Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

CERITA RAKYAT PENAMAAN DESA DI KERINCI:


Kategori dan Fungsi Sosial Teks

Irzal Amin, Syahrul R, Ermanto


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Padang

Abstract: The aim of this research is to describe text category and social function
of the naming village folktale. Data were gathered through two steps. First, the
speech acts were recorder using audiovisual recording. After that, the recording
was transcribed from regional language to Indonesian language. Second, the data
of category and social function of naming village folktale were conducted through
note talking, observation and interview. Then, the data were analyzed through
four steps, (1) data inventory, (2) classification, (3) discussions and conclusions,
and (4) data reporting. The result of this research showed that naming village
folktale in Kerinci can be categorized into myths, legend and fairy tale which are
full of moral values. Moreover, in social function side, this folktale has five social
functions as follows: developing society’s integrity, social control, solidarity
strengthening, and communal harmonization.

Kata kunci: Cerita rakyat penamaan, kategori, fungsi sosial teks

PENDAHULUAN identitas yang disampaikan secara


Keberadaan budaya daerah dan lisan dan memiliki tujuan tertentu.
adat istiadat yang melahirkan pola Atmazaki (2007:138) menyatakan
kehidupan, tradisi dan bahasa daerah bahwa sastra lisan mempunyai banyak
di Indonesia, merupakan aset yang fungsi. Dengan sastra lisan,
tidak ternilai harganya, karena masyarakat purba atau nenek moyang
kebudayaan daerah itu sebagai bagian umat manusia mengekspresikan
dari kebudayaan nasional yang ikut gejolak jiwa dan renungannya tentang
mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan. Emosi cinta diungkapkan
perkembangan kebudayaan secara lewat puisi-puisi sentimental, binatang
nasional. Kekayaan khasanah sastra di buas dihadang dan dijinakkan dengan
Indonesia memang banyak dan luar mantra-mantra. Asal-usul nama
biasa. Di Indonesia terdapat ratusan daerah, hukum adat, dan macam-
jenis bahasa daerah yang dengan macam kearifan yang dicurahkan
sendirinya memiliki ratusan jenis melalui berbagai mitos, dongeng,
sastra daerah. Kekayaan khasanah tombo, dan riwayat.
sastra Nusantara secara garis besar Sama seperti daerah lain di
dapat dibagi tiga, yaitu: sastra lisan, seluruh Indonesia, masyarakat Kerinci
sastra tulis dan sastra modern (Semi, juga mempunyai bahasa dan peradatan
1993:3). daerah tersendiri. Bahasa daerah
Kehadiran sastra lisan dalam masyarakat Kerinci adalah bahasa
kehidupan bermasyarakat merupakan Kerinci yang merupakan bagian dari
cerminan solidaritas dan pengenal bahasa Melayu. Sebagai daerah

31
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

terpencil bahasa Kerinci mempunyai kunun, (2) dongeng (mitos, sage,


dialek tersendiri. Dialek bahasa legend, dan fabel), (3) cerita penggeli
Kerinci berbeda sekali dengan dialek hati, (4) cerita pelipur lara, (5) cerita
bahasa pada suku-suku lain di perumpamaan, (6) cerita pelengah, dan
Sumatera. Hal ini menjadi (7) kunun baru.
karakteristik bahasa Kerinci yang tidak Cerita yang berhubungan dengan
ditemui di daerah lainnya di Indonesia. asal-usul suatu benda, binatang atau
Dialek Kerinci berbeda sebanyak tumbuh-tumbuhan berdasarkan gejala-
jumlah desa (dusun asli, masyarakat gejala yang terdapat pada alam atau
persekutuan adat) yang ada dalam rupanya sekarang ini, disebut etiologi
Kabupaten Kerinci, yang semuanya (Djamaris, 1990: 47). Etiologi tempat
berjumlah lebih kurang 177 dialek atau kejadian suatu tempat merupakan
(Gusti, 2003:13). Selain itu bahasa cerita tentang asal-usul atau penamaan
Kerinci juga merupakan salah satu tempat atau kejadian yang terdapat
bahasa ibu di Indonseia yang dalam beberapa daerah. Cerita rakyat
penuturnya lebih kurang 300 000 asal-usul nama daerah, misalnya cerita
jumlah penuturnya (Macaryus, rakyat di pulau Sumatera, yaitu asal-
2008:125). usul Lonceng Cakra Donya Banda
Dengan bahasanya masyarakat Aceh, asal-usul Kera Putir di Gunung
di daearah Kerinci telah melahirkan Panjang Aceh Tengah, asal-usul Goa
kesusastraannya pula yang disebut Loyang Pukes Aceh Tengah, asal-usul
kesusastraan Kerinci. Kesusastraan nama Negeri Tapak Tuan Aceh
yang dimiliki masyarakat Kerinci Selatan, asal-usul terjadinya Danau
merupakan warisan budaya hasil karya Toba di Sumatera Utara, asal-usul
nenek moyang yang merupakan nama beberapa Kota dan Nagari
ungkapan-ungkapan yang terkandung Sumatera Barat, asal-usul nama Kota
dalam kesusastraan yang ada di tengah Palembang Sumatera Selatan, asal-
masyarakat Kerinci. Kesusastraan usul nama Kepulauan Riau, dan asal-
tersebut memiliki nilai artistik, usul nama Bukit Tambun Tulang
keindahan, bersifat asli dan mencakup Kerinci di Bengkulu (Ananda,
sisi-sisi peradaban masyarakat Kerinci. 1995:8). Begitu pula cerita rakyat di
Kesusastraan Kerinci ada yang berupa seluruh Nusantara yang berhubungan
sastra tulisan yang menggunakan dengan penamaan tempat, misalnya
aksara Incung dan aksara Arab cerita rakyat asal-usul nama Tengger,
Melayu, ada juga sastra lisan yang cerita rakyat terjadinya Gunung Batok,
merupakan cerita rakyat Kerinci yang cerita rakyat penamaan Sungai Perak,
disampaikan oleh tukang cerita secara cerita rakyat asal mula kampung
lisan kepada siapa saja, anak-anak atau Labewa di Sulawesi Selatan, cerita
orang dewasa dalam bahasa Kerinci rakyat asal mula nama Jember, dan
(Alimin, 2006:35--36). Menurut lain sebagainya (Djamaris, 1990:53--
bentuknya, sastra lisan atau tradisional 54).
Kerinci dapat diklasifikasikan sebagai Begitu juga dengan cerita
prosa, puisi, dan prosa liris. Sastra rakyat yang hidup di tengah
Kerinci yang termasuk ke dalam masyarakat Kerinci, juga ditemukan
kelompok prosa, menurut Karimi cerita asal-mula nama desa di
(dalam Esten, 1993:12) adalah: (1) Kabupaten Kerinci. Cerita rakyat

32
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

penamaan desa di Kerinci sampai kebudayaan bangsa Indonesia.


sekarang masih bisa ditemukan pada Masyarakat Indonesia dapat mengenal
tukang cerita di tengah masyarakat kekayaan budaya masyarakat yang
Kerinci. Dalam proses waktu yang tradisional yang bernilai luhur dan
terus berlangsung, ternyata jumlah tinggi, karena cerita rakyat merupakan
penutur cerita rakyat penamaan desa di milik bersama masyarakat. Meskipun
Kerinci terus berkurang disebabkan ceritanya hanya berkisar pada hal yang
kurangnya peminat generasi muda senada dan sama, cerita rakyat baik
untuk mendengarkan cerita rakyat yang masuk kategori mite, legenda
penamaan desa di Kerinci. Dan atau dongeng, semua cerita tersebut
Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) telah tidak pernah terasa membosankan atau
membuktikan, bahwa meskipun di satu menjengkelkan. Hal ini karena struktur
sisi ditemukan kenyataan punahnya masyarakat lama itu senantiasa
dan mulai menghilangnya berbagai menjunjung tinggi nilai-nilai yang
tradisi lisan dalam kehidupan menjadi ciri masyarakat tradisional.
masyarakat pendukungnya, ternyata di Hal ini dapat dilihat dari tokoh cerita
sisi lain tampak bahwa tradisi lisan dalam cerita rakyat penamaan desa di
memiliki potensi untuk tetap dapat Kerinci. Tokoh cerita dalam cerita
bertahan hidup dengan berbagai cara rakyat yang berbentuk mite
dan wahana, antara lain melalui media ditokohkan oleh para Dewa atau
budaya aktual seperti televisi, iklan, makhluk setengah Dewa, bisa juga
dan internet. Beberapa di antaranya seorang manusia yang mempunyai
bahkan dapat tampil dalam wujudnya kekuatan supernatural, yang bisa
yang baru (menitis-nitis dalam membangun istana dalam waktu satu
kemasan baru) melalui transformasi malam. Atau manusia biasa yang
lintas budaya, lintas bahasa, dan lintas berani dan mempunyai tekad untuk
bentuk (Pudentia, 2008:377). Di membangun tempat berladang yang
samping itu, cerita rakyat penamaan kemudian menjadi tempat pemukiman.
desa di Kerinci juga sudah dianggap Hasanuddin WS (2009:612),
tidak sesuai lagi dengan zamannya. menyebutkan mite adalah cerita
Hal ini dikhawatirkan akan membuat tradisional, bukan cerita zaman
cerita rakyat penamaan desa di Kerinci sekarang. Ia diwariskan dari generasi
pada suatu waktu tertentu akan ke generasi, yang mana peristiwa masa
mengalami kepunahan lantaran tidak lampau yang tidak diketahui lagi
ada lagi yang mendukung untuk kapan terjadinya peristiwa itu. Para
melestarikannya, tidak adanya pelaku merupakan manusia suci atau
generasi muda yang mewarisinya, dan memiliki kemampuan supernatural
rendahnya aspirasi masyarakat atau bisa juga manusia setengah Dewa.
terhadap cerita rakyat penamaan desa Hal ini dijelaskan pula oleh Nurdin
di Kerinci, terutama di dalam (1995:60), bahwa mite merupakan
lingkungan penceritaan dan cerita rakyat yang tokoh-tokohnya
pendengarnya yang sangat terbatas. para makhluk halus atau para Dewa.
Padahal, cerita rakyat penamaan desa Jadi, dapat dikatakan bahwa cerita-
di Kerinci perlu dilestarikan agar cerita mite berhubungan dengan
masyarakat Kerinci mengenal cerita keyakinan. Jika tumbuh dan
rakyatnya yang merupakan bagian dari berkembang, mite diterima sebagai

33
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

kebenaran. Hal ini, diperjelas lagi oleh yang belum berkeluarga yang dapat
Bascom (dalam Danandjaja, 1994:51), membangun istana dalam waktu satu
mengatakan bahwa mite pada malam. Dilihat dari latar cerita, ciri-
umumnya menjelaskan terjadinya alam ciri cerita mite bisa dunia atas, yaitu
semesta, dunia, manusia pertama, kayangan, tempat para Dewa atau
terjadinya maut, bentuk khas binatang, Bidadari sebagai tempat yang suci, dan
bentuk topografi, gejala alam, dan dunia bawah yaitu bumi walau bukan
sebagainya. Disamping itu mite juga tempat yang dianggap suci, tetapi
mengisahkan petualangan dewa, kisah dihubungkan dengan peristiwa yang
percintaan mereka, kisah perang dialami nenek moyang atau peristiwa
mereka, dan lain sebagainya. luar biasa yang dianggap sebagai
Dari penjelasan tentang mite di tempat yang tidak sembarangan.
atas, dapat ditentukan kriteria mite Selain cerita rakyat yang
yang dapat digunakan untuk berbentuk mite, ada pula cerita rakyat
menentukan ciri mite. Menurut yang berbentuk legenda. Menurut
Djamaris (1990:99), ciri-ciri mite Hasanuddin WS (2009:555), legenda
adalah suatu cerita yang bersifat suci, diambil dari istilah Inggris, legend
gaib dan sakti, dipercayai betul-betul yaitu cerita rakyat yang berisikan
terjadi, dan tokoh pelakunya dalam tentang tokoh, peristiwa, atau tempat
cerita dihubungkan dengan Dewa atau tertentu yang mencampurkan fakta
Tuhan, dan tidak mempunyai latar historis dengan mitos. Menurut Emeis
belakang sejarah. Kejadian atau kisah (dalam Djamaris, 1990:98), legenda
terjadinya cerita sangat lampau dan merupakan bagian dari cerita rakyat
bukan seperti dunia sekarang. yang dianggap pernah terjadi, yang
Menurut Rusyana, dkk. mana ceritanya masih kuno dan
(2000:5--7), ciri-ciri mite dapat dilihat setengahnya berdasarkan sejarah dan
dari para pelaku dalam cerita, yang setengahnya lagi angan-angan.
dapat dilihat adalah manusia suci atau Selain cerita rakyat dalam
manusia yang mempunyai kekuatan bentuk mite dan legenda, ada pula
supernatural dan manusia yang berasal cerita rakyat yang berbentuk dongeng.
dari atau yang mempunyai hubungan Menurut Sugiarto (2009:9), dongeng
dengan dunia kayangan. Manusia yang adalah cerita yang berdasarkan pada
diturunkan oleh Dewa adalah untuk angan-angan atau khayalan seseorang
memimpin sekelompok masyarakat yang kemudian diceritakan secara
agar berbuat baik. Atau bisa juga, turun-temurun dari generasi ke
pelakunya adalah Bidadari yang bisa generasi. Karena hanya khayalan,
terbang yang bisa melakukan peristiwa-peristiwa dalam sebuah
perbuatan luar biasa yang tidak dapat dongeng adalah peristiwa yang tidak
dilakukan oleh manusia biasa. Bila benar-benar terjadi. Hal ini, sesuai
pelakunya manusia biasa, ia adalah dengan istilah dongeng dalam Kamus
orang yang berani dan mempunyai Istilah Sastra (Zaidan, dkk. 2007:60),
tekad untuk membangun tempat yang mengatakan istilah dongeng
berladang yang kemudian menjadi adalah cerita rekaan yang di dalamnya
tempat pemukiman sehingga penduduk fantasi berperan dengan leluasa dan
asli ikut ke dalam lindungannya. Bisa tidak terikat pada latar belakang
juga, pelakunya adalah raja muda belia sejarah dan warna lokal. Sementara

34
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

menurut Bascom (dalam Danandjaja, Berdasarkan uraian di atas,


1994:83), dongeng adalah prosa rakyat tujuan penelitian ini adalah: untuk
yang tidak dianggap benar-benar menjelaskan kategori cerita rakyat
terjadi oleh yang empunya cerita dan penamaan desa di Kerinci dan
dongeng tidak terikat oleh waktu menjelaskan fungsi sosial cerita rakyat
maupun cerita. Jadi, dongeng pada penamaan desa di Kerinci.
perkembangannya sekarang dijadikan
sebagai penghibur bagi anak-anak, METODE
namun tetap berada dalam pengalaman Penelitian ini menggunakan
atau pengetahuan manusia tentang desain kualitatif yaitu penelitian tidak
kejadian dalam kehidupan. menggunakan prosedur analisis
Cerita rakyat penamaan desa di statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
Kerinci yang berbentuk mite, legenda Objek penelitian adalah desa-desa
atau cerita dongeng, pada dasarnya lama yang merupakan cikal bakal
mempunyai fungsi di tengah desa-desa yang relatif baru. Secara
lingkungan penceritaannya sebagai historis, desa-desa lama mempunyai
media untuk menghibur dan nilai sejarah lebih lama dan panjang
mengajarkan nilai-nilai baik kepada dibandingkan dengan desa-desa
pendengar cerita rakyat. Ini merupakan perkembangan yang merupakan
bentuk komunikasi dalam masyarakat pemekaran dari desa-desa lama. Atas
tradisional dalam mentransfer nilai dasar itulah ditetapkan 11 desa sebagai
baik dan buruk bagi anggota objek penelitian yaitu Desa Pulau
masyarakatnya. Hal ini sesuai dengan Sangkar, Desa Temiai, Desa Terutung,
apa yang dikatakan oleh Teeuw Desa Pengasi, Desa Lempur, Desa
(1984:303--304), bahwa sastra oral Jujun, Desa Hiang, Desa Seleman,
memang masih berfungsi sebagai Desa Kemantan, Desa Semurup, dan
sarana komunikasi langsung dalam Desa Siulak.
masyarakatnya, sehingga dalam Objek dalam penelitian ini
masyarakat untuk menyampaikan dikumpulkan dari sumber data atau
keinginan dan harapan bisa berbentuk informan yaitu orang yang mengetahui
cerita rakyat. Fungsi cerita rakyat bagi cerita rakyat penamaan desa di Kerinci
masyarakat adalah: (a) menyadarkan yang berdomisili di Kabupaten
manusia bahwa ada kekuatan gaib, (b) Kerinci, yang merupakan generasi tua
memberikan jaminan masa kini, dan dan yang dituakan di dalam kelompok
(c) memberikan pengetahuan pada masyrakat/adat, serta pendukung aktif
dunia. Fungsi sosial cerita rakyat ini jenis sastra lisan yang diteliti. Ada
dipertegas lagi oleh Hasanuddin WS lima orang informan yang memenuhi
(2003:191), yang menguraikan bahwa kriteria yang disebutkan di atas, yaitu:
fungsi sosial cerita rakyat bagi Bapak Iskandar Zakaria berumur 72
kehidupan dalam masyarakat adalah tahun, Bapak Ja’afar Kadir berumur 52
untuk mengembangkan integritas tahun, Bapak Nursedi Depati Negaro
masyarakat, alat kontrol sosial, berumur 47 tahun, Bapak Risanuddin
memadukan kekuatan kebersamaan berumur 71, dan Ibu Cahaya yang
yang terpecah untuk solidaritas sosial, berumur 70 tahun.
identitas kelompok, dan harmonisasi Penelitian dilakukan di daerah
komunal. Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi,

35
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

berdasarkan desa-desa yang menjadi Cerita rakyat baik yang masuk


objek penelitian, yaitu 11 cerita kategori mite, legenda atau dongeng,
penamaan desa di Kerinci. Kesebelas semua cerita tersebut tidak pernah
cerita rakyat penamaan desa di Kerinci terasa membosankan untuk didengar
dikumpulkan dengan instrumen atau dibaca karena dalam sebagian
penelitian yang berupa alat perekam besar cerita rakyat itu memperlihatkan
audio dan audiovisual serta lembaran struktur masyarakat lama yang
pencatatan untuk mencatat hasil senantiasa menjunjung tinggi nilai-
penyampaian tuturan oleh informan nilai yang menjadi ciri masyarakat
yang berkaitan dengan cerita rakyat tradisional.
penamaan desa di Kerinci. Dalam Cerita rakyat penamaan desa di
mengumpulkan data penelitian, yaitu Kerinci yang masuk ke dalam kategori
data kategori dan data fungsi sosial mite dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri
teks dari 11 cerita rakyat penamaan mite yang telah ditemukan dalam 11
desa di Kerinci, teknik pengumpulan cerita. Dari 11 cerita rakyat penamaan
data dilakukan dalam dua tahap. desa di Kerinci yang termasuk dalam
Tahap pertama tahap perekaman cerita kategori mite ada 4 cerita, yaitu: (1)
rakyat penamaan desa di Kerinci cerita penamaan Desa Jujun; (2) cerita
dengan menggunakan handycam dan penamaan Desa Hiang; (3) cerita
tape recorder. Hasil rekaman penamaan Desa Kemantan; dan (4)
ditranskripsi ke dalam bentuk tulisan cerita penamaan Desa Siulak. Keempat
seterusnya ditransliterasi dari bahasa cerita rakyat yang masuk ke dalam
daerah Kerinci ke dalam bahasa kategori mite ini, tampak kesamaan
Indonesia. Tahap kedua adalah ciri-ciri yaitu semua tokoh cerita
pengumpulan data kategori dan data adalah manusia yang mempunyai
fungsi sosial teks. Setelah kekuatan supernatural. Selain itu
dikumpulkan data kategori dan data tampak pula pada kesamaan dalam
fungsi sosial teks dari 11 cerita rakyat tokoh cerita adalah manusia pertama
penamaan desa di Kerinci, Kemudian yang berjasa dalam membuat
dilakukan pengabsahan data. Teknik pemukiman baru bagi masyarakat
yang digunakan adalah pemilihan banyak. Selain itu ada pula ciri-ciri
cerita dengan syarat dan kriteria yang yang sama tentang adanya hal-hal
telah ditentukan merupakan bagian gaib, apakah makhluk gaib, tenaga
dari keabsahan data, melakukan teknik gaib, kejadian gaib yang tidak bisa
triangulasi dan pemanfaatan pengamat diterima akal sehat.
lain. Dari keempat cerita rakyat
penamaan desa di Kerinci yang masuk
HASIL PENELITIAN DAN dalam kategori mite, ditemukan
PEMBAHASAN adanya nilai-nilai sosial
kemasyarakatan. Gambaran sosial dan
Kategori Cerita Rakyat Penamaan nilai budaya yang ditemukan dalam
Desa di Kerinci cerita rakyat penamaan Desa Jujun,
adalah: nilai kesetiaan, nilai
Cerita rakyat merupakan milik keberanian, nilai keyakinan, tidak
bersama masyarakat, yang ceritanya berputus asa. Cerita rakyat penamaan
sebagian besar tentang hal yang sama. Desa Hiang ditemukan adanya

36
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

gambaran sosial budaya dalam bentuk Cerita rakyat yang berbentuk


nilai-nilai, yaitu: nilai keberanian, nilai dongeng adalah cerita yang hidup di
kerja keras, dan nilai kesabaran. tengah masyarakat di lingkungan
Gambaran sosial dan nilai budaya penceritaannya. Dalam cerita dongeng
yang ditemukan dalam cerita tokoh ceritanya manusia biasa atau
penamaan Desa Kemantan, adalah: binatang yang hidup seperti dalam
nilai rajin bekerja, tidak berputus asa, kehidupan sehari-hari. Perbuatan yang
dan tindakan mufakat. Gambaran dilakukan tokoh cerita adalah
sosial dan nilai budaya yang perbuatan biasa yang kadang
ditemukan dalam cerita penamaan mengandung keajaiban. Latar terjadi
Desa Siulak, adalah: nilai kesetiaan, peristiwa dikenal dengan keadaan
tolong menolong, tindakan mufakat, yang sehari-hari terjadi di suatu daerah
dan kerja sama. pada zaman dahulu. Tapi, cerita
Cerita rakyat penamaan desa dongeng adalah cerita angan-angan
yang masuk ke dalam kategori legenda belaka yang tidak pernah terjadi dalam
ada dua cerita berdasarkan ciri-ciri kehidupan nyata.
legenda yang ditemukan di dalamnya, Berdasarkan ciri-ciri dongeng
yaitu (1) cerita penamaan Desa yang ditemukan, cerita rakyat
Seleman; dan (2) cerita penamaan penamaan desa di Kerinci yang
Desa Semurup. Ciri-ciri legenda dari termasuk dalam kategori dongeng ada
kedua cerita yang ditemukan, adalah: lima cerita, yaitu: (1) cerita penamaan
tokoh cerita yang dibayangkan sebagai Desa Temiai; (2) cerita penamaan
orang terkemuka yang menjadi orang Desa Pulau Sangkar; (3) cerita
yang pernah hidup dan membuat penamaan Desa Pengasi; (4) cerita
tempat pemukiman bagi masyarakat di penamaan Desa Terutung; dan (5)
suatu tempat yang bisa dilihat secara cerita penamaan Desa Lempur. Ciri-
geografis. Juga selama hidupnya ciri yang ditemukan dalam kelima
didikasikan untuk memberikan cerita rakyat Kerinci tentang
manfaat hidup bagi orang banyak. penamaan desa itu menunjukkan
Baik dengan ilmu dan tenaga yang ia kesamaan ciri-ciri cerita dongeng. Hal
punya, tanpa meminta balas jasa atas ini tampak pada tokoh cerita adalah
apa yang diperbuat untuk masyarakat seorang manusia biasa. Kejadian
banyak. Dari kedua cerita rakyat peristiwa dalam cerita merupakan
penamaan desa di Kerinci yang masuk kejadian yang lazim terjadi dalam
dalam kategori legenda ini, ditemukan kehidupan manusia, yang terjadinya
nilai-nilai sosial kemasyarakatan. belum begitu lama. Walaupun ada
Gambaran sosial dan nilai budaya keajaiban, itu karena perbuatan baik
yang ditemukan dalam cerita rakyat tokoh dalam cerita.
penamaan Desa Seleman, adalah: Nilai sosial budaya yang
percaya kepada Tuhan Yang Maha ditemukan dalam cerita rakyat
Esa, suka menolong, dan nilai penamaan Desa Temiai, adalah:
keikhlasan. Nilai sosial budaya dalam mengajarkan tidak boleh dendam,
cerita penamaan Desa Semurup mengajarkan tidak boleh memfitnah,
adalah: nilai keberanian, rajin bekerja, dan nilai keyakinan. Nilai sosial
dan kasih sayang. budaya dalam cerita penamaan Desa
Pulau Sangkar, adalah: tetap pendirian,

37
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

dan tidak matrealistis. Nilai sosial kurun waktu tertentu, juga bukan
budaya dalam cerita penamaan Desa hanya menyampaikan beberapa aspek
Pengasi, adalah: memuliakan tamu, realitas sosial saja. Tapi, lebih jelas
menjadi pemimpin yang baik, dan lagi kalau dikatakan bahwa sastra
mengikat tali persaudaraan. Nilai mencerminkan dan mengekspresikan
sosial budaya yang ditemukan dalam hidup di dalam suatu masyarakat.
cerita penamaan Desa Terutung, Cerita rakyat penamaan desa di
adalah: nilai kejujuran, perbuatan baik Kerinci, sebagai produk sastra lisan
akan dibalas, dan nilai keberanian. sudah tentu memiliki fungsi di dalam
Nilai budaya yang ditemukan dalam masyarakatnya. Semua cerita itu
cerita rakyat penamaan Desa Lempur, digemari oleh masyarakat karena
adalah: tidak boleh durhaka, kesetiaan, adanya unsur hiburan dan nasehat di
dan pasrah menerima kenyataan. dalam cerita tersebut.
Fungsi Sosial Teks Cerita Rakyat Dalam sebelas cerita rakyat
Penaman Desa di Kerinci penamaan Desa di Kerinci, ditemukan
kelima fungsi sosial bagi masyarakat
Cerita rakyat merupakan sastra pendukung sastra lisan itu hidup.
lisan sebagai produk masa lalu, yang Pertama, fungsi mengembangkan
lebih kental dengan tendensi integritas masyarakat. Fungsi ini bagi
kehidupan kolektifnya. Sastra lisan masyarakat pendukung cerita rakyat
lahir dengan dasar fungsi yang penamaan desa di Kerinci adalah agar
diembannya. Fungsi itulah yang masyarakat dalam wilayah cerita
membuat lahirnya cerita rakyat, rakyat itu hidup dan berkembang, serta
berkembang dan diwariskan dari diwariskan dari satu generasi ke
generasi ke generasi berikutnya. Jadi, generasi berikutnya, mampu berlaku
cerita rakyat merupakan kesusastraan bijak. Melalui cerita rakyat tersebut,
lama yang hidup dalam suatu masyarakat kolektifnya mampu
masyarakat yang memberikan fungsi bertindak lebih arif dan bijak dalam
bagi masyarakat tersebut. Adapun menjalankan kehidupan
fungsi sastra lama bagi bermasyarakat. Jadi, fungsi sosial teks
masyarakatnya, adalah untuk sebuah cerita dapat memberi
keperluan upacara keagamaan, untuk pemahaman bagi masyarakatnya
menambah kesaktian atau kebesaran dalam bertindak menjadi lebih baik
raja, untuk mendidik pembaca agar dari sebelumnya. Hal ini ditemukan
berbudi luhur, dan untuk menghibur hampir di sebagian besar cerita rakyat
hati. Fungsi sosial sastra akan penamaan desa di Kerinci, seperti
berkaitan seberapa jauh nilai sastra cerita penamaan Desa Temiai, cerita
berkaitan dengan nilai sosial dan penamaan Desa Kemantan dan cerita
pengaruh timbal balik antara penamaan Desa Jujun. Dalam hal ini,
keduanya. dapat dikatakan bahwa teks sebuah
Antara sastra dan masyarakat cerita bisa menunjukkan pemahaman
mempunyai satu hubungan dimana nilai-nilai yang baik dan berharga
sastra merupakan ungkapan perasaan untuk masyarakatnya.
masyarakat. Ungkapan perasaan Fungsi kedua yang ditemukan
masyarakat disini bukan yang dalam 11 Cerita Rakyat Penamaan
mencerminkan situasi sosial pada Desa di Kerinci, adalah sebagai alat

38
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

kontrol sosial bagi masyarakat pengukuhan masyarakat bagi


kolektifnya. Cerita rakyat, bagi masyarakat lainnya, pembebasan itu
masyarakat dan lingkungan bisa membuat masyarakat bisa
penceritaannya menjadi sebuah tenaga bersikap arif dalam kehidupan. Fungsi
untuk mengendalikan masyarakat sosial sebagai pengukuhan solidaritas,
pencerita cerita rakyat tersebut. cerita rakyat menjadi sebuah sistem
Pengendalian yang dimaksudkan yang membangun dan menciptakan
adalah cerita rakyat itu bisa memberi rasa saling menghargai,
pemeliharaan bagi masyarakat untuk menghapuskan perbedaan, dan
tetap hidup dengan nilai-nilai yang ada menghilangkan kasta dalam kehidupan
dalam cerita rakyat yang hidup pada bermasyarakat. Melalui cerita
masyarakat tersebut. Melalui fungsi rakyatnya masyarakat dan lingkungan
cerita rakyat sebagai alat kontrol sosial penceritaannya mengukuhkan sebuah
dalam masyarakat kolektifnya, masyarakat yang baik kepada yang
ditemukan adanya ungkapan sebagai dari luar kelompoknya. Pengakuan
sistem yang mengawasi tindak tanduk dari luar kelompok atau masyarakat
dalam kehidupan bermasyarakat. lain bahwa kelompok itu merupakan
Masyarakat dan lingkungan pencerita kelompok atau masyarakat yang baik,
memperoleh pemahaman tentang merupakan kebanggaan bersama bagi
sistem kemasyarakatan yang baik dari masyarakat tersebut. Hal ini
nilai-ilai yang ada dalam cerita rakyat ditemukan hampir di sebagian besar
tersebut, bisa membuat kehidupan cerita rakyat penamaan desa di
masyarakat di dalam lingkungan Kerinci, seperti cerita penamaan Desa
penceritaan cerita rakyat itu, hidup Hiang, cerita penamaan Desa Pulau
menjadi lebih baik dan bijak karena Sangkar, cerita penamaan Desa
adanya kontrol sosial yang menjadi Lempur, cerita penamaan Desa Siulak,
pengendalian nilai-nilai yang ada dan cerita penamaan Desa Seleman.
dalam lingkungan masyarakat Fungsi keempat adalah sebagai
pencerita cerita rakyat tersebut. Hal ini identitas kelompok dalam lingkungan
ditemukan hampir di sebagian besar penceritaan cerita rakyat tersebut. Hal
cerita rakyat penamaan desa di ini merupakan proses yang mendidik
Kerinci, seperti pada cerita penamaan yang mengukuhkan kebersamaan
Desa Semurup, cerita penamaan Desa suatu khalayak. Identitas sebuah
Kemantan, cerita penamaan Desa kelompok masyarakat dapat dibentuk
Jujun, dan cerita penamaan Desa dan dikokohkan. Dalam 11 cerita
Siulak. rakyat penamaan desa di Kerinci,
Fungsi ketiga dari 11 cerita ditemukan beberapa desa di Kerinci
rakyat penamaan desa di Kerinci merupakan masyarakat yang agamis
adalah pegukuhan solidaritas sosial. dan berpegang pada adat dan tradisi.
Dalam masyarakat di lingkungan Adat dan tradisi yang berhubungan
penceritaan cerita rakyat tersebut, dengan cerita rakyat tersebut
memunculkan perasaan yang secara merupakan identitas masyarakat
kolektif atau kelompok masyarakat Kerinci secara umum. Hal ini
sosial yang memiliki nilai-nilai atau ditemukan hampir di sebagian besar
kewajiban moral yang sama bagi cerita rakyat penamaan desa di
masyarakatnya. Untuk sebuah Kerinci, seperti cerita penamaan Desa

39
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

Terutung, cerita penamaan Desa rakyat penamaan desa di Kerinci


Seleman cerita penamaan Desa Hiang, tersebar dalam 3 bagian, yaitu mite,
dan cerita penamaan Desa Pengasi. legenda dan dongeng.
Fungsi sosial kelima adalah Fungsi sosial teks dari 11 cerita
sebagai harmonisasi komunal. Dalam rakyat penamaan desa di Kerinci yang
11 cerita rakyat penamaan desa di dianalisis terdapat 5 fungsi sosial,
Kerinci ditemukan adanya kesamaan yaitu: mengembangkan integritas
yang bersumber dari persamaan latar masyarakat, alat kontrol sosial,
belakang, iklim, kultur dan budaya pengukuhan solidaritas, identitas
yang mengukuhkan sebuah kelompok. kelompok, dan harmonisasi komunal.
Harmonisasi komunal merupakan Kategori dan fungsi sosial cerita
fenomena sosial dimana terbentuknya rakyat penamaan desa di Kerinci
konsep atau ide yang sama dan dipakai menciptakan sistem yang
berulang-ulang sehingga menjadi mempengaruhi perilaku kehidupan
semacam keyakinan kuat dalam masyarakat setempat. Paradigma
pikiran banyak orang yang dianggap masyarakat menjadi lebih bijak dan
sebagai fakta yang benar adanya. kolektif di dalam kehidupan
Harmonisasi komunal dapat dilihat bermasyarakat.
dari masyarakat Kerinci yang Di dalam kelima fungsi sosial
merupakan masyarakat yang teks cerita rakyat penamaaan desa di
berkebudayaan dan mempunyai Kerinci, dalam cerita rakyat yang
kepercayaan berwarna lokal dan khas berkategori mite, legenda atau
yang bersifat alamiah. Hal ini dongeng ditemukan berbagai pelajaran
ditemukan hampir di sebagian besar moral yang dapat dipakai masyarakat
cerita rakyat penamaan desa di sebagai pedoman dalam kehidupan.
Kerinci, seperti cerita penamaan Desa Dari 11 cerita rakyat penamaan desa
Kemantan, cerita penamaan Desa yang dianalisis, dari masing-masing
Pengasi, dan cerita penamaan Desa cerita memberikan fungsi sosial dalam
Seleman. kehidupan masyarakat. Kelima fungsi
Cerita rakyat pada dasarnya sosial tersebut tergambar dalam cerita
berfungsi memberi hiburan pada rakyat penamaan desa di Kerinci.
lingkungan penceritaan masyarakatnya
dimana cerita rakyat itu hidup. Cerita SARAN
rakyat penamaan desa di Kerinci ini Cerita rakyat penamaan desa di
mempunyai fungsi yang bermakna
Kerinci merupakan salah satu dari
bagi masyarakat yang mewarisinya
sebagai kekayaan budaya dengan nilai- berbagai bentuk kesusasteraan yang
nilai yang terkandung di dalamnya.
ada di Kabupaten Kerinci, Provinsi
SIMPULAN Jambi. Dalam kehidupan masyarakat,
Cerita rakyat penamaan desa di
cerita rakyat penamaan desa di Kerinci
Kerinci merupakan cerita yang
berbentuk mite, legenda dan dongeng, perlu dipertahankan keberadaannya,
yang disampaikan secara lisan dari
untuk sekaligus memelihara nilai-nilai
generasi ke generasi berikutnya.
Kategori yang terdapat dalam 11 cerita yang terkandung di dalam setiap

40
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013

kategori dan fungsi sosial ceritanya. Macaryus, Sudartomo. 2008. “Aneka


Problem Pembelajaran Bahasa
Nilai-nilai tersebut dapat menuntun
Daerah”, dalam Mulyana (Ed.),
masyarakatnya dalam bertingkah laku, Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Daerah dalam Kerangka Budaya.
yang masih relevan dengan kehidupan
Yogyakarta: Tiara Wacana.
DAFTAR RUJUKAN
Nurdin, Novi Erni, dkk. 1995. Foklor
Alimin. 2006. Adat dan Budaya
Nusantara: Pengantar Teori dan
Daerah Kerinci. Sungai Penuh:
Pendekatan. Padang: Jurusan
Dinas Pendidikan Kabupaten
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Kerinci.
Indonesia Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni.
Ananda, Maya, M.A. 1995. Legenda
Pulau Harapan. Jakarta: Jembatan
Pudentia. 2008. “Ketika Peneliti Harus
Mas.
Bercerita tentang Tradisi Lisan”,
dalam Pudentia, MPSS. (Ed.),
Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra: Teori
Metodologi Kajian Tradisi Lisan.
dan Terapan. Padang: UNP Press.
Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan
(ATL).
Danandjaja, James. 1994. Folklor
Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng,
Rusyana, Yus, dkk. 2000. Prosa
dan lain-lain. Jakarta: Temprint.
Tradisional: Pengertian,
Klasifikasi, dan Teks. Jakarta:
Djamaris, Edwar. 1990. Menggali
Proyek Pembinaan Bahasa dan
Khazanah Sastra Melayu Klasik
Sastra Indonesia dan Daerah.
(Sastra Indonesia Lama). Jakarta:
Balai Pustaka.
Semi, M. Atar. 1993. Metode
Penelitian Sastra. Bandung:
Esten, Mursal. 1993. Struktur Sastra
Angkasa.
Lisan Kerinci. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Sugiarto, Eko. 2009. Mengenal
Dongeng dan Prosa Lama: Fabel,
Gusti, Amiruddin, dkk. 2003. Sastra
Legenda, Mite, Sage, Hikayat,
Incung Kerinci. Kerinci: Dinas
Cerita Berbingkai, Cerita Pelipur
Pariwisata dan Kebudayaan
Lara, Epos. Jakarta: Pustaka
Kabupaten Kerinci.
Widyatama.
Hasanuddin WS. 2003. Transformasi
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu
dan Produksi Sosial Teks Melalui
Sastra Pengantar Teori Sastra.
Tanggapan dan Penciptaan Karya
Jakarta: Pustaka Jaya.
Sastra. Bandung: Dian Aksara
Press.
Zaidan, Abdul Rozak, dkk. 2007.
Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai
Hasanuddin WS. 2009. Ensiklopedi
Pustaka.
Sastra Indonesia (Edisi Revisi).
Bandung: Titian Ilmu.

41

Anda mungkin juga menyukai