Anda di halaman 1dari 35

BUDAYA LOKAL SEBAGAI WARISAN BUDAYA DAN

UPAYA PELESTARIANNYA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia


yang Dibina oleh Dr.H.Syamsul Ghufron, M. Si.

Disusun oleh:

Devi Oktavia Azahra (3330021015)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN TEKNOLOGI DIGITAL

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2021

1,5cm
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Gusti Allah SWT, Tuhan

semesta alam, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya-lah, Penyusunan makalah

ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia dan

bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada semua pihak yang

telah mendukung saya dalam penyelesaian tugas makalah ini.

Kepada Dr.H.Syamsul selaku pembimbing, saya persembahkan skripsi ini

sebagai tanda bakti seorang mahasiswa kepada dosennya. Tanpa bimbingan

beliau, rasanya mustahil saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana

mestinya. Saya percaya tidak ada ilmu yang sia-sia, dan saya yakin akan tiba

saatnya saya dapat mengamalkan ilmu yang saya dapatkan dalam perkuliahan ke

masyarakat.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka saya yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempuraan makalah ini. Akhir kata, Harapan saya semoga makalah ini dapat

berguna bagi para pembaca agar mendapatkan sudut pandang baru setelah

membaca makalah ini.

Surabaya , 15 Desember 2021

Devi Oktavia Azahra

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….……...i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................11

C. Tujuan................................................................................................................11

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................12

A. Pengertian Warisan Budaya …………………...…………..…........................12

B. Nilai-nilai dari Budaya Lokal di Indonesia …………………………………..19

C. Upaya Pelestarian Budaya Lokal.…… ……....................................................26

BAB III PENUTUP................................................................................................31

A. Kesimpulan……………………………….………………….…………..........31

B. Saran………………………………………………………..…………………31

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki ratusan budaya yang

masih terjaga dan bisa kita nikmati hingga saat ini. Hampir seluruh budaya

tersebut memiliki karakteristik menyesuaikan daerah asalnya. Hal itu lah yang

menjadikan Indonesia memiliki daya tarik lebih Jika dibandingkan negara lain.

Keanekaragaman seni dan budaya inilah yang membuat Indonesia menjadi salah

satu negara yang kaya akan kebudayaan, berbekal keunikan dan kekayaan budaya

itulah Indonesia berhasil menarik minat masyarakat dunia untuk mengenalnya

bahkan mempelajarinya lebih dalam lagi.

Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata

tidak semata-mata tidak mengakibatkan permusuhan antara satu kelompok dengan

kelompok lainnya, melainkan dapat memberikan peluang kepada masyarakat

untuk membentuk kesatuan dalam mengembangkan kebudayaan nasional.

Mengingat sangat besarnya peranan budaya dalam mengembangkan kehidupan

berbangsa dan bernegara, maka bangsa Indonesia terus berusaha untu9k menggali

dan mengembangkan kebudayaan yang besar diberbagai daerah, sehingga mampu

memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional. Disamping itu,

dikembangkan pula kebudayaan-kebudayaan daerah yang ada merupakan salah

satu upaya pemerintah Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil dan

makmur.

1
2

Kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang

lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar

itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruh terhadap

Budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber

Dari kebudayaan daerah, akan sangat berpengaruh pula terhadap kebudayaan

Daerah dan kebudayaan lokal. Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang

sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi

lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.

Kebudayaan adalah harta yang sangat berharga bagi bangsa ini, karena

budaya mencerminkan jati diri dan harkat martabat bangsa sesungguhnya.

Kebudayaan Indonesia seperti tari-tarian, lagu, bahasa, kerajinan, pakaian, dan

lain-lain itu harus dijaga kelstariaanya. Sebab sebagaimana yang telah disebut di

atas, kebudayaan adalah cerminan jati diri dan harkat martabat sebuah bangsa.

Kebudayaan sifatnya bermacam-macam, akan tetapi oleh karena semuanya adalah

buah adab (keluhuran budi), maka semua kebudayaan selalu bersifat tertib, indah

berfaedah, luhur, memberi rasa damai, senang, bahagia, dan sebagainya. Sifat

kebudayaan menjadi tanda dan ukuran tentang rendah-tingginya keadaban dari

masing-masing bangsa.

Didalam masyarakat plural muncul berbagai tradisi dan kepercayaan lokal

Menjadi salah satu desain kebudayaan Indonesia. Wujud kebudayaan dalam

Pengertian ilmiah sebagaimana diuraikan di bawah ini, pertama wujud

Kebudayaan ideal, bersifat abstrak, tidak dapat diraba lokasinya, ada didalam

Memori atau terpatri dalam pikiran warga masyarakat dimana


3

Kebudayaan itu Hidup. Ide dan gagasan hidup bersama suatu masyarakat

yang memberi jiwa Kepada masyarakat setempat. Ide dan gagasan itu tidak saling

terlepas melainkan senantiasa berkaitan menjadi satu sistem budaya, dalam bahasa

setempat dikenal wujud ideal dar kebudayaan itu yaitu tradisi, dalam bentuk

jamaknya menjadi adat istiadat Kebudayaan lokal terkait langsung dengan daerah.

Seiring dengan perkembangan zaman dan sistem sosial budaya, dewasa ini budaya

lokal dimaknai sebagai pengetahuan bersama yang dimiliki oleh sejumlah orang.

Dengan demikian, budaya lokal dapat digunakan untuk merujuk budaya pedagang

kaki lima, budaya pengemis, bahkan budaya sekolah.

Batasan–batasan budaya menurut wilayah menjadi kabur dan tidak

memadai lagi. Budaya lokal meliputi berbagai kebiasaan dan nilai bersama yang

dianut masyarakat tertentu.Beberapa budaya lokal dapat langsung dikenali dari

bahasa yang digunakan di antaramereka. Bahasa merupakan simbol identitas, jati

diri, dan pengikat di antara suku

Bangsa.Ironisnya, terdapat kondisi yang memprihatinkan disebabkan

semakin banyak bahasa yang punah atau hampir punah di dunia, khususnya di

Indonesia.Krisis penggunaan bahasa di tanah air secara antropologis berdampak

negatif terhadap kelestarian alam. Tersingkirnya bahasa – bahasa lokal (daerah) di

Indonesia merupakan salah satu penyebab seringnya terjadi bencana alam (banjir,

longsor, atau kerusakan hutan) Kepunahan berbagai bahasa daerah di tanah air,

baik disengaja maupun tidak disengaja, telah menghilangkan kearifan lokal di

berbagai bidang.

Banyak sekali idiom dalam bahasa lokal yang berhubungan erat dengan
4

pengetahuan sosial, ekologi, teknologi, pengobatan, bahkan kelestarian

lingkungan. Berbagai bencana alam yang semakin sering melanda Indonesia,

terkait erat dengan pemahaman Bahasa lokal yang berhubungan dengan

pengetahuan sosial dan ekologi. Kerusakan lingkungan alam juga disebabkan oleh

penyimpangan masyarakat dari pedoman kearifan tradisi yang ditunjukkan dengan

berbagai ungkapan nenek moyang dalam bentuk klasifikasi bahasa.

Proses mulai hilangnya bahasa – Bahasa daerah di tanah air, juga

diakibatkansemakin berkurangnya penutur asli bahasa lokal, haruslah dipandang

sebagai suatu bencana sosial yang bersifat global. Budaya masyarakat yang

tinggal di daerah pedalaman (pedesaan) yang tinggal di daerah pantai berbeda.

Budaya lokal masyarakat pedalaman (pedesaan) terlihat tenang

dengankarakteristik masyarakatnya yang cenderung tertutup. Adapun budaya

lokal masyarakat yang tinggal di daerah pantai terlihat keras dan karakterisitk

masyarakatnya relatif lebih terbuka.Kekayaan budaya lokal di Nusantara dijadikan

laboratorium hidup antropologi oleh paraantropolog dengan budaya lokal yang

bersifat tradisional yang masih dipertahankan. Tidak semua nilai tradisional buruk

dan harus dihindari. Justru nilai tradisional itu harus digali dan digunakan untuk

mendukung dan membangun agar tidak bertentangan dengan nilai modern.

Manusia dalam hidup kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan,

karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia

hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan Terus hidup dan

berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan

merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan


5

satu sama lain, karena dalam kehidupannya tak mungkin tidak berurusan dengan

hasil-hasil kebudayaan, setiapjHari manusia melihat dan menggunakan

kebudayaan, bahkan kadangkala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.

Hubungan yang erat antara manusia (terutama masyarakat) dan

kebudayaan lebih jauh telah diungkapkan Oleh Melville J. Herkovits dan

Bronislaw Malinowski, yang Mengemukakan bahwa cultural determinism berarti

segala Sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan Adanya oleh

kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Itu. (Soemardjan dan Soemardi,1964:

115). Kemudian Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang

Superorganic, karena kebudayaan yang berturun-temurun Dari generasi ke

generasi tetap hidup. Walaupun manusia Yang menjadi anggota masyarakatnya

sudah berganti Karena kelahiran dan kematian.

Selain itu, hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat

dipahami melalui pemahaman bahwa fenomena kebudayaan adalah sesuatu yang

khas insani. Dalam arti bahwa manusialah subjek dan pelaku kebudayaan.

Kebudayaan adalah hasil ciptaan manusia.

Kegiatan kebudayaan adalah manifes dari usaha manusia untuk menaklukan,

menguasai dan memperabdikan alam kodrat. Ini berarti bahwa kebudayaan tidak

dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Selama manusia ada, kebudayaan akan

terus ada.

Hubungan masyarakat terhadap lingkungan di sekitarnya dan hubungan

Pergaulan dengan individu-individu dapat dilihat dari prosesi-prosesi upacara

Tradisi yang diselenggarakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Jawa.


6

Masyarakat tradisional Jawa memandang bahwa upacara-upacara tradisi

penting Untuk dilakukan karena mengandung pesan-pesan dan nilai-nilai serta

norma-norma yang harus diturunkan dari leluhur atau nenek moyang kepada

generasi berikutnya. Sekaligus dapat diketahui identitas keluhuran nilai-nilai dan

norma- norma yang terkandung di dalam upacara tradisi agar selalu

dilestarikan.Tradisi yang telah menjadi budaya merupakan kegiatan rutin yang

Dilakukan oleh sekelompok masyarakat di mana kebudayaan itu tumbuh. Tradisi

Dan budaya erat kaitannya dengan ritual yang urutan tindakannya telah

Ditentukan dan secara periodik diulang ketika mengadakan upacara yang sama,

Ritual tersebut memberikan arti religi dan sosial yang meliputi penggunaan

Simbol- simbol budaya. Tradisi budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan

Seseorang atau sekelompok masyarakat, tetapi tradisi ini dilakukan dengan serius

dan formal yang memerlukan pemahaman mendalam dari masyarakat

Pendukungnya (Clifford Geertz, 1992b: 51)

Dalam keberadaannya, kebudayaan memiliki fungsi Dalam kehidupan

manusia. Menurut Rafiek (2012: 13) fungsi Kebudayaan adalah untuk

meningkatkan hidup manusia Agar kehidupan manusia manusia menjadi lebih

baik, lebih Nyaman, lebih bahagia, lebih aman, lebih sejahtera, dan Lebih sentosa.

Itu berarti kebudayaan memiliki fungsi untuk Menjaga kelangsungan hidup

manusia. Fungsi budaya juga tampak pada keberadaan budaya Sebagai sistem.

Sistem budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem budaya

berwujud ide-ide Dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu

Masyarakat.
7

Gagasan tersebut tidak dalam keadaan berdiri Sendiri, tetapi berkaitan dan

menjadi suatu sistem. Budaya Adalah bagian dari kebudayaan yang diartikan pula

adat-Istiadat. Adat- istiadat mencakup sistem nilai budaya, sistem Norma, norma-

norma menurut pranata-pranata yang ada Di dalam masyarakat yang

bersangkutan, termasuk norma Agama. Fungsi sistem budaya adalah menata dan

memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah laku manusia.

Proses Belajar dari sistem budaya ini dilakukan melalui proses

pembudayaan atau institutionalization (pelembagaan). Dalam proses ini, individu

mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat,

sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.

Namun tantangan yang nyata dan harus dihadapi oleh semua elemen

masyarakat perihal itu adalah pelestariannya. Pelestarian budaya menjadi tugas

dan kewajiban seluruh elemen masayarakat untuk terus menjaga supaya budaya

tersebut tidak Hilang termakan perubahan zaman. Tidak mudah memang untuk

melakukannya, butuh kesabaran, ketenangan dan komitmen tinggi dalam

menjalankannya.

Pembangunan karakter bangsa melalui budaya lokal sangatlah dibutuhkan.

Pembangunan karakter bangsa dapat ditempuh dengan cara mentransformasi nilai-

nial budaya lokal sebagai salah satu sarana untuk membangun karakter bangsa.

Budaya lokal sebagai sumberdaya budaya merepresentasikan nilai-nilai budaya

unggulan berbasis kearifan lokal pada tataran masyarakat yang tinggal di desa,

kabupaten, atau propinsi, yang berasal dari masyarakat setempat dan bersifat lokal

(kedaerahan). Posisi budaya lokal dalam upaya pelestarian warisan budaya


8

menjadi strategis dalam kerangka pembangunan kebudayaan nasional.

Budaya lokal perlu memperkuat daya tahannya dalam menghadapi

globalisasi budaya asing. Ketidakberdayaan dalam menghadapinya sama saja

dengan membiarkan pelenyapan atas sumber identitas lokal yang diawali dengan

krisis identitas lokal.

Kebudayaan lokal di negara Indonesia, kelokalan seakan-akan suatu hal

yang ketinggalan zaman, tidak ada tantangannya untuk di ikuti maupun

dikembangkan. Masyarakat yang beranggapan bahwa seni yang datang dari

negara luar dianggap lebih bagus mampu menjadi lebih modern dalam kehidupan

berbudaya. Kita sering kali menemukan sikap masyarakat yang kurang yakin akan

potensi yang ada dalam negeri maupun dirinya. Keunggulan suatu bangsa

tercemin dari kebudayaannya, karena budaya sebuah bangsa bukan hanya

menyangkut pikiran atau akal budi tetapi melibatkan nilai-nilai moral yang hidup

dan berkembang di tengah-tengah masyarakat itu sendiri.

Jika diasah lebih lama dan dikembangkan lebih profesional sekiranya akan

memiliki nilai jual yang lebih atau kedudukannya mampu menyamai sesuatu yang

dianggap bagus dari luar, dan pada akhirnya dari sikap seperti itu banyak sekali

nilai-nilai budaya dan produk lokal kita berdaya saing tinggi dan tidak

ditinggalkan masyarakat .Potensi budaya setempat yang dikembangkan terbukti

dengan adanya bentuk seni pertunjukan dalam sebuah masyarakat yaitu adanya

kebutuhan masyarakat tersebut yang menyebabkan bentuk seni pertunjukan di

berbagai daerah di Indonesia berbeda-beda.


9

Mempelajari sejarah pada hakekatnya berarti mempelajari realita dan fakta

masa lalu. Perjuangan setiap bangsa untuk mewujutkan cita-citanya berlangsung

dalam tiga kurun waktu yakni: masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

Realitas dan fakta masa lalu yang beraneka ragam dapat terlihat dalam latar

belakang kehidupan sosial budaya masyarakat antara lain adat istiadat maupun

bahasa daerah dan festival budaya yang telah menjiwai masyarakat bangsa dan

bahkan menjadi karakteristik atau kepedulian bangsa.

Seperti yang telah kita ketahui, perkembangan budaya Indonesia selalu

dalam kondisi yang naik dan turun. Pada awalnya, Indonesia sangat banyak

mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal seperti

itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk Indonesia sendiri, tetapi belakangan

ini budaya Indonesia mengalami masa penurunan terhadap sosialisasi budaya

bangsa sehingga penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya

Indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin

berkurang, dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia.

Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat kini

telah berkembang menjadi masyarakat modern.

Melihat kenyataan bahwa para generasi muda bangsa Indonesia saat ini

lebih memilih kebudayaan asing yang mereka anggap lebih menarik ataupun lebih

unik dan praktis, kebudayaan lokal banyak yang luntur akibat tidak ada generasi

penerus yang akan mewarisinya. Perlunya menumbuhkan kesadaran akan

pentingnya budaya yang mana kebudayaan Indonesia adalah budaya-budaya lokal

adalah kewajiban setiap lapisan masyarakat, dimana peran setiap mereka yang
10

terus berusaha untuk mewarisi kekuatan budaya lokal akan menjadi kekuatan

budaya itu untuk tetap ada.

Generasi muda adalah harapan masa depan, calon pemimpin masa depan,

oleh karena itu di pundak generasi mudalah nasib suatu bangsa dipertaruhkan.

Suatu bangsa apa bila generasi mudanya memiliki kualitas yang unggul dan

semangat yang kuat untuk memajukan budaya daerah yang didasari dengan

keimanan dan akhlak mulia, maka bangsa itu akan besar.

Apabila generasi muda lebih memperhatikan budaya lokal maka budaya

lokal suatu bangsa tidak akan punah di era globalisasi ini. Karena budaya lokal

sangat berpengaruh terhadap perilaku generasi muda. Mereka akan akan lebih

menghargai nilai budaya dan bahasa, nilai- nilai solidaritas sosial, kekeluargaan

dan cinta tanah air yang dirasakan semakin kuat.

Dengan melestarikan budaya lokal kita bisa menjaga budaya bangsa dari

pengaruh budaya asing, dan menjaga agar budaya kita tidak diakui oleh Negara

lain. Contohnya: Malaysia kerap menampilkan beberapa bentuk budaya asal

Indonesia Contoh budaya kita yang diakui oleh Negara malaisia: Reog, lagu Rasa

Sayange, Batik, Batik, dan tari Pendet.

Para wisatawan asing banyak berdatangan ke Indonesia selain karena

keindahan alamnya juga karena Keindahan dan keanekaragaman serta Keunikan

budaya yang dimiliki dan ini merupakan peluang yang cukup baik selain bisa

mendatangkan devisa bagi negara, kebudayaan Indonesia bisa menjadi

kebanggaan karena bisa dikenal di mata dunia. Dan tidak sedikit dari para

wisatawan asing melestarikan di negaranya seperti yang bisa dilihat saat ini.
11

Dengan demikian budaya-budaya lokal yang ada di Nusantara muncul dan

eksis lebih dulu, sedangkan budaya Bangsa muncul sesudahnya, tepatnya sesudah

Negara Republik Kesatuan Indonesia diproklamirkan. Jadi, budaya bangsa

mewarisi nilai-nilai unggulan dari budaya- budaya Lokal, dan bukan sebaliknya.

Budaya-budaya lokal yang ada di Indonesia selanjutnya menjadi warisan budaya

(cultural heritage) bagi bangsa Indonesia. Karena itu judul makalah ini

disesuaikan menjadi seperti tersebut pada bagian depan makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1). Apa Pengertian dari Warisan Budaya?

2). Apa saja Nilai-nilai dari Budaya Lokal di Indonesia?

3). Bagaimana Upaya Pemerintah Melestarikan Budaya Lokal?

C. Tujuan

Mengetahui pengertian dari budaya lokal, mengetahui konsep yang

terdapat pada budaya lokal, mengetahui nilai-nilai dari budaya lokal yang ada di

Indonesia. Makalah ini ditulis demi mengidukasi pembaca mengenai budaya lokal

sebagai warisan budaya Indonesia yang saat ini banyak dilupakan. Dengan adanya

makalah ini diharapkan kesadaran untuk mencintai dan melestarikan budaya

sendiri terusberkembang. Juga untuk mendorong untuk pecinta seni agar

memperintens eksistensi budaya indonesia di negeri sendiri maupun di

mancanegara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Warisan Budaya

Pengertian Kebudayaan menurut Para Ahli :

1. Edward B. Taylor

seorang anthropologi Inggris mendefinisikan kebudayaan atau culture sebagai :

“That complex whole which includes knowledge, bilief, art, morals, law, custom

and any other capabilities and habits acquired by man as member of society”.[1]

(Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya

terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota

masyarakat).

2. M. Jacobs dan B.J. Stern

Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social,

ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan

social.

3. Koentjaraningrat

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia

dengan relajar.

4. Dr. K. Kupper

Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah

12
13

bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun

kelompok.

5. William H. Haviland

Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh

para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan

melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua

masyarakat.

6. Francis Merill

Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi socialSemua perilaku dan

semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat

yang di temukan melalui interaksi simbolis. anggota suatu masyarakat. Pesan-

pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media,

pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.

7. Mitchell (Dictionary of Soriblogy)

Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas

manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara

sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.

8. Robert H Lowie

Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat,

mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan,

keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan

warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.

9. Arkeolog R. Seokmono
14

Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun

hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.

Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai

kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang

terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari

kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah

benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,

berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,

bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang

kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan

kehidupan bermasyarakat.

Sutherland and Woodward mengatakan bahwa: “Culture unclude anything

that can be communicated from one generation to another. The culture of a people

is their social heritage, “Complex whole” which include knowledge, bilief, art,

morals, law tachiques of food fabrication and used and modes of

communication.”[2] Di sini terdapatlah penegasan lagi bahwa kebudayaan dapat

dikomunikasikan, dapat ditundukkan sebab kebudayaan itu sebagai social

heritage, sebagai warisan sosial, warisan sosial mana bersifat totalitas yang

kompleks. Definisi Sutherland dan Woodwart tersebut lebih luas dan sejajar

dengan definisi kebudayaan diberikan oleh Taylor.

Adalagi definisi kebudayaan yang lebih spesifik dan inklusif ialah definisi

yang diberikan oleh Ellwood[3] yang mengatakan bahwa :

“Culture is transmitted socially, that is by communication and gradually ambo


15

dies in a group tradition of which the vehicle in language. Thus culture in a group

is a matter of habits of though and action acquired or “learned” by interaction with

other members of the group.

Culture includes all man’s acquired power of control over nature and

himself. It includes, there for, on the one hand, the whole of man’s material

civilization, tools, weapons, clothing, shelter, machines and even systems industry

and on the other, all of non-material or spiritual civilization, such us language,

literature, art religion, morality, law and government”.

Di dalam definisi Ellwood ini, dinyatakan bahwa kebudayaan itu

mencakup benda-benda material dan spiritual, yang pada kedua-duanya diperoleh

dalam interaksi kelompok atau dipelajari dalam kelompok. Juga kebudayaan itu

menurut Ellwood mencakup kekuatan untuk menguasai alam dan dirinya sendiri.

Definisi-definisi tersebut di atas yang telah diuraikan barang sedikit, saya

ambilkan dari ahli- ahli Anthropologi dan Sosiologi, maka di bawah ini saya

ambilkan dari ahli pendidikan dan sosiopaedagogik khususnya. Dia itu ialah

Francis J. Brown yang menyatakan bahwa: “This emphasis upon interaction

suggest a some what different definition of culture as the total behavior pattern of

the group, conditioned in part by the physical environment, both natural and man-

made, but primarily by the idea, attitudes, values, and habits which have been

developed by the group to meet its needs”.[4] Di sini oleh Brown ditekankan

bahwa kebudayaan itu adalah sebagai totalitas tingkah laku kelompok yang

dikondisikan oleh milieu fisik dan sosial serta alam pikiran dan pendukung

kebudayaan adalah kelompok.


16

Masyarakat terbentuk melalui sejarah yang panjang, perjalanan berliku,

tapak demi tapak, trial and error. Pada titik-titik tertentu terdapat peninggalan-

peninggalan yang eksis atau terekam sampai sekarang yang kemudian menjadi

warisan budaya. Warisan budaya, menurut Davidson (1991:2) diartikan sebagai

‘produk atau hasil budaya fisik dari tradisitradisi yang berbeda dan prestasi-

prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok

dalam jatidiri suatu kelompok atau bangsa’.

Jadi warisan budaya merupakan hasil budaya fisik (tangible) dan nilai

budaya (intangible) dari masa lalu. Nilai budaya dari masa lalu (intangible

heritage) inilah yang berasal dari budaya-budaya lokal yang ada di Nusantara,

meliputi: tradisi, cerita rakyat dan legenda, bahasa ibu, sejarah lisan, kreativitas

(tari, lagu, drama pertunjukan), kemampuan beradaptasi dan keunikan masyarakat

setempat (Galla, 2001: 12).

Warisan budaya fisik (tangible heritage) sering diklasifikasikan menjadi

warisan budaya tidak bergerak (immovable heritage) dan warisan budaya bergerak

(movable heritage). Warisan budaya tidak bergerak biasanya berada di tempat

terbuka dan terdiri dari: situs, tempat-tempat bersejarah, bentang alam darat

maupun air, bangunan kuno dan bersejarah, patung-patung pahlawan (Galla,

2001: 8). Warisan budaya bergerak biasanya berada di dalam ruangan dan terdiri

dari: benda warisan budaya, karya seni, arsip, dokumen, dan foto, karya tulis

cetak, audiovisual berupa kaset, video, dan film (Galla, 2001: 10).

Pasal 1 the World Heritage Convention membagi warisan budaya fisik

menjadi 3 kategori, yaitu monumen, kelompok bangunan, dan situs (World


17

Heritage Unit, 1995: 45). Yang dimaksud dengan monument adalah hasil karya

arsitektur, patung dan lukisan yang monumental, elemen atau struktur tinggalan

arkeologis, prasasti, gua tempat tinggal, dan kombinasi fitur-fitur tersebut yang

mempunyai nilai penting bagi sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan. Yang

dimaksud dengan kelompok bangunan adalah kelompok bangunan yang terpisah

atau berhubungan yang dikarenakan arsitekturnya, homogenitasnya atau posisinya

dalam bentang lahan mempunyai nilai penting bagi sejarah, budaya dan ilmu

pengetahuan. Yang dimaksud dengan situs adalah hasil karyamanusia atau

gabungan karya manusia dan alam, wilayah yang mencakup lokasi

yangmengandung tinggalan arkeologis yang mempunyai nilai penting bagi

sejarah, estetika, etnografi atau antropologi.

Warisan budaya fisik dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 5 tahun 1992

tentang Benda Cagar Budaya disebut sebagai ‘benda cagar budaya’ yang berupa

benda buatan manusia dan benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting

bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sedangkan lokasi yang

mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya disebut ‘situs’ (pasal 2

Undang-undang Nomor 5 tahun 1992). Benda cagar budaya dan situs dipelajari

secara khusus dalam disiplin ilmu arkeologi yang berupaya mengungkapkan

kehidupan manusia di masa lalu melalui benda-benda yang ditinggalkannya. Ini

berbeda dengan disiplin ilmu sejarah yang berupaya mengungkapkan kehidupan

manusia di masa lalu melalui bukti-bukti tertulis yang ditinggalkannya.


18

Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :

1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya.

Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran

masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup,

2. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas

aktifitas- aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul

satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu

berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret,

3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan

karya manusia dalam masyarakat.

Istilah kebudayaan di sini sebenarnya kurang tepat seolah-olah

kebudayaan itu dapat ditinggalkan seperti membuka baju. Jadi tepatnya manusia

itu berbudaya, dus manusia itu aktif menciptakan kebudayaan, manusia itu

membudaya terus menerus dari saat manusia itu ada (bayi lahir) sampai dia

meninggal dunia. Tetapi sebagian dari kebudayaan masih tetap ada, ialah yang

berupa warisan kebudayaan.

Dan lagi bahwa semua manusia adalah pencipta, pendukung dan

pengembangan kebudayaan dan bukan hanya seniman atau sastrawan yang

membudaya, yang berkebudayaan. Semua masyarakat, semua negara pada

hakikatnya adalah membudaya, berkebudayaan. Jadi tidak tepatlah kalau ada yang

mengatakan masyarakat sana, negara atau tidak berkebudayaan.

Dalam definisi-definisi tadi juga disebutkan bahwa kebudayaan itu bersifat

totalitas dan kompleks. Dengan adanya ketotalitasan dan kekomplekan itu tidak
19

dapatlah kita melihat struktur, mengadakan pembagian jenis-jenis untuk

menyebutkan bagian-bagian kebudayaan. Tetapi secara teknis, demi untuk

kepentingan analisa dari suatu penyelidikan dibuatlah penggolongan-

penggolongan kebudayaan, agar supaya memperoleh keterangan-keterangan yang

jelas. Salah satu teknik pembagian kebudayaan manusia ialah menurut aspek-

aspek atau komponen-komponen daripada kebudayaan, yang dalam hal ini setiap

ahli kebudayaan mempunyai pendapatnya, sendiri-sendiri. Tetapi secara umum

komponen-komponen kebudayaan itu adalah sebagai berikut:

1. Alam pikiran ideologis dan religio

2. Bahasa

3. Hubungan sosial

4. Hidup perekonomiannya

5. Ilmu pengetahuan dan teknologi

6. Keseniannya

7. Politik dan pemerintahan

8. Pewarisan kebudayaan atau pendidikan

B. Nilai-nilai Budaya Lokal di Indonesia

Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan

dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat, karena itu

sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga nila kebenaran, nilai
20

estetika, baik nilai moral, religius dan nilai agama (Elly Setiadi, 2006:31). Nilai

merupakan kualitas ketentuan yang bermakna bagi kehidupan manusia perorangan,

masyarakat, bangsa, dan negara. Kehadiran nilai dalam kehidupan manusia dapat

menimbulkan aksi dan reaksi, sehingga manusia akan menerima atau menolak

kehadirannya. Sebagai konsekuensinya, nilai akan menjadi tujuan hidup yang ingin

diwujudkan dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Sebagai contohnya, nilai

keadilan dan kejujuran, merupakan nilai-nilai yang selalu menjadi kepedulian

manusia untuk dapat diwujudkan dalam kenyataan. Dan sebaliknya pula

kebohongan merupakan nilai yang selalu ditentang atau ditolak oleh manusia (Joko

Tripasetyo,2008: 18).

Menurut Rusmin Tumangor dkk (2010:25) menjelaskan bahwa: “Nilai

adalah sesuatu yang abstrak (tidak terlihat wujudnya) dan tidak dapat disentuh

oleh panca indra manusia. Namun dapat di identifikasi apabila manusia sebagai

objek nilai tersebut melalukan tindakan atau perbuatan mengenai nilai-nilai

tersebut. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan, ataupun motivasi

dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Dalam bidang pelaksanaannya nilai-

nilai dijabarkan dan diwujudkan dalam bentuk kaidah atau norma sehingga

merupakan suatu larangan, tidak diinginkan, celaan, dan lain sebagainya”.

Relevan dengan teori tersebut, penulis menegaskan bahwa nilai bisa dikatakan

juga sebagai ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok yang

berhubungan dengan keadaan baik, buruk, benar salah atau suka tidak suka

terhadap suatu objek. Menjadi sebuah ukuran tentang baik- buruknya,tentang

tingkah laku seseorang dalam kehidupan di masyarakat, lingkungan dan sekolah.


21

Menjadikan sebuah tolak ukur seseorang dalam menanggapi sikap orang lain

dilihat dari pencerminan budaya yang ada dalam suatu kelompok masyarakat.

Demikian luasnya implikasi konsep nilai ketika dihubungkan dengan

konsep lainya, ataupun dikaitkan dengan sebuah statement. Konsep nilai ketika

dihubungkan dengan logika menjadi benar-salah ketika dihubungkan dengan

estetika indah-jelek, dan ketika dihubungkan dengan etika menjadi baik-buruk.

Tapi yang pasti bahwa nilai menyatakan sebuah kualitas.

Pendidkan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai pada diri

seseorang atau sebagai bantuan terhaap pesertadidik agar menyadari dan

mengalami nilai serta menempatkanya secara integral dalam keseluruhan

hidupnya (Zaim Elmubarok, 2008:12).

Nilai muncul dari permasalahn yang ada di lingkungan, masyarakat serta

sekolah dimana diberikan pendidikan untuk membekali para siswa supaya

nantinya mereka mampu mengahadapi kompleksitas di masyarakat yang sering

berkembang secara tidak terduga. Maka munculah masalah yang berkaitan dengan

nilai baik-buruknya seseorang dalam mengahadapi pandangan seseorang terhadap

orang lain.

Pada dasarnya budaya memiliki nilai-nilai yang senantiasa diwariskan,

ditafsirkan dan dilaksanakan seiring dengan proses perubahan sosial

kemasyarakatan. Pelaksanaan nilai-nilai budaya merupakan bukti legitimasi

masyarakat terhadap budaya. Eksistensi budaya dan keragaman nilai-nilai luhur

kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan sarana dalam

membangun karakter warga negara, baik yang berhubungan dengan karakter


22

privat maupun karakter publik namun seiring perkembangan zaman, eksistensi

budaya dan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sampai saat Ini

belum optimal dalam upaya membangun karakter warga negara, bahkan setiap

saat kita saksikan berbagai macam tindakan masyarakat yang berakibat pada

kehancuran suatu bangsa yakni menurunnya perilaku sopan santun, menurunnya

perilaku kejujuran, menurunnya Rasa kebersamaan, dan menurunnya rasa gotong

royong diantara anggota masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut menurut

Lickona (1992:32) terdapat 10 tanda dari perilaku manusia yang menunjukan arah

kehancuran suatu bangsa yaitu:

a) Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja

b) Ketidakjujuran yang membudaya

c) Semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru dan igur Pengaruh

d) Peer group terhadap tindakan kekerasan

e) Meningkatnya kecurigaan dan kebencian

f) Penggunaan bahasa yang memburuk

g) Penurunan etos kerja

h) Menurunnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara

i) Meningginya perilaku merusak diri

j) Semakin kaburnya pedoman moral.

Pembangunan karakter bangsa melalui budaya lokal sangatlah dibutuhkan.

Pembangunan karakter bangsa dapat ditempuh dengan cara mentransformasi nilai-

nial budaya lokal sebagai salah satu sarana untuk membangun karakter bangsa.

Pentingnya transformasi nilai-nilai budaya lokal sebagai salah satu sarana untuk
23

Membangun karakter bangsa adalah sebagai berikut:

1. Secara ilosois, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan

asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan

Jati diri yang kuat yang akan eksis.

2. Secara ideologis, pembangunan karakter merupakan upaya mengejewantahkan

ideologi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif,

pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan

negara.

3. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti

proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman

penjajah, maupan pada zaman kemerdekaan.

4. Secara sosiokultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu

keharusan dari suatu bangsa yang multikultural (Desain Induk Pembangunan

Karakter Bangsa Tahun 2010- 2025:1).

Dalam upaya pembangunan karakter bangsa apabila kurang

memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia maka akan berakibat pada

ketidakpastian jati diri bangsa yang menurut desain Induk Pembangunan Karakter

Bangsa Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2010-2025 (2010-2025:2) Akan

terjadi:
24

a) Disorientasi dan belum dihayati nilai-nilai pancasila sebagai ilosoi dan ideologi

bangsa.

b) Bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

c) Keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi

pancasila.

d) Memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa dan bernegara.

e) Ancaman disintegrasi bangsa.

f) Melemahnya kemandirian bangsa.

Berdasarkan hal tersebut di atas, pembangunan karakter bangsa melibatkan

berbagai pihak baik keluarga, lingkungan Sekolah, serta masyarakat luas.

Pembangunan karakter bangsa tidak akan berhasil selama pihak-pihak yang

berkompeten untuk menunjang pembangunan karakter tersebut tidak saling

bekerja sama. Oleh karena itu, pembangunan karakter bangsa perlu dilakukan di

luar sekolah atau pada masyarakat secara umum sesuai dengan kearifan budaya

lokal masing-masing. Hal yang sama disampaikan oleh Eddy (2009:5) bahwa

“pelestarian kebudayaan daerah dan pengembangan kebudayaan nasional melalui

pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, dengan mengaktifkan

kembali segenap wadah dan kegiatan pendidikan”. Adapun cara menjaga nilai-

nilai kearifan lokal :

1. Kehidupan Sosial Budaya

a. Gotong Royong untuk kepentingan bersama

b. Proses belajar kebudayaan sendiri

c. Perkumpulan keagamaan tingkat kampung


25

2. Pengembangan

a. Akses masyarakat menuju perkotaan

b. Masuknya informasi yang ada

c. Berperan dalam pembangunan kampungya

d. Gotong royong

3. Akulturasi Budaya

a. Perubahan pada pola konsumtif

b. Perubahan pada pola pikir

c. Perubahan pada mata pencaharian

4. Kebudayaan

a. Produk kebudayaan Menjaga aturan-aturan adat

b. Sikap hormat menghormati terhadap sesama

Fungsi Nilai-nilai Budaya:

Nilai budaya mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan manusia. Menurut

Supartono Widyosiswoyo (2009:54) mengatakan bahwa fungsi nilai-nilai budaya

sebagai berikut:

1) Nilai budaya berfungsi sebagai standar, yaitu standar yang menunjukan

tingkahlaku dari berbagai cara, yaitu:

a. Membawa individu untuk mengambil posisi khusus dalam masalah sosial.

b. Mempengaruhi individu dalam memilih ideologi atau agama.

c. Menilai dan menentukan kebenaran dan kesalahan atas diri sendiri dan orang

lain.
26

d. Merupakan pusat pengkajian tentang proses-proses pembandingan untuk

menentukan individu bermoral dan kompeten

e. Nilai digunakan untuk mempengaruhi orang lain atau mengubahnya

2) Nilai budaya berfungsi sebagai rencana umum dalam menyelesaikan konflik

dan pengambilan keputusan. Nilai budaya berfungsi motivasional. Nilai memiliki

komponen motivasional yang kuat seperti halnya komponen kognitif, afektif, dan

behavioral.

3) Nilai budaya berfungsi penyesuaian, isi nilai tertentu diarahkan secara langsung

kepada cara bertingkah laku serta tujuan akhir yang berorientasi pada

penyesuaian. Nilai berorientasi penyesuaian sebenarnya merupakan nilai semu

karena nilai tersebut diperlukan oleh individu sebagai cara untuk menyesuaikan

diri dari tekanan kelompok.

4) Nilai budaya berfungsi sebagai ego defensiv. Didalam prosesnya nilai mewakili

konsep-konsep yang telah tersedia sehingga dapat mengurangi ketegangan dengan

lancar dan mudah.

5) Nilai budaya berfungsi sebagai pengetahuan dan aktualisasi diri fungsi

pengetahuan berarti pencarian arti kebutuhan untuk mengerti, Kecenderungan

terhadap kestuan persepsi dan keyakinan yang lebih baik untuk melengkapi

kejelasan dan konsepsi.

C. Upaya Pelestarian Budaya Lokal

Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kita kesempatan untuk

mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di


27

masa lalu. Masalahnya kearifan local tersebut seringkali diabaikan, dianggap tidak

ada relevansinya dengan masa sekarang apalagi masa depan. Dampaknya adalah

banyak warisan budaya yang lapuk dimakan usia, terlantar, terabaikan bahkan

dilecehkan keberadaannya. Padahal banyak bangsa yang kurang kuat sejarahnya

justru mencari-cari jati dirinya dari tinggalan sejarah dan warisan budayanya yang

sedikit jumlahnya. Kita sendiri, bangsa Indonesia, yang kaya dengan warisan

budaya justru mengabaikan aset yang tidak ternilai tersebut. Sungguh kondisi

yang kontradiktif.

Kita sebagai bangsa dengan jejak perjalanan sejarah yang panjang

sehingga kaya dengan keanekaragaman budaya lokal seharusnya mati-matian

melestarikan warisan budaya yang sampai kepada kita. Melestarikan tidak berarti

membuat sesuatu menjadi awet dan tidak mungkin punah. Melestarikan berarti

memelihara untuk waktu yang sangat lama. Jadi upaya pelestarian warisan budaya

lokal berarti upaya memelihara warisan budaya lokal untuk waktu yang sangat

lama. Karena upaya pelestarian merupakan upaya memelihara untuk waktu yang

sangat lama maka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang

berkelanjutan (sustainable). Jadi bukan pelestarian yang hanya mode sesaat,

berbasis proyek, berbasis donor dan elitis (tanpa akar yang kuat di masyarakat).

Pelestarian tidak akan dapat bertahan dan berkembang jika tidak didukung

oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyata dari kehidupan kita. Para

pakar pelestarian harus turun dari menara gadingnya dan merangkul masyarakat

menjadi pecinta pelestarian yang bergairah. Pelestarian jangan hanya tinggal

dalam buku tebal disertasi para doktor, jangan hanya diperbincangkan dalam
28

seminar para intelektual di hotel mewah, apalagi hanya menjadi hobi pada orang

kaya. Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat. Pelestarian harus

diperjuangkan oleh masyarakat luas (Hadiwinoto, 2002: 30). Singkat kata

pelestarian akan dapat sustainable jika berbasis pada kekuatan dalam, kekuatan

lokal, kekuatan swadaya. Karenanya sangat diperlukan penggerak, pemerhati,

pecinta dan pendukung dari berbagai lapisan masyarakat. Untuk itu perlu

ditumbuh kembangkan motivasi yang kuat untuk ikut tergerak berpartisipasi

melaksanakan pelestarian, antara lain:

1. Motivasi untuk menjaga, mempertahankan dan mewariskan warisan budaya

yang diwarisinya dari generasi sebelumnya

2. Motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan generasi penerus

bangsa terhadap nilai-nilai sejarah kepribadian bangsa dari masa ke masa melalui

pewarisan khasanah budaya dan nilai-nilai budaya secara nyata yang dapat dilihat,

dikenang dan dihayati

3. Motivasi untuk menjamin terwujudnya keragaman atau variasi lingkungan

budaya

4. Motivasi ekonomi yang percaya bahwa nilai budaya local akan meningkat bila

terpelihara dengan baik sehingga memiliki nilai komersial untuk meningkatkan

kesejahteraan pengampunya dan

5. Motivasi simbolis yang meyakini bahwa budaya lokal adalah manifestasi dari

jatidiri suatu kelompok atau masyarakat sehingga dapat menumbuhkembangkan

rasa kebanggaan, harga diri dan percaya diri yang kuat.

Dari penjelasan diatas dapat diketahi bahwa pelestarian budaya lokal juga
29

mempunyai muatan ideologis yaitu sebagai gerakan untuk mengukuhkan

kebudayaan, sejarah dan identitas (Lewis, 1983: 4), dan juga sebagai penumbuh

kepedulian masyarakat untuk mendorong munculnya rasa memiliki masa lalu

yang sama diantara anggota komunitas (Smith, 1996: 68).

Cara-cara Melestarikan Budaya Daerah. Cara-cara yang bisa detikers

lakukan untuk melestarikan budaya daerah sekitar kita, diantaranya:

1. Memperhatikan dan mempelajari budaya daerah. Contohnya dengan

mempelajari tarian dan juga alat musik daerah sekitarmu.

2. Mempelajari dan memakai bahasa daerah di lingkungan keluarga.

3. Mengadakan dan turut serta dalam kegiatan lomba/pentas seni di daerah sekitar

4. Menggunakan pakaian adat, sesuai dengan acara-acara tertentu.

Cara Menghargai Keberagaman Budaya Daerah anyaknya budaya yang

kita miliki tidak hanya cukup untuk dilestarikan, namun budaya daerah juga perlu

kita hargai. Beberapa cara untuk menghargai keberagaman budaya di sekitar kita

adalah: Tidak menjelek-jelekan atau menghina suku dan ras bangsa lain,

menghormati adat istiadat daerah lain. Dan seenantiasa untuk mau mengenal adat

istiadat dari berbagai budaya suku yang ada di Indonesia.

Era globalisasi dapat menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang

lebih modern. Akibatnya, masyarakat cenderung untuk memilih kebudayaan baru

yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Salah satu faktor

yang menyebabkan budaya lokal dilupakan pada masa sekarang adalah kurangnya

generasi penerus yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisi kebudayaannya

sendiri. Merujuk dari fakta yang terjadi, masyarakat Indonesia saat ini lebih
30

memilih kebudayaan asing yang mereka anggap lebih menarik dan praktis. Hal ini

menyebabkan lunturnya kebudayaan lokal, akibat dari kurangnya generasi penerus

yang memiliki minat untuk belajar dan melestarikannya. Menurut Malinowski,

budaya yang lebih tinggi dan aktif akan mempengaruhi budaya yang lebih rendah

dan pasif melalui kontak budaya (Malinowski dalam Mulyana, 2005:21). Teori

Malinowski ini sangat nampak dalam pergeseran nilai-nilai budaya kita yang

condong ke Barat.

Cara melestarikan budaya lokal pada era globalisasi agar tetap terjaga:

1. Mempelajari budaya lokal dengan memahami informasi mengenai budaya itu

sendiri.

2. Mengikuti kegiatan budaya asal dengan terlibat langsung di dalamnya,

misalnya menjadi peserta atau penonton kegiatan budaya tersebut.

3. Mengenalkan produk budaya ke kancah tradisional melalui jejaring sosial

dengan mengunggah foto atau video di media sosial.

4. Menjadikan budaya lokal sebagai identitas dan bangga terhadap budaya lokal

tersebut di tengah-tengah era globalisasi.

5. Mengekspor dan mempromosikan kebudayaan lokal melalui produk kesenian

ke luar negeri.

6. Memasukkan dan mempelajari kebudayaan lokal dalam mata pelajaran muatan

lokal di sekolah.

7. Mengembangkan dan membuat inovasi baru dalam pengenalan budaya ke

masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Budaya lokal yang beraneka ragam merupakan warisan budaya yang wajib

dilestarikan. Ketika bangsa lain yang hanya sedikit mempunyai warisan budaya

lokal berusaha keras untuk melestarikannya demi sebuah identitas, maka sungguh

naïf jika kita yang memiliki banyak warisan budaya lokal lantas mengabaikan

pelestariannya demi menggapai burung terbang sementara punai di tangan

dilepaskan.

B. Saran

Tidak bisa dipungkiri, budaya lokal yang ada di Indonesia sangat beragam. Akan

lebih bijaksana apabila kita sebagai masyarakat Indonesia masa kini tetap

melestarikan jenis – jenis kebudayaan Indonesia yang ada agar tetap hidup dan

lestari. Sungguh disayangkan apabila kebudayaan tersebut hilang ditelan zaman.

Marilah terus menyadarkan diri untuk tetap menjaga serta melestarikan khasanah

kebudayaan lokal di Indonesia.

31
DAFTAR PUSTAKA

B. Saini (eds). Protecting the Past for the Future. Canberra: Australian
Government Publishing Service.

Conservation. Brisbane: Hall and jones Advertising.

Davison, G. dan C Mc Conville. 1991. A Heritage Handbook. St. Leonard, NSW:


Allen& Unwin.

Galla, A. 2001. Guidebook for the Participation of Young People in Heritage


Geertz, C. (1992). Tafsir Kebudayaan (Releksi Budaya). KANISIUS:
Yogyakarta.

Geertz, C. (1992). Tafsir Kebudayaan (Refleksi Budaya). Kanisius: Yogyakarta.

Hadiwinoto, S. “Beberapa Aspek Pelestarian Warisan Budaya”. Makalah


disampaikan Pada Seminar Pelestarian dan Pengembangan Masjid
Agung Demak, di Demak, 17 Januari 2002.

Heri Wijayanto. 2008. Inovasi Ganongan pada Kesenian Reog Ponorogo melalui
Kegiatan Magang Kewirausahaan. Ponorogo: Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.

Lewis, M. 1983. Conservation: A Regional Point of View” dalam M. Bourke, M.


Miles dan B. Saini (eds). Protecting the Past for the Future. Canberra:
Australian Government Publishing Service.

Primadesi, Yona. 2010. Peran masyarakat local Dalam usaha pelestarian naskah-
naskah Kuno paseban. Jurnal Bahasa dan seni. vol. 11 no.2.

Rochayanti, Christina dan Reny Triwardani. 2013. A Lesson from Yogyakarta: A


Model of Cultural Preservation through Cultural Village. Proceeding
1st International Graduate Research Conference. Chiang Mai
University Rumusan Kongres Kebudayaan Indonesia 2013 di
Yogyakarta, 8-11 Oktober 2013.

Smith, L. 1996. Significance Concepts in Australian Management Archaeology


dalam L. Smith dan A. Clarke (eds). Issue in Management
Archaeology, Tempus, vol 5.

32

Anda mungkin juga menyukai