PENDAHULUAN
Selain itu dalam arti kasusastraan, sastra yang bisa dibagi menjadi sastra tertulis
atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan,
tetapi degan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau
pemikiran tertentu. Biasanya, kasusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai sastra bila didalamnya
terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan
susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum dihati
pembacanya.
Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang
mendalam di hati para pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi
tullisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk, karya tersebut tidak dapat
disebut sebagai cipta sastra, begitu juga sebaliknya.
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan
D. Manfaat
2. Menambah ilmu tentang bentuk-bentuk sastra lama Indonesia dan sastra baru Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Sastra (Sansekerta/ Shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta, sastra,yang
berarti “ teks yang mengandung instruksi” atau “ pedoman “, dari kata dasar sas yang berarti
“ instruksi” atau “ ajaran “.Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk
kepada “kasusastraa “ atau sebuah jenis tulisan yang memilliki arti atau keindahan tertentu.
Selain itu dalam arti kasusastraan, sastra yang bisa dibagi menjadisastra tertulis atau
sastra lisan ( sastra oral ). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi
degan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran
tertentu. Biasanya, kasusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Karya sastra Indonesia dapat dibedakan menjadi dua menurut zaman pembuatan karya
sastra tersebut. Yang pertama adalah karya sastra lamaIndonesia dan karya sastra baru
Indonesia. Masing-masing karya memiliki ciri khas tersendiri.
Menurut zaman pembuatan karya sastra, sastra Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu :
Karya sastra lama adalah karya satra yang lahir dalam masyarakat lama, yaitu
suatu masyarakat yang masih memegang adat dan istiadat yang berlaku di daerahnya.
Sastra lama Indonesia memiliki ciri – ciri :
3
4
1) Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangatluas dikenal dalam bahasa–
bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, pantun dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa
Sunda dikenal sebagai paparikan. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun
sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Semua jenis pantung terdiri atas dua bagian yaitu
sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam
(mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya) dan biasanya tak punya hubungan
dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/ sajak.
Dua baris terakhir merupakan isi yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Karmia dan Talibun. Karmia merupakan pantung “versi pendek”atau hanya dua baris.
Sedangkan talibun adalah “versi panjang” atau enam baris atau lebih. Ciri – ciri pantun :
e) Setiap sampiran dan isi di baris pertama, kata pertama huruf besar atau huruf kapital.
Di baris kedua, kata pertama huruf kecil.
2) Peran pantun :
1. Pantun kepahlawanan
2. Pantun adat.
3. Pantun budi
4. Pantun agama
5
5. Pantun jenaka
3) Pantun kias
a) Pantun perpisahan
b) Pantun nasihat
c) Pantun percintaan
d) Pantun peribahasa
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
6
DAFTAR PUSTAKA
Sarathan, Indra. "Permasalahan Penulisan Sejarah Kesusastraan Indonesia." Kandai 14.2 (2018):
169-180.
Hamid, Safoan Abdul. "Distribusi dan Pemetaan Bentuk dan Jenis-Jenis Karya Sastra yang
Tumbuh dan Berkembang pada Masyarakat Tutur Bahasa Bugis di Kabupaten Dompu
dan Bima." Mabasan 2.2 (2008): 109-126.
Sutrisno, Sulastin. "Studi Sastra Melayu di Indonesia." A Man of Indonesian Letters. Brill, 1986.
116-131.
Rizky, Muhammad Ikhsan, and Tumpal Simarmata. "Peran Tradisi Berbalas Pantun dalam Acara
Pesta Perkawinan Pada Masyarakat Melayu di Tanjung Pura." Gondang: Jurnal Seni dan
Budaya 1.2 (2017): 91-99.