Anda di halaman 1dari 14

KANDAI

Volume 12 No. 2, November 2016 Halaman 283—296

LEGENDA DANAU LINDU SULAWESI TENGAH:


STRUKTUR NARATIF
(The Legend of Lindu Lake from Central Sulawesi:
Narrative Structure)

Erli Yetti
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta 13220, Indonesia
Pos-el: yettierli@gmail.com
(Diterima: 13 Maret 2016; Direvisi: 29 Agustus 2016; Disetujui: 14 Oktober 2016)

Abstract
The legend of Lindu lake is very closely related to the origin of the lake and the thoughts
of the people. To be able to uncover these thoughts can be done by analyzing the narrative
structure. Therefore, this study aimed to analyze the structure of the narrative story of the
origins of Lindu Lake. The problem discussed is how the narrative structure and the meaning
of the legend of Lindu Lake. The theory used in this research is the theory of narrative
structure developed by Levi-Strauss as implemented by Heddy Shri Ahimsa Putra when
analyzing the stories of Bajo people. The research on this legend uses qualitative methods.
The qualitative method is a method of research that has the purpose of looking for meaning,
comprehension, understanding about phenomena, events, as well as human life by directly
immersing or indirectly observing in setting, context, and a whole of the text and people.
Keywords: Lindu Lake, legend, narrative structure, central Sulawesi

Abstrak
Legenda tentang Danau Lindu sangat erat hubungannya dengan asal usul terjadinya
danau tersebut dan pemikiran masyarakatnya. Untuk dapat menguak pemikiran tersebut
dapat dilakukan dengan menganalisis struktur naratifnya. Oleh sebab itu, penelitian ini
bertujuan menganalisis struktur naratif cerita asal-usul Danau Lindu. Masalah yang dibahas
adalah bagaimana struktur naratif dan makna legenda Danau Lindu. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori struktur naratif yang dikembangkan oleh Levi-Strauss
sebagaimana yang diterapkan oleh Heddy Shri Ahimsa Putra pada saat menganalisis cerita-
cerita mengenai Orang Bajo. Penelitian terhadap legenda Danau Lindu menggunakan
metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang memiliki
tujuan mencari makna, pemahaman, pengertian,verstehen tentang suatu fenomena, kejadian,
maupun kehidupan manusia dengan terlibat langsung dan/tidak langsung dalam setting yang
diteliti, kontekstual, dan menyeluruh.
Kata-kata kunci: Danau Lindu, legenda, struktur naratif, Sulawesi Tengah

PENDAHULUAN Legenda Danau Lindu yang terletak di


wilayah Sulawesi Tengah, tepatnya di
Legenda menurut Danandjaja Kecamatan Kulawi, Kabupaten
(2007, hlm. 66) adalah prosa rakyat Donggala. Menurut Hamka Arsyad
yang dianggap sebagai suatu kejadian (2000, hlm.17), danau memiliki fungsi
yang sungguh-sungguh pernah terjadi. tunggal dan ada pula yang memiliki
Salah satu contoh legenda adalah multifungsi. Selain fungsi ekologi,

283
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 283—296

danau kaya dengan ragam hayati, tersebut adalah subetnis Kaili Tado.
fungsi lainnya untuk menunjang Mereka merupakan bagian dari etnis
kehidupan manusia. Danau Lindu Kaili (Lukman, 2007, hlm. 53). Dari
dapat memberikan beberapa fungsi hasil wawancara yang sudah dilakukan
dalam berbagai keperluan, antara lain terhadap masyarakat yang hidup di
air baku untuk penduduk sekitar dan sekitar danau tersebut didapatkan dua
pertanian untuk penduduk yang ada di versi cerita lisan mengenai danau
sekitar kantor. Danau ini memberikan tersebut. Satu versi cerita berasal dari
kehidupan bagi masyarakat di masyarakat yang tinggal di sekitar
beberapa desa di antaranya adalah desa danau, yakni dari Desa Tomado,
Langko, Desa Tomado, Desa Anca Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi.
yang disebut sebagai kawasan Desa Tomado adalah sebuah desa yang
masyarakat adat Lindu. Sebenarnya berada di pinggiran Danau Lindu. Desa
ada satu desa lagi yakni Desa Puroo, ini merupakan sebuah permukiman
tetapi desa ini dianggap sebagai desa penduduk yang telah ada sebelum areal
pendatang karena pada tahun 1960-an ini ditetapkan sebagai kawasan Taman
di wilayah desa ini telah ditempatkan Nasional Lore Lindu (Siombo, 2011,
transmigran lokal (Lukman, 2007, hlm. hlm. 435-436). Hal ini menjadi
54). Mata pencaharian yang terdata penanda bahwa satu versi cerita yang
menunjukkan bahwa sebagaian besar dianalisis berasal dari masyarakat yang
masyarakat sekitar 75% bekerja pada sudah mendiami wilayah tersebut
sektor pertanian, sebagian kecil lainnya dalam jangka waktu panjang. Satu
adalah pedagang, pegawai, dan versi cerita lainnya berasal dari
nelayan terutama penduduk di desa- masyarakat yang tidak tinggal di
desa tepian danau (Lukman, 2007, sekitar danau yaitu dari Desa Talaga,
hlm. 55). Selain itu, danau ini Kecamatan Dampelas, Kabupaten
merupakan bagian integral dari Donggala.
kawasan Taman Nasional Lore Lindu Dua versi cerita tersebut
yang meliputi areal seluas 217.991 ha. memperlihatkan adanya perbedaan
Taman nasional tersebut secara resmi yang cukup signifikan di samping
ditetapkan pada tanggal 5 Oktober persamaan-persamaannya. Munculnya
1993 dengan menyatukan tiga buah perbedaan dan persamaan tersebut
daerah cagar alam yang ada, yakni (1) akan terlihat nantinya dari analisis
cagar alam Lore Kalamata untuk struktur terhadap legenda asal usul
melindungi fauna endemik Sulawesi Danau Lindu. Hal ini dimaksudkan
yang unik, (2) Hutan Lindung dan untuk membuktikan bahwa walaupun
rekreasi Danau Lindu dengan maksud ada perbedaan dan persamaan, dua
melindungi daerah tangkapan air versi tersebut tetap termasuk tipe yang
Sungai Gambusa dan untuk sama. Sudikan (2014, hlm. 95)
pengembangan wisata, dan (3) suaka menyatakan bahwa dalam sebuah
margasatwa Lore Lindu (Lukman, cerita rakyat, para pelaku dan sifat-
2007, hlm. 47). sifatnya dapat berubah, tetapi
Mengingat berbagai kepentingan perbuatan dan peran mereka tetap
masyarakat terhadap danau tersebut, sama. Peristiwa-peristiwa dan
masyarakat di sekitar menyebut diri perbuatan-perbuatan yang berbeda-
mereka adalah To Lindu, mengikuti beda dapat mempunyai arti yang sama
nama danau tersebut. Masyarakat yang atau mengisyaratkan perbuatan yang
tinggal di kawasan Danau Lindu sama. Analisis struktur yang akan

284
Erli Yetti: Legenda Danau Lindu Sulawesi Tengah…

dilakukan terhadap dua versi legenda waktu. Menurut Sudikan, analisis mite
asal-usul Danau Lindu adalah teori (juga di dalamnya legenda) harus
yang dikembangkan oleh Levi-Strauss. berlangsung seperti analisis mengenai
Berdasarkan uraian dalam latar bahasa.Unsur-unsur mite, seperti
belakang, masalah yang akan diungkap unsur-unsur bahasa, dalam dirinya
dalam penelitian ini adalah a) sendiri tidaklah mengandung arti. Arti
bagaimana struktur legenda asal-usul itu baru muncul bila unsur-unsur
Danau Lindu? dan b) bagaimana tersebut bergabung membentuk suatu
makna legenda asal-usul Danau Lindu? struktur. Mite mengandung semacam
Tujuan penelitian ini adalah amanat yang dikodekan, dan tugas
mengungkapkan struktur dan makna penganalisis ialah menemukan dan
legenda tersebut. Dengan mengetahui mengurai kode itu serta menyingkap
struktur dan makna legenda asal-usul amanatnya. Selanjutnya, dijelaskan
Danau Lindu diharapkan dapat terkuak bahwa dengan menggunakan analisis
pemikiran kolektif yang dimiliki berdasarkan teori Levi-Strauss yang
masyarakat di sekitar danau tentang menjadi tujuan utama analisis adalah
makna Danau Lindu bagi kehidupan menemukan inti struktur yang menjadi
mereka. Hal ini sejalan dengan apa dasar. Yang dimaksud dengan struktur
yang disampaikan oleh Insriani (2015, yang mendasar ini disebutkan sebagai
hlm. 147) bahwa folklor dapat hubungan-hubungan logis antara
diinterpretasikan untuk melihat suatu elemen-elemen yang ada di dalamnya
keadaan sosial kultural suatu yang membentuk sebuah pola formal.
masyarakat. Keadaan sosio-kultural di Levi-Strauss kemudian juga
masa lampau dapat dikaitkan dengan menyampaikan bahwa dari hubungan-
kekinian melalui proses reflektif atas hubungan logis antarelemen tersebut
keadaan sosio-kultural masyarakat nantinya akan dapat ditemukan atau
setempat masa kini. Dengan demikian, akan dapat digunakan untuk
memaknai Legenda Danau Lindu dapat menyingkap struktur pemikiran
menggali kembali nilai-nilai sosial manusia dengan logika serba bagi dua
kemasyarakatan masyarakat Lindu (Sudikan, 2014, hlm. 43-44).
masa lampau yang akan bermanfaat Untuk menganalisis struktur
bagi kehidupan masyarakat Lindu legenda Danau Lindu, langkah awal
masa kini. analisis, sebagaimana disebutkan
dalam Sudikan (2014), kisah dibagi
LANDASAN TEORI dalam beberapa episode yang masing-
masing berisi suatu deskripsi mengenai
Teori yang digunakan dalam suatu hal atau memiliki suatu tema
penelitian ini adalah teori struktur tertentu. Makna masing-masing
naratif yang dikembangkan oleh Levi- episode bergantung pada keseluruhan
Strauss sebagaimana yang diterapkan teks. Oleh karena itu, penafsiran suatu
oleh Heddy Shri Ahimsa Putra (2006, episode tidak dapat hanya mengacu
hlm. 56) saat menganalisis cerita-cerita pada sesuatu yang terjadi di luar cerita
mengenai Orang Bajo. Struktur adalah tanpa memperhatikan posisi episode
hubungan-hubungan antara unsur- itu sendiri dalam keseluruhan cerita.
unsur pembentuk dalam susunan Langkah berikutnya dalam analisis ini
keseluruhan. Dalam hal ini, hubungan adalah menemukan unit-unit yang ada
antarunsur tersebut dapat berupa dalam cerita yang disebut oleh Levi-
hubungan dramatik, logika, maupun Strauss sebagai ceritheme. Suatu

285
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 283—296

kalimat dapat dianggap sebagai disampaikan terlebih dahulu tentang


ceritheme ketika di dalamnya masyarakat yang memiliki legenda
terkandung suatu relasi tertentu dan tersebut yakni masyarakat yang berada
hubungan tertentu antarelemen dalam dan hidup di sekitar danau. Wumbu
cerita. Ceritheme selanjutnya disusun (2005) menyatakan bahwa Danau
mengikuti sumbu sintagmatis dan Lindu merupakan danau yang terletak
paradigmatis karena makna suatu di Sulawesi Tengah, tepatnya di
elemen bergantung pada relasi Kecamatan Kulawi, Kabupaten
sintagmatis dan paradigmatis dengan Donggala (hlm. 20). Sebagaimana
elemen-elemen yang lain. Interpretasi sudah disebutkan sebelumnya bahwa
atas makna cerita tersebut bergantung masyarakat yang tinggal di sekitar
pada keseluruhan relasi antar danau menyebut dirinya sebagai orang
ceritheme yang berhasil diperoleh serta Lindu atau dalam bahasa Kaili disebut
makna referensial maupun kontekstual To Lindu. To Lindu merupakan
dari elemen-elemen yang ada dalam subsuku dari suku bangsa Kaili yang
ceritheme tersebut (hlm. 69-70). hidup di Sulawesi bagian tengah.
Subsuku lainnya yang merupakan
METODE PENELITIAN bagian dari suku bangsa Kaili adalah
To-ri-Palu, Biromaru, Dolo, Sigi,
Penelitian terhadap legenda Pakuli, Bangga, Baluase, Sibalaya,
Danau Lindu menggunakan metode Sidondo, Banggakoro, Tamungkolowi,
kualitatif. Metode kualitatif merupakan Baku, Kulawi, Tawaeli, Susu,
sebuah metode penelitian yang Balinggi, Dalago, Petimpe,
memiliki tujuan mencari makna, Raranggonau, dan Parigi (Hidayah,
pemahaman, pengertian, verstehen 1996, hlm. 112).
tentang suatu fenomena, kejadian, Suku bangsa Kaili merupakan
maupun kehidupan manusia dengan suku bangsa yang masyarakatnya
terlibat langsung dan/tidak langsung menggunakan sistem kekerabatan
dalam setting yang diteliti, kontekstual, bilateral yakni keluarga luas yang
dan menyeluruh (Yusuf, 2013, hlm. dalam bahasa Kaili disebut dengan
329). Metode ini juga disebutkan ntina. Hal inilah yang menjadi dasar
mengutamakan kualitas, bersifat alami untuk hubungan perjodohan yang
dan holistik, menggunakan beberapa sampai saat ini yang utama adalah
cara, serta disajikan secara naratif. ketentuan dari orang tua. Sistem
Dengan kata lain, sebagaimana kekerabatan ini diaktifkan terutama
disebutkan oleh Yusuf (2013) bahwa dalam setiap upacara daur hidup, mulai
tujuan penelitian kualitatif adalah dari kelahiran bayi sampai upacara
menemukan jawaban terhadap suatu kematian. Hal yang istimewa dari
fenomena atau pertanyaan melalui masyarakat Kailiadalah sistem
aplikasi prosedur ilmiah secara pewarisannya dilakukan menurut
sistematis (hlm. 329). keturunan ibu dan disebut uksorilokal
(Hidayah, 1996, hlm. 112).
PEMBAHASAN To Kaili merupakan kelompok
etnik terbesar jumlah dan
Tentang To Lindu persebarannya di antara kelompok-
kelompok etnik lainnya di wilayah
Sebelum membicarakan struktur Sulawesi Tengah. To Kaili menempati
legenda terjadinya Danau Lindu, akan Kabupaten Donggala dan kecamatan-

286
Erli Yetti: Legenda Danau Lindu Sulawesi Tengah…

kecamatan lain di kabupaten- Sulawesi Selatan, yaitu Sawerigading


kabupaten lain. Berdasarkan cacah dari Bone dan Payung Ari Luwu dari
jiwa, orang Kaili yang tersebar luas Kerajaan Luwu melalui intermediasi
dalamProvinsi Sulawesi Tengah raja perempuan Sigi. Keterkaitan itu
diperkirakan 45% dari seluruh dijalinkan melalui kepemilikan mereka
penduduk Sulawesi Tengah terhadap anjing pemburu yang perkasa.
(Mattulada, 1990). To Kaili terbanyak Selain itu, kehadiran tokoh
bermukim di sepanjang pantai, baik di Sawerigading juga disebutkan
pesisir barat maupun pesisir timur. membawa anasir baru kebudayaan bagi
Oleh karena itu, cara hidup dan penduduk pribumi Lembah Palu.
kebudayaan Kaili yang dominan Beberapa hal yang muncul, antara lain:
kelihatan dekat dengan kebudayaan (1) teknik pertanian berpengairan, (2)
Bugis-Makassar dan kebudayaan dewa-dewa dan upacara keagamaan,
Melayu. dan (3) lapisan sosial baru yakni
Selain itu, masih di buku yang lapisan sosial bangsawan. Kehadiran
sama, Mattulada mengatakan bahwa tokoh Sawerigading dalam hal ini
untuk menemukan pengikat solidaritas sangat erat hubungannya dengan
dalam kelompok etnik Kaili dapat lapisan sosial bangsawan (Mattulada,
ditemukan di antaranya melalui cerita 1990, hlm. 6). Hal ini membuktikan
rakyat atau dari tokoh-tokoh legenda bahwa kehadiran tokoh Sawerigading
yang dimiliki. Salah satu tokoh dalam versi kedua pada cerita
legendaris yang menjadi pengikat To terjadinya Danau Lindu memegang
Kaili adalah Sawerigading. Tokoh ini peranan cukup penting. Sawerigading
yang muncul dalam cerita rakyat yang tidak hanya menyebabkan kedua versi
berkaitan dengan terjadinya Danau tersebut berbeda. Kehadiran tokoh
Lindu pada versi kedua. tersebut tampaknya juga menandai
Sawerigading adalah tokoh bahwa versi kedua cerita terjadinya
legendaris dalam cerita rakyat tanah Danau Lindu merupakan versi yang
Kaili. Tokoh ini dihubungkan dengan baru yang sejalan dengan masuknya
kedudukan kerajaan Bone sebagai budaya baru yang dibawa oleh migran
kerajaan Bugis Selatan yang Pottenbekkers yang datang dari arah
mempunyai hubungan persaudaraan laut (Mattulada,1990, hlm.6).
dengan kerajaan di tana Kaili. Dapat Cerita versi pertama
diperkirakan bahwa hubungan- mengisahkan mengenai perkelahian
hubungan yang akrab antara Kerajaan seekor anjing milik kerajaan Sigi
Bone dengan Kerajaan Tana Kaili Liliwana dengan Lindu jahat yang
berlangsung pada abad ke-17. Adapun mengancam kehidupan masyarakat di
tokoh Sawerigading di Sulawesi sekitar dataran Lindu. Perkelahian
Selatan tersebut terdapat dalam epos tersebut dimenangkan oleh Liliwana,
La-Galigo dipandang sebagai peletak tetapi akibat perkelahian itu tempat
cikal bakal raja-raja Bugis, khususnya bekas perkelahian menjadi sebuah
di Kerajaan Luwu yang terletak di danau. Sementara versi kedua
sebelah utara Kerajaan Bone. Danau mengisahkan perkelahian antara La
Lindu terbentuk pada masa kira-kira Bolong, anjing Sawerigading yang
5—6 juta tahun yang lalu. Kedua berkelahi dengan Lindu. Perkelahian
riwayat mengaitkan riwayat itu membuat lobang besar yang
pembentukan Danau Lindu dengan kemudian menjadi sebuah danau.
Kerajaan Sigi dan bangsawan dari

287
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 283—296

Sementara itu, Sawerigading batal Tomado, Kecamatan Lindu, Kabupaten


menikahi Ngilinayo. Sigi, Sulawesi Tengah dan versi kedua
adalah cerita dari Ali Ibrahim
Struktur Legenda Terjadinya Jalalioyang merupakan penduduk Desa
Danau Lindu Talaga Kecamatan Dampelas,
Kabupaten Donggala, Sulawesi
Kajian struktur legenda Tengah. Berikut dua versi cerita yang
terjadinya Danau Lindu ini diterapkan disajikan perepisode.
pada dua versi cerita. Versi pertama
adalah cerita dari Sudarminto Ningki
yang merupakan penduduk Desa

Tabel 1
Episode Cerita Legenda Danau Lindu
Episode cerita versi Sudarminto Ningki, Episode Cerita versi Ali Ibrahim Jalalio dari
penduduk Desa Tomado, Kecamatan Lindu, Desa Talaga, Kecamatan Dampelas,
Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

Episode 1 Episode 1
Pada zaman dahulu dataran Lindu belum menjadi Sawerigading mampir ke Tanah Kaili pulang dari
tempat tinggal manusia karena di rawa hidup perjalanannya ke negeri Cina
seekor lindu (belut) raksasa yang ganas.

Episode 2 Episode 2
Masyarakat resah kemudian mengadakan Di tanah Kaili raja yang berkuasa pada saat itu
musyawarah untuk merundingkan bagaimana bernama Ngilinayo yang berparas cantik,
caranya membunuh lindu yang jahat. Sawerigading ingin menikahinya.

Episode 3 Episode 3
Musyawarah memutuskan untuk meminta bantuan Ngilinayo mengajukan syarat ayam aduan
ke Kerajaan Sigi yang saat itu dipimpin oleh raja Sawerigading harus dapat mengalahkan ayam
perempuan bernama Bunga Manila yang konon aduan sang ratu.
memiliki seekor anjing pemburu yang berani
bernama Liliwana.

Episode 4 Episode 4
Namun, pada kenyataannya Ratu Bunga Manila Masyarakat Sigi sudah mempersiapkan
tidak memiliki Liliwana. Yang memiliki Liliwana pertarungan tersebut, namun malam sebelum
adalah raja Kerajaan Luwu di Sulawesi Selatan. pertarungan tersebut berlangsung, pertarungan
Ratu Bunga Manila mengirimkan utusan untuk dibatalkan.
memohon bantuan Kerajaan Luwu.

Episode 5 Episode 5
Utusan Kerajaan Sigi menyampaikan permintaan Anjing Sawerigading yang bernama La Bolong
bantuan untuk menumpas lindu dengan memohon terperangkap dalam lobang besar dan berkelahi
ijin meminjam anjing Liliwana. Permohonan dengan lindu.
tersebut dikabulkan oleh Raja Luwu.

Episode 6 Episode 6
Anjing pemburu dan utusan Kerajaan Sigi La Bolong berhasil mengalahkan Lindu raksasa.
melakukan perjalanan dari Kerajaan Luwu ke Sigi
dalam waktu satu hari yang biasanya dilakukan
dalam waktu tujuh hari.

288
Erli Yetti: Legenda Danau Lindu Sulawesi Tengah…

Episode 7 Episode 7
Pertarungan antara Liliwana dan lindu Lubang bekas perkelahian terisi air dan
berlangsung lama. Akhirnya, Liliwana dapat membentuk sebuah danau.
mengalahkan lindu.

Episode 8 Episode 8
Masyarakat dapat menempati wilayah sekitar Sawerigading tidak jadi menikah dengan
rawa dengan aman. Akibat perkelahian antara Ngilinayo.
Liliwana dan Lindu permukaan rawa menjadi
semakin luas dan membentuk sebuah danau besar
yang disebut oleh masyarakat sebagai Rano Lindu
atau Danau Lindu.

Dari perbandingan terhadap dua kepada suku lain (kerajaan lain). Hal
versi tersebut terbaca perbedaan yang ini memunculkan skema berikut.
cukup besar, yakni bahwa pada versi
pertama lindu merupakan ancaman ML: membunuh lindu—meminta
bagi masyarakat sehingga masyarakat bantuan—Kerajaan Sigi—
di sekitar lindu tersebut harus Kerajaan Luwu
memohon bantuan kepada orang lain
sedangkan pada versi kedua lindu Skema ini memberikan
bukanlah ancaman. Pertarungan antara gambaran bahwa melalui kisah ini
anjing dan lindu merupakan peristiwa dapat ditengarai bahwa sudah ada
kebetulan saja. Apabila dibuatkan hubungan antara masyarakat di sekitar
skema untuk versi pertama akan Danau Lindu pada masa itu dengan
terlihat sebagai berikut. Kerajaan Sigi dan Kerajaan Luwu. Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan
L: ancaman masyarakat—kalah dengan dunia luar sudah menjadi
berkelahi—mati—membentuk bagian dari kehidupan masyarakatnya.
danau Ini membuktikan bahwa masyarakat di
sekitar Danau Lindu adalah
Sementara itu, untuk versi kedua masyarakat yang terbuka. Hubungan
adalah sebagai berikut. dengan dunia luar tampaknya menjadi
hal yang utama bagi masyarakat di
L: bukan ancaman—kalah sekitar Danau Lindu lebih terlihat lagi
berkelahi—mati—membentuk pada versi kedua. Sejak awal kisah
danau dalam versi kedua menyampaikan hal-
hal yang berhubungan dengan dunia
Perbedaan antara versi pertama luar. Versi kedua tidak mengisahkan
dan versi kedua tersebut yang cukup masyarakat di sekitar Danau Lindu,
signifikan adalah persoalan yang tetapi mengisahkan perjalanan tokoh
mencakupi masalah bahwa pada versi Sawerigading. Dikisahkan Sawerigading
pertama lindu merupakan ancaman mampir di tanah Kaili (masyarakat
sementara pada versi kedua lindu Sigi) dalam perjalanannya dari negeri
bukan ancaman. Keberadan lindu Cina. Skema kisah Sawerigading (S)
sebagai ancaman menyebabkan ini adalah sebagai berikut,
munculnya keperluan dari masyarakat
Lindu (ML) untuk meminta bantuan

289
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 283—296

S:pulang dari negeri Cina—jatuh istimewa. Pada versi kedua sang anjing
cinta—Ratu Bunga Manila— juga istimewa namun keistimewaannya
harus memenuhi persyaratan bukan karena dibutuhkan oleh
masyarakat. La Bolong istimewa
Yang menjadi persoalan utama karena dia dimiliki oleh tokoh yang
dalam versi kedua adalah keinginan istimewa, yakni Sawerigading.
Sawerigading menikahi Ngilinayo raja Terjadinya sebuah danau dapat
di Tanah Kaili. Untuk dapat menikahi dikatakan merupakan sebuah peristiwa
Ngilinayo, Sawerigading harus alam yang cukup besar. Kisah tentang
mengikuti persyaratan yang diajukan terjadinya Danau Lindu baik versi
oleh sang ratu yaitu ayam aduannya pertama maupun versi kedua adalah
harus dapat mengalahkan ayam aduan salah satu usaha masyarakat di sekitar
sang ratu. Namun, persoalan utama wilayah tersebut untuk memahami
tersebut kemudian menjadi tergeser terjadinya danau tersebut. Pada
oleh peristiwa tidak sengaja yang peristiwa Danau Lindu masyarakat
dialami oleh anjing Sawerigading yang memahami terjadinya danau tersebut
terperosok ke dalam sebuah lubang dan adalah sebagai akibat perkelahian
harus berkelahi dengan seekor lindu. antara anjing dan lindu. Pada versi
Peristiwa sampingan ini kemudian pertama di wilayah tersebut dikisahkan
menggeser persoalan utama karena sudah ada wilayah yang memiliki
pada akhirnya Sawerigading tidak jadi rawa-rawa. Rawa-rawa tersebut makin
menikahi Ngilinayo akibat terjadinya lebar dan luas akibat perkelahian
peristiwa perkelahian sang anjing. antara anjing dan lindu yang kemudian
Pada versi kedua ini perkelahian membentuk sebuah danau. Pada versi
antara lindu dan anjing bukan kedua danau terjadi karena lobang
merupakan persoalan utama bekas perkelahian antara anjing dan
sebagaimana yang tergambarkan pada lindu terisi air yang kemudian
versi pertama. Pada versi pertama membentuk sebuah danau.
perkelahian antara anjing dan lindu Perkelahian antara anjing dan
menjadi persoalan utama. Hal lain lindu inilah yang tampaknya menjadi
yang juga menjadi perbedaan antara skema utama legenda terjadinya Danau
versi pertama dan versi kedua adalah Lindu. Perkelahian itu dimenangkan
nama anjing yang berkelahi dengan oleh sang anjing. Ini juga dapat
lindu. Pada versi pertama, nama anjing menjadi bagian dari skema tersebut.
tersebut adalah Liliwana sementara Yang berkelahi adalah anjing dan belut
pada versi kedua namanya adalah La ini juga dapat pula menjadi bagian
Bolong. Unsur nama “La” merupakan skema utama. Pada versi kedua muncul
unsur nama khas di Sulawesi Tengah binatang yang lain yakni ayam, tetapi
yang dalam skema keturunan ayam tidak berkelahi dengan belut.
Sawerigading salah satunya disebutkan Hadirnya ayam dalam versi kedua
sebagai La Malala. Selain nama, hanya menandai bahwa pada masa
perlakuan untuk anjing tersebut juga tersebut sebagaimana raja-raja yang
berbeda. Pada versi pertama, Liliwana lain, Sawerigading juga memiliki ayam
diperlakukan istimewa, yakni anjing aduan yang menjadi salah satu simbol
itu harus diperlakukan seperti anak kekuatan sang raja. Namun, tidak
sendiri. Hal ini terjadi karena sang berhubungan langsung dengan
anjing diminta untuk membantu keberadaan lindu dan terjadinya
menumpas lindu. Sang anjing menjadi sebuah danau.

290
Erli Yetti: Legenda Danau Lindu Sulawesi Tengah…

Pada versi pertama dan versi besar di wilayah Sulawesi yakni tokoh
kedua ini tampaknya yang lebih Sawerigading.
dikenal oleh masyarakat, kisah Tokoh ini sebagaimana
mengenai danau lindu ini sebagaimana digambarkan dalam silsilah berikut
sudah disebutkan tidak dapat merupakan seorang raja besar dari
dilepaskan dari kisah seorang tokoh Kerajaan Bone.

Gambar 1
Silsilah Kerajaan Bone

Sumber: https://indotim.wordpress.com/budaya-indonesia/budaya-indonesia-timur/ sawerigading/

Tokoh Sawerigading sebagaimana utama dalam naskah La Galigo.


disebutkan dalam sebuah artikel yang Sawerigading dalam silsilah Kerajaan
berjudul “Sawerigading” dalam laman Bone merupakan ayah dari La Galigo.
Budaya Indonesia Timur: Tata Tokoh ini adalah perpaduan antara
Kehidupan Masyarakat Kawasan Dewa Langit (Bontiq Langiq) dan
Indonesia Timur, merupakan tokoh Dewa Bawah Laut (Buriq Liu) yang

291
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 283—296

ditempatkan di bumi sebagai penguasa. catatan adalah skema hubungan antara


Sawerigading memiliki 4 sifat utama masyarakat dengan dunia luar.
yakni getteng (teguh pendirian), Pada versi pertama hubungan
warani (berani), lempuq (jujur), dan dengan dunia luar muncul antara
macca (pintar). Sebagai raja yang masyarakat Lindu dengan Kerajaan
besar, Sawerigading memiliki perahu Sigi dan Kerajaan Luwu. Sementara
besar yang memiliki pengiring pasukan itu, pada versi kedua hubungan terjadi
berjumlah ribuan. antara Tanah Kaili dengan rajanya
Tokoh Sawerigading ini menjadi Ngilinayo dan Sawerigading yang
penting pada versi kedua karena merupakan Raja Bone yang baru
sebagaimana disebutkan oleh datang dari Negeri Cina. Skema untuk
Mattulada (1989), kisah terjadinya versi pertama adalah sebagai berikut.
Danau Lindu ini merupakan bagian
dari legenda Sawerigading dan MK: diganggu lindu—Kerajaan
sebagaimana diketahui bahwa kisah La Sigi—Kerajaan Luwu
Galigo yang di dalamnya dikisahkan
mengenai Sawerigading merupakan Skema hubungan dengan dunia
cikal bakal kerajaan-kerajaan Bugis. luar sebagai berikut.
Kisah mengenai pertarungan antara
anjing dan lindu terutama dalam versi S: mampir dari Negeri Cina—
kedua tampaknya menjadi bagian dari jatuh cinta pada Ngilinayo
kisah Sawerigading yang dalam versi (Tanah Kaili)—gagal
pertama menjadi kisah utamanya. Hal
ini tampaknya berkaitan dengan Dari skema tersebut hubungan
penutur legenda tersebut. Versi dengan dunia luar yang terlihat jelas
pertama dituturkan oleh salah satu justru pada versi pertama karena pada
anggota masyarakat yang berdiam di versi pertama masyarakat di sekitar
sekitar danau, sementara versi kedua danau meminta pertolongan kepada
dituturkan oleh anggota masyarakat Kerajaan Sigi dan kemudian Kerajaan
yang tinggal di luar masyarakat Lindu. Sigi meminta pertolongan ke Kerajaan
Skema pertarungan antara anjing Luwu. Pertolongan pun disampaikan
dan lindu yang kemudian dimenangkan kepada masyarakat Lindu karena
oleh sang anjing dan bekas pertarungan disebutkan adanya hubungan baik
tersebut menjadi danau tampaknya antara masyarakat Lindu dengan
merupakan skema utama legenda Kerajaan Sigi yang selanjutnya
terjadinya Danau Lindu. Hanya saja Kerajaan Sigi berhubungan baik
kemudian karena versi kedua dengan Kerajaan Luwu sehingga
dituturkan oleh masyarakat di luar mereka dapat meminta pertolongan
orang Lindu skema utama tersebut kepada Kerajaan Luwu yang memiliki
menjadi bagian dari skema kisah yang anjing sakti. Pertolongan kepada
lebih besar lagi yakni skema kisah masyarakat Lindu dapat terwujudkan
tokoh Sawerigading yang merupakan karena adanya hubungan baik antara
kisah mengenai raja-raja Bone. kerajaan-kerajaan yang ada. Sementara
Sementara itu, versi pertama karena itu, pada versi kedua yang dituturkan
memang dituturkan oleh masyarakat di oleh masyarakat di luar lindu
sekitar danau skema utamanya adalah hubungan dengan dunia luar tidak
skema pertarungan antara anjing dan tersampaikan secara jelas. Hubungan
lindu. Hal lain yang juga menjadi antara Sawerigading dengan raja

292
Erli Yetti: Legenda Danau Lindu Sulawesi Tengah…

Tanah Kaili, Ngilinayo baru terjadi upacara-upacara adat. Sementara itu,


ketika Sawerigading mampir dari pada legenda terjadinya Danau Lindu,
Negeri Cina. Hubungan tersebut kewajiban tolong-menolong terlihat
kemudian kandas, mereka tidak jadi ketika masyarakat Lindu memerlukan
menikah karena adanya pertarungan pertolongan untuk menumpas lindu
antara anjing dan lindu. Sawerigading yang jahat. Pada versi ini tergambar
kemudian hanya menjadi teman baik dengan jelas bagaimana
bagi Ngilinayo. Selain antara penduduk/masyarakat di sekitar danau
Sawerigading (Bugis) dan Ngilinayo secara bersama-sama memikirkan cara
(Kaili), hubungan dengan dunia luar untuk dapat mengalahkan lindu yang
dalam versi kedua tidak dapat jahat. Hal tersebut mereka lakukan
terwujudkan. dengan jalan musyawarah untuk
Melalui skema utama mendapatkan kesepakatan.
sebagaimana sudah dipaparkan tampak Lindu itu benar hidup bak raja di
bahwa seperti tergambarkan pada versi daerah rawa yang mahaluas selalu
pertama yang merupakan kisah yang memangsa hewan-hewan hutan yang
dituturkan oleh masyarakat Lindu yang datang untuk minum dipinggiran rawa.
berarti dikisahkan melalui sudut Tidak jarang pula manusia yang
pandang dalam dan versi kedua yang tersesat di sekitar rawa menjadi
merupakan kisah yang dituturkan oleh santapannya. Sehingga lama-kelamaan
masyarakat di luar Lindu yang berarti jumlah anggota masyarakat yang
dikisahkan melalui sudut pandang luar menjadi mangsa lindu menjadi banyak
memiliki skema yang sama. Hal ini dan terus bertambah banyak sehingga
berarti bangunan struktur kisah mengakibatkan keresahan di kalangan
terjadinya Danau Lindu berasal dari masyarakat lindu. Keresahan yang
skema utama tersebut. menumpuk mulai menimbulkan
ketakutan yang menghantui seluruh
Makna Legenda Terjadinya Danau masyarakat pasa saat itu. Keadaan ini
Lindu mendorong totua maradika, ngata dan
todea berkumpulah di suatu tempat
Sebagaimana sudah disampaikan untuk menyelenggarakan musyawarah
sebelumnya bahwa dua versi cerita (Mo Libu), dalam musyawarah itu para
mengenai asal-usul terjadinya Danau tokoh merundingkan cara untuk
Lindu memiliki skema utama yaitu membunuh lindu yang jahat itu
pertarungan antara seekor anjing (transkripsi cerita lisan dari pencerita
pemburu dengan seekor lindu yang Sudarminto Ningki, penduduk Desa
dimenangkan oleh anjing pemburu. Tomado, Kecamatan Lindu, Kabupaten
Dari skema utama tersebut melalui Sigi, Sulawesi Tengah).
setiap versi berikut akan diuraikan Selain itu, konsep tolong-
makna setiap versi menyangkut makna menolong pada cerita asal-usul
perbedaan antara dua versi itu. Pada terjadinya Danau Lindu versi pertama
versi pertama, yang penting untuk sebagaimana disebutkan dalam
diketahui adalah konsep tolong- transkripsi cerita tersebut disebut
menolong antaranggota kekerabatan dengan mo libu. Penyebutan dengan
yang dalam bahasa Kaili disebut istilah khusus pada masyarakat
dengan sintuvu (Hidayah, 1996, hlm. tersebut merupakan salah satu bukti
113). Konsep tersebut pada saat ini bahwa musyawarah—yang dalam hal
lebih terlihat pada pelaksanaan ini merupakan konkretisasi dari konsep

293
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 283—296

tolong-menolong—adalah bagian dari yang membawa anasir kebudayaan


tradisi masyarakat tersebut. Hal ini baru, yakni kebudayaan yang
menandai bahwa konsep tolong- mengenal lapisan sosial bangsawan
menolong menjadi salah satu ciri suku sebagai lapisan baru. Sebagaimana
bangsa tersebut dan hal tersebut disebutkan pula oleh Matullada (1990)
terekam dalam cerita masyarakat. bahwa mitos/legenda Sawerigading
Dalam hal ini adalah cerita mengenai yang terdapat dalam Epos Galigo
asal usul terjadinya Danau Lindu, yang diduga persebarannya meliputi daerah
dikisahkan oleh masyarakat yang yang amat luas dari pantai Barat di
berada di sekitar danau. Hal ini juga Selatan Makassar sampai ke Luwuk
membuktikan bahwa konsep tersebut Banggai di Teluk Tolo (hlm. 6). Apa
sampai pada saat kisah disampaikan yang disampaikan oleh Matullada
masih merupakan konsep utama tersebut terbukti dengan keberadaan
masyarakat setempat. tokoh Sawerigading pada cerita asal-
Hal ini berbeda dengan usul terjadinya Danau Lindu yang
pemaknaan pada versi kedua cerita berada di wilayah Sigi.
asal-usul Danau Lindu yang Dari dua versi tersebut dapat
dikisahkan bukan oleh orang yang dinyatakan di sini bahwa yang
tinggal di sekitar Danau Lindu. Pada mengikat kedua versi tersebut
versi kedua yang menjadi makna tampaknya kemudian menjadi ciri
utama adalah hubungan antara tokoh utama suku bangsa yang mendiami
Sawerigading dan Ratu Kerajaan Sigi wilayah Lindu yang sampai saat ini
yakni Ngilinayo. Kedua tokoh besar ini adalah konsep tolong-menolong
akan melaksanakan pernikahan, tetapi Zulyani Hidayah (1996). Suku bangsa
karena peristiwa perkelahian antara Kaili yang secara khusus mendiami
lindu dan anjing pemburu milik daerah sekitar Danau Lindu disebut
Sawerigading, pernikahan tersebut sebagi To Lindu merupakan sebuah
batal. Akhirnya, keduanya berikrar masyarakat yang hidup dengan konsep
untuk menjadi saudara. Dari peristiwa utama gotong-royong. Hal ini terbukti
tersebut konsep tolong-menolong juga dengan jelas bahwa cerita asal-usul
tampak, tetapi bukan merupakan terjadinya Danau Lindu dalam dua
makna utama. Konsep ‘menjadi versi sampai saat ini masih diingat oleh
saudara’ di dalamnya terkandung masyarakatnya.
makna ‘tolong-menolong’, tetapi hal
itu terjadi setelah peristiwa lain PENUTUP
berlangsung. Yang menjadi makna
utama pada versi kedua ini adalah Sebuah suku bangsa yang
adanya hubungan antara tokoh mendiami sebuah tempat tertentu
Sawerigading dan Kerajaan Sigi. memiliki kisah-kisah yang merupakan
Melalui cerita asal-usul ini dibuktikan konkretisasi pemikiran-pemikiran yang
bahwa pada masa tersebut, mereka miliki. Nilai-nilai utama dalam
sebagaimana sebelumnya sudah kisah-kisah tersebut dapat menjadi ciri
disampaikan, penduduk pribumi utama suku bangsa tersebut. Pada
lembah Palu yang di dalamnya cerita asal-usul terjadinya Danau Lindu
termasuk masyarakat yang mendiami setelah dianalisis struktur dan
wilayah sekitar Danau Lindu saat ini maknanya didapatkan bahwa struktur
menerima migrasi penduduk dari arah dua versi cerita yang dibahas tidak
laut (Selatan, kemungkinan Makassar) jauh berbeda. Versi pertama memiliki

294
Erli Yetti: Legenda Danau Lindu Sulawesi Tengah…

struktur cerita yang bertumpu pada kepulauan tersebut.Hal ini


perkelahian antartokoh. Versi yang membuktikan adanya persebaran
kedua juga demikian. Namun, ada kebudayaan yang tampaknya berinduk
perbedaan sedikit yakni versi pertama pada kisah-kisah di seputar
memunculkan permintaan bantuan Sawerigading.
kepada pihak luar, sementara versi
kedua justru ada orang luar (dalam hal DAFTAR PUSTAKA
ini Sawerigading) yang datang ke
masyarakat di Sigi. Hal lain yang Ahimsa-Putra, H. S. (2006).
membedakan dari segi struktur cerita Strukturalisme Levi-Strauss:
adalah perkelahian pada versi pertama Mitos dan karya sastra.
merupakan kesengajaan, sementara Yogyakarta: Kepel Press.
pada versi kedua perkelahian Budaya Indonesia Timur. (2009).
disebabkan oleh ketidaksengajaan. Sawerigading dalam
Sementara itu, dari segi makna cerita https://indotim.wordpress.
tentang Danau Lindu ini com/budaya-
menyampaikan makna tersirat indonesia/budaya-indonesia-
berdasarkan hasil analisis bahwa timur/sawerigading/.
masyarakat yang hidup di sekitar Diperoleh dari 31 Juli 2015.
Danau Lindu atau disebut juga dengan Danandjaja, J. (2007). Folklor
To Lindu merupakan masyarakat yang Indonesia: Ilmu gosip,
memiliki konsep utama dalam dongeng, dan lain-lain. PT
menjalani kehidupannya, yaitu konsep Grafiti Pers. Jakarta.
tolong-menolong. Konsep itu melekat Hamka A. (2000). Objek wisata di
dengan sangat baik dalam ingatan Sulawesi Tengah. Palu:
masyarakatnya yang terekam dalam Edukasi Mitra Grafika.
kisah terjadinya Danau Lindu. Selain Hidayah, Z. (1996). Ensiklopedi Suku
itu, konsep tersebut juga melekat pada Bangsa di Indonesia. Jakarta:
kisah terjadinya Danau Lindu yang LP3ES.
dituturkan oleh masyarakat di tempat Insriani, H. (2015). Cerita rakyat
lain walaupun dalam porsi lebih kecil. sebagai media pendidikan
Akan tetapi, semuanya membuktikan karakter: Sebuah upaya
bahwa konsep-konsep dasar pembacaan reflektif. Jurnal
masyarakat yang digunakan sebagai Jantra, 10(2): 133-248.
panduan kehidupan masyarakatnya Lukman. (2007). Danau Lindu:
sampai saat ini dapat diawetkan dalam Keteduhan yang merindu.
kisah-kisah yang dimiliki oleh Jakarta: LIPI Press.
masyarakatnya. Matullada, H.A. (1990). Sejarah
Di sisi yang lain, dari analisis kebudayaan To Kaili. Palu:
terhadap cerita asal-usul terjadinya Badan Penerbit Universitas
Danau Lindu dapat dibuktikan bahwa Tadulako.
tokoh Sawerigading merupakan tokoh Siombo, M. R. (2011). Kearifan Lokal
penting dalam sejarah perkembangan dalam Perspektif Hukum
kehidupan suku-suku bangsa yang ada Lingkungan. Jurnal Hukum,
di Kepulauan Sulawesi. Kemunculan 18(3): 428-443.
tokoh ini dalam cerita asal-usul Sudikan, S. Y. (2014). Metode
terjadinya Danau Lindu juga menandai penelitian sastra lisan.
persebaran masyarakat di wilayah

295
Kandai Vol. 12, No. 2, November 2016; 283—296

Cetakan kedua. Lamongan: Tengah. Penerbit: Proyek


Pustaka Ilalang. Pengkajian dan Pembinaan Nilai-
Yusuf, A. M. (2014). Metode Nilai Budaya. Direktorat Sejarah
penelitian kuantitatif, dan Nilai Tradisional.
kualitatif, & penelitian Departemen Pendidikan dan
gabungan. Jakarta: Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Prenanamedia Grup. Kebudayaan.
Wumbu, I. B. (2005). Pengembangan
pariwisata terhadap kehidupan
sosial budaya di Sulawesi
.

296

Anda mungkin juga menyukai