17—26
Jafar Fakhrurozi
Universitas Teknokrat Indonesia, jafar.fakhrurozi@teknokrat.ac.id
kronologi naskah:
diterima 10 Agustus 2019, direvisi 22 Agustus 2019, diputuskan 23 Agustus 2019
ABSTRAK
Dalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung Saibatin, terdapat prosesi pemberian
gelar (adok) kepada pengantin. Pemberian adok merupakan simbol kedudukan seseorang
dalam adat yang diwariskan secara turun-temurun dan dianugerahkan dengan memenuhi
beberapa ketetapan adat. Dalam upacara pemberian gelar tersebut, terdapat pembacaan
pantun yang disebut wawancan oleh tetua adat. Pantun tersebut disampaikan sebagai
pengantar pemberian adok (gelar) bagi pengantin. Pantun tersebut memuat sepenggal
riwayat hidup kedua mempelai. Pada bagian akhir, pantun berisi pemberian gelar dan
harapan-harapan untuk pengantin. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat betapa
pentingnya posisi pantun dalam proses pemberian adat tersebut. Tanpa pantun, pemberian
gelar tidak dapat disampaikan. Penelitian ini menguraikan struktur pantun wawancan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Metode
etnografi tersebut digunakan untuk mengamati prosesi adat, kehidupan pemangku adat, dan
para penutur pantun. Pengumpulan data dilakukan dengan proses wawancara, observasi,
dan pendokumentasian pertunjukan. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis menggunakan
pendekatan struktural sehingga dapat terungkap hasil penelitian. Hasilnya, penulis
menuliskan wawacan berdasarkan pesanan calon pengantin, tetapi dengan cara spontan dan
berdasarkan pengalaman yang dialaminya. Dari segi teks, struktur teks wawacan yang
diciptakan identik dengan pantun syair dan talibun: empat barus dan enam baris perbaitnya
dengan rima a-a-a-a dan ab-ab-ab. Dari segi fungsi, wawacan memiliki fungsi dan makna
sebagai pelestari bahasa dan budaya Lampung, khususnya Lampung Pesisir.
17
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26
jenis sastra lisan yang masih berkembang, sedikit mengembangkan, (2) menggali
yaitu peribahasa, teka-teki, mantra, puisi, nilai folklor agar dimanfaatkan hasilnya
dan cerita rakyat. Salah satu sastra lisan sedikit demi sedikit, (3) menemukan
yang masih hidup dan adalah wawancan. identitas bangsa lewat pluralitas folklor.
Wawancan adalah jenis karya Penelitian ini mengkaji wawancan
sastra berbentuk puisi/syair/pantun. dalam prosesi pemberian gelar pengantin
Wawancan disampaikan dalam prosesi Lampung adat Saibatin. Wilayah penelitian
adat pengantin yakni saat pemberian nama dilakukan di Kecamatan Talang Padang,
(adok) kepada pengantin. Wawancan Tanggamus. Di Talang Padang, upacara
menjadi aspek utama prosesi pemberian adat tersebut masih dilakukan hingga saat
nama/gelar karena di dalam wawancan ini.
terdapat makna yang berhubungan dengan Dari latar belakang di atas dapat
pemberian gelar tersebut. Selain itu, diketahui bahwa posisi wawancan dalam
sebagaimana karya sastra atau tradisi lisan prosesi pemberian gelar pengantin sangat
lainnya, wawancan tentu memiliki fungsi vital karena pemberian gelar tersebut
dan makna yang berguna bagi masyarakat. terkandung dalam wawancan. Terkait hal
Melalui wawancan, makna ditransmisikan. itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih
Sebagaimana dikatakan Pudentia lanjut mengenai fungsi wawancan dalam
(2007:27), bahwa dalam tradisi lisan, prosesi pemberian gelar tersebut.
pesan yang disampaikan mengandung
banyak hal. LANDASAN TEORI
Menurut Geertz dalam Jaeni (2012) Dalam penelitian ini, ada beberapa
kebudayaan merupakan 1) suatu sistem teori dan referensi yang digunakan,
keteraturan makna dan simbol-simbol yang termasuk teori struktural, pantun, dan
dipakai individu untuk mendefinisikan sastra lisan Lampung. Pantun adalah salah
dunia mereka, mengekspresikan perasaan- satu jenis karya sastra klasik yang
perasaan mereka dan membuat penilaian berkembang di nusantara termasuk di
mereka; 2) suatu pola makna-makna yang Lampung. Pantun adalah salah satu jenis
ditransmisikan secara historis yang karya sastra klasik yang berkembang di
terkandung dalam bentuk-bentuk simbolik; nusantara, termasuk di Lampung. Sastra
3) peralatan simbolik bagi kontrol lisan di Lampung dari segi bentuknya
perilaku, dan sumber-sumber memiliki bentuk serupa pantun. Dalam
ekstrasomatik dari informasi; 4) sebagai satu ayat terdiri dari 4 baris dan berima ab-
sistem simbol yang harus dipahami, ab. Namun, ada juga yang identik dengan
diterjemahkan, dan diinterpretasi. pantun talibun. Dalam satu ayat terdiri dari
Untuk memahami makna enam baris dan berima abc-abc. Namun,
wawancan dalam pemberian gelar, pantun dari Lampung tidak memiliki
diperlukan sebuah penelitian secara sampiran (pengantar). Setiap baris di
khusus. Penelitian tentang transmisi ini pantun semuanya adalah isi. Salah satu
sejalan dengan pandangan Suwardi sastra lisan yang identik dengan pantun
Endraswara. Menurut Endraswara atau talibun adalah wawancan. Wawancan
(2009:17) tujuan penelitian folklor dapat merupakan sastra lisan Lampung yang
digolongkan menjadi tiga, yaitu (1) hendak memiliki fungsi sebagai pengantar proses
melestarikan, mendokumentasikan, dan pemberian gelar tradisional (adok) kepada
18
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26
19
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26
20
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26
21
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26
d. Penyebutan Adok
Dalam wawancan juga, disebutkan FUNGSI WAWANCAN
adoknya. Adok dapat disebutkan di tengah Berdasarkan hasil analisis dari data
wawancan ada pula yang disebutkan pantun yang telah terkumpul, terdapat
setelah pembacaan wawancan. Adok empat jenis makna dari tiga tema pantun,
terdiri dari dua kata. Setiap kata yaitu pantun bermakna ungkapan bahagia,
menggambarkan makna tertentu. Kata pantun bermakna ungkapan gelisah, pantun
pertama merupakan strata sosial dalam bermakna ungkapan kecewa dan pantun
saibatin sedangkan kata kedua bermakna bermakna ungkapan nasihat. Berikut
identitas sosial seperti karakter, sifat, atau penjabaran keempat makna pantun
doa yang merepresentasikan diri tersebut.
pengantin. Wawancan memiliki fungsi dan
Ada tujuh urutan atau tingkatan penting dalam masyarakat Lampung
adok, yakni suntan, khaja, batin, radin, Saibatin. Hal itu dengan ditunjukkan
minak, kimas, dan mas. Tiap adok tersebut dengan adanya proses pembacaan
memiliki kedudukan yang berbeda wawancan pada saat pemberian adok pada
sehingga berbeda pula hak dan kewajiban pernikahan adat Lampung Saibatin.
yang melekat padanya. Artinya, tanpa adanya wawancan,
pemberian adok tidak dapat dilakukan.
e. Penutup Pentingnya wawancan dapat dilihat dari
Sebagai penutup wawancan isinya yakni berupa pesan, petuah, dan
memberi tahu bahwa tulisan akan tamat, ajaran bagi masyarakat. Menurut Effendi
pernyataan merendahkan diri dan (2009), wawancan berfungsi sebagai media
permintaan maaf, dan mengucapkan penyampaian pesan atau nasihat untuk
perasaan syukur/pujian kepada Tuhan. kedua mempelai dalam upacara pesta
Paling akhir penulis mengucapkan salam pernikahan dan sebagai media untuk
penutup menggunakan salam Lampung melestarikan bahasa dan sastra Lampung.
atau salam Islam. Perhatikan kutipan Secara umum, pesan atau nasihat itu
berikut: berkenaan dengan kehidupan berumah
22
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26
23
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26
Sai sanak kitik sai tuha petuah), maupun ungkapan bahagia, sedih
Kantu kham ngemik gawi atau yang bersifat lucu.
Berikut makna wawancan
Kham jejama pukhaga
Betik betik pakai ni berdasarkan objek yang dikaji:
Delom segala cakha
a. Pelestarian Bahasa dan Budaya
(Saudara semuanya Lampung
Ingatlah semuanya
Keberadaan wawancan sangatlah
Bertemu tamu saudara
Dari anak kecil dan orang tua penting bagi pelestarian dan
Bantu kita bekerja pengembangan bahasa dan budaya
Gunakan yang baik-baik Lampung, terutama Lampung Pesisir.
Dalam segala cara) Melalui wawancan, Bahasa Lampung
dapat dilestarikan dan diwariskan secara
d. Fungsi Religius turun temurun kepada generasi muda.
Fungsi religius sangat dominan Menurut salah seorang pemangku adat, M.
dalam wawancan. Terlihat dari Robi (31 tahun) dengan gelar khaja,
penggunaan bahasa Arab seperti dalam generasi muda sekarang sudah sedikit yang
salam dan doa. Doa-doa dalam Bahasa mau menggunakan bahasa Lampung. Oleh
Arab kerap ditulis di sela-sela wawancan. karena itu, melalui upacara adat
Hal itu terlihat dalam wawancan setelah pernikahan bahasa dan kebudayaan
bait ke-21. Ada kalimat doa dalam Bahasa Lampung dapat dilestarikan.
Arab yang berbunyi, “Innalloha maas Peran adat sangat vital dalam
sobirin” (Sesungguhnya Allah mencintai melestarikan bahasa daerah. Hal ini selaras
orang-orang yang bersabar). Selain itu, dengan misi Badan Pengembangan dan
salam penutup wawancan juga Pembinaan Bahasa dalam upaya
menggunakan salam Islam. meningkatkan keterlibatan para pemangku
kepentingan dalam pengembangan,
Makna Wawancan pembinaan, dan pelindungan bahasa dan
sastra.
Hirsch (dalam Sugihastuti,
2011:24) berpendapat bahwa makna b. Representasi Identitas Marga
mengacu pada keseluruhan arti teks dalam Saibatin
kaitannya dengan suatu konteks yang lebih Pemberian adok melalui
besar. Jadi, makna pantun merupakan arti wawancan merupakan kegiatan pemberian
teks yang dihubungkan dengan suatu identitas budayanya. Melalui adok
konteks sehingga makna pantun dapat tersebut, diletakkan identitas kekerabatan
dipahami jika disesuaikan dengan konteks dan kasta tertentu. Menurut Yudiansyah,
yang membangunnya. Makna pada isi Teguh (2018), Adok adalah sebutan
pantun akan membentuk suatu amanat atau kehormatan kepada seorang yang telah
pesan yang hendak disampaikan penyair dewasa dan berumah tangga yang
kepada pendengar atau penontonnya yang diresmikan melalui upacara adat di
berupa pesan moral seperti nasihat, hadapan tokoh-tokoh adat maupun
sindiran, kritik, anjuran-anjuran (petuah- kerabatnya. Gelar tersebut dalam adat
Lampung sebagai penyimbang
24
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26
(pemimpin). Adok adalah sebutan untuk 2. Struktur teks wawancan lebih identik
gelar kebangsawanan yang ada di dengan pantun syair dan talibun,
Lampung. dengan empat baris dan enam baris
Ada tujuh urutan atau tingkatan perbaitnya dan dengan rima a-a-a-a
adok yakni suntan, khaja, batin, radin, serta ab-ab-ab.
minak, kimas, dan mas. Tiap adok tersebut 3. Wawancan memiliki fungsi dan makna
memiliki kedudukan yang berbeda yang penting bagi masyarakat yakni
sehingga berbeda pula hak dan kewajiban sebagai pelestarian bahasa dan budaya
yang melekat padanya. Menurut salah satu Lampung. Keberadaan wawancan
penulis wawancan, Al Hilal, kedudukan sangatlah penting bagi pelestarian dan
dari masing-masing gelar mempunyai pengembangan bahasa dan budaya
tugas dan fungsi yang berbeda. Perbedaan Lampung, terutama Lampung Pesisir.
itu dapat dilihat dalam acara-acara adat di Melalui wawancan, Bahasa Lampung
masyarakat seperti dalam pernikahan. dapat dilestarikan dan diwariskan
Seorang yang bergelar khaja tidak boleh secara turun temurun kepada generasi
dijadikan sebagai tukang atau bekerja muda. Menurut salah seorang
kasar. Meskipun pada kenyataanya, seperti pemangku adat, M. Robi (31 tahun)
yang disampaikan Al Hilal, ia yang dengan gelar khaja, generasi muda
bergelar khaja pernah juga disuruh-suruh sekarang sudah sedikit yang mau
oleh masyarakat biasa, tetapi memiliki menggunakan bahasa Lampung. Oleh
tingkat ekonomi yang lebih tinggi. Hal itu karena itu, melalui upacara adat
terjadi karena ketidaktahuan masyarakat pernikahan, bahasa dan kebudayaan
tentang hak dan kewajiban yang melekat Lampung dapat dilestarikan.
pada diri masyarakat adat Saibatin. Peran adat sangat vital dalam
Melalui adok, diharapkan melestarikan bahasa daerah. Hal ini selaras
masyarakat dapat menghormati pemimpin dengan misi Badan Pengembangan dan
dan senantiasa menjunjung tinggi budaya Pembinaan Bahasa dalam upaya
leluhur. Ketujuh gelar adat tersebut tidak meningkatkan keterlibatan para pemangku
bisa dipisah-pisahkan, karena semuanya kepentingan dalam pengembangan,
memiliki keterikatan yang erat pembinaan, dan pelindungan bahasa dan
hubunganya antar satu tingkatan dengan sastra.
yang lainnya untuk saling menguatkan dan Selain itu, wawancan bermakna
mengokohkan. sebagai representasi identitas marga
Saibatin. Pemberian adok melalui
KESIMPULAN wawancan merupakan kegiatan
Dari pembahasan sebelumnya pemberian identitas budayanya. Melalui
dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, di adok tersebut, diletakkan identitas
antaranya sebagai berikut. kekerabatan dan kasta tertentu. Menurut
1. Proses penciptaan wawancan dilakukan Yudiansyah, Teguh (2018), Adok yaitu
penulis berdasarkan pesanan calon sebutan kehormatan kepada seorang yang
pengantin. Penulis memmbuat telah dewasa dan berumah tangga yang di
wawancan dengan spontan berdasarkan resmikan melalui upacara adat dihadapan
pengalaman yang dimilikinya. tokoh-tokoh adat maupun kerabatnya.
Gelar tersebut dalam adat Lampung
25
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26
DAFTAR PUSTAKA
Barker, C. (2000). Cultural Studies.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
BPS. (2013). Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010-2035. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Jaeni (2012). Komunikasi Estetik:
Menggagas Kajian Seni dan
Peristiwa Komunikasi Pertunjukan.
Bogor: IPB Press.
Nurgiyantoro, B. (2018). Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Pudentia MPSS, (ed) 2007. Metodologi
Kajian Tradisi Lisan. Jakarta:
Asosiasi Tradisi Lisan.
Sadikin, M. (2011). Kumpulan Sastra
Indonesia. Pantun Puisi Majas
Peribahasa Kata Mutiara, Jakarta:
Gudang Ilmu.
Effendi, A.S. (2009). Sastra Lisan
Lampung. Bandar Lampung: Buku
Ajar FKIP Unila.
Sugihastuti. (2011). Teori Apresiasi
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syafii, M. (2013). Wewancan Bulambanan
Jimi Putra dan Willi Yana Sari.
Belum dipublikasikan.
Yolanda, P.Y. (2016). Komunikasi
simbolik dalam prosesi pemberian
gelar adat Penyimbang Marga Legun
di Kelurahan Way Urang Kecamatan
Kalianda Kabupaten Lampung
Selatan (Skripsi). Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
26