Oleh :
J1B016030
Diajukan untuk menyusun skripsi pada program Strata Satu (S1) Program Studi
Sastra Indonesia
PENDAHULUAN
Sastra bandingan adalah studi sastra yang digunakan untuk membandingkan dua
karya atau lebih dengan bertujuan menghubungkan karya sastra yang satu dengan yang
lain, lalu dapat diketahui adakah pengaruh satu sama lain antar karya tersebut, dan
menemukan informasi yang dapat diambil atau diberikan antar keduanya. Melakukan
perbandingan terhadap karya sastra merupakan salah satu cara untuk mengapresiasi
sebuah karya sastra. Istilah sastra bandingan mencakup studi tentang hubungan antara
dua kesusastraan atau lebih.
Pengkajian sastra bandingan pada dasarnya tidak harus terpaku pada karya-karya
klasik dari sastrawan yang terkenal, karena dalam kajian sastra bandingan tidak jauh
berbeda dengan kegiatan mengapresiasi suatu karya sastra. Sastra bandingan adalah
pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori sendiri. Dapat dikatakan
teori apapun dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan,
sesuai dengan objek dan tujuan penelitiannya.3 Dalam penelitian ini, digunakan kajian
sastra bandingan dengan tinjauan intertekstual.
Salah satu karya sastra yang terbentuk dari hasil kreativitas manusia adalah
novel. Karena panjangnya isi sebuah novel secara khusus cukup untuk
mempermasalahkan karakter, peranan sosial tokoh dan pandangan hidup tokoh dalam
perjalanan waktu. Dalam perjalanan panjang inilah yang dapat menggambarkan
perjuangan seorang tokoh dalam menghadapi kehidupannya yang penyajiannya secara
panjang lebar. Oleh karena itu bukan menjadi hal yang mengherankan bila tingkah
laku dan kebiasaan manusia menjadi objek yang selalu menarik perhatian para penulis.
Sebuah novel dapat memiliki kemiripan antar novel yang lainnya, baik dalam unsur
intrinsik maupun unsur ekstrinsiknya. Namun, dalam karya sastra tersebut selain
terdapat kesamaan tentunya terdapat perbedaan di dalamnya.
Atas dasar inilah penulis akan mengkaji dua buah karya sastra berupa novel.
Novel yang dikaji yakni novel Pulang karya Leila S. Chudori dan novel Pulang karya
Toha Mohtar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk perbandingan latar dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori
dengan novel Pulang karya Toha Mohtar?
BAB II
PEMBAHASAN
Latar adalah keterangan yang terdapat dalam sebuah cerita untuk memberi
penjelasan mengenai waktu, dan tempat terjadinya sebuah peristiwa dalam karya sastra.
a. Latar Tempat
b. Latar Waktu
1) Tahun 1943-1950
Pada tahun 1942 Jepang mendirikan sebuah organisasi tentara yang diberi
nama Heiho. Heiho merupakan tentara pembantu Jepang yang dibentuk pada
masa Perang Dunia II. Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi bagian
Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang pada tanggal 2
September 1942 dan mulai merekrut anggota pada 22 April 1943.
“Biar dia bercerita menurut caranya. Itu akan lebih baik. Engkau
minta yang bukan-bukan!” kata ayahnya kepada Sumi. Negara apa yang
telah kau datangi, Min?” tanya Ayahnya.
“Negara itu disebut Burma, Ayah!” sahutnya serak. “Burma? Kita
pernah mendengar nama negara itu. Banyak heiho yang dibawa Jepang
ke sana. Berapa jauhnya itu dari sini?” tanya ayahnya. “Kita berjalan
sepuluh hari di laut dan sebulan di darat!” kata Tamin.81
Paris menjadi latar fisik yang secara jelas menunjukan lokasi yang dapat
dilihat secara langsung. Paris adalah kota yang menjadi pilihan para eksil politik
menetap dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka selama di luar negeri.
Dimas memilih Paris, Perancis bukan tanpa sebab. Dimas memilih Perancis
karena Perancis dikenal negara yang memeluk para pengelana politik yang hangat
dan baik. Dengan bermodalkan Titre de Voyage atau surat perjalanan, Dimas dapar
pergi kemana saja kecuali Indonesia.
2) Mei 1968
Pada Mei 1968 di Paris sedang terjadi Gerakan Mei 1968 yakni
gerakan mahasiswa dari berbagai Universitas, diantaranya Univ. Sorbone
dan University of Paris.
Revolusi Mei 1968 tiba-tiba seperti tidak lagi tersisa.
Perancis kembali menjadi negara yang flamboyan meski tetap
santun dan teratur.86
Dimas bertemu dengan Vivienne, mahasiswi yang ikut demonstrasi
melawan pemerinta Prancis. Di Prancis tahun 1968 sedang terjadi Gerakan
Mei 1968, yaitu serangkaian gerakan mahasiswa dari berbagai Universitas
di Paris, seperti Universitas Sorbone dan University of Paris di Naterre.
Gerakan demonstran ini tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa saja
melainkan juga beberapa penyair dan musisi yang mengadakan pertemuan
di University of Paris di Nanterre.
3) Mei 1998
Pada akhir bagian bab dalam novel Pulang tertulis Mei 1998.
Bagian ini adalah reformasi besar-besaran dari mahasiswa yang menuntut
kepala negara pada saat itu yakni Presiden Soeharto untuk turun dari
jabatan. Tahun tersebut dapat dikatakan sebagai akhir dari masa Orde
Baru.
Senat Guru Besar UI yang dipimpin oleh Rektor pagi itu
menemui Presiden Soeharto di Cendana untuk menyampaikan
hasil symposium UI tentang reformasi. Isinya
meminta Presiden mundur. “Aku ingin tahu apa jawaban
Presiden.”88
18 Mei 1998
Di gedung DPR sudah penuh dengan mahasiswa dan
tokoh-tokoh yang sama seperti di kampus Trisakti beberapa hari
yang lalu.89
Tanggal 21 Mei, PresidenSoeharto mengucapkan pidato
pengunduran dirinya, kami semua menjerit. Restoran Tanah Air
hampir meledak karena teriakan kami terlalu keras.90
A. Kesimpulan
Novel Pulang karya Leila S. Chudori merupakan sebuah novel yang memiliki
kesamaan dengan novel Pulang karya Toha Mohtar baik dari segi tema, tokoh, latar
dan amanat. Berdasarkan temuan dan hasil analisis terhadap kedua novel tersebut,
diketahui bahwa terdapat hubungan intertekstualitas. Isi cerita kedua novel tersebut
mengenai seseorang lelaki dewasa yang memiliki rasa cinta tanah air yang amat besar
walaupun dihadapkan oleh berbagai konflik yang rumit. Maka dari itu pentingnya rasa
nasionalis dan persatuan perlu ditanamkan sejak dini pada generasi- generasi penerus
bangsa agar terciptanya sebuah kesatuan. Adapun teks hipogram jika dilihat dari segi
tahun penulisan, novel Pulang karya Toha Mohtar merupakan hipogram dari novel
Pulang (2012). Sedangkan bentuk intertekstual dari kedua novel tersebut berupa
penerusan atau memperkuat tradisi (myth of concern) karena menceritakan konsep
yang sama yakni pentingnya menanamkan nilai dan sikap nasionalis sejak usia dini
agar generasi penerus bangsa dapat menciptakan kondisi negara yang aman dan
terhindar dari permasalahan yang datang dari dalam maupun luar.