Anda di halaman 1dari 40

Sejarah Jepang

SEJARAH JEPANG

Jepang adalah negara yang tidak begitu luas dibandingkan dengan Indonesia. Namun
Jepang sudah mampu mengalahkan negara-negara Asia lainnya. Luas negara Jepang sendiri
adalah + 378.000km2 (ada pula yang menyebutkan hanya 370.000 km2). Itu berarti hanya
1/25 (seper dua puluh lima) dari negara Amerika.
Jepang (bahasa Jepang: 日本 Nippon atau Nihon; nama resmi: 日本国  Nipponkoku
atau Nihonkoku, nama harfiah: "Negara Jepang") adalah sebuah negara kepulauan di Asia
Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan
bertetangga dengan Republik Rakyat Tiongkok, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara
berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di
Laut Tiongkok Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.

Jepang terdiri dari 6.852 pulau dan menjadikannya sebagai negara kepulauan. Pulau-pulau
utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu (pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu.
Sekitar 97% wilayah daratan Jepang berada di keempat pulau terbesarnya. Sebagian besar
pulau di Jepang bergunung-gunung, dan sebagian di antaranya merupakan gunung berapi.
Gunung tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji yang merupakan sebuah gunung berapi.
Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara
berpenduduk terbanyak di dunia. Tokyo secara de facto adalah ibu kota Jepang, dan
berkedudukan sebagai sebuah prefektur. Tokyo Raya adalah sebutan untuk Tokyo dan
beberapa kota yang berada di prefektur sekelilingnya. Sebagai daerah metropolitan terluas di
dunia, Tokyo Raya berpenduduk lebih dari 30 juta orang.

Pembagian zaman di Jepang tidak bisa dibagi menjadi beberapa dinasti seperti di China, karena Je
hanya mempunyai satu dinasti. Zaman Jepang dapat dibagi menjadi beberapa zaman, yaitu:
Zaman Jōmon (10.000 SM – 200 SM) Zaman
========>
Zaman Yayoi (200 SM – 250 M) Prasejarah
Zaman Yamato (250 M – 710 M)
Zaman
Zaman Nara (710 M – 794 M) =>
Kuno
Zaman Heian (794 M – 1185 M)
Zaman Kamakura (1192 M – 1333 M)
Zaman Muromachi (1338 M – 1568 M) Zaman
=> Zama
Zaman Azuchi-Momoyama (1568 M – 1600 M) Feodal =>
Sejar
Zaman Edo (1603 M – 1867 M)
Zaman Meiji (1868 M – 1912 M)
Zaman Taishō (1912 M – 1926 M) Zaman
=>
Zaman Shōwa (1926 M – 1989 M) modern
Zaman Heisei (1989 M –  sekarang)
Sampai dengan kondisi Jepang yang saat ini kita kenal dengan kecanggihan teknologinya,
bangsa Jepang ternyata telah melewati aliran waktu sejarah yang panjang, hingga akhirnya
terbentuklah karakter mereka seperti yang dapat kita saksikan dewasa ini. Berikut ulasan
singkat mengenai sejarah bangsa dimulai dari era prasejarah.
A. Jepang Zaman Prasejarah
1)    Keadaan Zaman
Pada zaman Pleistosin (zaman es) kepulauan Jepang masih menyatu dengan daratan
Asia. Kemudian pada akhir zaman Pleistosin, orang-orang pindah ke Jepang. Orang-orang
tersebut dikenal sebagai nenek moyang bangsa Jepang yaitu bangsa Ainu (disebut juga
bangsa Ezo atau Emishi).
       Pada zaman Paleolithikum (zaman batu tua) orang-orang hidup dengan membuat alat-
alat dari batu kasar dan alat-alat dari tulang.
pada zaman Neolithikum (zaman batu muda) orang-orang hidup
                  dengan berburu, menangkap ikan dan mengumpulkan tanaman.
   Mereka tinggal dengan cara mendirikan tiang di lubang dangkal
yang mereka gali dan mengunakan rumput sebagai atapnya
(Tateanashikijūkyo). Di dekat tempat tinggalnya, mereka makan
kerang dan membuang kulitnya sehingga terbentuk gundukan
kulit kerang (Kaizuka). Mereka sudah dapat membuat alat-alat
dari batu halus dan periuk. Periuk tersebut kemudaian
dinamakan periuk Jōmon (Jōmon shikidoki). Dari penamaan
periuk tersebut, diambil nama untuk zaman ini yaitu zaman
Jōmon. Zaman ini dimulai sejak kira-kira 10.000 SM.
       Karena pada zaman Jōmon belum dikenal pertanian, orang-orang tinggal dalam
kelompok kecil dengan kehidupan berburu dan mencari ikan. Pada zaman Jōmon orang-orang
percaya akan adanya roh dalam semua benda yang ada di alam dan menyembahnya
(animisme dan dinamisme). Menurut Kojiki (cerita zaman kuno Jepang), setelah dunia
terbentuk, turunlah dewa Izanagi no Mikoto dan Izanami no Mikoto. Keduanya menciptakan
dewa matahari (Amaterasu), dewi bulan (Tsukiyumi no Mikoto) dan dewi perusak (Susa no
Ō no Mikoto). Amaterasu dan Tsukiyumi tinggal di nirwana, sedangkan Susa no Ō tinggal di
bumi. Amaterasu menyuruh cucunya Ninigi no Mikoto turun ke bumi untuk memerintah. Dia
tiba pertama kali mendarat di Hyuga (sekarang Kyūshū) dan dibekali oleh Amaterasu 3 buah
pusaka yaitu Permata Yasaka, Cermin Yata dan Pedang Kusanagi. Amaterasu juga mengirim
5 dewa untuk membantu Ninigi yaitu Ame no Koyane no Mikoto (nenek moyang klan
Nakatomi), Futodama no Mikoto (nenek moyang klan Inbe), Ame no Uzume no Mikoto
(nenek moyang klan Sarume), Ishikoridome no Mikoto (nenek moyang pembuat cermin), dan
Tamaya no Mikoto (nenek moyang pembuat permata). Cicit dari Ninigi dalam sejarah Jepang
dikenal dengan nama Jinmu. Dia kemudian mengubah gelar Mikoto menjadi Tennō. Jinmu
merupakan kaisar pertama Jepang (Jinmu Tennō). Kemudian Jinmu melakukan perjalanan
dan menetap di Yamato. Setelah Jinmu menetap di Yamato dan menjadi kaisar, zaman pra
sejarah berakhir dan dimulai zaman sejarah. Sampai sekarang masyarakat Jepang
menganggap kaisar dan keturunannya adalah titisan dewa matahari.
Pada zaman batu-perunggu dan perunggu-besi (sekitar tahun 200 SM), masuk
kebudayaan dari Cina. Kebudayaan itu terlihat dari bidang pertanian yang menggunakan alat-
alat pertanian dari perunggu, besi dan periuk tanah corak baru. Orang-orang sudah mulai
menanam padi dan gandum di sawah. Salah satu peninggalan yang terkenal pada zaman ini
adalah sebuah periuk yang disebut periuk Yayoi (Yayoi shikidoshi). Periuk tersebut
ditemukan di Yayoi-chō (sekarang Tōkyō) sehingga zaman ini dikenal dengan nama zaman
Yayoi. Sedangkan alat yang terbuat dari perunggu adalah lonceng perunggu yang digunakan
dalam upacara-upacara. Lonceng tersebut dinamakan Dōtaku.
Pada abad ke-1, pertanian bertambah maju. Masyarakat pun tinggal dalam suatu
kelompok yang besar. Desa semakin berkembang dan mengakibatkan timbulnya strata sosial
dalam masyarakat tersebut. Perkembangan ini menimbulkan orang yang berkuasa dan orang
yang tidak berkuasa. Pemimpin wilayah tersebut berkuasa menjadi raja. Raja yang kuat
menguasai raja yang lemah. Kemudian mulai terbentuk kerajaan-kerajaan kecil. Dalam buku
sejarah Cina kuno, Gishi (catatan dari kerajaan Wei) yang didalamnya tertulis hikayat orang
Wa (Jepang) dikatakan bahwa negara Wajin (Jepang) terbagi menjadi kira-kira 30 kerajaan-
kerajaan kecil. Diantaranya yang terkuat adalah kerajaan Yamatai (Yamataikoku) dengan
Himiko sebagai ratunya.
 2)   Kebudayaan
       Pada zaman batu, orang hidup dengan berburu, menangkap ikan dan mengumpulkan
tanaman. Pada zaman Jōmon dan Yayoi, orang-orang hidup dengan bertani. Kebudayaan
bertani tersebut terlihat dari barang-barang peninggalan purbakala yang pada sisi luarnya
tergambar kehidupan bertani. Kebudayaan logam dari Cina juga masuk ke Jepang. Hal
tersebut terlihat dari alat-alat pertanian yang telah memakai logam seperti sabit, cangkul, dsb.
Ada juga budaya yang berkaitan dengan animisme dan dinamisme seperti mempercayai
dewa, menyembah benda-benda yang ada di alam, mengadakan upacara-upacara roh, dll.
Pemujaan kepada dewa-dewa lambang alam tersebut pada perkembangan selanjutnya dikenal
dengan nama agama Shintō (jalan dewa). Pusat pemujaan dalam Shintōisme adalah pemujaan
kepada dewi matahari dan kaisar sebagai wakilnya di bumi. Melalui agama Shintō terjadi
pemujaan kekuasaan negara dengan kaisar sebagai lambangnya. Untuk pemujaan terhadap
dewi matahari didirikan kuil di Ise.
 3)   Peninggalan
Peninggalan dari zaman prasejarah yang paling terkenal adalah periuk Jōmon dan periuk
Yayoi. Bentuk periuk Yayoi lebih sederhana, tetapi teknik pembuatannya lebih maju dari
pada periuk Jōmon. Hal tersebut karena menggunakan teknologi dari Cina. Peninggalan
lainnya adalah Lonceng perunggu yang disebut Dotaku. Pada Dotaku terdapat bermacam-
macam gambar yang menceritakan pola hidup pada zaman itu. Misalnya pada gambar orang
menumbuk padi, berarti menceritakan kehidupan bertani. Gambar orang memanah rusa
berarti menceritakan kehidupan berburu. Pada zaman Yayoi ditemukan rumah panggung
(Takayukashiki). Selain digunakan sebagai tempat tinggal juga untuk menyimpan hasil
pertanian.
 B. Jepang Zaman Yamato (250 M – 710 M)
1)      Keadaan Zaman
Zaman Yamato dibagi menjadi dua yaitu zaman Kofun (250 M – 550 M) dan zaman
Asuka (550 M – 710 M). Pemberian nama Yamato didasarkan atas daerah kekuasaan negeri
Yamato. Daerah kekuasaannya meliputi Honshū bagian selatan dan Kyūshū bagian utara.
Saat itu Jepang terdiri dari daerah-daerah yang diperintah oleh gabungan-gabungan keluarga
yang disebut Uji (klan). Kepalanya disebut Uji no kami atau Ujigami. Nantinya akan disebut
Tennō. Masyarakat dalam organisasi klan itu adalah golongan bangsawan. Tiap klan
mempunyai golongan pekerja dan budak. Bertani padi menjadi dasar perekonomian saat itu.
Bentuk rumah mengalami perubahan. Kuil dan istana didirikan.
Setelah mengalami perpecahan zaman dan kekacauan politik selama tiga setengah abad,
Cina kembali menjadi negara kesatuan. Keadaan politik di Cina tersebut membuat Jepang
meniru sistem politik di Cina mengenai pemusatan kekuasaan.
Tahun 593 M terjadi peristiwa penting dalam sejarah politik Jepang. Susunan masyarakat
Jepang yang berinti pada Uji harus diubah karena pertambahan penduduk  yang tidak dapat
dipertahankan lebih lama lagi dan harus mengalami perubahan. Perubahan susunan
masyarakat itu merubah pula susunan politik. Tahun 593 M, Shotoku Taishi diangkat menjadi
Sesshō (penasehat bagi Tennō yang belum dewasa) bagi Tennō puteri Suiko. Dengan
demikian Taishi memegang pimpinan negara. Ia mengubah susunan jabatan-jabatan tinggi di
istana yang saat itu dijabat oleh kepala-kepala klan turun-temurun, diganti dengan susunan
baru. Siapa saja dapat memangku suatu jabatan sesuai dengan kecakapan dan jasanya.
Tahun 604 M disusun 17 aturan. Dalam peraturan itu antara lain disebutkan  supaya
agama Buddha dihormati, keluhan rakyat harus diperhatikan dan mendapat penyelesaian
yang adil, petani-petani harus diperlakukan dengan baik, dan sebagainya. Tetapi apa yang
diusahakan Taishi tersebut baru berupa cita-cita yang tidak dapat dengan segera
dilaksanakan, yaitu cita-cita membentuk Jepang menjadi negara nasional. Baru pada tahun
645 M konsepsi tersebut terwujud. Pada tahun itu, keluarga dari klan Soga yang punya
pengaruh besar dalam pemerintahan Tennō sejak tahun 587 M, dijatuhkan oleh pangeran
Naka no Oe dengan bantuan Fujiwara. Setelah itu diadakan pembaharuan-pembaharuan
dalam lapangan politik dan sosial yang berlangsung hingga 702 M. Gerakan pembaharuan itu
dikenal dengan sebutan Reformasi Taika. Yang jadi tangan kanan Naka no Oe dalam
perebutan kekuasaan dengan keluarga Soga ialah Fujiwara (no) Kamatari Dalam tahun 661
M, Naka no Oe naik tahta sebagai Tennō bergelar Tennō Tenji.
Asas-asas pembaharuan itu dijalankan dengan berangsur-angsur selama beberapa puluh
tahun dan seringkali peraturan-peraturan pembaharuan tinggal di atas kertas. Seluruh negeri
dan rakyat ditaruh langsung di bawah kekuasaan Tennō. Tanah pertanian dibagi antara rakyat
atas dasar peraturan yang sama (sistem Kōchikōmin). Semua penduduk didaftarkan untuk
tujuan pembagian tanah dan pemungutan pajak. Daerah negara dibagi dalam  kuni (propinsi)
dan kori atau gun (distrik). Pemerintahan disusun dengan mencontoh kepada Cina,
pemerintah pusat mengangkat pegawai-pegawai untuk menyelenggarakan administrasi
pemerintahan. Dalam rangka pembaharuan-pembaharuan itu, disusun undang-undang
bernama Ritsu-ryō (Ritsu adalah kitab undang-undang hukum pidana dan Ryō terdiri dari
undang-undang hukum tatanegara dan hukum sipil). Disusun menurut contoh undang-undang
dinasti Tang di Cina. Penyusunan kitab-kitab, undang-undang itu baru selesai pada tahun 701
M dan terkenal dengan sebutan Taihō Ritsu-ryō (pada tahun 718 M sebagian diubah dan
diberi nama baru Yōrō Ritsu-ryō). Undang-undang itu dengan perubahannya menjadi dasar
hukum Jepang hingga sekarang.
Pembaharuan-pembaharuan menghasilkan suatu susunan yang tampak dari luar sebagai
pembentukan pemerintahan pusat, tetapi sebenarnya memupuk susunan aristokrasi baru.
Pembaharuan itu tidak mendapat perlawanan karena tidak menghapuskan sama sekali hak-
hak istimewa yang tertumpuk pada golongan lapisan atas dari masyarakat. Orang-orang
lapisan atas itu masih tetap dalam kedudukan yang menguntungkan, hanya dalam bentuk
yang berubah, sedangkan kedudukan rakyat jelata pada umumnya tidak bertambah baik.
Dalam pembaharuan susunan pemerintahan itu, keluarga dari klan Fujiwara mencapai
kedudukan, yang menggenggam kekuasaan yang sebenarnya di dalam negara. Dasar dari
kedudukan itu diletakkan oleh Fujiwara Kamatari, tangan kanan Naka no Oe ketika
meruntuhkan kekuasaan kelurga dari klan Soga.
Walaupun pembaharuan-pembaharuan dilakukan dengan mencontoh Cina, tidak
semuanya yang dari Cina ditiru. Anggapan mengenai Tennō sebagai keturunan Dewi
Matahari tidak berubah.
Pada zaman Asuka nama negara diganti dari Yamato atau Wa menjadi Nihon atau
Nippon. Zaman Asuka (550 M – 710 M) berlangsung ketika pusat pemerintahan berada di
Asuka (sekarang Nara).
2)      Kebudayaan
Pada abad ke-5 dibuka hubungan resmi antara Jepang dengan Cina. Sebagai hasilnya
kebudayaan dari Cina masuk ke Jepang langsung atau melalui Paekche (Korea).
Kesusasteraan, ilmu falak, obat-obatan, barang-barang masuk ke Jepang. Melalui Paekche
agama Buddha masuk ke Jepang. Agama Buddha masuk ke Jepang secara resmi pada tahun
552 M, ketika Paekche mengirimkan sebuah patung Buddha emas dan beberapa jilid Buddha
sutera kepada Tennō di Yamato.
Tahun 554 M Paekche mengirimkan orang terpelajar dalam kitab-kitab klasik Cina, ilmu
obat-obatan, ilmu nujum, membuat penanggalan dan musik serta mengirim beberapa orang
rahib agama Buddha. Setelah itu pada abad ke-6, dari Korea datang lebih banyak sutra agama
Buddha, patung-patung dan tukang-tukang pembuat patung, rahib-rahib dan seorang ahli
bangunan kuil.
Mula-mula Tennō tidak tegas mengenai agama Buddha. Setuju atau menolak agama
Buddha. Tetapi atas dorongan Klan Soga, agama Buddha berkembang di Jepang.
Pemeliharaan benda benda suci (patung Buddha dan Buddha sutera) dari Korea ditugaskan
kepada keluarga Soga. Pertikaian timbul antara Klan Soga dengan 2 klan Soga yang lain,
Nakatomi dan Mononobe, yang membela agama nasional asli, yaitu agama Shintō.
Pertengkaran tentang setuju tidaknya dengan agama Buddha menjadi perebutan kekuasaan
dengan terang-terangan. Pada tahun 587 M klan Soga menang dan pengaruhnya membayangi
kekuasaan Tennō. Sejak itu agama Buddha di Jepang mendapat kemajuan.
Karena bangsa Jepang belum pandai menulis dan membaca, maka pada permulaan dalam
perhubungan dengan Cina itu dipakai perantaraan orang-orang Korea dan orang-orang Cina
itu sendiri. Dengan lambat laun bangsa Jepang belajar menulis dan membaca. Baru pada
akhir abad ke-5 oleh pemerintah Jepang dilakukan dengan resmi pemakaian huruf Cina,
tetepi pegawai-pegawai untuk pekerjaan tulis menulis sementara masih terdiri dari orang
orang Korea atau Cina yang menjadi orang kewarganegaraan Jepang. Pada saat itu mulai
disusun Kojiki (kumpulan cerita zaman kuno) dan Nihongi atau Nihonshoki (catatan sejarah
Jepang). Selesai disusun pada abad ke-7.
Dengan masuknya kesusasteraan Cina ke Jepang, filsafat Cina tersiar di kalangan orang-
orang besar. Antara lain Konfusianisme dan Taoisme. Konfusianisme menanamkan
pengaruhnya seperti pemujaan nenek moyang, kesetiaan kepada keluarga, kebaktian anak
kepada keluarga, dsb. Pengaruh Taoisme masuk pula ke Jepang. Unsurnya dalam bentuk
penggunaan magic atau sihir.
3)      Peninggalan
Dari segi arsitektur yang paling populer di zaman ini
adalah kuburan kuno (kofun). Kofun adalah kuburan kuno
untuk mengubur mayat dalam peti mati. Dari kata Kofun ini
menjadi dasar penamaan pada zaman ini (zaman Kofun).
Untuk keluarga Tennō dan keluarga terkemuka dibuat bukit-
bukit kuburan. Kuburan untuk Tennō disebut Misasagi.
Kuburan milik Nintoku Tennō ( meninggal ± tahun 400 M).
Mempunyai ukuran yang sangat besar. Kuburan itu termasuk
kuburan terbesar di dunia. Panjangnya kira-kira 1700 kaki,
tingginya lebih dari 100 kaki dikelilingi parit dan luasnya
(terhitung paritnya) kira-kira 80 acres (1 acre = 4047 m2).
Di dalamnya terdapat cermin perunggu, pedang, zirah, helm dan ikat pinggang dari
perunggu atau besi, manik-manik kecil berbentuk bulan sabit itu sebesar kuku dan disebut
Magatama.
Di sekitar Kofun biasanya terdapat Haniwa yaitu barang-barang yang
terbuat dari tanah liat yang ditempatkan dengan teratur di sekeliling tumuli.
Bentuk haniwa itu bermacam-macam. Biasanya berupa orang, binatang
piaraan, perabot rumah dan perkakas dan dapat memberikan gambaran
tentang kehidupan pada masa itu.
Dengan adanya hubungan
Cina dan Korea, agama
masuk dan kuil-kuil di
Misalnya kuil di Ise (untu
matahari) dan di Izumo (untu
bumi). Kuil lain yang terken
zaman ini adalah Horyūji. K
menjadi kuil kayu tertua di dun
C. Jepang Zaman Nara (710 M – 794 M)
1)    Keadaan Zaman
Dengan adanya reformasi Taika, sistem pemerintahan di Jepang meniru sistem
pemerintahan yang ada di Cina. Jepang pun meniru membuat kota seperti di ibukota Cina,
Chang’an dan menjadikan Heijō (sekarang Nara) sebagai ibukota sekaligus pusat
pemerintahan pada tahun 710 M (Hal inilah yang membuat zaman ini dinamakan zaman
Nara).
Pada saat itu kaisar membuat undang-undang Taiho (Taihō Ritsuryō). Kaum bangsawan
dapat menikmati kehidupan dengan menyenangkan. Di Heijo didirikan pasar. Kemudian
untuk memudahkan jual beli dibuatlah Wadokaihō (uang kuno berbentuk bulat yang terbuat
dari tembaga dengan diameter 10,95 mm dan berat 0,13 ons yang dibuat tahun 708 M).
Pada zaman ini kaum petani sangat miskin dan menderita karena pajak yang tinggi,
sehingga banyak yang membuang tanahnya. Kemudian istana membuat peraturan tentang
pemberian tanah kepada orang yang akan membuka lahan tersebut. Setelah peraturan tersebut
ditetapkan, terjadi persaingan antara bangsawan, kuil dan keluarga penguasa untuk membuka
lahan baru, sehingga tanah pribadi semakin berambah. Tanah pribadi yang bebas pajak
tersebut dinamakan Shōen. Karena peraturan tersebut, pemerintahan menjadi kacau.
Bangsawan dan pendeta yang punya tanah luas menjadi berkuasa di pemerintahan.
Kekacauan tersebut menjadikan zaman ini berakhir.
 2)   Kebudayaan
Zaman Nara merupakan puncak pertama dalam perkembangan budaya Jepang. Dari segi
arsitektur, banyak bangunan atau kuil yang didirikan dengan meniru gaya bangunan Cina.
Dalam kesusastraan dihasilkan Kojiki (cerita zaman kuno) dan Nihongi atau Nihonshoki
(sejarah jepang). Kojiki selesai ditulis pada tahun 712 M dan dikumpulkan oleh
Onoyasumaro. Nihongi selesai ditulis pada tahun 720 dan dikumpulkan oleh Toneri Shinno.
Penulisan keduanya dilakukan dengan bantuan orang Cina dan Korea. Karena pada saat
penyusunannya orang Jepang belum punya huruf sendiri dan belum pintar menulis. Para ahli
sejarah menyatakan bahwa sebagian cerita/sejarah dalam Nihongi bukanlah sejarah yang
sebenarnya, terutama sejarah sebelum tahun 400 M. Misalnya dalam Nihongi dikatakan
bahwa pemerintahan kaisar Jinmu dimulai sejak tahun 660 SM – 581 SM, padahal setelah
ditelusur kaisar Jinmu memerintah sejak permulaan abad Masehi. Banyak hal yang bukan
dari zaman purba dimasukkan ke dalamnya. Diperkirakan kebohongan itu ditulis dengan
tujuan politik dan agama untuk mempertinggi martabat kerajaan dan memberikan bukti
adanya zaman purbakala. Ada juga Fudoki (legenda dan profil tiap daerah), dan Manyōshū
(kumpulan puisi. Ada sekitar 4500 puisi). Manyōshū ditulis dengan Manyōgana yaitu tulisan
dengan struktur bahasa Cina (Kanji) tetapi menggunakan cara baca Jepang.
3)    Peninggalan
       Kaisar Shōmu membangun kuil Tōdaiji di Nara dengan patung Daibutsu. Patung tersebut
dibuat dari perunggu setinggi 53 kaki. Patang ini selesai dibuat tahun 725 M. Pada tahun 756
M didirikan Shōshōin di dekat kuil Tōdaiji untuk menyimpan barang-barang kesenian
peninggalan kaisar Shomu.
D. Zaman Heian (794 M – 1185 M)
1)    Keadaan Zaman
Untuk membangun kembali pemerintahan Ritsuryō yang kacau, kaisar Kanmu
memindahkan ibukota ke Heian-kyō (sekarang Kyōto) pada tahun 794 M. Pada zaman ini,
tanah pribadi yang bebas pajak (shōen) semakin bertambah. Para petani kecil melepaskan hak
untuk membayar pajak kepada negara dan menyerahkannya kepada bangsawan terkemuka.
Kemudian bangsawan tersebut dianggap majikannya dan petani tersebut menggarap tanah
majikannya. Pajak yang seharusnya diberikan kepada negara malah masuk ke bangsawan
penguasa shōen. Akibatnya penghasilan negara makin berkurang dan golongan bangsawan
semakin makmur.
Keluarga Fujiwara yang memiliki shōen sangat banyak menjadi kaum penguasa (kizoku)
yang paling berkuasa. Kekuasaan Fujiwara pun mulai menjalar ke istana. Hal itu terjadi
setelah Fujiwara Yoshifusa diangkat menjadi Sesshō (penasehat bagi kaisar yang belum
dewasa) bagi kaisar Seiwa pada tahun 858 M. Kemudian Fujiwara Mototsune menjadi orang
pertama yang menjadi Kanpaku (penasehat bagi kaisar yang telah dewasa). Puncaknya terjadi
pada masa Fujiwara Michinaga. Pada masa itu kebudayaan golongan aristokrasi telah
mencapai kemakmurannya dan kekayaan Fujiwara melebihi kekayaan kaisar.
Saat keluarga Fujiwara hidup mewah di ibukota, kaum militer meluaskan kekuasaannya
di daerah. Kaum militer membentuk kelompok militer dengan kaum bangsawan yang
berkuasa. Dua kekuatan militer yang paling besar adalah keluarga Minamoto (Genji) dan
keluarga Taira (Heishi). Pada pertengahan abad ke-11, kekuatan Fujiwara yang ditaktor
melemah. Tennō Shirakawa yang meskipun telah turun tahta tapi tetap masih memerintah
(Jōko) memegang kekuasaan tunggal pemerintahan. Setelah itu terjadi pertentangan antara
Jōko dengan Tennō. Masing-masing bersekutu dengan dua kaum militer terkuat yaitu
keluarga Taira dan Minamoto.
Selama tahun 1160 M – 1199 M terjadi peperangan
antara keluarga Taira melawan keluarga Minamoto.
Peperangan ini dikenal dengan peperangan
Hōgen&Heiji. Zamannya dinamakan zaman Genpei.
Pada saat itu keluarga Taira (sekutu dari pihak Tennō)
yang dipimpin Kiyomori, mengalahkan keluarga
Minamoto (sekutu dari pihak Jōko) yang dipimpin
Yoshitomo sehingga menggantikan kekuasaan Fujiwara.
Dengan runtuhnya keluarga Fujiwara, zaman Heian pun
berakhir.
2)    Kebudayaan
Hiragana (urutan iroha) Pada zaman Heian, kebudayaannya masih
mencontoh Cina, tetapi memasuki akhir abad ke-9
dinasti Tang mulai goyah. Karena pengaruh Cina
makin berkurang, maka muncullah kebudayaan
baru khas Jepang (Kokufū bunka).
Di bidang sastra lahirlah tulisan Hiragana dan
Katakana untuk menggantikan Manyōgana (kanji
yang dibaca dalam bunyi bahasa Jepang). Huruf
yang lahir pertama kali adalah Katakana.
Katakana diciptakan oleh Kibinomakibi. Pada saat
itu Katakana hanya digunakan oleh laki-laki.
Kemudian lahirlah Hiragana yang diciptakan oleh
Kobodaishi. Pada saat itu Hiragana hanya
digunakan oleh wanita. Karya-karya sastra yang
berkembang pada zaman ini adalah Waka. Atas
perintah kaisar dibuatlah kumpulan Waka yang
disebut Kokinwakashū.
Selain itu berkembang pula Nikki (catatan harian), Zuihitsu (essay), dan Monogatari
(cerita/dongeng). Yang paling terkenal saat itu adalah Genji monogatari karangan Murasaki
Shikibu yang menceritakan kehidupan di kalangan istana. Ada juga Makuranosōshi karya
Seishōnagon. Bahasa pun mengalami perkembangan. Pada zaman ini dipakai bahasa Jepang
klasik (Chūko nihongo) yang merupakan perkembangan dari bahasa Jepang kuno (Jōdai
nihongo).
Dari segi industri, kertas berkembang sangat pesat. Pabrik kertas didirikan dan teknik
membuat kertas semakin berkembang.
3)    Peninggalan
Ruang Phoenix (Hōdō) yang terdapat di kuil Byōdōin
yang didirikan oleh Fujiwara Yorimichi di Kyōto adalah
bangunan yang paling terkenal pada zaman ini. Cara
membangunnya merupakan cara membangun tempat
tinggal penguasa pada saat itu yang disebut Shinden
zukuri. Bangunan terkenal lainnya adalah istana Heian.
Istana ini dibangun meniru gaya di Chang’an. Tapi tahun
1227 M istana ini habis terbakar.
E. Jepang Zaman Kamakura (1192 M – 1333 M)
1)    Keadaan Zaman
Setelah keluarga Taira yang dipimpin Kiyomori, mengalahkan keluarga
Minamoto yang dipimpin Yoshitomo, semua keluarga Minamoto dibunuh kecuali
Yoritomo dan Yoshitsune (keduanya masih kecil). Mereka tidak dibunuh karena ibu
Yoshitsune dijadikan selir oleh Kiyomori. Karena peperangan tersebut, Kiyomori
menggantikan kedudukan keluarga Fujiwara di Kyōto.
Pada tahun 1180 M Y
membentuk markas di Kamakura d
banyak pengikut. Yoshitsune
membantunya untuk mengalahkan
Taira. Tahun 1185 M Yoritomo m
Yoshitsune dan Kiso Yoshinak
menyerang keluarga Taira.
pertempuran di Dan no Ura.
pertempuran tersebut Y
mengalahkan keluarga Taira. Kem
Yoshitsune tersebut ternyata menimb
hati pada Yoritomo. Akhirnya Y
dibunuh.

Yoritomo menguasai Jepang dengan sistem pemerintahan militer (pemerintahan Bakufu)


dan mendirikan pusat pemerintahan di Kamakura (Hal inilah yang menyebabkan penamaan
zaman ini dinamakan zaman Kamakura). Saat itu ada 2 macam pemerintahan yaitu
pemerintahan sipil dan agama yang dipimpin oleh oleh Tennō yang ada di Kyoto dan
pemerintahan militer (bakufu) yang dipimpin oleh Yoritomo yang ada di Kamakura.
Tahun 1185 M Yoritomo memberikan tanah kepada kaum militer yang aktif berperang
dan menjadikan mereka sebagai pengikutnya (Gokenin). Gokenin yang berpotensi dijadikan
Shugo (kepala polisi di daerah) dan Jittō (pengawas tanah yang bertugas mengumpulkan
pajak). Tahun 1192 M Yoritomo mendapat gelar Sei-i-tai-Shōgun  (=Jendral yang
menundukkan orang-orang liar. Orang liar di sini adalah bangsa Ainu yang keberadaannnya
semakin terpinggirkan) dan sejak saat itu dimulailah pemerintahan Bakufu yaitu
pemerintahan militer yang dipimpin oleh Shōgun . Shugo dan Jittō yang diangkat dari
keluaga dan pengikut dari Yoritomo mulai menghapus sistem Shōen (tanah pribadi yang
bebas pajak). Akhirnya Shugo menguasai daerah propinsi dan menjadi kepala daerah dengan
sebutan Daimyō. Mereka membentuk prajurit-prajurit bersenjata yang disebut Samurai. Para
Daimyō semakin berkuasa dan pemerintah Bakufu semakin lemah.
Setelah Yoritomo meninggal tahun 1199, kekuasaan Bakufu bergeser ke keluarga Hōjō
(keluarga asal istri Yoritomo yaitu Masako). Tahun 1256, Tokimune (usia 6 tahun) menjadi
kaisar. Selama pemerintahannya dua kali Jepang diserang oleh pasukan Kubilai Khan (tahun
1274 M dan 1281 M). Para Gokenin yang ikut berperang tidak mendapatkan balas jasa yang
cukup. Gokenin merasa tidak puas dan tidak lagi mengikuti pemerintahan Bakufu.
Tahun 1333 M, Tennō Godaigo yang melihat lemahnya Bakufu ini, memanggil para
Gokenin yang tidak puas terhadap keluarga Hōjō untuk menjatuhkan Bakufu. Tokoh yang
berjasa dalam perebutan kekuasaan itu adalah Ashikaga Takauji, Kibatake Chikafusa,
Kusonoki Masahige dan Niita Yoshida. Dengan jatuhnya Bakufu Kamakura maka
berakhirlah zaman Kamakura.
 2)   Kebudayaan
Zaman Kamakura merupakan zaman dimulainya sistem pemerintahan feodal
(Hōkenseido). Sistem pemerintahan seperti ini baru dapat diakhiri setelah zaman Edo. Oleh
karena itu kebudayaan pada masa itu adalah kebudayaan feodal. Inti dari sistem feodal
tersebut adalah pengelolaan tanah dikerjakan oleh petani dan pemilik tanah menggunakan
tenaga Bushi (Samurai) sebagai alat pemeras petani agar mereka terus bekerja dan membayar
pajak yang tinggi.
Pada zaman ini lahir golongan prajurit yang disebut Samurai, sehingga pada zaman ini
muncul dua orang pembuat pedang yang terkenal yaitu Masamune dan Muramasa. Adanya
Samurai juga melahirkan suatu etika atau ajaran hidup yang disebut Bushidō. Misalnya
berani mati, berani menghadapi bahaya, menjunjung tinggi tanah air, setia kepada pemimpin,
dll. Bushido memberikan pedoman kepada setiap tingkah laku dalam pergaulan di
masyarakat, termasuk cara berbicara, memberi hormat, mempertahankan kehormatan, dsb.
Harakiri (bunuh diri dengan memotong perut) dianggap perbuatan yang mulia untuk
menjunjung kehormatan.
 3)   Peninggalan
Kehidupan kaum militer pada zaman ini juga melahirkan sastra yang melukiskan
peperangan kaum militer yang disebut Gunki Monogatari, salah satunya yang paling terkenal
adalah Heike Monogatari yang melukiskan bangkit dan jatuhnya keluarga Taira.
Dari segi arsitektur, banyak dibuat patung Buddha (dari batu, kayu, perunggu, tembaga).
Patung yang paling terkenal adalah Daibutsu di Kamakura. Patung ini dibuat dari tembaga
dan tingginya 15 meter. Arsitektur pada zaman ini lebih mementingkan keindahan yang
struktural dari pada yang bersifat hiasan. Misalnya di gerbang depan kuil Todaiji yaitu patung
Niō (Kongōrikishi). Di zaman ini banyak pula dibuat lukisan gulung (emaki) seperti Genji
Monogatari Emaki, Mōkoshūrai Emaki.
Pada zaman ini muncul juga Buddha aliran Zen. Aliran Zen cocok dengan kepribadian
kaum militer karena aliran ini mengajarkan kedisiplinan batin dengan meditasi Zen (Zazen).
       Tanaman teh juga mulai masuk ke Jepang dan menggantikan sake yang memabukkan.
)
F.  Jepang Zaman Muromachi (1338 M – 1568 M)
     1)    Keadaan Zaman
Setelah bakufu Kamakura roboh, pada tahun 1333 M kaisar Godaigo berkehendak
memerintah secara de jure dan de facto. Perubahan dari pemerintahan bakufu menjadi
pemerintahan yang berpusat pada kaisar tersebut dikenal dengan nama restorasi Kenmu.
Restorasi tersebut hanya berlangsung sampai 1336 M, karena pada tahun 1336 M Ashikaga
Takauji yang sebelumya membantu kaisar, berbalik menentang kaisar yang ingin memerintah
sendiri. Ia menyerang Kyōto. Niita Yoshida dan Kusonoki Masahige yang setia pada kaisar,
gugur pada pemberontakan tersebut.
Kaisar kalah dan mundur ke Yoshino (di Nara) dan mendirikan istana di sana. Sementara
itu di Kyōto telah diangkat kaisar baru. Karena itu pada tahun 1336 M –1392 M ada dua
orang Tennō. Tennō yang di utara/Kyōto (Tennō Kōmyō) dan Tennō yang di selatan/Yoshino
(Tennō Godaigo). Tennō yang di utara mendirikan istana Hokuchō (istana utara) dan Tennō
yang di selatan mendirikan istana Nanchō (istana selatan). Sehingga pada rentang waktu
tersebut dikenal juga dengan zaman Nanbokuchō (zaman istana di utara dan selatan). Rakyat
menganggap bahwa Tennō yang sah adalah Tennō yang ada di Yoshino (selatan). Sehingga
ada pula yang menamakan zaman ini sebagai zaman Yoshino.
Tahun 1338 M, Tennō Kōmyō mengangkat Ashikaga
Takauji sebagai Seiitai Shōgun dan mendirikan bakufu di
Kamakura (ada juga yang menyebut zaman ini sebagai
zaman Ashikaga). Takauji menjalankan pemerintahan
diarki. Dirinya menjadi kepala kalangan samurai,
sedangkan adiknya yang bernama Ashikaga Tadayoshi
menjadi kepala administrasi pemerintahan. Pemerintahan
diarki tersebut ternyata menimbulkan konflik internal
dalam keshōgunan.
Kō no Mōronao beserta pendukungnya yang anti-Tadayoshi berhadapan dengan
kelompok pro-Tadayoshi. Takauji yang semulanya bersikap netral akhirnya memihak
Mōronao. Tadayoshi dipaksa mengundurkan diri dari jabatannya dan dijadikan biksu. Putra
Takauji yang bernama Yoshiakira menggantikan Tadayoshi sebagai kepala pemerintahan.
Setelah Tadayoshi mengundurkan diri, putra angkatnya yang bernama Ashikaga Tadafuyu
melarikan diri ke Kyūshū dan memberontak terhadap Shōgun.
Pada tahun 1350 M, ketika Takauji memimpin ekspedisi untuk menghabisi Tadafuyu,
Tadayoshi melarikan diri dari Kyōto dan bergabung dengan istana selatan. Pasukan
Tadayoshi menjadi semakin kuat, sehingga Yoshiakira melarikan diri dari Kyōto karena
kalah perang. Pasukan Takauji juga kalah melawan pasukan Tadayoshi. Tahun 1351 M,
Takauji berdamai dengan Tadayoshi dengan syarat Kō no Mōronao dan Kō no Mōrouji
dijadikan biksu. Tadayoshi kembali menjadi sebagai pembantu Yoshiakira. Takauji dan
Yoshiakira memiliki rencana untuk menghabisi Tadayoshi dan Tadafuyu. Namun Tadayoshi
lebih dahulu melarikan diri. Di tahun 1351 M juga Tadayoshi tertangkap.
Kemudian pihak istana selatan yang dipimpin pangeran Muneyoshi, Nitta Yoshioki, Nitta
Yoshimune, dan Hōjō Tokiyuki menyerang pasukan Takauji. Tahun 1354 M, pihak istana
selatan untuk sementara berhasil menduduki Kyoto. Tapi tahun 1355 M, berhasil direbut
kembali oleh pihak istana utara.
Tahun 1392 M Shōgun  generasi ke-3 yaitu Ashikaga
Yoshimitsu (cucu Ashikaga Takauji) memindahkan bakufu
dari Kamakura ke Moromachi, dan mendirikan bakufu
Muromachi. Maka mulai tahun 1392 M – 1573 M disebut
zaman Muromachi. Tahun 1392 M Ashikaga Yoshimitsu
mendamaikan istana utara dan istana selatan yang
sebelumnya berselisih. Tennō yang di selatan kembali ke
Kyoto dan mengundurkan diri serta mengakui Tennō utara
sebagai penggantinya.
Tahun 1394 M Ashikaga Yoshimitsu menyerahkan jabatan Shōgun  kepada anaknya,
kemudian ia mengundurkan diri tetapi masih tetap memerintah. Ashikaga Yoshimitsu yang
mengundurkan diri ke Kitayama (dekat Kyoto) mendirikan paviliun emas (Kinkaku).
Setelah Yoshimitsu meninggal tahun 1408 M, timbul kekacauan dalam pemerintahan.
Terjadi percampuran Kuge (golongan bangsawan) dan Buke (golongan militer) yang
berlanjut pula dalam budayanya, yaitu timbulnya Bukebunka (kebudayaan militer-
bangsawan). Dalam kenyataannya, golongan Kuge kalah dari golongan Buke sehingga
golongan Kuge jatuh miskin.
Di ibukota Kyoto, Bakufu berkuasa tetapi kekuasaannya tidak mendapat penghargaan
dari Daimyō. Bakufu tidak mampu mengatasi kekacauan pemerintahan yang disebabkan oleh
Daimyō-Daimyō yang saling berperang untuk memperluas daerah dan lingkungan
kekuasaannya.
Meskipun pemerintahan dalam negeri sedang kacau, tapi perdagangan baik di dalam
maupun luar negeri mengalami kemajuan yang pesat. Bahkan pada tahun 1543 M Jepang
membuka hubungan dagang dengan Portugis. Tahun 1549 M Franciscus Xaverius
memasukkan agama Kristen ke Jepang. Selain agama, tembakau dan senjata api juga masuk
ke Jepang.
Pada masa pemerintahan Ashikaga Yoshimasa (Shōgun  generasi ke-8), pemerintahan
semakin kacau. Dia mendirikan paviliun perak (Ginkaku) di Higashiyama. Untuk membiayai
pembangunan paviliun tersebut harus ditarik pajak yang besar dari rakyat. Rakyat pun
mengadakan pemberontakan. Puncak kekacauan terjadi pada perang Onin (Onin no ran) yang
berlangsung 11 tahun (1467 M – 1477 M). Perang itu disebabkan oleh perselisihan dua orang
pemimpin militer yaitu Yamanaka Sozen dan Hosokawa Katsumoto. Perang tersebut
merupakan suatu tanda dari permulaan pergolakan mati-matian yang baru dapat diakhiri
tahun 1615 M. Masa peperangan selama 100 tahun lebih tersebut disebut sebagai Sengoku
jidai (zaman negara-negara berperang).
                   Bakufu Moromachi jatuh setelah Oda Nobunaga berhasil merampas Kyōto.
2)      Kebudayaan
Dari segi arsitektur dibuat bangunan yang sangat megah seperti Kinkaku dan Ginkaku.
Dari segi seni lahirlah seni minum teh dan seni merangkai bunga (ikebana) serta lukisan
dengan tinta Cina. Dari segi pertunjukan, lahirlah drama Nō dan Kyōgen (lelucon). Nō
diciptakan oleh Kan’ami dan Zeami. Dari segi pertanian, petani telah mampu membuat kincir
angin dan sistem tumpang sari.
3)      Peninggalan
Bangunan yang paling terkenal pada zaman ini adalah Kinkaku dan Ginkaku. Kinkaku
atau paviliun emas didirikan oleh Ashikaga Yoshimitsu. Bangunannya mengambil gaya
arsitektur bangsawan dan gaya kuil Zen di Cina yang seluruhnya dilapisi emas. Sedangkan
Ginkaku atau paviliun perak didirikan oleh Ashikaga Yoshimasa. Bangunannya mengambil
gaya arsitektur kuil Zen yang disebut Shōinzukuri. Shōinzukuri merupakan gaya bangunan
yang di dalamnya terdapat Tokonoma, Chigaidana (rak), Tatami (lantai tikar), Fusuma (pintu
geser dari kertas), dan Akarishōji (jendela kertas). Gaya ini menjadi dasar rumah gaya Jepang
sekarang.
G. Zaman Azuchi-Momoyama (1568 M – 1600 M)
1)    Keadaan Zaman
Keluarga Ashikaga yang ada di ibukota sudah semakin
lemah dan tidak mampu menjaga kestabilan negara. Akhirnya
salah seorang Daimyō terkuat yaitu Oda Nobunaga dengan
bantuan Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu berhasil
mempersatukan Jepang. Tahun 1568 M Nobunaga berhasil
merampas Kyōto dan mengangkat Ashikaga Yoshiaki sebagai
Shōgun  boneka (Shōgun  yang kekuasaannya ada di tangan
majikannya). Jadi kekuasaannya ada di tangan Nobunaga.
Nobunaga memerintahkan Hideyoshi untuk menundukkan Daimyō di sebelah barat, dan
memerintahkan Ieyasu untuk menundukkan Daimyō di sebelah timur dan utara. Sementara
dirinya sendiri membereskan bagian pusat. Nobunaga mendapat perlawanan dari kaum padri
yang menjadikan biara-biara Buddha sebagai benteng pertahanan. Serangan Nobunaga yang
sangat keras terhadap Buddhisme akhirnya dapat menghancurkan biara-biara tersebut. Dia
dibantu orang-orang Kristen dari Portugis dengan senjata apinya. Nobunaga mengijinkan
pelaksanaan perdagangan bebas, terutama dengan bangsa Portugis dan Spanyol, serta
melindungi agama Kristen. Hal itu dilakukan untuk menekan agama Buddha dan
mendapatkan senjata api.
Tahun 1573 M Nobunaga mendirikan istana Azuchi. Saat Nobunaga melanjutkan
masalah penyatuan negeri, dia meninggal karena dibunuh pengikutnya yang bernama Akechi
Mitsuhide pada tahun 1582 M.
Kekuasaan Nobunaga berpindah ke Toyotomi Hidey
Hideyoshi kemudian membangun istana Momoyama (Fush
sebagai tempat tinggalnya, tetapi tempat pemerintahannya ad
istana Osaka (Himeji). Hideyoshi berhasil menyatukan Jepang
tahun 1590 M setelah menaklukkan keluarga Hōjō di Odawara
keluarga Shimaru di Kyūshū.
         Saat berkuasa Hideyoshi mengontrol kekuasaan para Dai
dan menetapkan cara menarik pajak yang disebut Taikōkenchi
mengatur para petani untuk mencegah timbulnya pemberont
petani. Dengan demikian pembagian antara Daimyō dan p
semakin maju. Sistem Shōen pun hilang. Hideyoshi pun be
meluaskan kekuasaannya sampai ke Korea pada tahun 1592 M
1597 M tetapi gagal. Zaman Azuchi-Momoyama berakhir se
Toyotomi meninggal dalam pertempuran Sekigahara mela
Tokugawa Ieyasu.
2)    Kebudayaan
Dari segi arsitektur, bangunan dibuat secara mewah. hal itu terlihat dari istana Azuchi,
istana Momoyama dan istana Oosaka. Dari segi seni, kebiasaan minum teh juga makin
berkembang dan kebiasaan tersebut ditetapkan sebagai suatu tatacara minum teh yang disebut
Sadō. Dari segi bahasa, kosakata asing mulai masuk karena pada zaman ini perdagangan
dengan bangsa barat dibuka.
3)    Peninggalan
Istana Azuchi dan Momoyama adalah suatu istana yang megah
pada zaman ini. Hal inilah yang membuat nama zaman ini diambil
dari kedua istana tersebut. Saat ini kedua istana tersebut sudah tidak
ada, tetapi dengan masih adanya istana Oosaka (Himeji) paling tidak
dapat menggambarkan kemegahan kedua istana tersebut.
H. Jepang Zaman Edo (1603 M – 1867 M)
     1)    Keadaan Zaman
Setelah mengalahkan Toyotomi Hideyoshi dalam pertempuran
Sekigahara pada tahun 1600 M, Tokugawa Ieyasu diangkat menjadi
Seiitai Shōgun  pada tahun 1603 M dan mendirikan Bakufu di Edo
(sekarang Tōkyō). Sehingga zaman ini disebut zaman Edo atau
zaman Tokugawa.
Tidak lama setelah pertempuran Sekigahara, para Daimyō
diambil sumpahnya secara tertulis kemudian mereka dibagi menjadi
beberapa kelas, yaitu:
Shinpan Daimyō = Merupakan Daimyō yang paling dekat dengan keluarga Tokugawa
dan dapat berhubungan langsung dengan keluarga Tokugawa. Daimyō kelas ini memegang
posisi penasehat dalam pemerintahan dan diberikan wilayah yang dekat dengan Edo.
Fudai Daimyō =   Merupakan Daimyō yang terdiri dari pengikut setia Ieyasu sebelum
Ieyasu berkuasa yaitu sebelum perang Sekigahara. Daimyō kelas ini memegang jabatan di
hampir semua kantor pemerintahan dan ditempatkan di Jepang bagian tengah dan timur yang
tidak begitu jauh dari Edo. Mereka merupakan pengawal keamanan dari Kyoto dan Edo.
Tozama Daimyō = Merupakan Daimyō yang terdiri dari pengikut setia Ieyasu setelah
perang Sekigahara. Daimyō ini memiliki kekuasaan yang kecil karena ditempatkan di Jepang
bagian barat, utara dan selatan yang jauh dari Edo.
Wilayah yang diberikan pada bakufu tersebut dinamakan Han. Untuk mengatur Han,
Bakufu membuat sistem yang disebut sistem Bakuhan (Bakuhan Taisei). Dalam sistem
Bakuhan, Bakufu memegang kekuasaan seluruh negeri, sedangkan Daimyō memegang
kekuasaan atas wilayah yang diberikan kepadanya (Han).
Untuk mengatur Daimyō, Tokugawa Ieyasu menetapkan peraturan yang harus dipatuhi
oleh para Daimyō yang disebut Bukeshōhattō. Salah satunya adalah para Daimyō dilarang
memperkuat pasukannya atau mendirikan benteng tanpa sepengetahuan pemerintah pusat
(Bakufu).
Bakufu juga membatasi wewenang pihak istana dengan peraturan Kugeshōhattō. Tennō
dan golongan Kuge (bangsawan) diberikan penghasilan sesuai kedudukan mereka tapi tidak
diberikan tanah. Pengangkatan pejabat istana harus dengan persetujuan Bakufu. Tennō tidak
boleh aktif turut serta dalam pemerintahan dan hanya punya fungsi sakral. Tennō tidak dapat
diganggu gugat tetapi sama sekali tidak punya kekuasaan apapun. Ada juga larangan
Katanagari, yaitu larangan memiliki senjata bagi petani. Hal ini dilakukan karena sering
timbulnya pemberontakan oleh petani yang disebabkan besarnya pajak yang harus mereka
bayar. Dengan adanya ketiga peraturan tersebut maka Jepang menjadi sangat tenang dan
stabil.
Pada mulanya Tokugawa Ieyasu menerima agama Kristen dengan baik, tapi karena
timbul kekhawatiran ancaman bahaya politik dari agama Kristen, ia menutup perdagangan
dengan bangsa Eropa dan mulai menindas agama Kristen. Penduduk yang beragama Kristen
pun memberontak. Perdagangan diperketat hanya bangsa Asia dan Belanda yang boleh
berdagang, itupun dengan pengawasan ketat. Jepang menjadi negara yang mengisolasikan
diri dari pengaruh barat. Politik isolasi negeri seperti ini disebut Sakoku.
Tahun 1605 M Ieyasu menyerahkan jabatannya kepada anaknya, Tokugawa Hidetada
(Shōgun  generasi ke-2). Tetapi dirinya masih memerintah sebagai Shōgun yang
mengundurkan diri sampai dirinya meninggal tahun 1616 M.
Kemudian Shōgun generasi ke-3, Tokugawa Iemitsu membuat peraturan untuk mengatur
para Daimyō yang disebut Sankin Kōtai, yaitu para Daimyō diwajibkan untuk datang dan
menetap di Edo sampai beberapa waktu untuk membantu pemerintah pusat. Perekonomian
para Daimyō menjadi susah sehingga tidak punya tenaga untuk melawan Shōgun.
Susunan masyarakat pada zaman Edo disebut Shinōkōshō. Kata Shinōkōshō berasal dari:
Shi= bushi= samurai/militer
Nō= nōmin= petani
Kō= kōsakunin= pekerja
Shō= shōnin= pedagang
Selain itu masih ada golongan masyarakat yang tidak digolongkan ke dalam Shinōkōshō,
yaitu orang-orang buangan yang disebut Eta atau Hinin.
Pembagian tatanan sosial ini didasarkan pada ajaran Konfusianisme yang mengajarkan
pemaham terhadap hakikat takdir yaitu bahwa manusia harus menerima takdirnya sejak lahir
dan tidak dapat menggugat takdir. Pemikiran ini membuat rakyat terpaksa menerima keadaan
serta status yang dimilikinya dan tidak dapat memperbaiki statusnya ke tingkat yang lebih
tinggi. Diskriminasi kelas pun semakin jelas. Tujuan ditetapkan Shinōkōshō adalah supaya
kelas penguasa tetap pada kedudukannya dan memiliki kekuatan untuk menekan kelas yang
berada di bawahnya.
Pada zaman Genrōku (zaman kecil yang ada selama zaman Edo. Berlangsung tahun 1646
M sampai 1709 M) perekonomian menjadi kacau karena krisis ekonomi. Tokugawa
Yoshimune (Shōgun  generasi ke-8) melakukan beberapa pembaharuan untuk membangun
kembali perekonomian Bakufu. Ada tiga reformasi yang dilakukan.
Reformasi pertama = Merancanakan pajak yang berlipat ganda  dan cara membuka lahan
baru serta memerintahkan kaum Bushi untuk menghentikan hidup bermewah-mewah dan
berhemat. Reformasi ini berhasil, tetapi tidak berlangsung lama.
Reformasi kedua = Memerintahkan kaum Bushi untuk berhemat, menganjurkan Bushi
untuk belajar beladiri dan ilmu pengetahuan serta mengeluarkan perintah bahwa Bushi tidak
perlu membayar hutan kepada kaum pedagang. Reformasi ini gagal tapi mampu menolong
kaum Bushi.
Reformasi ketiga = Memerintahkan kaum Bushi untuk berhemat dan melarang
perkumpulan pedagang besar yang melakukan pemborongan. Reformasi ini gagal.
Karena krisis ekonomi, para Daimyō jatuh miskin dan mereka menyalahkan Bakufu.
Yang paling buruk nasibnya adalah petani, karena harus membayar pajak yang tinggi.
Perasaan tidak senang dan tidak puas terhadap Bakufu itu memupuk gerakan nasionalisme
dan menjadi kekuatan besar yang menentang kekuasaan Shōgun. Gerakan itu membuat rakyat
memuja kembali Shintōisme dan menyanjung pemerintahan Tennō di masa dahulu yang
gemilang. Rakyat menghendaki supaya Tennō memegang kekuasaan kembali. Mereka
menganggap kekuasaan Shōgun  tidak sah. Bangsa Jepang pun ingin menghidupkan kembali 
sifat-sifat Jepang lama. Keadaan para Samurai yang semakin mundur dan petani yang
semakin susah membuat anasir-anasir menjatuhkan Shōgun  semakin kuat.
Ketika keadaan dalam negeri bergejolak, negara-negara barat mendesak Jepang supaya
membuka negerinya. Inggris mengadakan revolusi industri dan mengadakan ekspansi ke
seluruh dunia dan Amerika pun bermaksud memperluas jangkauannya ke Asia. Pada tahun
1854 M Amerika memaksa Jepang untuk menandatangani persetujuan dagang (persetujuan
Kanagawa) yang membuat Jepang harus membuka negeri dari bangsa asing.
Pembukaan negeri (Kaikoku) tersebut  membuat rakyat dan Bushi menjadi susah serta
perekonomian menjadi kacau. Dua golongan Bushi tingkat bawah yang disebut Satsuma dan
Chōshū bersatu dan memulai gerakan Sonnōjōi melawan orang asing tetapi kalah. Mereka
mengakui kekuatan orang asing dan berfikir untuk menjatuhkan Bakufu dan
menyelenggarakan pemerintahan baru yang berpusat pada kaisar. Saat itu muncul gerakan-
gerakan anti Bakufu yang disebut Bakumatsu.
Pemerintahan Tokugawa resmi berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu menyerahkan
pemerintahan ke tangan Tennō (Taisei Hōkan) pada tanggal 9 November 1867 untuk
menghadapi krisis. Tanggal 19 November 1867 Tokugawa mundur dari jabatannya.
2)    Kebudayaan
Karena politik isolasi negeri, Jepang terisolasi dari peradaban barat namun kebudayaan
asli Jepang mengalami perkembangan. Dari segi industri, dibangun perusahaan air minum.
Industri kerajinan tangan seperti sutera dan kertas juga berkembang. Lalu lintas dan jalan
raya dibangun.
Dari segi pendidikan, muncul sekolah yang diselenggarakan di kuil-kuil Buddha yang
disebut Terakoya. Ilmu pengetahuan yang berasal dari ajaran Konfusianisme berkembang
pesat. Selain itu muncul juga ajaran Kokugaku yaitu ilmu pengetahuan yang meneliti ilmu
klasik Jepang dan mencari pemikiran-pemikiran asli Jepang. Kokugaku kemudian memupuk
pemikiran untuk menghidupkan kembali pemerintahan langsung oleh Tennō (Sonnō Shisō)
dan pemikiran yang berusaha mengusir kekuatan dan pengaruh asing (Jōi Shisō). Inilah yang
kemudian melahirkan gerakan Sonnōjōi (Sonnōjōi Shisō) yang muncul pada akhir Bakufu
(Bakumatsu). Dengan dibukanya kembali Jepang dari bangsa barat, muncul pula
pengetahuan-pengetahuan baru dari barat dan berkembang sebagai Rangaku seperti ilmu
kedokteran, ilmu bumi, elektronika dll.
Di bidang kesusastraan, pada zaman Genroku pada masa pemerintahan Tokugawa
Tsunayoshi (Shōgun  generasi ke-5) lahir kebudayaan baru masyarakat kota yang disebut
Genroku Bunka. Ihara Saikaku mengangkat kehidupan masyarakat kota pada zaman Genroku
dalam novel Kōshoku Ichidai Otoko dan Sekenmunazanyō. Matsuo Bashō menciptakan
Haiku yaitu puisi 3 baris yang berpola 7-5-7 suku kata. Haiku adalah bagian awal dari Renga
yang berdiri sendiri dan pada saat itu disebut Haikai. Oku no Hosomichi adalah catatan
perjalanan Bashō yang kemudian menjadi suatu Kikōbun (catatan perjalanan).
Dalam bidang seni pertunjukan, berkembang Kabuki. Kabuki pada mulanya berupa tari-
tarian yang dilakukan oleh Okuni yang berasal dari Izumo di kuil Shintō. Saat itu Kabuki
dianggap bernilai seni rendah karena kostum dan gerakannya tidak begitu bagus, sehingga
Kabuki dilarang oleh Bakufu. Setelah itu Kabuki hanya ditampilkan oleh laki-laki dan lambat
laun isi cerita dan seninya menjadi lebih baik. Selain kabuki berkembang pula Ningyō Jōruri
yaitu drama boneka yang dimainkan dengan tangan. Kabuki dan Ningyō Jōruri menampilkan
lakon-lakon insiden yang terjadi di masyarakat. Ningyō Jōruri merupakan warisan hasil
budaya tanpa bentuk yang disebut Bunraku yang dikenal sampai sekarang. Penulis naskah
Kabuki dan Ningyō Jōruri pada zaman Genrōku yang juga dikenal sebagai penulis drama
terbesar di Jepang adalah Chikamatsu Monzaemon. Karyanya yang terkenal antara lain
Sonezaki Shinjū dan Chūshin Tennō Amishima.
Dalam bidang seni lukis yang paling berkembang adalah Ukiyo-e yaitu lukisan yang
menggambarkan dunia Kabuki, dunia Sumō, dan dunia wanita penghibur. Ada juga Nishiki-e
yaitu gambar yang dibuat dengan dicetak pada papan menggunakan warna-warna yang indah.
Seni lain yang berkembang adalah Yūzen (kain celup) dan keramik Jepang.

I.  Zaman Meiji (1868 M – 1912 M)


     1)                Keadaan Zaman
Proses terbentuknya zaman Meiji diawali
dengan sebuah gerakan pembaruan yang dikenal
dengan Restorasi Meiji (Meiji Ishin). Restorasi Meiji
berlangsung dari tahun 1866 M sampai 1869 M (dari
akhir zaman Edo sampai awal zaman Meiji).
Restorasi ini timbul akibat dibukanya Jepang kepada
kapal-kapal dari barat yang dipimpin oleh perwira
Angkatan Laut Amerika Serikat, Matthew Perry.
Pembentukan aliansi Sacchō (Satsuma-Chōshū) pada
tahun 1866 M yang dicetuskan oleh Sakamoto
Ryōma adalah titik awal restorasi Meiji. Tujuannya
adalah melawan keshōgunan Tokugawa dan
mengembalikan kekuasaan pada kaisar.
Setelah Tokugawa Yoshinobu memberikan kekuasaan dan mundur dari jabatannya
(tahun 1867 M), setahun kemudian pecahlah perang Boshin (perang Toba-Fushimi). Perang
ini timbul karena ketidakpuasan Yoshinobu terhadap pemerintah baru yang tidak memberikan
kedudukan penting bagi Yoshinobu dan tanah dikembalikan kepada istana. Satsuma dan
Chōshū dari pihak pemerintahan baru berhasil mengalahkan tentara Yoshinobu. Kemenangan
pemerintah baru tersebut membuat kaisar mencopot seluruh kekuasaan Yoshinobu.
Pada akhir restorasi Meiji, kota Edo yang masih kacau karena pemberontakan atas
pelarangan agama Kristen diubah namanya menjadi kota Tōkyō. Dan nama zamannya diganti
zaman Meiji, sesuai nama kaisar yang memimpin pada saat itu. Meiji berarti ”pencerahan”.
Kemudian ibukota dipindah dari Kyōto ke Tōkyō.
Zaman Meiji dimulai setelah kaisar Mutsuhito naik takhta dan memerintah Jepang (25
Januari 1868 - 30 Juli 1912). Kaisar Mutsuhito kemudian berganti nama menjadi kaisar
Meiji. Kaisar Meiji mengumumkan rencana politik pemerintahan baru yang dikenal dengan
”5 pasal dekrit” yang meliputi:
      Pembentukan dewan-dewan legislatif.
      Pelibatan semua golongan masyarakat dalam mengadakan hubungan antar negara.
      Penarikan kembali aturan perpajakan dan pembatasan kelas dalam pekerjaan.
      Penggantian  ”tradisi setan” dengan ”hukum alam”.
      Pengiriman utusan ke Eropa dan Amerika untuk mempelajari ilmu barat dan  
     memperkuat fondasi hukum pemerintahan Meiji.
Pengeluaran dekrit itu dilakukan dengan bersumpah kepada dewa. Maksud dari
dikeluarkannya dekrit itu adalah untuk menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa Jepang
akan membangun negaranya dengan menuntut ilmu pengetahuan. Dengan kembalinya
kekuasaan ke tangan kaisar Jepang bermaksud membentuk negara yang berorientasi ke
Shintōisme seperti 1000 tahun yang lalu.
Pada tahun 1871 M tanah kekuasaan para Daimyō (Han) dihapuskan dan membagi
negeri dengan sistem prefektur (Ken). Dari pusat dikirimkan pegawai pemerintahan untuk
mengurus tiap-tiap Ken yang disebut Haihanchiken. Pajak dikumpulkan oleh pemerintah dan
pegawai pemerintah menerima gaji dari pemerintah. Kemudian pemerintah memperbarui cara
pemungutan pajak dari petani yang disebut Chisokaisei. Pemerintah memberikan sertifikat
tanah kepada pemilik tanah, kemudian pajak diganti dalam bentuk uang kontan. Anak laki-
laki pemilik tanah diwajibkan meninggalkan desa dan menjadi buruh pabrik atau mengikuti
wajib militer di kota. Wajib militer ditetapkan sejak tahun 1873 M dan diwajibkan bagi anak
laki-laki berumur lebih dari 20 tahun.
Karena wajib militer diberlakukan, para samurai merasa kecewa. Wajib militer adalah
sistem dari barat (tentara dilatih oleh Perancis), dan samurai benci hal yang berasal dari barat.
Akhirnya pada tahun 1877 M Takamori Saigō memimpin pemberontakan samurai di Kyūshū.
Pertempuran militer melawan samurai tersebut memakan banyak korban di kedua belah
pihak. Tapi karena Jepang mengadakan wajib militer, tentara Jepang dapat menyusun
kembali pasukannya sedangkan para samurai tidak. Pemberontakan ini berakhir pada tanggal
24 September 1877 dengan terbunuhnya Takamori Saigō.
Pada zaman Meiji, pemerintah menetapkan Shimin Hyōdō yaitu persamaan empat strata
sosial Kōzoku (keluarga kaisar), Kazoku (bangsawan istana dan feodal), Shizoku (militer),
dan Heimin (petani, pekerja, dan pedagang).
Di bidang pendidikan, pada tahun 1872 M pemerintah menetapkan sistem pendidikan
baru. Semua golongan masyarakat dapat mengenyam pendidikan. Kemudian pada tahun 1890
M wajib belajar 6 tahun dicanangkan. Universitas-universitas juga mulai didirikan.
Pada tahun 1875 M diadakan Konferensi Osaka yang menghasilkan keputusan bahwa
reorganisasi pemerintahan ditujukan kepada Genrōnin (dewan tetua) yang indepanden.
Pada tahun 1881 M lahirlah pergerakan demokrasi yang melahirkan partai-partai seperti
Rikken Jiyutō (Partai Liberal), Rikken Kaishintō (Partai Konstusional Progresif), Rikken
Taiseitō (Partai Imperial). Pada tahun 1885 M bentuk pemerintahan diganti dengan sistem
kabinet dan Ito Hirobumi sebagai Perdana Menteri. Pada masa imperial ini diproklamasikan
UUD kekaisaran Jepang (Konstitusi Meiji) pada tanggal 11 Februari 1889. Konstitusi Meiji
menjamin peran politik kaisar secara nyata (walaupun pada akhirnya kekuasaan kaisar
dikendalikan oleh dewan tua/Genrōnin). Jepang juga mengadopsi sistem Parlemen seperti di
Eropa yang disebut Diet. Pada tahun 1890 M untuk pertama kalinya diadakan pemilihan
wakil rakyat, tetapi hanya orang yang berusia 25 tahun keatas yang dapat memilih, peserta
pemilih saat itu hanya sekitar 1% saja.
Pada tahun 1880-an Jepang mengalami krisis ekonomi karena adanya pengeluaran besar
yang diikuti dengan reformasi sistem mata uang dan pembentukan Bank of Japan.
Pemerintah Meiji menginginkan negaranya sejajar dengan negara barat. Untuk itu
pemerintah membeli mesin-mesin dan teknologi canggih dari Amerika dan Eropa.
Pemerintah mendirikan pabrik-pabrik, membangun rel kereta api, menetapkan Yen, Sen, dan
Rin sebagai mata uang baru. Di dalam kehidupan sehari-hari diberlakukan kalender sistem
matahari (Gregorian), misalnya 1 hari ada 24 jam, 1 minggu ada 7 hari, dll. Akhirnya sistem
barat pun diterima. Diberlakukan kebebasan beragama sehingga agama Kristen pun diakui.
Pada tahun 1894 M, di Korea terjadi pemberontakan petani. Pemerintah Korea memohon
kepada Dinasti Chin agar mengirimkan pasukan militernya. Mengetahui hal tersebut, Jepang
pun mengadakan ekspansi sehingga timbullah perang Jepang-Cina (Nisshin Sen). Jepang
menang atas Cina. Kemudian setahun berikutnya ditandatangani perjanjian Shimonoseki.
Jepang wajib membayar ganti rugi perang yang tinggi. Jepang juga memperoleh Taiwan dan
semenanjung Liotung. Tapi Jepang pada akhirnya mengembalikan Semenanjung Liotung
setelah Rusia, Perancis, dan Jerman menuntutnya.
Setelah itu, karena Jepang ingin melakukan ekspansi dari Korea ke Cina dan Rusia ingin
mengadakan ekspansi dari Manchuria ke Korea, timbul perentangan antara Jepang dan Rusia.
Di lain pihak, karena terjadi pertentangan antara Inggris dan Rusia di Asia, maka Inggris dan
Jepang berjanji untuk saling menolong dan membuat Aliansi Jepang-Inggris (Nichie Dōmei)
pada tahun 1902 M. Kemudian tahun 1904 M dimulailah perang Jepang-Rusia. Atas
perantara presiden Amerika, pada tahun 1905 M Rusia dan Jepang menandatangani
perjanjian Porstmouth dan berakhirlah perang kedua negara tersebut.
 2)               Kebudayaan
Pada zaman Meiji kebudayaan barat berkembang dengan pesat. Gaya hidup baru yang
mencakup bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sandang, pangan, papan adalah kebudayaan
barat yang baru yang disebut Bunmei Kaika (pencerahan peradaban). Memotong rambut
kucir menjadi pendek dan memakai pakaian barat telah menjadi gaya hidup baru. Daging sapi
yang sebelumnya tidak pernah dimakan oleh orang Jepang akhirnya mulai banyak dimakan
dan banyak restoran Sukiyaki didirikan.
Di bidang sastra, Jepang juga mulai melangkah menuju modern. Tokoh-tokoh sastra
yang muncul pada zaman ini antara lain:
      Subouchi Shōyō, dengan bukunya ”Shōsetsu Shinzui”.
      Futabatei Shimei, dengan novelnya ”Ukigumo”.
      Yōda Rohan, dengan novelnya ”Goshūnokō”.
      Ozaki Kōyō, dengan novelnya ”Konjiki yasha”.
      Higuchi Ichiyō, dengan novelnya ”Takekurabe”, ”Nigorie”, ”Jūsan-ya”.
      Shimazaki Tōson, dengan novelnya ”Haikai”, ”Yoakemae”.
      Tayama Katai, dengan novelnya ”Futon”.
      Mori Ōgai, dengan novelnya ”Takasebune”, ”Saigo no Ikku”.
      Natsume Sōseki, dengan novelnya ”Wagahai wa neko de aru”, ”Bocchan”, ”Kusamakura”,
”Kokoro”.
      Ishikawa Takabaku, dengan pantunnya ”Ichiaku no Suna”, ”Kanashiki Gangu”.
      Masaoka Shiki, dengan Haiku dan Tankanya yang diterbitkan dalam majalah ”Hototokisu”.
      Yosano Akiko, dengan Tankanya yang diterbitkan dalam majalah ”Myōjō”.
3)    Peninggalan
Peninggalan pada zaman ini dapat dilihat dari bidang pendidikan yaitu didirikannya
universitas universitas seperti:
      Universitas Tōkyō Igakkō pada tahun 1877 M (pada tahun 1898 M berganti nama menjadi
Universitas Teikoku, dan pada tahun 1945 M berganti nama menjadi Universitas Tōkyō.)
      Keiō Gijuku ( yang kemudian berganti nama menjadi Universitas Keiō) yang didirikan oleh
Fukuzawa Yukichi.
      Universitas Dōshisha yang didirikan Niijima Jō.
      Sekolah Kejuruan Tōkyō (kemudian berganti nama menjadi Universitas Waseda) yang
didirikan oleh Ookuma Shigenobu.
Setelah tahun 1890 M, industri modern Jepang memajukan mekanisasi di bidang industri
pemintalan kertas, industri pemintalan sutra. Tahun 1901 M Jepang selesai membangun
pabrik besi baja dan terbentuklah dasar dari industri berat. Jepang juga mulai membuat kapal
dan mesin-mesin industri. Peninggalan lainnya adalah jalur telegraf Tōkyō-Yokohama (tahun
1869 M), pos (tahun 1871 M), jalur kereta api Tōkyō-Yokohama (tahun 1872 M), jembatan
besi Azuma (tahun 1887 M). Revolusi industri tersebut mengakibatkan meningkatnya
kapitalisme dan timbulnya persoalan dalam masyarakat feodal.
J.  Jepang Zaman Taishō (1912 M – 1926 M)
1)                Keadaan Zaman
Zaman Taishō dimulai sejak kaisar Yoshihito berkuasa (30 Juli 1912 – 25 Desember
1926). Kaisar Yoshihito kemudian mengubah namanya menjadi kaisar Taishō. Pada tahun
1914 M di Eropa terjadi Perang Dunia I. Jepang bersekutu dengan Inggris dan
mendeklarasikan perang melawan Jerman pada tanggal 23 Agustus 1914. Jepang pun
menduduki daerah jajahan Jerman yang ada di Cina seperti Shandong dan Jiaozhou. Jepang
berusaha lebih jauh untuk mengkonsolidasikan posisinya di Cina dengan menyajikan “Dua
Puluh Satu Tuntutan” (Twenty-one Demands) ke Cina pada bulan Januari tahun 1915 M.
Selain memperluas kontrol atas kepemilikan Jerman, Manchuria, dan Mongolia, Jepang juga
mencari kerja sama untuk memiliki kompleks pertambangan dan metalurgi di Cina Tengah.
Akhirnya Jepang menarik tuntutan tersebut pada Mei 1915 setelah timbul anti-Jepang di Cina
dan kecaman dunia internasional.
Kekuatan Jepang di Asia tumbuh dengan runtuhnya rezim Tsar di Rusia dan kekacauan
Revolusi Bolshevik tahun 1917 M di Siberia. Kesempatan tersebut digunakan Jepang untuk
menduduki Siberia. Tapi untuk melakukannya Jepang harus bernegosiasi dengan Cina agar
bisa mendapatkan tempat transit untuk pasukan Jepang. Akhirnya pada tanggal 2 November
1917, diadakan perjanjian Ishii-Lansing yang menghasilkan kebijakan ”Pintu terbuka”. Pada
bulan Juli 1918, Jepang mengirimkan 75.000 tentaranya ke Siberia.
Tahun 1919 M, sebagai negara yang menang perang, Jepang menghadiri Konferensi
perdamaian yang diselenggarakan di Paris. Dan pada tahun 1920 M terbentuk Liga-Liga
Bangsa dan Jepang menjadi anggota tetap dewan keamanan. Setelah Perang Dunia I lahirlah
Demokrasi Taishō di Jepang. Tahun 1918 M Hara Takahashi menjadi Perdana Menteri.
Pada tanggal 13 Desember 1921 ditandatangani Perjanjian Empat Kekuatan (Four Power
Treaty) Jepang, Amerika Serikat, Britania, dan Perancis sepakat untuk mengakui status quo
di Pasifik. Kemudian tanggal 6 Februari 1922 ditandatangani Perjanjian Perlucutan Senjata
Lima Kekuatan (Five Power Naval Disarmament Treaty). Dalam perjanjian tersebut
disepakati rasio jumlah kapal adalah 5:5:3:1,75:1,75 masing-masing untuk Amerika Serikat,
Inggris, Jepang, Perancis, dan Italia. Tanggal 6 Februari 1922 ditandatangani Perjanjian
Sembilan Kekuatan (Nine Power Treaty) Belgia, Cina, Belanda, dan Portugal, bersama
dengan lima kekuatan yang asli. Persetujuan tersebut melahirkan kesepakatan untuk
mencegah perang di Pasifik. Mereka setuju untuk menghormati Cina merdeka. Jepang juga
sepakat untuk menarik pasukannya dari Shandong dan menarik pasukannya dari Siberia.
Akibat adanya perpecahan di Diet dan koalisi yang tidak stabil, pada tahun 1927 M
terbentuklah Rikken Minseito (Partai Demokrat Konstitusi) yang merupakan gabungan
Kenseikai (Kumpulan Konsititusi Pemerintah) dan Seiyūhontō (True Seiyū). Setelah itu,
sampai 1932 M, Seiyūkai dan Rikken Minseito berganti dalam kekuasaan.
Dalam demokrasi di bidang ekonomi, dibuatlah UU anti monopoli sehingga aktivitas
ekonomi bisa dilakukan dengan bebas. Reformasi di bidang pertanian dilakukan dengan cara
membagikan tanah luas milik tuan tanah yang tidak berada di wilayahnya kepada rakyat.
Akibatnya feodalisme antara tuan tanah dan petani kecil menjadi hilang dan pertanian
berkembang pesat. Di bidang pendidikan dibuat UU Pendidikan yang menyatakan bahwa
sistem pendidikan sekolah dijadikan 6 tahun (SD), 3 tahun (SMP), 3 tahun (SMA), dan 4
tahun (perguruan tinggi). Wajib belajar diperpanjang menjadi 9 tahun.
Pada Tanggal 25 Desember 1926 kaisar Taishō meninggal. Dan digantikan oleh Hirohito.
2)    Kebudayaan
Pada zaman Taishō lahirlah sastrawan bernama Akutagawa Ryūnosuke yang menulis
novel ”Rashomon”, ”Hana”, ”Jigokuhen”, dll. Dia meninggal dengan cara bunuh diri. Ada
juga Tanizaki Jun’ichirō dengan karyanya ”Shunkinshō”, ”Sasameyuki”. Shiga Naoya
dengan karyanya ”Anyakoro”. Mushanokōji Saneatsu dengan karyanya ”Sono Imōto”.
Kobayashi Takiji dengan karyanya ”Kanikōsen”.
 3)               Peninggalan
Pada tanggal 1 September 1923 daerah Kantō diguncang
gempa hebat sehingga Jepang mengalami kerugian yang cukup
berat. Setelah gempa tersebut dibangunlah bangunan-bangunan
besar. Rel kereta api, saluran telepon, sarana penyiaran radio,
penerbit majalah dan koran juga dibangun. Mobil pun menjadi
sarana transportasi yang baru. Pendidikan dan kebudayaan
meluas, lahir pula sarjana-sarjana terkenal seperti Noguchi
Hideyo yang meneliti penyakit cacar air.
K. Jepang Zaman Shōwa (1926 M – 1989 M)
 1)               Keadaan Zaman
Zaman Shōwa merupakan zaman kaisar Hirohito memerintah dari 25 Desember 1926
sampai 7 Januari 1989. Kaisar Hirohito kemudian mengubah namanya menjadi kaisar Shōwa.
Kaisar Shōwa merupakan kaisar yang paling lama berkuasa dari seluruh kaisar Jepang sampai
saat itu. Zaman ini diawali saat Jepang turun ke totalitarisme politik, ultranationalisme dan
fasisme yang berpuncak pada invasi Jepang di Cina pada tahun 1937. Ini merupakan bagian
dari keseluruhan periode global gejolak sosial dan konflik seperti Perang Dunia II.
Perang Pasifik (Perang Asia Timur Raya) terjadi antara tahun 1937 M – 1945 M. Perang
ini dimulai oleh sebuah pertempuran kecil antara Jepang dan Cina yang dikenal dengan
”Insiden Jembatan Marco Polo” yang terjadi pada tanggal 8 Juli 1937. Selain perang
melawan Cina, Jepang juga berperang melawan Rusia pada tahun 1938 M. Perang tersebut
terjadi di perbatasan Manchuria. Dalam perang tersebut Jepang kalah.
Tahun 1940 M kabinet menyetujui Prinsip Dasar Kebijakan Nasional yang menetapkan
bahwa Jepang berniat membangun sebuah dominasi Jepang di Asia Timur. Suatu keputusan
dibuat pada saat itu untuk memperluas jajahan ke selatan bahkan bila harus berperang
melawan Inggris dan Amerika Serikat. Jepang pun menandai sebuah aliansi militer dengan
Axis Power. Amerika Serikat pun membalasnya dengan mengembargo besi dan baja ke
Jepang. Tahun 1941 M Jepang dan Amerika Serikat bertemu di Washington DC untuk
menyelesaikan perselisihan di antara mereka. Tapi karena Jepang masih mengirimkan
pasukannya ke Indocina, Amerika Serikat membekukan aset Jepang di negaranya dan
mengembargo total ekspor ke Jepang. Inggris dan Belanda pun membekukan aset Jepang di
negara mereka. Kemudian Roosevelt dan Churchill bertemu. Mereka setuju untuk
mengeluarkan peringatan kepada Jepang bahwa jika Jepang melakukan pelanggaran lebih
lanjut untuk memperluas jajahan ke selatan maka Amerika Serikat dan Inggris akan
mengambil tindakan balasan bahkan siap untuk perang. Jepang pun mengambil tindakan
untuk berperang. Dan pada tanggal 8 Desember 1941 (waktu Jepang) Jepang menyerang
Pangkalan Angkatan Laut Pearl Harbor di Hawaii, Pulau Wake, Filipina, Hongkong dan
Malaya. Perang dengan barat pun dimulai. Amerika membalasnya dengan menyerang Tōkyō,
Yokohama, Nagoya dan Kōbe dengan serangan dari udara pada tanggal 18 April 1942 dan
sekali lagi pada tahun 1945 M yang menewaskan 100.000 orang lebih.
Pada tanggal 26 Juli 1945 Amerika Serikat, Inggris dan Cina mengeluarkan Deklarasi
Potsdam yang menyatakan bahwa agar Jepang segera menyerah atau akan dibinasakan.
Setelah sebulan Jepang tidak memberikan keterangan, akhirnya pada tanggal 6 Agustus 1945
Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Kemudian tanggal 15 Agustus 1945
kaisar mengumumkan bahwa Jepang akan mengakhiri perang untuk alasan kemanusiaan.
Jepang secara resmi menyerah setelah diadakan perjanjian di atas kapal USS Missouri.
Jepang diawasi oleh SCAP (Supreme Commander Allied Powers) di bawah
kepemimpinan Douglas MacArthur. MacArthur tiba pertama kali di Tōkyō pada tanggal 8
September 1945 dan mendirikan kantor SCAP di Tōkyō pada tanggal 18 Oktober 1945.
MacArthur dan kaisar Hirohito bertemu. MacArthur memerintahkan pemerintah untuk
menghapus semua pembatasan politik, civil, dan kebebasan agama. Dia juga memerintahkan
pemerintah Jepang untuk menciptakan 75.000 orang Polisi. MacArthur diberhentikan oleh
presiden Truman dan digantikan jenderal Mathew Ridgway. Tahun 1951 M MacArthur
meninggalkan Jepang.
Pendudukan kekuatan asing di Jepang tersebut membawa perubahan radikal ke Jepang.
Pendudukan sekutu tesebut melahirkan reformasi demokratis. Ini menyebabkan akhir status
kaisar sebagai dewa yang hidup dan transformasi Jepang menjadi demokrasi sejati dengan
monarki konstitusional.
Pada tanggal 8 September 1951 Perjanjian Perdamaian Internasional (International Peace
Treaty), yang ditandatangani oleh empat puluh delapan negara di San Fransisco, membawa
Jepang kembali ke dunia internasional. Perang Dunia II resmi berakhir untuk Jepang, dan
Jepang mendapatkan kembali statusnya sebagai negara merdeka. Tuntutan kepada Jepang
untuk membayar ganti rugi lebih lanjut dihapuskan. Pada saat yang sama, AS dan Jepang
menandatangani Perjanjian Keamanan bersama.
Pada tanggal 28 April 1952 pendudukan Amerika Serikat di Jepang resmi berakhir.
Perjanjian keamanan diberlakukan. Amerika Serikat dan Jepang menegosiasikan kembali
perjanjian keamanan 1952 dan menggantikannya dengan yang baru, direvisi Treaty of Mutual
Security and Cooperation dan diberlakukan setelah ratifikasi Senat AS.
Setelah Perang Dunia II ekonomi Jepang mengalami keajaiban. Disebut ajaib karena
pertumbuhan tahunan rata-rata 10% pada 1955 M – 1960 M dan lebih tinggi pada tahun-
tahun berikutnya. Pada 1980-an ekonomi Jepang menjadi salah satu yang terbesar di dunia
dan paling canggih, dengan pendapatan per kapita yang melampaui AS.
Pada zaman ini diadakan Olimpiade musim panas di Tōkyō pada tahun 1964 M dan
Olimpiade musim dingin di Sapporo pada tahun 1972 M.
Pada tanggal 7 Januari 1989 Kaisar Hirohito (Shōwa) meninggal dan digantikan anaknya,
kaisar Akihito (Heisei).
L. Jepang Zaman Heisei (1989 M – Sekarang)
     1)    Keadaan Zaman
Zaman Heisei merupakan zaman kaisar Akihito berkuasa (8 Januari 1989 sampai
sekarang). Setelah kaisar Shōwa meninggal dunia, diputuskan pemberian nama zaman
sesudah zaman Shōwa adalah zaman Heisei. Heisei dapat diartikan ”damai di mana-mana”.
                   Pada zaman ini Jepang mengalami Perang Dingin (1985 – 1991).
Pada awal zaman ini Jepang juga masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang
baik. Pada tahun 1989 M Yen menguat terhadap dolar. Suku bunga menjadi rendah.
Investasi pun meningkat sampai 60%. Saham Nikkei mencapai rekor tertinggi yaitu
39.000. Tapi pada tahun 1991, saham tersebut jatuh pada kisaran 15.000. Peristiwa
tersebut dikenal dengan ”gelembung ekonomi” (bubble economy). Efek dari krisis
ekonomi pada keluarga jepang rata-rata telah terbatas dan ini mungkin karena
penekanan jepang berhemat dan menabung. Ekspor jepang utama meliputi mobil,
mesin industri, dan aksesoris komputer. Amerika Serikat mengimpor sekitar
seperempat dari semua ekspor jepang. Di masa lalu Jepang telah mempertahankan
surplus perdagangan dengan amerika serikat, yang telah menjadi sumber ketegangan
antara kedua negara. namun, pada 2009, Jepang mengalami defisit perdagangan
pertamanya dalam 28 tahun karena permintaan luar negeri menyusut, khususnya di
Amerika Serikat.
Pada tahun 1995 terjadi gempa bumi besar berkekuatan 7,2 SR di Kobe dan menewaskan
lebih dari 5000 orang.
            Pada tahun 2002 Jepang bersama dengan Korea Selatan menjadi tuan rumah bersama
Piala Dunia 2002.
M.               Festival (Matsuri) yang Ada di Jepang
     1)    Obon
            Festival atau tradisi orang Jepang untuk merayakan kedatangan arwah leluhur. Obon
dilakukan setiap tanggal 15 Agustus, tapi ada juga yang merayakannya tanggal 15 Juli..
Orang Jepang percaya bahwa roh orang yang telah mati akan mengunjungi keluarganya
setiap 2 tahun sekali. Kesempatan ini juga dijadikan orang-orang untuk pulang kampung.
Untuk menutup perayaan Obon biasanya orang-orang menarikan tarian Bon’odori bersama-
sama.
     2)    Tanabata
            Disebut juga festival bintang. Festival ini juga dilakukan di China dan Korea. Dirayakan
setiap tanggal 7 Juli. Perayaan ini berkaitan dengan cerita Gadis Penenun dan Laki-laki
Penggembala yang saling mencintai. Mereka diijinkan menikah oleh Raja Langit. Tapi
setelah menikah mereka menjadi malas. Raja Langit memisahkan mereka. Mereka dipisahkan
oleh sungai Amanogawa (galaksi Bimasakti) dan hanya dapat bertemu satu tahun sekali.
Gadis Penenun berada di bintang Vega dan Laki-laki Penggembala berada di bintang Altair.
Pada tanggal tersebut Bintang Altair dan vega paling mudah dilihat. Pada perayaan Tanabata,
anak-anak sekolah dan pasangan yang sedang berpacaran menuliskan keinginan, harapan, dan
cita-cita masa depan di atas Tanzaku (kertas persegi panjang). Tanzaku kemudian digantung
di dahan-dahan pohon bambu bersama-sama dengan hiasan beraneka warna agar keinginan
yang dituliskan menjadi terkabul.
3)    Shichi-go-san
            Festival untuk mendoakan anak perempuan yang genap berusia 3 dan 7 tahun serta anak
laki-laki yang genap berusia 5 tahun. Saat shichi-go-san anak-anak pergi ke kuil Shintō
bersama orang tuanya untuk didoakan. Festival ini dilaksanakan setiap 15 November.
4)        Hinamatsuri
            Festival anak perempuan. Diadakan setiap tanggal 3 Maret. Di rumah orang Jepang yang
mempunyai anak perempuan yang masih kecil biasanya dipajang boneka pasangan pengantin
(Hina ningyō). Fungsi boneka tersebut adalah sebagai tempat pembuangan kejelekan.
Maksudnya, segala hal buruk yang menimpa anak perempuan diharapkan dapat berpindah ke
dalam boneka tersebut.
5)        Setsubun
            Diperingati setiap 3 Februari. Saat Setsubun ada tradisi melempar kacang kedelai untuk
mengusir setan. Biasanya mereka mengucapkan “Oni wa soto! Fuku wa uchi!” (Setan di luar!
Kebaikan di dalam!)
N. Tradisi Jepang
1)    Bunraku
Seni pertunjukan yang menggunakan boneka dan diiringi musik.
2)    Chanoyu
      Upacara minum teh. Dalam upacara ini, diperlihatkan pembuatan teh dari teh dalam
bentuk bubuk sampai menjadi minuman. Prosesnya sangat lama dan aturannya sangat ketat.
Kita harus duduk bersimpuh selama kurang lebih 2 jam.
3)    Hanami
Hanami adalah kegiatan menikmati bunga Sakura pada musim semi. Biasanya orang-
orang bersama keluarganya makan-makan di bawah pohon Sakura. Terkadang untuk
mendapatkan tempat yang sesuai, seseorang rela bergadang sebelum Hanami dimulai.
4)        Ikebana
Seni merangkai bunga. Bunga dapat dirangkai sedemikian rupa menjadi suatu karya seni
yang indah. Aliran Ikebana di Jepang sangat banyak. Karena itu, bermacam-macam pula
keindahan yang dihasilkannya.
5)        Kabuki
       Seni teater tradisional Jepang di Jepang. Biasanya pemain Kabuki memakai tatarias yang
mencolok dan berkostum mewah. Semua pemainnya adalah laki-laki.
6)        Nō
       Lebih sering terdengar Noh. Adalah drama musik Jepang klasik. Meskipun dinamakan
drama musik, tetapi juga memakai tarian dan kata-kata.
7)        Origami
       Seni melipat kertas. Origami Jepang yang paling terkenal adalah Origami bangau
(Orizuru). Katanya, bangau adalah simbol panjang umur. Karena itu, apabila bisa membuat
1000 buah Orizuru, orang tersebut akan panjang umur.
8)        Shintō
       Suatu aliran kepercayaan (agama) di Jepang. Agama terbesar kedua di Jepang setelah
Buddha (Bukkyō). Umat Shintō bersembahyang di kuil yang disebut Jinja. Sedangkan umat
Buddha bersembahyang di kuil yang disebut Tera.
9)        Shodō
       Seni menulis kaligrafi. Shodō berbeda dengan menulis huruf biasa. Shodō memiliki
teknik khusus. Biasanya Shodō menggunakan kuas (fude) dan tinta Cina. Bahkan ada kuas
yang panjangnya sekitar 1 meter untuk menulis di kertas yang besar.

1. Ikebana

Source: PAULADINIZ

Ikebada juga salah satu budaya Jepang, ikebana adalah kesinian merangkai bunga. Di negara
Jepang bunga adalah hal yang istimewa, meraka selalu meletakan bunga yang sudah diangkai
di altrar utama. Orang jepang percaya bahwa bunga adalah tempat bersembayam tuhan. Pada
awalnya ikebana di rangkai dengan sederhana dan langsung meletakan di altar utama.
Namun, dijaman sekarang ini ikebana mulai rumit saat dirangkai, bahkan ada beberapa yang
harus dipelajari untuk merangkai bunga.
2. Tako

Source: danoliver2

Tako adalag budaya Jepang yang sangat menarik, dimana para orang orang Jepang
berkumpul di suatu lapangan luas dan menerbangkan layang-layang. Desain layang-layang
yang yang unik membuat layang-layang dari negara Jepang ini terlihat berbeda dengan
layang-layang di seluruh dunia. Biasanya tako ini bisa dijumpai saat ada festival budaya saja,
dan pada saat fistival budaya semua orang harus menghadirinya.
3. Geisha

Source: albertobelenguer

Geisha adalah budaya jepang yang merupakan seniman atau untuk hiburan tradisional di
jepang. Geisha ini sudah muncul sejak abad 18, namun dijaman sekarang ini geisha ini sudah
agak menurun, masih ada sebagian orang jepang yang masih mempertahankan kebudayaan
jepang yang satu ini. biasanya budaya tradisional jepang ini sudah dilatih sejak kecil, dan
biasanya juga rumah geisha membawa anak gadis dari keluarga miskin untuk tinggal dan
berlatih.
4. Matsuri

Source: nguyentuanhung

Mastsuri adalah sebuah festival budaya Jepang yang diselenggarakan pada musim panas.
Matsuri ini berkaitan dengan festival dari kuil, kuil Shinto dan kuil Buddha. Matsuri ini
sebenarnya acara untuk bersembayang dan berdoa. Namun, itu tidak terlalu menekankan pada
para pengunjung yang datang, karena banyak juga pengunjung yang datang hanya sekedar
melihat festival budaya Jepang ini.
5. Kabuki

Source: bodiantal

Kabuki adalah budaya Jepang yang berupa seni teater yang memadukan tari dan juga musik.
Dengan cerita yang dipadukan denga seni tari dan juga music membuat para pengunjung
yang melihatnya tertarik. Belum lagi make up  yang digunakannya selalu terlihat dramatis
untuk menonjolkan karakter pemain tersebut, baju baju yang digunakan juga terbilang sangat
mewah agar para menonton bisa terfokus saat melihatnya.
6. Origami

Source: stux

Origami juga termasuk budaya Jepang yang sangat terkenal keseluruh dunia. Origami senang
dipelajari oleh anak anak agar membantu daya berpikirnya. Origami juga sangat menarik
karena kita bisa membuat segala bentuk dengan selembar kertas. Budaya jepang memang
sangat terkenal ke seluruh manca negara, maka dari itu banyak turis yang tertarik pergi ke
jepang untuk belajar mendalami kebudayaan jepan itu.
7. Sumo

Source: Senlay

Banyak orang orang dari negara lain tertarik akan pertunjukan budaya Jepang yang satu ini.
sumo adalah gulat ala jepang, biasanya para pagulat sumo akan saling dorong agar lawannya
bisa keluar dari cinci yang sudah diatur. Para pe-sumo biasaya juga akan kalah jika ia keluar
dari cincin yang sudah ditentukan. Biasanya pertandingan sumo ini berlangsung beberapa
detik, namun ada yang hingga hitungan menit.
8. Upacara Minum Teh

Source: jill111

Budaya Jepang yang satu ini sangatlah unik, banyak para turis yang tertarik untuk mengukuti
upacara minum teh. Upacara minum the adalah sebuah cara menjamu pada tamu. Biasaya
upacara minum teh ini mencerminkan kepribadian dari sanga penyaji teh. Kita bisa melihat
cara berpikirnya dan juga bagaimana tujuan hidup dari sang penyaji. Kita juga bisa melihat
seberapa kuat kebudayaan yang dia pegang.
9. Membawa Hadiah Saat Bertamu

Source: blickpixel

Membawa hadiah saat bertamu termasuk budaya Jepang yang unik. Biasanya saat orang yang
bertamu ke rumah teman ataupun saudaranya mereka akan membungkuskan kado untuk tuan
rumahnya. Tidak harus memberi hadiah yang mahal dan bagus, namun kamu harus usahakan
untuk mendekorasi bungkusan kadonya agar terlihat menarik. Para tuan rumah sangat
terhormat menerima hadian yang di bungkus unik dengan pita.
10. Menyeruput Mie

Source: takedahrs

Biasanya di Indonesia menyeruput mie adalah hal yang aneh, karena saat menyeruput mie
akan mengeluarkan suara dan itu akan mengganggu orang di sekitar kita. Namun, di Jepang
menyeruput mie adalah budaya Jepang yang unik. Saat kamu menyeruput mie itu memberi
tanda bahwa mie yang sedang kamu makan itu sangat enak. Maka dari itu menyeruput mie
adalah hal yang biasa di negara Jepang, bahkan itu menjadi cirri khas yang unik bagi negara
itu.
11. Jangan Menuangkan Teh di Gelasmu Sendiri

Source: Pexels

Saat kamu berkunjung ke Jepang dan mengunjungi rumah temanmu, dan kamu disuguhi
jamuan minum teh. Maka kamu tidak boleh menuangkan teh ke gelasmu sendiri, biarkan
sangat tuan rumahlah yang menuangkannya. Biasanya jika teh di gelasmu sudah habis tuan
rumah akan menuangkannya kembali. Jika kamu menuangkan sendiri itu dianggap perlakuan
tidak sopan. Nah ini juga termasuk budaya Jepang yang menarik.
12. Memberi Bahu Pada Orang Lain disebelahmu Saat Tertidur

Source: PublicDomainPictures

Biasanya kita selalu merasa risih saat ada orang yang tiba tiba bersandar di bahu kamu, kamu
akan langsung menghindar. Nah di Jepang memberi bahu kepada penumpang disebelahmu
yang tidur adalah hal yang harus kamu lakukan, ini juga termasuk budaya Jepang yang
menarik. Mereka saling berbaik hati untuk memberi bahu kepada menumpang yang tertidur,
maka dari itu saat kamu berkunjung ke Jepang dan menaiki kendaraan umun jangan ragu
untuk memberi bahu karena jika tidak kamu akan dipandang tidak sopan oleh pengunjung
lain.
13. Perayaan Hanami

A
Source: drunker

Perayaan hamani ini adalah perayaan yang biasanya digelar saat musim semi, dimana bunga
bunga sakura mekar. Perayaan hanami ini adalah perayaan menikmati keindahan bunga,
orang orang Jepang biasanya akan melakkan piknik dan menggelar perta makan makan di
bawah pohon sakura untuk menikmati keindahan bunga sakura yang bermekaran. Perayaan
hanami ini sangat unik, banyak turis yang mengunjungi Jepang saat musim semi untuk
menikmati perayaan hanami ini.
14. Kimono

Source: gavilla

Pastinya kalian sudah tau bahwa baju kimono adalah baju tradisional Jepang. Kimono adalah
pakaian yang dipakai untuk keseharian pada jaman dulu. Namun, karena kini jaman sudah
modern dan banyak baju ala barat yang sudah mendominasi seluruh negara membuat kimono
jarang dipakai. Biasanya dijaman sekarang ini kimono digunakan saat terdapat acara khusus.
Kimono dapat di pakai oleh wanita dan pria, namun untuk pria desainnya lebih sederhana.
nah baju komono ini juga budaya Jepang sejak dulu.
15. Festival Nagoya

Source: y_tanakaO

Festival Nagoya ini di adakan di pertengahan bulan oktober dan digelar selama 2 hari. Festiva
Nagoya ini melakukan arakan dengan pakaian jaman dulu tradisional Jepang. Mereka
berdandan layaknya para pejuang perang saat itu. festival ini di lakukan untuk menghormati
toyotomi hideyoshi, ieyasu, oda nobugana dan tokugawa yang hidup pada abad pertengahan.
Festival ini ada saat bulan Oktober, untuk kamu yang ingin melihat berkunjung ke Jepang
saat pertengahan oktober.

Dalam hal pemakaian bahasa halus dan gesture santun ini secara tidak sadar satu-satunya
anak laki-lakiku menyadarkan aku kalau Jawa dan Jepang ini mirip. Maklum anak laki-laki,
biasanya kasar dalam tingkah laku dan bahasa, apalagi dibesarkan dalam lingkungan
Suroboyo-an. Dia meninggalkan Surabaya belum genap berusia 15 tahun. Dan semua orang,
aku kira akan maklum jika dia berlaku kurang sopan dalam kacamata wong Jowo asli.
Suatu saat semuanya sedang duduk santai di bawah. Anak laki-laki ku harus melewati eyang
bulik, eyang Ti, pak de, dan tantenya. Sangat mengejutkan mereka semua, karena dia
mengangkat salah satu tangannya di depan hidung, tanda meminta ijin untuk lewat
melangkahi orang-orang yang lebih tua yang sadang leyehan duduk di bawah.

Spontan eyang bulik (adik ibuku) berujar, “Wah hebat koe le, suwi neng Jepang kok isih
eling adat Jowo”

Aku sempat tertegun, anakku langsung berucap, “Tidak eyang bulik, yang saya lakukan itu ya
seperti biasanya anak-anak Jepang jika ingin minta jalan untuk lewat”

Ya, memang dalam adat Jepang, meminta jalan itu dinyatakan dengan bahasa tubuh
mengangkat sebelah tangan di depan hidung. Sedangkan adat Jawa, menyulurkan tangan ke
bawah. Baik dalam Jawa dan Jepang disertai dengan gesture sedikit membungkukan badan
sedikit. Dalam bahasa Jawa disertai ucapan “nuwun sewu”, sedangkan dalam bahasa Jepang
disertai ucapan ”sumimasen”

Minggu lalu saat diskusi dengan teman di kampus, smsku yang aku kirim untuk anak secara
tidak sengaja, sempat terbaca teman kampus. Waktu itu aku cuman tulis "iyo". Eehh... si
teman cewek Jepang itu nanya, 「いよ」ってインドネシア語?日本語と似ているね
"iyo" tte Indonesiago? Nihongo to niteiru ne (emang itu Bahasa Indonesia? Mirip banget
bahasa Jepang ya). Ya jelas ajalah si teman itu penasaran setengah mati, karena memang
dalam bahasa Jepang ada 良いよ ii yo, yang biasa diartikan "Boleh kok, silakan" dalam
ragam bahasa non formal, dalam formalnya berbunyi 良いですよ ii desu yo

KESAMAAN BUDAYA JEPANG DENGAN INDONESIA


1.      Achievement yang tinggi terhadap budaya
Contoh :
         Indonesia masih mempertahankan batik. Karena jika batik tidak dipertahankan akan diambil
oleh Malaysia atau negara lain.
         Jepang masih mempertahankan baju kimono dan rumah khasnya.
2.      Budaya
Contoh
         Indonesia memiliki budaya gotong royong
         Jepang memiliki budaya korsa yaitu rasa memiliki, sakit satu sakit semua.
Budaya gotong royong dan korsa sama yaitu budaya yang rasa memiliki satu sama lain.
3.      Mempunyai mentalitas ke atas.
Menurut teori kesamaan diatas Indonesia belum tentu bisa meniru jepang. Kenapa ?
1.      Dilihat dari konsep Jepang, yang sudah membangun ratusan tahun.
2.      Dilihat dari segi mental, dalam kesiapan tidak sama dengan Jepang, karena Indonesia
merupakan negara jajahan sedang Jepangmerupalan negara penjajah.
3.      Sifat kebudayaan orang Jepang yang tidak dimiliki oleh orang Indonesia. Kenapa ? orang
Indonesia itu multikultur, sedangkan jepang itu seragam/keseragaman yang bisa dengan
mudah untuk membuat konsep dan indetitasnya, identitas yang jelas dapat memudahkan
pembangunan untuk memotivasi,
4.      Pendorong psikologis yang memotivasi untuk membangun. Di Jepang pendorong
psikologisnya sudah beberapa tahun yang lalu, sedangkan indonesia belum, sehingga
reformasinya belum berjalan kalaupun berjalan akan lambat.
5.      Kesiapan mental orang jepang dilihat dari orang jepang memiliki rasa hemat. Tetapi
sebenarnya orang jepang itu tidak hemat melainkan pelit.
6.      Sistem hukum adat waris
         Jepang menganut sistem patrilineal primogenitur yaitu yang seluhur harta pusaka diwariskan
pada anak laki-laki tertua, positifnya anak laki-laki tersebut harus bertanggung jawab dan
bertugas untuk melestarikan budaya.
         Sedangkan Indonesia hukum warisnya dibagikan sehingga habis . dan Indonesia memiliki
jiwa bhineka tunggal ika yaitu pelestarian sendiri.
7.      Agama yang dianut Jepang yaitu agama Shinto, sedangkan Indonesia menganut 5 agama.
Agama Shinto adalah agama yang percaya pada dewa dan raja itu merupakan titisan dewa.
Kepercayaan tersebut sudah tertanam sehingga akan memiliki sifat penurut pada pemimpin
jika tidak turut pada pemimpin akan kualat karena sama dengan menentang pada dewa
sehingga akan mudah melakukan pembangunan (mental taat dan patuh). SAWARANO
TAISAI AKI MATSURI

Festival Akbar Sawara adalah festival yang diadakan selama 3 hari pada minggu kedua
bulan Oktober di Kota Katori, Prefektur Chiba. Pembuatan dashi untuk festival ini memakan
waktu kurang lebih 1 tahun. Dashi tersebut merupakan salah satu dashi terbesar yang diarak
di festival Jepang.

Dari 25 daerah setempat yang membuat dashi, hanya 14 buah yang terpilih untuk dibawa saat
parade mengelilingi kota. Di bagian tengah pada masing-masing dashi terdapat boneka
raksasa yang menjadi fitur utamanya.

Boneka raksasa ini dibuat menyerupai tokoh sejarah populer atau tokoh mitologi yang
dipercayai masyarakat. Tidak hanya melihat dashi dan tarian, di sini Anda pun dapat belajar
sejarah Jepang.
Jika Anda ingin mengunjungi festival yang tidak kalah meriah dari festival musim panas,
datanglah ke Festival Akbar Sawara!

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan
kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan
kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang
besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.

Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk
yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah,, Widyadari, bahkan
Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para
pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang
berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-
ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.

Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari
Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum
Hari Nyepi.

Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan
manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut
meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam
pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya
manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada
niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri
dan seisi dunia.

Mengapa sebagian budaya indonesia mirip dengan tradisi di jepang? misal ogoh2 di bali dengan
Matsuri di jepang

Anda mungkin juga menyukai