Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI RERINGGET

AMELIA HANI SAPUTRI


NPM 1213043002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sejak zaman dahulu, sastra lisan Lampung telah berkembang
dalam berbagai situasi dan kegiatan, mulai dari saat bersantai dan
mengobrol ringan, saat mengerjakan kerajinan tangan, seperti menenun
tapis, menyulam, atau membuat anyam-anyaman, saat beramai-ramai
bekerja di kebun atau di sawah, seperti ketika membuka ladang atau
menanam padi, saat upacara penyambutan tamu secara adat, saat upacara
pemberian jejuluk atau pemberian adek/adok, saat berlangsungnya acara
muda-mudi, saat berlangsungnya acara cangget atau nyambai hingga saat
berlangsungnya acara bebekas penglepasan mempelai. Dalam adat
Lampung bukan hanya pada acara upacara adat saja yang menuntut
kemampuan

berbahasa Lampung yang

mumpuni,

bahkan dalam

percakapan sehari-hari pun sesungguhnya orang Lampung seperti tengah


berpuisi.
Sastra Lampung selain sebagai bagian terpenting dari budaya etnik
Lampung, juga merupakan bagian dari kebudayaan nasional yang patut
untuk terus digunakan dan dipertahankan kelestariannya. Sastra lisan
menjadi bagian yang sangat penting bagi keseharian masyarakat Lampung.
Sejak kelahiran, menjelang remaja, pernikahan, menjelang tua, hingga
kematian memiliki bentuk sastra tersendiri. Salah satu sastra lisan itu
adalah Ringget yang berkembang secara turun temurun dan digunakan
oleh masyarakat yang beradat Lampung Pepadun ketika upacara adat,
pengambilan gelar, pengantar musyawarah adat dan lain lain yang isinya
mengandung pesan-pesan tertentu.
Rigget memiliki peranan penting dalam masyarakat Lampung,
salah satunya ringget memiliki pesan-pesan atau nasihat mendasar yang
ditujukan oleh pembacanya kepada pendengar. Ringget dikenal di

lingkungan masyarakat Lampung Abung, Menggala dan melinting. Salah


satunya adalah desa rajabasalama Lampung Timur yang beradat pepadun.
Di desa ini, Ringget atau yang lebih dikenal Reringget lebih umum
digunakan pada acara-acara adat dan pembuka musyawarah. Pada
perkembangannya, ringget di Desa Rajabasalama Lampung Timur
tergolong sangat lambat. Banyak generasi muda yang masih sangat kurang
untuk mempelajari dan menerapkan ringget dalam kehidupan sehari-hari
sehingga perkembangan ringget seolah terkikis seiring perkembangan
zaman dan tekhnologi. Ringget di daerah ini memiliki ciri-ciri yang
hampir sama dengan ringget yang digunakan dibeberapa wilayah adat
pepadun lainnya, hanya saja yang membedakan adalah pengucapan dialog.
Sebagai salah satu sastra lisan Lampung yang hampir punah,
Ringget begitu penting untuk dipelajari, dianalisis dan dicari solusi
perkembangannya agar dimasa yang akan datang perkembangan ringget
akan mengalami kemajuan yang signifikan baik di tanah Lampung
maupun tanah air indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah Apa sajakah struktur dan nilai-nilai yang terkandung didalam
ringget ?
1.3 TUJUAN PENGAMATAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui struktur batin ringget berupa tema, nada,
pengucapan dan amanat yang terdapat didalam ringget.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam ringget.

1.4 MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari penyelesaian makalah ini adalah:
1. Agar dapat mengetahui struktur batin ringget berupa tema, nada,
pengucapan dan amanat yang terdapat didalam ringget.
2. Agar dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai ringget.
1.5 TEORI YANG MENDUKUNG
Teori yang digunakan sebagai teori pendukung untuk menjawab rumusan
masalah yang telah dirumuskan sebelumnya adalah teori sastra lisan
menurut:
1. Teori menurut Teeuw (Endraswara, 2011: 151)
Mengatakan bahwa sastra lisan masih terdapat diberbagai pelosok
masyarakat. Sastra lisan yang terdapat didaerah terpencil/pelosok
biasanya lebih murni karena mereka belum menganal tekhnologi.
Dibandingkan dengan sastra lisan yang berada ditengah perkotaan
yang justru malah hanya terdengar gaungnya saja dikarenakan mulai
tergeser dengan kecanggihan tekhnologi dan pengaruh dari budaya
luar.
2. Teori menurut Effendi Sanusi (1996)
Effendi Sanusi mengatakan, sastra lisan Lampung adalah sastra
berbahasa Lampung yang hidup secara lisan, yang tersebar dalam
bentuk tidak tertulis (kini sudah diinventarisasi dan sudah banyak yang
ditulis). Sastra lisan Lampung merupakan milik kolektif etnik
Lampung dan bersifat anonim. Sastra itu banyak tersebar di
masyarakat, merupakan bagian yang sangat penting dari kekayaan
budaya etnik Lampung dan juga merupakan bagian dari kebudayaan
nasional.
Effendi Sanusi (1996) membagi lima jenis sastra tradisi lisan
Lampung: peribahasa, teka-teki, mantera, puisi, dan cerita rakyat.

Berdasarkan deskripsi teori diatas, yang akan dikaji dalam makalah ini
adalah sastra lisan yang bercorak puisi yaitu Ringget.
.
1.6 TEKHNIK PENGAMATAN
Teknik pengamatan yang digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai ringget adalah tekhnik:
1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut
dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung
maupun tidak langsung. Wawancara ini ditanyakan langsung dengan
Narasumber yaitu Suttan Puset Mergo Subing.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung kepada pembuat keputusan
berikut lingkungan fisiknya. Yaitu pengamatan secara langsung ringget
di desa Rajabasalama Lampung Timur.
3. Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau oleh orang lain tentang subjek yang diteliti. Yaitu dengan
mengambil beberapa data yang terdapat di kediaman Suttan Puset
Mergo Subing di desa Rajabasalama Lampung Timur.
1.7 SUMBER DATA
Yaitu sumber subjek dari data yang didapatkan yaitu
1. Narasumber
Nama

: Al Muhidin

Gelar

: Suttan Puset Mergo Subing

Usia

: 55 TH

Dari adat : Pepadun (Abung Siwo Migo)


Marga

: Subing

Alamat

: Desa Rajabasalama Kec.Labuhan Ratu


Kab. Lampung Timur

Kedudukan dalam adat


No Telp

: Ketua Majelis Penyimbang Adat

: 081379297448

2. Dokumen
Dokumen yang didapatkan dari hasil pengamatan berupa buku
mengenai ringget yang pernah ditulis oleh tokoh adat masyarakat
Rajabasalama. Dan juga berupa foto bukti pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti.
3. Lokasi Penelitian
Desa Rajabasalama Kec.Labuhan Ratu Lampung Timur

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

ANALISIS STRUKTUR
Analisis struktur adalah aspek sintaksis menyangkut struktur
naratif sebuah teks lisan. Dalam analisis ini sebuah karya sastra dapat
diuraikan dalam unsur-unsur terkecil. Menganalisis struktur teks sangat
penting karena didalamnya terdapat hubungan antara unsur-unsur yang
membentuk teks sebagai suatu kesatuan.
Tujuan analisis struktur adalah untuk memahami makna dan fungsi
sastra lisan yang diperoleh setelah meneliti. Dalam melakukan analisis
struktur sastra lisan ini, penulis akan menganalisis ringget berdasarkan
tema dan amanat, penokohan, latar dan nilai budaya.
1. Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu
hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pasti
mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan
harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Dalam menulis ringget
haruslah memiliki sebuah tema. Tema merupakan hal yang paling
utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya
menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut.
2. Amanat
Amanat (pesan) ialah sesuatu yang disampaikan oleh seseorang
kepada orang lain. Penyampaian amanat (pesan) dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu cara lisan dan cara tulisan. Amanat
berhubungan dengan makna karya sastra yang berifat kias, subjektif,
dan umum. Makna karya sastra selalu berhubungan dengan orang per
orang, konsep seseorang, dan situasi penyair mengimajinasikan

karyanya.
Amanat (pesan) sebuah karya sastra, selain yang dibicarakan di atas,
dapat pula ditentukan melalui perndekatan teori sastra (sejarah sastra,
angkatan, atau zaman) terciptanya karya sastra itu. Jadi, menemukan
amanat pada sebuah karya sastra (ringget) selain memahami tema,
rasa, dan nada, juga dapat ditemukan melalui pendekatan teori sastra.
3. Penokohan
Penokohan atau perwatakan adalah orang yang dipercaya untuk
menyampaikan nasehat-nasehatnya melalui pesan ringget.
4. Latar
Latar dibedakan menjadi tiga, yaitu latar waktu, latar tempat,
dan latar suasana.
-

Latar

waktu

adalah

waktu

(masa)

tertentu

ketika

satu

unsur

intrinsik

yang

ringget dibacakan
-

Suasana

adalah

salah

berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya


bersamaan dengan disampaikannya ringget. Misalnya, suasana
gembira, sedih, tegang, penuh semangat, tenang, damai, dan
sebagainya.
2.2

Tempat adalah tempat dimana pada saat ringget dibacakan.

RINGKASAN RERINGGET
2.2.1

Reringget ( Suttan Puset Mergo Subing )


Tabik Pun Tabik Pai Pun (Mohon Maaf Kepada Semua)
Tabik Ngalim Puro (Maaf Ngalim Puro)
Ki Cawo Salah Susun (Jika Salah Menyusun Perkataan)
Maklum Kurang Biaso(Maklum Kurang Biasa)

Sikam Beduyun-Duyun (Kami Berduyun-Duyun)


Anjak Rajo Baso Lamo (Dari Rajabasalama)
Terang Di Gham Ulun (Ungkapan Kepada Orang)
Ditaneh Lamppung Sijo(Ditanah Lampung Ini)
Sako Lem Tetangun (lama dalam sambutan)
Ngissi Ragem Budayo (Mengisi Ragam Budaya)
Acara Sai Disusun (Acara Yang Disusun)
Beliau Suttan Purnamo (Oleh beliau Suttan Purnamo)
Dibbo Mighak Ulun (Dibawa Keinginan dari orang)
Di Tian Si Lapah Meno (Dari Yang Sudah Berangkat Duluan)
Sikam Mak Keno Kayun (Kami Tidak Diperintah)
Nighih Dibbo Ago (Ini Dibawa Keinginan)
Mak Ngitung Yajo Pun (tidak mengerti apa-apa)
Iduh Tappang Ano (tidak tau bagaimana caranya)
Sangun Mak Pandai Nyusun (Memang Tidak pandai Menyusun)
Nayah Tumbuk Di Ghang Layo (Banyak Ketemu Dijalan Raya)
Sijjagh Nginjak Kelelakun( lumayan Menginjak tingkah laku dulu)
Adat Budayo Jak Ho (Adat Budaya Terdahulu)
Sanak Tano Si Nyuhun (Anak Sekarang tidak mengerti)
Iduh Lekuh ajo (Dengan Ini Semua)
Mejeng Suo Ngelamun (Duduk Sambil Melamun)
Di Wayah Sanak Tano (Pekerjaan Anak Sekarang)
Iling Di Budaya Ulun (Senang Dengan Budaya Orang)
Jak Gham Mak Beguno (Milik Kita Sendiri Tak Berguna)
Cawo Makai Bahaso Ulun (Bicara Memakai Bahasa Orang)
Bebalah Lappung Mak Ago (Bicara Bahasa Lampung Tidak Mau)

Timbal Tiyan Metei Jimo Tukun (Kata Mereka Kalian kampungan)


Sino Bahaso Kuno (Itu Bahasa Kuno)
Bareng Si Tuho Ngayun (Saat Yang Lebih Tua Memerintah)
Di Tiyan Mak Beguno (Di Mereka Tidak Berguna)
Sino Laku Dusun (Itu Kelakuan Kampungan)
Mak Jaman Lagi Tano (Sekarang Tidak Zaman Lagi)
Lamun Mak Disusun (Kalau Tidak Disusun)
Mittar Anjak Tano (Dari Sekarang)
Malik Kalah Di Budayo Ulun (Akan Kalah Dengan Budaya orang)
Si Laju Terus Belumbo (Yang Akan Terus Berlomba)
Najin Harto Ngelambun (Meski Harta Banyak)
Lamun Luppo Diadat Budayo (Kalau Lupa Di Adat Budaya)
Gegeh Pepateh Ulun (Seperti Kata Pepatah)
Sino Sai Mak Ngerujung Basso (Itu yang Tak Menjunjung
Budaya)
2.3

TEMA DAN AMANAT


Tema yang ditampilkan dalam Ringget tersebut diatas menggambarkan
tetang anjuran untuk memiliki sikap menghargai akan budaya Lampung.
Yang diwujudkan dalam suatu perbuatan mencintai menggunakan dan
mengakui keberadaan Ringget diwilayahnya.

2.4

PENOKOHAN
Penokohan dalam ringget ini dibacakan oleh ketua adat/ majelis
penyimbang sesaat sebelum acara dimulai untuk menyampaikan kata maaf
apabila ada kesalahan dan keterbatasan kemampuan . Juga dibacakan
untuk menasehati kaum muda.

2.5

LATAR
Latar dalam pembacaan ringget ini adalah di Sessat Agung, Tempat
Kediaman yang memiliki acara.
Cerita ini dibacakan didepan anak muda mengenai budaya Lampung yang
sampai saat ini keberadaannya semakin terancam.

2.6

NILAI BUDAYA
Ringget diatas dibacakan oleh tamu yang berkunjung ke suatu
acara dan menyampaikan sambutan dan pesannya melalui Ringget yang
dibacakan Nilai budaya yang terandung dalam Ringget diatas adalah
mengingatkan Masyarakat Lampung untuk terus mempertahankan
kebudayaan Lampung terutama generasi muda. Sebagai genarasi bangsa,
Pemuda lah yang memiliki peran penting dalam memajukan budaya
bangsa bukan sebaliknya mengutamakan budaya asing.
Dalam pembacaannya, Ringget diatas pada awal kalimat banyak
mengutarakan kata maaf dan merendahkan diri sebagai ungkapan hotmat
atas

kedatangannya

sebagai

tamu.

Masyarakat

Lampung

sangat

menjunjung tinggi nilai Piil Pesengiri, Menghargai dan menghormati


sesama.

BAB III
KESIMPULAN

3.1

KESIMPULAN
Sastra lisan Lampung (Ringget) merupakan salah satu dari
beberapa jenis sastra lisan yang berkembang di Lampung. Ringget
mengandung banyak pesan-pesan yang disampaikan kepada pendengar
untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mengahargai budaya. Ringget
juga memiliki tema, latar belakang dan penokohan yang secara
keseluruhan merupakan unsur-unsur yang terdapat dari sebuah Ringget.

DAFTAR PUSTAKA

Dok. Suttan Puset Mergo Subing (2014)


Dok. Suttan Puset Mergo Subing (2003)
http://effendisanusi.blogspot.com/2009/08/paradinei.html [Diakses 19-05-2015]
http://www.academia.edu/3478000/TEORITEORI_ANALISIS_SASTRA_LISAN_STRUKTURALISME_LEVI-STRAUSS
[Diakses 20-05-2015]
http://sikamala.com/2010/02/28/ringget/ [Diakses 20-05-2015]
http://effendisanusi.blogspot.com/2009/08/sastra-lisan-lampung-jenis-fungsidan.html [Diakses 20-05-2015]

LAMPIRAN
A. Foto Dokumen

B. Profil Sumber Data

MAJELIS PENYIMBNAG ADAT LAMPUNG DESA


RAJABASA LAMA KECAMATAN LABUHAN RATU
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Alamat : Jalan Lintas Pantai Timur Rajabasa Lama Kodepos 34196

SEJARAH SINGKAT DESA RAJABASA LAMA


Pada awalnya daerah lampung, yang di pimpin oleh nenek moyang kita yang
terdiri dari empat keratuan yaitu :
1.
2.
3.
4.

RATU DIPUCCAK
RATU BALAU
RATU PUMANGGILAN
RATU PUGUNG

Ratu empat inilah yang merupakan cikal bakal masyarakat lampung, dan masingmasing Ratu ini mempunyai pengikut atau anak buah masing-masing.
Pusat keberadaan awal daerah yang mereka duduki atau diami yaitu ;
DAERAH SEKALO BEGHAK / Daerah Lampung Barat sekarang ini, itulah
awalnya tempat Pusat Pemerintahan pada waktu itu.
Setelah selang beberapa waktu kemudian Ratu empat ini akan pindah dari Daerah
Sekalo Beghak dan sepakat untuk membagi tanah atau wilayahnya masingmasing, dan diikuti juga oleh anak buahnya masing-masing, Selanjutnya
sepakatlah mereka berpindah dan membagi wilayahnya daerahnya masingmasing meninggalkan sekalo beghak dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Daerah Ratu Dipuccak berada di posisi tengah tengah hingga ke Timur


Daerah Ratu Dibalau di Sebelah Barat
Daerah Ratu Pumanggilan di sebelah Utara
Daerah Ratu Pugung di sebelah Selatan

Dengan ketentuan sebagai berikut :


Daerah Ratu Dipuccak yang berpusat di Gedung Nyapah yang mencakupi:
a, Daerah Lampung Utara

b. Daerah Lampung Tengah


c. Daerah Lampung Timur
d. Daerah Kotamadya Metro

Dan selanjutnya nenek moyang kita yang bergelar MINAK RATU DIPUCCAK
dengan istrinya yang berasal dari Minang Kabau mempunyai anak yang bernama
BETAN SUBING yang bergelar MINAK ABANG JAYOdan beliau mempunyai
anak yang bergelar TUAN SYEKH ADEPI , Beliau Tuan Syekh Adepi
mempunyai anak yang bergelar MINAK PEMUKO RATU DIBUMI 1,
BeliauMinak Pemuko Ratu Dibumi Imempunyai anak yang bergelar TUAN
SYEKH ADAM, Beliau Tuan Syekh Adam mempunyai anak yang bergelar
MINAK PEMUKO RATU DIBUMI II, Beliau inilah pendiri kampung
RAJABASA yang berlokasi di Way Terusan di wilayah kecamatan Seputih
Mataram kabupaten Lampung Tengah pada tahun 1402 M. bertepatan pada tahun
809 H.
Dan selanjutnya setelah beberapa puluh tahun kemudian kampung Rajabasa
berkembang dan masyarakatnya pun bertambah banyak. Pada tahun 1852M
bertepatan pada tahun 1266 H Rajabasa pindah dari wilayah Way Terusan yang di
pimpin atau pada zamannya PENGIRAN DALEM MENGKURAT atau MINAK
GEDI menuju Way Pegadungan di wilayah kecamatan Purbolinggo kabupaten
Lampung Timur sekarang ini. Seluruh mayarakat Rajabasa menetap di way
pegadungan sebagai kampung baru atau tempat yang baru, dan tetap
menggunakan nama kampung RAJABASA.
Setelah berpuluh tahun kemudian generasi ke generasi ada sebagian masyarakat
RAJABASA tersebut yang pindah ke Way Swikis dan langsung membentuk
kampung yaitu kampung RAJABASA BATANG HARI kecamatan Sukadana.
Selanjutnya ada juga sebagian masyarakat RAJABASA yang pindah ke Way
Curup dan langsung membentuk kampung yaitu RAJABASA BARU kecamatan
Mataram Baru saat ini. Jadi sebagian masyarakat masih menetap di way
pegadungan tersebut.
Maka pada tahun 1908M bertepatan pada tanggal 13 dzulhijjah tahun 1329H,
masyarakat RAJABASA yang masih berada di Way Pegadungan,pada waktu itu
kepala kampungnya ialah : PENGIRAN SEMPURNA JAYA, Beliau mengajak
masyarakatnya pindah / hijrah dari Way Pegadungan menuju Way Bagul dan
menggunakannama kampung RAJABASA LAMA dikarenakan desa RAJABASA
LAMA yang di dominasi oleh penyimbang-penyimbang atau tokoh-tokoh adat
yang utama atau yang tertua.
Seterusnya Pada zaman kepala kampung, Pengiran dano Rajo, pada awal tahun
60an, menerima penduduk pendatang yang berasal dari Daerah Jawa lebih kurang
30 kepala keluarga dan langsung di bentuk kepala suku atau kepala dusunnya
pada waktu itu ialah Beliau Bapak KARYONO yang lokasi wilayahnya ialah
dusun Subing Putra 2 atau yang di sebut Kampung Lawas. Dusun inilah cikal
bakal menambah penduduk.

Dan seterusnya pada awal tahun 70 an atau awal orde baru yang di pimpin oleh
Beliau Kepala desa Rajabasa Lama Bapak Amir Puspa Mega yang Bergelar Batin
Ekajaya, menerima tambahan penduduk pendatang yang sebagian besar berasal
dari Daerah Jawa dan mereka disambut dan diangkat menjadi anak adat oleh
tokoh-tokoh / penyimbang adat pada waktu itu, pada tahun 1973 menerima
TransmigrasiPramuka yang berasal dari Daerah Jawa Timur sejumlah 102 orang,
maka hingga tahun 1976 mencapai 1200 kepala keluarga atau lebih kurang 5000
orang yang terbagi menjadi 8 kepala Dusun dan selalu bertambah
Pada zaman kepala desa M. Bachri pada tahun 80 an terjadi pemekaran desa yaitu
Desa Rajabasa Lama 1 dan desa Rajabasa Lama 2.
Dan pada saat ini desa Rajabasa Lama Induk kecamatan Labuhan Ratu kabupaten
Lampung Timur, jumlah kepala keluarga mencapai 3000 an lebih atau jumlah
penduduknya tercatat 12.127 orangyang terbagi menjadi 10 kepala dusun, dengan
luas wilayah lebih kurang 16 ribu Ha yang berbatas sebelah utara Desa Rajabasa
Lama 2 dan Desa Rajabasa Lama 1, sebelah timur berbatas dengan Desa Labuhan
Ratu Lama, sebelah selatan berbatas dengan Desa Labuhan Ratu, sebelah barat
berbatas dengan Desa Pakuan Aji.
SELANJUTNYA INI
RAJABASA LAMA

ADALAH

SILSILAH

KETURUNAN

DESA

Beliau MINAK RATU DIPUCCAK istrinya yang berasal dari Minang Kabau
Mempunyai anak yang bernama BETAN SUBING yang bergelar MINAK
ABANG JAYO. Beliau Minak Abang Jayo mempunyai anak yang bergelar TUAN
SYEKH ADEPI. Beliau Syekh Adepi mempunyai anak yang bergelar MINAK
PEMUKO RATU DIBUMI I. Beliau Minak Pemuko Ratu DibumiI mempunyai
anak yang bergelar TUAN SYEKH ADAM . Beliau Tuan Syekh Adam
mempunyai anak yang bergelar MINAK PEMUKO RATU DIBUMI 2. Beliau
Minak Pemuko Ratu Dibumi 2 mempunyai anak yang bergelar MINAK GEDE
BRAJO. Beliau Minak Gede Brajo mempunyai anak yang bergelar DEMANG
CICO DINATO. Beliau Demang Cico Dinato mempunyai anak yang bergelar
MINAK GEDE BRAJO. Beliau Minak Gede Brajo mempunyai anak yang
bergelar MINAK BRAJO SUBING. Beliau Minak Brajo Subing mempunyai anak
yang bergelar SUTTAN BRAJO NATO. Beliau Suttan Brajo Nato mempunyai
anak yang bergelar MINAK GEDE BRAJO SUBING. Beliau Minak Gede Brajo
Subing mempunyai anak yang bergelar SUTTAN KRIO RAJO NATO. Beliau
Suttan Krio Rajo Nato mempunyai anak yang bergelar PENGIRAN DALEM
MENGKURAT / MINAK GEDE. Beliau Pengiran Dalem Mengkurat / Minak
Gede mempunyai anak yang bergelar TUAN BATIN RAJO NATO. Beliau Tuan
Batin Rajo Nato mempunyai anak yang bergelar SUTTAN RATU SEBUAI

SUBING. Beliau Suttan Ratu Sebuai Subing mempunyai anak yang bergelar
SUTTAN RAJO TUHO.
Beliau Suttan Rajo Tuho mempunyai anak yang bergelar PENGIRAN RATU
SEBUAI SUBING. Beliau Pengiran Ratu Sebuai Subing mempunyai anak yang
bergelar SUTTAN PUSET MERGO SUBING. Beliau Suttan Puset Mergo Subing
mempunyai anak yang bergelar PENGIRAN PUCCAK MERGO SUBING.
Beliau Pengiran Puccak Mergo Subing mempunyai anak yang bernama AKRAM
LABIB MUHAMMAD SUBING.
Dari MINAK RATU DIPUCCAK Sampai dengan AKRAM LABIB
MUHAMMAD SUBING Telah sampai kegenerasi dua puluh dua (22) Keturunan.
DAN SETERUSNYA INILAH KRONOLOGI PIMPINAN DESA
RAJABASA LAMA
Adapun nama-nama dari para pemimpin Desa Rajabasa Lama dari zaman pertama
hijrahnya kampung Rajabasa Lama didirikan hingga saat ini adalah sebagai
berikut :
1. Beliau Pengiran Sempurna Jaya periode th 1907-1918 sebagai Kepala
Kampung
2. ST. Krio Rajo Nato periode th 1919- 1923 sebagai Kepala Kampung
3. ST. Hidayatullah periode 1924 1928 sebagai Kepala Kampung
4. Pengiran Siwo Mergo periode 1929-1933 sebagai Kepala Kampung
5. Rajo Usul periode 1934-1941 sebagai Kepala Kampung
6. Pengiran Ratu Sebuai Subing periode 1942 1951 sebagai Kepala
Kampung
7. Rajo Yang Punya Bumi periode 1952-1958 sebagai Kepala Kampung
8. Pengiran Dano Rajo periode 1959-1966 sebagai Kepala kampong
9. Rajo Mudo periode 1967-1968 sebagai Kepala Kampung
10. Amir Puspa Mega bergelar Batin Ekajaya periode 1969-1979 sebagai
Kepala Desa
11. M.Bachri periode 1980-1988 sebagai Kepala Desa
12. Amir Puspa Mega bergelar Batin Ekajaya periode 1989-1998 sebagai
Kepala Desa
13. Rahmat Dalam Mashur periode 1999-2013 sebagai Kepala desa
14. Yahya Nuri bergelar Raden Mashur sebagai Kepala Desa periode 2014
hingga sekarang
Demikianlah sejarah singkat Desa Rajabasa Lama yang kami kutip dari buku
BUK adat lampung yang ditulis oleh beliau Pengiran Sepahit Lidah pada tahun
1917M yang bertepatan dengan tahun 1338H, semoga dapat menjadi sejarah yang
selalu di kenang sepanjang masa khususnya masyarakat Desa Rajabasa Lama.

Rajabasa Lama, 17
Pebruari 2015
Mengetahui
Kepala Desa Rajabasa Lama
Penyimbang adat

YAHYA NURI
Mergo Subing

Ketua Majelis

ALMUHIDIN
Glr. Suttan Puset

Anda mungkin juga menyukai