Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SASTRA LISAN LAMPUNG

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Lampung

Dosen Pengampu : Nur Choironi, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Mellia Ningsih (2011100360)

Meyola Ayu Andira (2011100400)

M. Wahyu Purianto (2011100089)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkatnya
kami dapat menyelesaikan Makalah Sastra Lisan Lampung untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Lampung.

Kami juga berterimakasih kepada Ibu Nur Choironi, S.Pd., M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Lampung yang telah memberikan arahan dan saran
untuk pembuatan makalah ini dan kepada semua pihak yang telah memberikan
motivasi kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai salah satu materi
pada silabus semester V mata kuliah Bahasa Lampung serta bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya bagi dunia pendidikan.

Bandar Lampung, Oktober 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................I

DAFTAR ISI...............................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................III

1.1 Latar Belakang...................................................................................................III

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................IV

1.3 Tujuan................................................................................................................IV

1.4 Manfaat..............................................................................................................IV

1.5 Metode................................................................................................................V

1.6 Profil Sekolah......................................................................................................V

BAB II HASIL OBSERVASI.....................................................................................1

2.1 Pelaksanaan Observasi.........................................................................................1

2.2 Deskripsi Observasi.............................................................................................1

2.3 Ringkasan Hasil Observasi di Kelas....................................................................4

BAB III PENUTUP.....................................................................................................5

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................5

3.2 Saran....................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................7

LAMPIRAN.................................................................................................................8

III
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan


bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat. Berdasarkan bentuk atau wujudnya karya sastra terdiri dari aspek
isi dan aspek bentuk. Aspek isi merupakan pengalaman tentang hidup manusia.
Aspek bentuk merupakan hal-hal yang terkait cara pemakaian, cara pengarang
memanfaatkan bahasa untuk mewadahi isi dari karya sastra tersebut. Berdasarkan
pengertian dari aspek bentuk atau wujudnya, sastra dapat disampaikan secara
lisan dan tulisan. Penyampaian sastra secara lisan, langsung diungkapkan dari
mulut ke mulut sedangkan penyampaian sastra secara tulisan diungkapkan
melalui bahasa tulis.

Sastra lisan merupakan bagian kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di


tengah-tengah masyarakat. Sastra lisan merupakan milik bersama, bersifat
anonim pada suatu daerah tertentu. Sastra lisan adalah salah satu gejala
kebudayaan yang terdapat pada masyarakat terpelajar dan yang belum terpelajar.
Ragamnya pun sangat banyak dan masing-masing ragam mempunyai variasi
yang banyak pula. Isinya mungkin mengenai berbagai peristiwa yang terjadi atau
kebudayaan masyarakat pemilik sastra tersebut (Finnegan dalam Armina,
2012:1)

Pengungkapan sastra-sastra lisan di Indonesia itu mempunyai keuntungan,


yaitu dapat memperlihatkan keanekaragaman kekayaan budaya dan
menimbulkan saling memahami antarsuku bangsa di Indonesia melalui nilai-nilai
yang terdapat dalam sastra lisan tersebut. Sastra lisan di suatu daerah berfungsi
sebagai sarana pengungkapan tata nilai sosial budaya dan kehidupan di daerah
tersebut (Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1998:1). Sastra lisan
merupakan salah satu bentuk kreativitas masyarakat yang sayang jika diabaikan
keberadaannya. Berbagai nilai kehidupan seperti nilai kemanusiaan, keindahan,
moral, budaya, pendidikan, sejarah, ekonomi, dan politik dapat diungkapkan
melalui sastra lisan sehingga penting untuk dilakukan penelitian yang terkait
dengan sastra lisan tersebut. Dengan dilakukannya penelitian, hasil penelitian
sastra lisan dapat bermanfaat untuk melestarikan sastra lisan tersebut. Selain itu,
hasil penelitian juga bermanfaat untuk perkembangan dan pelestarian sastra lisan
yang sudah ada.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka di rumuskan permasalahan sebagai


berikut:
1. Apakah pengertian dari Sastra Lisan Lampung?
2. Apakah fungsi dari Sastra Lisan Lampung?
3. Apa saja jenis Sastra Lisan Lampung?

I.3 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pengertian dari Sastra Lisan Lampung


2. Menjelaskan fungsi dari Sastra Lisan Lampung
3. Menjelaskan jenis-jenis Sastra Lisan Lampung

V
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Sastra Lisan Lampung

Sastra lisan atau sastra rakyat adalah karya sastra dalam bentuk ujaran
(lisan), tetapi sastra itu sendiri berkutat di bidang tulisan. Sastra lisan membentuk
komponen budaya yang lebih mendasar, tetapi memiliki sifat-sifat sastra pada
umumnya.
Sastra lisan Lampung adalah sastra berbahasa Lampung yang hidup secara
lisan, yang tersebar dalam bentuk tidak tertulis (kini sudah diinventarisasi dan
sudah banyak yang ditulis). Sastra lisan Lampung merupakan milik kolektif etnik
Lampung dan bersifat anonim. Ciri utamanya kelisanan, anonim, dan lekat
dengan kebiasaan, tradisi, dan adat istiadat dalam kebudayaan masyarakat
Lampung. Sastra itu banyak tersebar di masyarakat, merupakan bagian yang
sangat penting dari kekayaan budaya etnik Lampung dan juga merupakan bagian
dari kebudayaan nasional.
II.2 Fungsi Sastra Lisan Lampung

Secara umum, sastra lisan dalam kehidupan etnik/adat istiadat Lampung


memiliki beberapa fungsi/manfaat dan kegunaan sebagai berikut:

1. pengungkap alam pikiran, sikap, dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat


Lampung;
2. penyampai gagasan-gagasan yang mendukung pembangunan manusia
seutuhnya;
3. pendorong untuk memahami, mencintai, dan membina kehidupan dengan
baik;
4. pemupuk persatuan dan saling pengertian antarsesama;
5. penunjang pengembangan bahasa dan kebudayaan Lampung;
6. penunjang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

1
Pada zaman dahulu, sastra lisan Lampung disebarkan dari mulut ke kuping
(bukan dari mulut ke mulut) pada suasana atau kegiatan berikut ini:

1. pada saat bersantai;


2. pada saat mengerjakan kerajinan tangan, seperti menenun tapis,
menyulam, atau membuat anyam-anyaman;
3. pada saat beramai-ramai bekerja di kebun atau di sawah, seperti ketika
membuka ladang atau menanam/menuai padi;
4. pada saat upacara penyambutan tamu secara adat
5. pada saat upacara pemberian jejuluk (jejuluk adalah gelar sebelum
menikah, diberikan bersamaan dengan pemberian nama) atau pemberian
adek/adok (gelar adat);
6. pada saat berlangsungnya acara muda-mudi;
7. ketika berlangsungnya acara cangget 'tarian adat';
8. ketika berlangsungnya acara bebekas penglepasan mempelai"

II.3 Fungsi Sastra Lisan Lampung

A. Effendi Sanusi (1996) membagi sastra lisan Lampung menjadi lima jenis:
peribahasa, teka-teki, mantra, puisi, dan cerita rakyat.

1. Sesikun/Sekiman (Peribahasa)

Sesikun/Sekiman adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa kiasan,


atau tidak bermakna harfiah. Fungsinya beragam, mulai dari alat pemberi
nasihat, motivasi, sindiran, celaaan, sanjungan, perbandingan, juga pemanis
dalam berbahasa.

Berikut beberapa contoh sesikun atau sekiman:

1) Di kedo biduk teminding, di san wai tenimbo.


 Arti harfiah: “Di mana sampan berlabuh, di situ air ditimba.”
 Arti asli: Pandai-pandailah membawa diri, bersikaplah sesuai
dengan adat-istiadat setempat.
2) Dang happuk di kemutik, beguno ki gayah.
 Arti harfiah: “Jangan membuang buah muda, berguna saat
susah.”
 Artinya: Jangan meremehkan orang yang tidak punya atau
orang bodoh;siapa tahu, dalam keadaan tertentu, justru mereka
yang bisa membantu.

2. Seganing/Teteduhan (Teka-Teki)

Seganing/Teteduhan adalah soal yang dikemukakan secara samar-samar,


biasanya untuk permainan atau untuk pengasah pikiran. Contohnya:

Sanak sango muaghei lapah di sabah, makai kawai besei, kepiahno adek
bah. Nyo kidah?

(Sanak-saudara pergi ke sawah, berbaju besi, kopiah mengarah ke bawah.


Apa itu?)

3. Memang (Mantra)

Mantra adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya


gaib, seperti dapat menyembuhkan orang yang sedang menderita sakit, dapat
mendatangkan celaka, dan sebagainya. Dalam kehidupan etnis Lampung,
mantra dikenal dengan istilah memmang. Nama memmang bermacam-
macam, ada yang disebut asihan (penarik simpati orang),
pebukem/(pebukom (membuat orang tidak dapat berbicara),
peghepek/peggheppok balung (penghilang kekuatan seseorang Dalam
kehidupan Lampung jaman dulu, mantra mempunyai kekuatan gaib. Dengan
mantra, alam pikiran seseorang dapat berhubungan dengan hal-hal
supranatural sehingga dengan membacakan mantra, sesuatu yang menurut
logita tidak mungkin trjadi menjadi kenyataan. Bagi yang percaya terhadap
kekuatan mantra, mantra dapat berfungsi atau dapat digunakan untuk:

3
a. memperkuat mental dan percaya diri.
b. mengusir roh jahat, misalnya kesurupan, menggangu kehidupan manusia
c. mengobati orang sakit,
d. mengalahkan kekuatan alam sekitar, menjinakan binatang buas.
e. menundukan hati seseorang.

Di daerah Lampung, pada umumnya mantra berbentuk frasa (kelompok


kata) atau berbentuk kalimat. Ada yang tersusun berirama saperti pantun.
Contoh:

a. Untuk menguji kesetian seseorang, Kain andak sulam setegha Ki


temmen sayang di nyak, pusau pudak ghik dada Artinya; Kain putih
bersulam sutra Jika benar sayang pada saya, usap muka dan dada

b. Agar disegani orang, Ngegelepegh nago sati, ijo sai guremeu Tunduk
sagalo penunggeu bumei, sembah gureumeu Berkat La ilaha illalloh,
Muhammad Rasululloh Artinya: Menggelepar naga sakti, ini yang gurumu.
Tunduk segala penggu bumi, sembah gurumu. Berkat La ilaha illalloh,
Muhammad Rasululloh

4. Warahan (Cerita Rakyat)

Warahan adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara


lisan; bisa berbentuk epos, sage, fabel, legenda, mite, atau semata-mata fiksi.
tilah wawaghahan dikenal di Lampung Barat (termasuk daerah Liwa dan
sekitarnya), sering didengar oleh pembawa cerita (prosa) berirama, biasanya
dibawakan oleh seorang nenek/kakek untuk para cucu laki-laki atau
perempuan mereka dengan irama sedemikian rupa, menaik dan menurun,
menimbulkan kesan perasaan tertentu serta berisi petuah/nasihat, nilai-nilai,
serta norma yang bisa dipetik untuk kehidupan sehari-hari. Si pendengar
cerita warahan ini akan merasa kagum, serta terhanyut oleh irama yang
mengiringi cerita yang disampaikan itu.
1. Hikayat

Hikayat adalah bentuk karya sastra lisan yang berisi kisah, cerita
dan juga dongeng. Kisah Buay Selagai adalah cerita rakyat Lampung
(warahan/wawaghahan) yang berbentuk hikayat, adapun kisah-kisah
lainnya yang berbentuk hikayat, yaitu Kisah Si Raden dan si Batin, Si
Luluk, Sekh Dapur, Sidang Belawan, dan Abdul Muluk Raja Hasbanan.

2. Dongeng

Dongen merupakan kisah-kisah yang biasanya berisi imajinasi dari


pengarang sastra dan umumnya bersifat mendidik. Kisah Danau Ranau
atau sebuah nama "Ranau" merupakan salah satu bentuk dongeng dalam
cerita rakyat Lampung yang sangat populer pada masa lalu dan
sekarang.

3. Mitos

Cerita Si Pahit Lidah adalah asalah jenis cerita rakyat Lampung


yang berbentuk mitos. Mitos biasanya dihubungkan dengan cerita
mengenai peristiwa gaib, kepercayaan masyarakat yang bersifat
takhayul ataupun cerita mengenai kehidupan dewa-dewa. Kisah seperti
ini ada dalam cerita rakyat suku Lampung, yaitu kisah Sukhai Cambai,
Cerita Anak dalom, dan Raksasa Dua Bersaudara.

4. Epos

Epos (cerita kepahlawanan) yaitu suatu alur cerita yang


mengisahkan tentang kisah/riwayat kepahlawanan seseorang yang
sifatnya membantu semua orang untuk terhindar dari penjajahan dan
sejenisnya.

Kisah gerilya Radin Intan adalah contoh cerita rakyat Lampung


(warahan) yang berbentuk epos. Epos diyakini memiliki dasar cerita
yang bersifat realita (berdasarkan kenyataan yang pernah terjadi). Isinya

5
menyangkut suatu peristiwa kepahlawanan yang benar-benar terjadi atau
diyakini sebagai kebenaran yang pernah berlangsung di masa silam.

Epos yang terkenal dalam cerita rakyat Lampung adalah cerita


kepahlawanan Radin Intan I dan Radin Intan II. Kisah ini diyakini nyata
dan terdapat keturunan Radin Intan yang hidup sampai saat ini

5. Legenda

Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu kala yang


berkaitan dengan peristiwa dan asal usul terjadinya suatu tempat/daerah.
Di Lampung, ada banyak cerita lisan warahan berbentuk legenda seperti
contohnya adalah Kisah Putri Petani yang Cerdik, Betung Sengawan,
Incang Incang Anak Kemang, Si Bungsu Tujuh Bersaudara, dan
Berdirinya Keratuan Ratu Melinting dan Ratu Darah Putih.

6. Fabel

Fabel adalah cerita rakyat pada masa lampau yang menceritakan


tentang nama dan kehidupan hewan-hewan serta kehidupan yang
prilakunya menyerupai manusia. Di provinsi Lampung, cerita rakyat
berbentuk warahan yang berbentuk fabel contohnya Dongeng Puyuh
dan Kerbau dan Dongeng Merak dan Gagak.
II.4 Puisi Lampung

Puisi Lampung memiliki ciri-ciri khusus dalam penyusunannya, di


antaranya:
1. Umumnya menggunakan rima ABAB, walau ada yang AAAA.
2. Satu larik terdiri atas 7 suku kata, walau variasi ada dengan jumlah 4 sampai
10 suku kata.
3. Satu bait umumnya terdiri dari 4 baris, walau terdapat variasi.
Puisi-puisi Lampung dibedakan berdasarkan fungsi mereka. Berdasarkan
fungsi, ada lima macam puisi Lampung, yang masing-masing memiliki beragam
nama tergantung dialek:
1) Paradinei/paghadini
2) Pepaccur/pepaccogh/wawancan
3) Pattun/segata/adi-adi
4) Bebandung
5) Ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang.

7
1. Paradinei/paghadini

Paradinei/paghadini adalah puisi Lampung yang biasa digunakan dalam


upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya pesta pernikahan
secara adat. Paradinei/paghadini diucapkan juru bicara masing-masing pihak,
baik pihak yang datang maupun yang didatangi. Secara umum, isi
paradinei/paghadini berupa tanya-jawab tentang maksud atau tujuan
kedatangan (A. Effendi Sanusi).
Contoh1:
Dari pihak yang datang:
Penano cawono pun, tabik ngalimpuro.
Sikam jo keno kayun, tiyan sai tuho rajo.
Ki cawo salah susun, maklum kurang biaso.
Dari pihak yang didatangi:
Sikam nuppang betanyo, jamo metei sango iringan.
Metei jo anjak kedo, nyo maksud dan tujuan?
Mak dapek lajeu di jo, ki mak jelas lapahan.
Contoh 2:
Tabik pun nabik tabik,tabik pun ngalimpukha
Sikam jo sanak tippik, haga numpang butanya
Mahap ki salah cutik, gekhalna mangkung biasa
Sikam numpang butanya, jama pekhwatin si wat dija
Kuti jo anjak ipa, api haga cekhita?
2. Pepaccur/pepaccogh/wawancan

Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan adalah salah satu jenis sastra lisan


Lampung yang berbentuk puisi, lazim digunakan untuk menyampaikan
pesan atau nasihat dalam upacara juluk adek/adok (pemberian gelar).
Sudah menjadi adat masyarakat Lampung, bahwa pada saat bujang atau
gadis meninggalkan masa remajanya, pasangan pengantin itu diberi
adek/adok sebagai penghormatan dan tanda bahwa mereka sudah berumah
tangga. Pemberian adek/adok dilakukan dalam upacara adat yang dikenal
dengan istilah ngamai adek/ngamai adok, atau jika dilakukan di tempat
mempelai wanita,nandekken adek dan inei adek/nandok.
Gelakhne ... anjak ...
Bingi hinji lagi senang sekhta bahagia
Lain moneh tipugampang astawa dipumudah
Adokne sanak sinji yakdo lah ...

3. Pattun/segata/adi-adi

Pantun/Segata/Adi-Adi adalah salah satu jenis puisi Lampung yang


digunakan dalam acara-acara yang sifatnya untuk bersukaria, misalnya
pengisi acara muda-mudi nyambai, miyah damagh, dan kedayek.
Contoh pattun/segata:
Bukundang Kalah Sahing

Numpang pai nanom peghing Adek gelagh ni sapa


Titanom banjagh capa Nyin mubangik ngughau ni
Numpang pai ngulih-ulih
Budaghak dipa dinyak
Jama kutti sai dija
Pullan tuha mak lagi
Adek kesaka dija Bukundang dipa dinyak
Kuliak nambi dibbi Anak tuha mak lagi

9
Payu uy mulang pai uy Pedom nyak sanga silop
Dang saka ga di huma Min pitu minjak miwang
Manuk disayang kenuy
Indani ghaddak minyak
Layau kimak tigaga
Titanom di cenggighing
Nyilok silok di lawok Musakik kik injuk nyak
Lentera di balimbing Bukundang kalah sahing
Najin ghalang kupenok
Musaka ya gila wat
Kidang ghisok kubimbing
Ki temon ni peghhati
Kusassat ghelom selom Ya gila sangon mawat
Asal putungga batu Niku masangkon budi
Kusassat ghelom pedom
Ali-ali di jaghi kiri
Asal putungga niku
Gelang di culuk kanan
Kughatopkon mak ghattop Mahap sunyin di kutti
Kayu dunggak pumatang Ki salah dang sayahan

Terjemahannya:
Pacaran Kalah Saingan

Numpang menanam bambu Hutan tua tiada lagi


Ditanam dekat capa Pacaran dengan siapa aku
Numpang bertanya Anak tua tiada lagi
Kepada kalian di sini
Ya oi pulang dulu oi
Adik kapan kemari Jangan lama-lama di ladang
Kulihat kemarin sore Ayam disayang elang
Nama adik siapa Kacau kalau tak dicegah
Agar enak memanggilnya
Melihat-lihat di laut
Berladang dimana aku Lentera di balimbing
Walau jarang kulihat Ditanam di lereng bukit
Tapi sering kuucap Betapa derita kurasakan
Pacaran kalah saingan
Kucari ke dasar gelap
Asal bersua batu Sudah lama sebenanya ada
Kucari hingga ke tidur Kalau memang lebih
Asal bersua denganmu perhatian
Ya memang tidak
Kurebahkan tak rebah
Kau menanam budi
Kayu di ujung pematang
Sejenak aku tertidur Cincin di jari kiri
Tujuh kali terbangun Gelang di kaki kanan
menangis Maaf semuanya kepada kalian
Kalau salah jangan mengejek
Layaknya ghaddak minyak*

4. Bebandung

Bubadung adalah salah satu bentuk seni sastra lisan daerah yang
menggunakan Bahasa lampung.

Pada umumnya Bubandung berisikan :


 Nasehat agama
 Cerita misalnya kesedihan, kegembiraan dan lain-lain

Berikut adalah salah satu contoh Bubandung :

11
Sanak Aghuk (Anak Yatim)

Syair Terjemahan
Pegat tali mu biduk Putus talimu perahu
Jemuhang jak bengkalan Berlayar dari pelabuhan
Sangun kak ghadu tanyuk Memang sudah hanyut
Sanak aghuk buangan Anak yatim terbuang
Sanak aghuk tebuang Anak yatim terbuang
Sangun mak ngemik teduh Memang tak di harapkan
Gelik kain seghilang Habis selembar kain
Pakaiku ngumban ken luh Untukku buang air mata
Tepik pai nikeu tiyuh Selamat tinggal desa
Hai badan wara wirei Hai badan wara wiri
Sijo ngebuang teduh Ini membuang harapan
Kalau kelawan bagei Semoga bisa tercapai
Berlayar diwai deres Berlayar diair deras
Pengayuh cappa diwai Dayung jatuh keair
Hai badan tede tedes Hai badan bersabarlah
Cadang pai maghei Semoga esok lebih baik
Beduk subuh ngebunyei Beduk subuh berbunyi
Tando ulun sembahyang Tanda kita sembahyang
Sedih keu jamo direi Sedihku dengan diri
Kapan yo dapek mulang Kapan ia bisa kembali
Sijow nyak ngepik tanggeh Ini saya berpesan
Cuak ahlei pamilei Panggil sanak keluarga
Dirikeu ghadlu jaweh Diriku sudah jauh
Lapah ngebuang direi Pergi membuang diri
5. Ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang.

Ringget/pisaan, juga dikenal dengan nama dadi/highing-highing/wayak/


ngehahaddo/hahiwang dalam beragam dialek, adalah puisi tradisi Lampung
yang lazim digunakan sebagai pengantar acara adat, pelengkap acara
pelepasan pengantin wanita ke tempat pengantin pria, pelengkap acara
cangget, pelengkap acara muda-mudi (seperti nyambai, miyah damagh, dan
kedayek), senandung saat meninabobokan anak, dan pengisi waktu bersantai.
Adapun contoh Ringget/Pisaan sebagai berikut:

Ikam ago betulang


Perwatin ghadeu mengan
Cubo pai sedeu kupei

Butangguh ago mulang


Jamo gham sekalian
Jamo unyen muwaghei

Suaro ghadeu lattang


Ino tando mak supan
Gegehke dilem ngipei

Lain ikam mak senang


Jamo gham sekalian
Kimak ino raso atei

Lain ikam mak senang


Jam kham sekalian
Kimak ina khasa hatei

13
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Sastra lisan Lampung adalah sastra berbahasa Lampung yang hidup secara
lisan, yang tersebar dalam bentuk tidak tertulis (kini sudah diinventarisasi dan
sudah banyak yang ditulis).

Secara umum, sastra lisan dalam kehidupan etnik/adat istiadat Lampung


memiliki beberapa fungsi/manfaat dan kegunaan sebagai berikut:

1. pengungkap alam pikiran, sikap, dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat


Lampung;
2. penyampai gagasan-gagasan yang mendukung pembangunan manusia
seutuhnya;
3. pendorong untuk memahami, mencintai, dan membina kehidupan dengan
baik;
4. pemupuk persatuan dan saling pengertian antarsesama;
5. penunjang pengembangan bahasa dan kebudayaan Lampung;
6. penunjang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Adapun jenis-jenis sastra lisan Lampung antara lain:

1. Sesikun/Sekiman (Peribahasa)
2. Seganing/Teteduhan (Teka-Teki)
3. Memang (Mantra)
4. Warahan (Cerita Rakyat)
Puisi-puisi Lampung dibedakan berdasarkan fungsi mereka. Berdasarkan
fungsi, ada lima macam puisi Lampung, yang masing-masing memiliki beragam
nama tergantung dialek:

1) Paradinei/paghadini
2) Pepaccur/pepaccogh/wawancan
3) Pattun/segata/adi-adi
4) Bebandung
5) Ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang
III.2 Saran

Kami menyarankan kepada seorang pendidik untuk mengajarkan sastra lisan


Lampung kepada peserta didik agar peserta didik tersebut memahami dan
menumbuhkan cinta terhadap budayanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Liwaya, Agus. 2015. Sastra Lisan Lampung. Diakses di website

Sanusi, A. Effendi. 1996. Sastra Lisan Lampung Dialek Abung. Bandar Lampung:
Gunung Pesagi.

Sanusi, A. Effendi et al. 1996. Struktur Puisi Lampung Dialek Abung. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sanusi, A. Effendi. 1999. Sastra Lisan Lampung. Bandar Lampung: Buku Ajar FKIP
Unila.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_lisan, pada hari Rabu, 9 November 2022, pukul.


09.00 WIB.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sastra_Lampung, pada hari Rabu, 9 November 2022,


pukul. 09.30 WIB.

https://lovelylampung.com/sastra-lisan-lampung-pengertian-jenis-fungsi-macam-
bentuk-dan-contoh/, pada hari Rabu, 9 November 2022, pukul. 10.00 WIB.

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6962, pada hari


Rabu, 9 November 2022, pukul. 10.30 WIB.

https://lovelylampung.com/bentuk-contoh-dan-macam-macam-warahan-atau-
wawaghahan-cerita-lisan-lampung/, pada hari Rabu, 9 November 2022,
pukul. 11.00 WIB.

https://tutorialpelajaran.com/3646/bubandung/, pada hari Rabu, 9 November 2022,


pukul. 11.16 WIB.

https://www.celebrities.id/read/contoh-sastra-lisan-lampung-50D2JD?page=2, pada
hari Rabu, 9 November 2022, pukul. 11.30 WIB.
http://saluasado.blogspot.com/2015/08/bentuk-bentuk-sastra-puisi-lampung-a.html,
pada hari Rabu, 9 November 2022, pukul. 11.50 WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai