Abstract: The aim of this research is to describe text category and social function
of the naming village folktale. Data were gathered through two steps. First, the
speech acts were recorder using audiovisual recording. After that, the recording
was transcribed from regional language to Indonesian language. Second, the data
of category and social function of naming village folktale were conducted through
note talking, observation and interview. Then, the data were analyzed through
four steps, (1) data inventory, (2) classification, (3) discussions and conclusions,
and (4) data reporting. The result of this research showed that naming village
folktale in Kerinci can be categorized into myths, legend and fairy tale which are
full of moral values. Moreover, in social function side, this folktale has five social
functions as follows: developing society’s integrity, social control, solidarity
strengthening, and communal harmonization.
31
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
32
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
33
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
kebenaran. Hal ini, diperjelas lagi oleh yang belum berkeluarga yang dapat
Bascom (dalam Danandjaja, 1994:51), membangun istana dalam waktu satu
mengatakan bahwa mite pada malam. Dilihat dari latar cerita, ciri-
umumnya menjelaskan terjadinya alam ciri cerita mite bisa dunia atas, yaitu
semesta, dunia, manusia pertama, kayangan, tempat para Dewa atau
terjadinya maut, bentuk khas binatang, Bidadari sebagai tempat yang suci, dan
bentuk topografi, gejala alam, dan dunia bawah yaitu bumi walau bukan
sebagainya. Disamping itu mite juga tempat yang dianggap suci, tetapi
mengisahkan petualangan dewa, kisah dihubungkan dengan peristiwa yang
percintaan mereka, kisah perang dialami nenek moyang atau peristiwa
mereka, dan lain sebagainya. luar biasa yang dianggap sebagai
Dari penjelasan tentang mite di tempat yang tidak sembarangan.
atas, dapat ditentukan kriteria mite Selain cerita rakyat yang
yang dapat digunakan untuk berbentuk mite, ada pula cerita rakyat
menentukan ciri mite. Menurut yang berbentuk legenda. Menurut
Djamaris (1990:99), ciri-ciri mite Hasanuddin WS (2009:555), legenda
adalah suatu cerita yang bersifat suci, diambil dari istilah Inggris, legend
gaib dan sakti, dipercayai betul-betul yaitu cerita rakyat yang berisikan
terjadi, dan tokoh pelakunya dalam tentang tokoh, peristiwa, atau tempat
cerita dihubungkan dengan Dewa atau tertentu yang mencampurkan fakta
Tuhan, dan tidak mempunyai latar historis dengan mitos. Menurut Emeis
belakang sejarah. Kejadian atau kisah (dalam Djamaris, 1990:98), legenda
terjadinya cerita sangat lampau dan merupakan bagian dari cerita rakyat
bukan seperti dunia sekarang. yang dianggap pernah terjadi, yang
Menurut Rusyana, dkk. mana ceritanya masih kuno dan
(2000:5--7), ciri-ciri mite dapat dilihat setengahnya berdasarkan sejarah dan
dari para pelaku dalam cerita, yang setengahnya lagi angan-angan.
dapat dilihat adalah manusia suci atau Selain cerita rakyat dalam
manusia yang mempunyai kekuatan bentuk mite dan legenda, ada pula
supernatural dan manusia yang berasal cerita rakyat yang berbentuk dongeng.
dari atau yang mempunyai hubungan Menurut Sugiarto (2009:9), dongeng
dengan dunia kayangan. Manusia yang adalah cerita yang berdasarkan pada
diturunkan oleh Dewa adalah untuk angan-angan atau khayalan seseorang
memimpin sekelompok masyarakat yang kemudian diceritakan secara
agar berbuat baik. Atau bisa juga, turun-temurun dari generasi ke
pelakunya adalah Bidadari yang bisa generasi. Karena hanya khayalan,
terbang yang bisa melakukan peristiwa-peristiwa dalam sebuah
perbuatan luar biasa yang tidak dapat dongeng adalah peristiwa yang tidak
dilakukan oleh manusia biasa. Bila benar-benar terjadi. Hal ini, sesuai
pelakunya manusia biasa, ia adalah dengan istilah dongeng dalam Kamus
orang yang berani dan mempunyai Istilah Sastra (Zaidan, dkk. 2007:60),
tekad untuk membangun tempat yang mengatakan istilah dongeng
berladang yang kemudian menjadi adalah cerita rekaan yang di dalamnya
tempat pemukiman sehingga penduduk fantasi berperan dengan leluasa dan
asli ikut ke dalam lindungannya. Bisa tidak terikat pada latar belakang
juga, pelakunya adalah raja muda belia sejarah dan warna lokal. Sementara
34
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
35
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
36
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
37
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
dan tidak matrealistis. Nilai sosial kurun waktu tertentu, juga bukan
budaya dalam cerita penamaan Desa hanya menyampaikan beberapa aspek
Pengasi, adalah: memuliakan tamu, realitas sosial saja. Tapi, lebih jelas
menjadi pemimpin yang baik, dan lagi kalau dikatakan bahwa sastra
mengikat tali persaudaraan. Nilai mencerminkan dan mengekspresikan
sosial budaya yang ditemukan dalam hidup di dalam suatu masyarakat.
cerita penamaan Desa Terutung, Cerita rakyat penamaan desa di
adalah: nilai kejujuran, perbuatan baik Kerinci, sebagai produk sastra lisan
akan dibalas, dan nilai keberanian. sudah tentu memiliki fungsi di dalam
Nilai budaya yang ditemukan dalam masyarakatnya. Semua cerita itu
cerita rakyat penamaan Desa Lempur, digemari oleh masyarakat karena
adalah: tidak boleh durhaka, kesetiaan, adanya unsur hiburan dan nasehat di
dan pasrah menerima kenyataan. dalam cerita tersebut.
Fungsi Sosial Teks Cerita Rakyat Dalam sebelas cerita rakyat
Penaman Desa di Kerinci penamaan Desa di Kerinci, ditemukan
kelima fungsi sosial bagi masyarakat
Cerita rakyat merupakan sastra pendukung sastra lisan itu hidup.
lisan sebagai produk masa lalu, yang Pertama, fungsi mengembangkan
lebih kental dengan tendensi integritas masyarakat. Fungsi ini bagi
kehidupan kolektifnya. Sastra lisan masyarakat pendukung cerita rakyat
lahir dengan dasar fungsi yang penamaan desa di Kerinci adalah agar
diembannya. Fungsi itulah yang masyarakat dalam wilayah cerita
membuat lahirnya cerita rakyat, rakyat itu hidup dan berkembang, serta
berkembang dan diwariskan dari diwariskan dari satu generasi ke
generasi ke generasi berikutnya. Jadi, generasi berikutnya, mampu berlaku
cerita rakyat merupakan kesusastraan bijak. Melalui cerita rakyat tersebut,
lama yang hidup dalam suatu masyarakat kolektifnya mampu
masyarakat yang memberikan fungsi bertindak lebih arif dan bijak dalam
bagi masyarakat tersebut. Adapun menjalankan kehidupan
fungsi sastra lama bagi bermasyarakat. Jadi, fungsi sosial teks
masyarakatnya, adalah untuk sebuah cerita dapat memberi
keperluan upacara keagamaan, untuk pemahaman bagi masyarakatnya
menambah kesaktian atau kebesaran dalam bertindak menjadi lebih baik
raja, untuk mendidik pembaca agar dari sebelumnya. Hal ini ditemukan
berbudi luhur, dan untuk menghibur hampir di sebagian besar cerita rakyat
hati. Fungsi sosial sastra akan penamaan desa di Kerinci, seperti
berkaitan seberapa jauh nilai sastra cerita penamaan Desa Temiai, cerita
berkaitan dengan nilai sosial dan penamaan Desa Kemantan dan cerita
pengaruh timbal balik antara penamaan Desa Jujun. Dalam hal ini,
keduanya. dapat dikatakan bahwa teks sebuah
Antara sastra dan masyarakat cerita bisa menunjukkan pemahaman
mempunyai satu hubungan dimana nilai-nilai yang baik dan berharga
sastra merupakan ungkapan perasaan untuk masyarakatnya.
masyarakat. Ungkapan perasaan Fungsi kedua yang ditemukan
masyarakat disini bukan yang dalam 11 Cerita Rakyat Penamaan
mencerminkan situasi sosial pada Desa di Kerinci, adalah sebagai alat
38
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
39
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
40
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 1 Nomor 1, Februari 2013
41