Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidyah-Nya pada kita semua. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah
pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul
qiamah kelak, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik
mungkin.

Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas mata kuliah


Nihonshi tentang Jepang pada saat Zaman Azuchi-Momoyama .Kami menyadari
laporan ini tidak lepas dari bantuan semua pihak, maka sudah selayaknya kami
mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi – tingginya kepada :

1. Dosen pembimbing kami Ibu Dyah Prasetiani, S.s, M.Pd


2. Teman – teman seperjuangan
3. Dan pihak – pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Laporan ini saya buat dengan mengambil dari berbagai sumber, dan apabila banyak
kesalahan dan kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah

Periode Azuchi-Momoyama (安 土 桃山 時代, )azuchi momoyama jidai.


Orang Jepang menyebut periode dari tahun 1467 hingga 1560 denga sebutan
zaman Sengoku (negeri yang sedang berperang). Adalah salah satu pembagian
periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sekitar tahun 1493 Peristiwa
Meiōnoseihen (pergolakan di dalam klan Ashikaga untuk menentukan pewaris
jabatan shogun) sampai shogun ke-15 Ashikaga Yoshiaki ditaklukkan oleh Oda
Nobunaga yang menandai akhir zaman Muromachi dan mengawali zaman Azuchi
Momoyama. Zaman Sengoku adalah akhir dari zaman Muromachi. Ada juga
pendapat yang mengatakan zaman Azuchi Momoyama atau disebut juga zaman
Shokuhō (zaman Oda Nobunaga-Toyotomi Hideyoshi) sudah dimulai sejak Oda
Nobunaga mulai bertugas di Kyoto sebagai pengikut Ashikaga Yoshiaki Tahap
pertama peperangan Sengoku yang berlangsung sampai 1477, dicetuskan oleh
perselisihan antara dua tuan tanah terkemuka yang tinggal di Kyoto di dua
wilayah terpisah dan terlibat dalam sengketa mengenai siapa yang berhak menjadi
kepala pewaris keluar Ashikaga. Pertarungan selama sepuluh tahun di dalam dan
disekitar Ibukota mengakibatkan Ibukota hancur berkeping-keping dan Bakufu
kacau balau. Sehingga menjadi fokus bagi setiap konflik politik maupun konflik
lokal. Tuan-tuan tanah yang tidak mempan kendali kekuasaan Shogun bertarung
satu sama lain untuk menguasai tanah lawan. Sementara pasukan mereka masing-
masing terus bertambah. Banyak dari anggota pasukan ini yang bukan samurai
tapi prajurit jalan kaki atau ashigaru yang bersenjata tombak dan bertempur dalam
kelompok-kelompok, yang penggunaannya secara tepat dalam medan tempur
menuntut keahlian baru kepemimpinan militer.Pemimpin yang tidak memiliki
kemampuan yang diperlukan untuk situasi perang akan digantikan oleh wakil
yang ambisius atau oleh lawannya, yang membunuhnya, mengalahkannya dalam
pertempuran atau menumbangkannya ketika ia sedang mengurus kepentingannya
di luar kota jauh dari pusat kekuasaannya. Akibatnya beberapa dari tanah-tanah
yang ;uas dipecah-pecah menjadi lahan-lahan kecil.Tahun 1453 Asakura
Toshikage dari keluarga shiba diutus ke Echizen untuk menyelesaikan sengketa
atas nama tuannya. Ia menggunakan wewenang khusus jabatannya untuk
memperoleh hak milik tanah untuk dirinya sendiri. Dan pada tahun 1471 ia
menyatakan dirinya bebas dari keluarga shiba dan berhasil mempertahankan
tanahnya dari serangan. Didalam wilayah-wilayah tempat mereka memjadi
pemimpin baik tuan tanah lama maupun tuan tanah baru dihadapkan pada
masalah bagaimana menegakan kemenangan mereka. Lapisan atas masyarakat
pedesaan yang pada saat itu terdiri dari sebagian besar pemilik tanah yang disebut
kokujin, banyak dari mereka ini yang telah menyatakan kesetiaan kepada shugo.
Tetapi ada juga masyarakat yang banyak melawan dari para tuan-tuan tanah hal
ini disebabkan karena banyaknya pungutan yang diberikan para pejabat kepada
masyarakat. Dalam upaya menegakan disiplin masyarakat melawan
pemberontakan dan penentangan ini para tuan tanah yang lama maupun yang baru
memiliki beberapa hal yang menguntungkan. Pertama memiliki kekuatan militer
yang sangat besar. Kedua kenyataan bahwa pihak-pihak yang berprotes melawan
mereka yaitu petani dan rahib terpecah-pecah satu sama lain. Sedangkan
pimpinan dari setiap wilayah yaitu Daimyo kekuasaannya mutlak dan jabatannya
turun temurun. Jika wilayahnya cukup kuat ia memiliki sebuah benteng yang
sangat besar di bagian yang lain vasalnya diwajibkan tinggal membentuk
kekuataan militer dan siap bertugas setiap saat.Kekuasaan sah Daimyo tidak lagi
dibatasi hanya kekuasaan atas vassal dan atas hak tanah tetapi bila ia menetapkan
undang-undang dan undang-undang itu dimaksudkan untuk mengatur semua
penduduk di wilayahnya dan berkaitan dengan kepentingan masyarakat
diperbolehkan. Misalnya undang-undang yang dibuat oleh Asakura Toshikage
dari Echizen membuat undang-undang yang isisnya menetapkan inspeksi berkala
di provinsi, melarang pembangunan benteng dan pertahanan dan lainnya. Meski
daimyo mewujudkan persatuan di tingkat local bahkan di tingkat provinsi,
dampaknya memecah-mecah Jepang lebih jauh. Pemulihan ketertiban dalam arti
yang lebih luas menuntut pembangunan kembali Negara, yang hampir seluruhnya
lepas dari genggaman tangan Ashikaga. Inilah tugas yang dipikul oleh Oda
Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyashu pada bagian kedua abad
ke -16. Setelah hampir seratus tahun dilandaperang saudara setidak-setidaknya
enam yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk menjalankan tugas itu.

1.2 Rumusan masalah

 Bagaimana awal mula terbentuknya zaman azuchi-momoyama?


 Bagaimana kehidupan masyarakat pada zaman azuchi-momoyama?
 Apa saja peninggalan dan kebudayaan zaman azuchi-momoyama?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemerintahan Oda Nobunaga

Nobunaga dilahirkan di Istana Shōbata


pada tahun 1534 sebagai putra ketiga
daimyo zaman Sengoku provinsi
Owari yang bernama Oda Nobuhide.
Pada tahun 1546, Nobunaga menyebut
dirinya sebagai Oda Kazusanosuke
(Oda Nobunaga) setelah diresmikan
sebagai orang dewasa pada usia 13
tahun di Istana Furuwatari. Nobunaga mewarisi jabatan kepala klan (katoku)
setelah Oda Nobuhide tutup usia. Pada tahun 1548, Nobunaga mulai memimpin
pasukan sebagai pengganti sang ayah. Nobunaga menggunakan beberapa tahun
untuk memperkokoh kedudukannya di wilayah sekitar tanah miliknya. Sebuah
persekutuan dengan seorang vasal Imagawa memberinya perlindungan dari
sebelah timur. Pasukannya kecil tetapi cekatan dan peralatannya lengkap (ia salah
satu dari beberapa orang yang pertama-tama menyadari potensi senjata api yang
diperkenalkan Portugis tahun1543 dan sudah dibuat Jepang). Memanfaatkan
sebesar mungkin peluang-peluang ini, dia merebut Ibukota, mengukuhkan
Yoshiyaki sebagai shogun dan mengangkat diri sebagai wakilnya. Tidak lama
kemudian ia sebagai wakil shogun ia berhak duduk anggota senior Bakufu diatas
kertas dan juga dalam pernyataan karena Yoshiyaki diturunkan dari jabatannya.
Pada tanggal 24 Agustus 1556, Nobunaga memadamkan pemberontakan yang
dipimpin adik kandungnya sendiri Oda Nobuyuki, Hayashi Hidesada, Hayashi
Michitomo, dan Shibata Katsuie dalam Pertempuran Inō. Oda Nobuyuki sudah
terkurung di dalam Istana Suemori yang dikepung pasukan Nobunaga, ketika
sang ibu (Dota Gozen) datang untuk menengahi pertempuran di antara kedua
putranya. Dota Gozen lalu meminta Nobunaga untuk mengampuni Nobuyuki.
Pada tahun 1559, keluarga Nobunaga berhasil memegang kendali kekuasaan di
provinsi Owari.
Pada tahun 1567, Nobunaga mulai secara terang-terangan menunjukkan
ambisinya menguasai seluruh Jepang. Keinginan Nobunaga untuk menaklukkan
seluruh Jepang dimulai dari provinsi Mino, karena pada saat itu menguasai Mino
sama artinya dengan menguasai seluruh Jepang. Mulai sekitar tahun 1567,
Nobunaga juga berusaha menaklukkan provinsi Ise. Provinsi Ise akhirnya berhasil
dikuasai Nobunaga dengan bantuan kedua putranya yang dikawinkan dengan
anggota keluarga klan yang berpengaruh di Ise. Pada tahun 1568, Nobunaga
memaksa klan Kambe untuk menyerah dengan imbalan Oda Nobutaka dijadikan
penerus keturunan klan Kambe.
Pada tahun 1569, Nobunaga juga berhasil menundukkan klan Kitabatake yang
menguasai provinsi Ise. Putra kedua Nobunaga yang bernama Oda Nobuo (Oda
Nobukatsu) dijadikan sebagai penerus keturunan Kitabatake.
Pada bulan April 1570, Nobunaga bersama Tokugawa Ieyasu memimpin pasukan
untuk menyerang Asakura Yoshikage di provinsi Echizen. Istana milik Asakura
satu demi satu berhasil ditaklukkan pasukan gabungan Oda-Tokugawa. Pasukan
yang sedang dalam iring-iringan menuju Kanegasaki ketika secara tiba-tiba, Azai
Nagamasa (sekutu Nobunaga dari Ōmi utara) berkhianat dan menyerang pasukan
Oda-Tokugawa dari belakang. Nobunaga sudah dalam posisi terjepit ketika
Kinoshita Hideyoshi meminta diberi kesempatan bertempur di bagian paling
belakang dibantu Tokugawa Ieyasu agar Nobunaga mempunyai kesempatan
untuk kabur. Pada akhirnya, Nobunaga bisa kembali ke Kyoto. Peristiwa ini
disebut Jalan Lolos Kanegasaki.
Pada bulan September 1571, Nobunaga mengeluarkan perintah untuk membakar
kuil Enryakuji yang memakan korban tewas sebanyak 4.000 orang. Korban tewas
sebagian besar terdiri dari wanita dan anak-anak, termasuk pendeta kepala kuil
Enryakuji yang ikut tewas terbunuh. Takeda Shingen dalam pernyataan yang
mengecam keras tindakan Nobunaga mengatakan Nobunaga sudah berubah
menjadi Raja Iblis. Bangsawan bernama Yamashina Toki dalam pernyataan yang
menyesalkan tindakan Nobunaga mengatakan (Nobunaga) sudah menghancurkan
ajaran agama Budha.
Nobunaga mengijinkan pelaksanaan perdagangan dan industry bebas yang disebut
Rakuichi dan Rakuza, melindungi agama Kristen dan melakukan perdagangan
dengan bangsa Portugis dan Spanyol. Agama Kristen mulai penyebarannya sejak
datangnya seorang misionaris dari syarikat Jesuit di Spanyol yang bernama
Fransiscus Xaverius ke kagoshima pada tahun 1549. Orang-orang Portugis dan
Spanyol melakukan perdagangan untuk menyebarkan agama Kristen, sedangkan
Nobunaga melindungi agama Kristen sebagai alat atau cara untuk menekan
agama Budha serta mendapatkan hasil-hasil budaya bernilai tinggi dari Eropa
melalui perdagangan.
Pada tahun 1576, Nobunaga memulai pembangunan Istana Azuchi di pinggir
Danau Biwa yang terletak di provinsi Ōmi. Pembangunan Istana Azuchi yang
terlihat mewah dan mencolok berhasil diselesaikan pada tahun 1579. Istana
dikabarkan terdiri dari 5 lantai dan 7 lapis atap, sedangkan bagian dalam menara
utama menggunakan model atrium. Dalam surat yang dikirimkan ke negeri
asalnya, seorang misionaris Yesuit memuji Istana Azuchi sebagai istana mewah
yang di Eropa saja tidak ada.
Nobunaga pindah ke Istana Azuchi yang baru selesai dibangun setelah
mewariskan Istana Gifu kepada putra pewarisnya Oda Nobutada. Istana Azuchi
kemudian dijadikan pusat kekuasaan oleh Oda Nobunaga yang sedang berusaha
untuk mempersatukan Jepang.
Pada tahun 1576, Nobunaga menyerang kuil Ishiyama Honganji. Pasukan
Nobunaga yang terdiri dari 3.000 prajurit sempat terdesak, tapi akhirnya dapat
mengalahkan pihak musuh yang terdiri dari 15.000 prajurit dalam Pertempuran
Tennōji.
Pada tanggal 15 Mei 1582, Tokugawa Ieyasu berkunjung ke Istana Azuchi untuk
mengucapkan terima kasih kepada Nobunaga atas penambahan Suruga ke dalam
wilayah kekuasaannya. Nobunaga menugaskan Akechi Mitsuhide sebagai tuan
rumah yang mengurus segala keperluan Ieyasu selama berada di Istana Azuchi
mulai tanggal 15 Mei-17 Mei 1582.
Di tengah kunjungan Ieyasu di Istana Azuchi, Nobunaga menerima utusan yang
dikirim Hashiba Hideyoshi yang meminta tambahan pasukan dari Nobunaga.
Posisi Hideyoshi yang sedang bertempur merebut Istana Takamatsu di Bitchū
dalam keadaan sulit, karena jumlah pasukan Mōri berada di atas jumlah pasukan
Hideyoshi.
Nobunaga menanggapi permintaan bantuan Hideyoshi. Mitsuhide dibebaskan dari
tugasnya sebagai tuan rumah bagi Ieyasu dan diperintahkan memimpin pasukan
bantuan untuk Hideyoshi. Dalam jurnal militer Akechi Mitsuhide ditulis tentang
Nobunaga yang tidak merasa puas dengan pelayanan Mitsuhide sewaktu
menangani kunjungan Ieyasu. Nobunaga menyuruh anak laki-laki peliharaannya
yang bernama Mori Ranmaru untuk memukul kepala Mitsuhide.
Nobunaga berangkat ke Kyoto pada tanggal 29 Mei 1582 dengan tujuan
mempersiapkan pasukan yang dikirim untuk menyerang pasukan Mōri. Nobunaga
menginap di kuil Honnōji, Kyoto. Akechi Mitsuhide yang sedang dalam
perjalanan memimpin pasukan bala bantuan untuk Hideyoshi berbalik arah dan
secara tiba-tiba muncul di Kyoto untuk melakukan serangan mendadak terhadap
kuil Honnoji. Pada tanggal 2 Juni 1582, Nobunaga terpaksa melakukan bunuh
diri, tapi kabarnya jenazah Nobunaga tidak pernah ditemukan. Peristiwa ini
dikenal sebagai Insiden Honnōji. Setelah Nobunaga meninggal yang meneruskan
pemerintahannya yaitu Hideyoshi.

2.2 Pemerintahan Toyotomi Hideyoshi


Sepanjang zaman Sengoku, daimyo setempat
di seluruh Negara memperkuat posisinya di
wilayah masing-masing. Dari tempat itu
mereka berusaha memperluas kekuasaannya,
dan peperangan berlangsung tanpa henti-
hentinya. Pada saat yang sama terdapat
keinginan untuk tidak tertinggal dalam
pertikaian dengan provinsi lain dan ini
mengakibatkan mereka meperhatikan urusan-
urusan dalam wilayahnya masing-masing
dengan mengendalikan pengikutnya secara
ketat dan menekankan kepatuhan kepada
hukum yang berlaku. Dengan demikian
meskipun tindakan mereka sepintas lalu
terlihat sebagai usaha yang mengarah kepada
penghancuran, sesungguhnya terdapat segi lain yang bersifat membangun. Segi
membangun ini mempersiapkan landasan bagi gerakan persatuan Negara.
Sementara para daimyo, tanpa kecuali memperluas lingkaran pengaruhnya dengan
cepat, mungkin dapat dianggap hal yang lumrah bahwa ada beberapa di antara
mereka yang ingin menetap di Kyoto dan memegang kendali atas seluruh Negara.
Orang pertama yang melaksanakan cita-cita seperti ini ialah oda Nobunaga dari
provinsi Owari. Toyotomi Hideyoshi meneruskan usaha-usaha Nobunaga dan
melanjutkan usaha pemersatuan hingga berhasil. Ia seorang samurai yang
mengabdi pada Nobunaga dan berasal dari rakyat biasa, tapi berhasil menjadi
penguasa di Istana Nagahama. Atas perintah Nobunaga ia berperang melawan
kaum Mori, tetapi ketika mendengar berita kematian Nobunaga ia kembali dan
dalam peperangan Yamazaki ia mengalahkan Akechi Mitsuhide. Dengan
demikian ia membalas dendam terhadap pengkhianat tuannya. Kemudian ia
mengalahkan wilayah-wilayah lain menyerah kepadanya. Dengan demikian ia
mempersatuian seluruh Negara pada tahun 1590.
Meskipun Nobunaga maupun Hideyoshi merupakan jenderal samurai, mereka
tidak mendirikan bakufu. Sebagai gantinya mereka memangku kedudukan resmi
di istana dan memerintah negara atas nama wewenang tradisional yang memiliki
kaisar. Hideyoshi memangku jabatan sebagai kampaku yang dahulu menjadi
monopoli keluarga Fujiwara, dan sebagai kampaku ia sangat menghormati
keluarga kaisar. Di bidang pemerintahan sipil, ia mengadakan survey atas tanah
yang mencakup wilayah yang luas dan mendirikan basisi bagi sistem pemilikan
tanah feodal. Dengan cara melucuti para petani dan rahib yang bersenjata ia
berhasil memisahkan antara militer dengan petani. Tambang emas dan perak
dikendalikan secara langsung dan ia memerintahkan mencetak mata uang Jepang
untuk pertama kalinya.
Zaman momoyama menyaksikan kedatangan orang Eropa ke Jepang
untukpertama kalinya dan dibukanya hubungan dengan Barat. Pada tahun 1543
sebuah kapal yang membawa bangsa Portugis berlabuh di Tanegashima di bagian
Selatan Kyusu. Mereka membawa senjata api yang diterima dengan gembira oleh
jendral-jendral Jepang dan senjata api ini begitu cepat menyebar ke seluruh
Jepang sehingga merupakan faktor penentu dalam setiap peperangan.
Pada tahun 1549 Fransiskus Xaverius, salah seorang pendiri ordo Jesuit, tiba di
Kagoshima dan membawa agama Kristen ke Jepang. Dari Kagoshima ia pergi ke
Hirado, Yamaguchi, dan Oita, dan berhasil membuat orang masuk ke agama
Kristen. Ia hanya tinggal di Jepang selama dua tahun tiga bulan, akan tetapi dalam
waktu itu para misionaris berdatangan ke Jepang dan berusaha menyebarluaskan
agama mereka serta memperkenalkan orang Jepang dengan berbagai segi
kebudayaan Eropa. Nobunaga sesuai dengan sikapnya yang umumnya bersifat
positif menerima baik masuknya agama baru ini, dan bahkan mengizinkan
pendirian gereja di Kyoto dan Azuchi. Sedangkan Hideyoshi mula-mula juga
memberikan perlindungan luas bagi agama Kristen, tetapi lama kelamaan ia
curiga atas cita-cita territorial bangsa Eropa dan takut bahwa agama akan
mengalahkan agama Jepang Shinto dan Budha serta merusak masyarakat. Karena
itu ia akhirnya mengeluarkan perintah untuk mengusir para misionaris. Tetapi ia
masih tetap mendorong perdagangan dan oleh karena itu perintah pengusiran
tersebut hanya berlaku di atas kertas saja.
Orang-orang Jepang pada saat itu mulai mengarahkan pandangannya melampaui
batas-batas pantainya sendiri, dan pedagang-pedagang Jepang telah giat dalam
perdagangan dengan pulau Ryukyu, Formosa, Annam, Siam, dan daerah-daerah
lainnya. Perak yang merupakan bahan mata uang utama dalam pasaran dunia
Timur jauh dihasilkan dalam jumlah besar di Jepang. Hideyoshi memberikan
sertifikat resmi kepada pedagang untuk melindungi hak usaha mereka dengan
harapan bahwa mereka akan dapat dipaksa untuk berdagang dalam bentuk
“pembayaran upeti” kepada Jepang. Tetapi Negara-negara ini menolak tuntutan
itu. Hideyoshi bahkan meminta Korea dengan maksud akan mempeluas serangan
pada akhirnya serangan itu macet dan diadakan persetujuan peletakan senjata
karena persyaratan persetujuan tidak diindahkan. Kampanye militer dimulai
kembali tetapi tentara Jepang terpaksa mundur dengan tewasnya Hideyoshi
dikarenakan penyakit yang dideritanya. Pertempuran berlangsung selama tujuh
tahun tetapi tidak menghasilkan apa-apa dan hanya mempercepat runtuhnya rezim
Toyotomi.

2.3 Kehidupan sosial pada zaman Azuchi-Momoyama

Pada zaman Nobunaga dan Hideyoshi para daimyo baru dan pedagang pedagang
kaya mulai menciptakan kebudayaan yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-
hari dan terbuka, yang memberi kesempatan kepada mereka untuk
mempertontonkan kekuasaanya. Produksi emas dan perak naik, dan kesenian
mulai menggunakan kedua logam mulia ini secara besar-besaran dan menjadi
sangat mencolok. Dengan berkembangnya arsitektur istana, timbul gaya menghias
pintu-pintu geser dan dinding rumah-rumah dengan lukisan dekoratif yang
berwarna warni. Kuil dan tempat – tempat arca di Kyoto hingga saat ini masih
menyimpan sejumlah karya seperti ini yang dibuat oleh Kano Eitoku dan anak
angkatnya, Sanharu. Pada zaman yang sama, upacara minum teh berkembang dan
akhirnya menjadi bentuk kesenian dan cara hidup oleh Sen-no-Rikyo yang
terkenal itu. Orang-orang Eropa membawa berbagai macam barang dari luar
negeri yang belum dikenal dan memperkaya kehidupan bangsa Jepang. Kata-kata
yang berasal dari bahasa Portugis yang sekarang banyak terdapat dalam bahasa
Jepang, termasuk bersama dengan barang-barang tadi pada zaman ini. untuk
membantu kegiatannya, para misionaris menterjemahkan sejumlah buku dan
kamus yang dicetak dengan alat pencetak yang dibawa ke Jepang dari Korea
sebagai hasil sampingan dari perang dengan Negara itu. Dengan demikian
percetakan masuk ke Jepang dari dua arah yang berlainan secara hampir
serempak.
Yang lebih mahsyur adalah keputusan Hideyoshi untuk melakukan apa yang
disebut sebagai Pelucutan Pedang pada tahun 1588. Dengan mencabut hak
membawa senjata bagi para penduduk desa, keputusan petani, dan mengurangi
bahaya pemberontakan petani. Keputusan itu juga memisahkan samurai dari tanah
garapan, dia menjadi lebih tergantung pada daimyo atasannya. Para samurai yang
dengan gaya hidup sebelumnya adalah tergantung kepada hasil tanah garapan kini
harus memilih antara senjata dan cara mendapat penghasilan hidup selama ini.
Sebuah peraturan berikutnya, yang dikeluarkan pada tahun 1591, melarang
samurai tinggal di desa, walau dia tidak lagi bekerja untuk tuan tanahnya,
sedangkan petani dilarang meninggalkan tanahnya untuk pindah ke kota atau
untuk berdagang. Semua ini adalah konsep-konsep mendasar yang diwariskan
Hideyoshi kepada pimpinan Tokugawa yang menggantikannya. Tugas yang
tersisa dan harus mereka selesaikan adalah membangun tata administrasi yang
tidak terlalu bersifat pribadi seperti masa Hideyoshi juga dapat menertibkan
daimyo.
2.4 Kebudayaan dan peninggalan zaman Azuchi-Momoyama

 Istana Azuchi dan Momoyama

adalah suatu istana yang megah pada zaman


ini. Hal inilah yang membuat nama zaman ini
diambil dari kedua istana tersebut. Saat ini
kedua istana tersebut sudah tidak ada, tetapi
dengan masih adanya istana Oosaka (Himeji)
paling tidak dapat menggambarkan
keindahan kedua istana tersebut.
 Shoin Zukuri

ialah dinding pemisah antar kamar disebut fusuma, daun pintu dilukisi dengan
warna cerah dan cemerlang, sedangkan lukisan berwarna tebal dan cerah
dinamakan dami-e. Dami –e bertemakan perkelahian antara naga melawan
harimau yang disebut ryukō, dan lukisan singa yang terdapat dalam keramik
model Tang. Pelukis yang terkenal adalah Kanou Eitoku (1543-1590),dan
juga Kanou Sanraku (1559-1635).
 Upacara dan seni minum teh (Sen no Rikyu)
Upacara minum teh berkembang di
kalangan pedagang besar di
Osaka.Senno rikyu adalah aliran
dalam upacara dan seni minum teh
yang dikembangkan oleh senno
ryu.Aliran minum teh ini cukup
terkenal osaka pada zaman Azuchi
Momoyama.

2.5 Kepercayaan Zaman Azuchi-Momoyama

Zaman Azuchi-Momoyama memiliki sistem kepercayaan yang sama


dengan zaman sebelumnya yaitu Muramochi.Seperti yang kita ketahui pada
masa ini bangsa portugis mulai masuk ke jepang dan menyebarkan agama
kristen ke jepang,jadi zaman ini memiliki 3 kepercayaan yaitu Shinto,Budha,
dan Kristen.Persebaran agama Kristen dan Budha pada zaman ini diwarnai
dengan dua konflik.yaitu pembakaran kuil Budha Kinryakuji atas perintah
Oda Nobunaga yang disebabkan karena Oda Nobunaga tidak suka dengan
pendeta buda yang ikut campur dalam urusan politik dan menghalangi
politikya dan juga Oda Nobunaga lebih memihak ke Kristen karena
perdagangan dengan bangsa asing telah berlangsung secara bebas.Kemudian
pada masa pemerintahan Toyotomi Hideyoshi justru sebaliknya,Toyotomi
Hideyoshi lebih memihak kepada agama Budha dan Shinto.Terbukti dengan
tindakanya mengusir misionaris Kristen(Bateren Tsuhorei),dikarenakan
Toyotomi Hideyoshi khawatir jika nantinya agama Kristen akan semakin
besar di jepang dan pada akhirnya masyarakat jepang akan meninggalkan
agama Shinto dan Budha.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Zaman Azuchi-momoyama merupakan suatu zaman transisi antara zaman


Muromachi ke zaman Edo,zaman ini dapat disebut juga sebagai zaman shokuho
atau juga dapat disebut sebagai zaman Osaka.Zaman ini memiliki 2 periode
pemimpin besar yaitu Oda Nobunaga,dan Toyotomi Hideyosi.Zaman ini
merupakan salah satu dari beberapa zaman yang membentuk sejarah dari negara
jepang.Jadi mempelajari zaman Azuchi Momoyama juga merupakan bagian
dari mempelajari sejarah jepang.

3.2 Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai