bagi
masyarakat sekitarnya.
Menurut tradisi, orang Melayu percaya kepada empat cahaya di Bumi
yang terdiri dari rumah tangga ladang bertumpuk beras padi dan anak muda-
muda, bangunan yang akan didirikan di sesuaikan dengan ketentuan adat
dengan memakai tata cara yang tertib barulah sebuah bangunan dapat disebut "
rumah sebenar rumah ". Hal penting yang harus diperhatikan dalam
mewujudkan bangunan dan lambang-lambang adalah musyawarah, biasanya
dalam musyawarah itu dijelaskan pula segala pantangan dan larangan adat dan
kebiasaan yang harus dijaga dengan tertib, pengerjaannya ditekankan pada asas
gotong royong . Diinjau dari tipologi dan fungsi ruang, rumah tradisional
Melayu pada umumnya terdiri atas tiga jenis yaitu rumah tiang 6 rumah tiang 6
serambi dan rumah tiang 12 atau rumah serambi . Rumah tiang 12 rumah
serambi merupakan rumah besar dengan tiang induk sebanyak 12 buah .Salah
satu rumah adat khas Riau yaitu rumah adat Melayu selaso jatuh kembar .
Page 13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebiasaan masyarakat melayu riau hidup beradap menjadikan generasi penerus
yang baru dan selaras. Anak akan semakin menegrti bagaimana sopan santun dan
menambah wawasan sebagai bahan pengetahuan kesenian yang ada di masyarakat
Riau. Dan akan menambah pengalaman bagi masyarakat Riau agar lebih bisa
berfikir kritis dan kreatif dalam melestarikan budaya melayu riau.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tim penulis menyadari bahwa, penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami kedepannya.
Page 14

DAFTAR PUSAKA

Hasmahyati H, AR HF, Auzar A. Kata Majemuk Bahasa Melayu Riau Dialek


Terempa (Doctoral dissertation, Riau University).
Pusvita, Irta, Hasnah Faizah AR, and Hermandra Hermandra. Inovasi Leksikal
Bahasa Melayu Riau Dialek Rantau Kuantan di Kecamatan Kuantan Mudik. Diss.
Riau University.
Resiana, A. "Fonem Diftong Segmental Bahasa Melayu Riau Subdialek Kuok."
Resiana, A. "Fonem Diftong Segmental Bahasa Melayu Riau Subdialek Kuok."
Zahid, Indirawati, and Arina Johari. "Kesantunan Melayu: Analisis Konteks
Perbualan dalam Rancangan Bual Bicara (Malay Politeness: Conversational
Context Analysis in Talk Show)." GEMA Online® Journal of Language Studies
18.4 (2018).
Page 15

Anda mungkin juga menyukai