Anda di halaman 1dari 16

BAHASA INDONESIA

APRESIASI SASTRA

Dosen : Ubedillah,S.Ag.,M.Pd

Disusun Oleh
REJA FAHLEVI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SERANG


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SERANG
FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UJIAN AKHIR SEMESTER ( UAS ) GANJIL


TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Hari/Tgl : 5 Desember 2020


Smt/Jur/Kls : I/PAI/PIAUD/ Reguler & Non Reguler Jam ke/Waktu :
Dosen : Ubedillah,S.Ag.,M.Pd Ruang :
Nama : REJA FAHLEVI NIM : 2017185208016

SOAL UTS BAHASA INDONESIA


KELAS REGULER DAN NON REGULER

1. Apa yang anda ketahui tentang Apresiasi Bahasa dan sastra Indonesia ? Jelaskan
secara detail
2. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri atas tiga bagian, jelaskan secara rinci ?
3. Jelaskan definisi Pendekatan Emotif ,berikut contohnya ?
4. Sebutkan Nama-nama sastrawan yang kalian ketahui,berikut profil dan Biografinya ?
5. Apa perbedaan Apresiasi Reseptif dengan Apresiasi Produktif ?

“ Selamat Berkerja “
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini berjudul “ APRESIASI SASTRA ‘’ yang membahas tentang pembelajaran
sastra.Makalah ini berisikan tentang tujuan pembelajaran sastra,cara mengembangkan potensi
pribadi melalui sastra, realitas kehidupan sastra pada masyarakat Indonesia saat ini,dan lain
sebagainya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan.untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
mendidik untuk perbaikan selanjutnya.walaupun demikian kita tetap berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Tirtayasa, 5 Desember 2020


DAFTAR ISI

BAB I ……………………………………………………………………………………….1
PENDAHULUAN …………………………………………………………………………1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………....1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………....1

BAB II………………………………………………………………………………………2
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………2
A. Apresiasi Bahasa Dan Sastra Indonesia……………………………………………..2
B. Sejarah Sastra…………………………………………………………………………..4
C. Definisi Pendekatan Emotif……………………………………………………………5
D. Nama-Nama Sastrawan Serta Profil Dan Biografinya………………………………8
E. Perbedaan Apresiasi Reseptif dengan Apresiasi Produktif………………………….9

BAB III……………………………………………………………………………………10
PENUTUP………………………………………………………………………………...10
KESIMPULAN…………………………………………………………………………...10
SARAN……………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Apresiasi sastra adalah memberikan penilaian terhadap karya sastra.Jika kita


mengapresiasikan sebuah karya sastra, maka kita melakukan kegiatan pengamatan,
penilaian, dan memberikan penghargaan terhadap karya sastra tersebut. Apresiasi sastra
merupakan hasil usaha pembaca dalam mencari dan menemukan nilai hakiki karya sastra
lewat pemahaman dan penafsiran sistimatik Yang dapat dinyatakan dalam bentuk
tertulis.Dalam dunia pendidikan sangat diperlukan pemahaman tentang mengapresiasikan
sastra.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang anda ketahui tentang Apresiasi Bahasa dan sastra Indonesia ?
Jelaskan secara detail

2. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri atas tiga bagian, jelaskan secara rinci ?
3. Jelaskan definisi Pendekatan Emotif ,berikut contohnya ?
4. Sebutkan Nama-nama sastrawan yang kalian ketahui,berikut profil dan Biografinya ?
5. Apa perbedaan Apresiasi Reseptif dengan Apresiasi Produktif ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Tentang Bahasa Dan Sastra Indonesia


2. Mengetahui Sejarah Sastra
3. Mengetahui Pendekatan Emotif
4. Mengetahui Nama-Nama Sastrawan Serta Profil Dan Biografinya
5. Mengetahui Perbedaan Apresiasi Reseptif Dengan Apresiasi Produktif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Apresiasi Bahasa Dan Sastra Indonesia


Istilah apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti “ mengindahkan” atau “
menghargai.
1. Apresiasi Bahasa
a. Sebagai Bahasa Nasional (persatuan )
Hal ini tercantum dalam Sumpah pemuda (28-10-1928). Ini berarti bahwa bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa Nasional negara. Dalam kedudukannya
sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi,antra lain
adalah sebagai:
- Lambang Identitas Nasional
Fungsi bahasa sebagai lambing identitas nasional adalah bahasa Indonesia
mempunyai nilai-nilai sosial, budaya luhur bangsa. Dengan adanya nilai tersebut
mencerminkan bangsa Indonesia,yang menggambarkan ciri khas dan karakter
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kita harus menjaganya jangan sampai ciri khas
kepribadian kita tidak tercemin didalamnya dan perlunya dibina rasa kebangsaan
terhadap pemakaian bahasa indonesia dan mempertahankan bahasa indonesia
sebagai lambang kebangsaan nasional
- Alat perhubungan
indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyaknya suku bangsa dengan
bahasa yang berbeda-beda, maka akan sulit berkomunikasi dan menyampaikan
pendapat. maka dari itu digunakanlah bahasa indonesia sebagai alat komunikasi
dan perhubungan nasional. dengan adanya bahasa indonesia seseorang dapat
saling berkomunikasi untuk segala aspek kehidupan. bagi pemerintah, semua
kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan mudah diinformasikan kepada warga.
- Alat pemersatu bangsa
fungsi bahasa indonesia sebagai alat pemersatu bangsa memiliki peran yang
sangat penting karena digunakan sebagai alat perekat nasionalis warga indonesia
untuk selalu setia kepada Negara kesatuan republik indonesia. dengan lihat
luasnya indonesia, maka tidak heran indonesia memiliki keberagaman suku dan
budaya, dan tentunya memiliki keberagaman bahasa. dengan keberagaman
tersebut, maka diperlukan bahasa pemersatu bangsa yang bisa membuat seluruh
warga negara yang diwilayah indonesia bisa mengerti dan memahami satu sama
lain. sekarang tugas kita adalah mengembalikan bahasa indonesia ke dalam fungsi
yang sesungguhnya, perlu direnungkan kembali betapa pentingnya peranan
bahasa indonesia dalam proses integrasi bangsa.
b. Sebagai Bahasa Negara
Bahasa indonesia sebagai bahasa Negara artinya bahasa Indonesia adalah bahasa
yang resmi. Oleh karena itu, bahasa indonesi harus digunakan sesuai dengan
kaidah , tertib, cermat, dan masuk akal. Jika menggunakan bahasa Indonesia harus
lengkap dan baku. Tingkat kebakuannya diukur dengan aturan kebahasaan dan
logika pemakaian.
Bahasa Indonesia sering juga disebut dengan bahasa nasional atau bahasa
persatuan yang artinya bahasa Indonesia merupakan bahasa primer dan baku yang
harus digunakan pada saat acara formal. Bukti penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa Negara ada didalam naskah proklamasi kemerdekaan RI
1945.Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa,
dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
c. Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan
penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran,
buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lainnya. Karena
sangatlah tidak mungkin bila suatu buku yang menjelaskan tentang suatu
kebudayaan daerah, ditulis dengan menggunakan bahasa daerah itu sendiri, dan
menyebabkan orang lain belum tentu akan mengerti
d. Peranan Bahasa Indonesia yaitu :
- Sebagai alat komunikasi
- Sebagai alat pemersatu
- Sebagai alat untuk mengekspresikan diri
- Sebagai alat integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau
situasi tertentu
-Sebagai alat untuk melakukan kontrol social
1. Fungsi Bahasa Secara Umum
- Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang
tersirat di dalam hati dan pikiran kita.
- Sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan saluran maksud seseorang,
yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja
sama. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki
tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian
seseorang. Manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non
verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media
(lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara non verbal dilakukan
menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti
tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
- Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi di
lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan
tergantung situasi
dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non-
formal pada saat berbicara dengan teman dan menggunakan bahasa formal
pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati.
- Sebagai alat kontrol Sosial. Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta
tutur kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan
masyarakat.

2. Fungsi Bahasa Secara Khusus


- Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. Manusia adalah
makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan
makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan
bahasa formal dan non formal.
- Mewujudkan Seni. Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan
perasaan melalui media seni khususnya dalam hal sastra. Terkadang bahasa
yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau makna yang tersirat.
Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa
mengetahui makna yang ingin disampaikan.
- Mempelajari bahasa kuno. Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat
mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi
kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan datang,
atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang
dari suatu hal.
- Mengeksploitasi IPTEK. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan
selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat
mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia itu
sendiri
2. Apresiasi Sastra

KESUSASTRAAN
Kesastraan berasal bahasa sanskerta, susastra.
Su = bagus, indah
sastra = buku, tulisan, atau huruf
Susastra = tulisan atau teks yang bagus atau tulisan yang indah.

Pengertian yang lebih luas, kita temukan dalam kamus KBBI (1994), bahwa yang
dimaksud dengan kesusastraan adalah sebagai berikut :
1. seni mencipta suatu karya tulis yang indah bahasanya
2. karangan-karangan yang berupa karya sastra
3. pengetahuan yang bertalian dengan seni sastra
4. buku-buku yang termasuk lingkungan seni sastra

Istilah sastra mencakup dua hal, yakni sastra sebagai ilmu dan pengetahuan.
1. Seni Sastra
Sastra merupakan salah cabang seni di samping seni lukis, seni tari, dan seni musik.
Ciri-ciri sastra adalah menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan gaya
penyajiannya "indah" atau tertata dengan baik. Ada pula yang memberikan ciri
bahwa sastra bersifat imajinatif, yakni hasil renungan, khayalan, dan perasaan yang
diwujudkan dalam kata-kata yang menimbulkan pesona tertentu bagi pembacanya.
2. Ilmu Sastra
Ilmu sastra adalah pengetahuan yang menyelidiki secara sistematis dan logis
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan karya sastra.
Ilmu sastra terbagi menjadi empat cabang, yaitu teori sastra, sejarah sastra, kritik
sastra, dan filologi (aspek budaya).

Fungsi Sastra :
1. Fungsi rekreatif (Delectare)
Di sini seseorang dapat memperoleh kesenangan atau hiburan.
2. Fungsi didaktif (Decore)
Di sini seseorang dapat memperoleh pengetahuan tentang seluk-beluk kehidupan
manusia dan pelajaran tentang nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang ada di
dalamnya.

Jenis-jenis sastra
1. Prosa
2. Puisi
3. Drama

B. Sejarah Sastra

SEJARAH SASTRA INDONESIA


Sastra Indonesia, secara garis besar terbagi menjadi dua periode, yaitu periode sastra lama
dan periode sastra baru atau modern.

1 . Sastra Lama/Klasik/Tradisional
Ciri-ciri :
a. Nama penciptanya tidak diketahui
b. Pralogis atau cerita-ceritanya banyak diwarnai oleh hal gaib
c. Banyak menggunakan kata-kata baku, seperti alkisah, sahibul hikayat, menurut
empunya cerita, konon, dan sejenisnya
d. Peristiwa yang dikisahkan berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para
pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya

e. Berkembang secara lisan


Jenis-jenis sastra lama : mantra, pantun, pantun berkait, talibun, pantun kilat,
gurindam, syair, peribahasa, teka-teki, fabel, legenda, dan hikayat.
3. Sastra Baru
Sastra baru dimulai pada zaman tahun '20-an.
Ciri-ciri :
1) Temanya tentang kehidupan masyarakat sehari-hari
2) Telah mendapat pengaruh dari kesusastraan Barat
3) Pengarangnya dinyatakan dengan jelas
Dari tahun '20-an sampai sekarang, para ahli menggolongkan menjadi beberapa
angkatan berikut ini.
1. Angkatan '20-an atau Angkatan Balai Pustaka
Contoh : novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar dan novel Siti
Nurbaya karya Marah Rusli.

2. Angkatan '30-an atau Angkatan Pujangga Baru


Contoh : Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana (STA),
Kumpulan puisi Nyanyi Sunyi dan Buah Rindu karya Amir Hamzah, dan
kumpulan puisi Rindu Dendam karya J.E Tatengkeng.

3. Angkatan '45/Angkatan Chairil Anwar


Pengarang yang terkenal, di antaranya Idrus, Usmar Ismail, Rosihan Anwar,
El-Hakim, dan Amir Hamzah. Dua karya yang terkenal adalah Atheis karya
Achdiat Kartamiharja dan Dari Ave Maria Jalan Lain ke Roma karya Idrus.

4. Angkatan '66
Angkatan '66 dicetuskan oleh H.B. Jassin melalui bukunya yang berjudul
Angkatan '66.
Pengarang yang produktif, antara lain : Taufik Ismail, Mansur Samin, dan
Bur Rasuanto. Contoh dua karya yang diterbitkan angkatan ini adalah Pagar
Kawat Berduri karya Toha Mohtar dan Tirani (kumpulan cerpen) karya
Taufiq Ismail.

5. Angkatan '70-an
Kebanyakan karya-karya sastra angkatan ini tidak menekankan makna kata.
Para kritikus sastra menyebutnya sebagai jenis sastra kontemporer.

6. Angkatan '80-an

7. Angkatan Reformasi

8. Angkatan 2000

C. Definisi Pendekatan Emotif


Definisi emotif dalam mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu
dapat berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang
berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik.
Prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi adanya pendekatan emotif ini adalah
pandangan bahwa cipta sastra merupakan bagian dari karya seni yang hadir diahadapan
masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan
kesenangan. Dan dengan pendekatan emotif inilah diharapkan pembaca mampu
menemukan unsur-unsur keindahan maupun kelucuan yang terdapat dalam suatu karya
sastra.
Sebab itulah dalam pelaksanaannya pendekatan emotif ini pembaca akan dihadapkan
pada pertanyaan-pertanyaan tentang : ada kah unsur-unsur keindahan dalam cipta sastra
yang akan saya baca ini? Bagaimana cara pengarang menampilkan keindahan itu? Dan
bagaimana wujud keindahan itu sendiri setelah digambarkan pengarangnya? Bagaimana
cara pembaca menemukan keindahan itu ? serta berapa banyak keindahan itu dapat
ditemukan?
Selain berhubungan dengan masalah keindahan yang lebih lanjut akan berhubungan
dengan masalah gaya bahasa seperti metafor, simile, maupun penaraan setting yang
mampu menghasilkan panorama yang menarik. Penikmatan keindahan itu juga dapat
berhubungan dengan penyampaian cerita, peristiwa, maupun gagasan tertentu yang lucu
dan menarik sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan kepada pembaca.
Untuk menemukan dan menikmati cipta sastra yang mengandung kelucuan, anda
tentunya juga harus memilih cipta sastra yang termasuk dalam ragam-ragam tertentu.
Ragam itu misalnya humor, satirik, sarkasme, maupun ragam komedi.

Contoh pada puisi Taufik Ismail “Ketika Burung Merpati Sore Melayang”
Langit akhlak telah roboh di atas negeri
Karena akhlak roboh, hukum tak tegak berdiri
Karena hukum tak tegak, semua jadi begini
Negeriku sesak adegan tipu-menipu
Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur aku
Bergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak aku
Bergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung aku
Bergerak ke depan, dengan penipu ketanggor aku
Bergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku

Kapal laut bertenggelaman, kapal udara berjatuhan


Gempa bumi, banjir, tanah longsor dan orang kelaparan
Kemarau panjang, kebakaran hutan berbulan-bulan
Jutaan hektar jadi jerebu abu-abu berkepulan
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan

Beribu pencari nafkah dengan kapal dipulangkan


Penyakit kelamin meruyak tak tersembuhkan
Penyakit nyamuk membunuh bagai ejekan
Berjuta belalang menyerang lahan pertanian
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan

Lalu berceceran darah, berkepulan asap dan berkobaran api


Empat syuhada melesat ke langit dari bumi Trisakti
Gemuruh langkah, simaklah, di seluruh negeri
Beribu bangunan roboh, dijarah dalam huru-hara ini
Dengar jeritan beratus orang berlarian dikunyah api
Mereka hangus-arang, siapa dapat mengenal lagi
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri

Kukenangkan tahun ‘47 lama aku jalan di Ambarawa dan Salatiga


Balik kujalani Clash I di Jawa, Clash II di Bukittinggi
Kuingat-ingat pemboman Sekutu dan Belanda seantero negeri
Seluruh korban empat tahun revolusi
Dengan Mei ‘98 jauh beda, jauh kalah ngeri
Aku termangu mengenang ini
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri

Ada burung merpati sore melayang


Adakah desingnya kau dengar sekarang
Ke daun telingaku, jari Tuhan memberi jentikan
Ke ulu hatiku, ngilu tertikam cobaan
Di aorta jantungku, musibah bersimbah darah
Di cabang tangkai paru-paruku, kutuk mencekik nafasku
Tapi apakah sah sudah, ini murkaMu?

Ada burung merpati sore melayang


Adakah desingnya kau dengar sekarang

1998

Ketika pada sajak dibawah, pengarang menggambarkan bahwa dirinya sedang


berada diantara keramaian kejahatan yang ada di muka bumi ini. Sehingga dengan
spontan, pembaca juga dapat merasakan bahwa dirinya sedang menjadi tokoh
“aku” seperti di dalam puisi tersebut. Pembaca juga dapat merasakan bahwa dirinya
sedang berada diantara kejahatan yang menimpa buminya.
Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur aku
Bergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak aku
Bergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung aku
Bergerak ke depan, dengan penipu ketanggor aku
Bergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku

Kemudian dalam bait puisi dibawah ini, penulis menggambarkan bahwa betapa
mudahnya bencana alam terjadi, ketika pembaca telah sampai dalam bait puisi
tersebut, pembaca dapat melihat gambaran tentang bencana tersebut terjadi,
sehingga menaikkan emosi pembaca, bagaimana bisa hal tersebut terjadi,
sedangkan kita sama-sama makhluk yang berasal dari tanah. Membara sudah
hatinya, ingin membalas orang-orang tidak bertanggungjawab seperti mereka yang
telah membunuh rekan-rekannya hanya karena haus akan apa yang ada di dunia ini.

Kapal laut bertenggelaman, kapal udara berjatuhan


Gempa bumi, banjir, tanah longsor dan orang kelaparan
Kemarau panjang, kebakaran hutan berbulan-bulan
Jutaan hektar jadi jerebu abu-abu berkepulan
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan

Penulis mengajak pembaca untuk merasakan hal yang dirasakan penulis, bahwa
ketika itu telah terjadi pemboman yang sangat dahsyat. Mengajak pembaca untuk
memutar waktu, ke zaman dahulu, dimana peristiwa tersebut terjadi, yang kini
hanya bisa ditemui melalui tulisan-tulisan dan video rekaan. Ketika bait pusisi ini
dibaca, kita dapat merasakan perjuangan para pahlawan terdahulu hingga harus
mati mempertahankan negerinya. Menggugah semangat pembaca untuk terus
berjuang, karena kita harus berjuang terus hingga tetes darah penghabisan.
Digambarkan bahwa yang tertimpa musibah bukanlah hanya manusia atau orang-
orang yang tidak salah, melainkan para tumbuhan dan hewan-hewan. Dari sini
dapat ditemukan bahwa sebagai makhluk di muka bumi ini kita harus menjaga
ketentraman agar bumi ini tetap bersih, sehat, dari tangan-tangan jahil yang
merusak bumi.

Kukenangkan tahun ‘47 lama aku jalan di Ambarawa dan Salatiga


Balik kujalani Clash I di Jawa, Clash II di Bukittinggi
Kuingat-ingat pemboman Sekutu dan Belanda seantero negeri
Seluruh korban empat tahun revolusi
Dengan Mei ‘98 jauh beda, jauh kalah ngeri
Aku termangu mengenang ini
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri

Dari bait puisi dibawah, pengarang mengajak pembaca agar masuk ke dalam
dirinya, menjadi dirinya, yang sedang merasakan kesusahan akibat terjadinya
marabahaya yang terjadi ketika itu. Oleh karena itu, pembaca dapat merasakan
secara mendalam bagaimana penulis merasakan dirinya yang tertekan kesakitan.
Kukenangkan tahun ‘47 lama aku jalan di Ambarawa dan Salatiga
Balik kujalani Clash I di Jawa, Clash II di Bukittinggi
Kuingat-ingat pemboman Sekutu dan Belanda seantero negeri
Seluruh korban empat tahun revolusi
Dengan Mei ‘98 jauh beda, jauh kalah ngeri
Aku termangu mengenang ini
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri

D. Nama-Nama Sastrawan Dan Biografinya

1. Biografi Merari Siregar


Merari Siregar (lahir di Sipirok, Sumatera Utara pada 13 Juli 1896 dan wafat di
Kalianget, Madura, Jawa Timur pada 23 April 1941) adalah sastrawan Indonesia
angkatan Balai Pustaka. Setelah lulus sekolah Merari Siregar bekerja sebagai guru
bantu di Medan. Kemudian dia pindah ke Jakarta dan bekerja di Rumah Sakit CBZ
(sekarang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo). Terakhir pengarang ini pindah ke
Kalianget, Madura, tempat ia bekerja di Opium end Zouregie sampai akhir hayatnya.
Karya-karya Merari Siregar:

Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka. Cet. 1 tahun 1920,Cet.4 1965.
Binasa Karena Gadis Priangan. Jakarta: Balai Pustaka 1931.
Cerita tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi. Jakarta: Balai Pustaka 1924.

Cinta dan Hawa Nafsu. Jakarta: t.th.


2. Biografi Muhammad Kasim
Muhammad Kasim Dalimunte, yang lebih terkenal dengan nama panggilan M.
Kasim. Ia adalah seorang penulis novel dan cerpen di zaman Balai Pustaka. Ia lahir di
Muara Sipongi, Tapanuli, Sumatera Utara, 1886. Ia semula mempunyai pekerjaan
tetap sebagai guru sekolah dasar. Berpendidikan sekolah guru, menjadi guru sekolah
rakyat hingga 1935. Tahun 1922, mulai dikenal sebagai penulis melalui novelnya
yang pertama terbitan Balai Pustaka, yakni Moeda Teroena. Pada tahun 1924 ia
memenangkan sayembara menulis buku anak-anak. Karyanya itu kemudian
diterbitkan dengan judul Pemandangan dalam Doenia Kanak-kanak (Si Samin).

Karya-karya sastranya yang lain, yang cukup fenomenal adalah:


Bertengkar Berbisik (Balai Pusataka, 1929)
Teman Duduk (kumpulan cerita pendek)
Buah di Kedai Kopi (Balai Pusataka, 1930)
Teman Doedoek (Balai Pustaka, 1936).
Karya terjemahannya:
Hikayat Niki Bahtera (Dari In Woelige Dagen karya C.J. Kieviet) tahun 1920
Pangeran Hindi (dari De Vorstvan Indie karya Lew Wallace) tahun 1931.
3. Biografi Nur Sutan Iskandar
Nur Sutan Iskandar lahir di Sungai Batang, Sumatera Barat, 3 November 1893.
Meninggal di Jakarta, 28 November 1975 pada umur 82 tahun. Nur Sutan Iskandar
memiliki nama asli Muhammad Nur seperti umumnya lelaki Minangkabau lainnya
Muhammad Nur mendapat gelar ketika menikah. Gelar Sutan Iskandar yang
diperolehnya yang kemudian dipadukan dengan nama aslinya.

Setelah menanamkan sekolah rakyat pada tahun 1909, Nur Sutan Iskandar bekerja
sebagai guru bantu. Pada tahun 1919, ia hijrah ke Jakarta. Di sana ia bekerja di Balai
Pustaka, pertama kali sebagai korektor naskah karangan sampai akhirnya menjabat
sebagai pimpinan redaksi balai pustaka (1925-1942). Kemudian ia diangkat menjadi
kepala pengarang balai pustaka yang dijabatnya 1942-1945.
Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai sastrawan terproduktif di angkatannya. Selain
mengarang karya asli, ia juga menerjemahkan buku karangan pengarang asing.

Karya-karya Nur Sutan Iskandar yaitu :

Apa Dayaku karena Aku Perempuan (Jakarta: Balai Pustaka, 1923)


Korban Karena Percintaan (1924)
Cinta yang Membawa Maut (Jakarta: Balai Pustaka, 1926)
Salah Pilih (Jakarta: Balai Pustaka, 1928)
Abu Nawas (Jakarta: Balai Pustaka, 1929)
Karena Mentua (Jakarta: Balai Pustaka, 1932)
Tuba Dibalas dengan Susu (Jakarta: Balai Pustaka, 1933)
Dewi Rimba (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
Hulubalang Raja (Jakarta: Balai Pustaka, 1934)
Katak Hendak Jadi Lembu (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
Neraka Dunia (Jakarta: Balai Pustaka, 1937)
Cinta dan Kewajiban (Jakarta: Balai Pustaka, 1941)
Jangir Bali (Jakarta: Balai Pustaka, 1942)
Cinta Tanah Air (Jakarta: Balai Pustaka, 1944)
Cobaan (Turun ke Desa) (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)

Mutiara (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)


Pengalaman Masa Kecil (Jakarta: Balai Pustaka, 1949)
Ujian Masa (Jakarta: JB Wolters, 1952, cetakan ulang)
Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas II (Jakarta: JB Wolters,
1952)
Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas III (Jakarta: JB Wolters,
1952)
Peribahasa (Karya bersama dengan K. Sutan Pamuncak dan Aman Datuk Majoindo.
Jakarta: JB Wolters, 1946)
Sesalam Kawin (t.t.)
Si Bachil (terjemahan)
Iman dan Pengasihan (terjemahan)
Memperebutkan Pusaka Lama (terjemahan)
Tiga Panglima Perang (terjemahan)
Graaf de Monte Christo (terjemahan)
Dua Puluh Tahun Kemudian (terjemahan)
Anjing Setan (terjemahan)
Gudang Intan Nabi Suleiman (terjemahan)

E. Perbedaan Apresiasi Reseptif dengan Apresiasi Produktif

Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk mampu


menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya sastra tertentu,
baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Kaitannya dengan pendekatan emotif,
Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa:
“Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur
yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan
keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau
gagasan yang lucu atau menarik” sedangkan Parafrase merupakan salah keterampilan
yang dapat meningkatkan apre- siasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih
mengubah bentuk karya sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa
mengubah tema atau gagasan pokoknya, misalnya prosa menjadi puisi, puisi menjadi
prosa , prosa menjadi drama atau sebaliknya. Dengan melalui pengubahan bentuk
tersebut, siswa dapat semakin memahami isi karya sastra tersebut. Aminuddin (2004)
menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk karya
sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan
menggunakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Apresiasi berawal dari kata apreciation yang bermakna penghargaan
Apresiasi sendiri mempunyai pengertian pengenalan, penghayatan dan pemahaman
terhadap karya seni.Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pemikiran dan
perasaan manusia keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalam pesan .
Jadi menurut kami apresiasi sastra adalah sebuah bentuk penghargaan dan pemahaman
terhadap suatu sastra yang berupa pengungkapan pikiran dan perasaan manusia yang
dituangkan dengan bahasa maupun sebuah tulisan.
Manfaat dari apresiasi sastra bukan hanya sekedar dijadikan pengetahuan namun bisa
melatih keterampilan dalam bahasa dan berkarya dalam bentuk tulisan.dan tahapan
dalam mengapresiasikan sastra dapat membantu seseorang dalam hal
mengapresiasikan sastra.
B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi semua pihak
yang berkepentingan.Dengan terbentuknya makalah ini penulis sarankan agar dapat
meningkatkan apresiasi karya sastra dan juga dapat meningkatkan menulis kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Nobel


Edumedia
Aminudin.(2002). Pengantar Apresiasi Sastra.Bandung : Sinar baru algesindo
djuanda, Dadan dan Prana Dwija I .(2006).Apresiasi Sastra Indonesia.Bandung.
UPI Press.
Maulana, dkk.(2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang:
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang.
Haryadi dan Zamzani (1996/1997).Peningkatan Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Aminudin.(2002). Pengantar Apresiasi Sastra.Bandung : Sinar baru algesindo
Djuanda, Dadan dan Prana Dwija I .(2006).Apresiasi Sastra Indonesia.Bandung.
UPI Press.
M. Faisal, dkk. Kajian Bahasa Indonesia SD. 2009. Jakarta : Depdiknas.
Puji Santosa, dkk. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. 2003.
Jakarta : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai