Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL SURVEI

EKSISTENSI BAHASA DAERAH PADA KALANGAN MAHASISWA


MASA KINI
Mata Kuliah : Konsep Dasar IPS SD
S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dosen Pengampu : Putri Rachmadiyanti, S.P.d, M.Pd.

Disusun Oleh :
TIM ILMU SOSIAL ANTROPOLOGI (A)

Safira Nuri Ayunina 21010644181

Alfi Yuana Putri 21010644182

Luckyta Safarulli 21010644183

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PGSD
2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warrohmatullahi wabarakatu, Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayahnya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil survey yang berjudul “Eksistensi Bahasa
Daerah pada kalangan Mahasiswa masa kini”.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil survey mengenai pandangan
mahasiswa terhadap aktualisasi Bahasa daerah di Indonesia. Selesainya laporan ini tidak
terlepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Sehubungan dengan itu, kami mengucapkan terimakasih dan penuh rasa hormat
kepada Ibu Putri Rachmadiyanti, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep
Dasar IPS SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni
Dan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan hasil survey
ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun tercapainya
kesempurnaan dalam penulisan ini. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surabaya, 1 Desember 2021

Tim Antropologi A
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
D. Instrumen yang Digunakan ................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................................3
A. Landasan Teori.................................................................................................................3
BAB III HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN...............................................................6

A. Hasil Survey dan Pembahasan............................................................................................6


BAB IV KESIMPULAN.........................................................................................................9
A. Simpulan............................................................................................................................9
LAMPIRAN............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
1.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa daerah menjadi salah satu kekayaan bangsa memiliki fungsi sebagai alat
komunikasi bagi warga pendukungnya. Selain sebagai alat komunikasi intraetnik, bahasa
daerah pula berfungsi sebagai pendukung bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia. Atas
dasar fungsi ini seharusnya bahasa daerah terus dibina serta dikembangkan dalam rangka
memperkukuh ketahanan budaya bangsa. Bahasa daerah sebaiknya tidak lagi diperlakukan
sebagai salah satu kebudayaan yang kegunaannya bisa diganti oleh fungsi bahasa lain.
Untuk itu survei ini dilakukan untuk mempelajari dan mengetahui perkembangan
aktualisasi Bahasa yang dimiliki setiap daerah. Salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang
jarang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain adalah terdapatnya aneka bahasa daerah yang hidup
berdampingan dengan bahasa Indonesia. Keanekaan Bahasa daerah yang ada di Indonesia
dapat menjadi potensi yang positif dalam mengembangkan dan mempermantap kedudukan
Bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Oleh karena itu, menjadi tidak bijak jika bahasa
daerah dianggap sebagai bahasa ‘pengganggu’ Bahasa Indonesia.
Namun, meskipun Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional, peran Bahasa Daerah dan
Bahasa Asing juga turut memperkuat identitasnya. Bahasa daerah memiliki fungsi sebagai
pemasok kosa kata di dalam Bahasa Indonesia yang belum ada padanannya. Atas dasar fungsi
ini seharusnya bahasa daerah terus dibina dan dikembangkan dalam rangka memperkukuh
ketahanan budaya bangsa. Bahasa daerah sebaiknya tidak lagi diperlakukan sebagai salah
satu kebudayaan yang fungsinya dapat diganti oleh fungsi bahasa lain. Pasal 36 UUD 1945
menyebutkan, antara lain, bahwa bahasa daerah yang dipelihara dengan baik oleh para
penuturnya akan dihormati dan dipelihara oleh negara karena bahasa-bahasa daerah tersebut
merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup.
Kebijakan Bahasa Nasional merumuskan bahwa dalam hubungannya dengan
perkembangan kehidupan kenegaraan di Indonesia ke arah pemerintahan otonomi daerah
serta pelestarian budaya daerah, bahasa daerah perlu diberi kesempatan yang seluas-luasnya
memainkan peranan yang lebih besar. Pelestarian bahasa daerah bertujuan melindungi bahasa
daerah yang merupakan salah satu kekayaan bangsa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang
dinamis dapat memanfaatkan kosakata bahasa daerah sebagai pemerkaya kosakata bahasa
Indonesia. Sikap ini tidak hanya memantapkan kebudayaan daerah, tetapi juga memantapkan
kebudayaan nasional.
Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi bahasa daerah, sebaiknya kita menengok sejenak
butir (4) fungsi bahasa daerah yang disebutkan bahwa bahasa daerah berfungsi sebagai sarana
pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia. Di dalam hubungannya dengan fungsi
bahasa Indonesia, pada butir (1) dinyatakan bahwa bahasa daerah berfungsi sebagai
pendukung bahasa Indonesia, dan pada butir (3) dinyatakan bahwa bahasa daerah berfungsi
sebagai sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia. Ketiga butir fungsi bahasa
daerah di atas, secara tegas, memberi peluang kepada bahasa daerah untuk lebih berkembang
dan dapat mendukung bahasa Indonesia. Bahasa daerah memiliki peluang memainkan peran
yang lebih besar. Tentunya harapan ini tidak bias terjadi begitu saja tanpa adanya campur
2.

tagan masyarakat, terutama para mahasiswa. Mahasiswa dinilai cukup mampu untuk
memiliki peran sebagai pelestari Bahasa Daerah, karena pada 10 tahun mendatang para
Mahasiswa inilah yang memegang kendali atas Negara ini. Dari situ sudah cukup jelas bahwa
peran Mahasiswa dibutuhkan meningkatkan eksistensi Bahasa Daerah yang ada di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana kondisi Bahasa daerah pada masa sekarang?
2. Bagaimana cara menyelamatkan Bahasa daerah yang banyak diabaikan pada masa
sekarang?
3. Apa peran Mahasiswa terhadap Eksistensi Bahasa Daerah pada masa sekarang?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui perkembangan kondisi Bahasa daerah saat ini
2. Untuk mengetahui cara menyelamatkan Bahasa daerah
3. Untuk mengetahui peran Mahasiswa terhadap penyelamatan Bahasa daerah
1.4 Instrumen yang digunakan
Tim kami mengumpulkan data dalam instrumen penelitian kuesioner, identik dengan
penelitian kuantitatif karena data yang diberikan kepada informan adalah data yang ada
jawaban terbuka. Jenis pertanyaan yang ada dalam kuesioner adalah jenis pertanyaan yang
dibutuhkan dalam penelitian. Instrumen penelitian kuesioner seperti apa? Dalam bentuk
Google Form yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat oleh tim peneliti terkait
Bahasa daerah, lalu membagikan Form tersebut kepada beberapa narasumber dan orang-
orang untuk menjawab dengan bebas sesuai konteks pertanyaanya. Setelah dibagikan kepada
narasumber tim peneliti akan mendapat berbagai jawaban dari orang-orang dan jawaban
tersebut akan disaring untuk dikaji dalam penelitian.
3.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Bahasa dan Bahasa Daerah menurut Para Ahli


A. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Mengutip jurnal "Daerah Gambaran
Kondisi Vitalitas Bahasa Daerah di Indonesia" yang diterbitkan Pusat Data dan
Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahasa menjadi alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi baik lisan maupun
tulisan. Bahasa digunakan untuk bekerjasama, interaksi, dan identifikasi diri. Bahasa
dipakai kedua belah pihak untuk berkomunikasi dengan cara tertentu.
B. Bill Adams
Bahasa daerah adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah
konteks inter-subjektif.
C. Wittgenstein
bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan
realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis.
D. Ferdinand De Saussure
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap
kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang
lain.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahasa merupakan sistem
lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat
pemakainya, di Indonesia terdapat banyak bahasa yang digunakan oleh
masyarakatnya yang sering dianggap sebagai bahasa daerah. dapat disimpulkan
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah pada sebuah
negara kebangsaan, baik daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau daerah
yang luas.
2.2 Tujuan mempelajari Bahasa daerah
Tujuan utama dari bahasa daerah pada intinya memperkenalkan budaya bangsa yang
memang beraneka ragam terutama bahasa daerah supaya anak didik dapat
melestarikan bahasa daerahnya pada lingkungan yang modern dan tidak terpengaruh
budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma Pancasila, ada juga tujuan
pendukung yang lain :
1. Mempelajari nilai-nilai kedaerahan sebagai wujud kebhinekaan Indonesia
2. Untuk menggali ajaran dan petuah peradatan dan etika.
3. Untuk mendekati dan menghayati pikiran dan cita-cita nenek moyang yang telah.
mewariskan budaya.
4. Untuk melestarikan dan mempertahankan bahasa daerah sebagai wujud kecintaan
terhadap budaya daerah.
4.
2.3 Fungsi Bahasa daerah
1) Lambang kebanggaan daerah.
2) Lambang identitas daerah.
3) Sebagai ciri khas atau icon daerah
4) Sarana hubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.
5) Sarana pengembangan dan pendukung kebudayaan daerah.
6) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal
pendidikan.
2.4 Kondisi keberadaan Bahasa lokal (daerah) di pandangan Mahasiswa
Keberadaan sebuah bahasa lokal atau bahasa daerah sangat erat dengan keberadaan suku
bangsa yang melahirkan serta menggunakan bahasa tersebut. Bahasa sebagai unsur
pendukung utama tradisi serta adat istiadat. Bahasa juga sebagai unsur pembentuk sastra,
seni, kebudayaan, sampai peradaban sebuah suku bangsa. Bahasa daerah digunakan dalam
berbagai upacara adat, bahkan dalam percakapan sehari-hari. seperti apakah sebenarnya
kedudukan bahasa daerah kita terhadap bahasa Indonesia?

Sebagaimana sudah ditetapkan di dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Tahun 1945,


bahasa Indonesia adalah bahasa nasional. namun demikian di penjelasan dirumuskan bahwa
di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan
baik-baik (contohnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, dsb.) bahasa-bahasa itu akan dihormati
dan dipelihara juga oleh negara. Bahasa-bahasa daerah itupun adalah bagian pembentuk
kebudayaan Indonesia yang hidup dengan dinamis.
Bahasa daerah pada saat ini lebih banyak digunakan oleh penduduk suku bersangkutan
yang kebanyakan bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, ataupun kota-kota kecil, dan
daerah urban. Kelestarian, perkembangan, dan pertumbuhan bahasa daerah sangat tergantung
dari komitmen para penutur atau pengguna bahasa tersebut untuk senantiasa secara sukarela
mempergunakan bahasanya dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Bila penutur suatu
bahasa daerah masih berjumlah banyak, serta merekapun menurunkan bahasa daerah yang
dikuasainya kepada anak-anak serta generasi remaja, serta mahasiswa maka kelestarian
bahasa yang bersangkutan akan lebih terjamin dalam jangka panjang. sebaliknya, jika penutur
suatu bahasa daerah semakin berkurang dan tidak ada upaya regenerasi kepada generai muda,
maka sangat besar kemungkinan secara perlahan-lahan akan terjadi gejala degradasi bahasa
yang mengarah pada musnahnya suatu bahasa daerah.

2.5 Bahasa Daerah yang terancam punah


1. Bahasa Tandia (Papua Barat)
2. Bahasa Mawes (Papua)
3. Bahasa Kajeli/Kayeli (Maluku)
4. Bahasa Piru (Maluku)
5. Bahasa Moksela (Maluku)
6. Bahasa Palumata (Maluku)
7. Bahasa Ternateno (Maluku Utara)
8. Bahasa Hukumina (Maluku)
9. Bahasa Hoti (Maluku)
10. Bahasa Serua (Maluku)
11. Bahasa Nila (Maluku)
5.

2.6 Konsep penyelamatan Bahasa Daerah


Untuk mengantisipasi kepunahan bahasa daerah yang ada di Indonesia maka banyak
beberapa sekolah memberikan materi bahasa daerah yang sesuai dengan konteks
pemakaiannya dan tidak menyalahkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan
disekolah, akan tetapi bahasa daerah juga patut kita lestarikan sebagai inventaris kebudayaan
yang beragam dari beberapa daerah yang ada di Indonesia. Pendidikan sekolah dasar menjadi
dasar atau bekal utama mempelajari Bahasa daerah dan terus berlanjut sampai 9 tahun, 6
tahun di Sekolah Dasar dan 3 tahun di Sekolah Menengah Pertama. Bisa dimulai dalam
pendekatan multicultural.
Pendidikan dengan pendekatan multicultural merupakan strategi yang dapat
memudahkan proses pembelajaran yaitu dengan mempertimbangkan perbedaan individu
siswa dalam proses penyusunan program sekolah tingkat sekolah dasar (Kindsvatter,1996).
Apabila guru lebih serius mau mempertimbangkan hal tersebut maka siswa akan lebih mudah
dalam proses pembelajarannya (Savage & Amstrong,1996)
Latar belakang budaya anak terutama bahasa daerah harus menjadi kekuatan yang
dapat mempengaruhi dia dalam berinteraksi dengan guru di dalam menyusun pengetahuan
dalam benak si anak. Oleh karena itu pendidikan bahasa daerah harus mencerminkan kondisi
nyata anak yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda sehingga dapat
memudahkan anak untuk belajar di kelas dan meningkatkan hasil akademinya (Barba, 1998)
6.

BAB III
HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Bahasa Daerah pada Masa Sekarang
Seperti yang bisa kita lihat, pada masa sekarang penggunaan bahasa daerah sudah mulai
hilang dikalangan generasi milenial. Bahasa daerah juga jarang sekali diajarkan orang tua
kepada anak-anaknya. Mendidik anak menggunakan bahasa daerah tidak hanya dikalangan
rumah saja, namun di lingkungan masyarakat juga perlu mengajarkan dan melestarikan
bahasa daerah yang merupakan budaya dan nilai luhur daerah. Fenomenanya, desa atau
kampung-kampung yang biasanya menjaga kelestarian bahasa daerah pun mulai terjajah
dengan pembangunan yang mengarah pada “mengkotakan desa”. Lambat laun desa yang
khas dengan budaya dan bahasa, berubah menjadi kota dengan pesatnya pembangunan dan
perkembangan sekarang ini. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh dalam bahasa yang
menjadi peran penting dalam berkomunikasi.
Masyarakat yang kental dengan tradisi adat serta bahasa, mau tidak mau harus mengikuti
perkembangan zaman yang semakin canggih dengan berbagai teknologi. Begitu juga
pemuda-pemudi yang tinggal di desa, dituntut paham dan mengerti dengan teknologi.
Namun, dengan pesatnya perkembangan teknologi sekarang ini, sedikit banyak pemuda mulai
menghilangkan dan melupakan budaya dan bahasa daerahnya.  Sehingga generasi milenial
sekarang miskin akan bahasa daerah. Modernitas yang sarat akan kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan telah merubah jalan hidup banyak orang dan juga cara mereka
berkomunikasi. Khususnya pada penggunaan bahasa daerah dalam berkomunikasi sehari-hari
semakin ditinggalkan, dicampakan karena cenderung sering dianggap kuno, terbelakang,
serta “Kampungan”.
Permasalahan yang didapat nantinya, ketika penutur yang lebih tua dari generasi milenial
sudah gugur, maka tinggallah generasi milenial dan generasi selanjutnya. Sejatinya bahasa
daerah merupakan bahasa yang terkait akan latar belakang etnis, suku, budaya, yang begitu
kaya di Indonesia. Bahasa daerah mencerminkan identitas bangsa kita ini, cermin kita sebagai
bangsa yang kaya akan budaya dan bahasa. Betapa tidak, bangsa indonesia memiliki kurang
lebih 700 lebih bahasa daerah, tetapi yang tercatat oleh kementerian pendidikan dan
kebudayaan (Kemendikbud) berdasarkan beberapa sumber yang didapatkan hanya sekitar
450 saja. Sebagian sudah musnah, dan beberapa terancam punah. Bahasa-bahasa yang telah
dan terancam punah itu kebanyakan berada di luar pulau jawa, seperti di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan lain sebagainya. 
Berdasarkan sosiologis, pudarnya bahasa daerah tersebut tak lepas dari determinasi faktor
internal yang berasal dari masyarakat indonesia sendiri, dan faktor eksternal yang berasal dari
luar masyarakat. Dalam konteks Indonesia, ada beberapa faktor mendasar yang menyebabkan
berbagai bahasa daerah itu punah, nyaris punah, atau terancam dari kepunahan. Salah satu
faktor pentingnya adalah globalisasi, khususnya globalisasi di bidang teknologi dan
informatika. Serbuan gelombang globalisasi melalui media massa dan sosial media yang
masuk ke berbagai daerah jelas berkontribusi bagi merosotnya bahasa lokal. Globalisasi telah
menciptakan sebuah “desa global” dimana para warga desa dan daerah pelosok pun bisa
dengan leluasa memilah-milah aneka bahasa yang mereka sukai untuk berkomunikasi dengan
7.

sesama. Kemudian, serbuan bahasa asing, khususnya Inggris, juga turut menyebabkan
merosotnya berbagai bahasa daerah. Masyarakat kini berbondong-bondong mempelajari
kedua bahasa itu dengan alasan yang berlainan. Orang mempelajari dan berkomunikasi
dengan bahasa Inggris karena dianggap “lebih modern” dan “educated”, selain sebagai kanal
untuk mendapatkan pekerjaan, beasiswa, akses internasional, dan sebagainya. Merosotnya
jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda untuk melestarikan kebudayaan dan
bahasa leluhur mereka juga menjadi faktor penting bagi eksistensi bahasa daerah di aa yang
akan mendatang.
3.2 Cara Menyelamatkan Bahasa Daerah yang Banyak Diabaikan Pada Masa Sekarang
Berdasarkan sosiologis, pudarnya bahasa daerah tersebut tak lepas dari determinasi faktor
internal yang berasal dari masyarakat indonesia sendiri, dan faktor eksternal yang berasal dari
luar masyarakat. Modernisasi dan Globalisasi merupakan salah satu faktor penting mengenai
punahnya bahasa daerah. Pengaruh dominan kultur global, khususnya kultur bahasa asing
yang terus disemai ke segala penjuru oleh Negara-negara maju telah mencekik aliran nafas
bahasa daerah. Baik faktor internal maupun eksternal, keduanya berdampak fatal bagi
kelestarian bahasa daerah. Semakin sedikit masyarakat khususnya generasi muda yang
menggunakan bahasa daerah saat ini, maka jangan berharap anak-cucu kita akan dapat
bersapa dengan bahasa luhur daerahnya di masa yang akan datang.

Untuk mengantisipasi semakin banyaknya bahasa daerah yang punah, pemerintah dan
masyarakat perlu melakukan sejumlah langkah strategis. Misalnya, pemerintah daerah perlu
membuat aturan kebijakan atau regulasi mengenai perlindungan bahasa dan sastra daerah.
Pemerintah juga perlu menjadikan bahasa-bahasa daerah (selain bahasa Indonesia) sebagai
“mata pelajaran” wajib di sekolah atau kampus yang disesuaikan dengan daerah masing-
masing agar para siswa/siswi terbiasa sejak dini dengan bahasa daerah mereka masing-
masing. Televisi dan radio juga perlu dijadikan sebagai medium memperkenalkan aneka
ragam bahasa daerah melalui program-program kreatif dan menarik masyarakat luas,
khususnya kalangan generasi milenial. 

Masyarakat juga bisa berkontribusi dalam melestarikan bahasa-bahasa daerah dengan


menginisiasi berbagai program penunjang, misalnya pembuatan buku-buku bahasa daerah,
penyediaan taman bacaan bahasa daerah, atau melalui berbagai aktivitas seni-budaya, dan
sebagainya. Pada lingkungan keluarga juga harus mengajarkan bahasa darah kepada anak –
anak mereka, karena bagaimanapun keluarga adalah lembaga pendidikan pertama bagi
manusia. Tanpa upaya serius dari pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan bahasa-
bahasa daerah, maka bukan hal yang mustahil jika kelak akan semakin banyak bahasa daerah
di Indonesia yang musnah ditelan zaman.      

3.3 Peran Mahasiswa terhadap Eksistensi Bahasa Daerah pada Masa Sekarang

Berdasarkan survey yang kami dapatkan, kami mendapatkan berbagai argumentasi mengenai
peran mahasiswa terhadap eksistensi bahasa daerah pada masa kini. Tentunya yang pertama
karena mahasiswa cukup menjadi pemegang kendali masyarakat. Mahasiswa dinilai cukup
mampu untuk memiliki peran sebagai pelestari Bahasa Daerah, karena pada 10 tahun
mendatang para Mahasiswa inilah yang memegang kendali atas Negara ini. Dari situ sudah
cukup jelas bahwa peran Mahasiswa dibutuhkan dalam meningkatkan eksistensi Bahasa
Daerah yang ada di Indonesia.
8.

Pelestarian dan Mahasiswa tidak dapat dipisahkan. Mahasiswa merupakan pewaris generasi
yang seharusnya memiliki visi, misi, cita-cita dan tujuan yang positif karena mereka pusat
contoh dan perhatian bagi orang lain khususnya sekitar masyarakat setempat. Mahasiswa
harus dapat mempertahankan tradisi dan kearifan lokal terutama bahasa daerah yang telah
diwariskan sejak dulu sebagai identitas bangsa, sehingga budaya yang telah ada akan terus
tetap terjaga kelestariannya. Kesadaran masyarakat dalam menjaga, mempertahankan, dan
melestarikan budaya lokal sekarang ini masih sangat minim. Masyarakat lebih memilih
budaya asing yang lebih praktis, asik, dan sesuai perkembangan zaman. Oleh karena itu,
sebagai mahasiswa harus tahu bagaimana caranya agar kearifan budaya lokal terus tetap
bertahan sejalan dengan arusnya globalisasi.

Pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu
guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap abadi,
bersifat dinamis, luwes, selektif, dan melokal. Pelestarian bahasa daerah adalah upaya untuk
mempertahankan nilai-nilai bahasa nenek moyang, nilai kearifan lokal, nilai tradisional
dengan mengembangkan perwujudan yang bersifat dinamis, luwes dan selektif, serta
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang

Mahasiswa tentunya harus bisa menaikkan eksistensi dari penggunaan bahasa daerah ini,
contohnya dengan cara mengadakan webinar untuk mengedukasi masyarakat umum
tentang urgensi dari penggunaan bahasa daerah terhadap kehidupan ini. Terutama di
daerah yang bahasa daerahnya sudah terancam punah. Mahasiswa masa kini juga
merupakan sebagai generasi yang melek IPTEK. Pada zaman generasi digital saat ini,
cukup mudah untuk menyebarkan informasi. Mahasiswa bisa membuat seperti blog atau
koten edukasi yang semenarik mungkin pada media sosial yang ada mengenai eksistensi
bahasa daerah dan pentingnya untuk tetap menjaga kelestarian bahasa daerah yang ada.
Tujuannya, yaitu jika pada media social cepat tersebar pada masyarakat dan masyarakat
menjadi tergerak untuk mengimplemetasikannya pada kehidupan.
9.

BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Bahasa daerah merupakan salah satu kekayaan bangsa yang memiliki fungsi sebagai
alat komunikasi bagi warga pendukungnya. Selain sebagai alat komunikasi intraetnik,
bahasa daerah pula berfungsi sebagai pendukung bahasa nasional, yakni bahasa
Indonesia.Bahasa daerah memiliki fungsi sebagai pemasok kosa kata di dalam Bahasa
Indonesia yang belum ada padanannya. Oleh karena itu Bahasa daerah harus selalu dijaga
dan dilestarikan oleh bangsa indonesia khususnya anak muda jaman sekarang. Pelestarian
bahasa daerah bertujuan melindungi bahasa daerah yang merupakan salah satu kekayaan
bangsa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dinamis dapat memanfaatkan kosakata
bahasa daerah sebagai pemerkaya kosakata bahasa Indonesia.
Dari hasil survey menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa masih menggunakan
Bahasa daerah untuk berkomunikasi dengan temannya, atau dengan orang tuanya. Tetapi
mereka masih belum bisa menggunakan Bahasa daerah semaksimal mungkin karena
beberapa dari mereka masih tidak bisa menggunakan Bahasa daerah dengan baik, seperti
Bahasa jawa yang digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua biasanya
menggunakan Bahasa jawa yang lebih halus daripada Bahasa jawa yang kita gunakan saat
berbicara dengan teman sebaya. Sebagian besar dari mahasiswa menggunakan Bahasa
Indonesia untuk berbicara dengan orang tuanya, atau dengan orang yang lebih tua.
Masih banyak anak muda yang masih menggunakan Bahasa daerah untuk
berkomunikasi dengan seseorang, tetapi seiring berjalannya waktu Bahasa daerah yang
mereka gunakan lebih condong ke Bahasa pergaulan, atau Bahasa yang sering dia pakai
untuk berbicara dengan teman sebayanya. Kebanyakan dari mereka sudah menerima
pelajaran tentang Bahasa daerah masing masing saat masih duduk di bangku sekolah,
tetapi karena kebiasaan menggunakan Bahasa pergaulan mereka jadi tidak bisa berbahasa
daerah dengan maksimal.
10.

LAMPIRAN
Lampiran data survey yang telah diambil melalui Google Form
11.
12.
11.

DAFTAR PUSTAKA

Rosita, Ayik,Aprila, Fifteen. "Pentingnya Mata Pelajaran Bahasa Daerah Dalam Kurikulum
Sekolah Dasar Dalam Eksistensi Budaya Bangsa." Tujuan Bahasa daerah, 2019: 35-43.

https://detikmanado.com/bahasa-daerah-akan-terancam-punah-kenapa/

https://genta.fkip.unja.ac.id/2018/07/13/2389/

https://www.dw.com/id/ancaman-kepunahan-bahasa-daerah-di-indonesia/a-55202134

http://repository.iainambon.ac.id/1335/1/Revitalisasi%20bahasa%20daerah%20yang%20berpotensi
%20punah%28Studi%20kasus%20bahasa%20Sepa%20di%20Amahai%20Maluku%20Tengah%29

https://katadata.co.id/safrezi/berita/616003455e7e3/memahami-arti-dan-fungsi-bahasa-daerah

Anda mungkin juga menyukai