Dosen Pengampu :
Misdawita, S.Si, M.SE.
Disusun oleh :
1. Aditya Angga Pradipta (2302135098)
2. Baginda Haris Ananta (2302113327)
3. Febryan (2302125958)
4. Fuad Fadhillah (2302112143)
5. Rahmat Kurniawan (2302135096)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Karya dan Ekspresi
Budaya Melayu Riau” tepat waktu. Makalah ini disusun berguna memenuhi tugas
Ibu Misdawita, S.Si, M.SE., pada mata kuliah Budaya Melayu di Universitas Riau.
Selain itu,kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Misdawita, S.Si,
M.SE. selaku dosen mata kuliah Budaya Melayu. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait mata kuliah Budaya Melayu.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Kami jauh dari kata yang sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi sebelumnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna.
Pekanbaru, 3 Maret
2024
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Karya dan Ekspresi Budaya Melayu Riau merupakan subjek yang sangat luas
dan kompleks, mencakup aspek Bahasa Melayu beserta variasi dialeknya, serta adab
berbahasa yang menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Sejak
zaman dahulu, Melayu Riau telah menjadi pusat perdagangan dan pertemuan budaya
di kawasan ini, menjadikannya sebagai tempat yang kaya akan budaya dan sejarah.
Wilayah ini merupakan rumah bagi berbagai etnis dan komunitas yang memberikan
kontribusi unik terhadap warisan budaya yang kaya dan beragam.
Dalam makalah ini, akan dijelajahi dengan sangat mendalam Bahasa Melayu
beserta dialeknya, serta adab berbahasa yang merupakan cerminan dari kearifan lokal
dan kekayaan budaya Melayu Riau. Bahasa Melayu, sebagai bahasa resmi di
Indonesia, bukan hanya sebuah alat komunikasi, tetapi juga sebuah identitas yang
menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang etnis dan budaya. Variasi
dialek yang ada di Riau mencerminkan kompleksitas dan kekayaan warisan budaya
yang telah terbentuk selama berabad-abad.
Tujuan dari eksplorasi ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif tentang budaya dan identitas Melayu Riau. Dengan memahami akar
budaya dan adab berbahasa, dapat meresapi keunikan dan keindahan setiap ekspresi
budaya yang ada di wilayah ini. Lebih dari sekadar simbol-simbol linguistik, Bahasa
Melayu dan dialek-dialeknya, bersama dengan adab berbahasa, mencerminkan
kearifan lokal yang menjadi landasan bagi interaksi sosial yang harmonis dan
keselarasan dalam masyarakat.
Dengan menggali lebih dalam ke dalam karya dan ekspresi budaya Melayu
Riau, dapat mengapresiasi warisan yang ditinggalkan oleh para leluhur, serta
memahami betapa pentingnya memelihara dan merawat warisan budaya ini untuk
generasi mendatang. Semakin dalam pemahaman tentang budaya dan identitas Melayu
Riau, semakin besar pula rasa tanggung jawab untuk menjaga dan menghargai warisan
ini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kekayaan budaya bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dialek Suku
Dialek suku adalah variasi bahasa yang terkait erat dengan suku atau etnis
tertentu di Riau. Setiap suku memiliki dialek khasnya sendiri yang mencerminkan
identitas dan sejarah panjang suku tersebut. Misalnya, suku Melayu memiliki dialek
yang berbeda dengan suku Minang, Jawa, Tionghoa, dan suku-suku lainnya yang
memiliki dialek masing-masing. Studi oleh Abdullah (2003) dan Asmah Haji Omar
(2008) menggali berbagai aspek dialek suku ini, menyoroti perbedaan linguistik yang
menjadi cerminan dari kekayaan budaya dan sejarah suku-suku tersebut di Riau.
2. Dialek Puak
Dialek puak mengacu pada variasi bahasa yang terkait dengan kelompok atau
puak tertentu di Riau. Tiap puak memiliki dialeknya sendiri yang mencerminkan
sejarah migrasi, hubungan antarkelompok, dan pengaruh budaya yang kompleks.
Contohnya adalah dialek yang digunakan oleh puak Bugis, puak Batak, puak Aceh,
dan puak Banjar. Penelitian oleh Collins (1996) dan Mohd Don (1996) menelusuri
perkembangan dialek-dialek ini dari sudut sejarah dan budaya, menjelaskan peran
mereka dalam memperkaya keberagaman linguistik di Riau.
3. Dialek Rantau
Dialek rantau merujuk pada variasi bahasa yang digunakan di daerah
perantauan atau rantau tertentu di Riau. Dialek-dialek ini sering kali dipengaruhi oleh
bahasa-bahasa daerah setempat, namun tetap mempertahankan ciri khas Melayu Riau.
Misalnya, dialek yang berkembang di rantau Kuala Lumpur, Singapura, dan
Kalimantan memiliki pengaruh dari bahasa-bahasa daerah setempat, namun tetap
mempertahankan ciri khas Melayu Riau. Penelitian oleh Deterding & Kirkpatrick
(2006) dan Kamarudin & Hashim (2011) memberikan gambaran tentang bagaimana
dialek-dialek rantau ini terbentuk dan berkembang.
1. Adab Mendaki
Adab mendaki mengacu pada aturan yang mengatur cara berbicara kepada
seseorang yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi. Ini mencakup
penggunaan kata-kata yang sopan, penghormatan, dan ekspresi rasa hormat yang
sesuai. Orang yang lebih muda atau memiliki kedudukan yang lebih rendah diharapkan
untuk mengucapkan kata-kata yang sopan dan menghormati lawan bicara yang
memiliki status yang lebih tinggi. Karya Abdul Rahman Embong (1986) dan Teeuw &
Wyatt (1996) menyajikan pemahaman yang mendalam tentang adab mendaki dan
pengaruhnya dalam interaksi sosial di masyarakat Melayu Riau.
2. Adab Mendatar
Adab mendatar mengacu pada aturan yang mengatur cara berkomunikasi antara
individu dengan status atau kedudukan yang sama. Ini mencakup penggunaan bahasa
yang ramah, sopan, dan tidak menyinggung perasaan lawan bicara, serta kemampuan
untuk mengikuti aturan baku dalam percakapan. Interaksi antara individu dengan status
yang sama harus dilakukan dengan penuh hormat dan kesopanan. Studi oleh Mohamed
Anwar Omar Din (2013) dan Zaini-Lajoubert (2015) memberikan pandangan yang
mendalam tentang adab mendatar dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Melayu Riau.
3. Adab Menurun
Adab menurun adalah aturan yang mengatur cara berbicara kepada seseorang
yang memiliki status atau kedudukan yang lebih rendah. Ini mencakup penggunaan
bahasa yang bijaksana, penuh pengertian, dan tidak merendahkan lawan bicara, serta
kemampuan untuk memberikan arahan atau nasihat dengan penuh kesopanan. Orang
yang memiliki status yang lebih tinggi diharapkan untuk memberikan arahan atau
nasihat dengan penuh pengertian dan kesopanan. Penelitian oleh Hamid (2013) dan
Sidhu (1998) membahas tentang adab menurun dan praktiknya dalam masyarakat
Melayu Riau.
BAB III
PENUTUP