Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BAHASA INDONESIA

LITERASI

Cinta syafa aulia


Louie attala aswari
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................3
BAB 2. TUJUAN.....................................................................................................4
BAB 3. GAGASAN.................................................................................................2
BAB 4. KESIMPULAN..........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bahasa daerah merupakan sebuah pintu gerbang menuju keberagaman
budaya yang kaya di suatu wilayah. Bahasa daerah adalah warisan tak ternilai
yang diwariskan dari generasi ke generasi, mencerminkan sejarah, nilai, dan
identitas suatu komunitas.
Bahasa daerah tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga
sebagai sarana untuk menyampaikan pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai yang
diwariskan dari leluhur. Keanekaragaman bahasa daerah mencerminkan
keanekaragaman masyarakat yang beragam di suatu wilayah, dengan setiap
bahasa membawa cerita dan perbedaan yang unik.
Tak bisa dipungkiri, ada cukup banyak bahasa- bahasa daerah yang sudah
punah atau terancam punah. Ada yang bilang seratusan bahasa-bahasa daerah
itu yang sudah “hilang”." UNESCO juga sudah memberi peringatan keras,
sangat keras, atas ancaman kepunahan berbagai bahasa daerah tersebut.
Tahun 2009 saja, UNESCO pernah mencatat lebih dari seratus bahasa daerah di
Indonesia yang punah atau nyaris punah. Peringatan juga datang dari Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Dalam konteks ini, penelitian, pendidikan, dan upaya pelestarian bahasa


daerah memainkan peran penting. Mempelajari dan memahami bahasa
daerah tidak hanya membuka jendela menuju kebudayaan yang kaya, tetapi
juga memperkuat kebanggaan akan identitas lokal dan mempromosikan
toleransi antarbudaya.

Dengan memahami pentingnya bahasa daerah, kita dapat menghargai dan


merayakan keanekaragaman budaya yang memperkaya dan memperkuat
keberagaman manusia. Oleh karena itu, upaya untuk memelihara,
mengembangkan, dan mempromosikan bahasa daerah menjadi tanggung
jawab bersama untuk memastikan warisan budaya yang berharga ini tetap
hidup dan berkembang
BAB 2. Tujuan
Salah satu tujuan utama adalah mempertahankan identitas budaya lokal.
Bahasa daerah merupakan salah satu elemen kunci dalam membentuk
identitas sebuah komunitas, dan dengan memelihara bahasa tersebut, kita
juga memelihara nilai-nilai, tradisi, dan sejarah yang terkandung di dalamnya.
Melalui pelestarian bahasa daerah, kita juga dapat menciptakan peluang
ekonomi dan sosial bagi komunitas yang berbicara bahasa tersebut. Misalnya,
melalui pengembangan pariwisata budaya atau industri kreatif berbasis lokal.
Saling menguatkan rasa bangga di tanah air. Juga bahasa daerah sering kali
menjadi simbol identitas suatu kelompok atau komunitas. Dengan memahami
dan menghargai bahasa daerah orang lain, kita dapat mempromosikan
toleransi, penghargaan, dan pemahaman antarbudaya yang lebih baik.

BAB 3. GAGASAN
Undang-undang RI mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi nasional
yang digunakan di seluruh wilayah NKRI, sementara bahasa daerah adalah
bahasa lokal yang digunakan secara turun-temurun oleh warga di berbagai
daerah di Indonesia. Kedua bahasa ini memiliki hak hidup dan berkembang di
Indonesia, dengan bahasa Indonesia melahirkan sastra Indonesia dan bahasa
daerah melahirkan sastra daerah.
Karakteristik :
Sastra daerah memiliki karakteristik lebih umum dikenal dengan sastra lisan.
Hal ini dikarenakan sastra daerah merupakan jenis sastra yang kebanyakan
disebarkan dari mulut ke mulut. Sejalan dengan apa yang dikatakan
Endraswara bahwa sastra lisan adalah karya yang disebarkan dari mulut
kemulut secara turun temurun (2008: 151). Dalam daerah Bolaang
Mongondow dikenal dengan istilah monutuy (bertutur).

Suripan Sadi Hutomo (1991) membedakan Sastra daerah terbagi menjadi dua
bentuk: sastra daerah “lisan” dan sastra daerah “tulis.” Sastra daerah lisan
disampaikan secara lisan dan menggunakan bahasa daerah tertentu, terdiri
dari ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, dan prosa
rakyat. Sementara sastra daerah tulis menggunakan media bahasa daerah
tertentu dan disebarkan secara tertulis, terbagi menjadi sastra daerah tulis
tradisional (wiracarita, kakawin, suluk, serat, babad, kidung) dan sastra daerah
tulis modern (puisi bebas, prosa bebas).

DATA :
Mempelajari nilai-nilai kedaerahan sebagai bagian dari kebinekaan Indonesia
adalah mengakui kekayaan budaya daerah. Sastra daerah, sebagai penyimpan
nilai-nilai kedaerahan, menjadi penting bagi kebinekaan budaya di Indonesia,
tergantung pada dukungan dari masyarakat setempat. Pemanfaatan sastra
daerah sebagai kekayaan budaya daerah yang pada gilirannya akan
memberikan sumbangan terhadap terhadap sastra dan budaya nasional hingga
saat ini belum digarap secara optimal (Zaidan, 2002:6).

PERBEDAAN SASTRA :
Sastra daerah dan sastra Indonesia, meskipun berbeda, bisa disamakan dengan
dua saudara kandung. Sastra daerah menggunakan bahasa daerah dan selalu
mengandung unsur lokal, sementara sastra Indonesia menggunakan bahasa
Indonesia dan tidak selalu memiliki unsur lokal. Namun, keduanya saling
menginspirasi, melengkapi, dan mempengaruhi satu sama lain.
Pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal pengajaran sastra hingga
saat ini dianggap masih belum menyentuh substansi serta mampu mengusung
misi utamanya, yakni memberikan pengalaman bersastra (apresiasi dan
ekspresi) kepada para peserta didik.

Menurut Rudy dalam Aminudin (1990:30) sastra telah diperlakukan secara


"kurang adil" di seluruh jenjang pendidikan. fakta ini terjadi karena munculnya
asumsi bahwa sastra hanya merupakan pelajaran untuk kesenangan bahwa
sastra tidak berpotensi mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Sikap
yang kurang apresiatif muncul dari siswa dan guru, sehingga pengajaran sastra
terabaikan. Kemendiknas (2011:59) menyatakan penyajian pengajaran sastra
hanya sekedar memenuhi tuntutan kurikulm, kering, kurang hidup, dan
cenderung kurang mendapat tempat dihati siswa. Pengajaran sastra diberbagai
jenjang pendidikan selama ini dianggap kurang penting dan dianaktirikan oleh
para guru, apalagi para guru yang pengetahuan dan apresiasi (dan budayanya)
rendah.
Ada pula keuntungan mempelajari sastra daerah, Pemanfaatan sastra daerah
sebagai kekayaan budaya daerah yang pada gilirannya akan memberikan
sumbangan terhadap terhadap sastra dan budaya nasional hingga saat ini
belum digarap secara optimal (Zaidan, 2002:6). Oleh karena itu Penting untuk
mempelajari sastra daerah sebagai kontribusi terhadap sastra dan budaya
nasional serta untuk menghormati warisan nenek moyang. Meskipun banyak
naskah sastra daerah tersebar di perpustakaan, namun eksistensinya masih
terlantar.
Naskah-naskah sastra daerah sering kali terbuat dari bahan yang jarang dipakai
dan disimpan dengan hati-hati. Namun, kurangnya kesadaran akan nilai
penting dan berharga dari karya sastra menyebabkan risiko kerusakan dan
kehilangan warisan rohani bangsa Indonesia. (Robson, 1978:5). Lebih lanjut,
menurut Robson, sastra klasik (termasuk sastra daerah), adalah
perbendaharaan pikiran dan cita-cita para nenek moyang. Dengan mempelajari
sastra (daerah), kita dapat mendekatkan diri untuk memahami pikiran dan cita-
cita nenek moyang kita yang dahulu menjadi pedoman utama dalam
kehidupan mereka.
Menjaga sastra daerah adalah salah satu bentuk penghargaan terhadap
warisan budaya daerah, yang juga berdampak positif pada kelestarian budaya
nasional. Dengan merawat sastra daerah, kita ikut serta dalam menjaga
keberlangsungan warisan budaya lokal secara lebih luas. Dalam dimensi yang
lebih luas, pelestarian budaya daerah juga berkontribusi pada keberadaan
budaya nasional. Hal ini mencerminkan kesetiaan kita terhadap warisan
budaya tradisional.
Suwondo (2005:2-3) menyatakan bahwa banyak pihak meyakini sasta daerah
tak sekadar menajdi sumber materi dan inspirasi bagi pembangunan system
mikro, tetapi juga menjadi salah satu komponen pendukung system makro
yang sekaligus menunjukkan dinamika sastra Indonesia. Dengan demikian,
dengan mempelajari sastra daerah, telah turut mempercepat dinamika atau
perkembangan sastra Indonesia dalam konteks yang lebih luas lagi.
BAB 4. KESIMPULAN
Sastra daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya
Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan. Melalui pengajaran, penelitian,
dan upaya memasyarakatkan literasi, sastra daerah dapat memainkan peran
penting dalam memperkuat identitas lokal, meningkatkan pemahaman
antarbudaya, serta menyumbang pada keberagaman dan kekayaan budaya
nasional. Dengan memahami dan mengapresiasi sastra daerah, kita turut
menjaga warisan rohani nenek moyang serta memperkaya pengalaman
budaya kita sendiri.
Meningkatkan peran sastra daerah membutuhkan kerjasama antara
masyarakat dan pemerintah dalam memasyarakatkan literasi, seperti melalui
Gerakan Indonesia Membaca dan taman Bacaan Masyarakat. Akademisi dan
peneliti sastra juga dapat turut serta dalam merumuskan langkah-langkah
untuk meningkatkan budaya literasi. Mengangkat kembali cerita daerah,
khususnya yang mengandung unsur kebudayaan asli Indonesia, adalah salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk memperkaya karya sastra dengan nilai-
nilai positif yang lebih bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.sastramedia.com/2022/04/sastra-daerah-posisi-dan-
sumbangannya.html
 https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://www.neliti.com/id/
publications/241043/tinjauan-terhadap-problematika-pembelajaran-sastra-
indonesia-pada-pendidikan-
for&ved=2ahUKEwimscaFv8WEAxU62TgGHQvgC6YQFnoECBsQAQ&usg=AOvVaw1Cl
F3XlyHjs6W60NGnH-N_
 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=http://
eprints.unm.ac.id/4297/1/3%2520ISI
%2520SKRIPSI.pdf&ved=2ahUKEwi0sqW4v8WEAxVgXGwGHcvLAhcQFnoECCcQAQ&u
sg=AOvVaw3uO4nsvZ83DXuR-WkJjRxp
 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://
kbi.kemdikbud.go.id/kbi_back/file/foto_media/
media_detail_1542360763.pdf&ved=2ahUKEwi0sqW4v8WEAxVgXGwGHcvLAhcQFno
ECBoQAQ&usg=AOvVaw0vtqvGGRpf-2UBCCY-bZO4
 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=http://
ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/
DS&ved=2ahUKEwi0sqW4v8WEAxVgXGwGHcvLAhcQFnoECBkQAQ&usg=AOvVaw2r
WEHBDL9armgf2S8m9FlP
 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://
ejournal.ihdn.ac.id/index.php/
dharmasastra&ved=2ahUKEwi0sqW4v8WEAxVgXGwGHcvLAhcQFnoECCsQAQ&usg=
AOvVaw1GvkwDAfwHTa9Rw0fAaah2
 https://www.dw.com/id/ancaman-kepunahan-bahasa-daerah-di-indonesia/a-
55202134

Anda mungkin juga menyukai