Anda di halaman 1dari 6

Perbandingan Intrinsik dan Ekstrinsik Cerita Danau Toba dan Cerita

Tsuru no Ongaeshi

(Analisi Perbandingan Sastra)

Oleh:

Aditya Bagus Kurniawan (19210141053)

Dosen Pengampu:

Kusmarwanti, S.S., M.Pd., M.A.

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
BAB I

1.1. Latar Belakang

Cerita rakyat adalah cerita yang ada dan beredar pada lingkungan masyarakat pada suatu
wilayah yang diwariskan turun-temurun. Cerita rakyat umumnya mengandung nilai-nilai
kearifan lokal yang biasanya berkaitan dengan terjadinya suatu hal.

Penyebaran informasi yang pesat membuat cerita-cerita rakyat dari berbagai wilayah
memiliki kesamaan. Seperti Cerita rakyat Danau Toba dari Indonesia dan Tsuru no Ongaeshi
dari Jepang.Cerita rakyat Danau Toba merupakan kisah turun temurun yang eredar di
Sumatera Barat, Cerita ini berisi asal-usul terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir,
sedangkan Tsuru no Ongaeshi adalah cerita rakyat dari jepang yang mengisahkan tentang
burung bangau yang menjelma menjadi gadis agar bisa membantu kakek yang telah
membantunya.

Cerita Danau Toba memiliki kemiripan dengan Tsuru no Ongaeshi, kedua cerita itu
mengisahkan tentang hewan yang berubah menjadi sosok gadis cantik yang kemudian
membantu tokoh yang telah membantunya. Memiliki beberapa persamaan dalam beberapa
peristiwa sehingga kedua cerita ini menarik untuk dibandingkan.

Kedua cerita ini memiliki kesamaan dalam beberapa unsur intrinsik, tetapi ada pula
perbedaan dalam nsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Perbandingan cerita ini berfokus pada
unsur intrinsik dan ekstrinsiknya untuk mengetahui perbedaan dan persamaan makna dan
pengaruh kebudayaan pada isi kedua cerita tersebut.

2.1. Rumusan Masalah

1. Apa rumusan intrinsik dan ekstrinsik dalam cerita Danau Toba dan Tsuru no
Ongaeshi?
2. Bagaimana perbedaan dan persamaan yang muncul berdasarkan unsur intrinsik dan
ekstrinsik dalam cerita Danau Toba dan Tsuru no Ongaeshi?

3.1. Tujuan
1. Mengetahui unsur intrinsik dan ektrinsik dari cerita Danau Toba dan Tsuru no
Ongaeshi.
2. Memberikan informasi mengenai perbandingan kedua karya sastra dengan
memaparkan persamaan dan perbedaan dari cerita Danau Toba dan Tsuru no
Ongaeshi.

BAB II

1.2. Isi dan Pembahasan


1. Unsur intrinsik
1) Tema
Tema pada cerita Danau Toba adalah tentang pentingnya mnjaga rahasia dan
memegang janji. Karena dari awal telah terjadi perjanjian antara Putri dengan
Toba untuk tidak membongkar rahasia Putri yang berasal dari ikan, namun ketika
Toba geram dengan kelakuan anaknya maka janji yang selama ini dia jaga
akhirnya pupus.
Tema yang hampir serupa juga terdapat dalam cerita Tsuru no Ongaeshi,
perjanjian antara seorang gadis dengan kakek dan nenek yang kemudian dilanggar
oleh kakek karena mengkhawatirkan kondisi fisik sang Gadis yang sudah sangat
lemah.
2) Tokoh
Terdapat tiga tokoh dalam cerita Danau Toba, yaitu satu tokoh utama yang
bernama Toba dan dua tokoh pembantu yaitu istri Toba yang bernama Putri dan
anaknya yang bernama Samosir.
Jumlah tokoh yang sama juga termuat dalam cerita Tsuru no Ongaeshi, yaitu
seorang kakek, nenek dan gadis.
3) Alur
Kedua alur dari cerita yang dibahas dalam jurnal ini yaitu maju. Namun,
dalam cerita Danau Toba terdapat satu sorot balik (flashback) saat Putri
menceritakan kutukan dari dewa yang mengubahnya menjadi makhluk apapun
yang menyentuhnya.
4) Latar
a. Latar Tempat
Latar tempat dalam danau toba yaitu di sungai, rumah, dan ladang. Sedangkan
dalam tsuru no ongaeshi, latar tempatnya hanya kota dan rumah.
b. Latar Waktu
Cerita Danau Toba memiliki latar waktu siang hari, sedangkan Tsuru no
Ongaeshi memiliki latar waktu siang dan malam hari.
5) Amanat
Amanat yang terkandung dalam masing-masing cerita adalah untuk tidak
melanggar janji, karena ketika kita melanggar janji maka kita akan
menghancurkan perasaan orang lain yang telah menaruh kepercayaan kepada kita
yang setelah itu kita langgar.

2. Unsur Ekstrinsik
1) Budaya
Budaya merupakan sebuah aspek yang perannya sangat penting dalam
memengaruhi sebuah karya sastra, khususnya cerita rakyat. Cerita rakyat
kebanyakn berisikan nilai-nilai budaya warga setempat.
Dalam filosofi masyarakat Batak, Ikan Mas dekke sitio-tio dan dekke simudur-
mudur. Ikan ini melambangkan kemurnian hidup yang dikihat dari habitat ikan
mas yang hidup di air jernih dan memiliki tubuh yang bersih dan berkilau. Ikan
ini juga melambangkan kedamaian hidup turun temurun seperti ikan mas yang
berenang secara bergerombol (marudur-udur).
Ikan Mas dalam budaya batak sangatlah penting, dalam setiap setiap kegiatan
adat, ikan mas menjadi santapan utama. Ketika acara pernikahan, sepasang
kekasih yang baru saja menikah akan di hidangkan satu ekor ikan mas untuk
dimakan berdua, dua ekor ikan mas untuk pasangan yang baru memiliki anak,
lima ekor untuk pasangan yang sudah memiliki cucu,dan tujuh ekor yang
disajikan untuk pemimpin masyarakat batak.
Burung bangau merupakan burung yang tidak lepas dari keindahan. Burung
bangau memiliki kedudukan tersendiri dalam kebudayaan Jepang, yaitu
melambangkan kemujuran. Unsur-unsur berbau burung bangau banyak sekali
ditemui dalam kebudayaan jepang, seperti origami berbentuk burung bangau,
kimono yang banyak bercorak burung bangau,dan banyaknya karya sastra yang
menceritakan bangau.
2) Geografis dan Mata Pencaharian
Letak geografis danau toba yaitu dataran tinggi yang memiliki tanah yang
subur, udara segar, dan aliran sungai. Hal ini berdampak langsung dalam cerita
Danau Toba, dimana terdapat sungai yang digunakan masyarakat setempat untuk
mencari ikan. Tanah yang subur juga dimanfaatkan oleh Masyarakat setempat
untuk bercocok tanam, sehingga pekerjaan Toba dalam cerita Danau Toba adalah
petani.
Sedangkan Letak geografis Jepang yang berada di Asia timur membuat Jepang
memiliki empat musim, yaitu musim semi, gugur, panas, dan dingin. Musim
tersebut mempengaruhi isi dari cerita Tsuru nno Ongaeshi karena menggunakan
latar waktu ketika musim dingin. Musim dingin juga mempengaruhi mata
pencaharian masyarakat setempat. Pada musim dingin, masyarakat desa bekerja
mengumpulkan kayu bakar yang bisa dijual ke kota untuk kebutuhan
penghangatan.

BAB III

1.3. Simpulan
Cerita rakyat merupakan hasil dari kebudayaan masyarakt dari sebuah daeran. Cerita
rakyat cenderung menceritakan tentang terjadinya sesuatu hal. Penyebaran informasi yang
pesat dan juga turun temurun membuat sebuah cerita diceritakan tidak sama dari cerita
yang pertama kali diceritakan. Hal ini dapat berakibat terhadap kemiripan isi dari
beberapa karya sastra.
Persamaan cerita Danau Toba dan Tsuru no Ongaeshi terdapat pada tema dan
amanat.Tema dari kedua cerita yaitu sama-sama untuk bertanggung jawab terhadap janji
yang sudah kita setujui. Beberapa peristiwa juga memiliki kemiripan, seperti sama-sama
terdapat tokoh gadis yang merupakan jelmaan dari sebuah hewan, sama-sama
mengandung janji dengan gadis jelmaan hewan tersebut, dan memiliki akhiran yang
sama, yaitu sama-sama mengingkari janji.
Perbbedaan yang terdapat dari kedua cerita terpengaruh dari unsur ekstrinsik, yaitu
aspek budaya, geografis, dan mata pencaharian. Aspek-aspek tersebut memiliki peran
yang sangat kuat dalam terciptanya sebuah karya sastra. Kebudayaan, geografis, dan mata
pencaharian yang berbeda antara masyarakat Jepang dan Indonesia membuat cerita ini
memiliki perbedaan.
Meskipun memiliki persamaan dan perbedaan, kedua cerita rakyat ini sama-sama
memiliki kedudukan pada masing-masing wilayah asalnya karena mengandung unsur-
unsur yang penting dalam masyarakat asalnya.

Daftar Pustaka

Wijaya, Rina. 2008. Pandangan Orang Jepang Terhadap Burung Bangau. Medan.

https://travelmaker.id/2019/08/21/menerawang-pesona-danau-toba-dari-sepiring-ikan-mas-
arsik/ (diakses pada tanggal 28 Desember 2021)

https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-sumatera-utara-asal-mula-danau-toba/ (diakses
pada tanggal 28 Desember 2021)

Sarie, Yulia Kharisma, Sahlan Mutjaba, dan M. Januar Ibnu A. 2021. Perbandingan Cerita
Rakyat Danau Toba dengan Cerita Rakyat Tsuru No Ongaeshi: Pendekatan Struktural. Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(6), 3740-3747.

Anda mungkin juga menyukai