1, Maret 2021 33
Abstract - The development of the era resulted in the erosion and displacement of oral literature in social
life. Modern arts have succeeded in replacing traditional arts, including srandul oral literature.
Development and improvisation are some of the ways are taken to save oral literature. This study aims
to determine the revitalization in the effort to preserve the srandul, especially the Srandul Suketeki
community, and the changes in function in the oral literature of srandul. The method used is a descriptive
qualitative method and ethnographic method and uses oral literature theory proposed by Ruth Finnegan.
The results showed that the revitalization in the srandul arts of the Suketeki Community was carried out
in three aspects: 1) composition (creation), transmission (inheritance), and performance (show). In
Finnegan's opinion, these three things are maintained to keep the srandul of the Suketeki Community
into oral literature. The change in function that arises due to revitalization is the initial function of
Srandul's oral literature which was originally a propagator of Islamic preaching, became entertainment,
and is now a means of criticism, especially on government policies.
Abstrak - Perkembangan jaman mengakibatkan semakin tergerus dan tergusurnya sastra lisan dalam
kehidupan bermasyarakat. Kesenian-kesenian modern berhasil menggantikan posisi kesenian
tradisional termasuk sastra lisan srandul. Perkembangan dan improvisasi adalah salah satu cara yang
ditempuh untuk menyelamatkan sastra lisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui revitalisasi
dalam upaya pelestarian srandul khususnya komunitas Srandul Suketeki dan perubahan fungsi dalam
sastra lisan srandul. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan metode etnografi
serta menggunakan teori sastra lisan yang dikemukakan Ruth Finnegan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa revitalisasi dalam kesenian srandul Komunitas Suketeki dilakukan dalam tiga segi:1) composition
(penciptaan), transmission (pewarisan), dan performance (pertunjukkan). Sesuai pendapat Finnegan
ketiga hal tersebut dijaga agar tetap menjadi ciri agar srandul Komunitas Suketeki tetap menjadi sastra
lisan. Perubahan fungsi yang muncul akibat adanya revitalisasi adalah fungsi awal sastra lisan srandul
yang pada mulanya sebagai penyebar dakwah islam, menjadi hiburan, dan saat ini menjadi sarana kritik
terutama pada kebijakan pemerintah.
untuk berperilaku baik, tidak melupakan asal usul, Supriyanto dalam artikelnya berjudul “Kesenian
dan menjunjung tinggi kerukunan. Srandul dalam Upacara Bersih Desa Bulu Kelurahan
Karangmojo Kecamatan Karangmojo Kabupaten
Penelitian mengenai srandul telah banyak Gunungkidul Yogyakarta” memaparkan bahwa
dilakukan, tetapi yang berfokus pada sastra lisan srandul di Karangmojo Gunung Kidul lebih sering
atau teksnya hanya beberapa saja. Penelitian dipentaskan ketika bersih desa, meskipun juga
sebelumnya mengenai Komunitas Srandul Suketeki sebagai tontonan sekuler. Masyarakat desa masih
telah dilakukan oleh Rahma Ari Widihastuti dalam percaya bahwa cikal bakal Dusun Bulu yaitu Kyai
tesisnya [6]. Penelitian ini merupakan sebagian kecil Mojo masih menjaga dusun tersebut [4].
dari penelitian tersebut yang berfokus hanya pada
srandul Komunitas Suketeki. Selain itu, penelitian Fandy Aprianto Rohman dalam artikelnya berjudul
oleh Sunahrowi (2015), Sulistianto (2016), “Jejak Kesenian Srandul di Magelang” khusus
Supriyanto (2020), Fandy Aprianto Rohman (2020). membahas kesenian srandul yang ada di Magelang
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian- sejak kelahirannya hingga saat ini. Pembahasan
penelitian sebelumnya adalah fokus utama atau srandul dalam artikel yang ditulis oleh Rohman
objek penelitian berupa teks atau sastra lisan lebih bersifat historis atau kesejarahannya. Hasil dari
kesenian srandul. penelitiannya menyatakan bahwa srandul di Dusun
Dukuhan muncul sekitar tahun 1982 dan
Rahma Ari Widihastuti dalam tesisnya yang pementasan sering dilakukan sesuai permintaan
berjudul “Revitalisasi, Perubahan Fungsi, dan masyarakat untuk mengisi acara hajatan [8].
Perubahan Konteks Sosial Masyarakat dalam Sastra
Lisan Srandul di Dukuh Plempoh dan Dukuh Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Karangmojo, Yogyakarta” memaparkan usaha para revitalisasi yang terjadi di dalam kesenian srandul
pegiat srandul sebagai upaya pelestarian dan khususnya komunitas Srandul Suketeki dan
menjaga keeksisan srandul terutama di daerah perubahan fungsi yang dialami oleh sastra lisan
Bokoharjo dan Prambanan. Dalam tesis ini juga srandul.
disampaikan bahwa Komunitas Srandul Suketeki
merupakan salah satu komunitas yang berani
membangkitkan kembali eksistensi srandul dengan METODE
konsep yang berbeda dan lain dengan komunitas
srandul lainnya [6]. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
etnografi dengan teknik langsung dan wawancara
Sunahrowi dalam artikelnya berjudul “Pembentukan dengan informan. Spradley menyatakan bahwa
Karakter Anak melalui Kesenian Tradisional wawancara dalam metode etnografi bersifat
Srandul: Kajian Semiotika Roland Barthes” peristiwa percakapan agar informan lebih terbuka
memberikan salah satu alternatif bagi penanaman sehingga mendapatkan data nyata dan sebanyak -
karakter bagi anak-anak sekaligus penyelamatan banyaknya [9]. Dua metode yang digunakan adalah
kesenian tradisi srandul dari kepunahan. Dalam metode pengumpulan data dan metode analisis data.
artikelnya, Sunahrowi menyatakan bahwa srandul Metode pengumpulan data digunakan untuk
memiliki kandungan nilai-nilai karakter yang baik mengumpulkan data berupa objek material berupa
dan harus disebarkan pada generasi penerus [7]. kesenian tradisi srandul, sedangkan objek formal
adalah teori sastra lisan Ruth Finnegan. Metode
Sulistianto dalam artikelnya berjudul “Kesenian pengumpulan data dilakukan dalam dua cara,
Srandul di Dusun Karangmojo, Tamanmartani, pertama dengan kepustakaan dan yang kedua
Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, dengan pengumpulan data lapangan menggunakan
Yogyakarta Tahun 1985-2013” menjelaskan dengan metode etnografi.
detail latar belakang kemunculan kesenian srandul
di Dusun Karangmojo hingga tahun 2013. Hasil Metode pengumpulan data digunakan untuk
penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada mengambil data secara langsung di lapangan,
keterangan pasti pencipta srandul, beberapa mengadakan observasi, wawancara dengan
masyarakat beranggapan srandul merupakan informan dan narasumber, serta menyaksikan
sumpah Sunan Kalijaga pada pengikutnya. Srandul langsung pementasan agar nampak perubahan apa
termasuk dalam seni teater rakyat, seni tradisi, dan yang terjadi di komunitas Srandul Suketeki. Metode
harus dilestarikan karena termasuk kearifan lokal studi pustaka digunakan untuk mengolah data yang
[1]. didapatkan dari lapangan dan mendukung analisis
36 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021
data yang dilakukan. Penelitian ini juga sama untuk mengekspresikan ide penting yang
menggunakan objek formal berupa teori Ruth diberikan.
Finnegan terkait dengan tiga aspek yang menjadi ciri
khusus dari sastra lisan sekaligus fungsi dari sastra Membahas sastra lisan, bukan hanya membincang
lisan srandul. mengenai warisan budaya nenek moyang yang
dikenal nir aksara. Sastra lisan adalah sebuah
kekayaan budaya yang mengandung berbagai
HASIL DAN PEMBAHASAN kekayaan dari suatu masyarakat yang bernilai.
Selain itu, srandul dapat dikatakan sebagai salah
Kesenian tradisi srandul diawali dengan nyanyian satu kearifan lokal. Kearifan lokal sarat dengan nilai-
sebagai pembuka pertunjukkan, dikombinasi dengan nilai agama, karena dari segi asal-usulnya, budaya
gerakan atau tarian sederhana oleh lakon. Aspek kearifan lokal merupakan proses cipta rasa manusia
inilah yang disebut kombinasi joged, tembang, dan yang berpusat dari hati nurani yang jujur, ikhlas,
tembung. Tetembungan yang dituturkan umumnya amanah dan cerdas yang memancar di akal pikiran
berbahasa Jawa, meskipun ada kalanya terkena manusia, dan dilaksanakan dengan tindakan dan
interferensi bahasa yang lain. Tetembungan tersebut perbuatan. Munculnya perubahan pada beberapa
berupa pesan-pesan yang mengajak pada kebaikan, bagian di kesenian srandul diasumsikan merupakan
beberapa di antaranya adalah ajakan untuk perubahan yang terjadi karena mengikuti
beribadah, seperti salat dan puasa. Lakon akan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi
memasuki panggung satu persatu dan mulai dan industri tersebut mau tidak mau memberikan
menjalankan perannya sesuai dengan pakem yang dampak pada perkembangan atau perubahan pola
dipegang turun temurun. pikir dan cara pandang terhadap segala hal, termasuk
kesenian.
Teks dalam sastra lisan merupakan elemen yang
paling penting, meskipun berbeda dengan sastra tulis [10] menyebutkan bahwa bermunculannya bentuk
karena sastra lisan memiliki teks verbal, satu potong sastra lisan yang beraneka ragam, bahkan ada
teks tidak akan memiliki makna jika tidak beberapa variasi yang dikatakan menyimpang dari
diaktualisasikan [10]. Pernyataan di atas bentuk normalnya merupakan hal yang lazim terjadi
menjelaskan bahwa teks memang elemen yang di masyarakat. Bahkan perubahan-perubahan
paling penting dari sastra lisan, tetapi teks tersebut tersebut dapat menciptakan bentuk baru yang jauh
tidak akan memiliki makna sebelum diadakan berbeda. Akan tetapi, perubahan yang dilakukan
pertunjukkan. Hal ini berlaku pula untuk sastra tulis bukan serta merta merupakan sebuah kesengajaan
yang tidak bermakna jika belum dimaknai oleh sebagai penggubahan sastra lisan, tetapi sebuah
pembaca. Oleh karena itu, melalui apresiasi upaya pelestarian dan pemertahanan masyakarat
penonton maupun pembaca, sastra dapat dimaknai untuk terhadap eksistensi sastra lisan tersebut.
bahkan dirasakan fungsinya.
Di era modern yang menuntut keterlibatan teknologi
Hutomo menegaskan kembali perbedaan antara dalam setiap lini kehidupan, bukan menjadi suatu
sastra tulisan dengan sastra lisan, jika puisi (sastra) yang aneh jika tradisi turut serta mengikuti arusnya.
tulis setelah dicipta dapat disimpan dan disebarkan Tradisi lisan termasuk sastra lisan yang berubah dan
bahkan dibacakan berulangkali, sedangkan puisi beralih menjadi aksara. Hal tersebut dilakukan demi
lisan diciptakan serentak saat pertunjukkan [5]. Hal keberlangsungan dan kelestarian sastra lisan, banyak
tersebut memberikan simpulan bahwa pada setiap dari tradisi termasuk sastra lisan yang dikaji,
pertunjukkan sastra lisan, baik dilakonkan oleh dianalisis, dituliskan dalam berbagai media cetak
orang yang sama dengan cerita yang sama, atau dan karya tulis lainnya.
penampil yang berbeda dengan cerita yang sama,
dengan kondisi yang berbeda-beda, dan dengan Sastra lisan dalam perjalanannya pasti akan
penonton yang berbeda akan memunculkan menjumpai banyak tantangan untuk tetap bertahan,
pemaknaan dan memberikan fungsi yang berbeda. seperti pendapat Suwardi yang menyatakan salah
Kondisi di atas dapat terjadi karena dalam sastra satu penyebab terjadinya perubahan di dalam sastra
lisan para penyanyi (lakon) memiliki semacam lisan [12]. Dari berbagai jenis dan ragam sastra lisan,
patokan cerita dikenal dengan istilah formula [11]. akan bermunculan fenomena di dalamnya. Sastra
Formula dimaknai sebagai sekumpulan kata yang lisan bisa saja memudar, berbaur, hampir punah,
secara teratur digunakan dalam kondisi metrik yang bahkan punah dan menghilang. Sastra lisan yang
akan terus bertahan menurut Amir harus memiliki
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021 37
ruang untuk improvisasi, adanya keterbukaan untuk Meskipun tidak dipungkiri saat di atas panggung
menyesuaikan diri dengan kemajuan yang terjadi di terjadi improvisasi oleh para lakon.
masyarakat [13]. Bukan hanya dari segi inti berupa
dialog maupun isi cerita, lebih luas dari itu, Ong [13] menyatakan bahwa hal ini termasuk
keterbukaan dalam sastra lisan dapat dilakukan dalam kelisanan sekunder, yaitu kelisanan yang
dengan penyesuaian pada aspek lain seperti kostum, dibantu dengan tulisan. Meski yang seharusnya
instrumen musik, lirik lagu yang menjadi pengiring. dilisankan tetapi dibuat dalam bentuk tulis, tetapi
tidak menghapuskan yang lisan. Keduanya tetap
[14] menyatakan dalam jurnal sastra lisan yang hidup bersama dan saling mendukung.
ditulisnya bahwa sebuah tradisi harus terus Komunitas ini juga memanfaatkan sosial media
dijalankan atau dilaksanakan oleh masyarakatnya sebagai pendukung promosi seperti facebook dan
untuk menjaga kelestariannya. Finnegan merupakan youtube.
salah satu tokoh yang menggeluti bidang sastra lisan.
Ia memang tidak menyebutkan secara langsung 2. Pewarisan. Salah satu hal mendasar yang menjadi
istilah revitalisasi, dari pernyataan yang diberikan, pembeda antara sastra tulis dan sastra lisan
terlihat bahwa konsep revitalisasi dalam sastra lisan terletak pada pewarisannya, sastra lisan
didukung olehnya. Penyesuaian, perubahan, atau diwariskan secara lisan.
modifikasi, bahkan perombakan secara besar-
besaran dapat dilakukan dengan menyesuaikan Kriteria ini merupakan kriteria yang menjadi
kondisi yang ada di masyarakat. Namun, perlu penekanan oleh foklor terhadap syarat disebutnya
diperhatikan bahwa modifikasi yang dilakukan tetap sastra lisan dan menjadi perbedaan yang
memperhatikan inti atau ciri dari sastra lisan mencolok dengan sastra tulis. Dalam komunitas
tersebut. Perubahan yang dilakukan tidak mengubah Suketeki, pewarisan dilakukan secara tulis dan
inti, ciri khas, dan nilai yang turun temurun lisan. ketika akan mengadakan pertunjukkan,
terkandung di dalam sastra lisan yang merupakan para pelakon diberikan gambaran cerita secara
ciri masyarakat kolektif tersebut. umum dengan bantuan naskah.
fungsi keempat sebagai ajang nostalgia, fungsi Tabel 1. Aspek dalam srandul yang mengalami
kelima sarana mengumpulkan orang untuk revitalisasi
menghimpun dana, dan saat ini muncul fungsi Aspek Sebelum Srandul
keenam yaitu mengumpulkan orang untuk yang Revitalisasi Suketeki
mendengarkan pesan politik, perkenalan politik, dan Mengalami
sosialisasi program. Lebih dari itu, sastra lisan juga Revitalisasi
memiliki fungsi secara luas untuk menentang
Sastra lisan Sesuai pakem Lebih
otoritas politik, sindiran, propaganda, pamer, tradisi
(narasi dan yang turun menonjolkan
ritual, pengungkapan cinta, keluhan, luapan emosi
dialog) temurun pada kritik
tersembunyi yang tidak bisa dikatakan, menipu,
diwariskan terhadap
mediasi jiwa manusia, menghibur wisatawan asing,
melalui lisan. masalah yang
mencari nafkah, parodi, memunculkan skandal,
Bercerita ada pada
menghibur, dan lainnya.
mengenai alur masyarakat
kehidupan Ki saat ini.
Lebih lanjut lagi, [10] mengatakan bahwa penentuan
Demang Sebenarnya
fungsi sastra lisan harus memperhatikan budaya
Cokroyudha permasalahan
setempat. Beberapa di antaranya adalah pandangan
dan korupsi telah
lokal (masyarakat) misalnya kepercayaan, religi,
permasalahan disinggung
pengalaman, maupun lambang dan symbol khusus
kademangannya dalam kesenian
yang digunakan. Saat ini, sastra lisan mampu
serta srandul
difungsikan sebagai media protes, menyampaikan
Dhadhungawuk sebelum
aspirasi kepada pemimpin dengan cara yang halus.
sebagai adanya
Sama halnya di masa yang lalu, kesenian selalu
penyelamat. revitalisasi
berhasil menjadi wahana penyampai aspirasi
tetapi hanya
maupun permintaan rakyat kepada pimpinannya.
sebagian kecil
Dalam hal ini, sastra lisan berfungsi sebagai media
saja. Di sini
aspirasi rakyat. Melalui sastra lisan, protes terhadap
porsi tersebut
kebijakan pemerintah yang bersifat sosial politik
diperbanyak,
atau dalam hal apapun dapat tersampaikan dan
bahkan
terkemas dengan apik. Selain itu, fungsi dari sastra
menjadi
lisan ini juga lebih bersifat sebagai protes halus dan
gagasan utama
mudah mengena.
dalam
pertunjukan.
Pemaparan kondisi di atas merupakan kondisi yang
Intrumen Kendang, Kendang,
melatarbelakangi kebutuhan untuk mengadakan
Pengiring terbang, terbang,
revitalisasi bagi srandul. Hal tersebut secara
angklung, angklung.
langsung berimbas pada terjadinya beberapa
kadang-kadang
perubahan, termasuk aspek-aspek pertunjukkan
ditambah
yang melekat beserta fungsi yang menjadi dampak
dengan kecapi.
bagi masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, selain
Lirik lagu Lagu-lagu yang Masih meniru
teks yang terdapat dalam sastra lisan srandul
dan digunakan Srandul
Komunitas Suketeki, perlu dideskripsikan dan
nyanyian untuk sebelumnya,
dianalisis aspek-aspek yang turut menjadi
mengiringi menggunakan
pendukung sastra lisan saat dipertunjukkan yang
masuk dan parikan,
mengalami revitalisasi. Aspek-aspek tersebut
keluarnya tokoh wangsalan
meliputi: instrumen pengiring, musik, kostum
sekaligus tetapi
(busana), tata rias, gerak tari, dan tata panggung.
backsong menyesuaikan
berupa parikan, cerita yang
wangsalan, dibuat. Lagu-
lagu dolanan lagu dolanan
dan lagu-lagu pun turut
daerah. dilagukan saat
mengiringi
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021 39
Tabel 2. Perbandingan fungsi srandul sebelum dan Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
sesudah mengalami revitalisasi revitalisasi
Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
revitalisasi
bebarengan
(Menanam jahe
Dialog atau lirik lagu yang mengajak pada di tegalan,
kebaikan bekerja
- Kawate digawe - Gotong royong Fungsi bersama-sama)
paku, kuwate nyambut nyambut sosial Dialog atau lirik tentang agama
kudu bersatu gawe.(Gotong (mengaj - Ma lima ki Fungsi
(Tali besinya royong bekerja ak larangane Religi
digunakan bekerja) masyara agama, kowe (mengin
sebagai paku, - Kawate digawe kat wani-wania gatkan
kuatnya harus paku kuwate untuk ngono (dialog). tentang
bersatu) merga bersatu. hidup (Ma lima itu aturan
- Orong-orong (Tali besinya rukun, larangannya agama)
angge-angge, digunakan menging agama, Kamu
gotong royong sebagai paku, at jangan berani-
nyambut gawe kuatnya karena sesama berani seperti
(Undur-undur, bersatu) dan itu)
angge-angge menging Dialog atau lirik berisi nasihat
(nama hewan) atkan - Saikine - Kembang Fungsi
gotong royong pada kembang mlathi landhep pendidik
bekerja) perilaku sing tak jaluk kembange an/mora
- Timun sigarane, kebaika aja padha munggur (yo). l
ayo mbangun n) korupsi Yen pengen (media
negarane (Sekarang slamet yo kudu masyara
(Belahannya bunga melati, jujur (Bunga kat
timun, ayo yang Saya yang tajam bunga untuk
membangun minta jangan munggur (yo). mendidi
negaranya) saling korupsi) Jika ingin selamat k dan
- Aku moh patine - Saikine ya harus jujur) menyisi
tela, sing tak kembang selo. - Kuwi apa kuwi e pkan
jaluk patine Saikine kembang melati. pendidik
kacang. Aku kembang selo. Sing tak pujo an
moh yen mati Njaluk dha urip puji. Aja dha karakter
muspra sing tak tan cidra. korupsi merga kepada
jaluk mati (Sekarang yen korupsi generasi
berjuang. (Saya bunga selo, negarane rugi penerus)
tidak mau saling minta (Itu apa itu e
tepungnya hidup tanpa rasa bunga melati.
singkong, yang sakit/susah) Yang ku puja
Saya minta - Pancen abot puji. Jangan
tepungnya ngudhi dhawuhe saling korupsi
kacang. Saya wong wadon iku karena jika
tidak mau kalua mau, sebab iki korupsi,
mati sia-sia wis dadi negaranya rugi)
yang Saya penjaluke lha yo - Ning kene iki
minta mati abota sing kaya rasaning ati. Rasa
karena ngapa bakal risi pejabate dha
berjuang) dakleksanani korupsi. Rakyate
- Nandur jahe (dialog) kabeh padha
ning galengan, (Memang berat diapusi. Akhire
nyambut gawe menuruti negarane saya
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021 41
Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
revitalisasi revitalisasi
Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
revitalisasi revitalisasi
Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
revitalisasi revitalisasi
Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi Srandul sebelum Srandul Suketeki Fungsi
revitalisasi revitalisasi
Tabel 3. Fungsi Srandul Suketeki revitalisasi terbukti bahwa sastra lisan srandul
Fungsi Awal Srandul Srandul Suketeki mampu bertahan dan menarik minat serta
keingintahuan masyarakat untuk menonton, bahkan
beberapa pihak menyambut baik dan mendukung
• Fungsi religi • Fungsi sosial
secara positif.
(sebagai media (kritik/penyampai
penyebar agama aspirasi)
Islam ke • Fungsi hiburan REFERENSI
masyarakat)
• Fungsi sosial (ajakan
hidup rukun antar [1] Sulistianto, "Kesenian Srandul di Dusun
sesama masyarakat) Karangmojo, Tamanmartani, Kecamatan
Kalasan, Kabupaten Sleman Yogyakarta
Srandul pada mulanya berfungsi sebagai sarana Tahun 1985-2013," e-Journal Pendidikan
penyebaran agama islam, memperkenalkan islam Sejarah, vol. 4, no. 1, 2016.
pada masyarakat dengan pendekatan budaya dan [2] Jabrohim, "Pemanfaatan Srandul sebagai
fungsi sosial yang mengajak masyarakat untuk Salah Satu Alternatif Pendukung Dakwah
hidup rukun. Dalam proses revitalisasi mengalami Islam melalui Karya Seni," Tsaqafa, Jurnal
fungsi tambahan. Selain mempertahankan kedua Kajian Seni Budaya Islam, vol. 1, no. 1, 2012.
fungsi tersebut, bertambah menjadi penyampai [3] L. Anggraini, "Tinjauan Koreografi Kesenian
aspirasi dan kritik sekaligus berfungsi sebagai Srandul Ngesti Budhoyo di Desa
hiburan dengan menyisipkan lagu-lagu baru yang Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro ,
mengikuti jaman serta guyonan yang menyentil Kabupaten Wonogiri," Skripsi Pendidikan
kondisi saat ini. Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta,
2016.
KESIMPULAN [4] Supriyanto, "Kesenian srandul dalam Upacara
Bersih Desa Bulu Kelurahan Karangmojo
Revitalisasi yang dilakukan oleh Komunitas Srandul Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung
Suketeki yang berada di Dusun Karangmojo yang Kidul Yogyakarta," Sitakara, vol. V, no. 2,
dipandegani oleh Pak Kusumo memberikan angin 2020.
segar. Tontonan yang dikenal sebagai kesenian
tradisi dibawakan dengan suasana baru yang [5] S. S. Hutomo, Mutiara yang Terlupakan
menarik minat penonton. Hal ini merupakan salah Pengantar Studi Sastra Lisan, Surabaya: 1991,
satu upaya pelestarian, pemertahanan, bahkan 1991.
pengembangan sastra lisan di tengah arus [6] R. A. Widihastuti, "Revitalisasi, Perubahan
perkembangan teknologi yang semakin canggih. Fungsi, dan Perubahan Konteks Sosial
Masyarakat dalam Sastra Lisan Srandul di
Revitalisasi yang dilakukan tidak hanya dalam teks Dukuh Plempoh dan Dukuh Karangmojo,
(sastra lisan) saja tetapi juga aspek-aspek Yogyakarta," Tesis Ilmu Sastra Universitas
pertunjukan lainnya, meliputi: instrumen pengiring, Universitas Gajah Mada , Yogyakarta, 2015.
musik, kostum (busana), tata rias, gerak tari, dan tata [7] Sunahrowi, "Pembentukan Karakter Anak
panggung. Dari semua aspek revitalisasi tersebut, melalui Kesenian Tadisional Srandul: Kajian
revitalisasi atau perubahan/pengembangan paling Semiotika Roland Barthes," Insania, vol. 20,
terlihat adalah dalam aspek narasi cerita/dialog yang no. 1, 2015.
merupakan sastra lisan. Teks cerita disisipi kritik [8] F. A. Rohman, "Jejak Kesenian Srandul di
sosial dan penyampaian aspirasi kepada pemimpin. Magelang," Pangandereng: Jurnal Hasil
Terjadinya revitalisasi di dalam srandul ini secara Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora, vol. 6,
otomatis menyebabkan perubahan fungsi yang turut no. 2, 2020.
melekat dalam kesenian maupun sastra lisan
[9] J. P. Spradley, Metode Etnografi, Yogyakarta:
srandul. Srandul yang dahulunya lebih difungsikan
Tiara Wacana, 2007.
sebagai media dakwah yang digunakan oleh para
wali kini menjadi sarana hiburan bagi warga, bahkan [10] R. Finnegan, Oral Poetry: Its Nature,
menjadi salah satu media dalam menyampaikan Significance, and Sosial Context, London :
aspirasinya kepada pemerintahan. Melalui Cambridge University Press, 1979.
46 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 6, No. 1, Maret 2021
[11] A. B. Lord, The Singer of Tales, New York: [14] R. Finnegan, "Tradition, But What Tradition
Atheneum, 1976. and For Whom?," Oral Tradition Journal, vol.
[12] S. Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra: 6, no. 1, 1991.
Epistemologi Model, Teori, dan Aplikasi, [15] R. Finnegan, Oral Traditions and the Verbal
Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2004. Arts, New York : Routledge, 1992.
[13] A. Amir, Sastra Lisan Indonesia, Yogyakarta:
CV. Andi Offset, 2013.