Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI LEGENDA “ASAL-USUL TELAGA NGEBEL”

BAGI MASYARAKAT DESA NGEBEL,


KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR
(The Function of the Legend “The origin of Ngebel Lake” for Society of Ngebel
Village, Ponorogo Rigency, East Java)

Hening Larasati, Eggy Fajar Andalas


Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang,
Jl. Raya Tlogomas No.246, Malang (0341) 551149,
Pos-el: heniiiing@gmail.com, eggy@umm.ac.id

Diterima 5 Februari 2021 Direvisi 17 Maret 2021 Disetujui 22 April 2021


https://doi.org/10.26499/und.v17i1.3411

Abstrak : Dalam kehidupan masyarakat Desa Ngebel hidup legenda mengenai asal-usul Telaga
Ngebel. Legenda ini hingga saat ini masih hidup di dalam masyarakat dan menjadi bagian
penting kehidupan masyarakat desa. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan fungsi legenda
asal-usul Telaga Ngebel bagi kehidupan masyarakat Desa Ngebel. Jenis penelitian ini adalah
kualitatif dengan pendekatan etnografi. Sumber data penelitian adalah informan dan dokumen.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan perekaman. Analisis data
menggunakan model Milles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan legenda ini
berfungsi sebagai 1) sistem proyeksi masyarakat, 2) alat pendidikan, 3) hiburan, dan 4) alat
pemaksa dan pengawas masyarakat. Berbagai fungsi ini lahir sebagai dampak dari keberadaan
legenda asal-usul Telaga Ngebel yang hidup dalam masyarakat antargenerasi. Berbagai nilai-
nilai ini diwariskan antargenerasi sehingga dipersepsi sebagai kebenaran bersama dan menjadi
nilai kultural yang mengikat dalam kehidupan masyarakat Desa Ngebel.
Kata kunci : fungsi, legenda, Telaga Ngebel

Abstract : There is a legend about the origin of Ngebel Lake in the life of the people of Ngebel Village. This
legend is still alive in the community and become an important part of the life of the village community.
The goal of this study is to explain the role of the legend of the origin of Ngebel Lake in the life of the
people of Ngebel Village. This form of study is qualitative with ethnographic approach. Sources of research
data are informants and documents. Data collection techniques were carried out by interview and
recording. Data analysis using Milles and Huberman's model. The results show that this legend functions
as 1) a community projection system, 2) an educational tool, 3) entertainment, and 4) a means of coercion
and community monitoring. These numerous roles have arisen as a result of the existence of a legend of
the origin of the Ngebel Lake, which lives in an intergenerational society. These various values are passed
down between generations so that they are perceived as shared truths and become binding cultural values
in the life of the people of Ngebel Village.
Keywords: function, legend, Lake Ngebel

1. PENDAHULUAN diteruskan kepada generasi-generasi


Sastra lisan merupakan ilmu yang selanjutnya. Sejalan dengan pendapat
menelaah kebudayaan tradisional yang Danandjaja (1997, hlm. 1) yang
ada pada masyarakat serta diturunkan menyatakan bahwa sastra lisan
oleh nenek moyang dan kemudian merupakan kebudayaan milik semua
Undas Vol 17, Nomor 1, Juni 2021: 63--74

orang, yang meluas serta diteruskan Telaga Ngebel. Masyarakat mempercayai


dari waktu ke waktu secara lisan, sebagai legenda mengenai sosok ular naga
suatu pengingat. bernama Baru Klinting yang hidup di
Salah satu bentuk sastra lisan, yaitu telaga ini. Masyarakat Desa Ngebel
legenda. Legenda merupakan cerita lisan mempercayai bahwa Baru Klinting
yang berkisah mengenai seorang tokoh merupakan sosok penyebab adanya
ataupun tempat yang dalam Telaga Ngebel.
pengisahannya masih dapat dikenali Legenda Baru Klinting berkisah
keberadaannya di dunia ini (Andalas, tentang sosok ular naga yang berubah
2018a, hlm. 10-11; Danandjaja, 1997, hlm. wujud menjadi manusia berupa anak
73; Pratiwi, Andalas, & Dermawan, kecil yang kelaparan dan meminta-minta
2018). Dengan kata lain, tokoh ataupun makanan. Namun, tak ada satu pun
tempat-tempat yang ada di dalam cerita warga yang memperdulikanya, sehingga
tidak sepenuhnya asing karena membuat Baru Klinting geram kemudian
menggunakan tempat ataupun tokoh Baru Klinting menantang warga untuk
yang dikenali keberadaannya di dunia mencabut lidi yang ia tancapkan di
ini. Karenanya, legenda memiliki tanah. Akan tetapi, tidak seorang pun
kedudukan sebagai hal yang profan yang dapat mencabut lidi tersebut. Saat
dalam kehidupan masyarakat itu juga, Baru Klinting mencabut batang
(Sulistyorini & Andalas, 2017). Bentuk ini lidi yang tertancap di tanah dengan
berbeda dengan mite yang dianggap begitu mudahnya. Saat itu juga,
sebagai hal yang sakral bagi masyarakat keanehan terjadi. Dari lidi itu mengucur
pemiliknya (Andalas, 2015, hlm. 2, 2017, air deras, terus-menerus hingga seluruh
hlm. 22; Aristama, Andalas, & Sugiarti kampung terendam oleh air tersebut dan
2020, hlm. 1; Hutomo, 1991, hlm. 63). terciptalah Telaga Ngebel.
Dalam kehidupan masyarakat Desa Hingga saat ini, legenda mengenai
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Jawa asal-usul terciptanya Telaga Ngebel
Timur, hidup legenda Telaga Ngebel. masih hidup dalam masyarakat
Telaga Ngebel memiliki pesona alam Ponorogo, khususnya Desa Ngebel.
yang indah. Keadaan alam yang masih Masyarakat mempercayai jika legenda
natural menjadi daya pikat bagi ini merupakan sebuah kebenaran.
wisatawan. Telaga ini juga sangat sejuk Karenanya, masyarakat sekitar sangat
sebab berlokasi di kaki Gunung Wilis menjaga perilaku dan sopan santun
yang mempunyai ketinggian 734 meter ketika berada di Telaga Ngebel.
di atas permukaan laut. Telaga Ngebel Masyarakat percaya bahwa bentuk
dikelilingi oleh rimbunan pepohonan perilaku yang tidak baik akan
yang menambah kesejukan dan keasrian menyebabkan naga Baru Klinting akan
kawasan ini. Telaga ini memiliki luas murka.
sekitar 5 km. Air yang ada di telaga Berdasarkan penelusuran,
bersumber dari Kanal Selatan. ditemukan beberapa penelitian yang
Di balik keindahan alam yang berkaitan dengan penelitian ini. Pertama,
dimiliki Telaga Ngebel, dalam peneliti yang melihat keberadaan Telaga
kehidupan masyarakat sekitar tumbuh Ngebel dalam perspektif pariwisata
legenda yang dipercaya sebagai (Mustikawati, Sunarti, & Pangestuti,
kebenaran mengenai asal-usul adanya 2017, hlm. 2; Saputro & Albrianingrum,

64
Fungsi Legenda “Asal-Usul Telaga Ngebel” Bagi Masyarakat Desa Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Hening Larasati & Eggy Fajar Andalas)

2019; Supriadi, Wahjuni, & Widiyahseno, dengan memahami hal tersebut akan
2020; Syafrudin, 2009). Peneliti-peneliti diperoleh pengetahuan mengenai cara
tersebut melihat potensi dan strategi berpikir masyarakatnya (Dundes, 1969,
pengembangan wisata terhadap Telaga hlm. 471). Kedua, penelitian terhadap
Ngebel. Kedua, peneliti yang melihat fungsi legenda Telaga Ngebel bagi
keberadaan Telaga Ngebel dalam kehidupan masyarakat Desa Ngebel
perspektif historis dan budaya belum pernah dilakukan oleh peneliti
(Harinayuetik, 2021; Karlina, 2007; lainnya.
Mitanto & Nurcahyo, 2012, hlm. 48; Putri
& Nugraha, 2017, hlm. 206). Peneliti- 2. KERANGKA TEORI
peneliti tersebut melihat nilai budaya 2.2 Pengertian Legenda
dan perkembangan kebudayaan yang Karya sastra dapat dibedakan
dimiliki masyarakat Ngebel. Ketiga, menjadi dua bagian, yaitu (1) sastra tidak
peneliti yang melihat keberadaan tradisi lisan, dan (2) sastra lisan. Sastra tidak
larungan yang ada di Telaga Ngebel lisan merupakan karya sastra yang
dalam perspektif hukum Islam diciptakan oleh pengarangnya dalam
(Pramuditya, 2018, hlm. 53). bentuk teks atau tulisan, sementara
Berdasarkan hal tersebut, sastra lisan merupakan cerita yang
penelitian terhadap fungsi legenda sifatnya kelisanan serta diteruskan secara
Telaga Ngebel bagi masyarakat Desa lisan dari generasi tua ke generasi muda
Ngebel belum pernah dilakukan. atau selanjutnya.
Padahal, pemahaman terhadap fungsi ini Hutomo (1991, hlm. 1) menyatakan
sangat penting. Hal ini karena sastra lisan merupakan kesusastraan
keberadaan sebuah cerita lisan dalam yang mencakup berbagai ungkapan
suatu masyarakat tidak bisa hanya kesusastraan warga dalam suatu
dianggap sebagai cerita penglipur lara kebudayaan yang telah tersebar luas dan
semata (Andalas, 2014, hlm. 9, 2015, hlm. diteruskan secara berpindah-pindah dari
2, 2017, hlm. 21), tetapi juga berkaitan mulut ke mulut. Sastra lisan tergolong ke
dengan dimensi budaya, sosial, ekonomi, dalam cerita lisan, yang merupakan
hingga spiritual masyarakat pemiliknya peninggalan budaya nasional serta
(Pratiwi, Andalas, & Dermawan, 2018; memiliki nilai-nilai yang layak
Sulistyorini & Andalas, 2017, hlm. 152- disempurnakan atau dikembangkan
157). serta dimanfaatkan untuk kehidupan
Penelitian ini bertujuan saat ini dan di kehidupan yang akan
mendeskripsikan fungsi legenda Telaga datang, dalam kaitannya dengan
Ngebel bagi kehidupan masyarakat Desa pemeliharaan pada apresiasi sastra.
Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur. Sastra lisan di Indonesia pada setiap
Penelitian ini penting dilakukan dengan daerah memiliki perbedaan dari daerah
beberapa alasan berikut. Pertama, satu dengan daerah yang lainnya. Wujud
sebagai produk budaya masyarakat, sastra lisan pun juga beragam antara
keberadaan legenda Telaga Ngebel lain, (1) bahasa rakyat, (2) nyanyian
menjadi bagian dalam kehidupan rakyat, (3) cerita prosa rakyat, dan lain
masyarakat. Cerita ini sedikit banyak sebagainya. Cerita prosa rakyat adalah
mempengaruhi norma dan nilai-nilai cerita yang sudah ada sejak dahulu kala
yang hidup di masyarakat. Karenanya, yang hidup dan berkembang di

65
Undas Vol 17, Nomor 1, Juni 2021: 63--74

lingkungan masyarakat dan diturunkan memberikan dampak positif bagi


secara lisan dan bersifat tradisional. anak. Anak akan belajar melalui
Legenda merupakan bagian dari cerita yang disampaikan, sehingga
prosa rakyat yang hampir menyerupai menjadikannya pribadi yang lebih
ciri-ciri mitos, yakni dianggap telah baik.
benar-benar terjadi, namun dianggap 3) Sebagai hiburan.
tidak suci. Dalam legenda manusia Sastra lisan merupakan cerita
berperan sebagai tokoh, meski terkadang penglipur lara bagi masyarakat
diceritakan memiliki sifat-sifat yang luar pemiliknya dan diturunkan
biasa (berbau mistis) karena dibantu oleh antargenerasi.
makhluk ghaib atau astral (Danandjaja, 4) Sebagai alat pemaksa dan pengawas.
1994, hlm. 50) Sastra lisan berfungsi sebagai alat
pemaksa dan pengawas karena
2.3 Teori Fungsi dalam kehidupannya, masyarakat
Fungsi merupakan suatu tugas yang memiliki norma-norma yang berlaku
memiliki manfaat tertentu. Demikian dan wajib dipatuhi oleh setiap
juga dengan karya sastra, memiliki anggota kolektifnya. Norma-norma
fungsi dalam masyarakat. Menurut tersebut bertujuan untuk mengatur
Malinowski (Endraswara, 2009, hlm. 125) dan menjaga kehidupan
fungsi dari komponen-komponen bermasyarakat serta agar masyarakat
kebudayaan digunakan sebagai mampu hidup selaras dan sejahtera.
pemenuh kebutuhan-kebutuhan intuisi
manusia serta kebudayaan itu sendiri. 3. METODE PENELITIAN
Teori yang digunakan dalam Jenis penelitian ini adalah kualitatif.
penelitian ini adalah teori fungsi yang Pendekatan yang digunakan adalah
dikemukakan oleh William R. Bascom. etnografi. Peneliti turun ke lapangan
Sebagaimana yang diungkapkan oleh untuk memperoleh data secara
Bascom (Danandjaja, 1997, hlm. 19) langsung. Sumber data penelitian ini
legenda ialah bagian dari sastra lisan adalah informan dan dokumen.
yang mempunyai fungsi terhadap Informan penelitian, yaitu Bapak A (60
masyarakat pemiliknya, yaitu : tahun) merupakan sesepuh Desa Ngebel
1) Sebagai sistem proyeksi (system dan Bapak H (32) merupakan Jogoboyo
projection). Desa Ngebel. Pemilihan kedua informan
Sastra lisan dapat dikatakan sebagai didasarkan pada pengetahuannya
alat proyeksi atau angan-angan suatu terhadap legenda Telaga Ngebel dan
kolektif. Berfungsi sebagai sistem kedudukannya dalam struktur sosial
proyeksi karena mencerminkan masyarakat sangat penting. Berbagai hal
kehidupan masyarakat pemiliknya yang berkaitan dengan pergelaran adat-
yang mempunyai harapan atau istiadat melibatkan kedua tokoh
angan-angan. tersebut. Di sisi lain, dokumen yang
2) Sebagai alat pendidikan anak. dimaksud adalah literatur yang berasal
Setiap sastra lisan memiliki nilai-nilai dari jurnal dan buku yang berkaitan
edukatif yang dapat dijadikan dengan tujuan penelitian digunakan
sebagai alat pendidikan anak. Pesan untuk mendukung pemahaman
yang terdapat dalam cerita mampu terhadap permasalahan penelitian.

66
Fungsi Legenda “Asal-Usul Telaga Ngebel” Bagi Masyarakat Desa Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Hening Larasati & Eggy Fajar Andalas)

Untuk mengumpulkan data Masyarakat mempercayai bahwa


digunakan teknik wawancara dan pada masa lalu terdapat sepasang suami
perekaman. Wawancara dilakukan istri yang sudah lama menikah tetapi
kepada kedua informan dengan belum diberi keturunan. Keduanya
wawancara tidak terstruktur. Artinya, memohon kepada Dewa agar segera
peneliti mempersiapkan daftar diberi keturunan. Permohonannya lantas
pertanyaan sebagai acuan dan tidak dikabulkan. Betapa kagetnya mereka
menggunakannya secara berurutan karena anak yang dilahirkan bukanlah
(Pratiwi, Andalas, Dermawan, & seorang manusia, tetapi seekor ular naga.
Maryaeni, 2018, hlm. 73; Sugiarti, Ular naga ini diberi nama Baru Klinting.
Andalas, & Setiawan, 2020, hlm. 77). Di tengah kesedihan karena harus
Bergantung pada situasi ketika menghadapi kenyataan bahwa anak
wawancara berlangsung. Aktivitas mereka adalah seekor ular naga, kedua
wawancara kemudian direkam. Hasil pasangan suami istri ini tidak henti-henti
rekaman ditranskripsi dan ditransliterasi meminta kepada Dewa agar anak
ke dalam bahasa Indonesia. Berbagai mereka dapat berubah menjadi manusia.
data tersebut kemudian dianalisis Keduanya bertapa di sebuah gua hingga
menggunakan teknik analisis data Miles akhirnya mendapat petunjuk jika ingin
& Huberman (1992, hlm. 16), yaitu anaknya berubah menjadi manusia, Baru
reduksi, penyajian data, interpretasi, dan Klinting harus bertapa dan melingkarkan
penarikan kesimpulan. tubuhnya di sekeliling gunung Wilis
selama 300 tahun.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah hampir 300 tahun, tubuh
Berikut dipaparkan mengenai hasil Baru Klinting ternyata belum mampu
analisis terhadap fungsi legenda Telaga menyentuh ekornya. Ia tidak kehilangan
Ngebel bagi kehidupan masyarakat Desa akal. Ia menjulurkan lidahnya agar dapat
Ngebel. Sebelum pembahasan mengenai melingkari gunung Wilis dengan
hal tersebut, terlebih dahulu disajikan sempurna. Akan tetapi, usahanya sia-sia
mengenai legenda Asal-Usul Telaga karena lidahnya dipotong oleh orang
Ngebel yang hidup di masyarakat Desa tuanya menjadi sebuah tombak. Meski
Ngebel. Penyajian mengenai legenda ini begitu, Baru Klinting tetap melanjutkan
penting sebagai konteks untuk tapa bratanya hingga suatu saat
memahami fungsi legenda Telaga masyarakat desa menyelenggarakan
Ngebel bagi kehidupan masyarakat Desa hajatan pernikahan anak kepala desa.
Ngebel. Warga desa bergotong royong mencari
kayu bakar di hutan. Ketika seorang
4.1 Legenda Asal-Usul Telaga Ngebel warga memotong kayu, betapa
Dalam kehidupan masyarakat Desa terkejutnya mereka ternyata kayu
Ngebel dipercaya bahwa munculnya tersebut mengeluarkan darah. Batang
Telaga Ngebel merupakan hasil dari pohon pun dipenuhi dengan daging.
peristiwa magis yang terjadi di masa Tanpa berpikir panjang warga sekitar
lalu. Berdasarkan wawancara dengan mengambil daging tersebut dan
informan diperoleh legenda Telaga membagi-bagikannya kepada warga
Ngebel yang hidup di masyarakat Desa desa.
Ngebel sebagai berikut.

67
Undas Vol 17, Nomor 1, Juni 2021: 63--74

Setelah daging ular naga Baru mempengaruhi kehidupan masyarakat


Klinting habis dimakan warga, barulah Desa Ngebel.
Baru Klinting berubah menjadi seorang
manusia berwujud anak kecil. Baru 4.2 Fungsi Legenda Asal-Usul Telaga
Klinting kecewa karena dagingnya Ngebel bagi Masyarakat Desa Ngebel
dimakan oleh warga desa. Baru Klinting Sebagai bagian dari sastra lisan,
kemudian mendatangi hajatan kepala legenda tidak sekadar memberikan
desa untuk meminta makan. Akan tetapi, hiburan belaka, akan tetapi juga mampu
ia malah diusir dan tidak ada yang memberi pencerahan pada jiwa. Dapat
memperdulikannya. Hingga seorang dikatakan bahwa legenda mampu
wanita tua bernama Nyi Latung tidak memberi manfaat bagi masyarakat,
tega melihatnya. Ia menolong Baru sastra lisan akan menghasilkan fungsi-
Klinting dan memberinya makan. Baru fungsi dan kedudukan tertentu. Fungsi-
Klinting lantas memberi petunjuk fungsi tersebut berhubungan dengan
kepada Nyi Latung agar menaiki lesung. keperluan serta kepentingan anggota
Keesokan harinya, Baru Klinting masyarakat pemiliknya. Berikut
datang kembali ke tempat hajatan dan penjelasannya.
membuat sayembara. Ia berseru barang
siapa mampu mencabut batang lidi yang 4.2.1 Sistem Proyeksi
ia tancapkan ke tanah, ia akan Sastra lisan memiliki beberapa
meninggalkan desa. Ternyata tidak ada fungsi tertentu bagi kehidupan
satupun warga desa yang mampu masyarakat pemiliknya, yaitu sebagai
mencabutnya. Seketika itu juga Baru sistem proyeksi atau alat cerminan
Klinting mencabut lidi tersebut dan angan-angan suatu kolektif (Danandjaja,
mulai mengucur air yang sangat deras 1997, hlm. 19). Terkait dengan fungsi
dari lubang bekas tancapan lidi. Lambat sastra lisan tersebut, legenda asal-usul
laun karena derasnya aliran air Telaga Ngebel menciptakan suatu tujuan
terendamlah desa tersebut menjadi atau angan-angan yang diharapkan oleh
Telaga Ngebel. Satu-satunya orang yang masyarakat Desa Ngebel. Hal ini
selamat adalah Nyi Latung. Warga desa tercermin dari pandangan dunia
yang tenggelam di Telaga Ngebel masyarakat Desa Ngebel dalam melihat
berubah menjadi ikan Ngongok. keselarasan yang harus dijaga
Legenda tersebut merupakan masyarakat desa. Keselarasan ini
legenda yang hidup di masyarakat Desa berkaitan dengan hajat hidup
Ngebel. Masyarakat mempercayai bahwa masyarakat desa dengan keberadaan
Telaga Ngebel hingga saat ini masih ular naga yang hidup di Telaga Ngebel.
ditunggu oleh seekor ular naga. Akibat Masyarakat Desa Ngebel setiap
dari perbuatan nenek moyang mereka tahunnya melaksanakan risalah do’a dan
yang tidak ramah terhadap jelmaan ular ritual larung sesaji. Aktivitas ini
naga, bencana terjadi kepada seluruh dilakukan sebagai bentuk permohonan
warga desa. Legenda ini terus kepada penunggu Telaga Ngebel agar
diwariskan oleh masyarakat kepada senantiasa melindungi desa mereka dan
generasi-generasi muda. Selain itu, menjauhkan segala malapetaka yang
keberadaan legenda ini juga akan terjadi di desa.

68
Fungsi Legenda “Asal-Usul Telaga Ngebel” Bagi Masyarakat Desa Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Hening Larasati & Eggy Fajar Andalas)

Keberadaan Telaga Ngebel tampak dilaksanakan sebagai wujud syukur


telah menjadi bagian dalam sistem terhadap Tuhan atas berkah yang telah
spritual masyarakat dan mewujud dalam diberikan. Masyarakat Desa Ngebel
perilaku laku ritual (Andalas, 2014, hlm. meyakini dan akan selalu melaksanakan
30; Endraswara, 2009, hlm. 125). Dalam risalah do’a dan ritual larung sesaji
kehidupan masyarakat Desa Ngebel, dengan harapan mendapat keselamatan
para sesepuh desa membuat kesepakatan dan terhindar dari peristiwa buruk. Hal
mengenai penyelenggaraan risalah do’a ini memperlihatkan yang dikemukakan
dan ritual larung sesaji sebagai wujud oleh Bascom (Danandjaja, 1997, hlm. 19),
penghormatan, pengharapan, sekaligus yaitu sastra lisan, dalam konteks ini
rasa syukur atas berbagai berkah yang legenda, berfungsi sebagai sistem
diberikan oleh Telaga Ngebel terhadap proyeksi, yakni menjadi alat cerminan
masyarakat desa. Hal ini ditegaskan oleh angan-angan suatu kolektif.
salah seorang narasumber, yaitu Pak A Angan-angan atau harapan yang
(wawancara pada hari minggu, 10 dirasakan oleh suatu masyarakat
Januari 2021, pukul 15.00 WIB) yang merupakan sebuah hal yang lumrah,
menyatakan sebagai berikut. karena dengan angan-angan atau
harapan tersebut masyarakat memiliki
“Telogo Ngebel, Telogo sing paling harapan akan perubahan yang lebih baik
keramat. Tiap tahun ada orang akan terjadi di masa yang akan datang.
kecelakaan. Ada pendapat sesepuh dikei
ritualan, tolak bala”
4.2.2 Alat Pendidikan Anak
(“Telaga Ngebel, Telaga yang paling
Keberadaan legenda asal-usul Telaga
keramat. Setiap tahun ada orang
kecelakaan. Ada pendapat sesepuh Ngebel tidak hanya berfungsi sebagai
agar diberi ritual, tolak bala”) hiburan semata. Legenda asal-usul
Telaga Ngebel dalam kehidupan
Risalah do’a dan ritual larung sesaji masyarakat juga memiliki fungsi sebagai
dilaksanakan pada setiap 1 Suro di alat pendidikan bagi anak. Alat
Telaga Ngebel. Telaga Ngebel dijadikan pendidikan tidak selalu mengacu pada
sebagai tempat dilaksanakannya ritual pendidikan formal, tetapi pendidikan
larung sesaji karena Telaga Ngebel kultural yang didasarkan pada basis
dianggap sebagai telaga yang keramat nilai-nilai yang hidup di dalam
serta erat kaitannya dengan mitos Baru masyarakat (Andalas, 2018b).
Klinting dan Nyi Latung. Menurut Melalui cerita legenda asal-usul
wawancara dengan Pak H (pada hari Telaga Ngebel, anak-anak mampu
sabtu, 23 Januari 2021, pukul 18.26 WIB), mengembangkan pikirannya guna
sebagian besar masyarakat Desa Ngebel mengambil nilai-nilai positif yang
mempercayai bahwa ular naga Baru terkandung dalam cerita sekaligus
Klinting merupakan salah satu sosok membuang jauh-jauh nilai negatif dari
penunggu Telaga Ngebel. pikirannya. Menurut Pak H (wawancara
Risalah do’a dan ritual larung sesaji pada hari sabtu, 23 Januari 2021, pukul
yang dilakukan oleh masyarakat Desa 18.26 WIB) legenda asal-usul Telaga
Ngebel merupakan sarana memohon Ngebel biasanya diceritakan kepada
keselamatan dan tolak bala, selain itu anak-anak, hal tersebut sudah menjadi
risalah do’a dan ritual larung sesaji

69
Undas Vol 17, Nomor 1, Juni 2021: 63--74

kebiasaan yang telah dilakukan sejak selamat dari bencana yang melanda
dulu. Berikut kutipannya. desa.

“Ya, diceritakan. Diceritakan pada saat acara 4.2.3 Sebagai Hiburan


kumpul keluarga, sudah turun-temurun” Selain menjadi alat pendidikan anak,
sastra lisan juga berfungsi sebagai
Legenda asal-usul Telaga Ngebel hiburan. Sejalan dengan pendapat
mengandung unsur fungsi sebagai alat Bascom (Danandjaja, 1997) yang
pendidikan anak, dalam hal pendidikan menyatakan bahwa suatu sastra lisan
moral. Pendidikan moral yang terdapat mempunyai beberapa fungsi tertentu
dalam legenda asal-usul Telaga Ngebel bagi masyarakat yang memilikinya yaitu
dapat menumbuhkan sifat budi pekerti sebagai hiburan (hlm. 19).
anak-anak agar selalu berbuat baik, Suatu cerita pasti menyandang
tolong menolong, serta saling berbagi. fungsi menghibur. Menghibur tidak
Tolong menolong maksudnya hanya menggambarkan kegembiraan
sebagai manusia sudah seharusnya saja, namun juga memberi informasi
saling membantu. Karena dikisahkan serta pengetahuan dapat dikatakan
bahwa Baru Klinting kelaparan dan sebagai hiburan (Warto, 2012, hlm. 57).
meminta makan kepada warga desa, Pentikainen (1997) memperlihatkan
akan tetapi Baru Klinting diusir dan bahwa dalam sebuah pertunjukan sastra
tidak ada seorang pun yang lisan selalu terdapat dimensi hiburan
memperdulikannya, hingga Baru yang berfungsi untuk memberikan efek
Klinting bertemu dengan Nyi Latung hibur kepada partisipan yang terlibat
yang baik hati dan mau menolongnya dalam peristiwa tersebut. Pertunjukan
dengan membawa Baru Klinting ke yang dimaksud adalah peristiwa
rumahnya dan memberi Baru Klinting penceritaan yang dilakukan oleh
makanan. pendongeng (pencerita) kepada orang-
Anak-anak juga dapat belajar agar orang yang mendengarkan (Finnegan,
tidak menjadi pelit seperti warga yang 1979, hlm. 28). Dalam menuturkan
terdapat dalam legenda asal-usul Telaga legenda Telaga Ngebel kepada anggota
Ngebel. Terlihat bahwa warga desa masyarakat Desa Ngebel, legenda ini
sangat pelit karena tidak mau memberi juga menjadi sarana hiburan. Masyarakat
makan Baru Klinting, padahal daging menikmati, bahkan meyakini, peristiwa
yang diambil adalah daging milik Baru penceritaan dan kisah-kisah ajaib yang
Klinting. ada dalam legenda ini.
Selanjutnya, anak-anak juga dapat Dalam kehidupan masyarakat Desa
mencontoh kebaikan Nyi Latung dan Ngebel, cerita ini biasanya masih
memahami bahwa perbuatan yang baik diceritakan oleh ibu-ibu desa kepada
maka akan memberi balasan yang baik anak-anaknya pada waktu tertentu,
pula. Hal tersebut dapat dilihat ketika seperti sebelum tidur. Selain itu,
Nyi Latung berbuat baik dengan masyarakat sekitar juga suka
menolong Baru Klinting, ia mendapat menceritakan kisah legenda ini kepada
balasan yang baik pula. Nyi Latung para wisatawan ataupun orang yang
adalah satu-satunya manusia yang berasal dari luar desa yang berkunjung
ke Telaga Ngebel. Pak H (wawancara

70
Fungsi Legenda “Asal-Usul Telaga Ngebel” Bagi Masyarakat Desa Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Hening Larasati & Eggy Fajar Andalas)

pada hari sabtu, 23 Januari 2021, pukul Apabila ada orang yang melanggar
18.26 WIB) memperkuat hal ini dengan norma yang telah berlaku, maka orang
mengatakan bahwa legenda ini biasanya tersebut akan mengalami malapetaka.
diceritakan ketika sedang kumpul Pak A (wawancara pada hari minggu, 10
keluarga. Mendengarkan cerita tidak Januari 2021, pukul 15.00 WIB),
hanya menumbuhkan rasa hormat mengatakan bahwa sering ada orang
kepada Telaga Ngebel tetapi juga tenggelam di Telaga Ngebel. Masyarakat
menjadi sarana mempererat ikatan di Desa Ngebel mempercayai bahwa hal itu
dalam keluarga. terjadi karena orang tersebut telah
Selain itu, dengan perkembangan melanggar norma-norma yang berlaku di
teknologi digital saat ini, banyak Desa Ngebel.
reproduksi legenda Telaga Ngebel dalam Peristiwa-peristiwa buruk yang
bentuk-bentuk digital. Hal ini seperti terjadi di Desa Ngebel menghadirkan
usaha penganimasian Legenda Telaga aturan-aturan tidak tertulis, akan tetapi
Ngebel yang dilakukan oleh Triyana disepakati bersama agar dipatuhi. Dalam
(2011). Selain itu juga terdapat kehidupannya, masyarakat Desa Ngebel
penceritaan ulang yang dilakukan serta warga lain sangat menjaga perilaku
melalui kanal video youtube. Berbagai apabila berada di Telaga Ngebel,
hal tersebut memperlihatkan fungsi menjaga perilaku untuk tidak
legenda ini sebagai hiburan masyarakat. mengucapkan kata-kata kotor, meludah,
merusak alam atau perilaku yang
4.2.4 Sebagai Alat Pemaksa dan sekiranya membuat penunggu Telaga
Pengawas Ngebel marah. Hal itu dilakukan untuk
Bascom (Danandjaja, 1997, hlm. 19) menjaga keselarasan hidup serta
berpendapat bahwa sastra lisan memiliki menghindari timbulnya hal-hal yang
berbagai macam fungsi khusus bagi tidak diinginkan dalam kehidupan
masyarakat yang memilikinya, yaitu mereka.
sebagai alat pemaksa serta pengawas Tata nilai ini tidak hanya bersifat
agar norma-norma dalam masyarakat magis. Dalam perspektif ekologis,
tidak dilanggar oleh anggota kolektifnya. berbagai aturan ini memperlihatkan
Hal tersebut penting untuk dimengerti pandangan masyarakat Desa Ngebel
atau dipahami sebagai fungsi yang akan dalam menjalin keselarasan hidup
tetap menjadi patokan setiap masyarakat desa dengan alam sekitarnya
kolektifitasnya dalam berkehidupan. (Abdullah, 2017, hlm. 15; Sugiarti,
Diketahui bahwa Telaga Ngebel Andalas, Saraswati, & Kusniarti, 2019,
merupakan tempat yang keramat dan hlm. 12). Legenda menjadi medium bagi
dikaitkan dengan sosok dalam legenda masyarakat desa dalam menjaga laku
asal-usul Telaga Ngebel, yaitu Baru kehidupan terhadap sesama manusia,
Klinting dan Nyi Latung, sehingga jika dan manusia dengan alam yang telah
berada di tempat tersebut diharuskan menghidupi masyarakat Desa Ngebel.
menjaga perilaku, sesuai dengan yang
disampaikan oleh Pak H (wawancara
pada hari sabtu, 23 Januari 2021, pukul
18.26 WIB).

71
Undas Vol 17, Nomor 1, Juni 2021: 63--74

5. PENUTUP Puitika, 11(2), 150–162.


Simpulan Andalas, E. F. (2017). Dampak dan
Penelitian ini bertujuan Fungsi Sosial Mitos Mbah Bajing
mendeskripsikan fungsi legenda bagi Kehidupan Spiritual
Asal-Usul Telaga Ngebel bagi Masyarakat Dusun Kecopokan
Kabupaten Malang Jawa Timur.
kehidupan masyarakat Desa Ngebel.
Puitika, 13(1), 20–31.
Berdasarkan analisis ditemukan
Andalas, E. F. (2018a). Cerita Rakyat dan
bahwa legenda ini berfungsi sebagai Tradisi Masyarakat Agraris
1) sistem proyeksi masyarakat, 2) alat Nusantara: Mitos Dewi Sri (Jawa)
pendidikan, 3) hiburan, dan 4) alat dan Legenda Putri Mandalika
pemaksa dan pengawas masyarakat. (Sasak). In P. Karyanto (Ed.), Kisah-
Berbagai fungsi ini lahir sebagai Kisah Perempuan dan Cerita Rakyat
dampak dari keberadaan legenda Nusantara (pp. 1–12). Kajian Sastra
asal-usul Telaga Ngebel yang hidup dan Budaya Universitas Airlangga.
dalam masyarakat antargenerasi. Andalas, E. F. (2018b). Meninjau Kembali
Berbagai nilai-nilai ini diwariskan Identitas Jawa: Panji Sebuah
Representasi Identitas Lokal Jawa
antargenerasi sehingga dipersepsi
Timur. Retrieved from
sebagai kebenaran bersama dan researchgate.net
menjadi nilai kultural yang mengikat Aristama, M. F., Andalas, E. F., &
dalam kehidupan masyarakat Desa Sugiarti, S. (2020). Dampak dan
Ngebel. Fungsi Mite Semar bagi Kehidupan
Penelitian ini hanya menyoroti Masyarakat Lereng Gunung Arjuna.
fungsi legenda bagi kehidupan Poetika, 8(1), 1–12.
masyarakat. Penelitian lanjutan https://doi.org/10.22146
terkait keterkaitan legenda asal-usul /poetika.55300
Telaga Ngebel dengan dimensi Danandjaja, J. (1994). Folklor Indonesia:
spiritualitas masyarakat dapat Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain.
Pustaka Utama Grafiti.
dilakukan.
Dundes, A. (1969). Folklore as a Mirror of
Culture. Elementary English, 46(4),
DAFTAR PUSTAKA 471–482. Retrieved from
http://www.jstor.org/stable/41386
Abdullah, O. S. (2017). Ekologi Manusia 525
dan Pembangunan Berkelanjuan. Endraswara, S. (2009). Metodologi
Gramedia Pustaka Utama. Penelitian Folklor. Yogyakarta: Media
Andalas, E. F. (2014). Mitos Mbah Bajing Presindo.
dalam Sastra Lisan Masyarakat Dusun Finnegan, R. H. (1979). Oral Poetry: Its
Kecopokan Kecamatan Sumberpucung Nature, Significance, and Social
Kabupaten Malang. Universitas Context. Cambridge University
Negeri Malang. Press.
Andalas, E. F. (2015). Mitos-Mitos Harinayuetik, A. W. (2021). Tradisi
Kabupaten Malang: Cara Orang Larungan di Telaga Ngebel
Jawa dalam Menjelaskan Dunianya. Perpsektif Islam. Inovatif, 7(1), 1–15.

72
Fungsi Legenda “Asal-Usul Telaga Ngebel” Bagi Masyarakat Desa Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Hening Larasati & Eggy Fajar Andalas)

Retrieved from Putri, N. S., & Nugraha, O. A. (2017).


http://jurnal.staih.ac.id/index.php Perbandingan Struktur, Fungsi, dan
/inovatif/article/view/189 Nilai Budaya pada Legenda Telaga
Hutomo, S. S. (1991). Mutiara yang Ngebel. Pena Literasi, 3(2), 201–222.
Terlupakan. HISKI. https://doi.org/10.26740/jpi.v3n2.
Karlina, S. (2007). Proses Belajar p201-222
Kebudayaan pada Masyarakat Desa Saputro, A. W., & Albrianingrum, S.
Ngebel Kecamatan Ngebel Kabupaten (2019). Wisata Telaga Ngebel
Ponorogo. Universitas Negeri Kabupaten Ponorogo Tahun 1993-
Malang. 2000. Avatara, 7(1), 1–13. Retrieved
Miles, B. M., & Huberman, M. (1992). from
Analisis Data Kualitatif Buku Sumber https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.i
Tentang Metode-metode Baru. UIP. d/index.php/avatara/article/view
Mitanto, M., & Nurcahyo, A. (2012). /27960/25582
Ritual Larung Sesaji Telaga Ngebel Sugiarti, Andalas, E. F., & Setiawan, A.
Ponorogo (Studi Historis dan (2020). Desain Penelitian Kualitatif
Budaya). Jurnal Sejarah Dan Sastra. UMM Press.
Pembelajarannya, 2(2), 36–53. Sugiarti, S., Andalas, E. F., Saraswati, E.,
https://doi.org/10.25273/ajsp.v2i2. & Kusniarti, T. (2019). Ekologi
1459 Budaya: Studi Ekologi dalam Bingkai
Mustikawati, T. A., Sunarti, S., & Kajian Sastra Interdisipliner. Umm
Pangestuti, E. (2017). Analisis Press.
Pengembangan Sarana Prasarana Sulistyorini, D., & Andalas, E. F. (2017).
Obyek Wisata Alam Telaga Ngebel Sastra Lisan: Kajian Teori dan
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Penerapannya dalam Penelitian.
Ekonomi Masyarakat. Jurnal Malang: Madani.
Administrasi Bisnis, 53(2), 1–10. Supriadi, D., Wahjuni, E., &
Retrieved from Widiyahseno, B. (2020).
http://administrasibisnis.studentjo Pengembangan Destinasi Desa
urnal.ub.ac.id/index.php/jab/articl Wisata Alam Hutan melalui
e/download/2202/2598 Program PIID PEL di Desa Ngebel
Pentikainen, J. (1997). Ritual. In T. A. Kecamatan Ngebel Kabupaten
Green (Ed.), Folklore: An Encyclopedia Ponorogo. Jurnal Administrasi
of Beliefs, Customs, Tales, Music, and Pemerintahan Desa, 1(2), 75–81.
Art (pp. 733–736). ABC-CLIO. Retrieved from
Pramuditya, F. E. (2018). Tradisi Larungan http://villages.pubmedia.id/index.
Sesaji Ditinjau dari Hukum Islam. php/villages/article/view/6
Universitas Islam Indonesia. Syafrudin, D. (2009). Larung Risalah Do’a
Pratiwi, Y., Andalas, E. F., & Dermawan, di Telaga Ngebel sebagai Daya Tarik
T. (2018). Penelitian Sastra Wisata Budaya Kabupaten Ponorogo.
Kontekstual. Kota Tua. Universitas Sebelas Maret.
Pratiwi, Y., Andalas, E. F., Dermawan, T., Triyana, Y. (2011). Perancangan Film
& Maryaeni, M. (2018). Metode Animasi Dua Dimensi (2D) Tentang
Penelitian Sastra Lisan Kontekstual. Legenda Terjadinya Telaga Ngebel di
Kota Tua. Kabupaten Ponorogo. Universitas

73
Undas Vol 17, Nomor 1, Juni 2021: 63--74

Negeri Malang.
Warto. (2012). Wayang Beber Pacitan:
Fungsi, Makna, dan Usaha
Revitalisasi. Paramita, 22(1), 56–68.
https://doi.org/10.15294/paramita.
v22i1.2914

74

Anda mungkin juga menyukai