Kelas : 4B
Mata Kuliah : Bahasa Lampung
Puji syukur tim penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
selalu melimpahkan rahmat-Nya sehingga tim penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah Modul pembelajaran yang berjudul “Sejarah Perkembangan
dan Persebaran Bahasa Lampung (Perkembangan Dialek Bahasa Lampung dan
Persebaran di Masing-masing Daerah)” dengan baik. Tujuan penyusunan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi nilai mata kuliah bahasa Lampung.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,
dengan tulus memberikan doa, dukungan, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan sebaik yang penulis bisa. Dengan itu, tim penulis ucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang selalu membantu melancarkan seluruh
kegiatan ini, diantaranya:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana perkembangan bahasa Lampung?
3. Bagaimana persebaran bahasa Lampung?
4. Bagaimana pembagian jenis dialek dalam bahasa Lampung?
1.3 Tujuan
Berikut ini tujuan dari pembuatan artikel tentang Sejarah, Persebaran dan
Perkembangan bahasa Lamung:
1. Mengetahui pengertian bahasa Lampung.
2. Memahami proses perkembangan bahasa Lampung.
3. Memahami persebaran bahasa Lampung.
4. Mengetahui pembagian jenis dialek dalam bahasa Lampung.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa Lampung adalah bahasa atau kelompok dialek Austronesia yang terdapat
di Provinsi Lampung, Indonesia. Bahasa ini memiliki jumlah penutur sekitar 5,19
juta dan merupakan bahasa yang masih hidup. Bahasa Lampung juga merupakan
salah satu bahasa daerah yang dipelihara secara baik oleh masyarakat
penuturnya, yaitu masyarakat Lampung. Dalam hubungannya dengan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa-bahasa daerah mempunyai fungsi
tersendiri untuk menunjang pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Sanusi mengatakan "Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa daerah yang ada
di Nusantara. Bahasa itu terdapat di Provinsi Lampung, merupakan bahasa yang
masih hidup dan dipelihara oleh masyarakat penuturya. Bahasa lampung tidak
mengenal tingkatan seperti bahasa jawa (tingkat ngoko, kromo, dst). Namun,
seperti halnya bahasa yang lain, bahasa Lampung memiliki ragam, yaitu ragam
resmi dan ragam tidak resmi" (Sanusi, Tata Bahasa Bahasa Lampung, 2006 hal.
4). Kemudian menurut pendapat Nasution, dkk (2008) Bahasa Lampung adalah
bahasa daerah dan sebagai bahasa ibu bagi masyarakat di Provinsi Lampung.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bawah bahasa lampung adalah bahasa
yang sangat penting untuk dilestarikan, karena merupakan budaya dari bangsa
Indonesia, keberadaannya perlu dijaga, diberdayakan, dibina, dan dikembangkan
3
sehingga dapat berperan dalam upaya menciptakan masyarakat Lampung yang
memiliki jati diri yang kuat.
Fungsi bahasa Lampung yang dikemukakan oleh Sanusi (2006:4) yaitu : "dalam
kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Lampung berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan daerah Lampung, (2) lambang identitas daerah Lampung.
(3) alat komunikasi di dalam warga dan masyarakat lampung, (4) sarana
pendukung budaya Lampung dan budaya Indonesia. serta (5) pendukung sastra
Lampung dan sastra Indonesia. Di dalam hubungan dengan fungsi bahasa
Indonesia, bahasa Lampung berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa Indonesia
dan (2) salah satu sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.
Bahasa Lampung adalah salah satu dari rumpun bahasa Austronesia yang
dituturkan oleh masyarakat Lampung di provinsi Lampung, Indonesia.
Persebaran bahasa ini terkait erat dengan sejarah dan perkembangan masyarakat
Lampung itu sendiri.
4
3) Peran dalam Perdagangan: Wilayah Lampung terletak di jalur perdagangan
maritim kuno, yang memungkinkan interaksi antara masyarakat Lampung
dengan berbagai suku dan budaya lainnya. Hal ini juga memengaruhi
perkembangan bahasa Lampung dengan adanya peminjaman kata-kata dan
istilah dari bahasa-bahasa asing.
4) Diaspora: Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Lampung juga
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan di luar negeri. Diaspora ini juga
memainkan peran dalam penyebaran bahasa Lampung di luar wilayah
asalnya.
5) Pelestarian Bahasa: Seperti banyak bahasa daerah lain di Indonesia, bahasa
Lampung juga menghadapi tantangan dalam pelestariannya akibat dominasi
bahasa Indonesia dan globalisasi. Namun, berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas lokal untuk
mempromosikan dan melestarikan bahasa Lampung.
5
pemerintah Belanda. Sebelum itu, pada zaman VOC, Provinsi Lampung tidak
terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
Pada akhirnya, pada tanggal 18 Maret 1964, Provinsi Lampung lahir dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 31964 yang kemudian menjadi
Undang-undang. Bahasa Lampung merupakan bahasa yang masih hidup dan
dipelihara oleh masyarakat penuturnya, yaitu masyarakat Lampung. Persebaran
bahasa Lampung telah mengalami evolusi dan perubahan sepanjang sejarahnya,
dari masa lampau hingga saat ini. Berikut adalah gambaran umum tentang
bagaimana persebaran bahasa Lampung telah berkembang dari dulu hingga saat
ini:
6
1) Periode Prasejarah: Pada periode prasejarah, bahasa Lampung mungkin telah
berkembang di wilayah Lampung secara bertahap, terkait dengan migrasi dan
perkembangan masyarakat setempat. Pada masa ini, bahasa Lampung
mungkin hanya dituturkan di wilayah Lampung yang terbatas.
2) Masa Hindu-Buddha: Selama masa Hindu-Buddha, wilayah Lampung
menjadi bagian dari jaringan perdagangan dan pertukaran budaya di
Nusantara. Kontak dengan budaya Hindu-Buddha di Jawa dan Sumatera serta
interaksi dengan budaya-budaya maritim lainnya mungkin telah
mempengaruhi perkembangan bahasa Lampung.
3) Masa Islam: Penyebaran agama Islam di wilayah Lampung pada abad ke-16
mungkin telah memperluas jangkauan bahasa Lampung melalui perdagangan,
misi-misi Islam, dan migrasi. Islam juga membawa pengaruh baru dalam
kosakata dan konsep ke dalam bahasa Lampung.
4) Kolonisasi Belanda: Selama masa kolonial Belanda, kontak dengan bangsa
Eropa, terutama Belanda, memperkenalkan bahasa Belanda dan
mempengaruhi bahasa Lampung melalui peminjaman kata-kata dan konsep.
5) Era Modern: Pada abad ke-20, dengan berkembangnya infrastruktur dan
komunikasi, serta penyebaran pendidikan formal, bahasa Indonesia menjadi
semakin dominan di Lampung sebagai bahasa resmi dan pengantar
pendidikan. Meskipun demikian, bahasa Lampung tetap dijaga dan
digunakan secara luas oleh masyarakat Lampung dalam kehidupan sehari-
hari, terutama di lingkungan keluarga dan komunitas lokal.
6) Diaspora dan Urbanisasi: Seiring dengan urbanisasi dan migrasi, terutama ke
kota-kota besar di Indonesia, serta diaspora ke luar negeri, bahasa Lampung
juga tersebar ke wilayah-wilayah di luar Lampung. Meskipun dalam konteks
urbanisasi mungkin terjadi penurunan penggunaan bahasa Lampung, upaya
pelestarian dan revitalisasi bahasa telah dilakukan oleh berbagai pihak.
7) Media dan Teknologi: Perkembangan media dan teknologi informasi, seperti
televisi, radio, dan internet, telah memainkan peran dalam memperkenalkan
7
bahasa Lampung ke lebih banyak orang dan memfasilitasi komunikasi
antarpenutur bahasa Lampung di seluruh dunia.
Persebaran bahasa Lampung dari masa lampau hingga saat ini mencerminkan
dinamika sosial, budaya, dan politik yang telah memengaruhi wilayah Lampung.
Meskipun bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi dan bahasa pengantar
utama di pendidikan dan administrasi, bahasa Lampung tetap menjadi identitas
penting bagi masyarakat Lampung dan terus dijaga serta digunakan dalam
berbagai konteks kehidupan sehari-hari.
8
Abad kedelapan, yaitu keratuan seperti Keratuan Dipuncak, Keratuan
Pemanggilan, Keratuan Pugung, Keratuan Dibalau, dan Keratuan Darah
Putih (Sudirman et al., 2005). Tidak pernah ada kerajaan feodal di
Lampung, jadi orang-orangnya harus tunduk kepada Sriwijaya dari abad
ketujuh sampai ketiga belas, Majapahit dari abad ketiga belas dan empat
belas, dan Banten dari abad lima belas dan enam belas. Selain itu, dari abad
ke-16 hingga abad ke-20, transmigrasi dan kolonisasi telah menyebabkan
kemajuan masyarakat Lampung dari berbagai aspek sosial, budaya, dan
agraris.
9
sifat homogin bahasa Lampung telah diteliti dari perspektif geografis di
Sumatra bagian Selatan (Sumbagsel). Sifat bahasa Lampung yang
homogen tersebar secara merata di Sumbagsel. Penutur di bagian utara
telah banyak berinteraksi dengan orang Melayu Palernbang sejak
Sriwijaya, dan orang di bagian selatan telah banyak berinteraksi dengan
orang Melayu Jakarta sejak kemerdekaan Republik Indonesia.
10
3. Pepadun Pubian Telu Suku (Manyarakat (banyarakat/ manyakhakat),
Tambapupus, Buku Jadi).
4. Buway Gunung (Kampung Negerisipin, sekitar Way sekampung bagian
hulu, keturunan dari Pubian Manyarakat).
5. Buway dari suku bangsa bertempat tingal di Sungai Tatang dekat Bukit
Siguntang Sumatera Selatan.
6. Kebuwayan yang datang dari Pagaruyung Laras.
7. Buay Balam (Keturunan dari Poyang Sakti, dari persekutuan ”Paksi Pak
Tukket Pedang” disekitar tiyuh Batu Brak Skala Brak).
8. Buay Nuwat (Keturunan dari Poyang Serata di Langik, dari persekutuan
”Paksi Pak Tukket Pedang” disekitar tiyuh Batu Brak Skala Brak), dan
sebagainya.
1. Sai Batin Marga 5 (lima) Kalianda dan sekitarnya (Marga Ratu, Marga
Legun, Marga Rajabasa, Marga dantaran, Marga Katibung).
2. Sai Batin Marga Lunik.
3. Sai Batin Marga Balak.
4. Sai Batin Marga Bumi Waras Teluk Betung.
5. Sai Batin Punduh (7 Kepenyimbangan Adat).
6. Sai Batin Pedada (8 Kepenyimbangan Adat).
7. Sai Batin Way Lima.
8. Sai Batin Kedundung, dan sebagainya.
11
1) Dialek Pesisir: Dialek ini dituturkan di wilayah pesisir Lampung, terutama di
sepanjang pantai barat Lampung, seperti Kota Bandar Lampung, Lampung
Barat, Lampung Selatan, dan sebagian Lampung Tengah. Dialek ini memiliki
ciri khas dalam intonasi dan kosakata yang sedikit berbeda dengan dialek-
dialek lainnya.
2) Dialek Abung: Dialek ini dituturkan oleh suku Abung di wilayah pedalaman
Lampung, terutama di Kabupaten Lampung Utara. Dialek Abung memiliki
ciri khas dalam tata bahasa dan kosakata yang sedikit berbeda dengan dialek-
dialek lainnya.
3) Dialek Tulang Bawang: Dialek ini dituturkan di wilayah Kabupaten Tulang
Bawang dan sekitarnya. Dialek ini memiliki karakteristik yang unik dalam
pengucapan dan kosakata yang berbeda dengan dialek-dialek lainnya.
4) Dialek Komering: Dialek ini dituturkan di sepanjang sungai Komering, yang
melintasi beberapa kabupaten di Lampung seperti Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan sekitarnya. Dialek
Komering memiliki ciri khas dalam intonasi dan kosakata yang khas bagi
penduduk di sepanjang aliran sungai Komering.
5) Dialek Laut (Dialek Pesisir Timur): Dialek ini dituturkan di wilayah pesisir
timur Lampung, terutama di Kabupaten Lampung Timur dan sekitarnya.
Dialek ini memiliki ciri khas dalam intonasi dan kosakata yang sedikit
berbeda dengan dialek-dialek lainnya.
Selain itu, ada juga variasi dialek kecil lainnya tergantung pada sub-suku dan
daerah kecil di dalam wilayah Lampung. Namun, di antara dialek-dialek tersebut,
yang paling umum dikenal adalah dialek Pesisir, Abung, dan Tulang Bawang.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. (2013). Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Sudirman, A., Ramlan, M., Kridalaksana, H., & Fernandez, I. Y. (2005). Hubungan
Kekerabatan Bahasa Melayu dan Bahasa Lampung. Humaniora, 17(1), 45–
54.
Udin, N., Sudrajat, R., Akhyar, W., Rejono, I., & Sanusi, E. (1992). Tata Bahasa
Lampung Dialek Pesisir.
14