Anda di halaman 1dari 14

Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No.

1, Maret 2021 33

Digital Object Identifier 10.36722/sh.v%vi%i.440

Revitalisasi dan Perubahan Fungsi Sastra Lisan dalam


Komunitas Srandul Suketeki
Rahma Ari Widihastuti1
1
Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang,
Sekaran, Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah 50229

Penulis untuk Korespondensi/E-mail: rahmajawa@mail.unnes.ac.id

Abstract - The development of the era resulted in the erosion and displacement of oral literature in social
life. Modern arts have succeeded in replacing traditional arts, including srandul oral literature.
Development and improvisation are some of the ways are taken to save oral literature. This study aims
to determine the revitalization in the effort to preserve the srandul, especially the Srandul Suketeki
community, and the changes in function in the oral literature of srandul. The method used is a descriptive
qualitative method and ethnographic method and uses oral literature theory proposed by Ruth Finnegan.
The results showed that the revitalization in the srandul arts of the Suketeki Community was carried out
in three aspects: 1) composition (creation), transmission (inheritance), and performance (show). In
Finnegan's opinion, these three things are maintained to keep the srandul of the Suketeki Community
into oral literature. The change in function that arises due to revitalization is the initial function of
Srandul's oral literature which was originally a propagator of Islamic preaching, became entertainment,
and is now a means of criticism, especially on government policies.

Abstrak - Perkembangan jaman mengakibatkan semakin tergerus dan tergusurnya sastra lisan dalam
kehidupan bermasyarakat. Kesenian-kesenian modern berhasil menggantikan posisi kesenian
tradisional termasuk sastra lisan srandul. Perkembangan dan improvisasi adalah salah satu cara yang
ditempuh untuk menyelamatkan sastra lisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui revitalisasi
dalam upaya pelestarian srandul khususnya komunitas Srandul Suketeki dan perubahan fungsi dalam
sastra lisan srandul. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan metode etnografi
serta menggunakan teori sastra lisan yang dikemukakan Ruth Finnegan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa revitalisasi dalam kesenian srandul Komunitas Suketeki dilakukan dalam tiga segi:1) composition
(penciptaan), transmission (pewarisan), dan performance (pertunjukkan). Sesuai pendapat Finnegan
ketiga hal tersebut dijaga agar tetap menjadi ciri agar srandul Komunitas Suketeki tetap menjadi sastra
lisan. Perubahan fungsi yang muncul akibat adanya revitalisasi adalah fungsi awal sastra lisan srandul
yang pada mulanya sebagai penyebar dakwah islam, menjadi hiburan, dan saat ini menjadi sarana kritik
terutama pada kebijakan pemerintah.

Keyword - Function change,Oral literature, Revitalization, Srandul suketeki


34 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021

PENDAHULUAN begitu sadar akan pentingnya budaya dan selalu


terlibat aktif untuk melestarikan bahkan

S astra lisan dikenal sebagi peninggalan


masyarakat jaman dahulu yang belum mengenal
tulisan. Oleh sebab itu, sifat sastra lisan cenderung
mengembangkannya. Ironisnya, pernah terjadi pula
kevakuman generasi yang menyebabkan sebuah
kesenian termasuk sastra lisan sehingga hampir
statis dan tidak mengalami perubahan yang berarti. mengalami kepunahan.
Di jaman dahulu, sastra lisan lebih berfungsi sebagai
hiburan. Hal ini dikarenakan minimnya kegiatan Di Prambanan, terdapat salah satu komunitas
yang dilakukan masyarakat sehingga kesenian srandul yang mencoba bangkit dengan konsep
kolektif menjadi salah satu wadah ekspresi dan anyar, mengembalikan eksistensi srandul yang
diwariskan secara turun temurun dengan cara lisan. cukup lama vakum. Tepatnya di dukuh Karangmojo
Salah satu kesenian kolektif yang masih eksis hingga dan dipandegani oleh Pak Kusumo, tahun 2014
saat ini adalah srandul. Kesenian srandul tidak di lahirlah Komunitas Srandul Suketeki. Suketeki
ketahui secara pasti pendirinya, namun dipercaya diambil dengan filosofi yang dimiliki rumput
bahwa kesenian srandul sudah ada sejak zaman wali. suketeki. Rumput jenis suketeki dikenal dengan sifat
Masyarakat beranggapan bahwa kesenian srandul yang kuat dalam kondisi apapun, hujan, panas,
merupakan kesenian turun-temurun dari para diinjak berkali-kali, suketeki akan tumbuh dan
pendahulunya [1]. Jabrohim mengungkapkan, kata bangkit lagi. Berdasar sifat yang dimiliki suketeki
srandul berasal dari bahasa Jawa pating srendul, ini, komunitas Srandul Suketeki memiliki cita-cita
bermakna saling campur aduk atau tidak tertata rapi untuk terus melestarikan seni tradisi srandul di
[2]. Akan tetapi, Anggraini memiliki pendapat yang jaman modern. Pada mulanya, pertunjukkan
berbeda, menurutnya, srandul berasal dari bahasa difungsikan sebagai hiburan masyarakat sekitar,
Jawa srana yang berarti alat atau sarana serta semakin lama lingkup pertunjukkan diperluas dan
andil/andhul yang berarti mengikuti, sehingga berani tampil di panggung-panggung kota.
srandul dapat dimaknai sebagai sarana atau alat
yang menarik masyarakat agar mengikuti [3]. Keberanian mengubah beberapa hal yang telah turun
temurun dari kesenian srandul membuatnya khas.
Kesenian tradisi srandul menggabungkan tiga Pak Kusumo mengaku sebelum pentas beliau
komponen utama yaitu tembung, tembang, dan membuat naskah terlebih dahulu. Padahal dalam
joged sehingga mampu menarik perhatian teorinya, sastra lisan dikenal sebagai sastra yang
masyarakat dengan penyisipan ajaran agama Islam. segala hal didominasi dengan kegiatan lisan,
Cerita dan tokoh srandul yang berada di kota termasuk dengan penciptaan bahkan pewarisannya.
Yogyakarta memiliki perbedaan. Senada dengan Namun hal ini tidak kemudian membuat kesenian
penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto bahwa srandul kehilangan ciri sebagai salah satu sastra
kesenian srandul tidak hanya terdapat di lisan. Seperti yang disebutkan [5] bahwa sastra lisan
Gunungkidul saja, tetapi juga terdapat di daerah lain, tidak sepenuhnya berkembang secara lisan
yang masing-masing memiliki ciri khas sendiri (kelisanan). Selanjutnya, Suwardi menjelaskan
sesuai dengan daerah tempat kesenian srandul hidup bahwa dalam kondisi yang semakin berkembang,
[4]. Jika inspirasi utama cerita srandul di termasuk campur tangan elektronik, tentu akan
Yogyakarta adalah dari Babad Demak, maka di mengubah sastra lisan dan membuatnya rumit.
daerah lain menyesuaikan dengan legenda yang Namun hal tersebut justru membuat menarik untuk
beredar di sekitar sekaligus menyesuaikan dengan meneliti sastra lisan. Seperti halnya menurut
keadaan masyarakat yang ada di daerah tersebut. Hal Hutomo, meskipun semakin jauh dari sumbernya
ini kemudian yang mempengaruhi ciri khas cerita foklor yang disebarkan secara lisan banyak
srandul dari masing-masing daerah yang telah mengalami perubahan, tetapi intinya tetap sama [5].
dilalui oleh para wali.
Sastra lisan menyimpan banyak fungsi bagi
Tidak ada teks tertulis naskah drama srandul. Para masyarakat sekitarnya maupun masyarakat secara
lakon dan pegiat mendasarkan pada hafalan dan luas karena di dalam sastra lisan terkandung banyak
ingatan, selanjutnya melakukan improvisasi ketika sekali hal yang dapat diambil. Sebuah pernyataan
berada di atas panggung. Hal ini merupakan ciri khas yang menyatakan sastra lisan turut menjadi salah
dari sastra lisan. Ada beberapa komunitas srandul satu sumber karakter bangsa dapat dibenarkan.
yang masih eksis di daerah Prambanan, Yogyakarta. Kandungan pesan dalam sastra lisan di masing-
Yogyakarta memang dikenal sebagai daerah dengan masing daerah mayoritas mengajak masyarakatnya
perhatian pada kebudayaan yang tinggi. Masyarakat
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021 35

untuk berperilaku baik, tidak melupakan asal usul, Supriyanto dalam artikelnya berjudul “Kesenian
dan menjunjung tinggi kerukunan. Srandul dalam Upacara Bersih Desa Bulu Kelurahan
Karangmojo Kecamatan Karangmojo Kabupaten
Penelitian mengenai srandul telah banyak Gunungkidul Yogyakarta” memaparkan bahwa
dilakukan, tetapi yang berfokus pada sastra lisan srandul di Karangmojo Gunung Kidul lebih sering
atau teksnya hanya beberapa saja. Penelitian dipentaskan ketika bersih desa, meskipun juga
sebelumnya mengenai Komunitas Srandul Suketeki sebagai tontonan sekuler. Masyarakat desa masih
telah dilakukan oleh Rahma Ari Widihastuti dalam percaya bahwa cikal bakal Dusun Bulu yaitu Kyai
tesisnya [6]. Penelitian ini merupakan sebagian kecil Mojo masih menjaga dusun tersebut [4].
dari penelitian tersebut yang berfokus hanya pada
srandul Komunitas Suketeki. Selain itu, penelitian Fandy Aprianto Rohman dalam artikelnya berjudul
oleh Sunahrowi (2015), Sulistianto (2016), “Jejak Kesenian Srandul di Magelang” khusus
Supriyanto (2020), Fandy Aprianto Rohman (2020). membahas kesenian srandul yang ada di Magelang
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian- sejak kelahirannya hingga saat ini. Pembahasan
penelitian sebelumnya adalah fokus utama atau srandul dalam artikel yang ditulis oleh Rohman
objek penelitian berupa teks atau sastra lisan lebih bersifat historis atau kesejarahannya. Hasil dari
kesenian srandul. penelitiannya menyatakan bahwa srandul di Dusun
Dukuhan muncul sekitar tahun 1982 dan
Rahma Ari Widihastuti dalam tesisnya yang pementasan sering dilakukan sesuai permintaan
berjudul “Revitalisasi, Perubahan Fungsi, dan masyarakat untuk mengisi acara hajatan [8].
Perubahan Konteks Sosial Masyarakat dalam Sastra
Lisan Srandul di Dukuh Plempoh dan Dukuh Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Karangmojo, Yogyakarta” memaparkan usaha para revitalisasi yang terjadi di dalam kesenian srandul
pegiat srandul sebagai upaya pelestarian dan khususnya komunitas Srandul Suketeki dan
menjaga keeksisan srandul terutama di daerah perubahan fungsi yang dialami oleh sastra lisan
Bokoharjo dan Prambanan. Dalam tesis ini juga srandul.
disampaikan bahwa Komunitas Srandul Suketeki
merupakan salah satu komunitas yang berani
membangkitkan kembali eksistensi srandul dengan METODE
konsep yang berbeda dan lain dengan komunitas
srandul lainnya [6]. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
etnografi dengan teknik langsung dan wawancara
Sunahrowi dalam artikelnya berjudul “Pembentukan dengan informan. Spradley menyatakan bahwa
Karakter Anak melalui Kesenian Tradisional wawancara dalam metode etnografi bersifat
Srandul: Kajian Semiotika Roland Barthes” peristiwa percakapan agar informan lebih terbuka
memberikan salah satu alternatif bagi penanaman sehingga mendapatkan data nyata dan sebanyak -
karakter bagi anak-anak sekaligus penyelamatan banyaknya [9]. Dua metode yang digunakan adalah
kesenian tradisi srandul dari kepunahan. Dalam metode pengumpulan data dan metode analisis data.
artikelnya, Sunahrowi menyatakan bahwa srandul Metode pengumpulan data digunakan untuk
memiliki kandungan nilai-nilai karakter yang baik mengumpulkan data berupa objek material berupa
dan harus disebarkan pada generasi penerus [7]. kesenian tradisi srandul, sedangkan objek formal
adalah teori sastra lisan Ruth Finnegan. Metode
Sulistianto dalam artikelnya berjudul “Kesenian pengumpulan data dilakukan dalam dua cara,
Srandul di Dusun Karangmojo, Tamanmartani, pertama dengan kepustakaan dan yang kedua
Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, dengan pengumpulan data lapangan menggunakan
Yogyakarta Tahun 1985-2013” menjelaskan dengan metode etnografi.
detail latar belakang kemunculan kesenian srandul
di Dusun Karangmojo hingga tahun 2013. Hasil Metode pengumpulan data digunakan untuk
penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada mengambil data secara langsung di lapangan,
keterangan pasti pencipta srandul, beberapa mengadakan observasi, wawancara dengan
masyarakat beranggapan srandul merupakan informan dan narasumber, serta menyaksikan
sumpah Sunan Kalijaga pada pengikutnya. Srandul langsung pementasan agar nampak perubahan apa
termasuk dalam seni teater rakyat, seni tradisi, dan yang terjadi di komunitas Srandul Suketeki. Metode
harus dilestarikan karena termasuk kearifan lokal studi pustaka digunakan untuk mengolah data yang
[1]. didapatkan dari lapangan dan mendukung analisis
36 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021

data yang dilakukan. Penelitian ini juga sama untuk mengekspresikan ide penting yang
menggunakan objek formal berupa teori Ruth diberikan.
Finnegan terkait dengan tiga aspek yang menjadi ciri
khusus dari sastra lisan sekaligus fungsi dari sastra Membahas sastra lisan, bukan hanya membincang
lisan srandul. mengenai warisan budaya nenek moyang yang
dikenal nir aksara. Sastra lisan adalah sebuah
kekayaan budaya yang mengandung berbagai
HASIL DAN PEMBAHASAN kekayaan dari suatu masyarakat yang bernilai.
Selain itu, srandul dapat dikatakan sebagai salah
Kesenian tradisi srandul diawali dengan nyanyian satu kearifan lokal. Kearifan lokal sarat dengan nilai-
sebagai pembuka pertunjukkan, dikombinasi dengan nilai agama, karena dari segi asal-usulnya, budaya
gerakan atau tarian sederhana oleh lakon. Aspek kearifan lokal merupakan proses cipta rasa manusia
inilah yang disebut kombinasi joged, tembang, dan yang berpusat dari hati nurani yang jujur, ikhlas,
tembung. Tetembungan yang dituturkan umumnya amanah dan cerdas yang memancar di akal pikiran
berbahasa Jawa, meskipun ada kalanya terkena manusia, dan dilaksanakan dengan tindakan dan
interferensi bahasa yang lain. Tetembungan tersebut perbuatan. Munculnya perubahan pada beberapa
berupa pesan-pesan yang mengajak pada kebaikan, bagian di kesenian srandul diasumsikan merupakan
beberapa di antaranya adalah ajakan untuk perubahan yang terjadi karena mengikuti
beribadah, seperti salat dan puasa. Lakon akan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi
memasuki panggung satu persatu dan mulai dan industri tersebut mau tidak mau memberikan
menjalankan perannya sesuai dengan pakem yang dampak pada perkembangan atau perubahan pola
dipegang turun temurun. pikir dan cara pandang terhadap segala hal, termasuk
kesenian.
Teks dalam sastra lisan merupakan elemen yang
paling penting, meskipun berbeda dengan sastra tulis [10] menyebutkan bahwa bermunculannya bentuk
karena sastra lisan memiliki teks verbal, satu potong sastra lisan yang beraneka ragam, bahkan ada
teks tidak akan memiliki makna jika tidak beberapa variasi yang dikatakan menyimpang dari
diaktualisasikan [10]. Pernyataan di atas bentuk normalnya merupakan hal yang lazim terjadi
menjelaskan bahwa teks memang elemen yang di masyarakat. Bahkan perubahan-perubahan
paling penting dari sastra lisan, tetapi teks tersebut tersebut dapat menciptakan bentuk baru yang jauh
tidak akan memiliki makna sebelum diadakan berbeda. Akan tetapi, perubahan yang dilakukan
pertunjukkan. Hal ini berlaku pula untuk sastra tulis bukan serta merta merupakan sebuah kesengajaan
yang tidak bermakna jika belum dimaknai oleh sebagai penggubahan sastra lisan, tetapi sebuah
pembaca. Oleh karena itu, melalui apresiasi upaya pelestarian dan pemertahanan masyakarat
penonton maupun pembaca, sastra dapat dimaknai untuk terhadap eksistensi sastra lisan tersebut.
bahkan dirasakan fungsinya.
Di era modern yang menuntut keterlibatan teknologi
Hutomo menegaskan kembali perbedaan antara dalam setiap lini kehidupan, bukan menjadi suatu
sastra tulisan dengan sastra lisan, jika puisi (sastra) yang aneh jika tradisi turut serta mengikuti arusnya.
tulis setelah dicipta dapat disimpan dan disebarkan Tradisi lisan termasuk sastra lisan yang berubah dan
bahkan dibacakan berulangkali, sedangkan puisi beralih menjadi aksara. Hal tersebut dilakukan demi
lisan diciptakan serentak saat pertunjukkan [5]. Hal keberlangsungan dan kelestarian sastra lisan, banyak
tersebut memberikan simpulan bahwa pada setiap dari tradisi termasuk sastra lisan yang dikaji,
pertunjukkan sastra lisan, baik dilakonkan oleh dianalisis, dituliskan dalam berbagai media cetak
orang yang sama dengan cerita yang sama, atau dan karya tulis lainnya.
penampil yang berbeda dengan cerita yang sama,
dengan kondisi yang berbeda-beda, dan dengan Sastra lisan dalam perjalanannya pasti akan
penonton yang berbeda akan memunculkan menjumpai banyak tantangan untuk tetap bertahan,
pemaknaan dan memberikan fungsi yang berbeda. seperti pendapat Suwardi yang menyatakan salah
Kondisi di atas dapat terjadi karena dalam sastra satu penyebab terjadinya perubahan di dalam sastra
lisan para penyanyi (lakon) memiliki semacam lisan [12]. Dari berbagai jenis dan ragam sastra lisan,
patokan cerita dikenal dengan istilah formula [11]. akan bermunculan fenomena di dalamnya. Sastra
Formula dimaknai sebagai sekumpulan kata yang lisan bisa saja memudar, berbaur, hampir punah,
secara teratur digunakan dalam kondisi metrik yang bahkan punah dan menghilang. Sastra lisan yang
akan terus bertahan menurut Amir harus memiliki
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021 37

ruang untuk improvisasi, adanya keterbukaan untuk Meskipun tidak dipungkiri saat di atas panggung
menyesuaikan diri dengan kemajuan yang terjadi di terjadi improvisasi oleh para lakon.
masyarakat [13]. Bukan hanya dari segi inti berupa
dialog maupun isi cerita, lebih luas dari itu, Ong [13] menyatakan bahwa hal ini termasuk
keterbukaan dalam sastra lisan dapat dilakukan dalam kelisanan sekunder, yaitu kelisanan yang
dengan penyesuaian pada aspek lain seperti kostum, dibantu dengan tulisan. Meski yang seharusnya
instrumen musik, lirik lagu yang menjadi pengiring. dilisankan tetapi dibuat dalam bentuk tulis, tetapi
tidak menghapuskan yang lisan. Keduanya tetap
[14] menyatakan dalam jurnal sastra lisan yang hidup bersama dan saling mendukung.
ditulisnya bahwa sebuah tradisi harus terus Komunitas ini juga memanfaatkan sosial media
dijalankan atau dilaksanakan oleh masyarakatnya sebagai pendukung promosi seperti facebook dan
untuk menjaga kelestariannya. Finnegan merupakan youtube.
salah satu tokoh yang menggeluti bidang sastra lisan.
Ia memang tidak menyebutkan secara langsung 2. Pewarisan. Salah satu hal mendasar yang menjadi
istilah revitalisasi, dari pernyataan yang diberikan, pembeda antara sastra tulis dan sastra lisan
terlihat bahwa konsep revitalisasi dalam sastra lisan terletak pada pewarisannya, sastra lisan
didukung olehnya. Penyesuaian, perubahan, atau diwariskan secara lisan.
modifikasi, bahkan perombakan secara besar-
besaran dapat dilakukan dengan menyesuaikan Kriteria ini merupakan kriteria yang menjadi
kondisi yang ada di masyarakat. Namun, perlu penekanan oleh foklor terhadap syarat disebutnya
diperhatikan bahwa modifikasi yang dilakukan tetap sastra lisan dan menjadi perbedaan yang
memperhatikan inti atau ciri dari sastra lisan mencolok dengan sastra tulis. Dalam komunitas
tersebut. Perubahan yang dilakukan tidak mengubah Suketeki, pewarisan dilakukan secara tulis dan
inti, ciri khas, dan nilai yang turun temurun lisan. ketika akan mengadakan pertunjukkan,
terkandung di dalam sastra lisan yang merupakan para pelakon diberikan gambaran cerita secara
ciri masyarakat kolektif tersebut. umum dengan bantuan naskah.

Revitalisasi di dalam Srandul 3. Pertunjukkan. Sastra lisan memiliki formula dan


Kesenian srandul, memiliki beberapa aspek yang tema yang dipegang oleh para lakon dalam
melekat, tidak hanya berupa teks (sastra lisan) saja, pertunjukkannya. Lakon diberikan kebebasan
tetapi beberapa aspek pendukung lainnya yang penuh untuk melakukan improvisasi terhadap
menjadi satu kesatuan sehingga disebut sebagai cerita dengan catatan tidak menggubah inti cerita
srandul. Oleh karena itu, proses penghidupan atau cerita yang penting.
kembali (revitalisasi) tidak hanya diterapkan pada
dialog (sastra lisan)-nya saja. Aspek-aspek Perubahan Fungsi dalam Srandul
pendukung yang ada dalam srandul pun turut serta Seperti yang telah disampaikan oleh informan
menjadi sasaran modifikasi agar lebih sesuai dengan bahwa srandul merupakan kesenian yang telah ada
perkembangan jaman. Ada tiga ciri sebuah puisi sejak masa walisongo. Lamanya waktu penyebaran
(karya sastra) disebut sebagai sastra lisan (1) dan pemertahanan di masyarakat tentu telah
komposisi, (2) cara pewarisannya, dan (3) mengalami berbagai pasang surut serta perubahan
pertunjukan [10]. fungsi yang dirasakan di masyarakat sekitar. [15]
menyatakan bahwa seringkali sastra lisan
1. Komposisi atau penciptaan sastra lisan adalah menghadirkan makna yang luas (lebih bersifat
dengan lisan. Meskipun pada perkembangannya ambigu) dan itu memang disengaja. Kadang tersirat
banyak sastra lisan yang penciptaannya dibantu tetapi seringkali menjadi sumber kesalahpahaman
dengan tulisan. antar pemain maupun pendengar. [5] menyebutkan
secara umum sastra lisan di masyarakat memiliki
Hal ini senada dengan srandul Komunitas fungsi sebagai system proyeksi, pengesahan
Suketeki. Pak Kusumo selaku ketua komunitas kebudayaan, alat pemaksa berlakunya norma-norma
mengakui bahwa naskah yang akan dipentaskan sosial dan sebagai alat pengendali sosial, dan alat
sebelumnya disusun terlebih dahulu. Hal ini pendidikan anak. Selain itu, [13] turut berpendapat
dikarenakan pertunjukkan sastra lisan Srandul bahwa fungsi utama dan pertama sastra lisan adalah
Suketeki mengusung kritik sosial politik dan untuk hiburan, fungsi kedua adalah menyimpan
dipentaskan secara umum, sehingga memang puitika kosakata yang kaya, fungsi ketiga sebagai
perlu pengumpulan data, fakta, dan kehati-hatian. sarana Pendidikan, untuk sosialisasi nilai-nilai,
38 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021

fungsi keempat sebagai ajang nostalgia, fungsi Tabel 1. Aspek dalam srandul yang mengalami
kelima sarana mengumpulkan orang untuk revitalisasi
menghimpun dana, dan saat ini muncul fungsi Aspek Sebelum Srandul
keenam yaitu mengumpulkan orang untuk yang Revitalisasi Suketeki
mendengarkan pesan politik, perkenalan politik, dan Mengalami
sosialisasi program. Lebih dari itu, sastra lisan juga Revitalisasi
memiliki fungsi secara luas untuk menentang
Sastra lisan Sesuai pakem Lebih
otoritas politik, sindiran, propaganda, pamer, tradisi
(narasi dan yang turun menonjolkan
ritual, pengungkapan cinta, keluhan, luapan emosi
dialog) temurun pada kritik
tersembunyi yang tidak bisa dikatakan, menipu,
diwariskan terhadap
mediasi jiwa manusia, menghibur wisatawan asing,
melalui lisan. masalah yang
mencari nafkah, parodi, memunculkan skandal,
Bercerita ada pada
menghibur, dan lainnya.
mengenai alur masyarakat
kehidupan Ki saat ini.
Lebih lanjut lagi, [10] mengatakan bahwa penentuan
Demang Sebenarnya
fungsi sastra lisan harus memperhatikan budaya
Cokroyudha permasalahan
setempat. Beberapa di antaranya adalah pandangan
dan korupsi telah
lokal (masyarakat) misalnya kepercayaan, religi,
permasalahan disinggung
pengalaman, maupun lambang dan symbol khusus
kademangannya dalam kesenian
yang digunakan. Saat ini, sastra lisan mampu
serta srandul
difungsikan sebagai media protes, menyampaikan
Dhadhungawuk sebelum
aspirasi kepada pemimpin dengan cara yang halus.
sebagai adanya
Sama halnya di masa yang lalu, kesenian selalu
penyelamat. revitalisasi
berhasil menjadi wahana penyampai aspirasi
tetapi hanya
maupun permintaan rakyat kepada pimpinannya.
sebagian kecil
Dalam hal ini, sastra lisan berfungsi sebagai media
saja. Di sini
aspirasi rakyat. Melalui sastra lisan, protes terhadap
porsi tersebut
kebijakan pemerintah yang bersifat sosial politik
diperbanyak,
atau dalam hal apapun dapat tersampaikan dan
bahkan
terkemas dengan apik. Selain itu, fungsi dari sastra
menjadi
lisan ini juga lebih bersifat sebagai protes halus dan
gagasan utama
mudah mengena.
dalam
pertunjukan.
Pemaparan kondisi di atas merupakan kondisi yang
Intrumen Kendang, Kendang,
melatarbelakangi kebutuhan untuk mengadakan
Pengiring terbang, terbang,
revitalisasi bagi srandul. Hal tersebut secara
angklung, angklung.
langsung berimbas pada terjadinya beberapa
kadang-kadang
perubahan, termasuk aspek-aspek pertunjukkan
ditambah
yang melekat beserta fungsi yang menjadi dampak
dengan kecapi.
bagi masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, selain
Lirik lagu Lagu-lagu yang Masih meniru
teks yang terdapat dalam sastra lisan srandul
dan digunakan Srandul
Komunitas Suketeki, perlu dideskripsikan dan
nyanyian untuk sebelumnya,
dianalisis aspek-aspek yang turut menjadi
mengiringi menggunakan
pendukung sastra lisan saat dipertunjukkan yang
masuk dan parikan,
mengalami revitalisasi. Aspek-aspek tersebut
keluarnya tokoh wangsalan
meliputi: instrumen pengiring, musik, kostum
sekaligus tetapi
(busana), tata rias, gerak tari, dan tata panggung.
backsong menyesuaikan
berupa parikan, cerita yang
wangsalan, dibuat. Lagu-
lagu dolanan lagu dolanan
dan lagu-lagu pun turut
daerah. dilagukan saat
mengiringi
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021 39

Aspek Sebelum Srandul Aspek Sebelum Srandul


yang Revitalisasi Suketeki yang Revitalisasi Suketeki
Mengalami Mengalami
Revitalisasi Revitalisasi
tokoh masuk Yogyakarta
maupun keluar. dan Tembi.
Kostum Sesuai dengan Ki Demang
kedudukan dan yang biasanya Dari penjabaran kolom di atas menunjukkan bahwa
karakter mengenakan hanya beberapa aspek dari srandul Komunitas
masyarakat blangkon, Suketeki yang mengalami perubahan dalam rangka
Jawa di masa sekarang penyesuaian diri dengan situasi dan kondisi yang
dulu. mengenakan telah dijabarkan sebelumnya. Revitalisasi yang
topi demang terlihat mencolok pada srandul Komunitas Suketeki
yang identik terletak pada teksnya yang menonjolkan kritik pada
dengan fenomena yang tengah terjadi di masyarakat.
kompeni. Meskipun demikian, srandul yang dipentaskan tetap
Tata Rias Tegas, kuat, Riasan tipis mengandung nilai-nilai kehidupan yang menjadi
mencerminkan tetapi masih sebuah ciri dari kesenian tradisional. Melalui
karakter dari menonjolkan revitalisasi, para pegiat berharap bahwa srandul
masing-masing karakter dari tetap eksis dan bertahan di tengah hiruk pikuk
tokoh. masing-masing kepunahan kesenian tradisional, khususnya sastra
tokoh. lisan. Seperti halnya pesan Pak Kusumo yang
Gerak Tari Setiap tokoh Tetap menyatakan bahwa melestarikan bukan berarti
memiliki mencerminkan mempertahankan bentuk tetapi membuat kesenian
gerakan karakter dari mampu bertahan dengan langkah nyata berupa
masing-masing masing-masing pengembangan. Hal ini terbukti dengan srandul
saat masuk tokoh. Ki garapan Pak Kusumo dan kawan-kawan di Dukuh
maupun keluar Demang yang Karangmojo, Kalasan mampu bangkit dan
dari arena kalem, membawa srandul ke panggung yang lebih luas
panggung. Dhadhungawuk daripada sekadar lapangan desa.
yang gagah,
maupun Dalam upaya revitalisasi yang dilakukan, ciri khas
Maling Soka dari kesenian srandul tetap dipertahankan, seperti
yang banyak alat musik yang digunakan, tokoh-tokoh yang
tingkah. bermain di dalamnya, aturan masuk dan keluarnya
Tata Sudah dapat Mengincar pemain. Secara umum, hanya teks cerita yang
Panggung bersifat tempat-tempat ditambah dan sedikit digubah dengan tujuan
fleksibel, tidak yang eksklusif menyampaikan kritik sosial. Hal inilah yang
harus berada di dan sering menjadikan srandul yang dipentaskan Komunitas
ruang terbuka didatangi oleh Suketeki menjadi sebuah tontonan dengan cerita
atau lapangan. orang-orang yang berani, segar, sehingga mendapatkan berbagai
Di dalam besar dengan dukungan sehingga pihak yang dapat dikatakan
ruangan dan tujuan aspirasi sebagai tempat tontonan bergengsi seperti Rumah
siang hari, yang ingin Budaya Tembi, Bantul dan Taman Budaya
kesenian disampaikan Yogyakarta besedia untuk mementaskan kesenian
Srandul pun dapat ini. Hal ini tentu saja membuat fungsi yang
dapat tersampaikan terkandung dalam srandul pun mengalami
dipentaskan. dengan perubahan seperti yang dijabarkan dalam Tabel 2.
maksimal.
Beberapa di
antaranya
adalah di
Taman Budaya
40 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021

Tabel 2. Perbandingan fungsi srandul sebelum dan Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
sesudah mengalami revitalisasi revitalisasi
Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
revitalisasi
bebarengan
(Menanam jahe
Dialog atau lirik lagu yang mengajak pada di tegalan,
kebaikan bekerja
- Kawate digawe - Gotong royong Fungsi bersama-sama)
paku, kuwate nyambut nyambut sosial Dialog atau lirik tentang agama
kudu bersatu gawe.(Gotong (mengaj - Ma lima ki Fungsi
(Tali besinya royong bekerja ak larangane Religi
digunakan bekerja) masyara agama, kowe (mengin
sebagai paku, - Kawate digawe kat wani-wania gatkan
kuatnya harus paku kuwate untuk ngono (dialog). tentang
bersatu) merga bersatu. hidup (Ma lima itu aturan
- Orong-orong (Tali besinya rukun, larangannya agama)
angge-angge, digunakan menging agama, Kamu
gotong royong sebagai paku, at jangan berani-
nyambut gawe kuatnya karena sesama berani seperti
(Undur-undur, bersatu) dan itu)
angge-angge menging Dialog atau lirik berisi nasihat
(nama hewan) atkan - Saikine - Kembang Fungsi
gotong royong pada kembang mlathi landhep pendidik
bekerja) perilaku sing tak jaluk kembange an/mora
- Timun sigarane, kebaika aja padha munggur (yo). l
ayo mbangun n) korupsi Yen pengen (media
negarane (Sekarang slamet yo kudu masyara
(Belahannya bunga melati, jujur (Bunga kat
timun, ayo yang Saya yang tajam bunga untuk
membangun minta jangan munggur (yo). mendidi
negaranya) saling korupsi) Jika ingin selamat k dan
- Aku moh patine - Saikine ya harus jujur) menyisi
tela, sing tak kembang selo. - Kuwi apa kuwi e pkan
jaluk patine Saikine kembang melati. pendidik
kacang. Aku kembang selo. Sing tak pujo an
moh yen mati Njaluk dha urip puji. Aja dha karakter
muspra sing tak tan cidra. korupsi merga kepada
jaluk mati (Sekarang yen korupsi generasi
berjuang. (Saya bunga selo, negarane rugi penerus)
tidak mau saling minta (Itu apa itu e
tepungnya hidup tanpa rasa bunga melati.
singkong, yang sakit/susah) Yang ku puja
Saya minta - Pancen abot puji. Jangan
tepungnya ngudhi dhawuhe saling korupsi
kacang. Saya wong wadon iku karena jika
tidak mau kalua mau, sebab iki korupsi,
mati sia-sia wis dadi negaranya rugi)
yang Saya penjaluke lha yo - Ning kene iki
minta mati abota sing kaya rasaning ati. Rasa
karena ngapa bakal risi pejabate dha
berjuang) dakleksanani korupsi. Rakyate
- Nandur jahe (dialog) kabeh padha
ning galengan, (Memang berat diapusi. Akhire
nyambut gawe menuruti negarane saya
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021 41

Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
revitalisasi revitalisasi

permintaan rugi. Mbok eling diikuti


perempuan itu, kanca kabeh oleh
karena ini sudah enggala lek semua
menjadi diadhili (Di masyara
permintaannya, sinilah rasanya kat)
beratnya seperti hati/perasaan.
apa tetap akan Perasaan rishi Kebiasaan jaman dahulu
Saya para pejabatnya - Ana prenjak - Biasane nek Fungsi
laksanakan) korupsi. Semua ngganter- wonten manuk dokume
rakyatnya ditipu. ngganter nggantar- ntasi/sej
Akhirnya nggantar ngoten arah
negaranya ajeng wonten (mereka
bertambah rugi. dhayoh (dialog) m
Ayo sadarlah, kebiasaa
ingat teman semua n
segera diadili) masyara
Paribasan kat
- Anak polah - Apa meneh ana Fungsi jaman
bapa kepradah unen-unen. Jane pendidik dahulu)
(dialog) ajining dhiri an/mora
- Rawe-rawe priya kuwi saka l Sindiran
rantas malang- bandha, praja, (membe - - Sayuk rukun karo Fungsi
malang putung pangkat, lan rikan kancane nyilih sosial
(dialog) wanita (Apa lagi nasihat kloso kanggo (diguna
- Sura dira ada peribahasa. tetapi resepsi (yo mas kan
jayaningrat Katanya tidak yo) sugih bandha untuk
lebur dening berharganya diri secara merga korupsi menega
pangastuti lelaki itu dari tersurat. (Rukun dengan kkan
- Munggah harta, jabatan, Selain temannya, maupun
gunung mudhun pangkat, dan itu, meminjam tikar menenta
gunung wanita) paribas untuk resepsi ng
- Kang becik an (ayo mas ayo) otoritas
ketitik, kang ala dalam kaya harta karena politik/k
ketara. Kang Srandul korupsi) ebijakan
temen tinemu tersebut - Tuku kupat pemerin
kang salah bakal dapat kanggo sarapan tah)
seleh. sura dira dikataka (yo mas yo)
jayaningrat lebur n njaluk surat
dening sebagai ndadak
pangastuti. represen amplopan.
tasi atas Jungkate
norma tumumpang kursi.
atau Pejabate
nilai manipulasi. (Beli
sosial kupat untuk
dari sarapan (ayo mas
sebuah ayo) minta surat
masyara harus beramplop.
kat, Sisirnya di atas
diterima kursi. Pejabatnya
dan manipulasi)
42 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021

Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
revitalisasi revitalisasi

- Tuku piring ning sekarang


Jakarta. Gulung jamannya apapun
koming dibekuk menggunakan
KPK (Beli piring amplop, iya kan?)
di Jakarta. Kocar - Pokoke apa-apa
kacir dibekuk ki Urusane kudu
KPK) nganggo dhuit
- Kudu ana ijole nek jaman saiki
ragad pijet. Ya (dialog).
ta? Bayangna nek (Pokoknya
sedina ana wong apapun urusannya
seket po satus harus memakai
njaluk tanda uang kalua jaman
tangan. Rak yo sekarang)
pegel kabeh ta - Mula saka saiki
tanganku iki? kudu nganggo
(dialog). (Harus dhuit. Saiki dhuit
ada ganti sing kuwasa.
anggaran untuk Keuangan yang
pijat, kan? maha kuwasa
Bayangkan jika (dialog). (Oleh
sehari ada orang karena itu, sejak
lima puluh atau sekarang harus
seratus tanda menggunakan
tangan. Bukankah uang. Sekarang
tanganku pegal uang yang
semua ini?) berkuasa.
- Lha nggih, mosok Keuangan yang
angger tanda maha kuasa)
tangan sak - E e tobil ndadak
crutan, tanda nganggo
tangan sak melehake e kowe.
crutan, kedah Kari mangkat
ngedalaken ngestokake
amplop sing isine dhawuh lurahe.
uageng? (dialog). Inggih ki lurah
(Lha iya, masa leres perintahe.
setiap tanda (E e tobil, harus
tangan sak crut, pakai alasan.
tanda tangan sak Mematuhi
crut harus perintah lurah.
mengeluarkan Iya Ki Lurah
amplop yang betul perintahnya)
isinya besar - Nanging ki lurah
sekali?) tan pantes
- Ning ndi-ndi ki tinuladakne
saiki wis jamane, (Tetapi Ki Lurah
ngurus apa-apa tidak pantas
nganggo amplop, untuk ditiru)
yo ta (dialog) - Menangke kasus
(Dimana-mana pengadilan yo
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021 43

Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
revitalisasi revitalisasi

isoh, yo ta. Apa- seket tak kon


apa ki intine sak bayar satus seket.
jane isoh. Ning Sing kudune
sing penting? ana entuk bantu an
dhuite (dialog). ora tak ke’i
(Memenangkan bantuan, lan liya-
kasus pengadilan liyane. Intine
ya bisa, iya kan. kabeh mau ki
Apapun itu nerak wewaler.
intinya Nerak aturane
sebenarnya bisa. Negara. (dialog).
Tetapi yang (Ya karena
penting? Ada usahaku
uangnya) memanipulasi
- Nyilih meja aturan-aturan itu.
kanggo resepsi Yang seharusnya
sugih bandha tidak membayar,
merga korupsi. Saya suruh bayar.
Waru waru Yang seharusnya
doyong, doyong membayar lima
ning pinggir kali. puluh Saya suruh
Pamit lungo bayar serratus.
njagong nanging Yang eharusnya
ora bali-bali. mendapatkan
Kembang telo bantuan, tidak
bange mlati wong saya berikan
ciloko merga bantuan. Dan
korupsi. lainnya. Intinya
(Meminjam meja semua itu
untuk reseps, melanggar dari
kaya harta karena aturan.
korupsi. Waru Melanggar aturan
waru miring, negara.)
miring di pinggir - Dadi ngertia yo
sungai. Pamit kang,
pergi kondangan, pambarantase
tetapi tidak korupsi, kuwi dha
pulang-pulang. pinter-pinter
Kembang kabeh. Halah,
singkong pintere kaya
bunganya melati, ngopo yo tetep
orang celaka doyan dhuit kok
karena korupsi) (dialog). (Jadi
- Yo merga reka mengertilah,
dayaku ngakali Kang.
peraturan- Pemberantas
peraturan kuwi. korupsi itu pintar
Sing kudune ora semua. Alah,
bayar, tak kon pintarnya seperti
bayar. Sing apapun pasti
kudune bayar
44 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021

Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
revitalisasi revitalisasi

doyan dengan waspadha.


uang kok) Negarane dhasar
pancasila. Wis
Aspirasi pasraha Kang
- Ayo kanca aja Fungsi Kuwasa becik
dha angler sosial ketitik ala ketara.
wakake. Kana (menya (Ayo teman,
kene sing mpaikan ingatlah.
prayitno keingina Pejabatnya
panjagane. n dari bertindak curang.
Inggih iki lurahe masyara Dunia banyak
leres parintahe. kat baik musibah karena
Nanging ki lurah secara perbuatan
kok taksih tersurat manusia. Ayolah
korupsi wae. maupun saling ingat dan
(Ayo teman tersirat) waspada. Negara
jangan saling berdasarkan
terlena. Di sana Pancasila.
dan di sini harus Pasrahkan pada
bijaksana dalam Yang Kuasa.
menyikapi. Iya, Yang baik akan
ini lurah benar Nampak, dan
perintahnya. yang buruk pun
Tetapi ki lurah akan terlihat)
kok tetap korupsi Lagu selingan
terus) - Lumbung desa - Buto-buto galak Fungsi
- Kembang mlati - Numpak (meminimalisir hiburan
kembang andhong lagu-lagu selingan)
gantung. Sing - Buto-buto
korupsi kudu galak
digantung. - Macapat
Kembang kelor (kinanthi)
kembang turi - Semut ireng
para koruptor - Witing klapa
diukum mati. - Mari kangen
(Bunga melati (mayoritas adalah
bunga gantung. lagu-lagu daerah
Yang korupsi jaman dahulu)
harus digantung.
Bunga kelor
Dari penjabaran data di atas, dapat dilihat beberapa
bunga turi, para
fungsi tambahan yang terdapat dalam lirik lagu yang
koruptor
dinyanyikan maupun dialog para lakon. Selain itu,
dihukum mati)
lagu-lagu daerah dan campursari yang dibawakan
- Yo kanca padha
merupakan hiburan bagi penonton. Beberapa fungsi
elinga. Pejabate
utama tetap dipertahankan sebagai ciri bahwa
tumindak culika.
srandul hadir dengan berbagai nilai yang
Donyane okeh
dikandungnya. Fungsi tambahan yang terlihat dan
bencana amarga
menonjol di Srandul Komunitas Suketeki dapat
tumindake
dilihat dalam Tabel 3.
manungsa. Mbok
eling lan sing
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021 45

Tabel 3. Fungsi Srandul Suketeki revitalisasi terbukti bahwa sastra lisan srandul
Fungsi Awal Srandul Srandul Suketeki mampu bertahan dan menarik minat serta
keingintahuan masyarakat untuk menonton, bahkan
beberapa pihak menyambut baik dan mendukung
• Fungsi religi • Fungsi sosial
secara positif.
(sebagai media (kritik/penyampai
penyebar agama aspirasi)
Islam ke • Fungsi hiburan REFERENSI
masyarakat)
• Fungsi sosial (ajakan
hidup rukun antar [1] Sulistianto, "Kesenian Srandul di Dusun
sesama masyarakat) Karangmojo, Tamanmartani, Kecamatan
Kalasan, Kabupaten Sleman Yogyakarta
Srandul pada mulanya berfungsi sebagai sarana Tahun 1985-2013," e-Journal Pendidikan
penyebaran agama islam, memperkenalkan islam Sejarah, vol. 4, no. 1, 2016.
pada masyarakat dengan pendekatan budaya dan [2] Jabrohim, "Pemanfaatan Srandul sebagai
fungsi sosial yang mengajak masyarakat untuk Salah Satu Alternatif Pendukung Dakwah
hidup rukun. Dalam proses revitalisasi mengalami Islam melalui Karya Seni," Tsaqafa, Jurnal
fungsi tambahan. Selain mempertahankan kedua Kajian Seni Budaya Islam, vol. 1, no. 1, 2012.
fungsi tersebut, bertambah menjadi penyampai [3] L. Anggraini, "Tinjauan Koreografi Kesenian
aspirasi dan kritik sekaligus berfungsi sebagai Srandul Ngesti Budhoyo di Desa
hiburan dengan menyisipkan lagu-lagu baru yang Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro ,
mengikuti jaman serta guyonan yang menyentil Kabupaten Wonogiri," Skripsi Pendidikan
kondisi saat ini. Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta,
2016.
KESIMPULAN [4] Supriyanto, "Kesenian srandul dalam Upacara
Bersih Desa Bulu Kelurahan Karangmojo
Revitalisasi yang dilakukan oleh Komunitas Srandul Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung
Suketeki yang berada di Dusun Karangmojo yang Kidul Yogyakarta," Sitakara, vol. V, no. 2,
dipandegani oleh Pak Kusumo memberikan angin 2020.
segar. Tontonan yang dikenal sebagai kesenian
tradisi dibawakan dengan suasana baru yang [5] S. S. Hutomo, Mutiara yang Terlupakan
menarik minat penonton. Hal ini merupakan salah Pengantar Studi Sastra Lisan, Surabaya: 1991,
satu upaya pelestarian, pemertahanan, bahkan 1991.
pengembangan sastra lisan di tengah arus [6] R. A. Widihastuti, "Revitalisasi, Perubahan
perkembangan teknologi yang semakin canggih. Fungsi, dan Perubahan Konteks Sosial
Masyarakat dalam Sastra Lisan Srandul di
Revitalisasi yang dilakukan tidak hanya dalam teks Dukuh Plempoh dan Dukuh Karangmojo,
(sastra lisan) saja tetapi juga aspek-aspek Yogyakarta," Tesis Ilmu Sastra Universitas
pertunjukan lainnya, meliputi: instrumen pengiring, Universitas Gajah Mada , Yogyakarta, 2015.
musik, kostum (busana), tata rias, gerak tari, dan tata [7] Sunahrowi, "Pembentukan Karakter Anak
panggung. Dari semua aspek revitalisasi tersebut, melalui Kesenian Tadisional Srandul: Kajian
revitalisasi atau perubahan/pengembangan paling Semiotika Roland Barthes," Insania, vol. 20,
terlihat adalah dalam aspek narasi cerita/dialog yang no. 1, 2015.
merupakan sastra lisan. Teks cerita disisipi kritik [8] F. A. Rohman, "Jejak Kesenian Srandul di
sosial dan penyampaian aspirasi kepada pemimpin. Magelang," Pangandereng: Jurnal Hasil
Terjadinya revitalisasi di dalam srandul ini secara Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora, vol. 6,
otomatis menyebabkan perubahan fungsi yang turut no. 2, 2020.
melekat dalam kesenian maupun sastra lisan
[9] J. P. Spradley, Metode Etnografi, Yogyakarta:
srandul. Srandul yang dahulunya lebih difungsikan
Tiara Wacana, 2007.
sebagai media dakwah yang digunakan oleh para
wali kini menjadi sarana hiburan bagi warga, bahkan [10] R. Finnegan, Oral Poetry: Its Nature,
menjadi salah satu media dalam menyampaikan Significance, and Sosial Context, London :
aspirasinya kepada pemerintahan. Melalui Cambridge University Press, 1979.
46 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021

[11] A. B. Lord, The Singer of Tales, New York: [14] R. Finnegan, "Tradition, But What Tradition
Atheneum, 1976. and For Whom?," Oral Tradition Journal, vol.
[12] S. Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra: 6, no. 1, 1991.
Epistemologi Model, Teori, dan Aplikasi, [15] R. Finnegan, Oral Traditions and the Verbal
Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2004. Arts, New York : Routledge, 1992.
[13] A. Amir, Sastra Lisan Indonesia, Yogyakarta:
CV. Andi Offset, 2013.

Anda mungkin juga menyukai