Anda di halaman 1dari 9

EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH/KEARIFAN LOKAL

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas

mata kuliah Kajian Budaya Daerah yang dibina oleh

Kiftian Hady Prasetya, M.Pd.

Oleh

Reno Lodang Fauzi (165010392)

Zaenatul Firdaus (165010387)

Siti Ramlah (165010390)

Kristina M. N. (165010399)

UNIVERSITAS BALIKPAPAN

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

MEI 2018
I. PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti
keanekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Kebudayaan lokal
Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk
mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat
membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki
keunikan tersendiri. Setiap daerah akan mempunyai kebudayaan yang berbeda, perbedaan itulah
yang menjadi jati diri bangsa sehingga ketika kebudayaan itu berubah atau hilang maka jati diri
yang dimilikinya akan memudar .Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola
hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang
mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal.
II. PEMBAHASAN

1. Pengertian Eksistensi
Eksistensi di artikan sebagai keberadaan. dimana keberadaan yang di maksud adalah
adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain
kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan
bahwa keberadaan atau kita diakui. Masalah keperluan akan nilai eksistensi ini sangat
penting, karena ini merupakan pembuktian akan hasil kerja atau performa di dalam suatu
lingkungan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa : “Eksistensi artinya
keberadaan, keadaan, adanya” (Idrus, 1996 : 95).
Selain itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa : “Eksistensi ;
kebendaan, adanya” (Tim Penyusun, 2005 ; 288).
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan eksistensi adalah suatu
keberadaan atau keadaan. Mendefinisikan apa sebenarnya yang terkandung dalam eksistensi
tersebut memang amat sulit. Kata-kata dan bahasa sesungguhnya tidak sempurna, sehingga
tidak dapat secara persis menyatakan pemikiran maupun gagasan. Apalagi kata eksistensi
demikian luas cakupannya.

2. Cara Melestarikan Eksistensi Budaya Daerah di Era Globalisasi

          Pelestarian adalah suatu proses atau tehnik yang didasarkan pada kebutuhan individu itu
sendiri. Kelestarian tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu harus dikembangkan pula.
Melestarikan suatu kebudayaan pun dengan cara mendalami atau paling tidak mengetahui
tentang budaya itu sendiri. Mempertahankan nilai budaya,salah satunya dengan
mengembangkan seni budaya tersebut disertai dengan keadaaan yang kita alami sekarang ini.
Yang bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai budayanya.

            Sebagai warga negara Indonesia, kita wajib melestarikan budaya-budaya negara kita
sendiri agar tidak luntur atau hilang. Contohnya seperti tarian, makanan khas, baju daerah, dan
sebagainya. Karena budaya yang kita punya dapat mencerminkan kepribadian bangsa kita yaitu
Indonesia. Walaupun Indonesia memiliki berbagai macam suku dan adat tetapi tetap saja itu
semua merupakan satu bagian dari kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

            Cara Melestarikan Eksistensi Budaya Daerah di Era Globalisasi dapat dilakukan
melalui dua bentuk, diantaranya:

1. Culture Experience

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam
sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka
masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan
demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya kita ini.

2. Culture Knowledge

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat
informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk.
Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu
sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para Generasi Muda dapat
mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.

Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan
dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi
pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara - negara lain. Penyakit masyarakat kita ini
adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih
bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita
sebagai orang timur. Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang
tidak mau mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain
sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam.

Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting.
Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya pelestarian
kebudayaan daerah ditanah air. Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
yang mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan nasional. Salah satu kebijakan pemerintah
yang pantas didukung adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan  daerah disetiap event-event
akbar nasional, misalnya tari-tarian , lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus dilakukan
sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan itu adalah
warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari negara tetangga. Demikian juga upaya-upaya
melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai
kebudayaan yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian pada
pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.

Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada berbagai cara dalam melestarikan budaya, salah
satunya adalah sebagai berikut:
 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya lokal
 Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal beserta
pemberdayaan dan pelestariannya
 Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan, keramah-tamahan
dan solidaritasyang tinggi.
 Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah
 Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola keanekaragaman budaya lokal

Kebudayaan lokal Indonesia adalah kebudayaan yang hanya dimiliki oleh bangsa
indonesia dan setiap kebudayaan mempunyai ciri khas masing–masing. Bangsa indonesia juga
sangat mempunyai kebudayaan lokal yang sangat kaya dan beraneka ragam oleh sebab itu
sebagai penerus kita wajib menjaganya karena ketahanan kebudayaan lokal berada pada
generasi mudanya dan jangan sampai kita terbuai apalagi terjerumus pada budaya asing karena
tidak semua budaya asing sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia bahkan disimpulkan
tidak sedikit kebudayaan asing membawa dampak negatif. Sebagai negara kepulauan pasti sulit
untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan antara masyarakat. Namun hal itu pasti bisa
terwujud jika kita perduli untuk menjaga, mempelajari, serta melestarikan sehingga
kebudayaan lokal yang sangat kaya di Indonesia ini tetap utuh dan tidak punah apalagi sampai
dibajak atau dicuri oleh negara lain karena kebudayaan tersebut merupakan identitas suatu
bangsa dan negara.

3. Kendala-Kendala dalam Mengembangkan Budaya Nasional di Era Globalisasi

            Keanekaragaman budaya menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk


mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat
membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki
keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup
masyarakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang
mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal.

            Begitu banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini,
misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing adalah hal yang wajar dikarenakan
suatu negara tentu akan membutuhkan input-input berupa budaya asing dengan syarat budaya
itu sejalan dengan budaya kita ini, salah satu faktor yang juga berperan penting adalah
kesadaran dari manusia itu sendiri. Karena bila kurangnya kesadaran dalam masyarakat tentu
saja bisa menjadi hal yang fatal karena kelestarian akan budaya itu lama kelamaan akan hilang
tergeser dengan seiringnya waktu. Saat ini begitu banyak juga budaya budaya kita yang telah
dilupakan salah satu contohnya adalah alat musik Sasando. Alat musik sasando ini adalah alat
musik sederhana yang berasal dari Pulau Rote, biasa dimainkan dengan cara di petik. Namun
karena pengaruh dari budaya asing saat ini lebih banyak kaum atau generasi muda yang lebih
memilih memainkan gitar ketimbang sasando tersebut.
4. Cara Mempertahankan Budaya Daerah di Era Globalisasi

            Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-


pertimbangan ekonomi dari pada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu
perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural
Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di
Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional,
baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan
tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural.

             Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat
pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur
tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan
pembangunan. Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar
dan tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah
menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja
mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti
benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan
model saja dalam pembangunan.

            Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang
cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak
langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan
yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita
lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah
diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-
kebijakan politik pemerintah. Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif,
sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat
membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan
perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu
mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian
tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian
rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari
keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula
membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para
seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar
peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis
kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan
politik.
            Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini
adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak
manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk
dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara
masal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak
budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan
nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya
ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-
pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini.
Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga
tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang
bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis.

            Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas
kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan
kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang
kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb. Selama ini
pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih
sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang
bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari,
namun justru semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh
kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih
dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik
dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan
eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika
dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop.

            Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya,
yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu,
mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan
sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi
pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja.

Kesimpulan
Eksistensi di artikan sebagai keberadaan. dimana keberadaan yang di maksud adalah
adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain
kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa
keberadaan atau kita diakui. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah, ialah bentuk
jamak dari kata “budi” atau “akal”. Maka kebudayaan dapat diartikan pula hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal. Kebudayaan yaitu Keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia yang diterapkan dalam tingkah laku sehari-hari dan dapat
menghasilkan hasil karya yang terdiri dari tiga wujud yaitu wujud fisik, sosial dan budaya. 
   Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya
pergeseran kebudayaan yaitu : 1. Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang
dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa 2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam
pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya 3.
Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan
dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya 4. Masyarakat perlu
menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak
merugikan dan berdampak negative. 5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau
menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu
berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.

Daftar Rujukan
http://makalahtugasmu.blogspot.co.id/2015/09/makalah-eksistensi-budaya-nasional-di.html

http://munadhifa.blogspot.co.id/2014/10/makalah-eksistensi-budaya-nasional.html

Anda mungkin juga menyukai