Anda di halaman 1dari 2

Nama : Olivia Febriola br Karo

Kelas : Reguler E 2018

Matkul : Pengajaran Sastra Etnis Sumatra Utara

Eksistensi Sastra Etnis dan Upaya Melestarikannya di Era Revolusi Industri 4.0

Idonesia memiliki banyak kultur atau etnis yang beragam, itu di karenakan indonesia terdiri dari
beberapa pulau besar diantaranya pulau sumatra, jawa, kalimantan, sulawasi, papua dan masih banyak
lagi pulau-pulau kecil yang merupakan bagian dari indonesia. Ini menyebabkan banyak kultur di
Indonesia, di setiap daerah tersebut memiliki budaya etnis yang berbeda-beda.

Dilihat dari perkembangannya keberadaan sastra etnis yang mempelajari etnis-etnis budaya lokal
indonesia masa kini merupakan masa kritis. Dimana pada zaman sekarang seiring dengan memudarnya
penggunaan bahasa lokal, dan semakin besarnya pengaruh budaya luar membuat masyarakat Indonesia
cenderung lebih senang menggunakan bahasa Indonesia saja atau bahasa asing yang dianggap lebih
keren dibanding dengan bahasa etnisnya sendiri. Sehingga bahasa dari suku badaya sendiri sering
dilipakan. Seperti yang dituliskan dalam artikel "sastra etnis Indonesia Memasuki Masa Kritis" bahwa
Indonesia memiliki kurang lebih 700 bahasa daerah yang tersebar di nusantara. Ironisnya, dari jumlah itu
hanya 13 bahasa daerah yang penuturnya diatas satu juta jiwa.

Memudarnya bahasa etnis itu adalah hilangnya sastra etis. Karna sekalipun suatu bahasa etnis masih
eksis, belum tentu dengan sastranya. Sehingga pengajaran mengenai sastra etnik sangat dibutuhkan
untuk membangun kembali etnik-etnik yang mulai memudar.

Sastra etnik kaya akan nilai-nilai. Didalamnya banyak kearifan lokal yang mencerminkan budaya yang
mendukungnya. Sastra etnis dapat bertahan bila penuturnya masih ada. Peran orangtua sangat penting
dalam hal ini. Karna pengajaran mengenai etnik atau kebudayaan seseorang harus dimulai dari rumah,
orangtua harus memperkenalkan bahasa daerah mereka kepada anak-anaknya. Salah satunya dengan
membiasakan diri menggunakan bahasa daerah didalam rumah.

Pengajaran sastra etnik ini sangat penting untuk di kembangkan, karna ini menyangkut kebertahanan
bahasa etnis tersebut. Sastra etnik akan tetap hidup apabila pendukungnya masih ada. Dalam hal ini
perlu diketahui bahwa untuk beberapa etnik yang eksistensinya telah mulai memudar, perlunya
kesadaran bagi kita untuk membangun kembali etnis tersebut. Seperti membuat komunitas sastra etnis
yang dapat memperkenalkan kebudayaan etnis-etnis lokal di Indonesia kepada orang-orang. Atau
mengajak orang-orang yang memiliki kebudayaan etnis tertentu untuk mau mengembangkan
kebudayaannya sendiri, sehingga dengan adanya komunitas seperti itu dapat memperkenalkan,
mengingatkan, mengajak orang-orang untuk dapat melestarikan kebudayaannya masing-masing. Tidak
lagi meninggalkan bahasa daerah karna dianggap teringgal oleh zaman, tapi dapat merasa bangga untuk
memperkenalkan bahasa maupun budaya kita kepada khalayak ramai. Bukan masalah jika kita sudah bisa
menguasai bahasa asing tapi bahasa daerah kita juga perlu di lestarikan, jangan sampai memudar.

Sastra etnik tidak lepas dari tantangan persaingan yang makin ketat. Besar kemungkinan hal itu bukan
karna tak diminati pendukung terapi ini yang menjadi akar "perebutan" ruang-ruang kebudayaan yang
dulunya dimiliki sastra etnik. Mungkin bukan karena kualitas sastra etniknya, melainkan karena adanya
perubahan kondisi pendukung yang cenderung heterogen. Heterogenitas masyarakat membutuhkan
heterogenitas budaya. Artinya, untuk merebut simpati publik, diperlukan kemasan budayayang cocok
dengan kondisi publik.

Kondisi budaya global bukanlah pantangan, melainkan tantangan yang menyediakan ruang untuk saling
berkontestasi secara kompetitif. Seniman komunitas sastra etnik perlu bekerja sama dengan pengelola
media publik yang mampu menginseminasikan dan mempromosikan sastra etnik ke area lintas etnik dan
budaya bangsa.

Publik memahami bahwa sastra etnik perlu dimanjakan dan dihidupi dengan perhatian yang besar,
dalam bentuk kepedulian. Kepedulian bisa berupa duterbitkan atau dipublikasikan, diberi penghargaan
bagi penggiat, pelestari, dan pencipta sastra etnik. Sehingga setiap swniman budaya sastra etnis merasa
dihargai dan orang-orang bisa mengerti bahwa sastra etnis budaya lokal sangat dihargai keberadaannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya etnis lokal akan tetap ada jika penuturnya masih
ada. Sehingga diperlukan kesadaran bagi kita untuk tetap melestarikan budaya kita, tidak masalah
mebguasai bahasa asing, namun melestarikan bahasa etnis sendiri juga penting. Karna kalau bukan dari
kita, siapa yang akan menghidupi budaya kita sendiri? Mengikuti lerkembangan zaman memang perlu
tapi tidak meninggalkan kebudayaan etnis kita. Kita bisa berjalan beriringan.

Anda mungkin juga menyukai