Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm.

17—26

FUNGSI WAWANCAN DALAM UPACARA ADAT PENGANTIN LAMPUNG


SAIBATIN

Jafar Fakhrurozi
Universitas Teknokrat Indonesia, jafar.fakhrurozi@teknokrat.ac.id

Shely Nasya Putri


Universitas Teknokrat Indonesia

kronologi naskah:
diterima 10 Agustus 2019, direvisi 22 Agustus 2019, diputuskan 23 Agustus 2019
ABSTRAK
Dalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung Saibatin, terdapat prosesi pemberian
gelar (adok) kepada pengantin. Pemberian adok merupakan simbol kedudukan seseorang
dalam adat yang diwariskan secara turun-temurun dan dianugerahkan dengan memenuhi
beberapa ketetapan adat. Dalam upacara pemberian gelar tersebut, terdapat pembacaan
pantun yang disebut wawancan oleh tetua adat. Pantun tersebut disampaikan sebagai
pengantar pemberian adok (gelar) bagi pengantin. Pantun tersebut memuat sepenggal
riwayat hidup kedua mempelai. Pada bagian akhir, pantun berisi pemberian gelar dan
harapan-harapan untuk pengantin. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat betapa
pentingnya posisi pantun dalam proses pemberian adat tersebut. Tanpa pantun, pemberian
gelar tidak dapat disampaikan. Penelitian ini menguraikan struktur pantun wawancan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Metode
etnografi tersebut digunakan untuk mengamati prosesi adat, kehidupan pemangku adat, dan
para penutur pantun. Pengumpulan data dilakukan dengan proses wawancara, observasi,
dan pendokumentasian pertunjukan. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis menggunakan
pendekatan struktural sehingga dapat terungkap hasil penelitian. Hasilnya, penulis
menuliskan wawacan berdasarkan pesanan calon pengantin, tetapi dengan cara spontan dan
berdasarkan pengalaman yang dialaminya. Dari segi teks, struktur teks wawacan yang
diciptakan identik dengan pantun syair dan talibun: empat barus dan enam baris perbaitnya
dengan rima a-a-a-a dan ab-ab-ab. Dari segi fungsi, wawacan memiliki fungsi dan makna
sebagai pelestari bahasa dan budaya Lampung, khususnya Lampung Pesisir.

Kata kunci: Pantun, Wawancan, Saibatin, Fungsi, Struktur.

PENDAHULUAN tersebut terjadi melalui kegiatan


Lampung merupakan salah satu transmigrasi sejak zaman kolonial Belanda
provinsi yang memiliki kekayaan budaya. hingga Orde Baru.
Selain budaya asli, berkembang juga Namun demikian, banyaknya
budaya dari berbagai daerah lain di pendatang tidak serta merta mematikan
Indonesia seperti Jawa, Sunda, Bali, dan kebudayaan asli Lampung. Meskipun
lain sebagainya. Hal itu terjadi karena, populasi orang Lampung pada 2010 hanya
secara demografis, penduduk Lampung 18% (BPS, 2013), tetapi budaya Lampung
tidak hanya dihuni oleh masyarakat suku tetap berkembang dan dilestarikan. Salah
Lampung, tetapi ada banyak suku satu kebudayaan yang masih berkembang
pendatang. Kedatangan suku-suku luar adalah sastra lisan. Setidaknya, ada lima

17
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26

jenis sastra lisan yang masih berkembang, sedikit mengembangkan, (2) menggali
yaitu peribahasa, teka-teki, mantra, puisi, nilai folklor agar dimanfaatkan hasilnya
dan cerita rakyat. Salah satu sastra lisan sedikit demi sedikit, (3) menemukan
yang masih hidup dan adalah wawancan. identitas bangsa lewat pluralitas folklor.
Wawancan adalah jenis karya Penelitian ini mengkaji wawancan
sastra berbentuk puisi/syair/pantun. dalam prosesi pemberian gelar pengantin
Wawancan disampaikan dalam prosesi Lampung adat Saibatin. Wilayah penelitian
adat pengantin yakni saat pemberian nama dilakukan di Kecamatan Talang Padang,
(adok) kepada pengantin. Wawancan Tanggamus. Di Talang Padang, upacara
menjadi aspek utama prosesi pemberian adat tersebut masih dilakukan hingga saat
nama/gelar karena di dalam wawancan ini.
terdapat makna yang berhubungan dengan Dari latar belakang di atas dapat
pemberian gelar tersebut. Selain itu, diketahui bahwa posisi wawancan dalam
sebagaimana karya sastra atau tradisi lisan prosesi pemberian gelar pengantin sangat
lainnya, wawancan tentu memiliki fungsi vital karena pemberian gelar tersebut
dan makna yang berguna bagi masyarakat. terkandung dalam wawancan. Terkait hal
Melalui wawancan, makna ditransmisikan. itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih
Sebagaimana dikatakan Pudentia lanjut mengenai fungsi wawancan dalam
(2007:27), bahwa dalam tradisi lisan, prosesi pemberian gelar tersebut.
pesan yang disampaikan mengandung
banyak hal. LANDASAN TEORI
Menurut Geertz dalam Jaeni (2012) Dalam penelitian ini, ada beberapa
kebudayaan merupakan 1) suatu sistem teori dan referensi yang digunakan,
keteraturan makna dan simbol-simbol yang termasuk teori struktural, pantun, dan
dipakai individu untuk mendefinisikan sastra lisan Lampung. Pantun adalah salah
dunia mereka, mengekspresikan perasaan- satu jenis karya sastra klasik yang
perasaan mereka dan membuat penilaian berkembang di nusantara termasuk di
mereka; 2) suatu pola makna-makna yang Lampung. Pantun adalah salah satu jenis
ditransmisikan secara historis yang karya sastra klasik yang berkembang di
terkandung dalam bentuk-bentuk simbolik; nusantara, termasuk di Lampung. Sastra
3) peralatan simbolik bagi kontrol lisan di Lampung dari segi bentuknya
perilaku, dan sumber-sumber memiliki bentuk serupa pantun. Dalam
ekstrasomatik dari informasi; 4) sebagai satu ayat terdiri dari 4 baris dan berima ab-
sistem simbol yang harus dipahami, ab. Namun, ada juga yang identik dengan
diterjemahkan, dan diinterpretasi. pantun talibun. Dalam satu ayat terdiri dari
Untuk memahami makna enam baris dan berima abc-abc. Namun,
wawancan dalam pemberian gelar, pantun dari Lampung tidak memiliki
diperlukan sebuah penelitian secara sampiran (pengantar). Setiap baris di
khusus. Penelitian tentang transmisi ini pantun semuanya adalah isi. Salah satu
sejalan dengan pandangan Suwardi sastra lisan yang identik dengan pantun
Endraswara. Menurut Endraswara atau talibun adalah wawancan. Wawancan
(2009:17) tujuan penelitian folklor dapat merupakan sastra lisan Lampung yang
digolongkan menjadi tiga, yaitu (1) hendak memiliki fungsi sebagai pengantar proses
melestarikan, mendokumentasikan, dan pemberian gelar tradisional (adok) kepada

18
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26

pengantin yang disertai dengan nasehat yang berjudul “Komunikasi Simbolik


pada pengantin. Dalam satu bait, dalam Prosesi Pemberian Gelar Adat
wawancan terdiri dari dari 4 baris dan 6 Penyimbang Marga Legun Di Kelurahan
baris. Way Urang Kecamatan Kalianda
Sedangkan, untuk mengkaji fungsi Kabupaten Lampung Selatan”. Dalam
wawancan, penulis menggunakan pendapat penelitian tersebut, Yolanda mengkaji
Sadikin (2011: 6-7) yang menyatakan aspek komunikasi pertunjukan; segala
bahwa fungsi pantun terdiri dari fungsi sesuatu yang ada dalam prosesi baik teks
aktif, fungsi estetika, fungsi moralitas, maupun konteks memiliki makna
fungsi rekreasi, dan fungsi keagamaan. simbolik.
Untuk mengetahui fungsi dari wawancan, Penelitian serupa juga dilakukan
pertama-tama akan dijelaskan tentang oleh Teguh Yudiansyah (2018), yang
struktur wawancan. Teori yang digunakan berjudul “Makna Gelar Adat Lampung
adalah teori struktural. Studi struktural Saibatin (Studi di Pekon Kenali
adalah salah satu metode studi sastra yang Kecamatan Belalau Kabupaten Lampung
berasal dari pendekatan strukturalisme. Barat)”. Penelitian ini menguraikan makna
Pendekatan strukturalisme dilakukan oleh dari gelar adat/adok. Menurutnya, gelar
Ferdinand de Saussure. Pendekatan adat bukanlah gelar yang hanya bersifat
struktural kemudian dikembangkan oleh simbolis yang hanya dijadikan sebagai hal
Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. yang bersifat kepentingan pribadi. Namun,
Karya sastra, puisi, menurut strukturalisme gelar adat merupakan suatu tanggung
adalah totalitas yang dibangun secara jawab yang besar terhadap dirinya maupun
koheren oleh berbagai elemen pembangun. orang lain, serta ada nilai-nilai yang perlu
Di satu sisi, struktur karya sastra dapat di lestarikan, khususnya untuk
diartikan sebagai komposisi, afirmasi, dan kemashalatan masyarakat Lampung.
deskripsi semua bahan dan bagian yang Dua penelitian di atas lebih
menjadi komponen secara bersama-sama berfokus pada pemberian adok. Sementara
membentuk kebulatan yang indah itu, penelitian ini berfokus wawancan yang
(Abrams, 1981: 68 dalam Nurgiyantoro, meliputi kajian struktur, makna, dan
2007: 36). fungsinya bagi masyarakat.
Di sisi lain, struktur karya sastra
juga menunjukkan gagasan hubungan METODE PENELITIAN
antar-unsur yang timbal balik, saling Penelitian ini merupakan penelitian
menentukan, saling berpengaruh, yang kualitatif dengan menggunakan metode
bersama-sama membentuk suatu kesatuan etnografi, yakni upaya untuk memahami
yang utuh (Nurgiyantoro, 2018: 36). Studi suatu pandangan hidup dari sudut pandang
struktur ini digunakan untuk mempelajari pemilik kebudayaan. Sebagai kajian
struktur pertunjukan dan memeriksa fungsi etnografi, analisis secara terus-menerus
dari wawancan. dilakukan selama di lapangan. Identifikasi
Penelitian tentang wawancan bagian-bagian, memahami relasi
belum banyak dilakukan. Akan tetapi, antarbagian, memahami hubungan bagian
penelitian mengenai prosesi pemberian dengan keseluruhan, dan
gelar adat telah dilakukan oleh Putri Yosi mengungkapkannya menjadi kegiatan yang
Yolanda (2016), dalam sebuah skripsi paling penting dalam analisis ini. Seperti

19
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26

lazimnya dalam analisis etnografis, metode STRUKTUR NASKAH WAWANCAN


interpretasi digunakan untuk mengakses Struktur naskah wawancan terbagi
lebih dalam terhadap berbagai domain menjadi dua yakni struktur teks (bahasa)
yang dialamiahkan dan aktivitas dan struktur isi.
karakteristik pelaku budaya yang diteliti
(Morley, dalam Barker, 2000: 27). Metode STRUKTUR TEKS
etnografi tersebut digunakan untuk Sebagai bagian dari genre puisi,
mengamati prosesi adat, kehidupan wawancan ditulis dalam bentuk bait.
pemangku adat, dan para penutur pantun. Setiap terdiri atas empat atau enam baris.
Sementara, untuk mengkaji fungsi pantun, Jumlah bait wawancan tidak ada aturan
penulis menggunakan studi literatur dan yang mutlak. Jumlah bait itu tergantung
wawancara. pada pada sedikit atau banyaknya pesan
Langkah kerja pertama penelitian yang disampaikan. Dilihat dari struktur
ini adalah mengumpulkan data awal sajaknya, wawancan dapat dikategorikan
mengenai prosesi adat dengan mendatangi kepada syair dan pantun. Namun, secara
dan mewawancarai pemangku adat. isi, wawancan tidak dapat disamakan
Setelah itu, peneliti akan mengambil data dengan pantun yang memiliki sampiran
berupa rekaman video pertunjukan. dan isi, sebab semua baris dalam setiap
Kemudian, peneliti juga akan mewancarai bait wawancan mengandung isi. Pola
beberapa narasumber dengan persajakan akhir (rima) wawancan dapat
menggunakan teknik purposive sampling, dikatakan serupa pantun, yakni ab-ab. Hal
yaitu narasumber sudah ditentukan terlebih itu terlihat dari naskah wawancan yang
dahulu. dikaji dalam penelitian ini, Wewancan
Penelitian ini mengkaji aspek Bulambanan Jimi Putra dan Willi Yana
kelisanan dalam bentuk tuturan. Setelah Sari (Syafii, 2013).
mendapatkan data yang terkait dengan Pada Wewancan Bulambanan Jimi
penelitian (hasil observasi, rekaman, dan Putra dan Willi Yana Sari, wawancan
wawancara) dan melakukan transkripsi, terdiri dari 24 bait dengan jumlah baris per
analisis pun dilakukan. baitnya ada yang enam baris, yakni
Sumber data tuturan berasal dari sebanyak 15 bait dan empat baris (9 bait).
wawancara pada penutur, pemangku adat, Rima yang digunakan ab-ab untuk yang 4
pengamat budaya, dan budayawan baris, dan ab-ab-ab yang 6 baris.
Lampung. Sumber data lain ialah berasal Berikut kutipan wawancan dengan
dari kepustakaan. rima ab-ab-ab:
Berdasarkan hasil wawancara, Anizar Supriyadi (a)
observasi, dan studi literatur, akan Baya Gekhok Tayuhan (b)
Gekhok Amin Tayuh Ni (a)
dilakukan analisis. Melalui analisis, akan Bacani Ta Syakuran (b)
dapat dipahami relasi antarkomponen. Anak Bungsu Bakas Ni (a)
Analisis ini juga berguna sebagai Ganta Ya Bulambanan (b)
pemeriksaan ulang menggunakan (Syafii, 2013:3, bait ke-6).
triangulasi data hingga terjawablah
permasalahan penelitian. Sementara untuk wawancan empat
baris terlihat dalam kutipan sebagai berikut
PEMBAHASAN Bu Sepok ya Usaha

20
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26

Bukhasan Dija Dudi


Mangkung Inai Sai Di Suka b. Isi
Sai Cocok Delom Hati Pada bagian isi, wawancan berisi
(Syafii, 2013:3, bait ke-9).
pesan dan nasihat penulis tentang
kehidupan. Di sini, dikisahkan juga latar
Hasil penelitian tersebut berbeda
belakang kehidupan calon pengantin.
dengan pendapat Effendi (2009) bahwa
Dimulai dari keluarga dan calon pengantin
wawancan atau pepaccur bukanlah
pria hingga wanita. Dikisahkan juga
termasuk ke dalam pantun karena pola
tentang perjumpaan mereka sampai
rimanya ada yang berpola ab/ab dan ada
akhirnya menikah. Perhatikan kutipan
pula yang berpola abc/abc.
berikut saat orangtua calon pengantin pria
Dari segi jumlah kata dan suku kata
pertama kali dikisahkan:
per baris wawancan memiliki jumlah suku Anizar Supriyadi
kata lebih sedikit dari pantun yakni rata- Baya Gekhok Tayuhan
rata tujuh suku kata. Berbeda dengan Gekhok Amin Tayuh Ni
pantun yang lebih panjang yakni berjumlah Bacani Ta Syakuran
8-12 suku kata per barisnya. Anak Bungsu Bakas Ni
Ganta Ya Bulambanan

STRUKTUR ISI WAWANCAN (Anizar Supriyadi


Dari segi isi, wawancan memiliki Penyelenggara acara hajatan
struktur tersendiri. Berikut struktur isi Acara ngamin di hajatan
wawancan berdasarkan objek yang dikaji: Membaca tasyukuran
Anak bungsu laki-laki
Yang akan berumah tangga)
a. Pembuka (Bait ke-6).
Wawancan diawali dengan ucapan
salam. Kalimat salam dapat berupa salam Dikisahkan pekerjaan calon
khas Islam Assalamualaikum pengantin. Berikut kutipannya:
warohmatullahi wabarakatuh ataupun
salam khas Lampung, Tabik Pun. Selain Anak bungsu bakas ni
ucapan salam, dalam pembuka juga Gelakh ni jimi putra
Besak tinggi badan ini
disampaikan sapaan hormat kepada para Kekol juga usaha
pemimpin adat dan juga permohonan maaf Jak kekhja luwar negri
kepada hadirin. Hal itu dapat dilihat dalam Di negakha korea
kutipan berikut:
Tabik pun nabik tabik (Anak bungsu laki-laki
Ngalam pukha pu nabakh Namanya Jimi Putra
Pu jama tutukan ni sai khamik Besar dan tinggi badannya
Dalom pemuka bandakh Kuat juga usahanya
(Bait ke-1) Usai kerja luar negeri
Di negara Korea) (Bait ke-7).
Sai terhormat kepala
Penghulu aparat ni
Ukhawan sai muliya c. Doa
Wabil khusus ku akhi
Jama sa unyin baya
Dalam wawancan juga, terdapat
Minak muakhi unyin ni doa yang dipanjatkan untuk kedua
(Bait ke-3). mempelai. Seperti dalam kutipan berikut:

21
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26

Khesan pai da puakhi


Payu kidah puakhi Titah sai ti jalankon
Kham jama nyambung dua Kilu mahap sunyin ni
Kalau tian khua mengkung si Sangebah sang ma pekon
Selamat bahagia Tuwon lamun kukhang ni
Gemah ripah lok jinawi Nutuk cakha sai temon
Ki hani tiyan jawa
Wasalam akhir kata
(Mari saudara Wewancan adok sinji
Kita bersama memanjatkan doa Kantu wai salah kata
Kalau mereka berdua Kilu mahap unyin ni
Selamat bahagia (bait ke 23, dan 24)
Gemah Rimah Loh Jinawa
Kalau kata orang Jawa) Wassalamualaikum
(Bait ke-20). Warohmatullahi
Wabarakatuh

d. Penyebutan Adok
Dalam wawancan juga, disebutkan FUNGSI WAWANCAN
adoknya. Adok dapat disebutkan di tengah Berdasarkan hasil analisis dari data
wawancan ada pula yang disebutkan pantun yang telah terkumpul, terdapat
setelah pembacaan wawancan. Adok empat jenis makna dari tiga tema pantun,
terdiri dari dua kata. Setiap kata yaitu pantun bermakna ungkapan bahagia,
menggambarkan makna tertentu. Kata pantun bermakna ungkapan gelisah, pantun
pertama merupakan strata sosial dalam bermakna ungkapan kecewa dan pantun
saibatin sedangkan kata kedua bermakna bermakna ungkapan nasihat. Berikut
identitas sosial seperti karakter, sifat, atau penjabaran keempat makna pantun
doa yang merepresentasikan diri tersebut.
pengantin. Wawancan memiliki fungsi dan
Ada tujuh urutan atau tingkatan penting dalam masyarakat Lampung
adok, yakni suntan, khaja, batin, radin, Saibatin. Hal itu dengan ditunjukkan
minak, kimas, dan mas. Tiap adok tersebut dengan adanya proses pembacaan
memiliki kedudukan yang berbeda wawancan pada saat pemberian adok pada
sehingga berbeda pula hak dan kewajiban pernikahan adat Lampung Saibatin.
yang melekat padanya. Artinya, tanpa adanya wawancan,
pemberian adok tidak dapat dilakukan.
e. Penutup Pentingnya wawancan dapat dilihat dari
Sebagai penutup wawancan isinya yakni berupa pesan, petuah, dan
memberi tahu bahwa tulisan akan tamat, ajaran bagi masyarakat. Menurut Effendi
pernyataan merendahkan diri dan (2009), wawancan berfungsi sebagai media
permintaan maaf, dan mengucapkan penyampaian pesan atau nasihat untuk
perasaan syukur/pujian kepada Tuhan. kedua mempelai dalam upacara pesta
Paling akhir penulis mengucapkan salam pernikahan dan sebagai media untuk
penutup menggunakan salam Lampung melestarikan bahasa dan sastra Lampung.
atau salam Islam. Perhatikan kutipan Secara umum, pesan atau nasihat itu
berikut: berkenaan dengan kehidupan berumah

22
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26

tangga, bermasyarakat, berbangsa, Dalam menghadapi ujian tuhan


bernegara, dan beragama. Ujian dari yang Kuasa
Untuk menguji keimanan)
Sementara Sadikin (2011:6) (Bait ke-21).
menyebutkan bahwa fungsi pantun terdiri
dari fungsi didaktif, fungsi estetis, fungsi b. Fungsi Estetis (Keindahan)
moralitas, fungsi rekreatif, dan fungsi Wawancan merupakan salah satu
religius. Dalam wawancan, fungsi-fungsi karya sastra sehingga unsur estetika
tersebut dapat terungkap. Berikut fungsi menjadi penting. Estetika dapat dilihat dari
wawancan berdasarkan objek yang dikaji: bahasa yang digunakan dalam wawancan.
Bahasa yang dimaksud adalah bahasa
a. Fungsi Didaktif (Pendidikan) halus dan kuno yang jarang digunakan
Wawancan berisi pesan-pesan dalam tuturan sehari-hari seperti kata
penting bagi masyarakat. Pesan-pesan sikindua (saya) atau istilah sastra seperti
tersebut berupa nilai-nilai kehidupan, nyom ga khenyom. Kutipan berikut ini
budaya, sosial, dll. Wawancan dapat terasa sangat kuat nilai sastranya:
menjadi sarana pewarisan pengetahuan
tentang adat Lampung. Seperti dalam Nyom ga khenyom
kutipan berikut: Tukak bakhek di kikhi
Ngaliak willi senyom
Adat budaya tatanan Layau hati ni jimi
Adat lampung khusus ni Khelom bingi mak pedom
Sapa ya bulambanan Khabai khasan mak jadi
Ti sekhbong ko adok ni
Adok anjak tutukan (Senyum sumringah
Bekhulung di lajokh ni Lesung pipit di sebelah kiri
Melihat Willi senyum
(Adat budaya dijaga Membuat Jimi salah tingkah
Adat Lampung khususnya Gelap malam tidak tidur
Siapa yang berumahtangga Takut lamaran tidak jadi)
Tolong dipakai adok ini
Adok dari pemimpin adat) Selain itu, estetika wawancan
(Bait ke-17). sangat terlihat dari cara membacakan; ada
nada tertentu dalam membaca wawancan.
Nilai pendidikan lainnya adalah Selain itu, saat menyampaikan wawancan
mengenai cara menghadapi musibah dan diiringi gong kecil atau bende.
berbagai ujian, seperti terdapat pada
kutipan berikut: c. Fungsi Moralitas
Aspek moralitas terdapat dalam isi
Musibah kham terima
wawancan; ada tata krama yang disandang
Hakhta titipan tuhan
Sabakh dalih bu dua oleh anggota adat Lampung Saibatin,
Sina ujian tuhan mulai dari penghormatan kepada Saibatin,
Ujian sai kuasa tetua, tamu, dll.
Ya nguji keimanan
Minak muawakhi unyin ni
(Musibah kita terima Engok kham sa unyin ya
Harta titipan tuhan Nemu nyimah muakhi
Sabar sambil berdoa

23
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26

Sai sanak kitik sai tuha petuah), maupun ungkapan bahagia, sedih
Kantu kham ngemik gawi atau yang bersifat lucu.
Berikut makna wawancan
Kham jejama pukhaga
Betik betik pakai ni berdasarkan objek yang dikaji:
Delom segala cakha
a. Pelestarian Bahasa dan Budaya
(Saudara semuanya Lampung
Ingatlah semuanya
Keberadaan wawancan sangatlah
Bertemu tamu saudara
Dari anak kecil dan orang tua penting bagi pelestarian dan
Bantu kita bekerja pengembangan bahasa dan budaya
Gunakan yang baik-baik Lampung, terutama Lampung Pesisir.
Dalam segala cara) Melalui wawancan, Bahasa Lampung
dapat dilestarikan dan diwariskan secara
d. Fungsi Religius turun temurun kepada generasi muda.
Fungsi religius sangat dominan Menurut salah seorang pemangku adat, M.
dalam wawancan. Terlihat dari Robi (31 tahun) dengan gelar khaja,
penggunaan bahasa Arab seperti dalam generasi muda sekarang sudah sedikit yang
salam dan doa. Doa-doa dalam Bahasa mau menggunakan bahasa Lampung. Oleh
Arab kerap ditulis di sela-sela wawancan. karena itu, melalui upacara adat
Hal itu terlihat dalam wawancan setelah pernikahan bahasa dan kebudayaan
bait ke-21. Ada kalimat doa dalam Bahasa Lampung dapat dilestarikan.
Arab yang berbunyi, “Innalloha maas Peran adat sangat vital dalam
sobirin” (Sesungguhnya Allah mencintai melestarikan bahasa daerah. Hal ini selaras
orang-orang yang bersabar). Selain itu, dengan misi Badan Pengembangan dan
salam penutup wawancan juga Pembinaan Bahasa dalam upaya
menggunakan salam Islam. meningkatkan keterlibatan para pemangku
kepentingan dalam pengembangan,
Makna Wawancan pembinaan, dan pelindungan bahasa dan
sastra.
Hirsch (dalam Sugihastuti,
2011:24) berpendapat bahwa makna b. Representasi Identitas Marga
mengacu pada keseluruhan arti teks dalam Saibatin
kaitannya dengan suatu konteks yang lebih Pemberian adok melalui
besar. Jadi, makna pantun merupakan arti wawancan merupakan kegiatan pemberian
teks yang dihubungkan dengan suatu identitas budayanya. Melalui adok
konteks sehingga makna pantun dapat tersebut, diletakkan identitas kekerabatan
dipahami jika disesuaikan dengan konteks dan kasta tertentu. Menurut Yudiansyah,
yang membangunnya. Makna pada isi Teguh (2018), Adok adalah sebutan
pantun akan membentuk suatu amanat atau kehormatan kepada seorang yang telah
pesan yang hendak disampaikan penyair dewasa dan berumah tangga yang
kepada pendengar atau penontonnya yang diresmikan melalui upacara adat di
berupa pesan moral seperti nasihat, hadapan tokoh-tokoh adat maupun
sindiran, kritik, anjuran-anjuran (petuah- kerabatnya. Gelar tersebut dalam adat
Lampung sebagai penyimbang

24
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26

(pemimpin). Adok adalah sebutan untuk 2. Struktur teks wawancan lebih identik
gelar kebangsawanan yang ada di dengan pantun syair dan talibun,
Lampung. dengan empat baris dan enam baris
Ada tujuh urutan atau tingkatan perbaitnya dan dengan rima a-a-a-a
adok yakni suntan, khaja, batin, radin, serta ab-ab-ab.
minak, kimas, dan mas. Tiap adok tersebut 3. Wawancan memiliki fungsi dan makna
memiliki kedudukan yang berbeda yang penting bagi masyarakat yakni
sehingga berbeda pula hak dan kewajiban sebagai pelestarian bahasa dan budaya
yang melekat padanya. Menurut salah satu Lampung. Keberadaan wawancan
penulis wawancan, Al Hilal, kedudukan sangatlah penting bagi pelestarian dan
dari masing-masing gelar mempunyai pengembangan bahasa dan budaya
tugas dan fungsi yang berbeda. Perbedaan Lampung, terutama Lampung Pesisir.
itu dapat dilihat dalam acara-acara adat di Melalui wawancan, Bahasa Lampung
masyarakat seperti dalam pernikahan. dapat dilestarikan dan diwariskan
Seorang yang bergelar khaja tidak boleh secara turun temurun kepada generasi
dijadikan sebagai tukang atau bekerja muda. Menurut salah seorang
kasar. Meskipun pada kenyataanya, seperti pemangku adat, M. Robi (31 tahun)
yang disampaikan Al Hilal, ia yang dengan gelar khaja, generasi muda
bergelar khaja pernah juga disuruh-suruh sekarang sudah sedikit yang mau
oleh masyarakat biasa, tetapi memiliki menggunakan bahasa Lampung. Oleh
tingkat ekonomi yang lebih tinggi. Hal itu karena itu, melalui upacara adat
terjadi karena ketidaktahuan masyarakat pernikahan, bahasa dan kebudayaan
tentang hak dan kewajiban yang melekat Lampung dapat dilestarikan.
pada diri masyarakat adat Saibatin. Peran adat sangat vital dalam
Melalui adok, diharapkan melestarikan bahasa daerah. Hal ini selaras
masyarakat dapat menghormati pemimpin dengan misi Badan Pengembangan dan
dan senantiasa menjunjung tinggi budaya Pembinaan Bahasa dalam upaya
leluhur. Ketujuh gelar adat tersebut tidak meningkatkan keterlibatan para pemangku
bisa dipisah-pisahkan, karena semuanya kepentingan dalam pengembangan,
memiliki keterikatan yang erat pembinaan, dan pelindungan bahasa dan
hubunganya antar satu tingkatan dengan sastra.
yang lainnya untuk saling menguatkan dan Selain itu, wawancan bermakna
mengokohkan. sebagai representasi identitas marga
Saibatin. Pemberian adok melalui
KESIMPULAN wawancan merupakan kegiatan
Dari pembahasan sebelumnya pemberian identitas budayanya. Melalui
dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, di adok tersebut, diletakkan identitas
antaranya sebagai berikut. kekerabatan dan kasta tertentu. Menurut
1. Proses penciptaan wawancan dilakukan Yudiansyah, Teguh (2018), Adok yaitu
penulis berdasarkan pesanan calon sebutan kehormatan kepada seorang yang
pengantin. Penulis memmbuat telah dewasa dan berumah tangga yang di
wawancan dengan spontan berdasarkan resmikan melalui upacara adat dihadapan
pengalaman yang dimilikinya. tokoh-tokoh adat maupun kerabatnya.
Gelar tersebut dalam adat Lampung

25
Jurnal Salaka Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019 Hlm. 17—26

sebagai penyimbang (pemimpin). Adok Yudiansyah, Teguh. (2018). Makna gelar


adalah sebutan untuk gelar kebangsawanan adat Lampung Saibatin (studi di
yang ada di Lampung. Pekon Kenali Kecamatan Belalau
Berdasarkan simpulan yang telah Kabupaten Lampung Barat) (Tesis).
diuraikan, peneliti memberikan saran UIN Raden Intan Lampung, Bandar
bahwa upaya pendokumentasian dan Lampung.
pencetakan naskah wawancan agar tidak
tercecer dan dapat dibaca masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Barker, C. (2000). Cultural Studies.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
BPS. (2013). Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010-2035. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Jaeni (2012). Komunikasi Estetik:
Menggagas Kajian Seni dan
Peristiwa Komunikasi Pertunjukan.
Bogor: IPB Press.
Nurgiyantoro, B. (2018). Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Pudentia MPSS, (ed) 2007. Metodologi
Kajian Tradisi Lisan. Jakarta:
Asosiasi Tradisi Lisan.
Sadikin, M. (2011). Kumpulan Sastra
Indonesia. Pantun Puisi Majas
Peribahasa Kata Mutiara, Jakarta:
Gudang Ilmu.
Effendi, A.S. (2009). Sastra Lisan
Lampung. Bandar Lampung: Buku
Ajar FKIP Unila.
Sugihastuti. (2011). Teori Apresiasi
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syafii, M. (2013). Wewancan Bulambanan
Jimi Putra dan Willi Yana Sari.
Belum dipublikasikan.
Yolanda, P.Y. (2016). Komunikasi
simbolik dalam prosesi pemberian
gelar adat Penyimbang Marga Legun
di Kelurahan Way Urang Kecamatan
Kalianda Kabupaten Lampung
Selatan (Skripsi). Universitas
Lampung, Bandar Lampung.

26

Anda mungkin juga menyukai