Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SASTRA LOKAL DI INDONESIA DAN DI ERA WALISONGO


Disusun guna memenuhi tugas
Tugas : Islam, Budaya Dan Kearifan Lokal
Dosen : Ayu Faiza Algifahmy, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Muhammad Dawwam Muttaba 2101016114


2. Nanda Putri Carolina 2101016132
3. Zulham Ikramullah 2101036108

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Sastra Lokal Di Indonesia Dan Di Era Walisongo tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Ayu Faiza Algifahmy, M.Pd. pada
mata kuliah Islam, Budaya Dan Kearifan Lokal di UIN Walisongo Semarang. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai
topik makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ayu Faiza
Algifahmy, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Islam, Budaya Dan Kearifan Lokal atas tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 1 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
BAB 2 PEMBAHASAN 6
2.1 Pengertian Sastra 6
2.2 Macam-Macam Sastra 7
2.3 Pengaruh Islam Terhadap Sastra Di Indonesia 12
2.4 Sastra Islam Yang Berkembang Di Indonesia 14
2.5 Sastra Islam Yang Berkembang Di Era Walisongo 15
2.6 Upaya Melestarikan Sastra Lokal 16
BAB 3 PENUTUP 17
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karya sastra merupakan wadah seni menampilkan keindahan lewat
penggunaan bahasa yang menarik, bervariasi, dan penuh imajinasi. Tidak hanya itu,
karya sastra juga memberikan pengetahuan tentang berbagai hal yang mungkin saja
belum diketahui pembaca. Sastra merupakan sarana yang digunakan pengarang yang
berisi ide dan gagasan terhadap karya seni. Sesuai dengan hakekat sastra yaitu Dulce
etUtile yang artinya indah dan berguna, Watt berpendapat bahwa karya sastra yang
baik memberikan fungsi, sebagai : (1) pleasing atau kenikmatan hiburan, yang artinya
karya sastra dipandang sebagai pengatur irama hidup dan penyeimbang rasa. (2)
instructing atau memberikan ajaran tertentu, yang menggugah semangat hidup.
Artinya, karya sastra diharapkan mencerminkan aspek didaktif. Selain memberikan
hiburan dan pendidikan, karya sastra juga dapat mempengaruhi pembaca lewat isi dan
maknanya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu
memberi pengaruh sosial terhadap masyarakat.1
Perkembangan dalam dunia sastra tidak dapat lepas dari perubahan atau
pengaruh yang ada dalam masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan karya
sastra sebagai sebuah refleksi kehidupan dapat dilihat lewat perkembangan zamannya.
Jadi tidaklah mengherankan bila terdapat perbedaan fenomena-fenomena sosial dalam
karya sastra jika ditinjau berdasarkan perkembangan zaman. Misalnya pada zaman
penjajahan, baik puisi maupun prosa lebih banyak bermaknakan perjuangan kaum
muda dalam membela negara, tentang peperangan, serta bagaimana hadirnya budaya
asing di tengah-tengah masyarakat. Ada juga yang berkisahkan tentang perjodohan
dan kawin paksa. Pada zaman modern seperti sekarang tentu perjodohan masih sering
dijadikan topik dalam karya sastra, tapi yang membedakannya adalah nilai budaya,
adat istiadat, dan norma kepatuhan.

1
Regina Yolanda Adampe, Tinjauan Sosiologis Terhadap Novel Detik Terakhir Karya
Alberthiene Endah, Manado, 2015, hlm. 3

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sastra?
2. Apa Saja Macam-Macam Sastra?
3. Bagaimana Pengaruh Islam Terhadap Sastra Di Indonesia?
4. Apa Saja Sastra Islam Yang Berkembang Di Indonesia?
5. Apa Saja Sastra Islam Yang Berkembang Di Era Walisongo?
6. Bagaimana Upaya Melestarikan Sastra Lokal?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sastra
2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Sastra
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Islam Terhadap Sastra Di Indonesia
4. Untuk Mengetahui Sastra Islam Yang Berkembang Di Indonesia
5. Untuk Mengetahui Sastra Islam Yang Berkembang Di Era Walisongo
6. Untuk Mengetahui Upaya Melestarikan Sastra Lokal

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sastra


Menurut A. Teeuw, sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang merupakan
gabungan dari kata sas yang memiliki arti mengarahkan, mengajarkan dan memberi
petunjuk, sedangkan kata tra menunjukkan alat atau sarana. Sehingga, sastra berarti
sebuah alat yang digunakan untuk mengajar, sebagai buku petunjuk atau sebagai
media pengajaran. Pengertian tentang sastra sangat beragam dijabarkan oleh berbagai
kalangan menurut versi pemahaman mereka masing-masing.2
Menurut A. Teeuw, sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau kaidah
penggunaan bahasa dalam bentuk tertulis. Sedangkan Jacob Sumardjo dan Saini K.M.
mendefinisikan sastra sebagai ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
pemikiran, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang
membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Seiring dengan meluasnya kebiasaan
membaca dan menulis, pengertian sastra menyempit dan didefinisikan sebagai segala
hasil aktivitas bahasa yang bersifat imajinatif, baik dalam kehidupan yang tergambar
di dalamnya, maupun dalam hal bahasa yang digunakan untuk menggambarkan
kehidupan itu.
Al-Ma’ruf mengungkapkan sastra berperan penting bagi kehidupan manusia.
Dalam proses sosial, sastra bermanfaat sebagai media untuk meningkatkan kepekaan
masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal, sosial, budaya dalam menghadapi
kehidupan yang kompleks dan multidimensi. Hal-hal terkait kehidupan sosial,
lingkungan hidup, perpecahan, keindahan dan kedamaian, kejujuran, kemanusiaan,
kebencian serta ketuhanan semuanya terangkum dalam sastra. Alhasil, pembelajaran
sastra berperan sangat penting dalam membangun karakter bangsa yang saat ini
sedang diambang batas kehancuran dan sangat memprihatinkan seluruh komponen
bangsa Indonesia.
Jika dilihat seksama sastra menimbulkan dampak positif bagi masyarakat di
antaranya dalam upaya pengembangan rasa, cipta, dan karsa. Sebab, fungsi utama dari
sastra adalah sebagai penghalus budi, dapat meningkatkan rasa kemanusiaan dan
kepedulian sosial, menumbuhkan apresiasi budaya, lebih mudah dalam menyalurkan

2
Muhamad Syarifudin, Strategi Pengajaran Sastra, Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019, hlm. 3

6
gagasan, ide, imajinasi dan ekspresi secara kreatif. Sastra dapat memperkaya
pengalaman batin pembacanya. Tentu saja hal itu hanya akan terjadi apabila sastra
dibaca secara menyeluruh, dihayati, dinikmati dan dipahami maknanya.

2.2 Macam-Macam Sastra


1) Puisi
Puisi merupakan suatu bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran
serta perasaan dari penyair dan secara imajinatif serta disusun dengan
mengonsentrasikan kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik serta
struktur batinnya3. Penekanan pada segi estetik pada suatu bahasa serta
penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima merupakan hal yang
membedakan pada puisi dari prosa. Namun dari perbedaan tersebut masih saja
diperdebatkan.
Dari pandangan kaum awam biasanya cara dalam membedakan puisi dan
prosa yaitu dari jumlah huruf serta kalimat dalam karya prosa lebih mengalir
seperti pada mengutarakan cerita. Beberapa dari para ahli modern memiliki
pendekatan untuk mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai
sebuah perwujudan dari imajinasi manusia, yang hal ini menjadi sumber dari
segala kreativitas. Selain itu pada puisi juga terdapat curahan dari isi hati
seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hati yang sedang
dialaminya. Berikut merupakan jenis-jenis puisi :
a. Puisi lama
Berikut ciri-ciri puisi lama :
1. Puisi lama biasanya berupa puisi rakyat dan tidak diketahui nama
pengarangnya.
2. Puisi lama masih terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti dari
jumlah baris pada setiap baitnya, sajak serta jumlah suku kata pada
setiap barisnya.
3. Disampaikan dari mulut ke mulut dan dapat disebut juga dengan
sastra lisan.
4. Menggunakan majas atau gaya bahasa tetap dan klise.
5. Biasanya berisikan tentang kerajaan, fantastis, serta istanasentris.
3
Juni Ahyar, Jenis-Jenis Karya Sastra Dan Bagaimanakah Cara Menulis Mengapresiasikan
Karya Sastra, Yogyakarta: Penerbit DEEPUBLISH, hlm. 34

7
b. Puisi baru
Ciri-ciri puisi baru antara lain :
1. Diketahui nama pengarangnya, berbeda dengan puisi lama yang
tidak diketahui nama pengarangnya.
2. Perkembangannya secara lisan serta tertulis.
3. Tidak terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti rima, jumlah baris
dan suku kata.
4. Menggunakan majas yang dinamis atau berubah-ubah.
5. Biasanya berisikan tentang kehidupan.
6. Biasanya lebih banyak memakai sajak pantun dan syair.
7. Memiliki bentuk yang lebih rapi dan simetris.
8. Memiliki rima akhir yang teratur.
9. Pada tiap-tiap barisnya berupa kesatuan sintaksis.

2) Cerpen
Cerita pendek (cerpen) merupakan sebuah bentuk karya sastra berupa
prosa naratif yang bersifat fiktif. Isinya tidak lebih dari 10.000 kata. Cerita pendek
atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita
pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya
fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel.
Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik
sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan
dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan
singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi
penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek
berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita
karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov. Seperti banyak bentuk seni
manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut
pengarangnya. Adapun yang menjadi ciri khusus cerpen, di antaranya sebagai
berikut.
1. Isinya cenderung kurang kompleks
2. Fokus cerita terpusat pada satu kejadian
3. Hanya menggunakan satu alur cerita yang rapat
8
4. Tokoh dalam cerpen sangat terbatas dan diulas secara sekilas
5. Setting yang digunakan biasanya tunggal
6. Tempo waktunya relatif pendek
7. Menampilkan konflik yang tidak menimbulkan perubahan nasib pada
tokohnya

3) Novel
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang
memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu
novella yang berarti sebuah kisah atau cerita. Penulis yang menulis sebuah novel
disebut sebagai novelis. Isi novel lebih panjang dan lebih kompleks dari isi
cerpen, serta tidak mempunyai batasan struktural dan sajak. Sebuah novel
biasanya menceritakan atau menggambarkan tentang kehidupan manusia yang
berinteraksi dengan lingkungan dan juga sesamanya. Di dalam sebuah novel,
biasanya pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan arahan
kepada pembaca untuk mengetahui pesan tersembunyi seperti gambaran realita
kehidupan melalui sebuah cerita yang terkandung di dalam novel tersebut.
Jenis-Jenis Novel
a. Jenis-Jenis Novel Berdasarkan Nyata atau Tidaknya Kejadian :
1. Novel Fiksi, merupakan novel yang tidak nyata atau tidak terjadi
dalam kehidupan nyata.
2. Novel Non Fiksi, merupakan novel yang pernah terjadi dalam
kehidupan nyata.
b. Jenis-Jenis Novel Berdasarkan Genre Ceritanya :
1. Novel Romantis, merupakan novel yang menceritakan kisah atau
cerita tentang kasih sayang atau cinta.
2. Novel Horror, merupakan novel yang menceritakan kisah atau
cerita tentang hal yang sangat menyeramkan dan menakutkan.
3. Novel Komedi, merupakan novel yang menceritakan kisah atau
cerita tentang hal yang lucu.
4. Novel Inspiratif, merupakan sebuah novel yang menceritakan kisah
atau cerita inspiratif.
c. Jenis-Jenis Novel Berdasarkan Isi dan Tokoh :
1. Novel Teenlit, merupakan novel yang berisi tentang remaja.
9
2. Novel Songlit, merupakan novel yang diambil dari sebuah lagu.
3. Novel Chicklit, merupakan novel yang berisi tentang perempuan
muda.
4. Novel Dewasa, merupakan novel yang berisi tentang cerita orang
dewasa.

4) Sandiwara atau Lakon


Sandiwara atau sering disebut juga Lakon (Bahasa Jawa), atau pertunjukan
drama adalah suatu jenis cerita, bisa dalam bentuk tertulis ataupun tak tertulis,
yang terutama lebih ditujukan untuk dipentaskan daripada dibaca. Sebuah lakon
tertulis merupakan suatu jenis karya sastra yang terdiri dari dialog antar para
pelakon dan latar belakang kejadian. Lakon tidak tertulis biasanya diambil dari
cerita yang sudah umum diketahui dan hanya menjabarkan secara umum jalan
cerita dan karakter-karakter dalam cerita tersebut.
Contoh karya lakon tertulis yang terkenal misalnya adalah Romeo and
Juliet dari William Shakespeare. Sebuah sandiwara bisa berdasarkan naskah
(skenario) atau tidak. Apabila tidak, maka semuanya dipentaskan secara spontan
dengan banyak improvisasi. Secara umum istilah “sandiwara” dalam bahasa
Indonesia diartikan sama dengan drama. Akan tetapi secara khusus istilah
sandiwara mengacu kepada kesenian pertunjukan teater drama tradisional rakyat
Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat. Kelompok Sandiwara Sunda atau
Sandiwara Indramayu dapat ditemukan di Jawa Barat (terutama sekitar Cirebon
dan Indramayu) dan Jakarta, salah satunya yang terkenal adalah Kelompok
Sandiwara Sunda Miss Tjitjih di daerah di Cempaka Baru Timur, Jakarta Pusat.
Kisah sandiwara ini dapat bersifat percintaan, raben, komedi, horor, tragedi, atau
kisah roman sejarah.
Lakon dibangun oleh peristiwa di dalam adegan, adegan merupakan
bagian dari badak yang ditandai dengan keluar masuknya tokoh, perupaan atau
musik dalam seni pementasan. Dengan demikian dalam satu babak bisa terjadi
lebih dari satu adegan. Babak itu sendiri adalah susunan dari beberapa adegan
yang ditandai dengan terjadinya pergantian setting (tempat, waktu dan kejadian
peristiwa) dalam sebuah peristiwa kejadian.
Berdasarkan jumlah babak, lakon dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni
lakon pendek dan lakon panjang. Lakon pendek biasanya, lakon terdiri dari satu
10
babak dengan beberapa peristiwa adegan di dalamnya. Lakon panjang dapat
dipentaskan mencapai tiga sampai lima babak dengan beberapa adegan di
dalamnya. Panjang pendeknya lakon sangat tergantung pada muatan isi atau
tematik yang disampaikan. Apakah bersifat neratif (paparan kronologis, sejarah
atau biografi) dengan waktu, kejadian dan peristiwa lebih dari satu tempat (setting
cerita), sehingga alur cerita pun cukup rumit tidak sederhana dan memakan waktu,
antara 90-120 menit atau lakon pendek hanya menghabiskan waktu 45-60 menit.
Pada kenyataannya proses kreatif yang dilakukan seorang seniman teater
dalam mengiterpretasi lakon, tidak selamanya tergantung pada banyak tidaknya
babak. Tetapi yang paling penting esensi cerita dapat sampai atau tidak kepada
pembaca dengan melakukan proses editing lakon. Sebaliknya dengan lakon yang
pendek dapat berkembang menjadi pementasan yang panjang dan memikat.

5) Prosa dan Monolog


Prosa adalah karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita atau narasi.
Prosa pada umumnya merupakan cangkokan dari bentuk monolog dengan dialog.
Karena itu, prosa disebut juga dengan teks pencangkokan. Yang dimaksud dengan
teks pencangkokan itu adalah pencerita (pengarang) mencangkokkan pikirannya
ke dalam pikiran-pikiran tokoh sehingga timbullah dialog di antara tokoh-
tokohnya itu. Padahal dialog-dialog itu adalah cetusan pikiran pengarang itu
sendiri.
Secara umum, prosa terbagi ke dalam dua jenis, yakni non sastra dan prosa
sastra. Yang termasuk ke dalam prosa non sastra adalah karangan-karangan yang
biasa disebut karya ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, atau artikel.
Adapun prosa sastra itu sendiri terbagi lagi ke dalam dua jenis, yakni prosa fiksi
dan prosa non fiksi. Prosa fiksi meliputi dongeng, cerpen, dan novel. Prosa non
fiksi meliputi biografi, autobiografi, dan esai. Berikut diuraikan beberapa jenis
prosa fiksi, yakni dongeng, cerpen, dan novel.
a. Dongeng
Dongeng adalah sebuah cerita, tetapi ceritanya dibumbui dengan hal-
hal yang tidak masuk akal, bentuk prosa lama ini berisi cerita khayalan
masyarakat di zaman dahulu. Dongeng memiliki beberapa bentuk,
yaitu :
1. Mitos, dongeng yang menceritakan kisah-kisah gaib. Contoh : Ratu
11
Pantai Selatan, Batu Menangis, dan lain-lain.
2. Legenda, dongeng yang menceritakan tentang asal-usul terjadinya
suatu peristiwa atau tempat. Contoh : Legenda Danau Toba,
Legenda Tangkuban Perahu, dan lainnya.
3. Fabel, dongeng yang tokoh di dalam adalah binatang. Contoh : Si
Kancil dan Buaya, dan lain-lain.
4. Sage, dongeng yang menceritakan tentang kisah kepahlawanan,
kesaktian, atau keberanian seorang tokoh. Contoh : Patih Gadjah
Mada, Calon Arang, Ciung Winara, dan lainnya.
5. Jenaka atau Pandir, dongeng yang menceritakan tentang perilaku
orang bodoh, malas, cerdik, di mana penyampaiannya dengan
humor. Contoh : Lebah Malang, Pak Belalang, dan lainnya.

2.3 Pengaruh Islam Terhadap Sastra Di Indonesia


Proses masuknya Islam ke Indonesia membawa banyak pengaruh dalam
berbagai bidang. Salah satunya adalah bidang sastra. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) karya sastra adalah hasil sastra, baik berupa puisi, prosa, maupun
lakon. Islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan yang dibawa oleh Kaum Arab,
Gujarat yang berdakwah membawa ajaran Islam dan menyebabkan
agama Islam masuk ke Indonesia. Sejak saat itu perkembangan Islam di Indonesia
berkembang pesat didukung oleh ulama-ulama dari Samudra Pasai, Demak, Mataram
dan lainnya. Hal itu dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan Kerajaan Islam dan
salah satunya adalah karya sastra. Beberapa karya sastra bercorak Islam yaitu :
1. Hikayat
Merupakan cerita yang berisi tentang keajaiban maupun cerita yang di luar
nalar dan ada juga cerita nyata atau cerita yang benar-benar terjadi. Berikut
adalah contoh hikayat :
a. Hikayat yang menceritakan kepahlawanan dan perjuangan Amir
Hamzah yang memperjuangkan Islam dan mempertahankan wilayah
Malaka dari bangsa Portugis.
b. Hikayat yang menceritakan tentang anak yang bernama Manakarma. Ia
lahir dari keluarga miskin namun dirinya memiliki budi pekerti yang
baik dan bisa sukses menjadi raja.
2. Babad
12
Merupakan buku yang berisi tentang puisi bahasa Jawa atau biasa disebut
“geguritan” yang menceritakan tentang perjuangan, peristiwa sejarah
maupun peperangan. Berikut beberapa contoh babad :
a. Babad yang berjudul tanah Jawi, merupakan babad yang berisi tentang
silsilah raja-raja Mataram Hindu hingga Mataram Islam.
b. Babad yang berjudul Raja-Raja Riau, menceritakan tentang raja-raja
Riau yang mempunyai corak Islam.
c. Babad Demak, merupakan babad yang berisi perjuangan Raden Patah
saat mendirikan Kerajaan Demak.
3. Suluk
Merupakan kitab yang berisi tentang tasawuf. Suluk biasanya memiliki
hubungan dengan istilah seperti tasawuf, sufisme, dan tarekat. Berikut
beberapa contoh suluk :
a. Suluk sukarsam, merupakan suluk yang menceritakan tentang hakikat
kepemimpinan.
b. Suluk Syarab al-Asyiqin, merupakan suluk yang berisi tentang ajaran
wahdat al-wujud.
4. Syair
Merupakan karya sastra yang berbait seperti pantun, setiap baitnya
memiliki empat baris. Syair biasanya digunakan untuk menggambarkan
tentang nasihat, agama, percitaan dan lain lain. Berikut contoh syair :
a. Syair Perahu, merupakan syair yang berisi tentang pengajaran tentang
adab.
b. Syair Kompeni Walanda, merupakan syair yang berisi tentang riwayat
Nabi.
Karya sastra merupakan alat efektif dalam penyebaran sebuah agama. Jalur
sastra inilah yang ditempuh masyarakat muslim dalam penyebaran ajaran mereka.
Karya-karya sastra bercorak Islam yang ditulis di Indonesia, terutama Sumatera dan
Jawa, awalnya merupakan gugahan atas karya-karya sastra klasik dan Hindu Budha.
Cara ini ditempuh agar masyarakat pribumi tak terlalu kaget akan ajaran Islam.
Selanjutnya, tema-tema yang ada mulai bernuansa Islami seperti kisah atau cerita para
nabi dan rasul, sahabat Nabi, pahlawan-pahlawan Islam, hingga raja-raja Sumatera

13
dan Jawa. Adakalanya kisah-kisah tersebut bersifat setengah imajinatif dalam arti tak
sepenuhnya benar.4

2.4 Sastra Islam Yang Berkembang Di Indonesia


1) Pulau Kalimantan
Hikayat Banjar merupakan kumpulan naskah tambo atau babad sejarah kerajaan di
Kalimantan, yakni Kesultanan Banjarmasin dan Kerajaan Kotawaringin. Naskah
Hikayat Banjar ditulis dalam akrasa Arab-Melayu dan menjadi salah satu bukti
tentang penyebaran Islam di Nusantara. Adapun Hikayat Banjar terbagi ke dalam
dua bagian, yakni Resensi I dan Resensi II.5
2) Pulau Jawa
Geguritan Jawa. Geguritan di daerah Jawa berkembang dari tembang, sehingga
dikenal beberapa bentuk tembang yang berbeda-beda. Pada awalnya, tembang
berwujud nyanyian dan memiliki sajak tertentu itu dibuat oleh para penyair untuk
dipersembahkan kepada pemimpin yang berkuasa. Sebagaimana disebutkan oleh
Suyami dan para peneliti lain (2002) dalam buku Geguritan Tradisional dalam
Sastra Jawa, geguritan bahasa Jawa adalah karya sastra Jawa yang berjenis puisi.
Puisi Jawa sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu puisi Jawa tradisional dan
puisi Jawa modern. Puisi Jawa tradisional yang berbentuk tembang mempunyai
jenis yang cukup banyak dan dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu puisi
tembang macapat, puisi tembang tengahan, dan puisi tembang gedhe. Puisi Jawa
tradisional dapat berupa parikan, guritan, singir dan tembang dolanan. Sementara
itu, puisi Jawa modern dapat berupa puisi bebas, yaitu puisi yang tidak terikat oleh
norma-norma ketat seperti yang dijumpai dalam puisi Jawa tradisional, seperti
tembang atau kidung.
3) Pulau Bali
Karya sastra ini juga berkembang di wilayah Bali dan juga dikenal dengan nama
geguritan. Geguritan di Bali umumnya menggunakan tembang macapat dalam
rangkaian ceritanya. Tembang macapat yang dikenal luas oleh masyarakat Bali :
pupuh mijil, pucung, kumambang, ginanti, ginada, semarandana, sinom, durma.
4) Pulau Sumatera

4
Suwito, Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI,
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2009, hlm. 368
5
Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009

14
Hikayat Raja-Raja Kerajaan Pasai karya sastra ini lumayan berumur tua dan
diperkirakan ditulis abad ke-14 Masehi. Isi dari karya sastra ini berkisah tentang
Marah Silu yang bermimpi bertemu Nabi Muhammad. Kemudian di mimpi
tersebut Marah Silu bersyahadat dan menjadi Sultan Pasai pertama dengan gelar
Malik al-Saleh.

2.5 Sastra Islam Yang Berkembang Di Era Walisongo


1) Sunan Bonang6
a. Suluk Wujil
b. Suluk Khalifah
c. Suluk Kaderesan
d. Suluk Regol
e. Suluk Bentur
f. Suluk Wasiyat
g. Suluk Pipiringan
h. Gita Suluk Latri
i. Gita Suluk Linglung
j. Gita Suluk ing Aewuh
k. Suluk Jebeng
l. Suluk Wregol
2) Sunan Giri
a. Lagu Lir-ilir
b. Dandang gula
c. Dandang Gula Silir
d. Tembang macapat berjudul Mijil
3) Sunan Kalijaga
a. Serat Dewaruci
b. Kitab Suluk Linglung

6
Jurnal An-Nida, Vol. 7, No. 2, Karya Sastra Sunan Giri Dalam Perspektif Dakwah Islam,
hlm. 164

15
2.6 Upaya Melestarikan Sastra Lokal
1) Nguri-nguri sastra
2) Memahami bahwa sastra merupakan salah satu bentuk budaya bahkan warisan
yang sangat berharga
3) Memperbanyak bacaan
4) Mengoleksi buku sastra
5) Update perkembangan sastra melalui sekitar atau media sosial
6) Memfilter sastra dari barat
7) Mencintai sastra lokal

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sastra ialah hasil karya manusia yang menceritakan tentang kehidupan
manusia yang disampaikan melalui tulisan atau bahkan bahasa. Sastra sendiri terdiri
dari berbagai jenis, sebagai berikut :
1) Puisi
2) Cerpen
3) Novel
4) Sandiwara atau Lakon
5) Prosa dan Monolog
Sastra yang berkembang tentu mendapatkan pengaruh ajaran Islam di mana
nilai-nilai terkait ajaran agama membaur ke dalam sastra. Sastra Islam hadir di setiap
wilayah yang kemudian mendapatkan label sebagai sastra khas atau dengan nama lain
yakni sastra lokal. Sastra Islam banyak muncul dan tercipta di Era Walisongo,
Walisongo melaksanakan penyebaran agama sekaligus berdakwah banyak yang
menggunakan media karya sastra untuk menarik simpati masyarakat.
Karya sastra yang banyak jumlahnya harus menjadi tanggung jawab bersama
untuk dapat saling menjaga dan melestarikan. Bagaimana pun karya sastra merupakan
budaya dan kearifan lokal yang tidak boleh tergerus oleh perkembangan masa. Upaya
menjaga dan melestarikan sastra dapat dilakukan melalui cara nguri-nguri, akses baca
ditingkatkan, memilah dan memilih sastra asing serta mencintai sastra lokal sehingga
dapat terus berkembang di berbagai kalangan masyarakat.

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahyar, Juni. Jenis-Jenis Karya Sastra Dan Bagaimanakah Cara Menulis Mengapresiasikan
Karya Sastra. Yogyakarta: Penerbit DEEPUBLISH.

Jurnal An-Nida. Vol. 7. No. 2. Karya Sastra Sunan Giri Dalam Perspektif Dakwah Islam.

Suwito. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI.
Jakarta.

Syarifudin, Muhamad. 2019. Strategi Pengajaran Sastra. Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia. Vol. 5. No. 2.

Tjandrasasmita. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Yolanda, Regina. 2015. Tinjauan Sosiologis Terhadap Novel Detik Terakhir. Manado.

18

Anda mungkin juga menyukai