KESUSASTRAAN
JEPANG
Oleh :
Yuliani Rahmah
2014
BAB I
(KOTEN BUNGAKU)
1.1 PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Kesusastraan zaman kuno dikenal dengan istilah Koten Bungaku. Pada masa
tersebut karya sastra lahir dari ungkapan perasaan kagum masyarakat Jepang pada saat
itu terhadap kekayaan alam dan keindahan empat musim yang mereka miliki. Perasaan
yang begitu mendalam terhadap alam yang melingkupi kehidupan mereka tertuang
dalam beragam bentuk karya, dari mulai karya sastra tertulis sampai karya lisan berupa
nyanyian.
B. Relevansi
Kesusastraan pada zaman kuno ini secara garis besar terbagi lagi menjadi 4
perkembangan sastra dan ciri khas dari karya sastra yang dihasilkan pada masa tersebut
pengertian dan jenis-jenis karya sastra yang lahir dan berkembang pada zaman kuno
(Koten Bungaku)
jenis karya sastra pada zaman kuno dan ciri khas kesusastraan zaman Kuno.
A. Uraian
Awal mula kesusastraan zaman Joodai atau Joodai Bungaku tidak diketahui
secara pasti, namun pada masa ini Jepang berada di bawah kepemimpinan dinasti
Yamato. Itulah sebabnya kesusastraan pada periode ini dikenal juga sebagai
kesusastraan zaman Yamato. Dinasti Yamato sendiri didirikan oleh beberapa golongan
bangsawan dengan pusat kegiatan politik dan kegiatan budayanya berpusat di Yamato.
mengandalkan media lisan yaitu tersebar dari mulut ke mulut atau dikenal dengan
2
istilah Koosho Bungaku. Koosho Bungaku lahir dari kelompok masyarakat yang
menyebar dan dinikmati oleh kelompok masyarakat lainnya dengan penyampaian secara
lisan. Dengan cara seperti ini maka Koosho Bungaku bersifat tidak stabil dan cenderung
berubah-ubah. Kesusastraan seperti ini berlangsung pada masa yang cukup lama sampai
kemudian masyarakat Jepang mengenal huruf kanji yang ditiru dari kebudayaan Cina.
Pada masa ini bukti bahwa bangsa Jepang sudah berhubungan dengan daratan
Cina telah ada. Hal ini terlihat dari adanya pengaruh kebudayaan Cina yang terdapat
pada pembuatan istana dan undang-undang dasar negaranya. Selain itu banyak pula
banyaknya buku yang digunakan maka tulisan Kanji pun membawa pengaruh positif
bagi kesusastraan Jepang. Dengan adanya tulisan Kanji, orang Jepang mulai dapat
menulis kesusastraannya. Dari huruf ini pula kemudian muncul huruf Hiragana dan
Katana, yang menjadi dasar bagi perkembangan kesusastraan dengan abjad Kana.
Masa-masa ini diperkirakan terjadi pada awal abad ke-5 (lima), dan kesusastraan bentuk
Kisai Bungaku
3
Pemakaian tulisan Kanji mengurangi pengaruh Koosho Bungaku pada
kesusastraan periode ini. Selain itu kesadaran individual yang melahirkan kreatifitas pun
menjadi faktor lain yang membuat pengaruh Koosho Bungaku tidak lagi terlihat pada
hasil karya sastra yang lahir kemudian. Hilangnya ketidak stabilan dari Koosho
Bungaku terlihat pada beberapa karya sastra hasil Koosho Bungaku yang kemudian
dituangkan dalam bentuk tertulis seperti Kojiki, Nihonshoki dan Fudoki. Selain itu karya
pertama pada masa Kisai Bungaku adalah Kanshibun, yaitu syair yang merupakan
dibukukan. Berikut adalah penjelasan dari karya-karya sastra yang dihasilkan pada
zaman Joodai.
1) Shinwa
merupakan sebuah karya sastra lisan (Kooshoo Bungaku) yang isinya bercerita
mengenai para dewa, mengenai asal mula terjadinya alam semesta, negara, manusia dan
juga kebudayaan. Shinwa terdapat pada bagian awal buku Kojiki dan Nihonshoki. Kedua
buku ini lebih dikenal dengan istilah mitologi Kiki. Dalam mitologi Kiki tersebut cerita
yang disampaikan adalah asal usul alam semesta, terjadinya daratan (termasuk di
dalamnya cerita mengenai terbentuknya negara Jepang), lahirnya dewa dewi dan cerita
4
sedemikian rupa untuk memberikan bukti pada rakyat mengenai keagungan kaisar dan
Shinwa sendiri awalnya berasal dari hayalan dan cerita orang-orang terdahulu
yang muncul dari pengalaman kontak dengan peristiwa alam yang terjadi di sekitar
karena cerita mengenai para dewa saling berhubungan antara yang satu dengan yang
lainnya.
Dari seluruh cerita yang terdapat dalam mitologi Kiki, terdapat beberapa cerita
- Cerita mengenai Dewi Kono Hana no Sakuya Bime dan Dewi Iwa Naga Hime
5
2) Densetsu
biasanya merupakan cerita yang berhubungan dengan tempat dan periode tertentu.
Meskipun tokoh dalam Densetsu biasanya tokoh terkenal ataupun pahlawan, namun
Densetsu bukanlah sebuah kenyataan atau sebuah cerita yang benar-benar terjadi di
masa lampau. Dalam Densetsu cerita yang dipaparkan hanyalah sebuah fiksi atau
Densetsu tertulis dalam Kojiki dan Nihonshoki. Cerita dalam Densetsu lebih
banyak mengisahkan tentang kehidupan Jinmu Tenno yang telah dibumbui dengan
unsur fiksi. Selain cerita keluarga Jinmu Tenno yang diagung-agungkan, beberapa cerita
dalan Densetsu antara lain mengisahkan tentang legenda Yamato Takeru no Mikoto
3) Setsuwa
dengan Shinwa dan Densetsu, tokoh yang ditampilkan dalam Setsuwa ini tidak terbatas
hanya pada dewa-dewa atau orang-orang terkenal dalam sejarah saja, namun juga
terdapat tokoh-tokoh dari orang biasa yang samasekali tidak dikenal. Cerita dewa dalam
Setsuwa pun sedikit berbeda dengan yang terdapat dalam Shinwa ataupun Densetsu.
Dalam Setsuwa tokoh dewa yang diceritakan bukanlah dewa-dewa yang diagungkan,
melainkan tokoh dewa-dewa yang menjalani kehidupan layaknya manusia biasa. Selain
itu seperti dongeng pada umumnya, dalam setsuwa pun adakalanya tokoh yang
ditampilkan adalah binatang ataupun tumbuhan. Isi cerita dalam setsuwa pun tidak
6
hanya cerita yang berdasar pada kenyataan, tetapi ada pula yang bersifat surealis yang
bila dilihat dari jalan ceritanya maupun dari cara pengungkapannya, maka bentuk yang
4) Norito
kemudian berkembang menjadi suatu cara yang dipergunakan untuk menyembah dan
meminta kepada dewa-dewa. Selain itu Norito pun antara lain berisi tentang asal-usul
sebuah festival dan amal perbuatan yang dilakukan oleh dewa tersebut, serta penjelasan
terbentuknya doa pembuka dan penutup yang digabungkan dengan gaya bahasa yang
diperindah sebagai ciri khasnya. Norito pun banyak yang berisi ucapan-ucapan syukur
Norito diungkapkan dengan bahasa yang penuh perasaan, sehingga berbeda dengan
bahasa sehari-hari. Bahasa indah yang terdapat dalam Norito biasanya dibacakan
7
dengan penuh hikmat, dengan tujuan agar berkenan di hati dewa yang dipuja.
Pembacaan dan pemilihan kata-kata yang indah inilah yang kemudian melahirkan
5) Senmyoo
Tenno dengan rakyat. Senmyoo dipergunakan untuk menyampaikan perintah dan dekrit
masa yang bersangkutan dan berkembang dengan timbulnya peristiwa besar nasional
seperti penobatan dan penggantian Tenno. Selain itu Senmyoo juga berisi tentang cara
pangeran dari ahli waris tahta kerajaan, cara penerimaan upeti, cara pemberian pangkat
dan sebagainya.
Isi senmyoo disusun secara konkrit dengan kalimat dan maksud yang ditulis
secara tegas dan jelas. Penulisannya disusun dengan huruf Kanji yang ditambah
keterangan tambahan berupa huruf kecil Mayoonaga, penggunaan partikel, kata kerja
bantu, akhiran dan sebagainya. Baik Senmyoo maupun Norito ditulis dengan cara
8
6) Kayoo
Kayoo adalah sejenis nyanyian yang diceritakan dari mulut ke mulut. Awalnya
Kayoo adalah ungkapan kata sederhana yang tercetus dari gerak hati. Ungkapan dalam
bentuk teriakan tersebut keluar ketika sedang bekerja atau pada waktu mengadakan
Kayoo dinyanyikan baik di kalangan istana pada saat pesta minum sake, maupun
di kalangan rakyat biasa pada saat mereka sedang bekerja.Tempat menyanyikan Kayoo
untuk rakyat biasa disebut dengan Utagaki atau Kagai. Di tempat tersebut, biasanya
pada musim semi dan musim gugur para laki-laki dan wanita akan berkumpul dan
7) Manyooshuu
Jepang. Didalam Manyoshuu terdapat Kayoo, Waka dan Kanshibun yang disatukan dan
disusun dalam waktu yang cukup lama. Penyusunan tersebut dilakukan oleh banyak
Manyoshuu terdiri dari tiga bagian yang dijadikan sebagai dasar utamanya.
Ketiga bagian tersebut yaitu Zooka (pantun biasa), Soomon (pantun cinta), dan Banka
(pantun sedih). Apabila dibagi berdasarkan gaya pantun dan penyairnya yang
berpengaruh, maka Manyooshuu terdiri dari dua golongan besar, yaitu golongan awal
9
Golongan awal dimulai dari tahun 629 sampai dengan tahun 710, sementara golongan
8) Kanshibun
Kanshibun adalah syair berbentuk bahasa Cina yang dibaca secara bahasa
Jepang. Kanshibun terdapat pada sebuah buku berjudul Kaifusoo yang diciptakan pada
kaisar, di istana kaum bangsawan ataupun penyair-penyair yang berpesiar naik perahu
Syair-syair yang terdapat dalam Kanshibun cepat menjadi populer karena teknik
pembuatannya tidak sukar. Syair jenis ini pun menjadi pelopor bagi perkembangan
kesusastraan Cina yang berkembang di Jepang atau dikenal dengan istilah Kanbungaku.
10
B. Latihan
4. Apakah jenis sastra yang digunakan sebagai media untuk menyampaikan perintah
C. Rangkuman
Awal mula kesusastraan zaman Joodai dikenal juga sebagai kesusastraan zaman
Yamato. Sastra pertama dikenal dengan istilah Koosho Bungaku yang menyebar secara
lisan sehingga bersifat tidak stabil. Jenis sastra ini tergantikan ketika huruf Kanji Cina
masuk ke Jepang. Dengan adanya tulisan Kanji, orang Jepang mulai dapat menulis
kesusastraannya. Dari huruf kanji ini pula kemudian muncul huruf Hiragana dan
Katakana, yang menjadi dasar bagi perkembangan kesusastraan dengan abjad Kana.
Koosho Bungaku yang telah ada tergantikan dengan Kisai Bungaku dan beberapa
karya Koosho yang telah menyebar kemudian dibukukan dalam Kojiki, Nihonshoki dan
Fudoki.Karya-karya sastra lainnya yang juga muncul pada zaman kuno adalah Shinwa,
11
D. Tes Formatif
tumbuhan.
c. Isi cerita dalam setsuwa pun tidak hanya cerita yang berdasar pada kenyataan
kaum bangsawan.
12
5. Tiga bagian yang menjadi dasar utama Manyoshuu terdiri dari:
a. Waka,Kayoo, Kanshibun
13
1.3. KESUSASTRAAN ZAMAN HEIAN
Pada akhir abad VIII ibukota Jepang dipindahkan ke Kyoto dan disana didirikan
sebuah istana Heian yang sangat megah. Sebagai ibukota Kyoto tidak hanya menjadi
pusat pemerintahan saja, namun juga menjadi pusat kegiatan politik dan pusat budaya
selama kurang lebih 400 tahun. Zaman ini pun disebut dengan Zaman Heian.
dan kreasi seni khas Jepang tersebut terutama pada pakaian dan bangunan. Dalam
kesusastraan pada masa ini semakin berkembang dan mampu mencapai kejayaannya
terutama pada zaman Kaisar Ichiijoo. Kesusastraan pada zaman Heian sendiri lebih
merupakan seni yang berkembang di kalangan kaum bangsawan saja. Orang-orang yang
berkecimpung dalam kesusastraan baik penulis karya sastranya maupun penikmat karya
seperti pesuruh istana, sarjana, penyanyi, pendeta dan sebagainya. Hal yang sama pun
terjadi pada seni puisi. Pada masa itu para pembuat puisi adalah anggota keluarga kaisar
atau keluarga bangsawan, sedangkan para penulis essai, buku harian dan sebagainya
pengikut para bangsawan yang kehidupannya dibawah perlindungan dan jaminan dari
para bangsawan
14
Para perempuan bangsawan yang sedang melihat monogatari
Kesusastraan pada zaman Heian tergolong unik karena mendapat pengaruh yang
besar sekali dari ajaran-ajaran agama Budha. Pemikiran tentang ajaran-ajaran Budha
saling mempengaruhi satu sama lainnya, sehingga pemikiran seperti adanya kehidupan
kedua di surga, adanya hukum karma dan reinkarnasi, kepercayaan meramal dan
Berdasarkan karya sastra yang dihasilkannya, kesusastraan zaman Heian sendiri dapat
15
- zaman populernya kesusastraan cerita, catatan harian dan essai
- zaman semakin banyaknya cerita sejarah dan Setsuwa yang disusun kembali
Berikut adalah penjelasan dari karya-karya sastra yang dihasilkan pada zaman Heian
Ketiga karya sastra ini sudah ada sejak zaman Joodai dan keberadaannya terus
berlanjut ketika memasuki zaman Heian. Pada awal zaman Heian, Kesusastraan Cina
yang berkembang di Jepang atau lebih dikenal dengan istilah Kanbungaku, mencapai
kepopulerannya. Para pengarang Kanshibun (syair berbentuk bahasa Cina yang dibaca
secara bahasa Jepang) bermunculan dan menjadi penyair terkemuka pada masa ini.
disebabkan adanya syair-syair seperti waka yang kembali populer. Walaupun demikian,
Kanshibun tetap menjadi sebuah seni yang masih mempunyai nilai yang tinggi dalam
mengalami kemunduran dan masa suram pada awal zaman Heian. Namun kemunduran
ini bukan berarti Waka hilang samasekali dari dunia kesusastraan pada masa itu, karena
masih ada orang yang menulis Waka sebagai lanjutan dari kumpulan Waka yang ada
pada zaman Joodai (Manyooshuu dan Kokinshuu). Kebangkitan Waka mulai terlihat
ketika pada masa itu kebudayaan zaman Heian berkembang dan sedikit demi sedikit
mulai meninggalkan pengaruh kebudayaan Cina dari dinasti Tang. Keadaan ini
menuju pada perkembangan kesusastraan Jepang asli. Pada masa ini muncul pemikiran
16
bahwa pengungkapan perasaan dan jiwa orang Jepang terasa lebih cocok diutarakan
melalui Waka daripada melalui Kanshibun. Selain itu terciptanya huruf Hiragana dan
mulai sering dilakukannya Uta awase ( lomba pantun) pun membantu perkembangan
Waka di masyarakat. Waka pun mencapai puncak kepopulerannya sekitar tahun 901-
923 ketika Kokin Wakashuu (kumpulan waka lama dan waka baru) terpilih menjadi
Pada zaman Joodai tidak ada pembagian antara Waka dan Kayoo, namun pada
yang biasanya banyak dilakukan orang diantaranya adalah Kagura Uta, Saibara, Azuma
Asobi no Uta dan Fuuzoku Uta. Kagura Uta dan Azuma Asobi adalah Kayoo ritual,
sedangkan Saibara dan Fuuzoku Uta adalah Kayoo hiburan. Sebagai Kayoo ritual
Kagura Uta atau dikenal juga sebagai Kami asobi dan Azuma Asobi dinyanyikan pada
Asobi sendiri awalnya berasal dari nyanyian rakyat di daerah bagian Timur Tokyo dan
bukan merupakan selera bangsawan, karena itu diantara nyanyian Azuma asobi ada
yang mencerminkan kehidupan rakyat pada zaman itu. Sejak akhir zaman Heian
berbagai macam nyanyian sangat populer dan salah satunya adalah Imayoo. Imayoo ini
berkembang dari Wasan, yaitu nyanyian yang berisi pujian terhadap Budha dan banyak
dinyanyikan oleh para penari penghibur yang disebut Yuugimi dan Shirabyooshi.
17
2) Monogatari
Monogatari secara umum dapat diartikan cerita, namun dilihat dari cara
(bingung). Dilihat dari jenisnya Monogatari terbagi menjadi Tsukuri Monogatari (cerita
Pada zaman Heian sendiri, monogatari yang pertama kali muncul adalah Taketori
Monogatari dan Ise Monogatari. Taketori Monogatari adalah Tsukuri Monogatari yang
bersifat legendaris, sedangkan Ise Monogatari adalah Uta monogatari yang bersifat
realistik. Dalam perkembangannya kedua jenis monogatari ini saling mengisi dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Selain kedua Monogatari tersebut muncul pula
muncul pula beberapa monogatari. Berikut penjelasan dari beberapa karya berjenis
Monogatari tersebut.
a. Taketori Monogatari
sebuah karya sastra yang pertama kali mempunyai plot dan bersifat seperti novel.
Bagian-bagian dari isi cerita Taketori Monogatari sendiri sebelumnya telah ada
dalam manyoshuu ataupun dalam kitab-kitab agama Budha dan dongeng Cina,
18
namun keberadaan plot dalam tutur cerita berbentuk novel ini membuat keaslian
b. Ise Monogatari
Seperti yang dijelaskan di atas, Ise Monogatari adalah sebuah Uta Monogatari yang
kotobagaki (keterangan mengenai keadaan dan situasi ketika sebuah pantun dibuat)
yang dibuat dengan panjang lebar. Ise Monogatari merupakan buku pertama yang
Ise Monogatari sendiri terdiri dari 125 bab yang masing-masing berdiri sendiri.
Setiap bab dimulai dengan kata mukashi otoko arikeri (dahulu ada seorang laki-laki)
dan semuanya menceritakan hubungan percintaan yang penuh suka dan duka antara
c. Yamato Monogatari
Cerita dalam Yamato Monogatari mempunyai aliran yang sama dengan Ise
terkenal dan tidak hanya terfokus pada satu orang tokoh saja seperti yang terdapat
dalam Ise Monogatari. Walaupun bukan sebuah cerita yang terperinci dan mudah
diikuti, namun elemen dalam Yamato Monogatari seringkali terdapat pada cerita pendek
dan dongeng rakyat berikutnya. Hal ini menjadi tanda bahwa Yamato Monogatari
19
d. Utsubo Monogatari
versi yang berbeda. Dari sekian banyak cerita monogatari yang muncul tetapi
kemudian menghilang, Utsubo Monogatari adalah salah satu cerita yang masih ada
e. Genji Monogatari
terbaik dari beberapa monogatari sebelumnya. Buku Genji Monogatari adalah suatu
Hal ini terlihat dari berbaurnya sifat romantis dan dramatik yang terdapat dalam
20
Genji Monogatari dikarang oleh Murasaki Shikibu yang bekerja pada istri seorang
berbagai aspek kehidupan bangsawan istana pada zaman Heian. Selain bercerita
tentang aspek percintaan dalam Genji Monogatari pun diceritakan tentang pergantian
Tenno dan cara-cara peralihan kekuasaan. Aspek percintaan yang diceritakan dalam
Genji Monogatari dianggap sebagai karya yang sanggup mengugah perasaan haru
menganggap karya ini sebgai buku yang tak bermoral. Hal ini mungkin disebabkan
Seperti catatan harian pada umumnya, pada zaman ini pun banyak Nikki yang
ditulis baik yang bersifat resmi maupun yang bersifat pribadi. Namun Nikki tersebut
umumnya ditulis dengan Kanbun, yaitu cara penulisan dengan gaya bahasa Cina dan
menggunakan huruf Kanji. Tetapi yang dianggap mempunyai nilai sastra adalah Nikki
yang ditulis dengan huruf Hiragana dan menggunakan gaya bahasa Jepang atau dikenal
Selain Nikki, terdapat karya sastra yang disebut Zuihitsu (Essai). Zuihitsu ini
hampir sama dengan Nikki, namun dalam penulisannya tidak mencantumkan tanggal
seperti dalam Nikki. Baik Nikki maupun Zuihitsu keduanya mempunyai kemiripan
dengan Monogatari, namun karena Nikki dan Zuihitsu berisi gambaran perasaan hati
dan kehidupan sehari-hari dari penulisnya, maka kedua karya sastra ini lebih condong
21
Seperti juga Monogatari, pada zaman ini banyak Nikki yang dikenal sampai
a. Tosa Nikki
Tossa Nikki adalah karya pertama berjenis catatan harian dalam dunia kesusastraan
di Jepang. Tosa Nikki merupakan catatan harian perjalanan dari si penulisnya yaitu
Ki no Tsurayuki yang saat itu melakukan perjalanan dari sebuah kota bernama Tosa
menuju Kyoto. Ki no Tsurayuki adalah seorang laki-laki berusia lanjut yang menulis
kerinduan terhadap putrinya yang telah meninggal, ketakutan terhadap bajak laut
Tosa Nikki ditulis dengan kalimat-kalimat yang sangat sederhana tapi penuh perasaan.
perasaan gembira.
b. Kageroo Nikki
Kageroo Nikki adalah sebuah catatan yang ditulis oleh seorang wanita bernama
Mitchisuna yang tidak bahagia dalam pernikahannya. Nikki ini berisikan tentang
inilah yang menjadi salah satu cerita dari Kageroo Nikki. Di akhir catatannya,
22
Mitchisuna yang merasa bahwa cinta suaminya telah hilang sama sekali, akhirnya
merelakan hidupnya untuk merawat dan membesarkan anaknya seorang diri. Tema
tentang ketulusan seorang ibu inilah yang menggugah perasaan pembaca Kageroo
Nikki.
Izumi Shikibu Nikki adalah sebuah catatan harian yang menceritakan tentang
hubungan percintaan antara putra seorang Tenno bernama Atsumichi dengan seorang
perempuan bernama Izumi Shikibu. Catatan tentang perjalanan kisah cinta sepasang
kekasih ini diceritakan melalui mata orang ketiga dalam bentuk Nikki. Pada Izumi
Nikki diceritakan bagaimana hubungan sepasang kekasih yang berbeda status sosial
bahwa dari surat-surat tersebut tergambar kehidupan bangsawan yang sangat elegan.
Meskipun dalam Izumi Shikibu Nikki tidak terdapat ungkapan kalbu yang serius dan
mendalam, namun gaya bahasa yang digunakan untuk menulis Nikki ini merupakan
d. Sarashina Nikki
Seperti juga Kageroo Nikki,Sarashina Nikki adalah sebuah catatan harian yang ditulis
oleh seorang wanita anak perempuan dari Fujiwara no Takasue. Nikki ini
menikah dan menjadi janda. Kehidupan yang dijalani anak perempuan tersebut
23
seseorang yang mengenang pengalaman hidupnya. Dalam Nikki ini tidak terdapat
pengarangnya yaitu Murasaki Shikibu. Nikki ini termasuk dalam kategori karya sastra
yang jelas dan sederhana meskipun dari segi kesusastraan tidak tergolong dalam
karya yang bernilai tinggi. Dalam Nikki ini Murasaki Shikibu yang saat itu bekerja
pada istri pertama Ichijoo Tenno membuat catatan yang sangat rinci mengenai
catatan tentang Kuji Sechi (upacara dan pestapenyambutan tamu-tamu yang datang
dari luar istana), dan Fukushoku Choodo (cara mengatur alat-alat rumah tangga,
24
4) Rekishi Monogatari (Cerita Sejarah)
zaman Heian yang cenderung ingin mengenang kembali masa-masa yang sudah berlalu.
Pada saat itu mereka menciptakan karya sastra yang baru dari bahan yang mereka
karya sastra saat itu yang menggunakan cara seperti ini yaitu Eiga Monogatari,
Ookagami dan Imakagami. Berikut penjelasan dari masing-masing karya sastra tersebut.
a. Eiga Monogatari
Eiga Monogatari terdiri dari 40 bab yang di dalamnya menceritakan tentang kejadian
dan peristiwa yang berlangsung selama 200 tahun dengan 15 generasi dari sejak
zaman Uta Tenno sampai Horikawa Tenno. Eiga Monogatari ditulis dengan huruf
Hiragana dan sebagian besar isinya menceritakan tentang kehebatan dan kemegahan
Sayangnya, meskipun dikatatakan sebagai sebuah cerita, namun tidak terdapat unsur
plot dalam pemaparan ceritanya. Selain itu sebagai sebuah cerita sejarah Eiga
Monogatari secara keseluruhan isi ceritanya bersifat santai dan tidak disisipi dengan
25
b. Ookagami
Ookagami adalah karya sastra berupa cerita sejarah yang hampir sama dengan Eiga
Cerita sejarah dalam Ookagami dituturkan melalui tiga orang tokoh dalam cerita
yang saling bertukar pengalaman tentang kejadian masa lampau. Melalui percakapan
ketiga tokoh ini kejadian sejarah yang tidak begitu diketahui oleh masyarakat tidak
saja diceritakan dengan baik namun juga disisipi dengan kritikan-kritikan. Dalam
ceritanya penulis seperti ingin melukiskan perasaan hati manusia pada saat itu
dilakukannya.
c. Imakagami
Imakagami merupakan cerita sejarah yang melanjutkan apa yang sudah diceritakan
dalam Ookagami. Penuturan sejarahnya pun sama dengan Ookagami yaitu melalui
dalam cerita Imakagami penulisnya menyelipkan pantun dan cerita tentang keadaan
26
B. Latihan
4. Sebutkan 2 hal yang menjadi penyebab munculnya kembali Waka pada zaman
Heian?
C. Rangkuman
dan kreasi seni khas Jepang tersebut terutama pada pakaian dan bangunan. Dalam
kesusastraan pada masa ini semakin berkembang dan mampu mencapai kejayaannya
Kesusastraan pada zaman Heian tergolong unik karena mendapat pengaruh yang
besar sekali dari ajaran-ajaran agama Budha. Pemikiran tentang ajaran-ajaran Budha
saling mempengaruhi satu sama lainnya, sehingga pemikiran seperti adanya kehidupan
kedua di surga, adanya hukum karma dan reinkarnasi, kepercayaan meramal dan
27
Berdasarkan karya sastra yang dihasilkannya, kesusastraan zaman Heian sendiri
dapat dibagi menjadi empat kelompok zaman, yaitu zaman populernya syair Kanbun,
catatan harian dan essai serta zaman semakin banyaknya cerita sejarah dan Setsuwa
yang disusun kembali. Adapun hasil karya sastra yang dihasilkan pada zaman Heian
D. Tes Formatif
28
4. Yuugimi dan Shirabyooshi adalah istilah yang digunakan untuk :
a. Penyair Waka
b. Kaum bangsawan
c. Penari penghibur
d. Penulis Kanshibun
1. Catatan harian perjalanan dari si penulisnya yang seorang laki-laki berusia lanjut
yang menulis Nikki tersebut tetapi berpura-pura menjadi seorang wanita.Isinya antara
lain kerinduan terhadap putrinya yang telah meninggal dan ketakutan terhadap bajak
2. Catatan harian tentang perjalanan kisah cinta sepasang kekasih ini diceritakan melalui
mata orang ketiga dalam bentuk Nikki. Bercerita tentang hubungan percintaan antara
putra seorang Tenno dengan seorang perempuan yang berbeda status sosial. ( )
29
3. Catatan harian yang ditulis oleh seorang wanita anak perempuan dari Fujiwara no
dari sejak ia berusia 13 tahun sampai dia menikah dan menjadi janda. Dalam Nikki
ini tidak terdapat cerita percintaan yang kompleks antara pria dan wanita. ( )
4. Catatan yang ditulis oleh seorang wanita bernama Mitchisuna yang tidak bahagia
dalam pernikahannya. Nikki ini berisikan tentang kesedihan yang dialaminya karena
5. Catatan yang sangat rinci dari seorang pekerja mengenai kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan dalam kehidupan para bangsawan, seperti catatan tentang Kuji Sechi
(upacara dan pestapenyambutan tamu-tamu yang datang dari luar istana), dan
Fukushoku Choodo (cara mengatur alat-alat rumah tangga, pakaian dan perhiasan
para bangsawan).
30
BAB II
1.1 PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Kesusastraan zaman ini dikenal juga dengan kesusastraan abad pertengahan. Rentang
waktu kesusastraan pada abad pertengahan sangat panjang yaitu berkisar hingga 400 tahun,
karena itu maka kesusastraan pada masa ini pun terbagi menjadi 2 (dua) zaman yaitu zaman
Kamakura dan zaman Muramachi. Zaman Kamakura dikenal juga sebagai masa awal abad
berlangsung selama 270 tahun, yang terbagi menjadi 3 zaman dan salah satunya adalah
zaman Muromachi.
Sastra yang lahir pada masa ini mendapat pengaruh yang kuat dari kondisi transisi pasca
perang dan kepercayaan masyarakat yang semakin kuat terhadap agama Buddha. Para
pertapa di zaman ini tidak hanya mengajarkan ajaran agama Buddha, namun mereka pun
B. Relevansi
Kesusastraan pada zaman ini secara umum diawali dengan kesusastraan yang
berkembang pada zaman sebelumnya terutama kesusastraan yang dirintis pada zaman Heian.
Dengan adanya pengaruh dari agama Buddha dan perubahan kepemimpinan, maka terjadi
31
percampuran antara kesusastraan yang menjadi peninggalan zaman Heian dengan pemikiran
C. Kompetensi
Setelah mempelajari kesusastraan yang mendapat pengaruh kuat dari ajaran agama
dan keadaan transisi perang diharapkan pembelajar akan memahami keterkaitan dua hal
tersebut dengan isi dari karya-karya sastra yang dihasilkan pada abad pertengahan.
dan jenis kesusastraan yang muncul pada masyarakat transisi pasca perang.
kesusastraan dan jenis-jenis kesusastraan yang muncul pada masyarakat transisi pasca perang.
32
1.4 KESUSASTRAAN ZAMAN KAMAKURA DAN MURAMACHI
A. Uraian
Zaman Kamakura dikenal juga sebagai masa awal abad pertengahan berlangsung
kira-kira 140 tahun. Masa ini dimulai sejak pemerintahan Kaisar Genkoo di tahun ketiga
(1333) hingga runtuhnya Kamakura Bakufu. Kesusastraan yang dikembangkan pada masa ini
adalah kesusastraan yang telah dirintis zaman Heian. Pelopor perkembangan kesusastraannya
kembali pemikiran-pemikiran dari kesusastraan masa silam, sehingga zaman ini disebut juga
zaman Sinkokin, yaitu zaman yang memadukan pemikiran lama dengan yang baru.
Kesusastraan yang dikembangkan keluarga para bangsawan ini adalah pantun waka, namun
ketika terjadinya kerusuhan kekuatan golongan bangsawan ini melemah sehingga kesusatraan
mereka pun perlahan-lahan menghilang. Sebagai gantinya, pada masa itu kebudayaan dan
sebuah bentuk kesusastraan baru yang juga dipengaruhi oleh ajaran agama Buddha yang pada
masa itu sedang mengalami masa kejayaan. Masyarakat mendapat pengaruh kuat dari ajaran
agama Buddha tersebut, sehingga banyak rakyat yang memilih hidup terpencil di gunung atau
di desa. Dari kehidupan terpencil yang mereka jalani kemudian muncullah essai dan dongeng
pada masa ini kesusastraannya banyak dipengaruhi oleh pengaruh ajaran agama Buddha yang
bercampur dengan hasil karya sastra para samurai dan bangsawan. Meskipun tema utama
karya sastranya masih kental dengan nuansa tradisional, namun perpaduan tersebut yang
kemudian memberikan warna tersendiri pada bentuk kesusastraan pada awal abad
33
Setelah zaman Kamakura berakhir, maka kesusastraan Jepang memasuki akhir zaman
pertengahan yang berlangsung selama 270 tahun. Kurun waktu tersebut terbagi menjadi 3
zaman yaitu zaman Nanbokuchoo, zaman Muromachi dan zaman Azuchi Momoyama.Seperti
juga zaman-zaman sebelumnya nama zaman ini pun diambil dari nama bakufu yang saat itu
sedang berkuasa.
berkepanjangan, dan mencapai puncaknya pada zaman Muramachi. Itulah sebabnya sastra
pada zaman ini lahir dalam kondisi yang tidak stabil karena kekacauan perang. Pada masa
kekacauan perang ini kemakmuran para bangsawan tergantikan dengan kaum bushidou. Hal
tersebut berimbas pula pada kesusastraan yang berkembang. Sastra yang lahir pada masa ini
mendapat pengaruh yang kuat dari kondisi transisi pasca perang dan kepercayaan masyarakat
yang semakin kuat terhadap agama Buddha. Para pertapa di zaman ini tidak hanya
mengajarkan ajaran agama Buddha, namun mereka pun menulis karya sastra, sehingga dapat
dikatakan pada masa inilah yang menjadi awal munculnya Inja Bungaku (karya sastra yang
Disamping kaum bangsawan dan rakyat, kesusastraan pada zaman ini berkembang
dari adanya kerjasama antara seniman dan samurai. Campur tangan golongan samurai
tersebut salah satunya terlihat pada seni pertunjukan Noh. Dengan perlindungan kaum
samurai, Noh berkembang dengan pesat. Selain itu berkembang pula pantun Renga. Secara
singkat maka dapat dilihat keistimewaan dari zaman Muramachi ini, antara lain
34
Zaman ini menjadi penanda bagi lahirnya sastra rakyat jelata.
Karya sastranya dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan kekuatan agama Buddha
Dalam bidang karya sastra pada zaman pertengahan terdapat beberapa karya sastra yang juga
telah ada pada zaman-zaman sebelumnya diantaranya pantun waka, monogatari, Setsuwa,
Essai, dan Nikki. Perbedaan yang terdapat pada karya sastra tersebut dapat dilihat dari tema-
tema yang diangkat dalam isi ceritanya. Selain karya-karya tersebut ada pula jenis karya
sastra lain yang belum dikenal. Beberapa jenis karya sastra tersebut antara lain :
1) Pantun Renga
Pantun Renga adalah jenis pantun yang menggantikan kepopuleran pantun Waka setelah
berbentuk pantun yang berasal dari Waka. Mula-mula susunan Renga terdiri dari dua bait
yang dibacakan oleh 2 orang. Bait pertama berirama 5.7.5 sedangkan bait kedua berirama
7.7 dan merupakan jawaban dari bait pertama. Renga pendek ini sebenarnya telah ada
pada zaman Heian dalam kumpulan pantun Gosenshuu dan Kinyooshuu, namun Renga
panjang baru dibuat setelah memasuki zaman Kamakura. Dalam versi panjangnya sebuah
Renga bisa terdiri dari 50 sampai 100 bait. Renga merupakan sebuah karya sastra yang
dihasilkan oleh banyak orang. Hal ini disebabkan karena Renga dihasilkan oleh para
Pada tahap permulaan orang membuat Renga dengan cara yang bebas dan menambahkan
unsur kelucuan dan kecerdasan di dalamnya. Tetapi setelah Renga semakin berkembang
dan menjadi salah satu jenis kesusastraan, maka mulailah dibutuhkan persyaratan tertentu
35
dalam cara pembuatan Renga, salah satunya adalah aturan dalam hal pemilihan bentuk dan
kosakata. Dengan semakin populernya Renga maka para penggemar Renga yang juga
bertambah banyak mulai mengadakan pertemuan untuk membaca Renga yang disebut
dengan Haikai no Renga. Salah satu tokoh yang dianggap sebagai tokoh Haikai adalah
Moritake. Ia menaruh perhatian yang besar terhadap Haikai hingga kemudian menyusun
buku kumpulan Haikai yang berjudul Shinsen Inu Tsukabashuu. Buku tersebut dianggap
sebagi buku yang mencerminkan semangat rakyat jelata dan menjadi pelopor Haikai
karena memberikan ide-ide yang bersifat bebas dan dilukiskan dengan jelas.
2) Otogizooshi
Otogizooshi adalah sebuah karya sastra sejenis dongeng yang banyak mendapat pengaruh
dari cerita-cerita perang yang seluruhnya berjumlah 400-500 buah tanpa diketahui siapa
pengarangnya.
Selain dipengaruhi oleh cerita perang ada pula Otogizooshi yang bersumber dari dongeng
rakyat seperti Isshunbooshi dan lain-lain. Meskipun isinya terkadang dangkal dan
sederhana, namun dongeng yang biasanya ditulis oleh kalangan bangsawan rendahan,
pertapa dan pedagang ini mempunyai ruang lingkup pembaca yang lebih luas dari
monogatari. Pembaca Otogizooshi mulai dari kalangan samurai, pendeta, para pedagang
36
3) Kikoo (Catatan Perjalanan)
Jenis kesusastraan Kikoo muncul sebagai akibat dari dibukanya Kamakura sebagai pusat
pemerintahan Bakufu dan pusat kegiatan politik. Pembukaan ini menyebabkan banyaknya
pelancong yang kemudian berkunjung ke kota Kyootoo dan Kamakura yang kemudian
menuliskan kisah perjalanan mereka. Di awal kemunculannya terdapat dua buah Kikoo
yang cukup terkenal yaitu Kaidoki dan Tookankikoo. Salah satunya yaitu Tookankikoo
ditulis dengan campuran gaya bahasa Jepang dan gaya bahasa Cina.
Selain para pelancong yang datang dan membuat kisah perjalanannya, keadaan lalu lintas
yang ramai pada masa itu menyebabkan banyak orang dapat bepergian dan bertamasya.
Hal tersebut kemudian menyebabkan karya sastra berjenis Kikoo ini banyak bermunculan.
Namun, Kikoo yang dianggap sebagai karya sastra yang bernilai tinggi adalah Kikoo
4) Hoogo
Hoogo adalah sebuah essai berisi ajaran agama Buddha yang ditulis dengan huruf Kana.
Hoogo biasanya ditulis oleh para pendeta di zaman Kamakura dan tujuan untuk
menyebarkan agama Buddha dengan penjelasan sederhana yang dapat dipahami dengan
mudah masyarakat. Selain penggunaan huruf Kana, Hoogo pun ditulis dengan campuran
huruf Kanji sederhana yang mudah untuk diingat. Meskipun tujuan dan isi dari Hoogo
namun Hoogo pun dianggap sebagai salah satu jenis karya sastra pada zaman Kamakura.
Beberapa Hoogo yang cukup terkenal antara lain Kurotani Shonin Gotooroku,
Matsutoosho dan Ippenshoonin Goroku. Selain itu terdapat pula Hoogo berjudul
37
Shooboogenzo yang mendapatkan reputasi baik serta Gobunshoo yang menjadi Hoogo
5) Kanbungaku
Kanbungaku adalah kesusastraan Cina yang berkembang di Jepang. Jenis kesusastraan ini
sempat kehilangan pengaruhnya sejak pertengahan Zaman Heian, namun pada zaman
Zenshuu agama Buddha ke Jepang. Para pendeta dari sekte ini banyak menghasilkan karya
sastra terutama Gozan Bungaku (kesusastraan yang dihasilkan oleh para pendeta sekte Zen
yang bermukin di kuil-kuil Gozan. Karya-karya yang dihasilkan antara lain berupa syair
dan kritik sastra yang sangat bernilai. Gozan Bungaku ini mencapai masa keemasannya
pada masa Gidoo Shuushin dan Zekkai Chuusin. Pada masa itu kesenian dan kebudayaan
mereka mengurus kepentingan para penguasa saat itu dikatakan sebagai penyebab mulai
3. Karya sastra apa yang dihasilkan oleh para kaum bangsawan pada awal zaman Kamakura?
C. Rangkuman
bangsawan menjadi lemah sehingga kesusatraan mereka pun perlahan-lahan menghilang dan
mulai digantikan oleh kebudayaan dan pemikiran golongan samurai yang kemudian
berpengaruh kesusastraan. Bentuk kesusastraan baru tersebut juga dipengaruhi oleh ajaran
39
agama Buddha yang kemudian menjadi awal dari munculnya karya-karya sastra berupa essai
dan dongeng.
Setelah zaman Kamakura berakhir, maka kesusastraan Jepang memasuki akhir zaman
pertengahan yang berlangsung selama 270 tahun. Kurun waktu tersebut terbagi menjadi 3
zaman yaitu zaman Nanbokuchoo, zaman Muromachi dan zaman Azuchi Momoyama. Akibat
terjadinya kerusuhan yang berkepanjangan, sastra pada zaman ini lahir dalam kondisi yang
tidak stabil karena kekacauan perang. Selain itu kemakmuran para kaum bushido yang
sehingga kesuasatraan yang lahir pada masa ini mendapat pengaruh yang kuat dari kondisi
transisi pasca perang dan kepercayaan masyarakat yang semakin kuat terhadap agama
Buddha. Adapun hasil karya sastra yang berkembang pada zaman Muromachi antara lain
D. Tes Formatif
40
3. Agama yang berpengaruh kuat pada kesusastraan abad pertengahan adalah
4. Salah satu karya sastra abad pertengahan yang lahir dari kehidupan terpencil yang dijalani
penulisnya adalah:
6. Sebuah essai berisi ajaran agama Buddha yang ditulis dengan huruf Kana dan digunakan
7. Sebuah karya sastra sejenis dongeng yang banyak mendapat pengaruh dari cerita-cerita
perang dan ditulis oleh kalangan bangsawan rendahan, pertapa dan pedagang adalah:
8. Jenis pantun pengganti pantun Waka yang merupakan sebuah permainan kata-kata
sastra dari
41
10. Karya sastra yang muncul sebagai akibat dari dibukanya Kamakura sebagai pusat
A. Uraian
Ieyasu yang berlangsung selama lebih kurang 260 tahun sejak tahun 1603 – 1867. Kekuasaan
Edo Bakufu runtuh pada masa Shogunnya yang ke 15. Dalam beberapa sumber disebutkan
bahwa Zaman Edo ini dikenal dengan sebutan Kinsei Jidai (abad pra-modern). Pada zaman
Edo ini keadaan rakyatnya cukup kuat dan stabil baik dalam kehidupan masyarakatnya
Kesusastraan pada zaman ini ditandai dengan kebangkitan kesusastraan rakyat. Hal tersebut
disebabkan selain karena semakin meluasnya pendidikan rakyat, juga karena mulai
terbentuknya percetakan sebagai sarana untuk memenuhi arus pembaca yang bertambah besar.
Secara garis besar kesusastraan pada zaman Edo dibagi menjadi dua kelompok yaitu
Kamigata Bungaku dan Edo Jidai Bungaku. Kamigata Bungaku merupakan periode awal
yang terdiri dari masa pencerahan dan masa perkembangan, sedangkan Edo Jidai Bungaku
merupakan periode akhir yang terdiri dari masa kebangkitan dan masa kematangan. Setiap
masa tersebut ditandai dengan munculnya berbagai karya sastra. Berikut adalah beberapa
hasil karya sastra yang muncul dan berkembang selama zaman Edo berlangsung.
42
1) Kanazooshi dan Ukiyoozooshi
Kanazooshi adalah novel yang muncul pada masa pencerahan. Novel ini banyak
memperlihatkan semagat zaman baru, meskipun dari segi sastranya masih belum matang
Ukiyoozooshi pun merupakan karya sastra berbentuk novel. Tema yang diceritakan dalam
novel ini adalah kehidupan para Choonin (pedagang) sukses yang senang berpesta dan
berfoya-foya. Novel jenis ini tidak lagi menggunakan gaya novel zaman peralihan yang
masih mengemukakan hal-hal yang bersifat alami, seperti pandangan dunia fana dan
ajaran moral. Pada zaman ini salah satu pengarang Ukiyozooshi yang terkenal adalah Ihara
Saikaku yang dikenal produktif dalam menghasilkan karya-karya terbaik berjenis novel.
Ciri khas dari gaya bercerita Ihara Saikaku adalah lukisan kehidupan masyarakat
pedagang yang dipaparkan dengan bahasa yang mudaj untuk dipahami masyarakat saat itu.
Kusazooshi merupakan buku bacaaan bergambar yang merupakan gabungan dari berbagai
macam buku anak-anak (Akai Hon, Kuro Hon, Kibyooshi) dengan Gookan.
Buku-buku tersebut awalnya hanyalah sebuah buku bacaan yang ditujukan untuk anak-
anak, namun setelah diterbitkannya Kibyooshi maka jenis ini dianggap telah menjadi
terbagi dalam dua periode, yaitu Yomihon pada periode awal zaman pramodern dan
43
Yomihon pada periode awal ditandai dengan banyaknya alur cerita yang meniru dari apa
yang ada pada buku cerita Cina, hanya saja pada bagian-bagian cerita tersebut dimasukkan
unsur fiksi yang disesuaikan dengan selera pembaca pada masa itu. Yomihon yang terkenal
pada periode ini antara lain Kokon Kidan Hanabusazooshi, Amatsuki Monogatari dan
Harusame Monogatari.
Yomihon pada periode akhir ditandai dengan cerita yang mempunyai struktur yang rumit
dan alur cerita yang aneh sebagai ciri khasnya. Dibandingkan dengan periode awal, maka
Yomihon pada periode akhir menjadi buku hiburan yang bisa dinikmati oleh semua orang.
Hal ini disebabkan karena dalam buku-buku tersebut terdapat cerita panjang yang
mendidik dan diselingi dengan gambar-gambar yang sangat bagus. Karya Yomihon yang
terkenal pada masa ini antara lain Sakurahime Zenden Akebono Zooshi dan Mukashigatari
Inazushi Byooshi.
3) Senryuu
Senryuu adalah bagian awal dari kumpulan Haikai yang terdiri dari dua frase, berdiri
sendiri dan mengandung hal-hal yang bersifat lucu. Istilah Senryuu sendiri diambil dari
nama Karai Senryuu, yaitu seorang pemilih pantun yang kemudian menjadi terkenal
karena pilihannya tentang bagian awal dari pantun Haikai tersebut. Isi dari Senryuu adalah
hal-hal yang lebih bersifat dekat dengan kerakyatan sehingga pada saat itu Senryuu
banyak bermunculan ahli-ahli dalam bidang ini dan mulai pula diterbitkan kumpulan-
kumpulan Senryuu.
44
Senryuu lebih mengutamakan pembahasannya pada masalah kemanusiaan yang awam dan
terkandung hal-hal yang dapat mengundang tawa, ataupun sindiran-sindiran tajam. Dalam
pemilihan katanya dalam Senryuu tidak terdapat kata-kata yang berkaitan dengan musim,
dan juga tidak selalu merupakan sebuah kalimat yang selesai. Irama Senryuu pun ringan
dan mudah.
4) Kyooka
Kyooka adalah pantun jenaka. Meskipun pantun-pantun lucu telah dikenal dalam
Manyooshuu, tetapi kepopulerannya baru terjadi pada zaman Muromachi. Kyooka sendiri
mulai berkembang setelah memasuki zaman pra-modern sejajar dengan Haikai. Bila
dilihat dari segi pengetahuan isi dari Kyooka amatlah dangkal meskipun pantun-pantun
Kyooka pada saat itu merupakan bentuk sindiran-sindiran terhadap pantun Waka. Pantun-
pantun Kyooka berkembang di Osaka, Kyoto dan Edo. Pada mulanya pantun ini hanya
dikenal di kalangan samurai dan kalangan cendekiawan saja, namun sejak diterbitkannya
antologi Mansai Kyookashuu, Kyooka mulai dikenal secara luas. Perkembangan Kyooka
mencapai masa keemasan pada zaman Tenmei, zaman Bunka dan zaman Bunsei.Namun
berkualitas rendah, maka dikatakan Kyooka tidak mampu mencapai kesuksesan yang
sebenarnya.
45
5) Sharebon, Ninjoobon, dan Kokkeibon
Sharebon adalah sebuah buku bacaan yang mengambil setting tempat hiburan (tempat
prostitusi) dan orang-orang yang terlibat di dalamnya sebagai tema dalam cerita.
Pemilihan latar tempat hiburan ini disebabkan adanya buku-buku dari Cina yang bercerita
Sharebon mencapai masa keemasannya sekitar tahun 1781 sampai awal tahun 1789
meskipun pada saat itu isi ceritanya bertambah rumit dan mendapat pengawasan yang
ketat dari pemerintah. Pengawasan tersebut kemudian mengubah tema sharebon yang
awalnya tema erotis percintaan diganti dengan percintaan atau Giri (balas budi) dan
Ninjoo (perasaan). Dari sinilah maka muncul karya sastra yang bernama Ninjoobon.
Walaupun lahir berdasarkan Sharebon, namun tema dalam Ninjoobon tidak seperti
Sharebon. Dalam Ninjoobon tema yang banyak diceritakan adalah kisah percintaan dan
kehidupan sehari-hari masyarakat pedagang. Yang menjadi persamaan dari kedua jenis
karya sastra ini adalah penggambaran kegilaan dunia dan gambaran kebobrokan
masyarakat pada masa akhir zaman feodal-militer. Ninjoobon kemudian menjadi sebuah
novel percintaan yang populer dan disukai masyarakat, meskipun Ninjoobon pun tidak
Selain kedua karya seperti yang disebutkan di atas, ada pula karya sastra lain yang disebut
melukiskan kelucuan isi ceritanya. Buku pertama dari Kokkeibon adalah buku yang
berjudul Fuuryuushi Dookenden. Buku ini dilengkapi dengan pemikiran Shinto, Buddha
dan ajaran Konfisius. Namun beberapa karya Kokkeibon selanjutnya ada pula yang
46
bercerita tentang kelesuan kehidupan masyarakat di akhir zaman pemerintahan feodal
militer dalam bentuk lelucon-lelucon porno. Hal inilah yang kemudian menyebabkan nilai
B. Latihan
47
C. Rangkuman
Zaman Edo dikenal dengan sebutan Kinsei Jidai (abad pra-modern). Pada zaman Edo
keadaan rakyatnya cukup kuat dan stabil baik dalam kehidupan masyarakatnya maupun
Secara garis besar kesusastraan pada zaman Edo dibagi menjadi dua kelompok besar
yaitu Kamigata Bungaku dan Edo Jidai Bungaku. Kamigata Bungaku merupakan periode
awal yang terdiri dari masa pencerahan dan masa perkembangan, sedangkan Edo Jidai
Bungaku merupakan periode akhir yang terdiri dari masa kebangkitan dan masa kematangan.
Hasil karya sastra yang muncul dan berkembang selama zaman Edo adalah Kanazooshi,
D. Tes Formatif
48
3. Berikut ini adalah judul dari Yomihon, kecuali :
49
BAB III
( KINDAI BUNGAKU )
1.1 PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
zaman modern ini diawali dengan adanya Restorasi Meiji. Pemerintah Jepang yang pada saat
itu menyadari ketertinggalan Jepang akibat politik isolasi, berusaha memasukkan kebudayaan
Barat, termasuk ke dalam bidang kesusastraan. Kesusastraan pada masa itu banyak sekali
menerima pengaruh dan dorongan dari kebudayaan Barat yang kemudian berkembang di
Jepang.
liberal dan demokrasi serta cenderung borjuis. Masyarakat seperti ini berusaha menghapus
Selain itu penerimaan terhadap kemajuan pengetahuan pun berpengaruh pada kesusastraan
sehingga pemikiran masyarakat modern yang beraneka ragam dan rumit menjadikan
kesusastraan zaman modern mencapai tingkatan yang menuntut kesadaran manusia dan cara
Kesusastraan pada zaman ini secara garis besar terbagi lagi menjadi 2 (dua) zaman
yaitu kesusastraan zaman Meiji/Taisho, dan Kesusastraan zaman Showa/Heisei. Kedua zaman
ini dikenal dengan sebutan Kesusastraan Periode Awal dan Kesusastraan Periode Akhir.
zaman modern memberikan warna lain dalam bentuk karya sastranya. Walaupun demikian
kesusastraan zaman ini tidak lantas meninggalkan karya-karya sastra peninggalan pada
C. Kompetensi
sastra setelah masa isolasi Jepang dan ciri khas dari karya sastra yang dipengaruhi oleh
Pembelajar akan mampu memahami perkembangan sastra zaman modern yang ditandai
dengan munculnya teori dan aliran sastra sebagai bentuk pengaruh dari kesusastraan barat
Pembelajar mampu mendeskripsikan ciri khas sastra modern dan menyebutkan karya-
karya sastra yang menerapkan aliran sastra dari adanya pengaruh kesusastraan Barat.
51
1.2 KESUSASTRAAN PERIODE AWAL
A. Uraian
masuknya kebudayaan Barat, namun demikian tidak serta merta kesusastraan baru lahir. Pada
saat itu kesusastraan masih mengikuti arus yang merupakan kelanjutan dari sastra tradisional.
Masa ini menjadi masa peralihan dalam dunia kesusastraan Jepang dan diisi dengan Gesaku
Bungaku (kesusastraan masyarakat pada zaman Edo). Para pengarang Gesaku saat itu banyak
yang mengeluarkan karya sastra yang bermutu, salah satunya yang terkenal adalah Kanagaki
Robun. Sebagai seorang pengarang di masa peralihan, Kanagaki Robun menunjukkan sikap
yang mengikuti aliran pembaharuan. Hal tersebut terlihat pada pemilihan tema dalam salah
pembaharuan.
yang pulang belajar dari luar negeri membawa pemikiran-pemikiran baru yang kemudian
Barat dimulai dengan adanya kesusastraan terjemahan. Berbagai hasil karya sastra Barat
diterjemahkan dan ditiru sehingga menjadi pendorong bagi lahirnya kesusastraan baru.
Diantara karya terjemahan yang terkenal adalah kisah Robinson Crusoe yang diterjemahkan
dalam bahasa Jepang dengan judul Robinson Zenden, kemudian diterbitkan pula Arabia
Monogatari yang merupakan ringkasan bahasa Jepang dari kisah Arabian Night.
diperkenalkannya aliran romantisme dan naturalisme oleh Nishi Amane. Kemudian muncul
pula kelompok yang menganjurkan pemakaian aliran realisme di Jepang. Anjuran ini
terutama datang dari mereka yang menolak cara berfikir cerita-cerita yang bertemakan
52
Kanzen Chooaku, yaitu tema-tema yang menitikberatkan pada pemikiran yang benar akan
berakhir dengan kemenangan dan yang salah/buruk akhirnya akan kalah. Para pencetus ide
ini ingin menjadikan pengetahuan yang didapat dari hasil penyelidikan terhadap kesusastraan
asing sebagai pedoman. Dari teori-teori yang mereka anut, teori realisme menjadi yang paling
Tahun 1887 (Meiji tahun 20) merupakan puncak dari westernisasi di Jepang. Hal
parade yang diselenggarakan oleh golongan yang menerima kebudayaan Barat di Jepang.
Tetapi kebudayaan Barat tersebut ternyata tidak diterima oleh semua golongan, karena pada
saat itu muncul suatu golongan yang mengkritik dan menentang westernisasi yang ekstrim
dimana pengaruh dan kebudayaan Barat dimasukkan secara tergesa-gesa. Golongan ini antara
sebuah karya sastra berjudul Ryuukyoo Shinshi. Kemudian muncul pula tokoh-tokoh lain
yang juga menentang dengan cara mendirikan sebuah perkumpulan bernama Seikyoosha.
Jepang melalui majalah yang mereka terbitkan. Sementara itu di dalam dunia kesusastraan
sendiri muncul kecenderungan para sastrawan untuk kembali menggunakan metode klasik
dalam dunia sastra. Mereka pun kemudian membuat sebuah perkumpulan bernama
kritikan terhadap aliran naturalisme yang umumnya lebih banyak menceritakan bagian-
bagian terburuk dari kehidupan manusia secara jelas. Para penganut aliran anti naturalisme
membuat tema cerita yang bertolak belakang dengan naturalisme yaitu melukiskan kehidupan
manusia dari segi keindahannya. Yang termasuk dalam aliran ini antara lain kesusastraan
53
estetisme dan intelektualisme (dipelopori oleh Akutagawa Ryuunosuke), serta karya-karya
Pada tahun 1918 mulai berkembang kesusastraan anak-anak yang dirintis oleh Suzuki
Miekichi. Ia menerbitkan sebuah majalah bernama Akai Tori yang berisi novel anak karya
pengarang terkenal. Selain itu dalam majalah tersebut Miekichi pun memperkenalkan cara
menulis huruf indah dan cara menulis puisi modern. Tidak hanya menerbitkan novel dalam
bentuk majalah, Miekichi pun menulis novel anak-anak yang kemudian dikumpulkan dan
Berdasarkan jenisnya karya sastra yang dihasilkan pada zaman modern dapat dibagi menjadi
empat kategori yaitu Novel dan Kritik, Kesusastraan Drama, Puisi dan Tanka. Namun,
keempat karya sastra tersebut mempunyai ciri khas tersendiri pada setiap periodenya. Berikut
adalah penjelasan mengenai kekhasan karya-karya sastra yang dihasilkan pada periode awal
Karya sastra yang lahir pada masa periode awal adalah karya yang masih memegang
tradisi kesusatraan lama namun menuju pembaharuan. Hal tersebut terlihat pada novel-novel
yang muncul sebagai hasil karya kesusastraan peralihan, antara lain novel karya pengarang-
pengarang seperti Kanagaki Robun, Takabatake Ransen dan Somezaki Nobufusa. Diantara
ketiga pengarang tersebut, Kanagaki Robun merupakan pengarang yang menganut aliran
pembaharuan dalam pengungkapan karya sastranya. Dalam buku berjudul Seiyoo Doochuu
Hizakurige dan Agura Nabe, tema cerita yang dipilih Robun adalah gambaran masyarakat
Dalam bidang sastra terjemahan muncul berbagai karya yang merupakan hasil
terjemahan dari para pengarang Jepang yang mendapat pendidikan dari dunia Barat. Selain
54
Robinson Zenden dan Arabian Night, muncul pula buku terjemahan sastra barat lain,
diantaranya Kisah Perjalanan Mengelilingi dunia dalam 80 hari yang merupakan terjemahan
dari karya Jules Verne. Selain itu muncul pula hasil terjemahan Niwa Juniichiroo berjudul
Karyuu Shunwa yang diterjemahkan dari buku karya Lytton, yang kemudian mendapat
pengakuan sebagai sebuah karya sastra yang bermutu tinggi. Dalam bidang teori kesusastraan,
muncul nama Nakae Chomin yang menghasilkan karya terjemahan berjudul Uishi Bigaku.
pendapat dan gagasan politik yang dituangkan dalam bentuk novel yang kemudian menjadi
awal berkembangnya novel politik. Pengarang-pengarang novel politik yang terkenal pada
masa ini antara lain, Yano Ryuukei yang menulis novel berjudul Keikoku Bidan, Tookai
Sanshi dengan karya berjudul Kajin no Kiguu dan Suehiro Tetchoo yang menghasilkan novel
Jepang.
Pada masa munculnya gerakan anti barat, novel-novel yang dihasilkan lebih banyak
dari para pengarang yang kembali kepada metode klasik. Karya yang terkenal merupakan
novel yang ditulis oleh pengarang berpengaruh pada masa itu diantaranya Ozaki Kooyoo yang
menulis novel berjudul Nininbikuni Irozange, Kyaramakura, Ninin Nyooboo dan Sannin
Tsuma. Selain itu pada masa ini pun muncul seorang pengarang wanita bernama Higuchi
Perkembangan lain dari novel pada masa periode awal ini ditandai dengan munculnya novel
populer ( Tsuzoku Shousetsu) dan kesusastraan rakyat (Taishuu Bungei). Novel yang populer
pada masa itu adalah karya-karya dari Kume Masao dan Kikuchi Kan. Novel Kikuchi Kan
55
yang sangat laris adalah novel yang berjudul Shinjui Fujin, sedangkan untuk jenis Taishuu
Bungei novel berjudul Daibosatsu Tooge merupakan novel terkenal yang ditulis oleh
Nakazato Kaizan.
sastra yang menghendaki perubahan dalam kesusastraan Jepang. Argumen sastra tersebut
beberapa diantaranya dituangkan dalam sebuah buku seperti yang dilakukan oleh Tsubouchi
Shooyoo dalam bukunya yang berjudul Shoosetsu Shinzui. Dalam bukunya Shooyoo
mengungkapkan bahwa sebuah novel haruslah mengungkapkan dengan jelas apa yang
sebenarnya terdapat di dalam kehidupan duniawi. Shooyoo pun membuka sejarah baru
kesusastraan Jepang dengan menyingkirkan paham dan pandangan yang selama ini
menganggap karya sastra sebagai hiburan semata. Selain Tsubouchi Shooyoo, muncul juga
Futabei Shimeiyang menulis buku berjudul Shoosetsu Sooron. Buku tersebut merupakan
karya yang melengkapi dan memperbaiki serta mengkritik teori yang dikemukakan
Tsubouchi Shooyoo.
56
Kritik lain yang muncul dalam perkembangan kesusastraan Jepang adalah kritik
terhadap westernisasi yang terdapat dalam buku berjudul Ryukyoo Shinshi karya Narushima
Ryuuhoku. Kemudian muncul pula sebuah majalah terbitan Seikyooshabernama Nihon Oyobi
Nihonjin yang memuat tulisan-tulisan yang mengkritik westernisasi. Majalah lain yang juga
muncul pada masa ini adalah Sigarami Zooshi yang banyak memuat tulisan-tulisan hasil
pemikiran Mori Oogai, seorang dokter tentara yang mendalami ilmunya di Jerman. Selain
sebagai seorang kritikus banyak pula novel dan buku yang dihasilkan oleh Mori Oogai yang
kemudian menjadi pembuka jalan bagi perkembangan aliran romantisme dalam dunia
kesusastraan Jepang.
2) Kesusastraan Drama
Pada masa ini Kabuki adalah salah satu drama yang bertahan dan masih tetap populer.
Kawatake Mokuami adalah seorang penulis yang mampu menyajikan lakon tentang realitas
kehidupan masyarakat Edo dalam bentuk drama Kabuki. Melalui karyanya yang berjudul
perubahan-perubahan baru yang terjadi di dalam masyarakat. Lakon yang yang disajikan
disebut dengan Sangirimono. Kemudian muncul pula lakon yang bersifat realisme yang
disebut Katsurekimono. Dalam lakon ini diceritakan banyak hal yang berhubungan dengan
kenyataan sejarah. Meskipun unsur dramanya sebagian besar hilang, namun lakon ini
Kemunculan drama gaya baru di Jepang dipelopori oleh Tsubouchi Shooyoo yang
di dunia Barat dalam karangan-karangannya. Hal tersebut terlihat pada karya Tsubouchi
Shooyoo yang berjudul Kiri Hitoha, Maki no Kata dan Hototogisu Kojoono Rakugetsu. Selain
57
itu dia pun pernah menerbitkan buku yang merupakan terjemahan dari karya Shakeesper
yaitu Julius Caesar yang diberi judul Jiyuu-no Tachi Nagori-no Kireaji.
Pada perkembangan selanjutnya muncul pula sebuah aliran drama baru yang juga berasal dari
dari masyarakat zaman baru saat itu. Meskipun awalnya drama jenis ini mengambil tema
pemuda-pemuda yang cenderung pada politik dan keadaan golongan terpelajar, pada
penampilan selanjutnya mereka lebih cenderung mementaskan cerita-cerita yang diambil dari
novel-novel. Beberapa judul novel yang kemudian dipentaskan dalam bentuk drama antara
lain Hototogisu, Konjiki Yasha, Onna Keizu dan Taki no Shirai Ito.
Perjalanan drama Jepang pun tidak terlepas dari pengaruh dunia Barat. Mori Oogai
adalah salah satu sastrawan yang banyak memasukkan unsur sastra barat ke dalam sastra
modern. Berkat adanya drama-drama terjemahan ini, maka banyak pula bermunculan penulis-
penulis drama yang kegitannya berlanjut hingga zaman Taisho. Beberapa karya yang terkenal
antara lain Shuzenji Monogatari (kisah kuil Shuzen) yang ditulis Okamoto Kidoo, Genboku
Chooei yang ditulis Mayama Seika, dan Nagori no Hoshizukiyou (malam kelam) yang
merupakan karya dari Tsubouchi Shooyoo. Pada pementasan drama kreatif muncul karya-
karya seperti Nanbanji Monzen (pintu gerbang Kuil Namban) karya Kinoshita Mokutaroo,
Inouchi Kanmuri (mahkota hidup), Chichi Kaeru (ayah pulang) karya Kikuchi Hiroshi dan
sebagainya. Banyaknya penulis drama kreatif ini mengantarkan drama jenis ini menuju
puncak kepopulerannya dan menciptakan zaman baru yang berlainan dengan zaman
58
3) Puisi
Puisi pada masa ini lahir dari adanya keinginan untuk membuat puisi baru yang
merupakan ungkapanpikiran/ perasaan pada zaman baru dan berbeda dari bentuk yang sudah
ada seperti Waka, Kanshi dan Haiku. Puisi yang berbeda dengan bentuk-bentuk sebelumnya
dikumpullkan dalam sebuah buku berjudul Shunntaishihoo. Buku tersebut diterbitkan tahun
1882 oleh sarjana-sarjana dari Universitas Tokyo. Kumpulan puisi terjemahan lainnya yang
juga terbit dalam bentuk buku adalah Omokage. Kumpulan puisi tersebut merupakan
kumpulan beraliran romantis yang mempunyai nilai sastra tinggi dan berpengaruh kuat di
masyarakat saat itu. Kumpulan puisi ini diterbitkan grup Shin Sei Sha yang dipimpin oleh
Mori Oogai dan sebagian besar isinya banyak menerjemahkan karya-karya penyair ternama
Kumpulan puisi beraliran romantisme tidak hanya merupakan puisi terjemahan saja,
tetapi ada pula puisi-puisi lirik yang menggambarkan jiwa penulisnya. Salah satunya yang
muncul pada saat itu adalah buku berjudul Toosonshishuu. Buku ini merupakan buku
kumpulan puisi dari Shimazaki Tooson yang saat itu merupakan salah satu sastrawan Jepang
yang mempopulerkan kesusastraan beraliran naturalisme. Kumpulan puisi lain yang juga
muncul antara lain Tenchi Ujoo dan Gyooshoo yang merupakan hasil karya Doi Bansui,
Pada masa ini muncul pula puisi simbolis dan puisi bebas berbahasa lisan yang masih
merupakan bagian dari aliran naturalisme. Puisi simbolis dimulai oleh seorang pengarang
bernama Ueda Bin. Bentuk simbolis ini diambilnya dari aliran simbolisme Perancis dan
simbolis yang dilakukan oleh Ueda Bin ini kemudian memberikan pengaruh yang cukup kuat
59
bagi perkembangan puisi Jepang saat itu dan dianggap sebagai langkah awal dalam
mempopulerkan puisi simbolis di Jepang. Karya terjemahan Ueda Bin berjudul Kaichoon
yang diterbitkan pada tahun 1905 mendapatkan penilaian tinggi dalam puisi terjemahan
modern.
Puisi bebas berbahasa lisan dipelopori oleh seorang penyair bernama Kawaji Ryuukoo, yang
puisi jenis ini berangsur-angsur menjadi populer sampai akhirnya penyempurnaan puisi ini
dilakukan oleh Hagiwara Sakutaroo yang menjadikan puisi ini mempunyai nilai sastra
tersendiri.
Tanka pada periode awal ditandai dengan pembaharuan ke arah pantun yang
menuturkan perasaan serta pemikiran baru dengan bahasa dan gaya yang baru
pula.Pembaharuan tersebut dipelopori oleh seorang penyair bernama Yosano Tekkan yang
menuangkannya dalam kumpulan puisi berjudul Toozainanboku dan Tenchi Genkoo. Penyair
lain yang juga cukup berpengaruh pada perkembangan Tanka antara lainOchiai Naobumi,
Kaneko Kun-en, Hattori Motoharu, Kubo Inokichi dan Onoe Saishuu. Semua penyair ini
tergabung dalam sebuah organisasi bernama Asakasha. Pembaharuan dalam Tanka juga
dilakukan oleh seorang penyair generasi berikutnya bernama Sasaki Nobutsuna. Pada tahun
Hana yang membawa suasana baru dan digunakannya sebagai media untuk mengembangkan
Tanka. Setelah itu berturut-turut muncul pula organisasi dan perkumpulan para penyair Tanka
yang membawa alirannya masing-masing. Hal tersebut membawa berbagai suasana baru bagi
60
Dalam bidang Haiku nama Masaoka Shiki menjadi penanda perkembangan haiku
pada periode awal. Setelah pada awal zaman Meiji bentuk Haiku hanya bersifat tiruan dari
Haiku yang sudah ada, maka dengan kehadiran Masaoka Shiki, Haiku berkembang ke dalam
bentuk realisme. Beberapa buku Masaoka Shiki diantaranya adalah Dassai Shooku Haiwa
dan Haijin Buson. Pada periode ini Masaoka Shiki dianggap mampu memimpin dunia Haiku
dan bersama grupnya dia mampu mengadakan pembaharuan dalam bidang Haiku dengan
cara menyajikan Haiku dalam bentuk pelukisan menurut realisme dan pandangan terhadap
Sepeninggal Masaoka Shiki, dalam dunia Haiku muncul dua aliran, yaitu aliran
Hekigotoo dan aliran Kyoshi. Aliran Hekigotoo dipelopori oleh murid Masaoka Shiki
terdapat pada karya-karya Masaoka Shiki. Pada aliran ini Hekigotoo lebih mengutamakan
pandangan individu terhadap alam dan lebih mengagumi gaya yang bersifat realitas tanpa
mengambil bermacam-macam bentuk karena tidak lagi dibatasi oleh aturan baku sukukata
lima-tujuh-lima. Haiku gubahan Kawagihashi Hekigotoo ini dianggap sebagai bentuk Haiku
Sesuai dengan namanya, aliran Kyoshi dipelopori oleh Takahama Kyoshi yang juga
merupakan salah satu murid Masaoka Shiki. Takahama Kyoshi sendiri sangat taat pada aturan
Haiku tradisional,termasuk penggunaan tema musim yang telah ditinggalkan oleh aliran
61
Hekigotoo, sehingga dia sangat menentang dan mengkritik gerakan baru. Dia pun secara aktif
B. Latihan
2. Aliran apa saja yang muncul pada kesusastraan modern periode awal?
4. Apa yang menjadi tanda kepopuleran kesusastraan drama pada periode awal?
C. Rangkuman
Abad modern periode awal menjadi masa peralihan dalam dunia kesusastraan Jepang
dan diisidengan Gesaku Bungaku (kesusastraan masyarakat pada zaman Edo). Setelah itu
kemudian masuk pengaruh dari dunia barat yang kemudian membawa pengaruh besar pada
terpelajar. Para cendikiawan yang pulang belajar dari luar negeri membawa pemikiran-
pemikiran baru hingga kemudian menimbulkan terjadinya Bunmei Kaika (revolusi budaya).
Kesusastraan Barat dimulai dengan adanya kesusastraan terjemahan. Berbagai hasil karya
sastra Barat diterjemahkan dan ditiru sehingga menjadi pendorong bagi lahirnya kesusastraan
baru.
62
Di bidang teori kesusastraan, pengaruh Barat memberikan kontribusi dengan
menganjurkan pemakaian aliran realisme.Dari teori-teori yang mereka anut, teori realisme
menjadi yang paling dominan untuk dimasukkan ke dalam pedoman penulisan novel. Dengan
Tahun 1887 (Meiji tahun 20) merupakan puncak dari westernisasi di Jepang. Namun
kebudayaan Barat tersebut ternyata tidak diterima oleh semua golongan. Mereka yang
menggunakan metode klasik dalam penulisan karya sastranya. Golongan ini kemudian
menjadi pelopor munculnya aliran Pseudoklasik, yang disusul pula dengan aliran anti-
naturalisme yang merupakan bentuk kritikan terhadap aliran naturalisme. Kemudian pada
tahun 1918 mulai berkembang kesusastraan anak-anak yang dirintis oleh Suzuki Miekichi.
Berdasarkan jenisnya karya sastra yang dihasilkan pada zaman modern dapat dibagi
menjadi empat kategori yaitu Novel dan Kritik, Kesusastraan Drama, Puisi dan Tanka.
Novel pada masa periode awal adalah karya yang masih memegang tradisi kesusatraan lama
yang memicu munculnya pendapat dan gagasan politik yang dituangkan dalam bentuk novel
Dalam bidang drama, kabuki masih merupakan salah satu drama yang bertahan dan masih
tetap populer. Kemudian muncul drama gaya baru di Jepang yang melakukan perbaikan-
perbaikan untuk mengatasi kekurangan yang terdapat dalam lakon drama yang telah ada.
63
Pengaruh dunia Barat terlihat dari banyaknya unsur terjemahan-terjemahan dari drama-drama
Tanka pada periode awal ditandai dengan pembaharuan ke arah pantun yang menuturkan
perasaan serta pemikiran baru dengan bahasa dan gaya yang baru pula. Dalam bidang Haiku
nama Masaoka Shiki menjadi penanda perkembangan haiku pada periode awal. Setelah pada
awal zaman Meiji bentuk Haiku hanya bersifat tiruan dari Haiku yang sudah ada, maka
dengan kehadiran Masaoka Shiki, Haiku berkembang kedalam bentuk realisme. Selain itu
pada periode ini muncul pula dua aliran, yaitu aliran Hekigotoo dan aliran Kyoshi.
D. Tes Formatif
1. Adanya pengaruh kebudayaan Barat pada kesusastraan Jepang awal mulanya ditandai
dengan munculnya :
2. Tema-tema yang menitikberatkan pada pemikiran yang benar akan berakhir dengan
kemenangan dan yang salah/buruk akhirnya akan kalah dikenal dengan istilah :
64
4. Karya terkenal dari pengarang wanita tersebut adalah
a. Kume Masao dan Kikuchi Kan c. Kiri Hitoha dan Maki no Kata
b. Take Kurabe dan Nigorie. d. Onna Keizu dan Taki no Shirai Ito.
westernisasi adalah:
9. Berikut ini adalah para penyair pelopor pada pembaharuan Tanka, kecuali
10. Seorang penyair yang dianggap mampu memimpin dunia Haiku dengan cara menyajikan
Haiku dalam bentuk pelukisan menurut realisme dan pandangan terhadap alam secara
objektif adalah :
65
a. Kawagihashi Hekigotoo c. Onoe Saishuu
A. Uraian
Kesusastraan pada periode akhir ini berlangsung pada masa-masa pecahnya perang
dunia pertama. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem perekonomian dan susunan
masyarakat Jepang juga berpengaruh pada dunia kesusastraan Jepang. Dalam bidang
kesusastraan terjadi gerakan-gerakan yang mencerminkan perubahan akibat dari perang dunia
pengarang-pengarang dari kalangan kaum buruh yang kemudian mengambil bagian dalam
buruh maka dibuatlah sebuah majalah bernama Tanemakuhito yang menjadi media yang
menitikberatkan pada cara berfikir kaum buruh.Karya-karya yang mereka hasilkan dikenal
dengan kesusastraan sosialis/proletar yang kemudian secara perlahan mampu menjadi sebuah
Pada tahun 1928 dibentuk sebuah perserikatan kesenian proletas yang disebut Nippon
Artista Proleta Federacio (NAPF). Perserikatan ini pun menerbitkan majalah bernama Senki
yang dijadikan sebagai pusat kegiatan sastra aliran kiri yang cenderung radikal. Namun pada
tahun 1931 saat terjadi peristiwa Manchuria, sastra jenis ini mendapat penindasan hingga
hancur dan akhirnya organisasi proletar bubar. Sebagai gantinya munculnya sastra Tenkoo
66
Pada akhir zaman Taishoo kesusastraan baru yang bertahan adalah kesusastraan
mengutamakan perubahan dalam teknik sastra dan penyampaiannya. Yang menjadi pelopor
dari kesusastraan neosensualis adalah Yokomitsu Toshikazu yang juga sebagai ahli teori.
mendapat pengaruh kuat dari kesusastraan neosensualis, kemudian membentuk sebuah Aliran
Seni Baru (Shinkoogeijutsuha) yang bertujuan melawan sastra aliran kiri. Namun, karena
terlalu banyak memikirkan hal-hal kecil yang tidak penting aliran ini tidak dapat bertahan
lama dan kemudian digantikan dengan aliran baru yaitu aliran Neopsikologis
(Shinshinrishugiha). Aliran ini dipengaruhi oleh sastra Barat dan muncul dengan dipelopori
Pada tahun 1935, dalam dunia kesusastraan Jepang mulai diberikan penghargaan
Akutagawa untuk para sastrawan berprestasi. Adanya penghargaan ini ternyata menjadi
pemicu bermunculannya para pengarang muda berpotensi yang memberikan warna tersendiri
bagi kesusastraan zaman modern. Selain itu setelah masa perang muncul pula pengarang-
pengarang wanita. Di lain pihak bidang sastranya pun ditandai dengan munculnya sastra
Demokrasi dan perkembangan yang pesat dalam bidang jurnalistik. Hal ini menimbulkan
suatu keadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu kesusastraan yang menyebar dan
dapat diterima secara luas di tengah masyarakat. Kualitas sastrapun mengalami perubahan
dengan munculnya cerita detektif dan cerita Science Fiction disamping cerita-cerita non-fksi
dan reportasi yang telah muncul terlebih dahulu. Kesusastraan Jepang pernah menjadi pusat
perhatian dunia ketika pada tahun 1968 untuk pertama kalinya Kawabata Yasunari melalui
67
karyanya yang berjudul Utsukushii Nihon no Watashi-Sono Josetsu memperoleh hadiah
Karya sastra berbentuk novel yang muncul pada masa awal periode akhir ditandai
dengan munculnya dua aliran kesusastraan Proletar, yaitu aliran Bunsen dan Senki. Karya
awal dari kesusastraan proletar sendiri antara lain novel berjudul Uzumakeru no Mure yang
merupakan karya dari Kuroshime Denji, Santoo Senkyaku karya Maeda Koohirooichiroo, dan
Seryooshitsu-nite yang ditulis oleh Hirabayashi Taiko. Dalam aliran Senki terdapat dua buah
karya yang merupakan hasil dari pengarang terkenal bernama Kobayashi Takiji, yaitu
Kanikoosen dan Tooseikatsusha, sementara dari aliran Bunsen Hayama Yoshikimenulis dua
karyanya yaitu Sementoru daru-no Naka-no Tegami dan Umini Ikuru Hitobito. Walaupun
mempunyai aliran yang berbeda namun pada umumnya isi dari karya-karya tersebut lebih
Pada kategori aliran sastra modern,muncul tiga aliran yaitu aliran neosensualis, aliran
Seni Baru dan aliran Neopsikologis.Namun sayangnya dari ketiga aliran tersebut hanya dua
aliran yang berkembang dan bisa bertahan cukup lama, yaitu aliran neosensualis dan aliran
Yokomitsu Toshikazu yang menjadi pelopor aliran Neosensualis, Yasunari Kawabata yang
mendapat hadiah Nobel dalam bidang sastra dan Nakagawa Yoichi yang aktif di bidang teori
sastra. Karya dari Yokomitsu Toshikazu antara lain Nichirin, Napoleon-to Tamushi, Shanghai
dan Monshoo, sementara karya Yasunari Kawabata antara lain, Jurokusai no Nikki, Izuno
Odoriko dan Yukiguni. Aliran Neopsikologis memunculkan beberapa nama seperti Hori
68
Tatsuo dengan karyanya yang berjudul Seikazoku dan Kaze Tachinu, dan Funabashi Seiichi
Periode ini juga menjadi tanda munculnya karya-karya pengarang lama seperti novel
berjudul Bokutoo Kitan karya Nagai Kafuu, Kasoo Jinbutsu karya Tokuda Shuusei, An-ya
Koono karya Shiga Naoya, Kareki-no Aru Fuukei karya Uno Kooji, Ani Imooto karya Muro
Saisei dan Roboo-no Ishi karya Yamamoto Yuuzo. Kemudian ada pula karya-karya pengarang
muda yang bermunculan sejak adanya hadiah Akutagawa. Ishikawa Tatsuzo merupakan
pengarang pertama yang memperoleh hadiah Akutagawa melalui karyanya berjudul Sooboo.
Kemudian muncul pula karya-karya pengarang muda lainnya seperti Ayu karya Niwa Fumio,
Kokyuu Wasurebeki karya Takami Jun, Dooke no Hana karya Dazai Osamu, Wakai Hito
karya Ishizaka Yoojiroo, Fugen karya Ishikawa Jun, Atsumonozaki karya Nakayama Gishuu,
berani mengeluarkan karyanya mulai aktif kembali menandai kebebasan pers yang
berangsur-angsur pullih kembali. Novel-novel karya pengarang ternama pun mulai terbit
seperti Ukishizumi karya Nagai Kafuu, Shooshoo Shigemoto-no Haka karya Tanizaki
Junichiroo, Haiiro-no Tsuki karya Shiga Nagoya, Senbazuru karya Yasunari Kawabata,
Meiro karya Nogami Yoeko, Omoigusa karya Uno Kooji, Yasei-no Yuwaku karya Nagayo
Senroo dan Honjitsu Kyuushin karya Ibuse Masuji.Pengalaman perang pun mampu
melahirkan sastra corak lama yang dikelompokkan dalam kesusastraan pertama sesudah
perang dan kesusastraan kedua sesudah perang. Karya sastra yang mucul pada kesusastraan
pertama sesudah perang antara lain Kuroi E karya Noma Hiroshi, Shinya-no Shuuen karya
Shiina Rinzo, Furyoki karya Ooka Shoohei, dan Kinkakuji karya Mishima Yukio. Sementara
karya-karya sastra yang termasuk dalam kelompok kesusastraan kedua setelah perang antara
lain, Hiroba-no Kadoku karangan Hotta Yoshie, Tandoku Ryokoosha karangan Shimao
69
Toshio dan Toogyuu karangan Inoue Yasushi. Selain nama-nama tersebut, pada periode ini
terdapat pula para pengarang wanita seperti Kooda Aya,Enchi Fumiko, Sono Ayoko, Ariyoshi
ide untuk membuat kesusastraan demokrasi. Karya-karya terkenal yang termasuk kategori
kesusastraan ini antara lain Banshuu Heino yang ditulis oleh Miyamoto Yuriko, Tsuma-yo
Nemure yang ditulis Tokunaga Sunao, Kao Otsu Hei Tei yang ditulis oleh Nakano Shigoharu
Dalam bidang kritik sastra, Kobayashi Hideyoshi adalah kritikus terkenal pada
Ishoo, yang kemudian dilanjutkan dengan buku lainnya berjudul Shishoosetsuron. Sebagai
berhaluan kiri, selain itu ia pun memberikan kritiknya terhadap kekurangan-kekurangan yang
Pada masa setelah perang muncul buku berjudul Fuuzoku Shoosetsuron yang ditulis oleh
Nakamura Mitsuo yang isinya berisi kritikan-kritikan tentang buku-buku cerita rakyat pada
waktu itu. Kemudian pada masa terjadi perubahan kualitas sastra yang disebabkan oleh
perkembangan jurnalistik yang pesat, muncul nama-nama kritikus sastra seperti Yoshida
Kenichi, Okuno Takeo, Yashimoto Takaaki, Etoo Jun, Isoda Koochi dan lain-lain.
70
Majalah Shirakaba yang diterbitkan oleh Shiga Naoya
2) Kesusastraan Drama
Pada periode akhir kesusastraaan drama dimulai dengan karya yang dibuat oleh
pemimpin drama baru beraliran neosensualis bernama Kishida Kunio. Ia membuat karya-
karya dramanya dengan bersandar pada drama modern Perancis dan membentuk aliran
Geisaku melalui majalahnya yang juga bernama Geisaku. Selain itu, Kishida Kunio pun
merupakan pendiri dari teater Bungakuza bersama Kubota Mantaroo dan Iwata Toyoo.
Karya drama yang muncul pada periode ini antara lain karya-karya yang ditulis oleh Kishida
Kunio sendiri dan beberapa penulis yang juga termasuk dalam kelompok beraliran Gesaku.
Karya-karya tersebut antara lain Furui Gangu, Kami Fuusen, Ushiyama Hoteru yang ditulis
Kishida Kunio, Nijuurokubankan yang ditulis oleh Kawaguchi Ichiroo, Ofukuro yang ditulis
oleh Tanaka Chikao, Shuusuirei yang ditulis oleh Uchimura Naoya, Hanahadashiki Ichizoku
yang ditulis Morimoto Kaoru, dan Setonaikai-no Kodomora yang ditulis Koyama Yuushi.
Karya-karya tersebut ditampilkan atas kerjasama mereka dengan Tomoda Kyosuke dan
Tamura Akiko dari Tsukijiza (teater Tsukija). Pada jenis drama proletar, pementasannya lebih
banyak berupa drama cerita dengan karya-karya seperti Haritsuke Mozaemon dan Nani-ga
Kanojo-o Soosasetaka yang ditulis oleh Fujimori Seikichi. Karya lain yang dipentaskan
71
diantaranya Kizudarake-no Oaki dan Bui yang ditulis Miyoshi Juuroo,dan Booryuukudanki
yang ditulis Murayama Tomoyoshi. Selain itu adapula Hokutoo-no Kaze karya Hisaita
Eijiroo dan Goryookaku Kessho karya Kubo Sakae yang merupakan drama yang
menonjolkan sifat pementasannya dengan menghilangkan sifat umum dari drama proletar.
Shintsukiji (Shintsukiji Gekidan). Namun setelah perang dunia II berakhir, pementasan drama
kembali dilakukan bersamaan dengan maraknya pementasan Kabuki pada saat itu.Kegiatan
drama seperti Shinkyoo Gekidan, Bungakuza Haiyuuza dan Mingei. Kembalinya seni drama
ditandai dengan kerjasama beberapa perkumpulan drama tersebut dalam mementaskan drama
Tschehoff yang berjudul Sakura-no Sono. Selanjutnya ada pula pementasan drama berjudul
Kensatsukan karya Gogori yang dianggap sebagai masa pendewasaan kegiatan drama.
Pementasan drama pun diramaikan dengan kegitan para pengarang lama dan para
pengarang baru. Beberapa tema dalam karya drama yang dibuat sebelum masa perang dunia
II diteruskan dalam drama zaman setelah perang. Karya-karya tersebut antara lain karya
berjudul Ringoen Nikki dan Nihon-no Kisoo yang ditulis Kubo Sakae, Sono Hiro-o Shirazu
dan Honoo-no Hito yang ditulis Miyoshi Juuroo dan Shinda Umi yang ditulis Murayama
Tomoyoshi. Setelah perang pengarang baru yang bermunculan mengusung tema drama yang
memiliki ciri khas pada tema dan susunannya yang bersifat luas dan bebas. Karya-karya yang
dipentaskan oleh para pengarang muda ini antara lain, Yuuzuru yang mengambil bahan dari
cerita-cerita rakyat dan merupakan hasil karya Kinoshita Junji, drama fiksi berjudul Nayotake
karya Katoo Michio, Kiti Taifu dan Ryuu-o Nadeta Otoko karya Fukuda Tsuneari, Kindai
Noogakushuu dan Rokumeikan karya Misima Yukio serta Kiteki Issei karya Nakamura Mitsuo.
72
3) Puisi
Puisi pada periode akhir ditandai dengan munculnya sebuah buku kumpulan puisi
terjemahan berjudul Gekka-no Ichigun yang merupakan sebuah kumpulan puisi modernisme.
Buku ini berisikan puisi-puisi modern setelah perang dunia pertama karya para penyair
Perancis yang diperkenalkan pada masyarakat Jepang saat itu.Buku ini memberikan pengaruh
amat besar pada perkembangan puisi pada zaman Shoowa dan menjadi jalan bagi puisi-puisi
beraliran surrelisme. Beberapa nama yang dikenal sebagai tokoh penggerak aliran surrelisme
adalah Haruyama Yukio, Kitagawa Fuyuhiko, Nishiwaki Junzaburoo dan Miyoshi Tatsuji.
Bersama-sama mereka membuat sebuah majalah yang diberi nama Shi-to Shiron. Gerakan
surrelisme ini membuat puisi-puisi yang samasekali berbeda dengan puisi-puisi sebelumnya.
Bila puisi-puisi lain lebih condong pada unsur iramanya, maka puisi aliran surrelisme lebih
mengedepankan unsur-unsur rasional dalam puisinya. Selain itu gerakan surrelisme pun
mengkritik kelemahan-kelemahan dari puisi bebas berbahasa lisan. Pada masa ini pun muncul
usulan untuk pembuatan syair-syair prosa yang baru dan gaya puisi modernisme yang bersifat
inteligensia,aliran lirik dan aliran humanis. Puisi proletar diperkenalkan oleh Nakano
Shigeharu yang merupakan seorang penyair proletar yang mempunyai kedudukan yang
cukup tinggi dalam bidangnya. Puisi yang dihasilkan oleh Nakano Shigeharu bersifat
sederhana namun memiliki daya tarik yang menyegarkan. Puisi Inteligensia merupakan jenis
puisi yang komposisi dan isinya mengandung aliran inteligensia karena dihasilkan oleh para
Junzabaroo, Kitagawa Fuyuhiko, Murano Shiroo dan Anzai Fuyue. Nama-nama tersebut
merupakan tokoh-tokoh yang berasal majalah Shi-to Shiron. Sementara itu aliran lirik pun
turut meramaikan dunia puisi pada periode ini. Para pujangga seperti Miyoji Tatsuji, Muro
73
Saisei dan Tachihara Michizoo merupakan para penganut aliran lirik yang membuat puisi-
puisinya dalam bentuk lirik. Sebuah kumpulan puisi berjudul Sokuryoosen merupakan
kumpulan puisi lirik pertama karya Miyoji Tatsuji. Lirik-lirik yang dibuat oleh Miyoji Tatsuji
mengambil berbagai macam bentuk, seperti puisi pendek, puisi panjang dan puisi empat baris.
Selain Sokuryoosen, Miyoji Tatsuji pun membuat karya lain yaitu Kusa Senri dan Ittenshoo.
Aliran Humanisme sendiri berpangkal pada sebuah majalah bernama Rekitei. Tokoh-tokoh
yang muncul sebagai penganut aliran humanis antara lain, Miyazawa Kenji dan Kusano
Shimpei. Miyazawa Kenji menghasilkan sebuah kumpulan puisi berjudul Haru-to Sura yang
dinilai sebagai sebuah karya yang bermutu tinggi. Dalam karyanya ini terlihat bagaimana
kecintaan Miyazawa Kenji pada alam dan keinginannya membentuk sebuah kehidupan
manusia suci. Tokoh lain yaitu Kusano Shimpei pun menghasilkan kumpulan puisi,
diantaranya yang terkenal berjudul Kaeru. Dalam membuat karya-karyanya Kusano Shimpei
dikenal banyak menggunakan kata-kata onomatope, seperti yang terdapat dalam sebuah puisi
dalam Kaeru, dia memulai puisinya dengan sebuah onomatope berbunyi Runrun Rurunbu
Setelah sempat terhenti karena perang, kegiatan puisi berkembang kembali setelah
perang dunia II berakhir. Kebangkitan kembali puisi ini dimulai dengan diterbitkannya puisi
proletar dan kembalinya kegiatan para penyair yang tergabung dalam majalah Arechi.
Beberapa anggota yang saat itu mendapat perhatian besar diantaranya Ayukawa
Nobuo,Tamura Rukuichi dan Nakaki Masao. Selain mereka yang juga mendapat perhatian
besar saat itu adalah puisi-puisiyang berbau kesusastraan klasik. Adapun karya-karya lain
yang muncul sebagai puisi pada masa sesudah perang diantaranya puisi karya Takamura
Kootaro berjudul Chiekoshoo,dan puisi karya Takami Jun berjudul Shi-no Fuchi-yori.
Kemudian muncul juga nama-nama penyair muda seperti Tanikawa Shuntaroo, Yamamoto
74
4) Tanka dan Haiku
berpengaruh pula pada perkembangan Tanka. Tokoh yang berpengaruh dalam dunia Tanka
antara lain Watanabe Junjoo yang mengkritik keras pantun pendek lama yang berbau feodal
dan borjuis. Bersama-sama dengan para penyair proletar yang dihimpunnya, Watanabe
Junzoo mengusulkan pembuatan puisi yang melukiskan perasaan hati dan kehidupan
sesungguhnya dari masyarakat kaum buruh. Namun, karena tujuan mereka lebih cenderung
pada bidang politik, maka bentuk puisi yang mereka hasilkan dianggap sebagai sebuah karya
Pada periode ini selain terdapat pantun pendek berbahasa lisan, setelah keluarnya
Tanka proletar , muncul pula suatu aliran seni baru yang dipelopori oleh Maekawa Samio dan
kawan-kawan. Aliran baru ini tidak lagi menghiraukan mutu hasil karya seni sastra yang
rendah sehingga perkembangan gerakan pembuatan Tanka bebas selain meluas. Namun,
aliran seni baru ini tidak bertahan lama karena adanya kelompok-kelompok mayoritas yang
menuntut penulisan Tanka kembali pada gaya lama. Dengan kuatnya pengaruh kelompok
mayoritas ini, maka secara berangsur-angsur pembuatan Tanka kembali pada aturan lama
Ketika masa perang berlangsung para penulis pantun saling bersatu dan menghasilkan
pantun-pantun bersifat menyanjung perang yang sedang berlangsung. Pantun pendek sendiri
muncul kembali sesudah perang berakhir. Keinginan dan hasrat orang-orang untuk membuat
pantun pendek menjadi semakin tinggi ketika di dunia pantun sempat timbul pendapat yang
menghendaki pantun pendek dihilangkan. Dengan semakin banyaknya para penulis pantun,
maka bermunculan pula para penyair baru, diantaranya adalah Kondoo Yoshimi yang
75
Dalam dunia Haiku muncul aliran Hototogisu yang menuliskan Haiku berdasarkan
pencetusan hati nurani manusia akan keindahan alam. Aliran ini muncul dari para penyair
yang memusatkan kegiatannya di majalah Hototogisu. Majalah ini sendiri dianggap sebagai
benteng dari kegiatan haiku tradisional sejak akhir zaman Taishoo sampai awal zaman
Shoowa. Dari sekian banyak penyair beraliran Hototogisu nama Kawabata Bosha muncul
sebagai penyair yang giat meneruskan penulisan Haiku aliran Hototogisu ini.Namun
menjelang akhir zaman Taishoo, timbul ketidak puasan terhadap aliran Hototogisu, sehingga
muncul pembaharuan yang melahirkan pantun-pantun haiku yang bersifat lirik atau
intelektual yang dipelopori oleh Mizuhara Shuuooshi. Selain itu, muncul pula nama
Yamaguchi Seishi yang melukiskan keindahan dalam suasana perkembangan dan kemajuan
kehidupan. Tema dalam karya-karyanya banyak mengambil ide dari kehidupan perkotaan dan
Aktivitas yang dilakukan oleh Mizuhara Shuuooshi dan Yamaguchi Seishi memicu
usaha pembaharuan Haiku yang semakin meluas. Gerakan baru ini berusaha untuk
memajukan dan mengembangkan gaya yang anti realisme. Pembuatan Haikunya tetap
berpegang pada aturan dasar penulisan Haiku, namun untuk melukiskan perasaan dan pikiran
pengarang kigo (bahasa simbol untuk mengungkapkan empat musim), dan kikan (perasaan
yang timbul pada empat musim) tidak lagi digunakan. Sebagai gantinya maka digunakan
pelukisan yang bersifat intelektual dan subyektif. Gerakan ini dikembangkan oleh Hino
Soojoo, Saitoo Sanki dan Tomizawa Kakio. Akan tetapi karena gerakan ini lebih cenderung
seperti yang dijelaskan di atas, lahir pula penyair-penyair yang menentangnya. Para penyair
seperti Nakamura Kusatao, Katoo Shuson dan Ishida Hakyoo menulis pantun-pantun haiku
yang mengungkapkan kehidupan manusia. Melalui pantun haikunya para penyair tersebut
76
mencoba mengungkapkan eksistensi manusia dan mencari pembentukan watak manusia.
namun pengungkapan Haiku mereka dianggap sebagai Haiku yang sulit dimengerti.Seperti
halnya Tanka, Haiku pada masa perang pun isinya lebih banyak menyanjung kegiatan perang
yang sedang berlangsung. Setelah masa perang berakhir dengan dimotori oleh Ishida Hakyoo
dan Saitoo sanki, kegiatan Haiku kembali dapat dilanjutkan seperti masa-masa sebelum
perang.
B. Latihan
3.Apa yang menjadi perbedaan antara kesusastraan proletar dan kesusastraan neosensualis?
4. Apa yang menjadi pemicu bermunculannya para pengarang muda berpotensi pada masa
sesudah perang?
5. Apa pengaruh terbesar yang terjadi pada kesusastraan modern akibat munculnya sastra
demokrasi?
C. Rangkuman
Kesusastraan pada periode akhir ini berlangsung pada masa-masa pecahnya perang
dunia pertama. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem perekonomian dan susunan
perubahan dan munculnya kesusastraan baru, yang kemudian bertahan sampai akhir zaman
77
Taishoo adalah kesusastraan proletar dan kesusastraan neosensualis (Shinkankakuha). Pada
perkembangan selanjutnya, para pengarang muda yang banyak mendapat pengaruh kuat dari
(Shinkoogeijutsuha) yang bertujuan melawan sastra aliran kiri. Setelah masa perang muncul
pula pengarang-pengarang wanita yang produktif menghasilkan karya sastra. Di lain pihak
bidang sastranya pun ditandai dengan munculnya sastra Demokrasi dan perkembangan yang
Novel yang muncul pada masa awal periode akhir ditandai dengan munculnya dua
aliran kesusastraan Proletar, yaitu aliran Bunsen dan Senki. Walaupun mempunyai aliran
yang berbeda namun pada umumnya isi dari karya-karya tersebut lebih banyak menceritakan
kebaikan-kebaikan politik para penguasa saja. Sementara paada kategori aliran sastra modern,
muncul tiga aliran yaitu aliran neosensualis, aliran Seni Baru dan aliran Neopsikologis,
meskipun kemudian hanya aliran neosensualis dan aliran Neopsikologis yang berkembang
dan bisa bertahan cukup lama. Setelah perang berakhir, para pengarang-pengarang lama yang
sebelumnya tidak berani mengeluarkan karyanya mulai aktif kembali menandai kebebasan
pers yang berangsur-angsur pullih kembali. Kemudian dalam bidang kritik sastra, Kobayashi
Hideyoshi adalah kritikus terkenal pada periode ini. Selain itu muncul pulaNakamura Mitsuo
yang menulis buku berisi kritikan-kritikan pada buku-buku cerita rakyat pada waktu itu.
Dalam bidang drama periode akhir kesusastraaan drama dimulai dengan karya yang
dibuat oleh pemimpin drama baru beraliran neosensualis. Karya drama yang muncul pada
periode ini antara lain karya-karya yang ditulis oleh Kishida Kunio dan beberapa penulis
yang termasuk dalam kelompok beraliran Gesaku. Kegiatan pementasan drama sempat
dihentikan pada tahun 1940, namun setelah perang dunia II berakhir pementasan drama
kembali dilakukan bersamaan dengan maraknya pementasan Kabuki pada saat itu. Setelah
78
perang pengarang baru yang bermunculan kemudian mengusung tema drama yang memiliki
ciri khas pada tema dan susunannya yang bersifat luas dan bebas.
Puisi pada periode akhir ditandai dengan munculnya sebuah buku kumpulan puisi
terjemahan berjudul Gekka-no Ichigun yang merupakan sebuah kumpulan puisi modernisme.
Buku ini memberikan pengaruh amat besar pada perkembangan puisi pada zaman Shoowa
dan menjadi jalan bagi puisi-puisi beraliran surrelisme yang mengkritik kelemahan-
kelemahan dari puisi bebas berbahasa lisan. Perkembangan puisi berturut-turut diwarnai
dengan kemunculan puisi proletar, puisi inteligensia, aliran lirik dan aliran humanis. Setelah
sempat terhenti karena perang, kegiatan puisi berkembang kembali setelah perang dunia II
berakhir. Kebangkitan kembali puisi ini dimulai dengan diterbitkannya puisi proletar dan
Perkembangan Tanka pun tidak terlepas dari pengaruh kesusastraan proletar dan
kesusastraan modernisme.Pada periode ini selain terdapat pantun pendek berbahasa lisan,
setelah keluarnya tanka proletar , muncul pula suatu aliran seni baru yang dipelopori oleh
Maekawa Samio dan kawan-kawan. Aliran baru ini tidak lagi menghiraukan mutu hasil karya
seni sastra yang rendah sehingga perkembangan gerakan pembuatan Tanka bebas selain
meluas. Sementara dalam dunia Haiku muncul aliran Hototogisu yang menuliskan haiku
berdasarkan pencetusan hati nurani manusia akan keindahan alam. Namun selain muncul
79
D. Tes Formatif
2. Sebutkan tiga karya sastra terkenal yang menjadi tanda munculnya para pengarang lama
3. Apakah yang dimaksud dengan kesusastraan pertama dan kedua sesudah perang?
8. Mengapa Kobayashi Hideyoshi dianggap telah mampu mempertinggi nilai kritik dalam
kesusastraan?
9. Sebutkan dua hal yang menjadi tanda bangkitnya drama setelah perang dunia II berakhir?
10. Setelah perang apa yang menjadi ciri khas drama yang diusung para pengarang baru?
11. Sebutkan dua judul drama yang dipentaskan oleh para pengarang baru tersebut!
12. Apa yang membedakan puisi yang dipelopori gerakan surrelisme dengan puisi pada
umumnya?
80
14. Siapakah yang mengusulkan pembuatan puisi yang melukiskan perasaan hati dan
kehidupan sesungguhnya dari masyarakat kaum buruh yang dianggap sebagai karya yang
15. Aliran seni seperti apa yang dipelopori oleh Maekawa Sanio?
A. Uraian
Perkembangan kesusastraan Jepang tentulah tidak terlepas dari peran para sastrawan
yang secara aktif telah mendedikasikan kehidupannya untuk kemajuan kesusastraan. Melalui
perkembangan kesusastraan, lahir pula para sastrawan-sastrawan besar dari setiap generasi
dan genre. Dari sekian banyak nama-nama besar dalam dunia kesusastraan Jepang berikut
beberapa nama sastrawan yang dianggap telah memberikan perubahan dan warna lain pada
1. Natsume Souseki(夏目漱石)
81
guru di sebuah sekolah menengah bernama Matsuyama Chuugakkou yang berada di prefektur
Ehime. Pada masa ini Souseki sudah mulai menunjukkan minatnya yang besar pada
Haiku.Tahun 1896 dia menikah dengan seorang putri sekretaris keluarga bangsawan sebelum
London. Setelah menyelesaikan studinya, dia kembali ke Jepang dan mengajar di Universitas
Kekaisaran Tokyo.
Karya pertama Souseki adalah sebuah novel berjudul Wagahai wa Neko de aru
ditulisnya pada tahun 1905 dan dimuat di majalah Hototogisu. Novel ini bercerita tentang
keadaan masyarakat Jepang pada periode Meiji, terutama pada tema mengenai adanya
percampuran budaya Barat dan budaya tradisional Jepang. Pada awal diterbitkan, dalam
majalah Hototogisu, novel ini diterbitkan dalam 10 (sepuluh) seri. Namun bila kita
melihatnya pada edisi masa sekarang, novel Wagahai wa Neko de aru ini dibuat dalam
bentuk 1(satu) set yang terdiri dari 3(tiga) volume. Selain itu pada pertengahan tahun 1970,
seorang penulis film bernama Toshio Yasumi mengadaptasinya dalam bentuk film. Film
tersebut disutradai oleh Kon Ichikawa dan pada tahun 1975 diputar untuk pertama kalinya di
bioskop-bioskop. Tahun 1982 muncul pula versi animenya yang dibuat dalam bentuk seri.
Setelah sempat bekerja di perusahaan surat kabar Asahi Shimbun (1907), pada tahun
1910, Natsume Souseki sempat berhenti berkarya karena menderita sakit lambung yang
parah.Untuk menyembuhkan sakitnya ini, Souseki menyepi di sebuah kuil bernama Shuzen-ji
yang berada di daerah Izu. Setelah kondisinya membaik ia kemudian melahirkan karyanya
yang lain berjudul Kokoro dan Garasudo no Uchi. Karya terakhirnya dibuat pada tahun 1916
berjudul Meian, karena pada tahun tersebut tepatnya tanggal 9 Desember 1916 Natsume
Souseki meninggal pada usia 49 tahun. Selain karya-karya seperti yang telah disebutkan di
atas, Natsume Souseki pun melahirkan beberapa karya sastra yang cukup terkenal, seperti
82
Botchan dan Kusa Makura (1906), Kubi Jinsou (1907), Yume Juuya dan Sanshirou (1908),
2. Mori Oogai(森鴎外)
Mori Oogai lahir di Iwami sebuah kota di prefekur Shimane pada tanggal 17 Februari 1862
dengan nama Mori Rintaro (森林太郎). Dia menghabiskan masa kecilnya di kota tersebut
sampai usia 11 tahun dan karena ayahnya terkena dampak penghapusan sistem domain,
keluarganya kemudian pindah ke Tokyo. Di Tokyo, Mori Oogai mengikuti sekolah privat
semua materi perkuliahan diberikan dalam bahasa Jerman karena seluruh pengajarnya adalah
para dokter yang berasal dari Jerman. Bulan Juli 1881, Mori Oogai mampu menyelesaikan
studinya dan menjadi dokter pada usianya yang ke 19. Dia kemudian bergabung di Korps
Dokter Militer Angkatan Darat Jepang dan mulai bekerja di Rumah Sakit Angkatan Darat
Tokyo.
Pada tahun 1884 Mori Oogai mendapat kesempatan untuk melanjutkan studinya di
Jerman. Di Jerman, dia bertugas untuk meneliti sistem hygiene di Universitas Leipzig. Tahun
83
1886 dia sempat belajar di universitas Munchen kemudian 1887 dia melanjutkan belajar dan
penelitiannya di universitas Berlin. Selama belajar di Jerman, minat Mori Oogai ternyata
tidak hanya mempelajari bidang kedokteran saja namun dia pun mulai mendalami
kesusastraan dan filsafat Barat. Pada tahun 1888, Mori kembali ke Jepang bersama seorang
wanita yang ditemuinya di Jerman bernama Elise Wiegert. Sayang kebersamaan mereka di
Jepang hanya bertahan selama 1 bulan, karena Elise memutuskan untuk kembali ke Jerman.
Kisah percintaan mereka kemudian dituangkan oleh Mori Oogai dalam sebuah novel berjudul
Maihime. Sepeninggal Elise, setahun kemudian, tepatnya 1889 Mori Oogai menikah dengan
Toshiko yang merupakan putri sulung seorang Laksamana bernama Noriyoshi Akamatsu.
Dari pernikahannya ini Mori Oogai mempunyai seorang putra. Di tahun yang sama Mori
Oogai pun menghasilkan karya sastranya yang pertama berjudul Omokage. Karya sastranya
ini merupakan kumpulan puisi terjemahan yang dihasilkan oleh kelompok Shinseisha yang
dipimpinnya dan diterbitkan di majalah Kokumin no Tomo. Selain itu bersama adiknya Miki
Takeji, dia pun menerbitkan sebuah majalah sastra bernama Shigarami Sooshi.Melalui
majalah tersebut Mori Oogai mulai menterjemahkan karya-karya sastra dari luar negeri
seperti Faust yang merupakan karya Johann Wolfgang von Goethe, dan Improvisatoren karya
Pada tahun 1890 Mori Oogai menerbitkan dua novel yang cukup terkenal yaitu
Maihime yang dimuat di majalah Kuni no Tomo dan Utakata no Ki yang dimuat di majalah
Shigarami Shoushi. Kedua novel tersebut disusul oleh munculnya novel lain berjudul
Fumizukai di awal tahun 1891. Namun sayang kesuksesannya menghasilkan tiga karya besar
tidak diiringi dengan kesuksesan dalam kehidupan pribadinya. Setelah perceraian dengan
istrinya pada bulan September 1890, ia pun terlibat Botsurisoo Ronsoo(polemik sastra) yang
84
Selama masa perang, ketika kegiatan kesusastraan Mori Oogai sempat terhenti karena
ia lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada karir kedokterannya. Mori Oogai ikut terjun
ke medan perang sebagai dokter komisaris di Manchuria.Tahun 1898, dia diangkat menjadi
komandan dokter militer pengawal kekaisaran dan merangkap sebagai kepala sekolah dokter
militer di Tokyo. Kemudian dia dipindah tugaskan ke daerah Kyuushuu tepatnya ke kota
Kokura dan menjabat sebagai Kepala Korps Dokter Militer Divisi XII. Pada masa perang
Jepang-Rusia, Mori Oogai pun turut ke medan perang sebagai komandan militer divisi II di
Manchuria hingga tahun 1906. Pada tahun 1907 dia diangkat menjadi Inspektur Jenderal
Korps Dokter militer Angkatan Darat merangkap juga sebagai Direktur Biro Urusan
Setelah masa perang berlalu, Mori Oogai kembali aktif di dunia kesusastraan.Pada
tahun 1909 dia menerbitkan sebuah majalah bernama Subaru yang kemudian menjadi media
Seinen. Tahun 1911 muncul pula novelnya yang terkenal berjudul Mousou dan Gan dan
tahun berikutnya ia mulai aktif menulis novel bertemakan sejarah. Novel sejarah pertamanya
berjudul Abe Ichizoku terbit pada tahun 1913 yang disusul dengan novel sejarah berikutnya
seperti Sanshoodayuu dan Saigo no Ikku pada tahun 1915, Takasebune dan Shibue Chuusai
pada tahun 1916. Pada tahun ini pula Mori Oogai memutuskan untuk berhenti dari dunia
kemiliteran. Setelah mengundurkan diri, Mori Oogai kemudian diangkat menjadi kurator
Museum Kekaisaran sekaligus juga menjabat sebagai kepala perpustakaan di bagian Arsip
dan Makam, Departemen Rumah Tangga Kekaisaran. Sebagai kepala perpustakaan, salah
satu tugasnya adalah menentukan nama bagi kaisar yang meninggal dunia dan ikut serta
dalam menentukan nama untuk zaman selanjutnya setelah zaman Taishoo. Namun karena
kesehatannya yang terus memburuk Mori Oogai tidak dapat melaksanakan tugasnya hingga
selesai. Dia mengundurkan diri dan menyerahkan tugasnya pada Masuzo Yoshida, hingga
85
kemudian karena penyakit ginjal dan tubercolosa yang dideritanya, Mori Oogai meninggal
dunia pada tanggal 9 Juli 1922 di usianya yang ke 60 tahun. Dia dimakamkan di Kofuku-ji
(sekarang bernama Zenrin-ji) sebuah kuil di daerah Mitaka Tokyo. Meskipun pada pesan
terakhirnya dia hanya ingin dikenal sebagai Mori Rintaro dari Iwaji, namun dunia
kesusastraan Jepang mengenal Mori Oogai sebagai seorang novelis, kritikus, penterjemah dan
penulis drama.
3. Shimazaki Tooson(島崎藤村)
Shimazaki Tooson lahir di Nagano pada tanggal 25 Maret 1872 dengan nama Shimazaki
Haruki. Ayahnya seorang kepala desa yang mengelola sebuah penginapan tradisional
(Honjin) di kota Magome Juku tempat Toson menghabiskan masa kanak-kanaknya. Pada
ketika usianya 14 tahun, ayahnya meninggal dunia sehingga Tooson dan kakak
Pada tahun 1891 Tooson lulus dari Meiji Gakuin, dan tahun berikutnya dia mengajar
di bahasa Inggris di Meiji Jougakko, sebuah sekolah khusus wanita.Di tempat ini dia
mengenal seorang penulis esai dan penterjemah bernama Kitamura Tokoku. Dari perkenalan
86
banyak menulis puisi-puisi lirik yang menggambarkan perasaan jiwa muda yang masih polos
Karya pertama Tooson muncul pada tahun 1897 berupa kumpulan puisi berjudul
Wakanashuu ketika dia menjadi pengajar di Tohoku Gakuin Sendai. Karya pertama Tooson
ini mendapat pujian dari para kritikus sastra saat itu dan dianggap sebagai salah satu tokoh
romantisme. Tahun 1899 dia kemudian mengajar di Komorogi Juku dan menikah dengan
seorang wanita bernama Hata Fuyu. Setelah itu pada tahun 1901 berturut-turut Tooson
kemudian hari keempat karya Tooson tersebut dikumpulkan dalam satu buku berjudul
Toosonshishuu.
Setelah aktif menulis puisi, Tooson beralih menjadi seorang penulis prosa fiksi. Novel
pertamanya berjudul Hakai terbit pada tahun 1906. Novel pertamanya ini dianggap sebagai
karya penting aliran realisme sekaligus menjadi karya paling berpengaruh dalam aliran
naturalisme. Novel pertamanya ini kemudian disusul dengan novel keduanya yang berjudul
Haru pada tahun 1908 dan diterbitkan di Asahi Shimbun.Novel tersebut berisi tentang catatan
otobiografi yang berbentuk sajak dan bersifat sentimentil yang disusul dengan terbitnya novel
ketiga berjudul Ie pada tahun1910. Novel ketiganya ini kembali mendapat pujian dari para
kritikus sastra dan sebagian besar dari mereka menganggap novel tersebut sebagai karya
Tahun 1913 Tooson memutuskan untuk pergi ke Perancis dan menetap disana selama
5 (lima) tahun. Sepulangnya dari Perancis Tooson menerbitkan novelnya berjudul Shinsei,
tepatnya pada tahun 1918. Novel tersebut berisikan catatan biografi Tooson sendiri yang
terlibat hubungan terlarang dengan keponakannya sendiri. Novel ini sempat menuai
87
kontroversi masyarakat penikmat sastra karena Tooson dianggap telah secara terang-terangan
Waseda. Setelah cukup lama tidak berkarya pada tahun 1926 Tooson menerbitkan karyanya
yang berjudul Arashi disusul dengan novel selanjutnya berjudul Yoake Mae yang terbit pada
tahun1929. Pada tahun 1935 Tooson mendirikan International PEN di Jepang dan sebagai
ketuanya dia pun berkesempatan mewakili Jepang untuk mengikuti rapat internasional di
Buenos Aires pada tahun 1936. Setelah itu Tooson pun berkesempatan untuk keliling Eropa
Pada tahun 1943 Tooson membuat sebuah serial berjudul Toohoo no Mon, namun
serial ini tidak sempat diselesaikannya karena ia mengalami serangan stroke. Shimazaki
Tooson akhirnya meninggal dunia pada tanggal 22 Agustus 1943 di usianya yang ke 71. Dia
dimakamkan di sebuah kuil Buddha bernama Jifuku-ji yang terletak di Oiso Prefektur
Kanagawa.
4. Shiga Naoya(志賀直哉)
88
Naoharu dikenal sebagai pribadi yang mempunyai sifat keras, menjungjung tinggi kesusilaan
dan menntang ketidakadilan. Selama hidupnya tercatat setidaknya tiga kali dia terlibat
perselisihan dengan ayahnya sendiri. Yang pertama terjadi pada tahun 1901 ketika terjadi
peristiwa pencemarandi Tambang tembaga Ashio. Yang kedua kalinya dia terlibat
pertengkaran dengan ayahnya karena dia melangsungkan pernikahan dengan salah seorang
gadis pelayan di rumahnya. Kemudian dia kembali bertengkar dengan ayahnya karena
ayahnya tidak setuju dengan pilihan hidup Shiga Naoya yang memutuskan untuk menjadi
penulis.
Pada tahun 1900, Shiga Naoya memutuskan untuk mengikuti ajaran agama Kristen
agama Kristen ini hanya berlangsung selama 7 tahun.Pada tahun 1909 setelah lulus dari
Gakushuuin, Shiga Naoya masuk Jurusan Sastra Inggris di universitas kekaisaran Tokyo.
majalah bernama Shirakaba. Edisi pertama majalah tersebut memuat novelnya yang berjudul
Abashiri made disusul kemudian pada tahun 1912, dua novelnya yaitu Otsuu Junkichi dan
Seigiha terbit.Novel Otsuu Junkichi merupakan kisah percintaan yang ditulis berdasarkan
pengalaman pribadinya dengan gadis pelayan di rumahnya dulu. Pada masa ini Shiga Naoya
memutuskan untuk berhenti kuliah setelah sebelumnya pindah ke jurusan sastra Jepang di
universitas yang sama. Tahun berikutnya(1903) muncul pula novelnya yang berjudul Seibei
to Hyoutan dan Han no Hanzai. Tahun 1914 dia menikah dengan sepupu seorang temannya
dan memutuskan untuk tinggal di Abiko Prefektur Chiba. Setelah kepindahannya dia
menerbitkan dua karya terbaiknya yaitu Kinosaki nite dan Wakai (1917). Kinosaki Nite
merupakan cerpen yang ditulisnya selama beristirahat di sebuah onsen bernama Kinosaki saat
Shiga Naoya mengalami luka parah karena kecelakaan kereta api di daerah Yamate no
sen,sedangkan Wakai merupakan karya otobiografinya mengenai konflik antara ayah dan
89
anak yang ditulisnya setelah ia berdamai dengan ayahnya. Karya-karya lain yang juga
ditulisnya antara lain Kozoo no Kamisama dan Takibi (1920), dan novel Anya Kooro yang
disebut-sebut sebagai hasil sastra terkemuka pada era sastra Jepang modern. Anya Kooro
adalah satu-satunya novel terpanjang yang pernah ditulisnya. Bagian pertamanya diterbitkan
Pada tahun 1923 majalah Shirakaba yang dikelolanya tidak lagi diterbitkan. Namun
Shiga Naoya masih menghasilkan karya sastranya seperti cerpen Haiiro no Tsuki yang
diterbitkan pada tahun 1946. Tahun 1949, pemerintah Jepang menganugerahi Bunka
Kunshou(Orde Kebudayaan) kepada Shiga Naoya dan teman dekatnya yang bernama
Junichiro Tanizaki. Ketika usianya bertambah lanjut dan kondisi kesehatannya semakin
karena radang paru-paru dan usianya yang telah lanjut, pada tanggal 21 Oktober 1971 Shiga
Sepeninggalnya, banyak diantara naskah tulisan Shiga Naoya yang dihibahkan pada
Museum Sastra Modern Jepang. Selain itu Iwanami Shoten pun menerbitkan Shiga Naoya
Zenshuu (Antologi Naoya Shiga). Hingga saat ini dunia sastra Jepang mengenang Shiga
Naoya sebagai seorang sastrawan besar dengan gaya penulisan sangat sempurna dan realis
90
5. Miyazawa Kenji(宮沢賢治)
Miyazawa Kenji lahir di kota Hanamaki, prefektur Iwate pada tanggal 27 Agustus 1896
sebagai anak tertua dari sebuah keluarga pemilik rumah gadai yang kaya.Masa kecilnya
dihabiskan di kota tersebut hingga tahun 1918 dia menyelesaikan sekolahnya di Morioka
Kootoonourin Gakko. Tahun 1920, dia sempat menjadi pengajar di sekolah wanita bernama
Hanamaki Kootoojogakko sampai kemudian pada tahun berikutnya dia memutuskan untuk
pindah ke ibukota. Di Tokyo dia tinggal bersama temannya dan mulai banyak mengenal
yang berjudul Suisenzuki no Yoka dan mulai menulis puisi. Kemudian muncul pula karyanya
yang berjudul Eiketsu no Asa dan Musei Dookoku. Pada tahun 1924, muncul pula kumpulan
puisinya yang berjudul Haru to Shura dan kumpulan cerita anak-anaknya yang berjudul
Miyazawa Kenji tidak termasuk sukses, namun penyair Takamura Koutaro dan Kusano
kesusastraan.
91
Pada tahun 1926 Miyazawa Kenji mengundurkan diri dari sekolah pertanian
tempatnya mengajar dan terjun ke bidang pertanian dengan mendirikan sebuah asosiasi para
petani bernama Rasu. Asosiasi ini banyak ikut serta dalam berbagai kegiatan drama,musik
dan kegiatan drama lainnya. Di tengah kegiatannya Miyazawa Kenji masih sempat menulis
sebuah karya berjudul Ame nimo Makezu (1932) dan menerbitkan cerita anak-anak berjudul
Gusukoo Budori no Denki (1932). Namun karena penyakit pneumonia dan kelumpuhan yang
September 1933.
beberapa karya Miyazawa yang tidak sempat diterbitkan. Manuskrip yang berhasil
Kenji meningkat di masa-masa setelah perang dunia II. Kemudian pada tahun1982, dalam
rangka memperingati kematiannya yang ke-50 di kota asalnya dibuka Museum Miyazawa
Kenji yang menampilkan artefak dan beberapa manuskrip MiyazawaKenji. Selain itu pada
tahun 1996 muncul pula anime berjudul Kenji no Haru yang menggambarkan kehidupan
Miyazawa Kenji.
6. Akutagawa Ryuunosuke(芥川龍之介)
92
Ryuunosuke berusia 11 tahun. Sejak kematian ibunya dia kemudian menjadi anak angkat
paman dan bibinya dan mulai menggunakan Akutagawa yang merupakan nama ayah
Masa sekolah Akutagawa Ryuunosuke dilewatkan di kota Tokyo, dari sejak Sekolah
Dasar hingga dia berhasil lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Tokyo pada tahun
1913. Setelah lulus dari universitas Tokyo, pada tahun 1914 dia bersama Kan Kikuchi dan
Masao Kume yang merupakan teman semasa kuliahnya berpartisipasi dalam menerbitkan
majalah sastra bernama Sinshichou jilid ketiga.Dalam majalah tersebut karya Akutagawa
yang berupa terjemahan Balthasar dan Yeats dimuat untuk pertama kalinya. Pada saat itu
dihasilkannya berjudul Ronen juga dimuat di majalah Shinshichou. Sejak itu Akutagawa
Pada tahun 1915 cerpen Akutagawa yang berjudul Rashoomon dimuat di majalah
Teikoku Bungaku. Sejak penulisan cerpen tersebut, Ryuunosuke kembali menggunakan nama
aslinya Akutagawa Ryuunosuke. Kemudian pada tahun 1916 majalah Shinshicho kembali
terbit untuk keempat kalinya dan kembali memuat karya Akutagawa berjudul Hana yang
mendapat pujian dari Natsume Souseki yang merupakan guru dari Akutagawa. Disusul
kemudian dengan karya lainnya berjudul Imogayu. Di tahun ini pula Akutagawa mulai
mengajar bahasa Inggris di Akademi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang sebagai dosen tidak
sastra, diantaranya antologi cerpen Rashoomon, novel berjudul Gesaku Sanmai dan berhasil
menerbitkan kumpulan cerpennya yang berjudul Tabako to Akuma. Pada bulan Maret 1918
Akutagawa memutuskan untuk berhenti mengajar di Akademi Angkatan Laut dan setahun
93
kemudian dia memilih untuk bekerja di sebuah surat kabar bernama Osaka Mainichi
Shimbun. Dengan bekerja di surat kabar tersebut, Akutagawa semakin berkonsentrasi pada
ceritanya dari kejadian-kejadian yang berlatar belakang sejarah atau cerita klasik. Hal
tersebut kemudian dia olah sehingga melahirkan sebuah novel baru dengan penafsiran yang
baru pula.
Pada tahun 1919 Akutagawa menikah dengan seorang puteri mayor Angkatan Laut
bernamaTsukamoto Fumi dan dari pernikahannnya ini dia mempunyai tiga orang anak laki-
laki. Putra pertamanya bernama Hiroshi Akutagawa kemudian menjadi aktor, putra keduanya
bernama Takashi Akutagawa menjadi tentara yang kemudian gugur di medan perang,
sementara putra ketiganya yang bernama Yasushi Akutagawa kelak menjadi konduktor
sekaligus komponis. Pada tahun 1919 ini karya-karya yang dihasilkan oleh Akutagawa yaitu
Jigoku no Hen, Kare no Shou dan Kumo no Ito, kemudian disusul dengan cerpennya yang
berjudul Toshishun pada tahun 1920. Seiring dengan semakin banyaknya karya sastra yang
Pada tahun 1921 Akutagawa mendapatkan tugas sebagai koresponden luar negeri dan
inspirasi penulisannya yang kemudian dituangkan dalam sebuah catatan berjudul Shanghai
Yuuki. Namun sayang sekembalinya dari Tiongkok kesehatan fisik dan mental Akutagawa
mengalami penurunan. Dia mulai menderita gangguan kejiwaan yang saat itu dikenal dengan
kemudian menginap beberapa waktu di sebuah pemmandian air panas di daerah Yugawara
prefektur Kanagawa. Meskipun karena sakitnya ini karya yang dihasilkan terus menurun,
namun sejak tahun 1923 berturut-turut muncul karya Akutagawa berjudul Yabu no Naka,
Torokko, Genkaku Kimbou dan Kappa. Sejak menderita sakit karya-karya Akutagawa lebih
94
cenderung berbentuk otobiografi atau dalam kesusatraan Jepang lebih dikenal dengan istilah
Pada tahun 1927, kehidupan Akutagawa semakin tidak stabil. Selain kembali
menderita lemah syaraf yang ditambah dengan insomnia berat, Akutagawa pun harus
menanggung hutang kakak iparnya yang mati bunuh diri. Diduga karena perekonomiannnya
yang memburuk ditambah dengan beban penyakitnya, pada tanggal 24 Juli 1927, Akutagawa
ditemukan mati bunuh diri dengan cara menelan obat tidur dalam jumlah yang banyak. Karya
7. Kawabata Yasunari(川端康成)
Kawabata Yasunari lahir di Osaka pada tanggal 14 Juni 1899. Ketika berusia 4 tahun, kedua
orang tuanya meninggal dunia sehingga dia tinggal bersama keluarga ibunya. Setelah
Tokyo dan menyelesaikan sekolah menengah atasnya di kota tersebut hingga ia dapat
95
Kekaisaran Tokyo dan kemudian menerbitkan sebuah majalah bernama Bungei Jidai. Tahun
1926 novel pertamanya yang berjudul Izu no Odoriko dan Nanagokoro no Shosetsu menjadi
karya Kawabata yang dimuat dalam edisi-edisi awal majalah tersebut.Kemudian pada tahun
1929 karya lainnya yang berjudul Asakusa Kureinaidan dimuat pula di sebuah surat kabar
bernama Asahi Shimbun. Pada tahun 1935 dia pun menghasilkan karya terkenal yaitu Yuki
Guni yang kelak menjadi karya sastra yang mendapat penghargaan tinggi di seluruh dunia,
lebih banyak merupakan karya yang dalam penulisannya lebih banyak menuangkan perasaan
anak yatim yang dialaminya sendiri. Namun demikian dibalik perasaan sedihnya sebagai
anak yatim, Yasunari Kawabata pun dikenal sebagai seorang penulis yang ahli dalam
melukiskan seorang gadis.Karya-karya lain yang muncul pada tahun-tahun berikutnya antara
Shimbun. Puncak karir Kawabata Yasunari sebagai penulis fiksi ditandai dengan prestasinya
menjadi orang Jepang pertama yang memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang sastra
pada tahun 1968.Namun sayang pada tahun 1972 Yasunari Kawabata meninggal bunuh diri
dengan cara meracuni dirinya dengan gas. Beberapa dugaan yang muncul sebagai penyebab
keputusan Yasunari Kawabata melakukan bunuh diri antara lain karena penyakit Parkinson
yang dideritanya serta kegoncangan jiwanya akibat kematian sahabat dekatnya yang juga
96
Hadiah Nobel yang diterima Kawabata Yasunari
8. Dazai Osamu(太宰治)
Dazai Osamu lahir di Prefektur Aomori pada tanggal 19 Juni 1909 dengan nama Tsushima
97
menengah atas di Hirosaki Kootoogakkoo. Karya pertama yang ditulisnya ketika masih dalam
tahap belajar menulis adalah cerpen berjudul Saigo no Taiko yang dimuat di majalah Dojinshi
Seiza. Sejak itu dia semakin menguatkan tekadnya untuk menjadi seorang penulis.Dia sangat
mengetahui kematian Akutagawa yang tragis karena bunuh diri. Namun di kemudian hari
Dazai pun mengalami banyak hal yang membuat jiwanya labil sehingga tercatat beberapa kali
Pada tahun 1930 Dazai Osamu melanjutkan sekolahnya di jurusan Budaya Universitas
Dazai Osamu tidak dapat memahami mata kuliah yang dipelajarinya. Ia malah lebih banyak
terlibat pada pergerakan sayap kiri dan hampir-hampir tidak pernah ikut kuliah.
Keinginannya yang kuat untuk menjadi seorang penulis profesional membuatnya meminta
penulis Matsuji Ibuse untuk menjadi mentornya.Setelah belajar dengan Matsuji Ibuse inilah
nama pena Dazai Osamu mulai digunakan.Pada tahun 1930 dia menulis Omohi de di majalah,
kemudian disusul dengan dua karyanya yang berjudul Gyakko dan Dooke no Hana yang
diterbitkan pada tahun 1935 di majalah sastra Bungei.Novel Gyakko sempat menjadi
nominasi pada ajang penghargaan Akutagawa yang pertama, namun sayang novel tersebut
tidak menjadi pemenangnya. Kemudian pada tahun 1936 dia menerbitkan kumpulan
Tahun 1939 Dazai menikahi seorang wanita bernama Michiko dan memutuskan untuk
tinggal di tempat asal istrinya di daerah Kofu. Dari pernikahannya Dazai mempunyai tiga
orang anak. Pada masa-masa pernikahan keadaan jiwa Dazai menjadi stabil. Dimasa-masa
tersebut dia banyak menghasilkan karya-karya yang dianggap sebagai karya terbaiknya
seperti Fugaku Hyakkei dan Joseitoo (1939), Kakikomi Utae dan Hashire Merose (1940).
Tahun 1944 dia menulis catatan perjalanan pulang ke rumah keluarganya di Tsugaru melalui
98
karyanya yang juga berjudul Tsugaru. Pada tahun 1946 dia menulis naskah untuk drama
berjudul Fuyu no Hanabi dan pada tahun-tahun berikutnya dia menulis karya-karya besar
seperti Biyon no Tsuma dan Shayou (1947) serta Ninggen no Kankei. Sayang pada tahun
1948 Dazai Osamu bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri di sungai Tama. Dazai
Osamu meninggal pada usia 38 tahun dan menyisakan novel berjudul Goodbye yang tidak
pernah diselesaikannya.
Bila melihat karya-karya yang dihasilkan selama hidupnya, maka karya-karya tersebut
dapat dikategorikan pada 3 masa.Yang pertama masa awal penulisannya ketika Dazai Osamu
berusia 26-28 tahun.Pada masa tersebut dalam karyanya jelas terlihat kepekaannya sebagai
hidupnya ketika menjalani pernikahan.Pada masa tersebut terlihat jelas kesehatan dan
kestabilan jiwanya melalui karyanya yang tertuang dalam novel Fugaku Hyakkei dan Hashire
Osamu lebih banyak pada hal-hal yang berhubungan dengan kekacauan dan kehancuran
akibat perang, seperti yang dituangkannya dalam novel Shayo yang menceritakan kehancuran
Popularitas Dazai Osamu tidak lantas surut dengan kematiannya yang tragis.Karya-
karya Dazai banyak yang dikumpulkan dan diterbitkan oleh beberapa penerbit besar di
Jepang. Setelah Chikuma Shobo menerbitkan edisi lengkap karya Dazai, penerbit
KadokawaShoten kemudian menerbitkan pula karya-karya popular Dazai yang disusul oleh
penerbit Iwanami Shoten yang juga menerbitkan sebuah buku berjudul Osamu Dazai. Selain
itu penghargaan terhadap karya sastra yang bernama Hadiah Dazai pun kembali dihidupkan
pada tahun 1988 setelah sejak tahun 1978 dihentikan oleh penyelenggaranya.Di bidang lain
beberapa lokasi yang berhubungan dengan Dazai Osamu pun dijadikan tempat wisata, seperti
99
tempat kelahiran Dazai di Prefektur Aomori yang pada April 1988 dijadikan sebagai museum.
Selain itu para penggemar Dazai mengadakan kegiatan pada setiap tanggal 19 Juni.Para
penggemarnya ini berkumpul di Mitaka untuk memperingati hari lahir sekaligus hari
B. Latihan
1. Apakah judul novel yang menghantarkan Yasunari Kawabata menjadi pemenang Nobel
C. Rangkuman
Natsume Souseki lahir di Tokyo, pada tanggal 9 Februari 1867 dengan nama Natsume
Kinnosuke. Ia lulus dari Universitas Kekaisaran Tokyo jurusan Sastra Inggris dan mengawali
karirnya sebagai seorang guru.Karya pertama Souseki adalah sebuah novel berjudul Wagahai
wa Neko de aru. Dia meninggal tanggal 9 Desember 1916 Natsume Souseki pada usia 49
tahun.
Mori Oogai lahir di Iwami sebuah kota di prefekur Shimane pada tanggal 17 Februari 1862
dengan nama Mori Rintaro. Ia menyelesaikan studi di sebuah sekolah kedokteran dan bekerja
di Rumah Sakit Angkatan Darat Tokyo. Karya sastra pertamanya berjudul Omokage, yang
merupakan kumpulan puisi terjemahan. Mori Oogai meninggal dunia pada tanggal 9 Juli
100
Shimazaki Tooson lahir di Nagano pada tanggal 25 Maret 1872 dengan nama Shimazaki
Haruki. Ia lulus dari Meiji Gakuin dan memulai karirnya sebagai pengajar bahasa Inggris di
Meiji Jougakko. Karya pertama Tooson berupa kumpulan puisi berjudul Wakanashuu. Pada
tahun 1943 Tooson membuat sebuah serial berjudul Toohoo no Mon, namun serial ini tidak
Shiga Naoya lahir di kota Ishinomaki prefektur Miyagi pada tanggal 20 Februari 1883. Ia
lulus dari Jurusan Sastra Inggris di universitas kekaisaran Tokyo. Setahun kemudian (1910)
Edisi pertama majalah tersebut memuat novelnya yang berjudul Abashiri made . Tahun 1949,
ia mendapat penghargaan Bunka Kunshou (Orde Kebudayaan) . Namun karena radang paru-
paru dan usianya yang telah lanjut, pada tanggal 21 Oktober 1971 Shiga Naoya meninggal di
Miyazawa Kenji lahir di kota Hanamaki, pada tanggal 27 Agustus 1896. Dia
sekolah wanita bernama Hanamaki Kootoojogakko.Pada tahun 1922, dia menulis cerita anak-
anak yang berjudul Suisenzuki no Yoka dan mulai menulis puisi. Kemudian muncul pula
karyanya yang berjudul Eiketsu no Asa dan Musei Dookoku.Namun pada tanggal 21
September 1933 karena penyakit pneumonia dan kelumpuhan yang dideritanya selama
Akutagawa Ryuunosuke lahir pada tanggal 1 Maret 1892,dan merupakan lulusan dari jurusan
Sastra Inggris Universitas Tokyo. Setelah lulus dari universitas Tokyo, bersama temannya
berupa terjemahan Balthasar dan Yeats dimuat untuk pertama kalinya. Akutagawa menderita
101
lemah syaraf yang ditambah dengan insomnia berat. Dia ditemukan mati bunuh diri pada
Kawabata Yasunari lahir di Osaka pada tanggal 14 Juni 1899. Ia lulus dari Universitas
Kekaisaran Tokyo. Karya pertamanya yang terbit adalah cerpen berjudul Shoukonsai Ikkei.
Puncak karir Kawabata Yasunari sebagai penulis fiksi ditandai dengan prestasinya menjadi
orang Jepang pertama yang memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang sastra pada tahun
1968. Namun sayang pada tahun 1972 Yasunari Kawabata meninggal bunuh diri dengan cara
Dazai Osamu lahir di Prefektur Aomori pada tanggal 19 Juni 1909 dengan nama Tsushima
Shuuji. Karya pertama yang ditulisnya adalah cerpen berjudul Saigo no Taiko yang dimuat di
majalah Dojinshi Seiza. Dazai Osamu sempat melanjutkan sekolahnya di jurusan Budaya
Universitas Kekaisaran Tokyo, namun ia malah lebih banyak terlibat pada pergerakan sayap
kiri dan hampir-hampir tidak pernah ikut kuliah.Dazai Osamu meninggal bunuh diri dengan
cara menenggelamkan diri di sungai Tama dan menyisakan novel berjudul Goodbye yang
D. Tes Formatif
102