SEJARAH JEPANG
Jepang adalah negara yang tidak begitu luas dibandingkan dengan Indonesia. Namun
Jepang sudah mampu mengalahkan negara-negara Asia lainnya. Luas negara Jepang sendiri
adalah + 378.000km2 (ada pula yang menyebutkan hanya 370.000 km2). Itu berarti hanya
1/25 (seper dua puluh lima) dari negara Amerika.
Jepang (bahasa Jepang: 日本 Nippon atau Nihon; nama resmi: 日本国 Nipponkoku
atau Nihonkoku, nama harfiah: "Negara Jepang") adalah sebuah negara kepulauan di Asia
Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan
bertetangga dengan Republik Rakyat Tiongkok, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara
berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di
Laut Tiongkok Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang terdiri dari 6.852 pulau dan menjadikannya sebagai negara kepulauan. Pulau-pulau
utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu (pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu.
Sekitar 97% wilayah daratan Jepang berada di keempat pulau terbesarnya. Sebagian besar
pulau di Jepang bergunung-gunung, dan sebagian di antaranya merupakan gunung berapi.
Gunung tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji yang merupakan sebuah gunung berapi.
Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara
berpenduduk terbanyak di dunia. Tokyo secara de facto adalah ibu kota Jepang, dan
berkedudukan sebagai sebuah prefektur. Tokyo Raya adalah sebutan untuk Tokyo dan
beberapa kota yang berada di prefektur sekelilingnya. Sebagai daerah metropolitan terluas di
dunia, Tokyo Raya berpenduduk lebih dari 30 juta orang.
Pembagian zaman di Jepang tidak bisa dibagi menjadi beberapa dinasti seperti di China, karena Je
hanya mempunyai satu dinasti. Zaman Jepang dapat dibagi menjadi beberapa zaman, yaitu:
Zaman Jōmon (10.000 SM – 200 SM) Zaman
========>
Zaman Yayoi (200 SM – 250 M) Prasejarah
Zaman Yamato (250 M – 710 M)
Zaman
Zaman Nara (710 M – 794 M) =>
Kuno
Zaman Heian (794 M – 1185 M)
Zaman Kamakura (1192 M – 1333 M)
Zaman Muromachi (1338 M – 1568 M) Zaman
=> Zama
Zaman Azuchi-Momoyama (1568 M – 1600 M) Feodal =>
Sejar
Zaman Edo (1603 M – 1867 M)
Zaman Meiji (1868 M – 1912 M)
Zaman Taishō (1912 M – 1926 M) Zaman
=>
Zaman Shōwa (1926 M – 1989 M) modern
Zaman Heisei (1989 M – sekarang)
Sampai dengan kondisi Jepang yang saat ini kita kenal dengan kecanggihan teknologinya,
bangsa Jepang ternyata telah melewati aliran waktu sejarah yang panjang, hingga akhirnya
terbentuklah karakter mereka seperti yang dapat kita saksikan dewasa ini. Berikut ulasan
singkat mengenai sejarah bangsa dimulai dari era prasejarah.
A. Jepang Zaman Prasejarah
1) Keadaan Zaman
Pada zaman Pleistosin (zaman es) kepulauan Jepang masih menyatu dengan daratan
Asia. Kemudian pada akhir zaman Pleistosin, orang-orang pindah ke Jepang. Orang-orang
tersebut dikenal sebagai nenek moyang bangsa Jepang yaitu bangsa Ainu (disebut juga
bangsa Ezo atau Emishi).
Pada zaman Paleolithikum (zaman batu tua) orang-orang hidup dengan membuat alat-
alat dari batu kasar dan alat-alat dari tulang.
pada zaman Neolithikum (zaman batu muda) orang-orang hidup
dengan berburu, menangkap ikan dan mengumpulkan tanaman.
Mereka tinggal dengan cara mendirikan tiang di lubang dangkal
yang mereka gali dan mengunakan rumput sebagai atapnya
(Tateanashikijūkyo). Di dekat tempat tinggalnya, mereka makan
kerang dan membuang kulitnya sehingga terbentuk gundukan
kulit kerang (Kaizuka). Mereka sudah dapat membuat alat-alat
dari batu halus dan periuk. Periuk tersebut kemudaian
dinamakan periuk Jōmon (Jōmon shikidoki). Dari penamaan
periuk tersebut, diambil nama untuk zaman ini yaitu zaman
Jōmon. Zaman ini dimulai sejak kira-kira 10.000 SM.
Karena pada zaman Jōmon belum dikenal pertanian, orang-orang tinggal dalam
kelompok kecil dengan kehidupan berburu dan mencari ikan. Pada zaman Jōmon orang-orang
percaya akan adanya roh dalam semua benda yang ada di alam dan menyembahnya
(animisme dan dinamisme). Menurut Kojiki (cerita zaman kuno Jepang), setelah dunia
terbentuk, turunlah dewa Izanagi no Mikoto dan Izanami no Mikoto. Keduanya menciptakan
dewa matahari (Amaterasu), dewi bulan (Tsukiyumi no Mikoto) dan dewi perusak (Susa no
Ō no Mikoto). Amaterasu dan Tsukiyumi tinggal di nirwana, sedangkan Susa no Ō tinggal di
bumi. Amaterasu menyuruh cucunya Ninigi no Mikoto turun ke bumi untuk memerintah. Dia
tiba pertama kali mendarat di Hyuga (sekarang Kyūshū) dan dibekali oleh Amaterasu 3 buah
pusaka yaitu Permata Yasaka, Cermin Yata dan Pedang Kusanagi. Amaterasu juga mengirim
5 dewa untuk membantu Ninigi yaitu Ame no Koyane no Mikoto (nenek moyang klan
Nakatomi), Futodama no Mikoto (nenek moyang klan Inbe), Ame no Uzume no Mikoto
(nenek moyang klan Sarume), Ishikoridome no Mikoto (nenek moyang pembuat cermin), dan
Tamaya no Mikoto (nenek moyang pembuat permata). Cicit dari Ninigi dalam sejarah Jepang
dikenal dengan nama Jinmu. Dia kemudian mengubah gelar Mikoto menjadi Tennō. Jinmu
merupakan kaisar pertama Jepang (Jinmu Tennō). Kemudian Jinmu melakukan perjalanan
dan menetap di Yamato. Setelah Jinmu menetap di Yamato dan menjadi kaisar, zaman pra
sejarah berakhir dan dimulai zaman sejarah. Sampai sekarang masyarakat Jepang
menganggap kaisar dan keturunannya adalah titisan dewa matahari.
Pada zaman batu-perunggu dan perunggu-besi (sekitar tahun 200 SM), masuk
kebudayaan dari Cina. Kebudayaan itu terlihat dari bidang pertanian yang menggunakan alat-
alat pertanian dari perunggu, besi dan periuk tanah corak baru. Orang-orang sudah mulai
menanam padi dan gandum di sawah. Salah satu peninggalan yang terkenal pada zaman ini
adalah sebuah periuk yang disebut periuk Yayoi (Yayoi shikidoshi). Periuk tersebut
ditemukan di Yayoi-chō (sekarang Tōkyō) sehingga zaman ini dikenal dengan nama zaman
Yayoi. Sedangkan alat yang terbuat dari perunggu adalah lonceng perunggu yang digunakan
dalam upacara-upacara. Lonceng tersebut dinamakan Dōtaku.
Pada abad ke-1, pertanian bertambah maju. Masyarakat pun tinggal dalam suatu
kelompok yang besar. Desa semakin berkembang dan mengakibatkan timbulnya strata sosial
dalam masyarakat tersebut. Perkembangan ini menimbulkan orang yang berkuasa dan orang
yang tidak berkuasa. Pemimpin wilayah tersebut berkuasa menjadi raja. Raja yang kuat
menguasai raja yang lemah. Kemudian mulai terbentuk kerajaan-kerajaan kecil. Dalam buku
sejarah Cina kuno, Gishi (catatan dari kerajaan Wei) yang didalamnya tertulis hikayat orang
Wa (Jepang) dikatakan bahwa negara Wajin (Jepang) terbagi menjadi kira-kira 30 kerajaan-
kerajaan kecil. Diantaranya yang terkuat adalah kerajaan Yamatai (Yamataikoku) dengan
Himiko sebagai ratunya.
2) Kebudayaan
Pada zaman batu, orang hidup dengan berburu, menangkap ikan dan mengumpulkan
tanaman. Pada zaman Jōmon dan Yayoi, orang-orang hidup dengan bertani. Kebudayaan
bertani tersebut terlihat dari barang-barang peninggalan purbakala yang pada sisi luarnya
tergambar kehidupan bertani. Kebudayaan logam dari Cina juga masuk ke Jepang. Hal
tersebut terlihat dari alat-alat pertanian yang telah memakai logam seperti sabit, cangkul, dsb.
Ada juga budaya yang berkaitan dengan animisme dan dinamisme seperti mempercayai
dewa, menyembah benda-benda yang ada di alam, mengadakan upacara-upacara roh, dll.
Pemujaan kepada dewa-dewa lambang alam tersebut pada perkembangan selanjutnya dikenal
dengan nama agama Shintō (jalan dewa). Pusat pemujaan dalam Shintōisme adalah pemujaan
kepada dewi matahari dan kaisar sebagai wakilnya di bumi. Melalui agama Shintō terjadi
pemujaan kekuasaan negara dengan kaisar sebagai lambangnya. Untuk pemujaan terhadap
dewi matahari didirikan kuil di Ise.
3) Peninggalan
Peninggalan dari zaman prasejarah yang paling terkenal adalah periuk Jōmon dan periuk
Yayoi. Bentuk periuk Yayoi lebih sederhana, tetapi teknik pembuatannya lebih maju dari
pada periuk Jōmon. Hal tersebut karena menggunakan teknologi dari Cina. Peninggalan
lainnya adalah Lonceng perunggu yang disebut Dotaku. Pada Dotaku terdapat bermacam-
macam gambar yang menceritakan pola hidup pada zaman itu. Misalnya pada gambar orang
menumbuk padi, berarti menceritakan kehidupan bertani. Gambar orang memanah rusa
berarti menceritakan kehidupan berburu. Pada zaman Yayoi ditemukan rumah panggung
(Takayukashiki). Selain digunakan sebagai tempat tinggal juga untuk menyimpan hasil
pertanian.
B. Jepang Zaman Yamato (250 M – 710 M)
1) Keadaan Zaman
Zaman Yamato dibagi menjadi dua yaitu zaman Kofun (250 M – 550 M) dan zaman
Asuka (550 M – 710 M). Pemberian nama Yamato didasarkan atas daerah kekuasaan negeri
Yamato. Daerah kekuasaannya meliputi Honshū bagian selatan dan Kyūshū bagian utara.
Saat itu Jepang terdiri dari daerah-daerah yang diperintah oleh gabungan-gabungan keluarga
yang disebut Uji (klan). Kepalanya disebut Uji no kami atau Ujigami. Nantinya akan disebut
Tennō. Masyarakat dalam organisasi klan itu adalah golongan bangsawan. Tiap klan
mempunyai golongan pekerja dan budak. Bertani padi menjadi dasar perekonomian saat itu.
Bentuk rumah mengalami perubahan. Kuil dan istana didirikan.
Setelah mengalami perpecahan zaman dan kekacauan politik selama tiga setengah abad,
Cina kembali menjadi negara kesatuan. Keadaan politik di Cina tersebut membuat Jepang
meniru sistem politik di Cina mengenai pemusatan kekuasaan.
Tahun 593 M terjadi peristiwa penting dalam sejarah politik Jepang. Susunan masyarakat
Jepang yang berinti pada Uji harus diubah karena pertambahan penduduk yang tidak dapat
dipertahankan lebih lama lagi dan harus mengalami perubahan. Perubahan susunan
masyarakat itu merubah pula susunan politik. Tahun 593 M, Shotoku Taishi diangkat menjadi
Sesshō (penasehat bagi Tennō yang belum dewasa) bagi Tennō puteri Suiko. Dengan
demikian Taishi memegang pimpinan negara. Ia mengubah susunan jabatan-jabatan tinggi di
istana yang saat itu dijabat oleh kepala-kepala klan turun-temurun, diganti dengan susunan
baru. Siapa saja dapat memangku suatu jabatan sesuai dengan kecakapan dan jasanya.
Tahun 604 M disusun 17 aturan. Dalam peraturan itu antara lain disebutkan supaya
agama Buddha dihormati, keluhan rakyat harus diperhatikan dan mendapat penyelesaian
yang adil, petani-petani harus diperlakukan dengan baik, dan sebagainya. Tetapi apa yang
diusahakan Taishi tersebut baru berupa cita-cita yang tidak dapat dengan segera
dilaksanakan, yaitu cita-cita membentuk Jepang menjadi negara nasional. Baru pada tahun
645 M konsepsi tersebut terwujud. Pada tahun itu, keluarga dari klan Soga yang punya
pengaruh besar dalam pemerintahan Tennō sejak tahun 587 M, dijatuhkan oleh pangeran
Naka no Oe dengan bantuan Fujiwara. Setelah itu diadakan pembaharuan-pembaharuan
dalam lapangan politik dan sosial yang berlangsung hingga 702 M. Gerakan pembaharuan itu
dikenal dengan sebutan Reformasi Taika. Yang jadi tangan kanan Naka no Oe dalam
perebutan kekuasaan dengan keluarga Soga ialah Fujiwara (no) Kamatari Dalam tahun 661
M, Naka no Oe naik tahta sebagai Tennō bergelar Tennō Tenji.
Asas-asas pembaharuan itu dijalankan dengan berangsur-angsur selama beberapa puluh
tahun dan seringkali peraturan-peraturan pembaharuan tinggal di atas kertas. Seluruh negeri
dan rakyat ditaruh langsung di bawah kekuasaan Tennō. Tanah pertanian dibagi antara rakyat
atas dasar peraturan yang sama (sistem Kōchikōmin). Semua penduduk didaftarkan untuk
tujuan pembagian tanah dan pemungutan pajak. Daerah negara dibagi dalam kuni (propinsi)
dan kori atau gun (distrik). Pemerintahan disusun dengan mencontoh kepada Cina,
pemerintah pusat mengangkat pegawai-pegawai untuk menyelenggarakan administrasi
pemerintahan. Dalam rangka pembaharuan-pembaharuan itu, disusun undang-undang
bernama Ritsu-ryō (Ritsu adalah kitab undang-undang hukum pidana dan Ryō terdiri dari
undang-undang hukum tatanegara dan hukum sipil). Disusun menurut contoh undang-undang
dinasti Tang di Cina. Penyusunan kitab-kitab, undang-undang itu baru selesai pada tahun 701
M dan terkenal dengan sebutan Taihō Ritsu-ryō (pada tahun 718 M sebagian diubah dan
diberi nama baru Yōrō Ritsu-ryō). Undang-undang itu dengan perubahannya menjadi dasar
hukum Jepang hingga sekarang.
Pembaharuan-pembaharuan menghasilkan suatu susunan yang tampak dari luar sebagai
pembentukan pemerintahan pusat, tetapi sebenarnya memupuk susunan aristokrasi baru.
Pembaharuan itu tidak mendapat perlawanan karena tidak menghapuskan sama sekali hak-
hak istimewa yang tertumpuk pada golongan lapisan atas dari masyarakat. Orang-orang
lapisan atas itu masih tetap dalam kedudukan yang menguntungkan, hanya dalam bentuk
yang berubah, sedangkan kedudukan rakyat jelata pada umumnya tidak bertambah baik.
Dalam pembaharuan susunan pemerintahan itu, keluarga dari klan Fujiwara mencapai
kedudukan, yang menggenggam kekuasaan yang sebenarnya di dalam negara. Dasar dari
kedudukan itu diletakkan oleh Fujiwara Kamatari, tangan kanan Naka no Oe ketika
meruntuhkan kekuasaan kelurga dari klan Soga.
Walaupun pembaharuan-pembaharuan dilakukan dengan mencontoh Cina, tidak
semuanya yang dari Cina ditiru. Anggapan mengenai Tennō sebagai keturunan Dewi
Matahari tidak berubah.
Pada zaman Asuka nama negara diganti dari Yamato atau Wa menjadi Nihon atau
Nippon. Zaman Asuka (550 M – 710 M) berlangsung ketika pusat pemerintahan berada di
Asuka (sekarang Nara).
2) Kebudayaan
Pada abad ke-5 dibuka hubungan resmi antara Jepang dengan Cina. Sebagai hasilnya
kebudayaan dari Cina masuk ke Jepang langsung atau melalui Paekche (Korea).
Kesusasteraan, ilmu falak, obat-obatan, barang-barang masuk ke Jepang. Melalui Paekche
agama Buddha masuk ke Jepang. Agama Buddha masuk ke Jepang secara resmi pada tahun
552 M, ketika Paekche mengirimkan sebuah patung Buddha emas dan beberapa jilid Buddha
sutera kepada Tennō di Yamato.
Tahun 554 M Paekche mengirimkan orang terpelajar dalam kitab-kitab klasik Cina, ilmu
obat-obatan, ilmu nujum, membuat penanggalan dan musik serta mengirim beberapa orang
rahib agama Buddha. Setelah itu pada abad ke-6, dari Korea datang lebih banyak sutra agama
Buddha, patung-patung dan tukang-tukang pembuat patung, rahib-rahib dan seorang ahli
bangunan kuil.
Mula-mula Tennō tidak tegas mengenai agama Buddha. Setuju atau menolak agama
Buddha. Tetapi atas dorongan Klan Soga, agama Buddha berkembang di Jepang.
Pemeliharaan benda benda suci (patung Buddha dan Buddha sutera) dari Korea ditugaskan
kepada keluarga Soga. Pertikaian timbul antara Klan Soga dengan 2 klan Soga yang lain,
Nakatomi dan Mononobe, yang membela agama nasional asli, yaitu agama Shintō.
Pertengkaran tentang setuju tidaknya dengan agama Buddha menjadi perebutan kekuasaan
dengan terang-terangan. Pada tahun 587 M klan Soga menang dan pengaruhnya membayangi
kekuasaan Tennō. Sejak itu agama Buddha di Jepang mendapat kemajuan.
Karena bangsa Jepang belum pandai menulis dan membaca, maka pada permulaan dalam
perhubungan dengan Cina itu dipakai perantaraan orang-orang Korea dan orang-orang Cina
itu sendiri. Dengan lambat laun bangsa Jepang belajar menulis dan membaca. Baru pada
akhir abad ke-5 oleh pemerintah Jepang dilakukan dengan resmi pemakaian huruf Cina,
tetepi pegawai-pegawai untuk pekerjaan tulis menulis sementara masih terdiri dari orang
orang Korea atau Cina yang menjadi orang kewarganegaraan Jepang. Pada saat itu mulai
disusun Kojiki (kumpulan cerita zaman kuno) dan Nihongi atau Nihonshoki (catatan sejarah
Jepang). Selesai disusun pada abad ke-7.
Dengan masuknya kesusasteraan Cina ke Jepang, filsafat Cina tersiar di kalangan orang-
orang besar. Antara lain Konfusianisme dan Taoisme. Konfusianisme menanamkan
pengaruhnya seperti pemujaan nenek moyang, kesetiaan kepada keluarga, kebaktian anak
kepada keluarga, dsb. Pengaruh Taoisme masuk pula ke Jepang. Unsurnya dalam bentuk
penggunaan magic atau sihir.
3) Peninggalan
Dari segi arsitektur yang paling populer di zaman ini
adalah kuburan kuno (kofun). Kofun adalah kuburan kuno
untuk mengubur mayat dalam peti mati. Dari kata Kofun ini
menjadi dasar penamaan pada zaman ini (zaman Kofun).
Untuk keluarga Tennō dan keluarga terkemuka dibuat bukit-
bukit kuburan. Kuburan untuk Tennō disebut Misasagi.
Kuburan milik Nintoku Tennō ( meninggal ± tahun 400 M).
Mempunyai ukuran yang sangat besar. Kuburan itu termasuk
kuburan terbesar di dunia. Panjangnya kira-kira 1700 kaki,
tingginya lebih dari 100 kaki dikelilingi parit dan luasnya
(terhitung paritnya) kira-kira 80 acres (1 acre = 4047 m2).
Di dalamnya terdapat cermin perunggu, pedang, zirah, helm dan ikat pinggang dari
perunggu atau besi, manik-manik kecil berbentuk bulan sabit itu sebesar kuku dan disebut
Magatama.
Di sekitar Kofun biasanya terdapat Haniwa yaitu barang-barang yang
terbuat dari tanah liat yang ditempatkan dengan teratur di sekeliling tumuli.
Bentuk haniwa itu bermacam-macam. Biasanya berupa orang, binatang
piaraan, perabot rumah dan perkakas dan dapat memberikan gambaran
tentang kehidupan pada masa itu.
Dengan adanya hubungan
Cina dan Korea, agama
masuk dan kuil-kuil di
Misalnya kuil di Ise (untu
matahari) dan di Izumo (untu
bumi). Kuil lain yang terken
zaman ini adalah Horyūji. K
menjadi kuil kayu tertua di dun
C. Jepang Zaman Nara (710 M – 794 M)
1) Keadaan Zaman
Dengan adanya reformasi Taika, sistem pemerintahan di Jepang meniru sistem
pemerintahan yang ada di Cina. Jepang pun meniru membuat kota seperti di ibukota Cina,
Chang’an dan menjadikan Heijō (sekarang Nara) sebagai ibukota sekaligus pusat
pemerintahan pada tahun 710 M (Hal inilah yang membuat zaman ini dinamakan zaman
Nara).
Pada saat itu kaisar membuat undang-undang Taiho (Taihō Ritsuryō). Kaum bangsawan
dapat menikmati kehidupan dengan menyenangkan. Di Heijo didirikan pasar. Kemudian
untuk memudahkan jual beli dibuatlah Wadokaihō (uang kuno berbentuk bulat yang terbuat
dari tembaga dengan diameter 10,95 mm dan berat 0,13 ons yang dibuat tahun 708 M).
Pada zaman ini kaum petani sangat miskin dan menderita karena pajak yang tinggi,
sehingga banyak yang membuang tanahnya. Kemudian istana membuat peraturan tentang
pemberian tanah kepada orang yang akan membuka lahan tersebut. Setelah peraturan tersebut
ditetapkan, terjadi persaingan antara bangsawan, kuil dan keluarga penguasa untuk membuka
lahan baru, sehingga tanah pribadi semakin berambah. Tanah pribadi yang bebas pajak
tersebut dinamakan Shōen. Karena peraturan tersebut, pemerintahan menjadi kacau.
Bangsawan dan pendeta yang punya tanah luas menjadi berkuasa di pemerintahan.
Kekacauan tersebut menjadikan zaman ini berakhir.
2) Kebudayaan
Zaman Nara merupakan puncak pertama dalam perkembangan budaya Jepang. Dari segi
arsitektur, banyak bangunan atau kuil yang didirikan dengan meniru gaya bangunan Cina.
Dalam kesusastraan dihasilkan Kojiki (cerita zaman kuno) dan Nihongi atau Nihonshoki
(sejarah jepang). Kojiki selesai ditulis pada tahun 712 M dan dikumpulkan oleh
Onoyasumaro. Nihongi selesai ditulis pada tahun 720 dan dikumpulkan oleh Toneri Shinno.
Penulisan keduanya dilakukan dengan bantuan orang Cina dan Korea. Karena pada saat
penyusunannya orang Jepang belum punya huruf sendiri dan belum pintar menulis. Para ahli
sejarah menyatakan bahwa sebagian cerita/sejarah dalam Nihongi bukanlah sejarah yang
sebenarnya, terutama sejarah sebelum tahun 400 M. Misalnya dalam Nihongi dikatakan
bahwa pemerintahan kaisar Jinmu dimulai sejak tahun 660 SM – 581 SM, padahal setelah
ditelusur kaisar Jinmu memerintah sejak permulaan abad Masehi. Banyak hal yang bukan
dari zaman purba dimasukkan ke dalamnya. Diperkirakan kebohongan itu ditulis dengan
tujuan politik dan agama untuk mempertinggi martabat kerajaan dan memberikan bukti
adanya zaman purbakala. Ada juga Fudoki (legenda dan profil tiap daerah), dan Manyōshū
(kumpulan puisi. Ada sekitar 4500 puisi). Manyōshū ditulis dengan Manyōgana yaitu tulisan
dengan struktur bahasa Cina (Kanji) tetapi menggunakan cara baca Jepang.
3) Peninggalan
Kaisar Shōmu membangun kuil Tōdaiji di Nara dengan patung Daibutsu. Patung tersebut
dibuat dari perunggu setinggi 53 kaki. Patang ini selesai dibuat tahun 725 M. Pada tahun 756
M didirikan Shōshōin di dekat kuil Tōdaiji untuk menyimpan barang-barang kesenian
peninggalan kaisar Shomu.
D. Zaman Heian (794 M – 1185 M)
1) Keadaan Zaman
Untuk membangun kembali pemerintahan Ritsuryō yang kacau, kaisar Kanmu
memindahkan ibukota ke Heian-kyō (sekarang Kyōto) pada tahun 794 M. Pada zaman ini,
tanah pribadi yang bebas pajak (shōen) semakin bertambah. Para petani kecil melepaskan hak
untuk membayar pajak kepada negara dan menyerahkannya kepada bangsawan terkemuka.
Kemudian bangsawan tersebut dianggap majikannya dan petani tersebut menggarap tanah
majikannya. Pajak yang seharusnya diberikan kepada negara malah masuk ke bangsawan
penguasa shōen. Akibatnya penghasilan negara makin berkurang dan golongan bangsawan
semakin makmur.
Keluarga Fujiwara yang memiliki shōen sangat banyak menjadi kaum penguasa (kizoku)
yang paling berkuasa. Kekuasaan Fujiwara pun mulai menjalar ke istana. Hal itu terjadi
setelah Fujiwara Yoshifusa diangkat menjadi Sesshō (penasehat bagi kaisar yang belum
dewasa) bagi kaisar Seiwa pada tahun 858 M. Kemudian Fujiwara Mototsune menjadi orang
pertama yang menjadi Kanpaku (penasehat bagi kaisar yang telah dewasa). Puncaknya terjadi
pada masa Fujiwara Michinaga. Pada masa itu kebudayaan golongan aristokrasi telah
mencapai kemakmurannya dan kekayaan Fujiwara melebihi kekayaan kaisar.
Saat keluarga Fujiwara hidup mewah di ibukota, kaum militer meluaskan kekuasaannya
di daerah. Kaum militer membentuk kelompok militer dengan kaum bangsawan yang
berkuasa. Dua kekuatan militer yang paling besar adalah keluarga Minamoto (Genji) dan
keluarga Taira (Heishi). Pada pertengahan abad ke-11, kekuatan Fujiwara yang ditaktor
melemah. Tennō Shirakawa yang meskipun telah turun tahta tapi tetap masih memerintah
(Jōko) memegang kekuasaan tunggal pemerintahan. Setelah itu terjadi pertentangan antara
Jōko dengan Tennō. Masing-masing bersekutu dengan dua kaum militer terkuat yaitu
keluarga Taira dan Minamoto.
Selama tahun 1160 M – 1199 M terjadi peperangan
antara keluarga Taira melawan keluarga Minamoto.
Peperangan ini dikenal dengan peperangan
Hōgen&Heiji. Zamannya dinamakan zaman Genpei.
Pada saat itu keluarga Taira (sekutu dari pihak Tennō)
yang dipimpin Kiyomori, mengalahkan keluarga
Minamoto (sekutu dari pihak Jōko) yang dipimpin
Yoshitomo sehingga menggantikan kekuasaan Fujiwara.
Dengan runtuhnya keluarga Fujiwara, zaman Heian pun
berakhir.
2) Kebudayaan
Hiragana (urutan iroha) Pada zaman Heian, kebudayaannya masih
mencontoh Cina, tetapi memasuki akhir abad ke-9
dinasti Tang mulai goyah. Karena pengaruh Cina
makin berkurang, maka muncullah kebudayaan
baru khas Jepang (Kokufū bunka).
Di bidang sastra lahirlah tulisan Hiragana dan
Katakana untuk menggantikan Manyōgana (kanji
yang dibaca dalam bunyi bahasa Jepang). Huruf
yang lahir pertama kali adalah Katakana.
Katakana diciptakan oleh Kibinomakibi. Pada saat
itu Katakana hanya digunakan oleh laki-laki.
Kemudian lahirlah Hiragana yang diciptakan oleh
Kobodaishi. Pada saat itu Hiragana hanya
digunakan oleh wanita. Karya-karya sastra yang
berkembang pada zaman ini adalah Waka. Atas
perintah kaisar dibuatlah kumpulan Waka yang
disebut Kokinwakashū.
Selain itu berkembang pula Nikki (catatan harian), Zuihitsu (essay), dan Monogatari
(cerita/dongeng). Yang paling terkenal saat itu adalah Genji monogatari karangan Murasaki
Shikibu yang menceritakan kehidupan di kalangan istana. Ada juga Makuranosōshi karya
Seishōnagon. Bahasa pun mengalami perkembangan. Pada zaman ini dipakai bahasa Jepang
klasik (Chūko nihongo) yang merupakan perkembangan dari bahasa Jepang kuno (Jōdai
nihongo).
Dari segi industri, kertas berkembang sangat pesat. Pabrik kertas didirikan dan teknik
membuat kertas semakin berkembang.
3) Peninggalan
Ruang Phoenix (Hōdō) yang terdapat di kuil Byōdōin
yang didirikan oleh Fujiwara Yorimichi di Kyōto adalah
bangunan yang paling terkenal pada zaman ini. Cara
membangunnya merupakan cara membangun tempat
tinggal penguasa pada saat itu yang disebut Shinden
zukuri. Bangunan terkenal lainnya adalah istana Heian.
Istana ini dibangun meniru gaya di Chang’an. Tapi tahun
1227 M istana ini habis terbakar.
E. Jepang Zaman Kamakura (1192 M – 1333 M)
1) Keadaan Zaman
Setelah keluarga Taira yang dipimpin Kiyomori, mengalahkan keluarga
Minamoto yang dipimpin Yoshitomo, semua keluarga Minamoto dibunuh kecuali
Yoritomo dan Yoshitsune (keduanya masih kecil). Mereka tidak dibunuh karena ibu
Yoshitsune dijadikan selir oleh Kiyomori. Karena peperangan tersebut, Kiyomori
menggantikan kedudukan keluarga Fujiwara di Kyōto.
Pada tahun 1180 M Y
membentuk markas di Kamakura d
banyak pengikut. Yoshitsune
membantunya untuk mengalahkan
Taira. Tahun 1185 M Yoritomo m
Yoshitsune dan Kiso Yoshinak
menyerang keluarga Taira.
pertempuran di Dan no Ura.
pertempuran tersebut Y
mengalahkan keluarga Taira. Kem
Yoshitsune tersebut ternyata menimb
hati pada Yoritomo. Akhirnya Y
dibunuh.
1. Ikebana
Source: PAULADINIZ
Ikebada juga salah satu budaya Jepang, ikebana adalah kesinian merangkai bunga. Di negara
Jepang bunga adalah hal yang istimewa, meraka selalu meletakan bunga yang sudah diangkai
di altrar utama. Orang jepang percaya bahwa bunga adalah tempat bersembayam tuhan. Pada
awalnya ikebana di rangkai dengan sederhana dan langsung meletakan di altar utama.
Namun, dijaman sekarang ini ikebana mulai rumit saat dirangkai, bahkan ada beberapa yang
harus dipelajari untuk merangkai bunga.
2. Tako
Source: danoliver2
Tako adalag budaya Jepang yang sangat menarik, dimana para orang orang Jepang
berkumpul di suatu lapangan luas dan menerbangkan layang-layang. Desain layang-layang
yang yang unik membuat layang-layang dari negara Jepang ini terlihat berbeda dengan
layang-layang di seluruh dunia. Biasanya tako ini bisa dijumpai saat ada festival budaya saja,
dan pada saat fistival budaya semua orang harus menghadirinya.
3. Geisha
Source: albertobelenguer
Geisha adalah budaya jepang yang merupakan seniman atau untuk hiburan tradisional di
jepang. Geisha ini sudah muncul sejak abad 18, namun dijaman sekarang ini geisha ini sudah
agak menurun, masih ada sebagian orang jepang yang masih mempertahankan kebudayaan
jepang yang satu ini. biasanya budaya tradisional jepang ini sudah dilatih sejak kecil, dan
biasanya juga rumah geisha membawa anak gadis dari keluarga miskin untuk tinggal dan
berlatih.
4. Matsuri
Source: nguyentuanhung
Mastsuri adalah sebuah festival budaya Jepang yang diselenggarakan pada musim panas.
Matsuri ini berkaitan dengan festival dari kuil, kuil Shinto dan kuil Buddha. Matsuri ini
sebenarnya acara untuk bersembayang dan berdoa. Namun, itu tidak terlalu menekankan pada
para pengunjung yang datang, karena banyak juga pengunjung yang datang hanya sekedar
melihat festival budaya Jepang ini.
5. Kabuki
Source: bodiantal
Kabuki adalah budaya Jepang yang berupa seni teater yang memadukan tari dan juga musik.
Dengan cerita yang dipadukan denga seni tari dan juga music membuat para pengunjung
yang melihatnya tertarik. Belum lagi make up yang digunakannya selalu terlihat dramatis
untuk menonjolkan karakter pemain tersebut, baju baju yang digunakan juga terbilang sangat
mewah agar para menonton bisa terfokus saat melihatnya.
6. Origami
Source: stux
Origami juga termasuk budaya Jepang yang sangat terkenal keseluruh dunia. Origami senang
dipelajari oleh anak anak agar membantu daya berpikirnya. Origami juga sangat menarik
karena kita bisa membuat segala bentuk dengan selembar kertas. Budaya jepang memang
sangat terkenal ke seluruh manca negara, maka dari itu banyak turis yang tertarik pergi ke
jepang untuk belajar mendalami kebudayaan jepan itu.
7. Sumo
Source: Senlay
Banyak orang orang dari negara lain tertarik akan pertunjukan budaya Jepang yang satu ini.
sumo adalah gulat ala jepang, biasanya para pagulat sumo akan saling dorong agar lawannya
bisa keluar dari cinci yang sudah diatur. Para pe-sumo biasaya juga akan kalah jika ia keluar
dari cincin yang sudah ditentukan. Biasanya pertandingan sumo ini berlangsung beberapa
detik, namun ada yang hingga hitungan menit.
8. Upacara Minum Teh
Source: jill111
Budaya Jepang yang satu ini sangatlah unik, banyak para turis yang tertarik untuk mengukuti
upacara minum teh. Upacara minum the adalah sebuah cara menjamu pada tamu. Biasaya
upacara minum teh ini mencerminkan kepribadian dari sanga penyaji teh. Kita bisa melihat
cara berpikirnya dan juga bagaimana tujuan hidup dari sang penyaji. Kita juga bisa melihat
seberapa kuat kebudayaan yang dia pegang.
9. Membawa Hadiah Saat Bertamu
Source: blickpixel
Membawa hadiah saat bertamu termasuk budaya Jepang yang unik. Biasanya saat orang yang
bertamu ke rumah teman ataupun saudaranya mereka akan membungkuskan kado untuk tuan
rumahnya. Tidak harus memberi hadiah yang mahal dan bagus, namun kamu harus usahakan
untuk mendekorasi bungkusan kadonya agar terlihat menarik. Para tuan rumah sangat
terhormat menerima hadian yang di bungkus unik dengan pita.
10. Menyeruput Mie
Source: takedahrs
Biasanya di Indonesia menyeruput mie adalah hal yang aneh, karena saat menyeruput mie
akan mengeluarkan suara dan itu akan mengganggu orang di sekitar kita. Namun, di Jepang
menyeruput mie adalah budaya Jepang yang unik. Saat kamu menyeruput mie itu memberi
tanda bahwa mie yang sedang kamu makan itu sangat enak. Maka dari itu menyeruput mie
adalah hal yang biasa di negara Jepang, bahkan itu menjadi cirri khas yang unik bagi negara
itu.
11. Jangan Menuangkan Teh di Gelasmu Sendiri
Source: Pexels
Saat kamu berkunjung ke Jepang dan mengunjungi rumah temanmu, dan kamu disuguhi
jamuan minum teh. Maka kamu tidak boleh menuangkan teh ke gelasmu sendiri, biarkan
sangat tuan rumahlah yang menuangkannya. Biasanya jika teh di gelasmu sudah habis tuan
rumah akan menuangkannya kembali. Jika kamu menuangkan sendiri itu dianggap perlakuan
tidak sopan. Nah ini juga termasuk budaya Jepang yang menarik.
12. Memberi Bahu Pada Orang Lain disebelahmu Saat Tertidur
Source: PublicDomainPictures
Biasanya kita selalu merasa risih saat ada orang yang tiba tiba bersandar di bahu kamu, kamu
akan langsung menghindar. Nah di Jepang memberi bahu kepada penumpang disebelahmu
yang tidur adalah hal yang harus kamu lakukan, ini juga termasuk budaya Jepang yang
menarik. Mereka saling berbaik hati untuk memberi bahu kepada menumpang yang tertidur,
maka dari itu saat kamu berkunjung ke Jepang dan menaiki kendaraan umun jangan ragu
untuk memberi bahu karena jika tidak kamu akan dipandang tidak sopan oleh pengunjung
lain.
13. Perayaan Hanami
A
Source: drunker
Perayaan hamani ini adalah perayaan yang biasanya digelar saat musim semi, dimana bunga
bunga sakura mekar. Perayaan hanami ini adalah perayaan menikmati keindahan bunga,
orang orang Jepang biasanya akan melakkan piknik dan menggelar perta makan makan di
bawah pohon sakura untuk menikmati keindahan bunga sakura yang bermekaran. Perayaan
hanami ini sangat unik, banyak turis yang mengunjungi Jepang saat musim semi untuk
menikmati perayaan hanami ini.
14. Kimono
Source: gavilla
Pastinya kalian sudah tau bahwa baju kimono adalah baju tradisional Jepang. Kimono adalah
pakaian yang dipakai untuk keseharian pada jaman dulu. Namun, karena kini jaman sudah
modern dan banyak baju ala barat yang sudah mendominasi seluruh negara membuat kimono
jarang dipakai. Biasanya dijaman sekarang ini kimono digunakan saat terdapat acara khusus.
Kimono dapat di pakai oleh wanita dan pria, namun untuk pria desainnya lebih sederhana.
nah baju komono ini juga budaya Jepang sejak dulu.
15. Festival Nagoya
Source: y_tanakaO
Festival Nagoya ini di adakan di pertengahan bulan oktober dan digelar selama 2 hari. Festiva
Nagoya ini melakukan arakan dengan pakaian jaman dulu tradisional Jepang. Mereka
berdandan layaknya para pejuang perang saat itu. festival ini di lakukan untuk menghormati
toyotomi hideyoshi, ieyasu, oda nobugana dan tokugawa yang hidup pada abad pertengahan.
Festival ini ada saat bulan Oktober, untuk kamu yang ingin melihat berkunjung ke Jepang
saat pertengahan oktober.
Dalam hal pemakaian bahasa halus dan gesture santun ini secara tidak sadar satu-satunya
anak laki-lakiku menyadarkan aku kalau Jawa dan Jepang ini mirip. Maklum anak laki-laki,
biasanya kasar dalam tingkah laku dan bahasa, apalagi dibesarkan dalam lingkungan
Suroboyo-an. Dia meninggalkan Surabaya belum genap berusia 15 tahun. Dan semua orang,
aku kira akan maklum jika dia berlaku kurang sopan dalam kacamata wong Jowo asli.
Suatu saat semuanya sedang duduk santai di bawah. Anak laki-laki ku harus melewati eyang
bulik, eyang Ti, pak de, dan tantenya. Sangat mengejutkan mereka semua, karena dia
mengangkat salah satu tangannya di depan hidung, tanda meminta ijin untuk lewat
melangkahi orang-orang yang lebih tua yang sadang leyehan duduk di bawah.
Spontan eyang bulik (adik ibuku) berujar, “Wah hebat koe le, suwi neng Jepang kok isih
eling adat Jowo”
Aku sempat tertegun, anakku langsung berucap, “Tidak eyang bulik, yang saya lakukan itu ya
seperti biasanya anak-anak Jepang jika ingin minta jalan untuk lewat”
Ya, memang dalam adat Jepang, meminta jalan itu dinyatakan dengan bahasa tubuh
mengangkat sebelah tangan di depan hidung. Sedangkan adat Jawa, menyulurkan tangan ke
bawah. Baik dalam Jawa dan Jepang disertai dengan gesture sedikit membungkukan badan
sedikit. Dalam bahasa Jawa disertai ucapan “nuwun sewu”, sedangkan dalam bahasa Jepang
disertai ucapan ”sumimasen”
Minggu lalu saat diskusi dengan teman di kampus, smsku yang aku kirim untuk anak secara
tidak sengaja, sempat terbaca teman kampus. Waktu itu aku cuman tulis "iyo". Eehh... si
teman cewek Jepang itu nanya, 「いよ」ってインドネシア語?日本語と似ているね
"iyo" tte Indonesiago? Nihongo to niteiru ne (emang itu Bahasa Indonesia? Mirip banget
bahasa Jepang ya). Ya jelas ajalah si teman itu penasaran setengah mati, karena memang
dalam bahasa Jepang ada 良いよ ii yo, yang biasa diartikan "Boleh kok, silakan" dalam
ragam bahasa non formal, dalam formalnya berbunyi 良いですよ ii desu yo
Festival Akbar Sawara adalah festival yang diadakan selama 3 hari pada minggu kedua
bulan Oktober di Kota Katori, Prefektur Chiba. Pembuatan dashi untuk festival ini memakan
waktu kurang lebih 1 tahun. Dashi tersebut merupakan salah satu dashi terbesar yang diarak
di festival Jepang.
Dari 25 daerah setempat yang membuat dashi, hanya 14 buah yang terpilih untuk dibawa saat
parade mengelilingi kota. Di bagian tengah pada masing-masing dashi terdapat boneka
raksasa yang menjadi fitur utamanya.
Boneka raksasa ini dibuat menyerupai tokoh sejarah populer atau tokoh mitologi yang
dipercayai masyarakat. Tidak hanya melihat dashi dan tarian, di sini Anda pun dapat belajar
sejarah Jepang.
Jika Anda ingin mengunjungi festival yang tidak kalah meriah dari festival musim panas,
datanglah ke Festival Akbar Sawara!
Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan
kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan
kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang
besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.
Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk
yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah,, Widyadari, bahkan
Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para
pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang
berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-
ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.
Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari
Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum
Hari Nyepi.
Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan
manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut
meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam
pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya
manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada
niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri
dan seisi dunia.
Mengapa sebagian budaya indonesia mirip dengan tradisi di jepang? misal ogoh2 di bali dengan
Matsuri di jepang